• Tidak ada hasil yang ditemukan

Motivasi Wan ita Berwirausaha di Kota Sukabumi (Kasus pada Nama NTM pelaku usaha kecil dan menengah di Kecamatan Cikole)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Motivasi Wan ita Berwirausaha di Kota Sukabumi (Kasus pada Nama NTM pelaku usaha kecil dan menengah di Kecamatan Cikole)"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

(

Kasus pada pelaku usaha kecil dan menengah di Kecamatan Cikole)

SALWA NURHANIFAH

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Motivasi Wanita Berwirausaha di Kota Sukabumi

(

Kasus pada pelaku usaha kecil dan menengah di Kecamatan Cikole) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014

(4)
(5)

ABSTRAK

SALWA NURHANIFAH. Motivasi Wanita Berwirausaha di Kota Sukabumi

(

Kasus pada pelaku usaha kecil dan menengah di Kecamatan Cikole) Dibimbing oleh TINTIN SARIANTI.

Wirausaha wanita merupakan potensi sumberdaya manusia yang perlu diberdayakan dan ditingkatkan kualitasnya. Salah satu bentuk keterlibatannya yaitu sebagai pelaku ekonomi berskala mikro, kecil dan menengah. Dalam menjalankan usaha, seseorang harus memiliki karakterisitik wirausaha, seperti memiliki pengetahuan dalam berwirausaha, berkeinginan merubah nasib, memiliki keberanian dalam mengambil keputusan dan adanya dukungan keluarga/suami. Terselenggaranya perekonomian tersebut tidak terlepas dari adanya motivasi. Motivasi merupakan aspek utama dalam mendorong berdirinya kegiatan kewirausahaan. Terdapat tiga variabel penting yang dapat mempengaruhi motivasi seseorang, yaitu kebutuhan eksistensi, kebutuhan hubungan, dan kebutuhan berkembang. Tujuan penelitian ini untuk mengkaji hubungan antara karakteristik wirausaha wanita dengan motivasi berwirausaha. Hasil analisis korelasi rank spearman menunjukkan bahwa variabel yang memiliki korelasi atau hubungan nyata positif yaitu variabel berkeinginan merubah nasib dan adanya dukungan keluarga/suami berhubungan dengan kebutuhan eksistensi dan kebutuhan berkembang serta keberanian dalam mengambil keputusan dengan kebutuhan akan berhubungan.

Kata kunci : Motivasi, Karakteristik Wirausaha Wanita

ABSTRACT

SALWA NURHANIFAH. Motivation of Women Enterpreneurship in Sukabumi (A case in the act of micro scale, small and middle enterprise at Kecamatan Cikole) advised by TINTIN SARIANTI.

Women enterpreneurship is a human resource potential which is needed to be empowered and enhanced. One of the involving form is as the act of economic micro scale, middle and small. In running the business, someone should have an enterpreneur characteristic, such as having knowledge in enterpreneurship, have a desire to change the fate, dare to make a decision and supported by her family/husband. Its economic implementation can not be separated with the motivation. Motivation is a major aspect in supporting the development of enterpreneur activity. There are three important variables which can affect

someone’s motivation, existence needs, relationship needs, and growth needs. The

aims of this research is to assess the relation between women’s enterpreneur

characteristic and enterpreneur motivation. The rank spearman corelation result shows that the variable which has a corelation or real positive relation is the variable of desire to change the fate and supported by family/husband related to the needs of existence and needs of growth also dare to take a decision with needs will also related.

(6)
(7)

MOTIVASI WANITA BERWIRAUSAHA

DI KOTA SUKABUMI

(

Kasus pada pelaku usaha kecil dan menengah di Kecamatan Cikole)

SALWA NURHANIFAH

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 ini ialah Motivasi Wanita Berwirausaha di Kota Sukabumi (Kasus pada pelaku usaha kecil dan menengah di Kecamatan Cikole)

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Tintin Sarianti SP. MM selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada staf Dinas Koperasi Industri dan Perdagangan Bagian UKM Kota Sukabumi, dan wanita wirausaha pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Kota Sukabumi. Serta pihak

– pihak yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu serta seluruh keluarga dan teman – teman atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2014

(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 5

Tujuan Penelitian 7

Manfaat Penelitian 7

Ruang Lingkup Penelitian 7

TINJAUAN PUSTAKA 7

KERANGKA TEORI 9

Kerangka Pemikiran Teoritis 9

Motivasi 9

Wirausaha 11

Berbagai Macam Profil Wirausaha 12

Karakteristik Individu 13

Karakteristik Wirausaha 13

Wirausaha Wanita (Women Enterpreneur) 13

Kerangka Pemikiran Operasional 14

METODE PENELITIAN 16

Lokasi dan Waktu 16

Metode Penentuan Sampel 17

Data dan Instrumentasi 17

Metode Pengumpulan Data 18

Metode Pengolahan Data 18

Analisis Statistik Deskriptif 18

Analisis Korelasi Rank Spearman 19

Definisi Operasional 20

HASIL DAN PEMBAHASAN 21

Kondisi Umum Lokasi Penelitian 21

Keadaan Geografis 21

Karakteristik responden 22

Analisis Karakteristik Wirausaha Wanita dan Motivasi Berwirausaha 27

Karakteristik Wirausaha Wanita 27

Motivasi Berwirausaha 28

Hubungan Karakteristik Wirausaha Wanita dengan Motivasi Berwirausaha 29

SIMPULAN DAN SARAN 34

Simpulan 34

Saran 35

DAFTAR PUSTAKA 36

(13)

DAFTAR TABEL

1 Sebaran jumlah sentra UKM Jawa Barat tahun 2012 2

2 Penentuan kategori skor berdasarkan kategori jawaban responden 19

3 Kelompok umur responden 23

4 Tingkat pendidikan responden 23

5 Latar belakang keluarga responden 24

6 Jumlah tanggungan keluarga responden 24

7 Rataan skor karakteristik wirausaha wanita di Kota Sukabumi menurut

indikator motivasi 27

8 Rataan skor motivasi berwirausaha di Kota Sukabumi menurut indikator

motivasi 28

9 Koefisien korelasi karakteristik wirausaha wanita dengan motivasi

berwirausaha 30

DAFTAR GAMBAR

1 Persentase pekerja wanita yang bekerja di sektor formal dan informal di Jawa

Barat pada tahun 2013 1

2 Persentase jumlah UKM kota sukabumi pada tahun 2008-2012 3 3 Jumlah UKM wanita per sektor industri kota sukabumi Tahun 2013 4 4 Partisipasi angkatan kerja wanita di kota sukabumi tahun 2012 5

5 Jumlah UKM wanita kota sukabumi tahun 2013 6

6 Motivasi sebagai proses psikologis 10

7 Kerangka pemikiran operasional 16

8 Macam-macam produk Usaha Kecil dan Menengah (UKM) kota sukabumi 26

DAFTAR LAMPIRAN

1 Foto-foto bersama responden pengelola Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

kota sukabumi 39

2 Data identitas responden 41

(14)
(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kewirausahaan di Indonesia merupakan topik yang sedang marak dibicarakan, namun demikian jarang diakui bahwa enam puluh persen wirausaha mikro, kecil, dan menengah adalah wanita. Wanita wirausaha yang bergerak di bidang usaha kecil yaitu delapan puluh lima persen, usaha menengah tiga belas persen, dan hanya dua persen yang memiliki usaha besar. Wanita wirausaha memiliki andil dalam mendorong peranan wanita sebagai agen perubahan, hal tersebut merupakan sumber kegiatan ekonomi yang cukup besar dalam penciptaan lapangan kerja baru, oleh karenanya layak untuk mendapat perhatian (Tinaprilla 2007). Kondisi wirausahawan wanita di Indonesia mengalami perkembangan yang pesat, kondisi tersebut dapat terlihat dari banyaknya koperasi-koperasi wanita baru dan beragam bisnis usaha kecil dan menengah yang terbentuk dan sukses (SMECDA 2006). Sektor informal di Jawa Barat menjadi salah satu penyedia lapangan kerja yang potensial. Kaum wanita pun terlibat besar dalam mewujudkan tatanan ekonomi di masyarakat.

Gambar 1 Persentase pekerja wanita yang bekerja di sektor formal dan informal di Jawa Barat pada tahun 2013

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2013

(16)

pajak dan administrasi tidak punya/sangat sederhana. Sethurahman (1981) menambahkan bahwa yang membedakan sektor formal dengan informal adalah skala dan asal pekerjanya. Sebagian besar UKM (Usaha Kecil dan Menengah) merupakan salah satu sektor informal dengan subsektor umumnya adalah perdagangan dan jasa (Dini 2010). Bentuk keterlibatan wanita dalam sektor informal salah satunya sebagai pelaku ekonomi berskala mikro, kecil dan menengah. Keberadaan industri kecil terutama industri rumah tangga banyak melibatkan tenaga kerja wanita, baik di pedesaan maupun di perkotaan.

Terselenggaranya perekonomian tersebut tidak terlepas dari adanya motivasi. Motivasi merupakan aspek utama dalam mendorong berdirinya kegiatan kewirausahaan. Terdapat tiga variabel yang dapat mempengaruhi motivasi seseorang dalam berwirausaha guna memenuhi kebutuhan, yaitu kebutuhan eksistensi (existence needs), kebutuhan berhubungan (relatedness needs), dan kebutuhan berkembang (growth needs) (Winardi 2011). Selain itu, lingkungan juga dapat mendorong timbulnya motivasi seperti lingkungan kerja dan sekolah yang memberikan mata pelajaran kewirausahaan yang dapat membangkitkan minat berwirausaha. Dorongan lain yang dapat membentuk seseorang memiliki jiwa wirausaha juga datang dari teman sepergaulan, lingkungan keluarga dan sahabat, dimana mereka dapat berdiskusi tentang ide wirausaha serta masalah yang dihadapi dalam berwirausaha dan cara-cara mengatasi masalah tersebut.

Ada beberapa alasan wanita terlibat menjadi pengusaha, pertama adalah karena tekanan ekonomi yaitu memperoleh pendapatan untuk menambah penghasilan suami, secara alamiah usaha terebut sudah terbentuk dari orang tuanya sehingga mereka mewarisi usaha tersebut dan adanya keinginan wanita untuk menjalankan usaha pribadinya dimana suami mereka memiliki pekerjaan lain dan mereka sendiri sudah memiliki pengalaman (Machfud et al 1994). Kondisi inilah yang mendorong, memotivasi wanita untuk memutuskan berwirausaha. Sebagai tenaga kerja wanita dalam keluarga, umumnya wanita cenderung memilih bekerja di sektor informal. Hal ini dilakukan agar dapat membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga. Menurut Septianingsih (2011), pengusaha wanita cenderung mengutamakan keamanan keluarga dan control diri mereka.

Sektor perkoperasian dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai kontribusi yang besar terhadap perekonomian di Jawa Barat. Jumlah UKM yang terdapat di Jawa Barat menurut Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (KUMKM) dengan jumlah sentra UKM yang tersebar di lima wilayah yakni Wilayah Priangan Barat, Wilayah Priangan Timur, Wilayah Bogor, Wilayah Purwakarta dan Wilayah Cirebon.

Tabel 1 Sebaran jumlah sentra UKM Jawa Barat tahun 2012

Wilayah Jumlah Sentra (%)

(17)

Wilayah Bogor

Kota Sukabumi 20

Kota Bogor 9

Depok 9

Wilayah Purwakarta

Kota Bekasi 13

Wilayah Cirebon

Kuningan 18

Kota Cirebon 12

Sumber : Dinas KUMKM Jawa Barat, 2012

Kinerja Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Jawa Barat ini mampu menyerap tenaga kerja serta dapat memberikan sumbangan terhadap Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) dan berkontribusi terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Barat. Peranan UKM yang sangat penting menunjukkan bahwa UKM, merupakan sektor ekonomi yang tidak hanya memberikan kegiatan usaha pada rakyat kecil saja, namun juga dapat berperan sebagai alternatif pemecahan masalah sosial yakni pengangguran. Dari tabel diatas dapat disimpulkan, sebesar dua puluh persen Kota Sukabumi menjadi sentra UKM setelah Kota Bandung. Hal ini menjelaskan bahwa sektor informal yaitu UKM khususnya di Kota Sukabumi, memberikan kontribusi positif untuk Provinsi Jawa Barat. Perkembangan dunia Usaha Kecil Dan Menengah (UKM), terus meningkat di Kota Sukabumi.

Gambar 2 Persentase jumlah UKM Kota Sukabumi pada tahun 2008-2012 Sumber : Pemerintah daerah Kota Sukabumi, 2013

(18)

jenis bisnis atau produk jualan yang rumit sedangkan wanita, lebih cenderung berpikir dan memulai usaha dari hal-hal yang simpel. Menurut Anggarwati (2012) Wanita berpotensi untuk melakukan berbagai kegiatan produktif yang menghasilkan dan dapat membantu ekonomi keluarga, dan lebih luas lagi ekonomi nasional. Wanita sangat potensial dan memiliki kompetensi dalam pengembangan usaha kecil, menengah, maupun koperasi, baik wanita tersebut sebagai pelaku bisnis, pengelola/pendamping, atau sebagai tenaga kerja. Tentu saja masih terus ditingkatkan kualitas dan profesionalismenya dengan meningkatan kemampuan dan keterampilannya.

Terciptanya pembangunan perekonomian dapat diwujudkan melalui upaya peningkatan peran aktif wanita. Kemandirian wanita memiliki arti yang dapat dikembangkan dan dicirikan oleh pengembangan kewirausahaan diberbagai sektor industri.

Gambar 3 Jumlah UKM yang diusahakan wanita per sektor industri Kota Sukabumi Tahun 2013

Sumber : Dinas koperasi industri dan perdagangan Kota Sukabumi, 2013

Berdasarkan data Dinas Koperasi Industri dan Perdagangan Kota Sukabumi 2013, Ada enam Kategori usaha di sektor yang berbeda diantaranya sektor kuliner, sektor aksesories&batu alam, sektor fashion&konveksi, sektor furniture, sektor alat rumah tangga dan sektor hasil bumi. Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa sektor kuliner merupakan sektor yang paling unggul dibandingkan dengan sektor lainnya. Sebanyak 275 pelaku UKM wanita menjalankan usaha di bidang kuliner di Kota Sukabumi.

(19)

Kecamatan Cikole merupakan salah satu kecamatan di Kota Sukabumi dengan jumlah wirausaha wanita paling banyak dibandingkan kecamatan yang lain. Letak Kecamatan Cikole berada di pusat Kota Sukabumi dekat dengan pusat pemerintahan, kemudahan memperoleh informasi usaha seperti penyuluhan yang dilakukan Dinas Koperindag dan akses perekonomian yang mudah mendukung perkembangan jumlah UKM yang semakin meningkat di kecamatan ini. Berdasarkan paparan di atas, maka penelitian tentang motivasi wanita dalam berwirausaha perlu dikaji, sehingga secara tepat dapat mengetahui hubungan antara karakteristik wirausaha wanita dengan motivasi wanita berwirausaha di Kecamatan Cikole, Kota Sukabumi.

Perumusan Masalah

Peran wanita di bidang ekonomi sudah menunjukkan adanya peningkatan, baik yang bekerja disektor formal maupun informal. Menurut

Mar’atus, (2011), banyak sektor kehidupan dimana wanita sudah dapat bebas bekerja dan bersaing dengan kaum laki–laki. Kewirausahaan (entrepreneurship) merupakan salah satu yang menjadi pilihan wanita untuk pembuktian dirinya bahwa, wanita mampu berusaha yakni menciptakan usaha kecil.

Saat ini mayoritas penelitian kewirausahaan yang dilakukan banyak yang terfokus pada pengusaha laki-laki. Pada penelitian yang dilakukan oleh Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK (2006), jumlah wanita pengusaha lebih sedikit daripada laki-laki. Namun sejak tahun delapanpuluhan, jumlah wanita karier dan wanita pengusaha telah meningkat tajam dan sejak saat itu, wanita bekerja menjadi topik penelitian yang menarik. Meskipun dunia wirausaha dan bisnis didominasi oleh kaum laki-laki, dalam dekade ini, situasi tersebut mulai berubah. Sudah sangat banyak wanita yang menjadi pengusaha dari tingkat mikro, kecil, menengah, dan besar, dengan maksud untuk membantu suami mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga. Dalam hal ini motivasi sangat erat kaitannya dalam pengambilan keputusan untuk bekerja atau berwirausaha.

(20)

Berdasarkan data Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kota Sukabumi tahun 2012 menunjukkan dari tujuh kecamatan yang berada di Kota Sukabumi. Jumlah angkatan kerja wanita di Kota Sukabumi tertinggi adalah di Kecamatan Cikole dengan persentase 37,14 persen diantaranya wanita yang bekerja di sektor formal dan sektor non formal. Pada sektor informal dapat dilihat dari jumlah pelaku UKM di Kota Sukabumi, kaum wanita sudah memperlihatkan perannya sebagai wanita yang juga memberikan kontribusi dalam bidang perekonomian khususnya perekonomian dalam rumah tangganya.

Gambar 5 Jumlah UKM wanita Kota Sukabumi tahun 2013

Sumber : Dinas koperasi industri dan perdagangan Kota Sukabumi, 2013

Berdasarkan data Dinas Koperasi Industri dan Perdagangan Kota Sukabumi tahun 2013, Dari Grafik diatas dapat disimpulkan bahwa dari tujuh Kecamatan yang ada di Kota Sukabumi, jumlah UKM wanita dengan jumlah terbesar yaitu di Kecamatan Cikole. Sebesar dua puluh enam persen atau sebanyak sembilan puluh dua adalah pelaku UKM yang berada di Kecamatan Cikole. Jumlah tersebut paling besar dibandingkan jumlah pelaku UKM di kecamatan lainnya. Lokasi Kecamatan Cikole yang berada di pusat Kota membuat kecamatan ini unggul di bidang perekonomian, diantaranya akses pemasaran yang mudah, perolehan informasi usaha yang cepat seperti adanya penyuluhan, pemantauan, pendampingan usaha dari Dinas Koperindag Kota Sukabumi yang juga selalu memfokuskan pada wilayah kecamatan yang berada dekat dengan pusat pemerintahan.

(21)

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini diarahkan untuk menjawab permasalahan yang ada. Secara spesifik tujuan penelitian di Kota Sukabumi ini adalah menganalisis hubungan karakteristik wirausaha wanita dengan motivasi berwirausaha di Kecamatan Cikole Kota Sukabumi.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai kegunaan untuk :

1. Sebagai masukan khususnya bagi wirausaha wanita di Kota Sukabumi untuk lebih meningkatkan motivasi dalam berwirausaha. 2. Sebagai masukan bagi pembaca untuk memperluas wawasan dan

pengalaman mengenai motivasi yang ada dalam diri wanita dalam berwirausaha.

3. Sebagai bahan informasi bagi penelitian selanjutnya mengenai motivasi dan wirausaha wanita.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mengenai Motivasi Wanita Berwirausaha di Kota Sukabumi. Penelitian di fokuskan kepada pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) wanita khusus yang bergerak dibidang kuliner. Lokasi penelitian di Kecamatan Cikole Kota Sukabumi. Jumlah responden sebanyak empat puluh delapan pelaku UKM wanita. Alat analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis korelasi Rank Spearman.

TINJAUAN PUSTAKA

Salah satu faktor yang memotivasi wanita berwirausaha adalah adanya karakteristik seorang wirausaha. Seorang wirausaha memiliki hal-hal khusus mengenai sikap, watak, dan kebiasaan-kebiasaan yang tumbuh dan dibentuk oleh keadaan lingkungan dan pengalaman yang khusus pula. Hal ini akan menyebabkan para wirausaha wanita tersebut memiliki motivasi kerja yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Mereka membawa harapan, kepercayaan, keinginan, dan kebutuhan personalnya kedalam lingkungan kerja mereka sehingga memungkinkan mereka untuk berupaya memenuhinya melalui berwirausaha. (Suprayitno, 2004).

(22)

memutuskan untuk berwirausaha antara lain karena faktor internal (minat, pemberdayaan diri, motivasi) dan faktor eksternal (peran suami dan sumber modal). Pengambilan keputusan wanita untuk berwirausaha semata-mata hanya didasarkan pada minat dan motivasi saja, hal tersebut belum menunjukkan esensi yang sebenarnya bahwa mereka memang mau dan mampu untuk memberdayakan diri dengan berwirausaha Selain itu, modal untuk berwirausaha tidak begitu dipermasalahkan oleh wanita, namun peran suami tetap dipertimbangkan saat wanita (istri) akan memutuskan untuk berwirausaha. Dalam penelitian Orhan dan Scott (2011) betujuan untuk mengembangkan model yang berkaitan dengan faktor yang memotivasi wanita untuk memulai bisnis. Ada sejumlah situasi yang berhubungan dengan keputusan wanita untuk berwirausaha, hal yang menyebabkan wanita memutuskan untuk berwirausaha antara lain karena keturunan, tidak ada pilihan lain, kebetulan, bakat, terpaksa, sengaja dibentuk, dan wirausaha murni. Hasil penelitian menunjukkan, sebagian besar wanita berwirausaha karena alasan kebutuhan dan karena hal-hal yang secara umum disebut faktor push, pull dan faktor lingkungan. Kesimpulan yang diperoleh bahwa secara khusus penelitian ini menunjukkan interaksi antara dominasi pria dan faktor yang mendorong wanita berwirausaha karena beberapa keadaan.

Keberadaan wirausahawan wanita dalam usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) adalah realitas kehidupan ekonomi sebagian besar masyarakat Indonesia. Penelitian Nurhayati (2011) hasil penelitian pada wirausaha wanita pada UKM agroindustri perikanan di Kabupaten Sukabumi, menunjukkan bahwa faktor pendorong kegiatan usaha dikategorikan sebagai motivasi berwirausaha dikelompokkan menjadi empat, yaitu meringankan beban keluarga, menciptakan lapangan kerja dan merubah nasib serta ingin mandiri. Faktor pendorong lain yaitu keinginan untuk merubah nasib, keinginan untuk menciptakan lapangan kerja juga menjadi motivasi/faktor pendorong dalam berwirausaha. Keterlibatan wanita dalam pembangunan dapat dilihat dengan semakin banyaknya yang bekerja di beberapa sektor.

Penelitian mengenai keterlibatan wanita dalam usahaternak ayam buras, menunjukkan bahwa karakteristik peternak berhubungan signifikan dengan keterlibatannya dalam usahaternak ayam buras Yuliani (2002). Motivasi wanita dideskripsikan menjadi dua indikator diantaranya motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Dimana motivasi intrinsik meliputi kebutuhan akan prestasi dan kebutuhan akan kekuasaan, sedangkan motivasi ekstrinsik meliputi sistem kekerabatan, pengambilan keputusan, stabilitas harga, dukungan keluarga dan pergeseran norma. Hasil yang diperoleh bahwa semua variabel yang di uji berhubungan positif dengan motivasi yang dimiliki oleh wanita peternak untuk mampu mendorong dan terlibat secara aktif dalam kegiatan berusaha ternak (Nursulasiah 2004). Selain itu, penelitian mengenai pengaruh motivasi dan kompetisi terhadap kesuksesan pengusaha wanita, menunjukkan bahwa motivasi dan kompetensi berpengaruh signifikan secara simultan terhadap kesuksesan pengusaha wanita dan motivasi memiliki pengaruh dominan terhadap kesuksesan pengusaha wanita (Prabandari SP dan Rosita NH 2013).

(23)

utama pemberdayaan wanita miskin adalah adanya dukungan seluruh stakeholders (baik pemerintah, swasta, LSM maupun perguruan tinggi) untuk melakukan program-program penanggulangan kemiskinan yang responsif gender. Adanya Achievement Motivation Training untuk menumbuhkan kesadaran (keberdayaan) akan pentingnya mengembangkan kewirausahaan keluarga menuju ekonomi kreatif, pemantapan jejaring antar sesama wanita miskin pelaku usaha serta pengusaha lokal sebagai media learning by doing, pembentukan kelompok-kelompok usaha bersama atas dasar kesamaan jenis usaha, pengembangan kreativitas melalui capacity building agar produk yang dihasilkan menarik bagi pembeli dan sesuai selera pasar dan memperhitungkan potensi pasar dan perluasan sistem bapak angkat dengan melibatkan sebanyak mungkin usahawan lokal sehingga dapat memperkuat modal usaha dan pasar bagi wanita miskin pelaku usaha (Sri M, Ismi DA 2011). Adanya potensi kesuksesan wirausahawan wanita tersebut, maka perlu dan penting bagi pemerintah untuk merumuskan strategi dan mengembangkan program pemberdayaan wanita dibidang ekonomi khususnya sebagai wirausaha.

Penelitian yang akan dilakukan ini tidak jauh berbeda dengan penelitian sebelumnya. Objek yang diteliti adalah pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) wanita di Kecamatan Cikole Kota Sukabumi. Penelitian ini, akan menganalisis hubungan antara karakteristik wirausaha wanita dengan motivasi berwirausaha. Karakteristik wirausaha yang diamati yaitu memiliki pengetahuan dalam berwirausaha, berkeinginan merubah nasib, keberanian dalam mengambil keputusan, dan adanya dukungan keluarga/suami serta motivasi berwirausaha menggunakan teori motivasi ERG yaitu kebutuhan eksistensi (existence needs), kebutuhan berhubungan (related needs), dan

(24)

keterampilannya untuk mewujudkan suatu tujuan tertentu. Motivasi menjadi penting karena dengan motivasi, diharapkan seseorang mau bekerja keras dan antusias untuk mencapai produktivitas yang tinggi. Menurut Wahjosumidjo (1987), Motivasi adalah kekuatan internal yang menyebabkan seseorang melakukan suatu tindakan. Motivasi adalah semua hal verbal, fisik atau psikologis yang membuat seseorang melakukan sesuatu dengan respon dan juga merupakan proses psikologis yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi, dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang. Gambaran mengenai motivasi sebagai proses psikologis disajikan dalam Gambar 6.

Gambar 6 Motivasi sebagai proses psikologis Sumber : Wahjosumidjo (1987)

Teori Motivasi ERG

Teori motivasi ERG dimunculkan oleh Clayton Alderfer. Kebutuhan manusia tersusun dalam suatu hirarki berjenjang. Jenjang tersebut tidak bersifat kaku sehingga unsur keterkaitan akan selalu dominan dalam mengarahkan individu untuk selalu memenuhi kebutuhannya, baik yang sudah terpenuhi maupun yang terhambat pemenuhannya (Mosher 1991). Menurut Winardi (2011), Jenjang kebutuhan manusia menurut Clayton Alderfer adalah sebagai berikut :

1. Eksistensi (Existence needs)

Semua tipe keinginan-keinginan fisiologikal dan material. Ketersedian kebutuhan dasar seperti adanya modal usaha.

2. