• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. dan yang sejenis kini makin banyak dilakukan. Dengan misi pelestarian dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. dan yang sejenis kini makin banyak dilakukan. Dengan misi pelestarian dan"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Penelitian mengenai warisan kebubudayan, pelestarian aset budaya, dan yang sejenis kini makin banyak dilakukan. Dengan misi pelestarian dan menjaga kekayaan warisan kebudayaan negeri maka dibutuhkan penelitian pada setiap unsur dan komponen kebudayaan. Salah satu penelitian yang menarik untuk dilakukan adalah tentang folklor kedaerahan sebagai wujud nyata pelestarian warisan budaya. Sebagai warisan yang bersifat tradisional, folklor diwariskan antar generasi dengan budaya lisan. Hal ini senada dengan pernyataan Danadjaja (1984:2), bahwa folklor adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar dan diwariskan turun-temurun, diantara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat (mnemonic device).

Foklor mengandung banyak nilai-nilai dan hal-hal menarik yang tersirat di dalamnya. Sebab utamanya adalah bahwa folklor mengungkapkan secara sadar atau tidak sadar, bagaimana folknya berpikir. Selain itu folklor juga mengabdikan apa-apanya yang dirasakan penting (dalam suatu masa) oleh folk pendukungnya (Danandjaja, 1984:17). Pengertian folk dalam penelitian ini adalah kolektif kelompok atau masyarakat penutur.

Salah satu warisan berharga yang dikatakan sebagai folklor adalah cerita rakyat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, cerita rakyat adalah cerita dari zaman dahulu yag hidup di kalangan rakyat dan diwariskan secara lisan.

(2)

Cerita rakyat berkaitan langsung dengan rakyat. Masyarakat atau rakyat adalah penutur sekaligus pelaku dengan konteks waktu sebagai pembeda. Suatu masyarakat menceritakan tentang kejadian masyarakatnya terdahulu. Kejadian-kejadian yang menarik dan mengandung nilai keteladanan akan diceritakan kembali dikalangan masyarakat atau rakyat dalam arti luas.

Setiap daerah atau suatu kelompok masyarakat tentu memiliki cerita rakyat sebagai kekayaan dan warisan turun-temurun. Di Yogyakarta dapat ditemui banyak cerita rakyat Jawa yang populer di dalam masyarakatnya. Cerita rakyat yang poluler berarti bahwa cerita telah dikenal baik oleh masyarakat atau pembaca. Salah satu cerita rakyat populer adalah ki Ageng Mangir Wanabaya yang berasal dari daerah Bantul Yogyakarta. Cerita rakyat populer seperti ki Ageng Mangir tentu akan memiliki bentuk lisan dan tulis, dan memiliki beberapa versi. Inilah yang menjadi pokok bahasan penelitian ini, yaitu perbandingan versi dan pembahasanya.

Cerita rakyat Ki Ageng Mangir menceritakan tentang salah satu tokoh panutan daerah di Bantul yaitu di desa Mangir. Desa Mangir terletak di dusun Sendangsari, kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul. Diceritakan konon Ki Ageng Mangir adalah tokoh panutan masyarakat yang sakti. Masyarakat Mangir meyakini bahwa Ki Ageng Mangir adalah pemimpin yang rendah hati dan berkarisma.

Cerita rakyat tentu tidak dapat dipisahkan dari masyarakat dan daerah asalnya. Dusun Mangir merupakan salah satu yang memiliki kedekatan khusus dengan Ki Ageng Mangir. Dalam Babad Mangir diceritakan bahwa Ki Ageng

(3)

Mangir bertapa di daerah dimana dua sungai bertemu, daerah subur tepi sungai Progo, yaitu Mangir.

Kesaktian dan kepemimpinan Ki Ageng Mangir juga dirasakan oleh daerah-daerah sekitar. Desa-desa di sekitar Mangir pada waktu itu merupakan kekuasaan Mataram salah satunya adalah di daerah Pleret. Desa Pleret berada di kecamatan Pleret, kabupaten Bantul. Menjadi salahsatu wilayah dari Mataram, Pleret merupakan daerah strategis bagi Mataram. Pleret yang dekat hubunganya dengan Mataram dan Panembahan Senopati tentu memiliki kesan tersendiri tentang Ki Ageng Mangir.

Cerita rakyat dalam penelitian ini dilihat sebagai karya sastra Jawa. Dikatakan sebagai karya sastra Jawa karena karena cerita rakyat Ki Ageng Mangir yang merupakan folklor masyarakat Jawa. Diperkuat dengan adanya Babad

Mangir yang merupakan bukti fisik karya sastra Jawa yang memuatnya. Dalam

konteks penelitian istilah “fakta” memiliki pengertian tidak sama dengan kenyataan, tetapi lebih mengacu pada “sesuatu” daripada kenyataan exact, dan sesuatu tersebut terbentuk dari kesadaran seseorang seiring dengan pengalaman dan pemahaman seseorang terhadap sesuatu yang dipikirkanya (Maryaeni, 2005:01).

1.2 Rumusan Masalah

a. Bagaimana bentuk cerita lisan Ki Ageng Mangir di dusun Mangir dan Pleret ?

b. Bagaimana perbandingan versi cerita lisan Ki Ageng Mangir di Mangir dan Pleret ?

(4)

1.3 Tujuan Penelitian

a. Mengetahui bentuk cerita lisan ki Ageng Mangir di dusun Mangir kidul dan Pleret.

b. Mengetahui perbedaan dan persamaan cerita lisan Ki Ageng Mangir dari Mangir dengan Pleret .

1.4 Tinjauan Pustaka

Penelitian tentang Ki Ageng Mangir hingga kini telah banyak ditemui baik itu yang membahas langsung ataupun hanya sekilas mambahasnya. Dalam bentuk nyata cerita tentang ki Ageng Mangir telah dituliskan dalam naskah drama oleh Pramoedya Ananta Toer dalam bukunya yang berjudul Drama Mangir. Dalam buku Drama Mangir, cerita tentang Ki Ageng Mangir memang dituliskan, namun orientasi penyusunan untuk narasi cerita drama. Buku tersebut juga dominan dengan naskah drama pementasan, sedangkan mengenai cerita Ki Ageng Mangir sendiri hanya sebatas narasi.

Buku karya Toer telah menginspirasi beberapa mahasiswa, cerita tentang ki Ageng Mangir telah dijadikan bahan skripsi oleh dua mahasiswa Sastra Indonesia FIB UGM. Yang pertama yaitu skripsi Iir Prihatinawati yang berjudul

Drama Mangir Karya Pramoedya Ananta Toer: Analisis Intertekstual Plot dan

Tokoh. Dalam karya skripsi tersebut dibahas mengenai cerita ki Ageng Mangir, namun ruang lingkupnya hanya terpaku pada buku “ Drama Mangir “ karya Toer. Dalam skripsi itu lebih banyak membahas mengenai unsur-unsur dari drama dan analisa mengenai hubungan diantaranya.

(5)

Yang kedua yaitu skripsi karya Gempar yang berjudul Dinamika Kepribadian Tokoh Drama Mangir karya Pramoedya Ananta Toer: Tinjauan Psikoanalisis. Dalam skripsi ini juga dibahas mengenai cerita Ki Ageng Mangir, namun lagi-lagi hanya terpaku pada cerita yang tertulis dan naskah drama karya Toer. Dalam skripsi ini lebih dominan dengan analisis psikologis yang tersirat dalam naskah drama. Penulis skripsi ingin mengungkap lebih dalam mengenai dinamika tokoh utama yaitu Ki Ageng Mangir lewat dialog, sosial, dan orang-orang sekitarnya.

Penelitian yang menggunakan metode perbandingan cerita rakyat versi pernah dilakukan sebelumnya oleh mahasiswa Sastra Nusantara. Yaitu skripsi Maresanti (Sastra Nusantara angkatan 2005) yang berjudul “Cerita Rakyat Brebes Jaka Poleng: Perbandingan Versi Tulis dan Lisan“. Dalam penelitian tersebut Maresanti merekonstruksi cerita rakyat melalui wawancara dengan masyarakat di daerah asalnya. Maresanti memaparkan setiap versi cerita yang didapatkanya, kemudian membandingkanya dengan menggunakan metode naratif. Penelitian yang membandingkan dua versi lisan cerita rakyat sejauh ini peneliti belum menemukanya. Kebanyakan penelitian perbandingan versi menggunakan versi tulis sebagai pembanding untuk versi-versi lisanya. Jadi kemungkinan penelitian yang membandingkan cerita rakyat dari versi-versi lisanya saja masih belum banyak dilakukan.

