• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar pada materi pencemaran dan kerusakan lingkungan kelas VIIB SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar pada materi pencemaran dan kerusakan lingkungan kelas VIIB SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta."

Copied!
170
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PADA MATERI PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN KELAS

VIIB SMP KANISIUS KALASAN YOGYAKARTA Alfonsa Diana Seran

Universitas Sanata Dharma

ABSTRAK

Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIIB SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIIB SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada materi pencemaran dan kerusakan lingkungan. Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus dan masing-masing siklus terdiri atas 2 kali pertemuan. Data yang diperoleh yaitu berupa data hasil tes akhir (post test) dari setiap siklus, data hasil observasi aspek afektif dan hasil pengisian kuisioner motivasi. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa. Untuk motivasi awal, terdapat 60% siswa berada pada kategori sangat tinggi dan 40% siswa berada pada kategori tinggi. Sedangkan pada siklus II terdapat 88% siswa pada kategori sangat tinggi dan 12% siswa pada kategori tinggi. Untuk hasil belajar pada siklus I aspek kognitif diperoleh rata-rata yang diperoleh 67,16 dengan ketuntasan kelas sebesar 40%, sedangkan pada siklus II diperoleh rata-rata 84,76 dengan ketuntasan kelas yaitu 80%. Untuk hasil belajar aspek afektif, pada siklus I sebesar 84% siswa pada kategori tinggi dan 16% siswa pada kategori sedang, pada siklus II persentasenya kategori tinggi sebesar 100%.

Kesimpulan yang diperoleh adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada materi pencemaran dan kerusakan lingkungan meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas VII SMP Kanisius kalasan Yogyakarta.

Kata Kunci :

(2)

THE APPLICATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL OF JIGSAW TYPE TO INCREASE THE MOTIVATION AND THE LEARNING RESULTS ON ENVIRONMENTAL POLLUTION AND DAMAGE MATERIAL AT VIIB

GRADE IN SMP KANISIUS KALASAN YOGYAKARTA Alfonsa Diana Seran

Sanata Dharma University ABSTRACT

This research is conducted because of the lack of motivation and performance in learning biology on VIIB SMP Kanisius Kalasan. The research aimed at increasing the motivation and the learning result of VIIB grade students in SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta by using the application of cooperative learning model of jigsaw type on environmental pollution and damage material. The research was conducted in 2 cycles in which cycle had 2 meetings. Data obtained were posttest result of each cycle, the result of observation in affective aspect, and the result of motivation questionnaire filling. The data was analyzed by qualitatively and quantitatively.

The result of the research showed that there was an increase in the motivation and the learning results of the students. In the initial motivation, 60% students were in very high category and 40% students were in high category. Meanwhile, in cycle II, 88% students were in very high category and 12% students were in high category. In the learning result in cycle I, the average of the cognitive aspect was 67.16 with 40% of class completeness. Meanwhile, in cycle II, the average of the cognitive aspect was 84.76 with 80% of class completeness. The result of the affective aspect in cycle I, 84% students were in high category and 16% students were in medium category. In cycle II, there was 100% of high category of the affective aspect.

It could be concluded that the application of cooperative learning model of jigsaw type on environmental pollution and damage material could increase the motivation and the learning result of VIIB grade students in SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta.

Keywords :

(3)

i

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PADA MATERI PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN KELAS

VIIB SMP KANISIUS KALASAN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh :

Alfonsa Diana Seran 121434031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya kecil ini kepersembahan untuk : Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria

Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Robertus Seran Bria dan Ibu Vionelda Alan Kiik, kakak dan adik-adikku tersayang. Pemberi beasiswa PPKA dan YUPP. Program Studi Pendidikan Biologi

(7)

v MOTTO

Ketika kita tidak pernah melakukan kesalahan, itu artinya kita tidak pernah berani mencoba.

(8)
(9)
(10)

viii

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PADA MATERI PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN KELAS

VIIB SMP KANISIUS KALASAN YOGYAKARTA Alfonsa Diana Seran

Universitas Sanata Dharma

ABSTRAK

Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIIB SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIIB SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada materi pencemaran dan kerusakan lingkungan. Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus dan masing-masing siklus terdiri atas 2 kali pertemuan. Data yang diperoleh yaitu berupa data hasil tes akhir (post test) dari setiap siklus, data hasil observasi aspek afektif dan hasil pengisian kuisioner motivasi. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa. Untuk motivasi awal, terdapat 60% siswa berada pada kategori sangat tinggi dan 40% siswa berada pada kategori tinggi. Sedangkan pada siklus II terdapat 88% siswa pada kategori sangat tinggi dan 12% siswa pada kategori tinggi. Untuk hasil belajar pada siklus I aspek kognitif diperoleh rata-rata yang diperoleh 67,16 dengan ketuntasan kelas sebesar 40%, sedangkan pada siklus II diperoleh rata-rata 84,76 dengan ketuntasan kelas yaitu 80%. Untuk hasil belajar aspek afektif, pada siklus I sebesar 84% siswa pada kategori tinggi dan 16% siswa pada kategori sedang, pada siklus II persentasenya kategori tinggi sebesar 100%.

Kesimpulan yang diperoleh adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada materi pencemaran dan kerusakan lingkungan meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas VII SMP Kanisius kalasan Yogyakarta.

Kata Kunci :

(11)

ix

THE APPLICATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL OF JIGSAW TYPE TO INCREASE THE MOTIVATION AND THE LEARNING RESULTS ON ENVIRONMENTAL POLLUTION AND DAMAGE MATERIAL AT VIIB

GRADE IN SMP KANISIUS KALASAN YOGYAKARTA Alfonsa Diana Seran

Sanata Dharma University ABSTRACT

This research is conducted because of the lack of motivation and performance in learning biology on VIIB SMP Kanisius Kalasan. The research aimed at increasing the motivation and the learning result of VIIB grade students in SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta by using the application of cooperative learning model of jigsaw type on environmental pollution and damage material. The research was conducted in 2 cycles in which cycle had 2 meetings. Data obtained were posttest result of each cycle, the result of observation in affective aspect, and the result of motivation questionnaire filling. The data was analyzed by qualitatively and quantitatively.

The result of the research showed that there was an increase in the motivation and the learning results of the students. In the initial motivation, 60% students were in very high category and 40% students were in high category. Meanwhile, in cycle II, 88% students were in very high category and 12% students were in high category. In the learning result in cycle I, the average of the cognitive aspect was 67.16 with 40% of class completeness. Meanwhile, in cycle II, the average of the cognitive aspect was 84.76 with 80% of class completeness. The result of the affective aspect in cycle I, 84% students were in high category and 16% students were in medium category. In cycle II, there was 100% of high category of the affective aspect.

It could be concluded that the application of cooperative learning model of jigsaw type on environmental pollution and damage material could increase the motivation and the learning result of VIIB grade students in SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta.

Keywords :

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar pada Materi Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kelas VIIB SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta”.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak menerima bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih kepada :

1. Drs. A. Tri Priantoro, M.For.Sc., selaku Kepala Program Studi Pendidikan Biologi sekaligus dosen pembimbing skripsi yang telah berkenan meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan masukan, mengarahkan dan motivasi penulis selama menyusun skripsi.

2. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Biologi yang telah mengajar dan membimbing peneliti selama berada dibangku kuliah.

3. Bapak Yusup Indrianto P., S.Pd. selaku Kepala Sekolah SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian skripsi di sekolah tersebut.

