PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PADA MATERI PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN KELAS
VIIB SMP KANISIUS KALASAN YOGYAKARTA Alfonsa Diana Seran
Universitas Sanata Dharma
ABSTRAK
Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIIB SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIIB SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada materi pencemaran dan kerusakan lingkungan. Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus dan masing-masing siklus terdiri atas 2 kali pertemuan. Data yang diperoleh yaitu berupa data hasil tes akhir (post test) dari setiap siklus, data hasil observasi aspek afektif dan hasil pengisian kuisioner motivasi. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa. Untuk motivasi awal, terdapat 60% siswa berada pada kategori sangat tinggi dan 40% siswa berada pada kategori tinggi. Sedangkan pada siklus II terdapat 88% siswa pada kategori sangat tinggi dan 12% siswa pada kategori tinggi. Untuk hasil belajar pada siklus I aspek kognitif diperoleh rata-rata yang diperoleh 67,16 dengan ketuntasan kelas sebesar 40%, sedangkan pada siklus II diperoleh rata-rata 84,76 dengan ketuntasan kelas yaitu 80%. Untuk hasil belajar aspek afektif, pada siklus I sebesar 84% siswa pada kategori tinggi dan 16% siswa pada kategori sedang, pada siklus II persentasenya kategori tinggi sebesar 100%.
Kesimpulan yang diperoleh adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada materi pencemaran dan kerusakan lingkungan meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas VII SMP Kanisius kalasan Yogyakarta.
Kata Kunci :
THE APPLICATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL OF JIGSAW TYPE TO INCREASE THE MOTIVATION AND THE LEARNING RESULTS ON ENVIRONMENTAL POLLUTION AND DAMAGE MATERIAL AT VIIB
GRADE IN SMP KANISIUS KALASAN YOGYAKARTA Alfonsa Diana Seran
Sanata Dharma University ABSTRACT
This research is conducted because of the lack of motivation and performance in learning biology on VIIB SMP Kanisius Kalasan. The research aimed at increasing the motivation and the learning result of VIIB grade students in SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta by using the application of cooperative learning model of jigsaw type on environmental pollution and damage material. The research was conducted in 2 cycles in which cycle had 2 meetings. Data obtained were posttest result of each cycle, the result of observation in affective aspect, and the result of motivation questionnaire filling. The data was analyzed by qualitatively and quantitatively.
The result of the research showed that there was an increase in the motivation and the learning results of the students. In the initial motivation, 60% students were in very high category and 40% students were in high category. Meanwhile, in cycle II, 88% students were in very high category and 12% students were in high category. In the learning result in cycle I, the average of the cognitive aspect was 67.16 with 40% of class completeness. Meanwhile, in cycle II, the average of the cognitive aspect was 84.76 with 80% of class completeness. The result of the affective aspect in cycle I, 84% students were in high category and 16% students were in medium category. In cycle II, there was 100% of high category of the affective aspect.
It could be concluded that the application of cooperative learning model of jigsaw type on environmental pollution and damage material could increase the motivation and the learning result of VIIB grade students in SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta.
Keywords :
i
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PADA MATERI PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN KELAS
VIIB SMP KANISIUS KALASAN YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh :
Alfonsa Diana Seran 121434031
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya kecil ini kepersembahan untuk : Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria
Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Robertus Seran Bria dan Ibu Vionelda Alan Kiik, kakak dan adik-adikku tersayang. Pemberi beasiswa PPKA dan YUPP. Program Studi Pendidikan Biologi
v MOTTO
Ketika kita tidak pernah melakukan kesalahan, itu artinya kita tidak pernah berani mencoba.
viii
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PADA MATERI PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN KELAS
VIIB SMP KANISIUS KALASAN YOGYAKARTA Alfonsa Diana Seran
Universitas Sanata Dharma
ABSTRAK
Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIIB SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIIB SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada materi pencemaran dan kerusakan lingkungan. Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus dan masing-masing siklus terdiri atas 2 kali pertemuan. Data yang diperoleh yaitu berupa data hasil tes akhir (post test) dari setiap siklus, data hasil observasi aspek afektif dan hasil pengisian kuisioner motivasi. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa. Untuk motivasi awal, terdapat 60% siswa berada pada kategori sangat tinggi dan 40% siswa berada pada kategori tinggi. Sedangkan pada siklus II terdapat 88% siswa pada kategori sangat tinggi dan 12% siswa pada kategori tinggi. Untuk hasil belajar pada siklus I aspek kognitif diperoleh rata-rata yang diperoleh 67,16 dengan ketuntasan kelas sebesar 40%, sedangkan pada siklus II diperoleh rata-rata 84,76 dengan ketuntasan kelas yaitu 80%. Untuk hasil belajar aspek afektif, pada siklus I sebesar 84% siswa pada kategori tinggi dan 16% siswa pada kategori sedang, pada siklus II persentasenya kategori tinggi sebesar 100%.
Kesimpulan yang diperoleh adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada materi pencemaran dan kerusakan lingkungan meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas VII SMP Kanisius kalasan Yogyakarta.
Kata Kunci :
ix
THE APPLICATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL OF JIGSAW TYPE TO INCREASE THE MOTIVATION AND THE LEARNING RESULTS ON ENVIRONMENTAL POLLUTION AND DAMAGE MATERIAL AT VIIB
GRADE IN SMP KANISIUS KALASAN YOGYAKARTA Alfonsa Diana Seran
Sanata Dharma University ABSTRACT
This research is conducted because of the lack of motivation and performance in learning biology on VIIB SMP Kanisius Kalasan. The research aimed at increasing the motivation and the learning result of VIIB grade students in SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta by using the application of cooperative learning model of jigsaw type on environmental pollution and damage material. The research was conducted in 2 cycles in which cycle had 2 meetings. Data obtained were posttest result of each cycle, the result of observation in affective aspect, and the result of motivation questionnaire filling. The data was analyzed by qualitatively and quantitatively.
The result of the research showed that there was an increase in the motivation and the learning results of the students. In the initial motivation, 60% students were in very high category and 40% students were in high category. Meanwhile, in cycle II, 88% students were in very high category and 12% students were in high category. In the learning result in cycle I, the average of the cognitive aspect was 67.16 with 40% of class completeness. Meanwhile, in cycle II, the average of the cognitive aspect was 84.76 with 80% of class completeness. The result of the affective aspect in cycle I, 84% students were in high category and 16% students were in medium category. In cycle II, there was 100% of high category of the affective aspect.
It could be concluded that the application of cooperative learning model of jigsaw type on environmental pollution and damage material could increase the motivation and the learning result of VIIB grade students in SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta.
Keywords :
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar pada Materi Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kelas VIIB SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta”.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak menerima bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih kepada :
1. Drs. A. Tri Priantoro, M.For.Sc., selaku Kepala Program Studi Pendidikan Biologi sekaligus dosen pembimbing skripsi yang telah berkenan meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan masukan, mengarahkan dan motivasi penulis selama menyusun skripsi.
2. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Biologi yang telah mengajar dan membimbing peneliti selama berada dibangku kuliah.
3. Bapak Yusup Indrianto P., S.Pd. selaku Kepala Sekolah SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian skripsi di sekolah tersebut.
4. Ibu Heffi Widyaningrum S.Pd.Si. selaku guru mata pelajaran biologi SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta yang telah memberi pengarahan kepada peneliti selama melakukan penelitian.
5. Siswa-siswi kelas VIIB SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016 atas kerjasama, dan kebersamaan selama proses penelitian.
6. Mgr. Aloysius Murwito. OFM selaku Bapak Uskup Keuskupan Agats-Asmat yang telah memberi kesempatan kepada peneliti untuk melanjutkan studi S1 melalui beasiswa.
7. Pemberi beasiswa dari Yayasan Umat Peduli Pendidikan (YUPP) dan Panitian Peduli Keuskupan Asmat (PPKA) yang telah membiayai peneliti selama manjalankan pendidikan di Universitas Sanata Dharma.
8. Mama Shanti dan Mama Nik sebagai perwakilan YUPP dan PPKA yang selalu mendoakan, mendukung, mengunjungi peneliti selama kuliah.
9. Kedua orangtua tercinta Bapak Robertus Seran Bria dan Ibu Vionelda Alan Kiik dan keluarga besarku atas doa, dukungan, semangat, motivasi dan material yang telah diberikan selama ini.
10.Sahabat-sahabat terbaikku Rini, Anna, Suster Ledi, Irene dan Arli yang selalu mendukung peneliti dalam menyusun skripsi.
11.Teman-teman Program Studi Pendidikan Biologi angkatan 2012 Universitas Sanata Dharma atas kebersamaannya selama ini.
xi
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti dan juga semua pihak yang membutuhkan. Sekian dan terima kasih. Tuhan Memberkati kita semua.
Yogyakarta, 18 Agustus 2016
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Batasan Masalah... 5
D. Tujuan Penelitian ... 6
E. Manfaat Penelitian ... 6
1. Bagi Peneliti ... 6
2. Bagi Guru ... 7
3. Bagi Sekolah ... 7
4. Bagi Siswa ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran ... 8
B. Hasil Belajar ... 9
1. Pengertian Hasil belajar ... 9
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 14
C. Motivasi Belajar ... 15
1. Pengertian Motivasi Belajar ... 15
2. Fungsi Motivasi ... 16
3. Macam-macam Motivasi ... 16
4. Cara Meningkatkan Motivasi ... 17
xiii
1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ... 21
2. Prinsip Dasar dan Karakteristik Pembelajaran Kooperatif ... 22
3. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif ... 23
E. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 24
F. Materi Pembelajaran ... 28
G. Hasil Penelitian yang relevan ... 28
H. Kerangka Berfikir... 29
I. Hipotesa... 33
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 34
B. Variabel Penelitian ... 34
C. Setting Penelitian ... 35
1. Subyek Penelitian ... 35
2. Obyek Penelitian ... 35
3. Tempat Penelitian... 35
4. Waktu Penelitian ... 35
D. Rancangan Penelitian ... 35
1. Pra Tindakan ... 36
2. Siklus I ... 37
3. Siklus II ... 39
E. Instrument Penelitian ... 41
1. Instrument Pembelajaran ... 41
a. Silabus ... 41
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 41
c. Kartu Soal ... 42
2. Instrument Pengumpulan Data Penelitian ... 42
a. Test ... 42
b. Non-test ... 42
F. Analisis Data ... 45
a. Analisis Kuantitatif ... 45
1. Hasil Belajar (Aspek Kognitif) ... 45
2. Hasil Belajar (Aspek Afektif) ... 46
3. Data Motivasi Belajar ... 47
b. Analisis Kualitatif ... 48
G. Indikator Keberhasilan ... 48
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Penelitian Tiap Siklus ... 50
1. Siklus I ... 50
1) Pelaksanaan Pertemuan I... 51
2) Pelaksanaan Pertemuan II ... 55
3) Observasi ... 57
4) Refleksi ... 58
2. Siklus II ... 58
xiv
2) Pelaksanaan Pertemuan II ... 62
3) Refleksi ... 63
B. Analisis Hasil Penelitian ... 64
1. Motivasi Belajar ... 64
2. Hasil Belajar Ranah Kognitif ... 65
3. Hasil Belajar Ranah Afektif ... 67
C. Pembahasan ... 69
1. Motivasi Belajar Siswa ... 69
2. Hasil Belajar Ranah Kognitif ... 70
3. Hasil Belajar Ranah Afektif ... 75
D. Keterbatasan Penelitian ... 78
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 79
B. Saran ... 80
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Penetapan Skor Kuisioner Motivasi Belajar ... 43
Tabel 3.2 Penggolongan Kelas Interval Motivasi Belajar Siswa ... 44
Tabel 3.3 Skor Motivasi Belajar Awal/Skor Motivasi Akhir ... 44
Tabel 3.4 Kriteria Skor Ketuntasan Individu ... 46
Tabel 3.5 Kriteria Persentase Observasi Aspek Afektif Siswa ... 47
Tabel 3.6 Kategori Motivasi Siswa ... 48
Tabel 3.7 Indikator Keberhasilan Penelitian ... 49
Tabel 4.1 Hasil Analisis Motivasi Belajar Siswa Kelas VIIB ... 65
Tabel 4.2 Hasil Analisis Tes Akhir Siklus I (Ranah Kognitif) ... 66
Tabel 4.3 Hasil Analisis Tes Akhir Siklus II (Ranah Kognitif) ... 67
Tabel 4.4 Hasil Analisis Ranah Afektif Siklus I dan Siklus II ... 68
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ... 32
Gambar 4.1 Kegiatan Awal Pertemuan Pertama... 52
Gambar 4.2 Kegiatan Diskusi Kelompok ... 54
Gambar 4.3 Kegiatan Presentasi ... 56
Gambar 4.4 Kegiatan Post Test Ranah Kognitif Siklus I ... 57
Gambar 4.5 Kegiatan Diskusi ... 61
Gambar 4.6 Diagram Motivasi Siswa Siklus I dan Siklus II ... 70
Gambar 4.7 Diagram Peningkatan Ranah Kognitif Siklus I dan Siklus II 72
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Silabus Kegiatan Pembelajaran ... 83
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ... 85
Lampiran 3 Kisi-Kisi Kartu Soal Siklus I ... 90
Lampiran 4 Kartu Soal Siklus I ... 91
Lampiran 5 Kisi- Kisi Post test Siklus I ... 92
Lampiran 6 Soal Post Test Siklus I ... 94
Lampiran 7 Kunci Jawaban dan Pedoman Skor Siklus I ... 96
Lampiran 8 Hasil Post test Siswa Kelas I ... 98
Lampiran 9 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II ... 102
Lampiran 10 Kisi-Kisi Kartu Soal Siklus II ... 108
Lampiran 11 Kartu Soal Siklus II ... 109
Lampiran 12 Kisi-Kisi Soal Tes Akhir (Post test) Siklus II ... 110
Lampiran 13 Soal Post Test Siklus II ... 111
Lampiran 14 Kunci Jawaban dan Panduan Skor Siklus II ... 113
Lampiran 15 Hasil post test Siswa Siklus II ... 115
Lampiran 16 Kisi-Kisi Motivasi Awal ... 119
Lampiran 17 Lembar Kuisioner Motivasi awal ... 120
Lampiran 18 Lembar Jawaban Kuisioner Motivasi awal ... 122
Lampiran 19 Kisi-Kisi Motivasi Akhir ... 124
Lampiran 20 Kuisioner Motivasi Akhir ... 125
Lampiran 21 Lembar Jawaban Kuisioner Motivasi Akhir ... 127
Lampiran 22 Lembar Observasi Ranah Afektif Siklus I dan II ... 129
Lampiran 23 Hasil Observasi Ranah Afektif Siklus I ... 133
Lampiran 24 Hasil Observasi Ranah Afektif Siklus II ... 137
Lampiran 25 Hasil Analisis Post Test Siklus I ... 141
Lampiran 26 Hasil Analisis Post Test Siklus II ... 143
Lampiran 27 Hasil Analisis Ranah Afektif Siklus I dan Siklus II ... 145
xviii
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses pembelajaran di dalam kelas merupakan suatu dunia komunikasi
tersendiri di mana terjadi pertukaran pikiran antara guru dan siswa untuk
mengembangkan suatu ide. Pembelajaran juga merupakan aspek kegiatan manusia
yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Pembelajaran secara
sempit dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara
pengembangan dan pengalaman hidup. “Pembelajaran dalam makna kompleks
adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya
(mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka
mencapai tujuan yang diharapkan” (Trianto, 2009). Salah satu cara pendidik untuk
mencapai tujuan pembelajaran yaitu dengan menggunakan metode atau model
pembelajaran sesuai dengan materi yang disampaikan.