Penelusuran mengenai penelitian cerita rakyat Ki Ageng terus diusahakan penulis, namun baik karya tulis, jurnal ataupun penelitian ilmiah yang serupa belum ditemukan. Jadi sejauh ini penulis menyimpulkan bahwa penelitian

(6)

yang membahas perbedaan versi cerita rakyat ki Ageng Mangir belum dilakukan sebelumnya.

1.5 Landasan Teori

Objek penelitian sangat berpengaruh dengan metode dan teori yang digunakan. Objek kajian utama merupakan hasil rekonstruksi cerita lisan, maka analisis naratif dirasa sangatlah tepat, hal ini senada dengan pendapat Maryaeni tentang analisis naratif.

Analisis naratif bertolak dari anggapan bahwa kebudayaan terkait dengan tiga hal pokok, yaitu (1) manusia, (2) ruang atau tempat, dan (3) waktu. Sasaran kajianya bisa berupa cerita lisan, cerita tertulis, maupun hasil observasi dan pengamatan yang direkonstruksi menjadi rangkaian cerita oleh peneliti (Maryaeni, 2005:40).

Penerapan teori naratif dianggap dapat memperlihatkan perbedaan-perbedaan diantara versi-versi cerita Ki Ageng Mangir. Cerita dilihat sebagai sebuah narasi yang berisi tentang kejadian-kejadian yang berkaitan. Jadi cerita dilihat sebagai struktur yang saling berkaitan dan membentuk narasi. Melihat cerita sebagai bagian-bagian yang saling berkait dan berstruktur, Seymour Chatman menjelaskan dalam bukunya sebagai berikut,

Structuralist theory argues that each narrative has two parts: a. Story (histoire), the content or chain of events (actions, happenings), plus what may be called existents (characters, items of setting); and discourse (discours), that is, the expression, the means by which the content is comunicated. In simple terms, the story is the

what in narrative that is depicted, discourse the how (Chatman,

1980:19).

Dalam teori struktural naratif dikatakan bahwa, setiap narasi memiliki dua bagian, yaitu cerita (story/content) dan wacana (discourse). Cerita (story) dikomunikasikan melalui sarana-sarana dalam wacana (discourse). Cerita adalah

(7)

apa yang digambarkan dalam narasi. Cerita berupa mata rantai kejadian (aksi dan peristiwa) ditambah dengan eksisten yang meliputi karakter dan latar.

What is communicated is story, the formal content element of narrative; and it is communicated by discourse, the formal expression element. The discourse is said to “state” the story, and these statements are of two kinds-process and statis-according to wether someone did something or something happened; or whether something simply existed in the story (Chatman, 1980:31-32).

Apa yang dikomunikasikan adalah cerita (story), bentuk unsur narasi, dan dikomunikasikan oleh wacana (discourse), yaitu bentuk unsur ekspresi. Wacana disampaikan untuk menentukan cerita, maka akan ada dua macam proses yaitu apakah seseorang melakukan sesuatu atau sesuatu terjadi, dan atau apakah sesuatu hanya ada dalam cerita.

Cerita rakyat dilihat sebagai sebuah cerita berbentuk narasi dan bersifat naratif. Naratif atau dengan kata lain kisahan merupakan jenis wacana yang sifatnya bercerita, baik berdasarkan pengamatan maupun berdasarkan rekaan, Sudjiman (1990:43). Diluar konteks bahwa cerita rakyat merupakan karya sastra atau bahkan sebuah sejarah, maka cerita rakyat merupakan susunan peristiwa yang memiliki satuan makna dan bersifat naratif.

Peristiwa-peristiwa yang disajikan dalam sebuah naratif bersifat logis dan hierarkis. Sifat logis mengandung pengertian bahwa peristiwa-peristiwa tersebut terjalin satu dengan yang lain secara sebab-akibat (Chatman, 1980:53). Adanya hubungan sebab-akibat menandakan bahwa di dalam peristiwa terdapat fungsi-fungsi yang berupa satuan makna yang saling berhubungan.

Peristiwa atau sekuen adalah inti fungsi berupa urutan-urutan logis, dan merupakan rangkaian cerita atau kejadian di dalam struktur naratif. Sekuen

(8)

yang merupakan inti disebut kernel (major event) dan satellite (minor event).

Kernel atau major event menampakan inti permasalahan yang diarahkan oleh

peristiwa ke permukaan dan menentukan perkembangan plot. Satellite atau minor event merupakan peristiwa-peristiwa pelengkap, bergantung pada kernel dan mengisinya.

Kernel dalam narasi mengacu pada peristiwa utama atau titik-titik yang, jika dihapus dari narasi, akan mengubah arah atau kejadian lain dari cerita, sehingga hasil yang berbeda. Satellite oleh karena itu, lebih seperti hiasan cerita, hal-hal ekstra yang tidak akan benar-benar mengubah narasi utama jika mereka berubah atau dihapus (Chatman, 1980:53-54).

Dua versi cerita sesungguhnya adalah satu peristiwa yang sama, maka cerita dilihat sebagai susunan dari kernel-kernel yang berisi satellite-satellite. Kernel dan Satellite merupakan kunci untuk membedah cerita. Kernel dan

Satellite dari masing-masing cerita dijadikan pembanding. Jadi dengan

membadingkan masing-masing kernel dan satellite diharapkan dapat dengan jelas melihat perbedaan dan persamaan diantara dua versi cerita.

1.6 Metode Penelitian

Penelitian (research) merupakan usaha memahami fakta secara rasional empiris yang ditempuh melalui prosedur kegiatan tertentu sesuai dengan cara yang ditentukan peneliti (Maryaeni, 2005:01). Untuk melakukan penelitian ilmiah dibutuhkan metode tepat yang sesuai dengan objek, data, dan permasalahan yang dikaji. Dalam arti kata yang sesungguhnya, maka metode (Yunani: methodos) adalah cara atau jalan. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode

(9)

menyangkut masalah cara kerja; yaitu cara kerja untuk dapat memahami obyek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan (Koentjaraningrat, 1983:7).

Objeklah yang menentukan metode, dan bukan sebaliknya; dimana metode yang telah ada menentukan obyek manakah ditetapkan sebagai sasaran upaya ilmiah (Koentjaraningrat, 1983:8). Obyek utama penelitian cerita rakyat Ki Ageng mangir adalah hasil rekonstruksi cerita yang didapat dari proses wawancara narasumber.

Objek penelitian merupakan data tertulis hasil pengamatan dan wawancara, maka metode yang dirasa tepat adalah metode kualitatif. Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2006:5) juga berpendapat bahwa metode penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Secara garis besar, ada tiga langkah yang dilakukan dalam penelitian kualitatif, yakni pengamatan, wawancara dan penelaahan dokumen (Moleong, 2006:9). Dalam pelaksanaan penelitian kualitatif ini peneliti menempuh beberapa tahap, yaitu pengumpulan data dan informasi, analisis, dan penarikan kesimpulan. Pertama dilakukan pengamatan secara langsung objek kajian dan masyarakat penuturnya, kemudian didapatkan informasi awal. Sebagai data inti peneliti melakukan wawancara dengan beberapa narasumber dari masing-masing daerah penelitian. Peneliti berusaha mendapatkan data wawancara sebanyak-banyaknya, yang kemudian diseleksi berdasarkan kelengkapan dan keaslian

(10)

cerita. Setelah mendapatkan data wawancara selanjutnya adalah menyusun rekonstruksi cerita yang merupakan data utama penelitian.

Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancara merupakan sumber data utama (Moleong, 157:2006). Pengamatan merupakan tahapan awal sebelum wawancara. Pengamatan dilakukan berdasarkan beberapa aspek, yaitu latar belakang narasumber, kedekatan narasumber dengan daerah penelitian, dan pengetahuan narasumber tentang objek penelitian. Dari pengamatan awal didapatkan narasumber yang dianggap representatif dan mampu memberikan informasi maupun data yang asli dan lengkap. Representatif yang dimaksud adalah tentang kedekatan narasumber dengan cerita Ki Ageng Mangir dan peran mereka dalam masyarakat asal cerita.