4. Ibu Heffi Widyaningrum S.Pd.Si. selaku guru mata pelajaran biologi SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta yang telah memberi pengarahan kepada peneliti selama melakukan penelitian.

5. Siswa-siswi kelas VIIB SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016 atas kerjasama, dan kebersamaan selama proses penelitian.

6. Mgr. Aloysius Murwito. OFM selaku Bapak Uskup Keuskupan Agats-Asmat yang telah memberi kesempatan kepada peneliti untuk melanjutkan studi S1 melalui beasiswa.

7. Pemberi beasiswa dari Yayasan Umat Peduli Pendidikan (YUPP) dan Panitian Peduli Keuskupan Asmat (PPKA) yang telah membiayai peneliti selama manjalankan pendidikan di Universitas Sanata Dharma.

8. Mama Shanti dan Mama Nik sebagai perwakilan YUPP dan PPKA yang selalu mendoakan, mendukung, mengunjungi peneliti selama kuliah.

9. Kedua orangtua tercinta Bapak Robertus Seran Bria dan Ibu Vionelda Alan Kiik dan keluarga besarku atas doa, dukungan, semangat, motivasi dan material yang telah diberikan selama ini.

10.Sahabat-sahabat terbaikku Rini, Anna, Suster Ledi, Irene dan Arli yang selalu mendukung peneliti dalam menyusun skripsi.

11.Teman-teman Program Studi Pendidikan Biologi angkatan 2012 Universitas Sanata Dharma atas kebersamaannya selama ini.

(13)

xi

berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti dan juga semua pihak yang membutuhkan. Sekian dan terima kasih. Tuhan Memberkati kita semua.

Yogyakarta, 18 Agustus 2016

(14)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Batasan Masalah... 5

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

1. Bagi Peneliti ... 6

2. Bagi Guru ... 7

3. Bagi Sekolah ... 7

4. Bagi Siswa ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran ... 8

B. Hasil Belajar ... 9

1. Pengertian Hasil belajar ... 9

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 14

C. Motivasi Belajar ... 15

1. Pengertian Motivasi Belajar ... 15

2. Fungsi Motivasi ... 16

3. Macam-macam Motivasi ... 16

4. Cara Meningkatkan Motivasi ... 17

(15)

xiii

1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ... 21

2. Prinsip Dasar dan Karakteristik Pembelajaran Kooperatif ... 22

3. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif ... 23

E. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 24

F. Materi Pembelajaran ... 28

G. Hasil Penelitian yang relevan ... 28

H. Kerangka Berfikir... 29

I. Hipotesa... 33

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 34

B. Variabel Penelitian ... 34

C. Setting Penelitian ... 35

1. Subyek Penelitian ... 35

2. Obyek Penelitian ... 35

3. Tempat Penelitian... 35

4. Waktu Penelitian ... 35

D. Rancangan Penelitian ... 35

1. Pra Tindakan ... 36

2. Siklus I ... 37

3. Siklus II ... 39

E. Instrument Penelitian ... 41

1. Instrument Pembelajaran ... 41

a. Silabus ... 41

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 41

c. Kartu Soal ... 42

2. Instrument Pengumpulan Data Penelitian ... 42

a. Test ... 42

b. Non-test ... 42

F. Analisis Data ... 45

a. Analisis Kuantitatif ... 45

1. Hasil Belajar (Aspek Kognitif) ... 45

2. Hasil Belajar (Aspek Afektif) ... 46

3. Data Motivasi Belajar ... 47

b. Analisis Kualitatif ... 48

G. Indikator Keberhasilan ... 48

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Penelitian Tiap Siklus ... 50

1. Siklus I ... 50

1) Pelaksanaan Pertemuan I... 51

2) Pelaksanaan Pertemuan II ... 55

3) Observasi ... 57

4) Refleksi ... 58

2. Siklus II ... 58

(16)

xiv

2) Pelaksanaan Pertemuan II ... 62

3) Refleksi ... 63

B. Analisis Hasil Penelitian ... 64

1. Motivasi Belajar ... 64

2. Hasil Belajar Ranah Kognitif ... 65

3. Hasil Belajar Ranah Afektif ... 67

C. Pembahasan ... 69

1. Motivasi Belajar Siswa ... 69

2. Hasil Belajar Ranah Kognitif ... 70

3. Hasil Belajar Ranah Afektif ... 75

D. Keterbatasan Penelitian ... 78

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 79

B. Saran ... 80

(17)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Penetapan Skor Kuisioner Motivasi Belajar ... 43

Tabel 3.2 Penggolongan Kelas Interval Motivasi Belajar Siswa ... 44

Tabel 3.3 Skor Motivasi Belajar Awal/Skor Motivasi Akhir ... 44

Tabel 3.4 Kriteria Skor Ketuntasan Individu ... 46

Tabel 3.5 Kriteria Persentase Observasi Aspek Afektif Siswa ... 47

Tabel 3.6 Kategori Motivasi Siswa ... 48

Tabel 3.7 Indikator Keberhasilan Penelitian ... 49

Tabel 4.1 Hasil Analisis Motivasi Belajar Siswa Kelas VIIB ... 65

Tabel 4.2 Hasil Analisis Tes Akhir Siklus I (Ranah Kognitif) ... 66

Tabel 4.3 Hasil Analisis Tes Akhir Siklus II (Ranah Kognitif) ... 67

Tabel 4.4 Hasil Analisis Ranah Afektif Siklus I dan Siklus II ... 68

(18)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ... 32

Gambar 4.1 Kegiatan Awal Pertemuan Pertama... 52

Gambar 4.2 Kegiatan Diskusi Kelompok ... 54

Gambar 4.3 Kegiatan Presentasi ... 56

Gambar 4.4 Kegiatan Post Test Ranah Kognitif Siklus I ... 57

Gambar 4.5 Kegiatan Diskusi ... 61

Gambar 4.6 Diagram Motivasi Siswa Siklus I dan Siklus II ... 70

Gambar 4.7 Diagram Peningkatan Ranah Kognitif Siklus I dan Siklus II 72

(19)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Silabus Kegiatan Pembelajaran ... 83

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ... 85

Lampiran 3 Kisi-Kisi Kartu Soal Siklus I ... 90

Lampiran 4 Kartu Soal Siklus I ... 91

Lampiran 5 Kisi- Kisi Post test Siklus I ... 92

Lampiran 6 Soal Post Test Siklus I ... 94

Lampiran 7 Kunci Jawaban dan Pedoman Skor Siklus I ... 96

Lampiran 8 Hasil Post test Siswa Kelas I ... 98

Lampiran 9 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II ... 102

Lampiran 10 Kisi-Kisi Kartu Soal Siklus II ... 108

Lampiran 11 Kartu Soal Siklus II ... 109

Lampiran 12 Kisi-Kisi Soal Tes Akhir (Post test) Siklus II ... 110

Lampiran 13 Soal Post Test Siklus II ... 111

Lampiran 14 Kunci Jawaban dan Panduan Skor Siklus II ... 113

Lampiran 15 Hasil post test Siswa Siklus II ... 115

Lampiran 16 Kisi-Kisi Motivasi Awal ... 119

Lampiran 17 Lembar Kuisioner Motivasi awal ... 120

Lampiran 18 Lembar Jawaban Kuisioner Motivasi awal ... 122

Lampiran 19 Kisi-Kisi Motivasi Akhir ... 124

Lampiran 20 Kuisioner Motivasi Akhir ... 125

Lampiran 21 Lembar Jawaban Kuisioner Motivasi Akhir ... 127

Lampiran 22 Lembar Observasi Ranah Afektif Siklus I dan II ... 129

Lampiran 23 Hasil Observasi Ranah Afektif Siklus I ... 133

Lampiran 24 Hasil Observasi Ranah Afektif Siklus II ... 137

Lampiran 25 Hasil Analisis Post Test Siklus I ... 141

Lampiran 26 Hasil Analisis Post Test Siklus II ... 143

Lampiran 27 Hasil Analisis Ranah Afektif Siklus I dan Siklus II ... 145

(20)