Berdasarkan hasil observasi penulis di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta,
terlihat bahwa proses pembelajaran dilakukan dengan metode ceramah dan tanya
jawab sehingga siswa terlihat kurang aktif. Secara umum, ketika proses
pembelajaran berlangsung di dalam kelas, siswa hanya menjawab pertanyaan jika
diajukan oleh guru. Selain itu, siswa terlihat kurang termotivasi untuk mengikuti
proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari tidak adanya inisiatif dari para
Selain itu, guru hanya menggunakan media power point tanpa media lain
yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Dalam pembelajaran biologi biasanya
guru hanya memberi materi melalui slide atau melalui buku pegangan dengan
metode ceramah yang diselingi tanya jawab. Guru belum bisa menerapkan metode
dan media yang bervariasi sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran
dikarenakan guru tidak mempunyai waktu untuk menyiapkan media disebabkan
oleh jadwal mengajar yang sangat padat. Dampak dari metode pembelajaran yang
digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar ini, membuat siswa menjadi
jenuh dan pasif serta membuat siswa tidak termotivasi untuk mempelajari
pencemaran dan kerusakan lingkungan. Akibat dari motivasi yang rendah, ini
mempengaruhi hasil belajar siswa. Motivasi siswa yang rendah tersebut dapat
dilihat dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan siswa yang tidak ada hubungannya
dengan proses pembelajaran seperti melamun, mengantuk, mengobrol dan lain
sebagainya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa permasalahan pokoknya
adalah bagaimana guru memilih metode dan tipe media pembelajaran yang tepat
untuk melibatkan siswa dalam proses pembelajaran di kelas.
Materi pencemaran dan kerusakan lingkungan merupakan salah satu
materi dalam pelajaran biologi dianggap mudah karena berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari. Namun berdasarkan rata -rata nilai hasil belajar siswa kelas
VII SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta tahun sebelumnya pada materi
pencemaran dan kerusakan lingkungan hanya 61,21 dengan ketuntasan KKM
sebesar 57% siswa. Sementara 43% siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM
pembelajaran dianggap tuntas/berhasil apabila ketercapaian KKM minimal 75%
dari jumlah siswa. Dari data tersebut jelas bahwa hasil belajar siswa kelas VII
pada mata pelajaran pencemaran dan kerusakan lingkungan masih perlu
ditingkatkan.
Salah satu cara untuk mengukur keberhasilan suatu pembelajaran yaitu
dengan tercapainya indikator dan tujuan pembelajaran yang telah disusun.
Indikator keberhasilan belajar adalah tercapainya tujuan pembelajaran oleh siswa,
sedangkan tujuan pembelajaran akan tercapai apabila kegiatan belajar siswa dapat
dioptimalkan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh masing–masing
siswa. Ini berarti jika motivasi belajar siswa dapat ditingkatkan, maka hasil belajar
sebagai tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik, sesuai dengan apa yang
diharapkan.
Atas dasar situasi tersebut, maka perlu dilakukan perbaikan pada proses
pembelajaran Biologi untuk kelas VIIB SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta, agar
motivasi dan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan. Salah satu metode yang dapat
diterapkan untuk mengembangkan hasil dan motivasi belajar adalah dengan
pembelajaran koopertif tipe Jigsaw.
Pemilihan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dikarenakan model
ini dapat membuat siswa lebih aktif sehingga pelajaran yang telah dipelajari
menjadi lebih mudah dipahami. Selain itu, Jigsaw lebih difokuskan pada
pembelajaran teman dalam kelompok atau teman sebaya, sehingga dapat
meminimalisir kesenjangan tingkat kemampuan akademik tinggi untuk dapat
yang memiliki kemampuan akademik rendah dapat belajar dari teman yang
memiliki kemampuan akademik tinggi.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti akan melakukan
penelitian mengenai penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw untuk
meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Penelitian ini diberi judul : “
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN KELAS VII SMP KANISIUS KALASAN YOGYAKARTA”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan,
masalah-masalah yang akan di teliti dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan
motivasi belajar pada materi pencemaran dan kerusakan lingkungan siswa
kelas VIIB SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta ?
2. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil
belajar pada materi pencemaran dan kerusakan lingkungan siswa kelas VIIB
C. Batasan Masalah
Agar penelitian ini dapat dipahami dengan baik sesuai dengan tujuan, maka
diperlukan suatu batasan masalah yang akan dikaji secara mendalam. Fokus
pembahasan skripsi ini yaitu tentang:
1. Subjek penelitian
Subjek penelitian adalah 25 siswa kelas VIIB SMP Kanisius Kalasan
Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016.
2. Objek penelitian
Objek penelitian adalah motivasi dan hasil belajar. Dalam hal ini, fokus
peneliti lebih kepada aspek kognitif dan aspek afektif siswa kelas VIIB SMP
Kanisius Kalasan Yogyakarta dengan Penerapan Pembelajaran Kooperatif
Tipe Jigsaw.
3. Materi pokok
a. Standar Kompetensi
Standar Kompetensi yang digunakan yaitu : 7. Memahami saling
ketergantungan dalam ekosistem.
b. Kompetensi Dasar
Kompetensi Dasar yang digunakan yaitu : 7.4 Mengaplikasikan peran
manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan
kerusakan lingkungan. Materi yang dibahas adalah Pencemaran dan
4. Parameter
Parameter keberhasilan yang akan diukur dalam penelitian ini adalah motivasi
dan hasil belajar siswa. Motivasi belajar siswa diukur dengan menggunakan
kuisioner sedangkan hasil belajar untuk aspek kognitif diukur dengan melihat
nilai post test pada setiap akhir siklus sedangkan untuk aspek afektif diukur
dengan menggunakan lembar observasi.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui :
1. Peningkatan motivasi belajar Biologi setelah diterapkannya metode
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada materi pencemaran dan kerusakan
lingkungan siswa kelas VIIB SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta.
2. Peningkatan hasil belajar Biologi setelah diterapkannya metode
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada materi pencemaran dan kerusakan
lingkungan siswa kelas VIIB SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta.
E. Manfaat Penelitian
Melalui penelitian tindakan kelas dengan menggunakan metode
pembelajaran tipe Jigsaw diharapkan dapat memberikan manfaat seperti :
1. Bagi peneliti
Hasil penelitiannya dapat dimanfaat untuk menambah pengetahuan mengenai
meningkatkan motivasi dan hasil belajar agar pembelajaran lebih berkualitas
serta dapat menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw secara
langsung dalam proses pembelajaran dikelas.
2. Bagi guru
Dapat dijadikan alternatif metode pembelajaran Biologi yang akan
dilaksanakan di kelas, selain itu dapat juga dijadikan sumber referensi
penggunaan media dan metode pembelajaran yang sesuai dengan
pembelajaran Biologi.
3. Bagi sekolah
Memberi sumbangan bagi peningkatan kualitas sekolah dalam perbaikan
pembelajaran Biologi.
4. Bagi siswa
Dengan penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam
pembelajaran Biologi diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa
dalam kegiatan pembelajaran sehingga pada akhirnya hasil belajar siswa pun
8 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Belajar dan Pembelajaran
“Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungan” (Slameto, 2010).
“Belajar merupakan kegiatan yang membawa manusia pada perkembangan
pribadi yang seutuhnya, meliputi perkembangan kognitif, afektif dan
psikomotorik” (Yamin, 2012). Menurut Robbins dalam Trianto (2009), “belajar
merupakan sebuah proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan)
yang sudah dipahami dan sesuatu pengetahuan baru”. “Belajar merupakan suatu
aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam
pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai sikap” (Winkel, 2009). Dari definisi tersebut
dimensi belajar memuat beberapa unsur, yaitu : penciptaan hubungan, sesuatu hal
(pengetahuan) yang sudah di pahami, dan sesuatu (pengetahuan) yang baru. Jadi,
dapat dikatakan bahwa makna/arti dari belajar itu sendiri tidak berangkat dari
sesuatu yang benar-benar tidak diketahui (nol), tetapi merupakan keterkaitan dari
dua pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan baru.
Menurut Sudjana dalam Sugiharto dkk., (2007) “pembelajaran merupakan
menyebabkan peserta didik melakukan kegiatan belajar”. Pembelajaran
merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat
dijelaskan. Pembelajaran secara sederhana dapat diartikan sebagai produk
interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. “Dalam arti
yang lebih kompleks, pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang
guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan
sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan” (Trianto,
2009).
Dari uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa belajar dan pembelajaran
merupakan dua hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan serta
melibatkan peran penting pendidik maupun peserta didik, karena belajar
merupakan segala upaya yang dilakukan oleh peserta didik untuk memperoleh
pengetahuan, keterampilan dan perubahan tingkah laku. Sedangkan pembelajaran
adalah upaya yang dilakukan oleh pendidik untuk mengoptimalkan pengetahuan
peserta didik.
B. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
“Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
menerima pengalaman belajarnya” (Sudjana, 2009). “Menurut Suprijono (2009)
hasil belajar adalah adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,
dalam Suprijono (2009) mengatakan bahwa “hasil belajar meliputi kecakapan,
informasi, pengertian, dan sikap”.
Berdasarkan beberapa pengertian yang ada, maka hasil belajar merupakan
kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah melakukan pembelajaran berupa
perubahan yang mencakup tiga aspek yaitu aspek kognitif, aspek
psikomotorik, dan aspek afektif. Masing-masing dari aspek tersebut memiliki
kategori-kategori yang disusun secara hirarkis, sehingga menjadi taraf-taraf
yang semakin bersifat kompleks.
a. Aspek kognitif
Aspek kognitif adalah aspek yang mencakup kegiatan yang dilakukan oleh
otak. “Hal ini berarti segala upaya yang mencakup aktivitas otak termasuk
dalam aspek kognitif” (Sudaryono, 2012). “Tujuan kognitif berorientasi
kepada kemampuan “berfikir”, mencakup kemampuan intelektual yang lebih
sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah
yang menuntutkan siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan
gagasan, metode atau prosedur yang sebelumnya dipelajari untuk
memecahkan masalah tersebut (Yamin, 2012 Menurut Bloom, dkk., dalam
Winkel (2015) aspek kognitif mencakup :
1. Pengetahuan C1 : mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari
dan disimpan dalam ingatan. Hal-hal itu dapat meliputi fakta, kaidah, dan
prinsip, serta metode yang diketahui;
2. Pemahaman C2 : mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti
3. Penerapan C3 : mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah
atau metode bekerja pada suatu kasus/masalah yang konkret dan baru;
4. Analisis C4 : mencakup kemampuan untuk merinci satu kesatuan ke dalam
bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat
dipahami dengan baik, kemampuan ini dinyatakan dengan menganalisis
bagian-bagian dasar, bersama dengan hubungan/relasi antar semua bagian;
5. Evaluasi C5 : mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat
mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan pertanggung
jawaban pendapat tersebut.
6. Berkreasi C6 : mencakup kemampuan dalam merancang, membangun,
merencanakan, memperkuat, memperindah dan mengubahnya.
b. Aspek psikomotorik
Aspek ini meliputi keterampilan motorik yang berhubungan dengan
anggota tubuh, atau tindakan (action) yang memerlukan koordinasi antara
syaraf dan otot. Menurut Yamin (2012) terdapat 4 kategori aspek
psikomotorik yaitu :
1) Gerakan seluruh badan (gross body movement)
Gerakan seluruh badan adalah perilaku seseorang dalam suatu kegiatan yang
memerlukan gerakan fisik secara menyeluruh.
2) Gerakan yang terkoordinasi (coordination movements)
Gerakan yang terkoordinasi dalah gerakan yang dihasilkan dari perpaduan
antara fungsi salah satu atau lebih indera manusia dengan salah satu anggota
3) Komunikasi nonverbal (nonverbal communication)
Komunikasi nonverbal adalah hal-hal yang berkenaan dengan komunikasi
yang menggunakan simbol-simbol atau isyarat, misalnya isyarat dengan
tangan, anggukan kepala, ekspresi wajah, dan lain-lain.
4) Kebolehan dalam berbicara (speech behaviour)
Kebolehan dalam berbicara dalam hal-hal yang berhubungan dengan
koordinasi gerakan tangan atau anggota badan lainnya dengan ekspresi muka
dan kemampuan berbicara.
c. Aspek afekif
Aspek ini berhubungan dengan perasaan, emosi sistem nilai dan sikap hati
(attitude) yang menunjukkan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu
(Yamin, 2012). Aspek afektif meliputi lima aspek kemampuan yaitu :
1. Stimulasi
Stimulasi yaitu semacam kepekaan dalam menerima rangsang dari luar yang
datang dalam bentuk masalah, situasi dan gejala, dalam tipe ini termasuk
kesadaran, keinginan untuk menerima stimulasi kontrol dan seleksi gejala
rangsangan dari luar.