Tahap kedua yaitu analisis data, merupakan pemaparan analisa permasalahan dengan kerangka berfikir yang telah disampaikan dalam landasan teori. Menurut Patton (dalam Moleong, 280:2006) analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikan ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar.

Tahap terakhir adalah menarik kesimpulan yang dihasilkan dari analisa. Menjawab permasalahan dan menyimpulkan hasil penelitian. Kesimpulan yang merupakan jawaban dari permasalahan penelitian.

1.7 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup adalah mengenai batasan-batasan yang ada dalam penelitian. Dalam konteks penelitian, batasan-batasan yang dimaksud adalah tentang seberapa besar wilayah penelitian, seberapa banyak data dan seberapa

(11)

jauh pembahasan masalah. Objek kajian harus memiliki batasan dan ruang lingkup yang jelas. Banyaknya versi serta luasnya wilayah penelitian merupakan faktor utama yang mendorong harus adanya pembatasan atau ruang lingkup.

Cerita rakyat ki Ageng Mangir memiliki banyak versi dan wilayah asalnya pun sangatlah luas. Maka perlu dijelaskan batasan wilayah, dan batasan objek tulis penelitian. Ada dua wilayah yang dijadikan wilayah penelitian. Yang pertama yaitu desa Mangir yang berada di dusun Sendangsari, kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Yang kedua adalah desa Pleret, dusun Pleret, kecamatan Pleret, Bantul Yogyakarta. Data hasil rekonstruksi budaya lisan cerita rakyat ki Ageng Mangir yang berasal dari masyarakat desa Mangir akan dibandingkan dengan hasil rekonstruksi cerita dari masyarakat desa Pleret.

Narasumber sangat dibutuhkan dalam pengumpulan data dan informasi mengenai objek. Dengan mewawancarai para narasumber didapatkan data yang dibutuhkan. Mengingat objek kajian merupakan cerita rakyat yang sangat erat dengan wilayah asalnya, maka narasumber ditentukan dengan klasifikasi profesi dan strata sosial di masyarakat, yaitu yang dituakan sebagai generasi tertua yang mewarisi cerita. Ikatan emosi juga sangat berpengaruh, sehingga narasumber yang dianggap memiliki hubungan dekat dengan para tokoh dan daerah asal cerita sangatlah dibutuhkan.

Pengambilan data melalui wawancara diusahakan sebanyak-banyaknya. Dengan mengambil data sebanyak mungkin maka dapat diseleksi data mana yang dianggap paling lengkap dan kuat. Yang dimaksudkan dengan lengkap adalah tentang kelengkapan cerita seperti latar, tokoh, alur, dan peristiwa. Lantas

(12)

yang dimaksudkan dengan kuat adalah seberapa dalam narasumber mengetahui cerita. Maka dengan menyeleksi data-data hasil wawancara, dibatasi 3 hasil wawancara dari setiap daerah penelitian.

1.8 Sistematika Penyajian

Bab I meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian dan ruang lingkup. Latar belakang masalah, merupakan paparan mengenai hal-hal yang melatar belakangi sebuah penelitian. Paparan tentang mengapa penelitian ini harus dilakukan, apa yang menarik dan apa yang akan diteliti. Informasi-informasi penting serta beberapa hal mengenai objek yang selayaknya perlu diketahui sebagai pendahuluan.

Rumusan masalah, merupakan inti permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian. Poin-poin yang berbentuk kalimat yang berisi pertanyaan inti tentang objek. Kalimat pertanyaan sederhana tentang arah kajian perbandingan versi cerita rakyat ki Ageng Mangir.

Tinjauan pustaka, juga merupakan bagian dari pendahuluan. Penelitian terdahulu dan penelitian-penelitian sejenis yang pernah dilakukan cukup penting dalam perencanaan penelitian. Penelitian terdahulu sangat bermanfaat bagi penyusunan penelitian dan perencanaanya. Dengan tinjauan pustaka dapat diketahui kekurangan dan kelebihan baik itu dalam pemecahan masalah maupun pelaksanaan penelitian, tentu saja dengan sudut pandang yang berbeda dan objek yang berbeda pula.

Landasan teori, yaitu pemaparan tentang teori-teori yang digunakan untuk memecahkan masalah. Dipaparkan kerangka berpikir dari peneliti yang

(13)

telah diperkuat dengan pendapat dan teori peneliti-peneliti yang terdahulu. Karena banyaknya pendapat dan sudut pandang dalam memecahkan sebuah masalah, bagian landasan teori sangatlah penting. Diharapkan pembaca dapat memahami sudut pandang serta pemikiran peneliti, sehingga penelitian ilmiah dapat diapresiasi.

Metode penelitian, ada beberapa ragam metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ilmiah, maka perlu diperjelas metode apa yang digunakan dalam penelitian ini. Dengan melihat objek dan masalah dapat diketahui metode yang tepat untuk melakukan penelitian.

Ruang lingkup penelitian merupakan bagian terakhir dari Bab I. Objek yang dikaji erat hubunganya dengan masyarakat dan aspek-aspek lain maka ruang lingkup sangatlah perlu dalam sebuah penelitian. Jadi diharapkan dari bagian ini dapat diketahui batasan-batasan mengenai objek kajian penelitian secara detail dan jelas.

Bab II menjelaskan tentang deskripsi objek penelitian. Penjelasan lengkap, dan ringkasan tentang cerita Ki Ageng Mangir. Objek kajian utama adalah cerita rakyat hasil rekonstruksi wawancara narasumber di Mangir dan Pleret. Versi tulis cerita Ki Ageng Mangir dari Babad Mangir dicantumkan sebagai gambaran awal mengenai cerita rakyat Ki Ageng Mangir.

Bab III merupakan bagian analisa permasalahan menggunakan teori-teori yang tepat dan informasi-informasi terkait. Bab III merupakan kajian mendalam mengenai perbandingan dua versi cerita rakyat ki Ageng Mangir, setiap versi dianalisa terlebih dahulu, sehingga didapatkan susunan cerita dari

(14)

masing-masing versi. Setelah mendapatkan susunan cerita masing-masing versi, kemudian dapat dibandingkan dan pada akhirnya dapat mengetahui perbedaan dan persamaan diantaranya.

Bab IV meliputi kesimpulan, saran, daftar pustaka dan lampiran-lampiran. Kesimpulan merupakan bab terakhir, yaitu bab yang memuat jawaban dari permasalahan. Bagian ini merupakan jawaban dari seluruh permasalahan yang telah dikaji, dan merupakan kesimpulan dari penelitian. Selain kesimpulan juga dicantumkan daftar pustaka, serta lampiran. Daftar pustaka berupa daftar buku-buku rujukan, serta sumber-sumber pendukung penelitian. Lampiran berupa

Referensi

Dokumen terkait

Setelah penulis melakukan langkah-langkah dalam kritik sanad dan matan terhadap hadis riwayat Ibn Ma>jah no Indeks 3053, maka hadis ini awalnya berkualitas d}ai>f karena

Sebagai masukan PDAM khususnya Kota Surabaya, tentang konsekuensi kualitas layanan yang telah disampaikan kepada pelanggan baik untuk pelanggan yang tidak pernah

Dua kilogram limbah padat jamu dicampur dengan 3 liter air suling kemudian dialiri uap panas menggunakan alat distilasi uap-air selama 24 jam, dihitung dari tetesan pertama

Sebagian besar ahli memberi pengertian kebijakan publik dalam kaitannya dengan keputusan atau ketetapan pemerintah untuk melakukan suatu tindakan yang dianggap akan

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd) pada Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris.

Berdasarkan permasalahan dan pengolahan data hasil penelitian, maka dinyatakan bahwa secara umum terdapat pengaruh antara motivasi berprestasi, minat dan sikap terhadap

Equaliz adalah band asal kota Medan bergenre pop-rock yang beranggotakan lima?. personil yang merupakan alumni dan mahasiswa Etnomusikologi USU, terdiri

* Ziarah bid'iyah yaitu ziarah kubur untuk tujuan-tujuan tertentu bukan sebagaimana yang tersebut diatas, diantaranya untuk shalat disana, thawaf, mencium dan