xviii

(21)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses pembelajaran di dalam kelas merupakan suatu dunia komunikasi

tersendiri di mana terjadi pertukaran pikiran antara guru dan siswa untuk

mengembangkan suatu ide. Pembelajaran juga merupakan aspek kegiatan manusia

yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Pembelajaran secara

sempit dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara

pengembangan dan pengalaman hidup. “Pembelajaran dalam makna kompleks

adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya

(mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka

mencapai tujuan yang diharapkan” (Trianto, 2009). Salah satu cara pendidik untuk

mencapai tujuan pembelajaran yaitu dengan menggunakan metode atau model

pembelajaran sesuai dengan materi yang disampaikan.

Berdasarkan hasil observasi penulis di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta,

terlihat bahwa proses pembelajaran dilakukan dengan metode ceramah dan tanya

jawab sehingga siswa terlihat kurang aktif. Secara umum, ketika proses

pembelajaran berlangsung di dalam kelas, siswa hanya menjawab pertanyaan jika

diajukan oleh guru. Selain itu, siswa terlihat kurang termotivasi untuk mengikuti

proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari tidak adanya inisiatif dari para

(22)

Selain itu, guru hanya menggunakan media power point tanpa media lain

yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Dalam pembelajaran biologi biasanya

guru hanya memberi materi melalui slide atau melalui buku pegangan dengan

metode ceramah yang diselingi tanya jawab. Guru belum bisa menerapkan metode

dan media yang bervariasi sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran

dikarenakan guru tidak mempunyai waktu untuk menyiapkan media disebabkan

oleh jadwal mengajar yang sangat padat. Dampak dari metode pembelajaran yang

digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar ini, membuat siswa menjadi

jenuh dan pasif serta membuat siswa tidak termotivasi untuk mempelajari

pencemaran dan kerusakan lingkungan. Akibat dari motivasi yang rendah, ini

mempengaruhi hasil belajar siswa. Motivasi siswa yang rendah tersebut dapat

dilihat dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan siswa yang tidak ada hubungannya

dengan proses pembelajaran seperti melamun, mengantuk, mengobrol dan lain

sebagainya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa permasalahan pokoknya

adalah bagaimana guru memilih metode dan tipe media pembelajaran yang tepat

untuk melibatkan siswa dalam proses pembelajaran di kelas.

Materi pencemaran dan kerusakan lingkungan merupakan salah satu

materi dalam pelajaran biologi dianggap mudah karena berkaitan dengan

kehidupan sehari-hari. Namun berdasarkan rata -rata nilai hasil belajar siswa kelas

VII SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta tahun sebelumnya pada materi

pencemaran dan kerusakan lingkungan hanya 61,21 dengan ketuntasan KKM

sebesar 57% siswa. Sementara 43% siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM

(23)

pembelajaran dianggap tuntas/berhasil apabila ketercapaian KKM minimal 75%

dari jumlah siswa. Dari data tersebut jelas bahwa hasil belajar siswa kelas VII

pada mata pelajaran pencemaran dan kerusakan lingkungan masih perlu

ditingkatkan.

Salah satu cara untuk mengukur keberhasilan suatu pembelajaran yaitu

dengan tercapainya indikator dan tujuan pembelajaran yang telah disusun.

Indikator keberhasilan belajar adalah tercapainya tujuan pembelajaran oleh siswa,

sedangkan tujuan pembelajaran akan tercapai apabila kegiatan belajar siswa dapat

dioptimalkan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh masing–masing

siswa. Ini berarti jika motivasi belajar siswa dapat ditingkatkan, maka hasil belajar

sebagai tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik, sesuai dengan apa yang

diharapkan.

Atas dasar situasi tersebut, maka perlu dilakukan perbaikan pada proses

pembelajaran Biologi untuk kelas VIIB SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta, agar

motivasi dan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan. Salah satu metode yang dapat

diterapkan untuk mengembangkan hasil dan motivasi belajar adalah dengan

pembelajaran koopertif tipe Jigsaw.

Pemilihan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dikarenakan model

ini dapat membuat siswa lebih aktif sehingga pelajaran yang telah dipelajari

menjadi lebih mudah dipahami. Selain itu, Jigsaw lebih difokuskan pada

pembelajaran teman dalam kelompok atau teman sebaya, sehingga dapat

meminimalisir kesenjangan tingkat kemampuan akademik tinggi untuk dapat

(24)

yang memiliki kemampuan akademik rendah dapat belajar dari teman yang

memiliki kemampuan akademik tinggi.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti akan melakukan

penelitian mengenai penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw untuk

meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Penelitian ini diberi judul :

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN KELAS VII SMP KANISIUS KALASAN YOGYAKARTA”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan,

masalah-masalah yang akan di teliti dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan

motivasi belajar pada materi pencemaran dan kerusakan lingkungan siswa

kelas VIIB SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta ?

2. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil

belajar pada materi pencemaran dan kerusakan lingkungan siswa kelas VIIB

(25)

C. Batasan Masalah

Agar penelitian ini dapat dipahami dengan baik sesuai dengan tujuan, maka

diperlukan suatu batasan masalah yang akan dikaji secara mendalam. Fokus

pembahasan skripsi ini yaitu tentang:

1. Subjek penelitian

Subjek penelitian adalah 25 siswa kelas VIIB SMP Kanisius Kalasan

Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016.

2. Objek penelitian

Objek penelitian adalah motivasi dan hasil belajar. Dalam hal ini, fokus

peneliti lebih kepada aspek kognitif dan aspek afektif siswa kelas VIIB SMP

Kanisius Kalasan Yogyakarta dengan Penerapan Pembelajaran Kooperatif

Tipe Jigsaw.

3. Materi pokok

a. Standar Kompetensi

Standar Kompetensi yang digunakan yaitu : 7. Memahami saling

ketergantungan dalam ekosistem.

b. Kompetensi Dasar

Kompetensi Dasar yang digunakan yaitu : 7.4 Mengaplikasikan peran

manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan

kerusakan lingkungan. Materi yang dibahas adalah Pencemaran dan

(26)

4. Parameter

Parameter keberhasilan yang akan diukur dalam penelitian ini adalah motivasi

dan hasil belajar siswa. Motivasi belajar siswa diukur dengan menggunakan

kuisioner sedangkan hasil belajar untuk aspek kognitif diukur dengan melihat

nilai post test pada setiap akhir siklus sedangkan untuk aspek afektif diukur

dengan menggunakan lembar observasi.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui :

1. Peningkatan motivasi belajar Biologi setelah diterapkannya metode

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada materi pencemaran dan kerusakan

lingkungan siswa kelas VIIB SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta.

2. Peningkatan hasil belajar Biologi setelah diterapkannya metode

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada materi pencemaran dan kerusakan

lingkungan siswa kelas VIIB SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta.

E. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian tindakan kelas dengan menggunakan metode

pembelajaran tipe Jigsaw diharapkan dapat memberikan manfaat seperti :

1. Bagi peneliti

Hasil penelitiannya dapat dimanfaat untuk menambah pengetahuan mengenai

(27)

meningkatkan motivasi dan hasil belajar agar pembelajaran lebih berkualitas

serta dapat menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw secara

langsung dalam proses pembelajaran dikelas.

2. Bagi guru

Dapat dijadikan alternatif metode pembelajaran Biologi yang akan

dilaksanakan di kelas, selain itu dapat juga dijadikan sumber referensi

penggunaan media dan metode pembelajaran yang sesuai dengan

pembelajaran Biologi.

3. Bagi sekolah

Memberi sumbangan bagi peningkatan kualitas sekolah dalam perbaikan

pembelajaran Biologi.

4. Bagi siswa

Dengan penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam

pembelajaran Biologi diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa

dalam kegiatan pembelajaran sehingga pada akhirnya hasil belajar siswa pun

(28)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Belajar dan Pembelajaran

“Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungan” (Slameto, 2010).

“Belajar merupakan kegiatan yang membawa manusia pada perkembangan

pribadi yang seutuhnya, meliputi perkembangan kognitif, afektif dan

psikomotorik” (Yamin, 2012). Menurut Robbins dalam Trianto (2009), “belajar

merupakan sebuah proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan)

yang sudah dipahami dan sesuatu pengetahuan baru”. “Belajar merupakan suatu

aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan

lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam

pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai sikap” (Winkel, 2009). Dari definisi tersebut

dimensi belajar memuat beberapa unsur, yaitu : penciptaan hubungan, sesuatu hal

(pengetahuan) yang sudah di pahami, dan sesuatu (pengetahuan) yang baru. Jadi,

dapat dikatakan bahwa makna/arti dari belajar itu sendiri tidak berangkat dari

sesuatu yang benar-benar tidak diketahui (nol), tetapi merupakan keterkaitan dari

dua pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan baru.

Menurut Sudjana dalam Sugiharto dkk., (2007) “pembelajaran merupakan

(29)

menyebabkan peserta didik melakukan kegiatan belajar”. Pembelajaran

merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat

dijelaskan. Pembelajaran secara sederhana dapat diartikan sebagai produk

interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. “Dalam arti

yang lebih kompleks, pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang

guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan

sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan” (Trianto,

2009).

Dari uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa belajar dan pembelajaran

merupakan dua hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan serta

melibatkan peran penting pendidik maupun peserta didik, karena belajar

merupakan segala upaya yang dilakukan oleh peserta didik untuk memperoleh

pengetahuan, keterampilan dan perubahan tingkah laku. Sedangkan pembelajaran

adalah upaya yang dilakukan oleh pendidik untuk mengoptimalkan pengetahuan

peserta didik.

B. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

“Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah

menerima pengalaman belajarnya” (Sudjana, 2009). “Menurut Suprijono (2009)

hasil belajar adalah adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,

(30)

dalam Suprijono (2009) mengatakan bahwa “hasil belajar meliputi kecakapan,

informasi, pengertian, dan sikap”.

Berdasarkan beberapa pengertian yang ada, maka hasil belajar merupakan

kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah melakukan pembelajaran berupa

perubahan yang mencakup tiga aspek yaitu aspek kognitif, aspek

psikomotorik, dan aspek afektif. Masing-masing dari aspek tersebut memiliki

kategori-kategori yang disusun secara hirarkis, sehingga menjadi taraf-taraf

yang semakin bersifat kompleks.

a. Aspek kognitif

Aspek kognitif adalah aspek yang mencakup kegiatan yang dilakukan oleh

otak. “Hal ini berarti segala upaya yang mencakup aktivitas otak termasuk

dalam aspek kognitif” (Sudaryono, 2012). “Tujuan kognitif berorientasi

kepada kemampuan “berfikir”, mencakup kemampuan intelektual yang lebih

sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah

yang menuntutkan siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan

gagasan, metode atau prosedur yang sebelumnya dipelajari untuk

memecahkan masalah tersebut (Yamin, 2012 Menurut Bloom, dkk., dalam

Winkel (2015) aspek kognitif mencakup :

1. Pengetahuan C1 : mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari

dan disimpan dalam ingatan. Hal-hal itu dapat meliputi fakta, kaidah, dan

prinsip, serta metode yang diketahui;

2. Pemahaman C2 : mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti

(31)

3. Penerapan C3 : mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah

atau metode bekerja pada suatu kasus/masalah yang konkret dan baru;

4. Analisis C4 : mencakup kemampuan untuk merinci satu kesatuan ke dalam

bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat

dipahami dengan baik, kemampuan ini dinyatakan dengan menganalisis

bagian-bagian dasar, bersama dengan hubungan/relasi antar semua bagian;

5. Evaluasi C5 : mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat

mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan pertanggung

jawaban pendapat tersebut.

6. Berkreasi C6 : mencakup kemampuan dalam merancang, membangun,

merencanakan, memperkuat, memperindah dan mengubahnya.

b. Aspek psikomotorik

Aspek ini meliputi keterampilan motorik yang berhubungan dengan

anggota tubuh, atau tindakan (action) yang memerlukan koordinasi antara

syaraf dan otot. Menurut Yamin (2012) terdapat 4 kategori aspek

psikomotorik yaitu :

1) Gerakan seluruh badan (gross body movement)

Gerakan seluruh badan adalah perilaku seseorang dalam suatu kegiatan yang

memerlukan gerakan fisik secara menyeluruh.

2) Gerakan yang terkoordinasi (coordination movements)

Gerakan yang terkoordinasi dalah gerakan yang dihasilkan dari perpaduan

antara fungsi salah satu atau lebih indera manusia dengan salah satu anggota

(32)

3) Komunikasi nonverbal (nonverbal communication)

Komunikasi nonverbal adalah hal-hal yang berkenaan dengan komunikasi

yang menggunakan simbol-simbol atau isyarat, misalnya isyarat dengan

tangan, anggukan kepala, ekspresi wajah, dan lain-lain.

4) Kebolehan dalam berbicara (speech behaviour)

Kebolehan dalam berbicara dalam hal-hal yang berhubungan dengan

koordinasi gerakan tangan atau anggota badan lainnya dengan ekspresi muka

dan kemampuan berbicara.

c. Aspek afekif

Aspek ini berhubungan dengan perasaan, emosi sistem nilai dan sikap hati

(attitude) yang menunjukkan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu

(Yamin, 2012). Aspek afektif meliputi lima aspek kemampuan yaitu :

1. Stimulasi

Stimulasi yaitu semacam kepekaan dalam menerima rangsang dari luar yang

datang dalam bentuk masalah, situasi dan gejala, dalam tipe ini termasuk

kesadaran, keinginan untuk menerima stimulasi kontrol dan seleksi gejala

rangsangan dari luar.

2. Jawaban

Jawaban yaitu reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang

datang dari luar. Hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam

(33)

3. Penilaian

Penilaian ini terdiri atas kesediaan menerima nilai, latar belakang atau

pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai tersebut.

4. Organisasi

Organisasi yaitu pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi,

termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan dan prioritas nilai.

5. Karakteristik

Karakteristik yakni keterpaduan semua sistem nilai yang dimiliki seseorang

yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.

Secara umum aspek yang biasa dinilai dalam suatu proses pembelajaran

yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik. Namun fokus utama

yang akan peneliti teliti hanya dua aspek yaitu aspek kognitif dan aspek afektif.

Aspek kognitif berkaitan dengan kemampuan berfikir siswa yang akan digunakan

oleh peneliti untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi

sedangkan aspek afektif berkaitan dengan sikap siswa yang akan ditunjukkan oleh

siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw. Hal ini di ka renakan kedua aspek tersebut memiliki

kaitan erat dengan judul penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu untuk

meningkatkan motivasi dan hasil belajar pada siswa kelas VIIB SMP Kanisius

Kalasan Yogyakarta.

Dalam penelitian ini, level kognitif yang akan diukur oleh peneliti adalah

(34)

sesuai dengan kompetensi dasar dan materi yang akan peneliti berikan kepada

siswa-siswi kelas VIIB SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Slameto (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

dapat digolongkan menjadi dua golongan sebagai berikut.

a. Faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang disebut faktor individu

(internal), meliputi: (1) Faktor biologis, yang meliputi: kesehatan, gizi,

pendengaran dan penglihatan. Jika salah satu dari faktor biologis terganggu

maka akan mempengaruhi hasil prestasi belajar. (2) Faktor Psikologis,

meliputi: intelegensi, minat dan motivasi serta perhatian ingatan berpikir. (3)

Faktor kelelahan, yang meliputi: kelelahan jasmani dan rohani. Kelelahan

jasmani nampak dengan adanya lemah tubuh, lapar dan haus serta

mengantuk. Sementara itu, kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya

kelesuan dan kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan

sesuatu akan hilang. “Faktor dari siswa sendiri juga berupa

kemampuan-kemampuan pemahaman siswa” (Suprijono, 2009).

b. Faktor yang ada pada luar individu yang disebut dengan faktor eksternal,

yang meliputi: (1) Faktor keluarga. Keluarga adalah lembaga pendidikan

yang pertama dan terutama serta merupakan lembaga pendidikan dalam

ukuran kecil tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran

besar. (2) Faktor sekolah, meliputi: metode mengajar, kurikulum, hubungan

guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan berdisiplin sekolah. (3) Faktor

(35)

prestasi belajar siswa. Jika lingkungan siswa adalah lingkungan terpelajar

maka siswa akan terpengaruh dan terdorong untuk lebih giat belajar.

Faktor yang akan menjadi fokus utama dalam penelitian ini yaitu faktor yang

berasal dari luar individu atau yang biasa di sebut dengan faktor eksternal. Faktor

eksternal yang terkait dalam penelitian ini yaitu faktor sekolah yang meliputi

metode mengajar yang akan diterapkan dalam proses belajar mengajar sesuai

dengan materi yang di pelajari.

C. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi Belajar

“Motivasi merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam belajar,

motivasi berhubungan dengan (1) arah perilaku; (2) kekuatan respon (yakni

usaha) setelah belajar siswa memilih mengikuti tindakan tertentu; dan (3)

ketahanan perilaku, atau beberapa lama seseorang itu terus menerus berperilaku

menurut cara tertentu” (Yamin, 2012 : 80). Menurut Sardiman (2005 : 75)

motivasi belajar diartikan sebagai “serangkaian usaha untuk menyediakan

kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu

dan bila ia tidak suka maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelak

perasaan tidak suka itu”. Menurut Sumarmi (2005 : 23), “motivasi adalah suatu

energi penggerak dan pengarah yang dapat memperkuat dan mendorong

seseorang untuk bertingkah laku”. Ini berarti perbuatan seseorang tergantung

(36)

perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan

dan reaksi untuk mencapai tujuan”.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa motivasi

merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam belajar sehingga

mendorong terjadinya perubahan dalam diri siswa atas dasar keinginan sendiri

dan rasa suka untuk mencapai tujuan.

2. Fungsi Motivasi

Menurut (Anggowo dan Kosasih, 2007), “motivasi akan menentukan

intensitas usaha siswa untuk melakukan sesuatu termasuk melakukan belajar”.

Dalam kehidupan ini motivasi yang ada pada manusia mempunyai tiga fungsi

dasar yaitu :

a. Mendorong manusia untuk berbuat sehingga motivasi berfungsi sebagai

penggerak atau motivasi sebagai pendorong dari setiap kegiatan belajar.

b. Menentukan arah perbuatan, kegiatan pembelajaran yakni kearah tujuan

belajar yang hendak dicapai.

c. Menyeleksi kegiatan pembelajaran, yakni menentukan kegiatan-kegiatan apa

yang harus dikerjakan yang sesai guna mencapai tujuan pembelajaran dengan

menyeleksi kegiatan-kegiatan yang tidak berujung bagi pencapaian tujuan

tersebut.

3. Macam-Macam Motivasi

Menurut Yamin (2012 : 85) motivasi dalam belajar dibedakan dalam dua

(37)

a. Motivasi ekstrinsik

“Motivasi ekstrinsik merupakan kegiatan belajar yang tumbuh dari dorongan

dan kebutuhan seseorang tidak secara mutlak berhubungan dengan kegiatan

belajarnya sendiri”. Beberapa bentuk motivasi belajar ekstrinsik menurut Winkel

dalam Yamin (2012) diantaranya adalah ; (1) Belajar demi memenuhi kewajiban;

(2) Belajar demi menghindari hukuman; (3) Belajar demi memperoleh hadiah; (4)

Belajar demi meningkatkan gengsi; (5) Belajar demi memperoleh pujian dari

orang yang penting seperti orang tua dan guru; (6) Belajar demi tuntutan jabatan

yang ingin dipegang atau demi memenuhi persyaratan kenaikan pangkat/golongan

administratif.

b. Motivasi instrinsik

“Motivasi instrinsik merupakan kegiatan belajar yang dimulai dan diteruskan,

berdasarkan penghayatan sesuai kebutuhan dan dorongan yang secara mutlak

berkaitan dengan aktivitas belajar”. Misalnya belajar karena ingin memecahkan

suatu permasalahan, ingin mengetahui mekanisme berdasarkan hukum dan

rumus-rumus, ingin menjadi seorang profesor, atau ingin menjadi seseorang yang ahli

dalam bidang ilmu pengetahuan tertentu. Pada intinya motivasi instrinsik adalah

dorongan untuk mencapai suatu tujuan yang dapat dilalui dengan belajar, dan

dorongan belajar itu tumbuh dari dalam diri subyek belajar.

4. Cara Meningkatkan Motivasi

Beberapa cara meningkatkan motivasi belajar menurut Fathurrohman dan

(38)

1. Memberi angka

Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak

siswa yang justru untuk mencapai angka/nilai yang baik. Sehingga yang

dikejar hanyalah nilai ulangan atau nilai raport yang baik. Angka-angka yang

baik itu bagi para siswa merupakan motivasi belajar yang sangat kuat. Yang

perlu diingat oleh guru, bahwa pencapaian angka-angka tersebut belum

merupakan hasil yang sejati dan bermakna. Harapannya angka-angka tersebut

dikaitkan dengan nilai afeksinya bukan sekedar kognitifnya saja.

2. Menjelaskan tujuan kepada peserta didik

Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru

menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus yang akan dicapainya

kepada siswa. Semakin jelas tujuan maka semakin besar pula motivasi dalam

belajar.

3. Hadiah

Hadiah akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi.

Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Di samping itu, siswa yang

belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang

berprestasi.

4. Saingan/kompetisi

Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk

meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang

(39)

5. Pujian

Siswa yang berprestasi sudah sewajarnya untuk diberikan penghargaan atau

pujian. Pujian yang diberikan bersifat membangun. Dengan pujian siswa akan

lebih termotivasi untuk mendapatkan prestasi yang lebih baik lagi.

6. Hukuman

Cara meningkatkan motivasi belajar dengan memberikan hukuman. Hukuman

akan diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar

mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau

merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya. Bentuk hukuman

yang diberikan kepada siswa adalah hukuman yang bersifat mendidik seperti

mencari artikel, mengarang dan lain sebagainya.

7. Membangkitkan dorongan kepada peserta didik untuk belajar.

Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik.

Selain itu, guru juga dapat mmebuat siswa tertarik dengan materi yang

disampaikan dengan cara menggunakan metode yang menarik dan mudah

dimengerti oleh siswa.

8. Membuat kebiasaan belajar yang baik

Kebiasaan belajar yang baik dapat dibentuk dengan cara adanya jadwal

belajar.

9. Membantu kesulitan belajar peserta didik, baik secara individual maupun

(40)

Membantu kesulitan pesera didik dengan cara memperhatikan proses dan hasil

belajarnya. Dalam proses belajar terdapat beberapa unsur antara lain yaitu

penggunaan metode untuk menyampaikan materi kepada para siswa. Metode

yang menarik yaitu dengan gambar dan tulisan warna-warni akan menarik

siswa untuk mencatat dan mempelajari materi yang telah disampaikan.

10.Menggunakan metode yang bervariasi

Meningkatkan motivasi belajar dengan menggunakan metode pembelajaran

yang variasi. Metode yang bervariasi akan sangat membantu dalam proses

belajar dan mengajar. Dengan adanya metode yang baru akan mempermudah

guru untuk menyampaikan materi pada siswa.

11.Menggunakan media pembelajaran yang baik, serta harus sesuai dengan

tujuan pembelajaran.

Motivasi belajar bisa tumbuh dari dalam diri seseorang tetapi juga dapat

dibantu oleh guru. Dalam hal ini motivasi belajar dilakukan untuk

meningkatkan semangat belajar siswa agar mendapat nilai yang lebih baik.

Banyak cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi sesuai

dengan Sutikno (2007).

Cara yang akan digunakan oleh peneliti dalam penelitian untuk meningkatkan

motivasi siswa dalam penelitian ini yaitu melalui pemberian hadiah dan pujian,

penggunakan metode yang bervariasi dan penggunakan media pembelajaran yang

baik dan sesuai dengan materi yang akan disampaikan dalam proses belajar

mengajar. Pemberian hadiah dan pujian dilakukan agar siswa semakin termotivasi

(41)

pencemaran dan kerusakan lingkungan, sedangkan penggunaan metode/model

pembelajaran yang bervariasi dan media yang sesuai dengan materi yang akan

disampaikan akan membantu siswa agar lebih mudah memahami materi tersebut

sehingga akhirnya siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran sesuai yang di

harapkan oleh peneliti. Melalui ketiga cara ini, peneliti berharap agar motivasi

siswa dapat meningkat sehingga hasil belajarnya pun dapat menjadi meningkat.

D. Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Kooperatif berasal dari bahasa inggris yaitu cooperate yang berarti bekerja

bersama-sama. Menurut Slavin (2008), “pembelajaran kooperatif adalah suatu

pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok

kecil yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen secara

kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar”.

“Pembelajaran kooperatif (kerja sama) merupakan model pembelajaran yang

bertolak dari sifat dasar manusia tersebut, dan diarahkan pada pengembangan

kemampuan siswa dalam realisasi sifat dasar tersebut” (Nana dan Erliana,

2012). Menurut Lie dalam Wena (2009), mengatakan bahwa “pembelajaran

kooperatif adalah sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa

untuk bekerja sama dalam tugas-tugas yang terstruktur dan dalam sistem ini

guru bertindak sebagai fasilitator”.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

(42)

memanfaatkan teman sebaya sebagai sumber belajar, disamping guru dan

sumber belajar lainnya.

2. Prinsip Dasar dan Karakteristik Pembelajaran Kooperatif

Menurut Johnson dalam Wena (2009), prinsip dasar pembelajaran kooperatif

adalah sebagai berikut :

a. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas segala sesuatu yang

dikerjakan dalam kelompok.

b. Setiap anggota kelompok harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok

mempunyai tujuan yang sama.

c. Semua anggota kelompok harus membagi tugas dan bertanggung jawab yang

sama di antara anggota kelompoknya.

d. Setiap anggota kelompok akan dikenai evaluasi.

e. Setiap anggota kelompok berbagi kepemimpinan dan membutuhkan

keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.

f. Setiap anggota kelompok akan diminta mempertanggung jawabkan secara

individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Adapun karakteristik pembelajaran kooperatif adalah :

a. Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai

kompetensi dasar yang akan dicapai.

b. Kelompok dibentuk dari beberapa siswa yang memiliki kemampuan

(43)

c. Penghargaan lebih menekankan pada kelompok dari pada masing-masing

individual.

Dalam pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dan komunikasi

dengan tujuan agar siswa saling berbagi kemampuan, saling belajar berpikir kritis,

saling menyampaikan pendapat, saling memberi kesempatan menyalurkan

kemampuan, saling membantu mengajar, saling menilai kemampuan dan peranan

diri sendiri maupun teman lain.

3. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Adapun kelebihan dari pembelajaran kooperatif adalah :

a. Membantu siswa belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek

bahasan dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktik berpikir.

b. Membantu siswa mengevaluasi logika dan bukti-bukti bagi posisi dirinya

atau posisi yang lain.

c. Membantu siswa mengenali adanya suatu masalah dan

memformulasikannya dengan menggunakan informasi yang diperoleh dari

ceramah.

d. Menggunakan bahan-bahan dari anggota lain dalam kelompoknya

e. Mengembangkan motivasi untuk belajar yang lebih baik.

Kekurangan dari pembelajaran kooperatif adalah :

(44)

b. Perlu kesabaran dan ketelatenan dari guru dalam membimbing kelas

dengan beragam karakter dari anak didik.

c. Memerlukan komunikasi yang efektif antar guru dan anak didik dalam

membina kelas, sehingga pengelolaan kelas dapat berlangsung optimal.

E. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Pembelajaran kooperatif model Jigsaw dikembangkan oleh Elliot Aronson

dari Universitas Texas USA yang kemudian diadaptasi oleh Slavin di Universitas

John Hopkins. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe

pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok

dan bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu

mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya. Model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif

dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang secara

heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung

jawab atas keberhasilan bagian materi yang harus dipelajari dan menyampaikan

materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain.

Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat dua kelompok yaitu

kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok utama siswa

yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga

yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa anggota

kelompok ahli. Sedangkan kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari

(45)

mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan

dengan topiknya yang untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.

Menurut Wena (2009) secara umum penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw di kelas adalah sebagai berikut: Kelas dibagi dalam

beberapa kelompok. Tiap kelompok siswa terdiri dari 4-6 orang yang bersifat

heterogen, baik dari segi kemampuan, jenis kelamin, budaya dan sebagainya.

1. Tiap kelompok diberi bahan ajar dan tugas-tugas pembelajaran yang harus

dikerjakan.

2. Dari masing-masing kelompok diambil seorang untuk membentuk kelompok

baru (kelompok pakar) dengan membahas tugas yang sama. Dalam kelompok

ini diadakan diskusi antara anggota kelompok pakar.

3. Anggota kelompok pakar kemudian kembali ke kelompok semula, untuk

mengajari anggota kelompoknya. Dalam kelompok ini diadakan diskusi antara

anggota kelompok.

4. Selama proses pembelajaran secara kelompok guru berperan sebagai fasilitator

dan motivator.

5. Tiap minggu atau dua minggu guru melaksanakan evaluasi baik secara

individual maupun kelompok untuk mengetahui kemajuan belajar siswa.

6. Bagi siswa dan kelompok siswa yang memperoleh nilai hasil belajar yang

sempurna diberi penghargaan. Demikian pula jika semua kelompok

memperoleh nilai hasil belajar yang sempurna maka wajib diberi penghargaan.

Menurut Johson dalam Lie (2002) bahwa “suasana belajar kooperatif tipe

(46)

positif dan penyesuaian psikologi yang lebih baik daripada suasana belajar yang

penuh persaingan”. Selain itu, pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memiliki

beberapa keunggulan antara lain :

1. Mengembangkan hubungan yang positif diantara siswa yang memiliki

kemampuan berbeda ;

2. Menerapkan bimbingan sesama teman ;

3. Rasa saling menghargai meningkat ;

4. Memperbaiki kehadiran ;

5. Lebih bisa menerima perbedaan ;

6. Pemahaman materi lebih mendalam ;

7. Meningkatan motivasi belajar.

Sedangkan beberapa kelebihan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw menurut

Fathurrohman (2015) adalah sebagai berikut :

1. Siswa dapat bekerjasama dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong

2. Siswa mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan

meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

3. Bertanggung jawab atas penguasaan materi dan mampu mengajarkan materi

tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya.

4. Meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri

dan juga pembelajaran orang lain.

Menurut Ardiyanto (2013) “pemberian pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

(47)

kejenuhan atau kebosanan seperti ketika pengajaran pada pembelajaran

konvensional yang berpusat pada guru”. Strategi pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw ini juga dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi

pembelajaran sehingga dapat meningkatkan nilai prestasi belajar.

Sementara itu, model pembelajaraan kooperatif tipe Jigsaw juga memiliki

kelemahan yaitu :

1. Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi dan cenderung mengontrol

jalannya diskusi.

2. Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berpikir rendah akan

mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai

tenaga ahli.

3. Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan.

4. Siswa yang tidal terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti proses

pembelajaran.

Usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh guru untuk mengatasi

kelemahan-kelemahan tersebut diantaranya :

1. Guru harus menekankan agar anggota kelompok menyimak terlebih dahulu

penjelasan dari anggota kelompok ahli. Kemudian baru mengajukan

pertanyaan.

2. Guru harus memilih anggota kelompok ahli secara tepat, kemudian memonitor

kinerja mereka dalam menjelaskan materi, agar materi dapat tersampaikan

(48)

3. Guru harus menciptakan suasana kelas yang menyenangkan agar siswa yang

cerdas tertantang untuk mengikuti jalannya diskusi.

F. Materi Pembelajaran

Pencemaran dan kerusakan lingkungan merupakan salah satu materi

pembelajaran pada kelas VIIB SMP yang terdapat di dalam Kompetensi Dasar 7.4

mengaplikasikan peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi

pencemaran dan kerusakan lingkungan. Pembelajaran Biologi pencemaran dan

kerusakan lingkungan menekankan pada siswa untuk mengetahui dan mengerti

dampak dari penebangan hutan, pencemaran air, udara, tanah dan suara serta

memberikan contoh konkrit cara penanggulangan pencemaran dan kerusakan

lingkungan. Secara garis besar materi yang dipelajari adalah menjelaskan tentang

pencemaran lingkungan (air, udara, tanah dan suara) serta cara mengatasinya.

G. Hasil Penelitian yang Relevan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fransiska Siska (2013) dengan

judul penelitian “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw sebagai

Upaya Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Biologi Materi Sistem Peredaran

Darah Manusia pada Siswa Kelas VIII SMP Joannes Bosco Yogyakarta”. Hasil

penelitian yang telah dilaksanakan, membuktikan bahwa: 1) terjadi peningkatan

minat dan hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II. 2) terjadi peningkatan

(49)

tindakan sebesar 52,75 kemudian meningkat pada siklus I menjadi 77,15

kemudian meningkat lagi pada siklus II menjadi 87,63.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Alexander Tetuko (2014) dengan judul

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw sebagai Upaya

Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Biologi Materi Pencemaran dan

Kerusakan Lingkungan Kelas VIIB SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan

Yogyakarta”. Hasil penelitian membuktikan bahwa 1) terjadi peningkatan

motivasi belajar yang terlihat dari presentase sebesar ≥81%. 2) terjadi peningkatan

hasil belajar siswa dari rata-rata 73,68 dan ketuntasan klasikal sebanyak 74% pada

siklus I meningkat menjadi 83,15 untuk rata-rata kelas dengan ketuntasan klasikal

sebesar 89% pada siklus II.

H. Kerangka Berpikir

Indikator dan tujuan pembelajaran tidak dapat tercapai tanpa bantuan guru

ketika proses belajar mengajar berlangsung. Seperti yang telah diketahui bersama

bahwa guru mempunyai peran yang sangat penting dalam proses belajar

mengajar. Seorang guru tidak hanya berperan sebagai pemberi informasi,

melainkan sebagai pengarah dan pemberi motivasi belajar kepada peserta didik

serta sebagai fasilitator.

Berdasarkan observasi di sekolah, dapat dikatakan bahwa kenyataan di

sekolah memperlihatkan bahwa proses belajar mengajar yang terjadi didominasi

oleh guru dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Ketika proses

(50)

Peneliti melihat bahwa motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran sangat

kurang. Hal ini terlihat saat proses KBM (Kegiatan Belajar Mengajar)

berlangsung, pada umumnya siswa sibuk sendiri dan asyik mengobrol dengan

teman sebangkunya. Selain itu, hasil belajar siswa di kelas VII SMP Kanisius

Kalasan Yogyakarta masih rendah. Hal inilah yang menjadi dasar peneliti

memilih kelas VII SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta untuk melaksanakan

Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), peneliti menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Alasan peneliti menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah untuk meningkatkan motivasi dan

hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Alexander,

diketahui bahwa pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan

motivasi belajar Biologi.

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran

yang mengutamakan kerjasama dan saling membantu antar siswa. Model ini

sangat menguntungkan karena mampu membantu siswa maupun guru dalam

proses belajar dan mampu mendorong motivasi belajar siswa serta meningkatkan

hasil belajar siswa.

Berdasarkan penelitian yang relevan, maka peneliti ingin melakukan

penelitian mengenai apakah penerapan metode Jigsaw dapat meningkatkan

(51)

lingkungan kelas VIIB SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta. Berikut adalah

(52)

Siswa Guru

Siswa kurang aktif, kurang termotivasi, dan hasil belajar

rendah

Model pembelajaran kurang bervariasi, model pembelajaran yang digunakan adalah ceramah

dan disertai tanya jawab

Penelitian yang dilakukan oleh Fransiska tahun 2013 bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Biologi

Penelitian yang dilakukan oleh Alexander tahun 2014 bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar biologi.

TINDAKAN

Penelitian menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada siklus I dan siklus II

HASIL

[image:52.842.126.762.79.543.2]

Motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIIB SMP Kanisius Kalasan meningkat.

(53)

I. Hipotesa

Berdasarkan permasalahan dalam penelitian tindakan kelas yang berjudul

“Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Motivasi

dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

Kelas VIIB SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta” yang dilakukan oleh peneliti,

dapat dirumuskan hipotesis tindakan yaitu

1. Penerapan Metode Jigsaw dapat Meningkatkan Motivasi belajar biologi siswa

pada materi Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kelas VIIB SMP

Kanisius Kalasan Yogyakarta.

2. Penerapan Metode Jigsaw dapat Meningkatkan hasil belajar biologi siswa

pada materi Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kelas VIIB SMP

(54)

34 BAB III

Metode Penelitian

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). PTK

merupakan suatu kegiatan penelitian yang dilakukan oleh pendidik/guru untuk

memecahkan suatu masalah yang ada di dalam lingkungan sekolah baik yang

menyangkut proses pembelajaran di dalam kelas maupun yang ada diluar kelas.

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif

kuantitatif-kualitatif. “Penelitian tipe ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk

mendeskripsikan suatu keadaan atau segala sesuatu yang bisa dijelaskan baik

dengan angka maupun dengan kata-kata” (Setyosari, 2010 : 33). Jenis penelitian

ini memiliki tahapan, yaitu : (1) perencanaan tindakan (Planning), (2) pelaksanaan

tindakan (Acting), (3) mengobservasi dan mengevaluasi proses hasil tindakan

(Observation and evaluation), dan (4) Refleksi (Reflektion).

B. Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan 2 variabel yaitu variabel bebas dan variabel

terikat.

Variabel bebas : metode pembelajaran Jigsaw

(55)

C. Seting Penelitian 1. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIIB SMP Kanisius

Kalasan Yogyakarta yang terdiri dari 25 siswa.

2. Obyek Penelitian

Obyek dalam penelitian ini adalah motivasi dan hasil belajar siswa pada

pencemaran dan kerusakan lingkungan kelas VIIB SMP Kanisius Kalasan

Yogyakarta.

3. Tempat Penelitian

Tempat penelitian di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta yang beralamat di Jl.

Yogya-Solo Km. 13, Krajan, Desa/Kelurahan Tirtomartani, Kecamatan

Kalasan, Kabupaten Sleman Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

4. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan April-Mei 2016.

D. Rancangan Penelitian

Rancangan tindakan direncanakan dengan dua siklus yaitu siklus I dan siklus

II. Tiap-tiap siklus terdiri dari beberapa tahap, yaitu : tahap perencanaan, tahap

pelaksanaan, tahap observasi dan evaluasi, serta tahap refleksi. Di dalam

penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pemberi materi (guru). Berikut akan

(56)

1. Pra Tindakan

a. Identifikasi masalah, langkah ini diawali dengan pendekatan kepada pihak

sekolah melalui guru mata pelajaran dan meminta beberapa informasi serta

menganalisis hasil belajar siswa berdasarkan hasil ulangan harian pada

materi pencemaran dan kerusakan lingkungan.

b. Observasi, kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran awal

tentang kegiatan belajar-mengajar Biologi dikelas VII SMP Kanisius

Kalasan.

c. Analisis studi pustaka sesuai dengan permasalahan dan judul penelitian

d. Menyelesaikan rancangan penelitian dengan bimbingan dosen, hingga

memperoleh persetujuan untuk melakukan penelitian dari dosen

pembimbing

e. Permintaan pembuatan surat kepada sekretariat jurusan Pendidikan

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta, guna melakukan penelitian.

f. Menghubungi pihak SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta dengan cara

menemui kepala sekolah, bagian kurikulum dan guru mata pelajaran

Biologi dengan menyerahkan surat izin penelitian dari Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta beserta proposal penelitian yang telah disetujui dosen

(57)

2. Siklus I

a. Tahap Perencanaan (Planning)

Pada tahap ini, peneliti terlebih dahulu merencanakan pelaksanaan penelitian.

Dibawah ini akan dijelaskan secara rinci mengenai tahap perencanaan.

1. Menganalisis materi pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

untuk menyusun perangkat pembelajaran yang dibutuhkan.

2. Membuat Silabus dan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan

dipakai pada saat melakukan penelitian.

3. Mempersiapkan materi pembelajaran

4. Membuat instrument pengumpulan data yaitu :

a) Membuat soal evaluasi (tes akhir/ post test) untuk mengetahui peningkatan

hasil belajar siswa ranah kognitif melalui penerapan metode pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw.

b) Membuat lembar observasi untuk mengetahui perkembangan hasil belajar

siswa ranah efektif dalam kelompok dengan menggunakan pendekatan

kooperatif tipe Jigsaw.

c) Membuat kuisioner untuk mengukur motivasi belajar siswa

5. Membuat alat bantu mengajar berupa kartu soal yang berisi soal/pertanyaan

terkait dengan materi.

b. Tahap Pelaksanaan (Acting) dan Pengamatan (Observasi)

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah melaksanakan skenario

(58)

Pembelajaran (RPP) dan pengamatan yang dilaksanakan oleh para observer.

Adapun kegiatan ini dilaksanakan pada proses pembelajaran adalah :

1) Mengkondisikan kelas ke dalam suasana belajar.

2) Memotivasi siswa dengan memberikan apersepsi menggunakan gambar dan

beberapa pertanyaan.

3) Menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

4) Menjelaskan secara singkat materi yang akan dipelajari.

5) Melaksanakan kegiatan pembelajaran siklus I dengan model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw sesuai dengan RPP yang telah dibuat. Pada pelaksanaan

pembelajaran siklus I, anggota kelompok dipilih sendiri oleh siswa dengan

membentuk 5 kelompok asal, masing-masing kelompok terdiri dari 5 siswa.

Setiap anggota kelompok asal bertanggung jawab atas soal yang diberikan

kepadanya.

Pengamatan dilakukan ketika kegiatan pembelajaran dilaksanakan,

menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Hal yang diobservasi adalah

1. Aktivitas siswa dalam kegiatan diskusi kelompok.

2. Aktivitas guru dalam pembelajaran sebagai bahan refleksi untuk siklus

berikutnya.

c. Tahap Refleksi (Reflecting)

Pada taha

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir .................................................................
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
tabel  berikut :
Tabel 3.2 Penggolongan kelas interval motivasi belajar siswa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk penyelenggaraan kegiatan tersebut diatas, Pemerintah Kabupaten Tanah Laut memerlukan Event Organizer (EO) sebagai pelaksananyaa. Maka dengan ini kami

Panel zephyr bambu adalah suatu papan atau lembaran tiga lapis dari zephyr bambu atau serat bambu dengan arah serat bersilangan yang direkat dengan menggunakan

Tata Cara Penyertaan dan Penatausahaan Modal Negara pada Badan Usaha Milik Negara dan Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 116,

Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara

surat tugas oleh Dekan FE Untar untuk memperoleh anggaran dari Untar adalah dosen yang baru pertama kali akan presentasi di forum call for paper.. Dalam hal yang demikian, jika

KLASIFIKASI PENGANGGURAN TERBUKA MENURUT PENGALAMAN KERJA DAN PENDIDIKAN TERAKHIR YANG DITAMATKAN , AGUSTUS 2010. 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80%

Kesimpulan penelitian ini adalah efektivitas pelayanan dalam kegiatan pendaftaran tanah secara sporadik di Kantor Pertanahan Kota Medan masih kurang efektif karena

Penelitian ini membatasi teori jenis perubahan makna hanya sembilan, yaitu: (a) perubahan makna dari bahasa daerah ke dalam bahasa Indonesia, (b), perubahan makna akibat