2. Jawaban
Jawaban yaitu reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang
datang dari luar. Hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam
3. Penilaian
Penilaian ini terdiri atas kesediaan menerima nilai, latar belakang atau
pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai tersebut.
4. Organisasi
Organisasi yaitu pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi,
termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan dan prioritas nilai.
5. Karakteristik
Karakteristik yakni keterpaduan semua sistem nilai yang dimiliki seseorang
yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.
Secara umum aspek yang biasa dinilai dalam suatu proses pembelajaran
yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik. Namun fokus utama
yang akan peneliti teliti hanya dua aspek yaitu aspek kognitif dan aspek afektif.
Aspek kognitif berkaitan dengan kemampuan berfikir siswa yang akan digunakan
oleh peneliti untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi
sedangkan aspek afektif berkaitan dengan sikap siswa yang akan ditunjukkan oleh
siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw. Hal ini di ka renakan kedua aspek tersebut memiliki
kaitan erat dengan judul penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu untuk
meningkatkan motivasi dan hasil belajar pada siswa kelas VIIB SMP Kanisius
Kalasan Yogyakarta.
Dalam penelitian ini, level kognitif yang akan diukur oleh peneliti adalah
sesuai dengan kompetensi dasar dan materi yang akan peneliti berikan kepada
siswa-siswi kelas VIIB SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Slameto (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
dapat digolongkan menjadi dua golongan sebagai berikut.
a. Faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang disebut faktor individu
(internal), meliputi: (1) Faktor biologis, yang meliputi: kesehatan, gizi,
pendengaran dan penglihatan. Jika salah satu dari faktor biologis terganggu
maka akan mempengaruhi hasil prestasi belajar. (2) Faktor Psikologis,
meliputi: intelegensi, minat dan motivasi serta perhatian ingatan berpikir. (3)
Faktor kelelahan, yang meliputi: kelelahan jasmani dan rohani. Kelelahan
jasmani nampak dengan adanya lemah tubuh, lapar dan haus serta
mengantuk. Sementara itu, kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya
kelesuan dan kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan
sesuatu akan hilang. “Faktor dari siswa sendiri juga berupa
kemampuan-kemampuan pemahaman siswa” (Suprijono, 2009).
b. Faktor yang ada pada luar individu yang disebut dengan faktor eksternal,
yang meliputi: (1) Faktor keluarga. Keluarga adalah lembaga pendidikan
yang pertama dan terutama serta merupakan lembaga pendidikan dalam
ukuran kecil tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran
besar. (2) Faktor sekolah, meliputi: metode mengajar, kurikulum, hubungan
guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan berdisiplin sekolah. (3) Faktor
prestasi belajar siswa. Jika lingkungan siswa adalah lingkungan terpelajar
maka siswa akan terpengaruh dan terdorong untuk lebih giat belajar.
Faktor yang akan menjadi fokus utama dalam penelitian ini yaitu faktor yang
berasal dari luar individu atau yang biasa di sebut dengan faktor eksternal. Faktor
eksternal yang terkait dalam penelitian ini yaitu faktor sekolah yang meliputi
metode mengajar yang akan diterapkan dalam proses belajar mengajar sesuai
dengan materi yang di pelajari.
C. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi Belajar
“Motivasi merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam belajar,
motivasi berhubungan dengan (1) arah perilaku; (2) kekuatan respon (yakni
usaha) setelah belajar siswa memilih mengikuti tindakan tertentu; dan (3)
ketahanan perilaku, atau beberapa lama seseorang itu terus menerus berperilaku
menurut cara tertentu” (Yamin, 2012 : 80). Menurut Sardiman (2005 : 75)
motivasi belajar diartikan sebagai “serangkaian usaha untuk menyediakan
kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu
dan bila ia tidak suka maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelak
perasaan tidak suka itu”. Menurut Sumarmi (2005 : 23), “motivasi adalah suatu
energi penggerak dan pengarah yang dapat memperkuat dan mendorong
seseorang untuk bertingkah laku”. Ini berarti perbuatan seseorang tergantung
perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan
dan reaksi untuk mencapai tujuan”.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa motivasi
merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam belajar sehingga
mendorong terjadinya perubahan dalam diri siswa atas dasar keinginan sendiri
dan rasa suka untuk mencapai tujuan.
2. Fungsi Motivasi
Menurut (Anggowo dan Kosasih, 2007), “motivasi akan menentukan
intensitas usaha siswa untuk melakukan sesuatu termasuk melakukan belajar”.
Dalam kehidupan ini motivasi yang ada pada manusia mempunyai tiga fungsi
dasar yaitu :
a. Mendorong manusia untuk berbuat sehingga motivasi berfungsi sebagai
penggerak atau motivasi sebagai pendorong dari setiap kegiatan belajar.
b. Menentukan arah perbuatan, kegiatan pembelajaran yakni kearah tujuan
belajar yang hendak dicapai.
c. Menyeleksi kegiatan pembelajaran, yakni menentukan kegiatan-kegiatan apa
yang harus dikerjakan yang sesai guna mencapai tujuan pembelajaran dengan
menyeleksi kegiatan-kegiatan yang tidak berujung bagi pencapaian tujuan
tersebut.
3. Macam-Macam Motivasi
Menurut Yamin (2012 : 85) motivasi dalam belajar dibedakan dalam dua
a. Motivasi ekstrinsik
“Motivasi ekstrinsik merupakan kegiatan belajar yang tumbuh dari dorongan
dan kebutuhan seseorang tidak secara mutlak berhubungan dengan kegiatan
belajarnya sendiri”. Beberapa bentuk motivasi belajar ekstrinsik menurut Winkel
dalam Yamin (2012) diantaranya adalah ; (1) Belajar demi memenuhi kewajiban;
(2) Belajar demi menghindari hukuman; (3) Belajar demi memperoleh hadiah; (4)
Belajar demi meningkatkan gengsi; (5) Belajar demi memperoleh pujian dari
orang yang penting seperti orang tua dan guru; (6) Belajar demi tuntutan jabatan
yang ingin dipegang atau demi memenuhi persyaratan kenaikan pangkat/golongan
administratif.
b. Motivasi instrinsik
“Motivasi instrinsik merupakan kegiatan belajar yang dimulai dan diteruskan,
berdasarkan penghayatan sesuai kebutuhan dan dorongan yang secara mutlak
berkaitan dengan aktivitas belajar”. Misalnya belajar karena ingin memecahkan
suatu permasalahan, ingin mengetahui mekanisme berdasarkan hukum dan
rumus-rumus, ingin menjadi seorang profesor, atau ingin menjadi seseorang yang ahli
dalam bidang ilmu pengetahuan tertentu. Pada intinya motivasi instrinsik adalah
dorongan untuk mencapai suatu tujuan yang dapat dilalui dengan belajar, dan
dorongan belajar itu tumbuh dari dalam diri subyek belajar.
4. Cara Meningkatkan Motivasi
Beberapa cara meningkatkan motivasi belajar menurut Fathurrohman dan
1. Memberi angka
Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak
siswa yang justru untuk mencapai angka/nilai yang baik. Sehingga yang
dikejar hanyalah nilai ulangan atau nilai raport yang baik. Angka-angka yang
baik itu bagi para siswa merupakan motivasi belajar yang sangat kuat. Yang
perlu diingat oleh guru, bahwa pencapaian angka-angka tersebut belum
merupakan hasil yang sejati dan bermakna. Harapannya angka-angka tersebut
dikaitkan dengan nilai afeksinya bukan sekedar kognitifnya saja.
2. Menjelaskan tujuan kepada peserta didik
Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru
menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus yang akan dicapainya
kepada siswa. Semakin jelas tujuan maka semakin besar pula motivasi dalam
belajar.
3. Hadiah
Hadiah akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi.
Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Di samping itu, siswa yang
belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang
berprestasi.
4. Saingan/kompetisi
Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk
meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang
5. Pujian
Siswa yang berprestasi sudah sewajarnya untuk diberikan penghargaan atau
pujian. Pujian yang diberikan bersifat membangun. Dengan pujian siswa akan
lebih termotivasi untuk mendapatkan prestasi yang lebih baik lagi.
6. Hukuman
Cara meningkatkan motivasi belajar dengan memberikan hukuman. Hukuman
akan diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar
mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau
merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya. Bentuk hukuman
yang diberikan kepada siswa adalah hukuman yang bersifat mendidik seperti
mencari artikel, mengarang dan lain sebagainya.
7. Membangkitkan dorongan kepada peserta didik untuk belajar.
Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik.
Selain itu, guru juga dapat mmebuat siswa tertarik dengan materi yang
disampaikan dengan cara menggunakan metode yang menarik dan mudah
dimengerti oleh siswa.
8. Membuat kebiasaan belajar yang baik
Kebiasaan belajar yang baik dapat dibentuk dengan cara adanya jadwal
belajar.
9. Membantu kesulitan belajar peserta didik, baik secara individual maupun
Membantu kesulitan pesera didik dengan cara memperhatikan proses dan hasil
belajarnya. Dalam proses belajar terdapat beberapa unsur antara lain yaitu
penggunaan metode untuk menyampaikan materi kepada para siswa. Metode
yang menarik yaitu dengan gambar dan tulisan warna-warni akan menarik
siswa untuk mencatat dan mempelajari materi yang telah disampaikan.
10.Menggunakan metode yang bervariasi
Meningkatkan motivasi belajar dengan menggunakan metode pembelajaran
yang variasi. Metode yang bervariasi akan sangat membantu dalam proses
belajar dan mengajar. Dengan adanya metode yang baru akan mempermudah
guru untuk menyampaikan materi pada siswa.
11.Menggunakan media pembelajaran yang baik, serta harus sesuai dengan
tujuan pembelajaran.
Motivasi belajar bisa tumbuh dari dalam diri seseorang tetapi juga dapat
dibantu oleh guru. Dalam hal ini motivasi belajar dilakukan untuk
meningkatkan semangat belajar siswa agar mendapat nilai yang lebih baik.
Banyak cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi sesuai
dengan Sutikno (2007).
Cara yang akan digunakan oleh peneliti dalam penelitian untuk meningkatkan
motivasi siswa dalam penelitian ini yaitu melalui pemberian hadiah dan pujian,
penggunakan metode yang bervariasi dan penggunakan media pembelajaran yang
baik dan sesuai dengan materi yang akan disampaikan dalam proses belajar
mengajar. Pemberian hadiah dan pujian dilakukan agar siswa semakin termotivasi
pencemaran dan kerusakan lingkungan, sedangkan penggunaan metode/model
pembelajaran yang bervariasi dan media yang sesuai dengan materi yang akan
disampaikan akan membantu siswa agar lebih mudah memahami materi tersebut
sehingga akhirnya siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran sesuai yang di
harapkan oleh peneliti. Melalui ketiga cara ini, peneliti berharap agar motivasi
siswa dapat meningkat sehingga hasil belajarnya pun dapat menjadi meningkat.
D. Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Kooperatif berasal dari bahasa inggris yaitu cooperate yang berarti bekerja
bersama-sama. Menurut Slavin (2008), “pembelajaran kooperatif adalah suatu
pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok
kecil yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen secara
kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar”.
“Pembelajaran kooperatif (kerja sama) merupakan model pembelajaran yang
bertolak dari sifat dasar manusia tersebut, dan diarahkan pada pengembangan
kemampuan siswa dalam realisasi sifat dasar tersebut” (Nana dan Erliana,
2012). Menurut Lie dalam Wena (2009), mengatakan bahwa “pembelajaran
kooperatif adalah sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa
untuk bekerja sama dalam tugas-tugas yang terstruktur dan dalam sistem ini
guru bertindak sebagai fasilitator”.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
memanfaatkan teman sebaya sebagai sumber belajar, disamping guru dan
sumber belajar lainnya.
2. Prinsip Dasar dan Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
Menurut Johnson dalam Wena (2009), prinsip dasar pembelajaran kooperatif
adalah sebagai berikut :
a. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas segala sesuatu yang
dikerjakan dalam kelompok.
b. Setiap anggota kelompok harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok
mempunyai tujuan yang sama.
c. Semua anggota kelompok harus membagi tugas dan bertanggung jawab yang
sama di antara anggota kelompoknya.
d. Setiap anggota kelompok akan dikenai evaluasi.
e. Setiap anggota kelompok berbagi kepemimpinan dan membutuhkan
keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
f. Setiap anggota kelompok akan diminta mempertanggung jawabkan secara
individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Adapun karakteristik pembelajaran kooperatif adalah :
a. Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai
kompetensi dasar yang akan dicapai.
b. Kelompok dibentuk dari beberapa siswa yang memiliki kemampuan
c. Penghargaan lebih menekankan pada kelompok dari pada masing-masing
individual.
Dalam pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dan komunikasi
dengan tujuan agar siswa saling berbagi kemampuan, saling belajar berpikir kritis,
saling menyampaikan pendapat, saling memberi kesempatan menyalurkan
kemampuan, saling membantu mengajar, saling menilai kemampuan dan peranan
diri sendiri maupun teman lain.
3. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Adapun kelebihan dari pembelajaran kooperatif adalah :
a. Membantu siswa belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek
bahasan dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktik berpikir.
b. Membantu siswa mengevaluasi logika dan bukti-bukti bagi posisi dirinya
atau posisi yang lain.
c. Membantu siswa mengenali adanya suatu masalah dan
memformulasikannya dengan menggunakan informasi yang diperoleh dari
ceramah.
d. Menggunakan bahan-bahan dari anggota lain dalam kelompoknya
e. Mengembangkan motivasi untuk belajar yang lebih baik.
Kekurangan dari pembelajaran kooperatif adalah :
b. Perlu kesabaran dan ketelatenan dari guru dalam membimbing kelas
dengan beragam karakter dari anak didik.
c. Memerlukan komunikasi yang efektif antar guru dan anak didik dalam
membina kelas, sehingga pengelolaan kelas dapat berlangsung optimal.
E. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Pembelajaran kooperatif model Jigsaw dikembangkan oleh Elliot Aronson
dari Universitas Texas USA yang kemudian diadaptasi oleh Slavin di Universitas
John Hopkins. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe
pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok
dan bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu
mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya. Model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif
dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang secara
heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung
jawab atas keberhasilan bagian materi yang harus dipelajari dan menyampaikan
materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain.
Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat dua kelompok yaitu
kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok utama siswa
yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga
yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa anggota
kelompok ahli. Sedangkan kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari
mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan
dengan topiknya yang untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.
Menurut Wena (2009) secara umum penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw di kelas adalah sebagai berikut: Kelas dibagi dalam
beberapa kelompok. Tiap kelompok siswa terdiri dari 4-6 orang yang bersifat
heterogen, baik dari segi kemampuan, jenis kelamin, budaya dan sebagainya.
1. Tiap kelompok diberi bahan ajar dan tugas-tugas pembelajaran yang harus
dikerjakan.
2. Dari masing-masing kelompok diambil seorang untuk membentuk kelompok
baru (kelompok pakar) dengan membahas tugas yang sama. Dalam kelompok
ini diadakan diskusi antara anggota kelompok pakar.
3. Anggota kelompok pakar kemudian kembali ke kelompok semula, untuk
mengajari anggota kelompoknya. Dalam kelompok ini diadakan diskusi antara
anggota kelompok.
4. Selama proses pembelajaran secara kelompok guru berperan sebagai fasilitator
dan motivator.
5. Tiap minggu atau dua minggu guru melaksanakan evaluasi baik secara
individual maupun kelompok untuk mengetahui kemajuan belajar siswa.
6. Bagi siswa dan kelompok siswa yang memperoleh nilai hasil belajar yang
sempurna diberi penghargaan. Demikian pula jika semua kelompok
memperoleh nilai hasil belajar yang sempurna maka wajib diberi penghargaan.
Menurut Johson dalam Lie (2002) bahwa “suasana belajar kooperatif tipe
positif dan penyesuaian psikologi yang lebih baik daripada suasana belajar yang
penuh persaingan”. Selain itu, pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memiliki
beberapa keunggulan antara lain :
1. Mengembangkan hubungan yang positif diantara siswa yang memiliki
kemampuan berbeda ;
2. Menerapkan bimbingan sesama teman ;
3. Rasa saling menghargai meningkat ;
4. Memperbaiki kehadiran ;
5. Lebih bisa menerima perbedaan ;
6. Pemahaman materi lebih mendalam ;
7. Meningkatan motivasi belajar.
Sedangkan beberapa kelebihan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw menurut
Fathurrohman (2015) adalah sebagai berikut :
1. Siswa dapat bekerjasama dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong
2. Siswa mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan
meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
3. Bertanggung jawab atas penguasaan materi dan mampu mengajarkan materi
tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya.
4. Meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri
dan juga pembelajaran orang lain.
Menurut Ardiyanto (2013) “pemberian pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
kejenuhan atau kebosanan seperti ketika pengajaran pada pembelajaran
konvensional yang berpusat pada guru”. Strategi pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw ini juga dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi
pembelajaran sehingga dapat meningkatkan nilai prestasi belajar.
Sementara itu, model pembelajaraan kooperatif tipe Jigsaw juga memiliki
kelemahan yaitu :
1. Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi dan cenderung mengontrol
jalannya diskusi.
2. Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berpikir rendah akan
mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai
tenaga ahli.
3. Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan.
4. Siswa yang tidal terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti proses
pembelajaran.
Usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh guru untuk mengatasi
kelemahan-kelemahan tersebut diantaranya :
1. Guru harus menekankan agar anggota kelompok menyimak terlebih dahulu
penjelasan dari anggota kelompok ahli. Kemudian baru mengajukan
pertanyaan.
2. Guru harus memilih anggota kelompok ahli secara tepat, kemudian memonitor
kinerja mereka dalam menjelaskan materi, agar materi dapat tersampaikan
3. Guru harus menciptakan suasana kelas yang menyenangkan agar siswa yang
cerdas tertantang untuk mengikuti jalannya diskusi.
F. Materi Pembelajaran
Pencemaran dan kerusakan lingkungan merupakan salah satu materi
pembelajaran pada kelas VIIB SMP yang terdapat di dalam Kompetensi Dasar 7.4
mengaplikasikan peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi
pencemaran dan kerusakan lingkungan. Pembelajaran Biologi pencemaran dan
kerusakan lingkungan menekankan pada siswa untuk mengetahui dan mengerti
dampak dari penebangan hutan, pencemaran air, udara, tanah dan suara serta
memberikan contoh konkrit cara penanggulangan pencemaran dan kerusakan
lingkungan. Secara garis besar materi yang dipelajari adalah menjelaskan tentang
pencemaran lingkungan (air, udara, tanah dan suara) serta cara mengatasinya.
G. Hasil Penelitian yang Relevan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fransiska Siska (2013) dengan
judul penelitian “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw sebagai
Upaya Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Biologi Materi Sistem Peredaran
Darah Manusia pada Siswa Kelas VIII SMP Joannes Bosco Yogyakarta”. Hasil
penelitian yang telah dilaksanakan, membuktikan bahwa: 1) terjadi peningkatan
minat dan hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II. 2) terjadi peningkatan
tindakan sebesar 52,75 kemudian meningkat pada siklus I menjadi 77,15
kemudian meningkat lagi pada siklus II menjadi 87,63.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Alexander Tetuko (2014) dengan judul
“Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw sebagai Upaya
Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Biologi Materi Pencemaran dan
Kerusakan Lingkungan Kelas VIIB SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan
Yogyakarta”. Hasil penelitian membuktikan bahwa 1) terjadi peningkatan
motivasi belajar yang terlihat dari presentase sebesar ≥81%. 2) terjadi peningkatan
hasil belajar siswa dari rata-rata 73,68 dan ketuntasan klasikal sebanyak 74% pada
siklus I meningkat menjadi 83,15 untuk rata-rata kelas dengan ketuntasan klasikal
sebesar 89% pada siklus II.
H. Kerangka Berpikir
Indikator dan tujuan pembelajaran tidak dapat tercapai tanpa bantuan guru
ketika proses belajar mengajar berlangsung. Seperti yang telah diketahui bersama
bahwa guru mempunyai peran yang sangat penting dalam proses belajar
mengajar. Seorang guru tidak hanya berperan sebagai pemberi informasi,
melainkan sebagai pengarah dan pemberi motivasi belajar kepada peserta didik
serta sebagai fasilitator.
Berdasarkan observasi di sekolah, dapat dikatakan bahwa kenyataan di
sekolah memperlihatkan bahwa proses belajar mengajar yang terjadi didominasi
oleh guru dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Ketika proses
Peneliti melihat bahwa motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran sangat
kurang. Hal ini terlihat saat proses KBM (Kegiatan Belajar Mengajar)
berlangsung, pada umumnya siswa sibuk sendiri dan asyik mengobrol dengan
teman sebangkunya. Selain itu, hasil belajar siswa di kelas VII SMP Kanisius
Kalasan Yogyakarta masih rendah. Hal inilah yang menjadi dasar peneliti
memilih kelas VII SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta untuk melaksanakan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), peneliti menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Alasan peneliti menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah untuk meningkatkan motivasi dan
hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Alexander,
diketahui bahwa pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan
motivasi belajar Biologi.
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran
yang mengutamakan kerjasama dan saling membantu antar siswa. Model ini
sangat menguntungkan karena mampu membantu siswa maupun guru dalam
proses belajar dan mampu mendorong motivasi belajar siswa serta meningkatkan
hasil belajar siswa.
Berdasarkan penelitian yang relevan, maka peneliti ingin melakukan
penelitian mengenai apakah penerapan metode Jigsaw dapat meningkatkan
lingkungan kelas VIIB SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta. Berikut adalah
Siswa Guru
Siswa kurang aktif, kurang termotivasi, dan hasil belajar
rendah
Model pembelajaran kurang bervariasi, model pembelajaran yang digunakan adalah ceramah
dan disertai tanya jawab
Penelitian yang dilakukan oleh Fransiska tahun 2013 bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Biologi
Penelitian yang dilakukan oleh Alexander tahun 2014 bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar biologi.
TINDAKAN
Penelitian menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada siklus I dan siklus II
HASIL
[image:52.842.126.762.79.543.2]Motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIIB SMP Kanisius Kalasan meningkat.
I. Hipotesa
Berdasarkan permasalahan dalam penelitian tindakan kelas yang berjudul
“Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Motivasi
dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan
Kelas VIIB SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta” yang dilakukan oleh peneliti,
dapat dirumuskan hipotesis tindakan yaitu
1. Penerapan Metode Jigsaw dapat Meningkatkan Motivasi belajar biologi siswa
pada materi Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kelas VIIB SMP
Kanisius Kalasan Yogyakarta.
2. Penerapan Metode Jigsaw dapat Meningkatkan hasil belajar biologi siswa
pada materi Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kelas VIIB SMP
34 BAB III
Metode Penelitian
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). PTK
merupakan suatu kegiatan penelitian yang dilakukan oleh pendidik/guru untuk
memecahkan suatu masalah yang ada di dalam lingkungan sekolah baik yang
menyangkut proses pembelajaran di dalam kelas maupun yang ada diluar kelas.
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif
kuantitatif-kualitatif. “Penelitian tipe ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk
mendeskripsikan suatu keadaan atau segala sesuatu yang bisa dijelaskan baik
dengan angka maupun dengan kata-kata” (Setyosari, 2010 : 33). Jenis penelitian
ini memiliki tahapan, yaitu : (1) perencanaan tindakan (Planning), (2) pelaksanaan
tindakan (Acting), (3) mengobservasi dan mengevaluasi proses hasil tindakan
(Observation and evaluation), dan (4) Refleksi (Reflektion).
B. Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan 2 variabel yaitu variabel bebas dan variabel
terikat.
Variabel bebas : metode pembelajaran Jigsaw
C. Seting Penelitian 1. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIIB SMP Kanisius
Kalasan Yogyakarta yang terdiri dari 25 siswa.
2. Obyek Penelitian
Obyek dalam penelitian ini adalah motivasi dan hasil belajar siswa pada
pencemaran dan kerusakan lingkungan kelas VIIB SMP Kanisius Kalasan
Yogyakarta.
3. Tempat Penelitian
Tempat penelitian di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta yang beralamat di Jl.
Yogya-Solo Km. 13, Krajan, Desa/Kelurahan Tirtomartani, Kecamatan
Kalasan, Kabupaten Sleman Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
4. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan April-Mei 2016.
D. Rancangan Penelitian
Rancangan tindakan direncanakan dengan dua siklus yaitu siklus I dan siklus
II. Tiap-tiap siklus terdiri dari beberapa tahap, yaitu : tahap perencanaan, tahap
pelaksanaan, tahap observasi dan evaluasi, serta tahap refleksi. Di dalam
penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pemberi materi (guru). Berikut akan
1. Pra Tindakan
a. Identifikasi masalah, langkah ini diawali dengan pendekatan kepada pihak
sekolah melalui guru mata pelajaran dan meminta beberapa informasi serta
menganalisis hasil belajar siswa berdasarkan hasil ulangan harian pada
materi pencemaran dan kerusakan lingkungan.
b. Observasi, kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran awal
tentang kegiatan belajar-mengajar Biologi dikelas VII SMP Kanisius
Kalasan.
c. Analisis studi pustaka sesuai dengan permasalahan dan judul penelitian
d. Menyelesaikan rancangan penelitian dengan bimbingan dosen, hingga
memperoleh persetujuan untuk melakukan penelitian dari dosen
pembimbing
e. Permintaan pembuatan surat kepada sekretariat jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta, guna melakukan penelitian.
f. Menghubungi pihak SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta dengan cara
menemui kepala sekolah, bagian kurikulum dan guru mata pelajaran
Biologi dengan menyerahkan surat izin penelitian dari Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta beserta proposal penelitian yang telah disetujui dosen
2. Siklus I
a. Tahap Perencanaan (Planning)
Pada tahap ini, peneliti terlebih dahulu merencanakan pelaksanaan penelitian.
Dibawah ini akan dijelaskan secara rinci mengenai tahap perencanaan.
1. Menganalisis materi pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
untuk menyusun perangkat pembelajaran yang dibutuhkan.
2. Membuat Silabus dan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan
dipakai pada saat melakukan penelitian.
3. Mempersiapkan materi pembelajaran
4. Membuat instrument pengumpulan data yaitu :
a) Membuat soal evaluasi (tes akhir/ post test) untuk mengetahui peningkatan
hasil belajar siswa ranah kognitif melalui penerapan metode pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw.
b) Membuat lembar observasi untuk mengetahui perkembangan hasil belajar
siswa ranah efektif dalam kelompok dengan menggunakan pendekatan
kooperatif tipe Jigsaw.
c) Membuat kuisioner untuk mengukur motivasi belajar siswa
5. Membuat alat bantu mengajar berupa kartu soal yang berisi soal/pertanyaan
terkait dengan materi.
b. Tahap Pelaksanaan (Acting) dan Pengamatan (Observasi)
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah melaksanakan skenario
Pembelajaran (RPP) dan pengamatan yang dilaksanakan oleh para observer.
Adapun kegiatan ini dilaksanakan pada proses pembelajaran adalah :
1) Mengkondisikan kelas ke dalam suasana belajar.
2) Memotivasi siswa dengan memberikan apersepsi menggunakan gambar dan
beberapa pertanyaan.
3) Menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
4) Menjelaskan secara singkat materi yang akan dipelajari.
5) Melaksanakan kegiatan pembelajaran siklus I dengan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw sesuai dengan RPP yang telah dibuat. Pada pelaksanaan
pembelajaran siklus I, anggota kelompok dipilih sendiri oleh siswa dengan
membentuk 5 kelompok asal, masing-masing kelompok terdiri dari 5 siswa.
Setiap anggota kelompok asal bertanggung jawab atas soal yang diberikan
kepadanya.
Pengamatan dilakukan ketika kegiatan pembelajaran dilaksanakan,
menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Hal yang diobservasi adalah
1. Aktivitas siswa dalam kegiatan diskusi kelompok.
2. Aktivitas guru dalam pembelajaran sebagai bahan refleksi untuk siklus
berikutnya.
c. Tahap Refleksi (Reflecting)
Pada taha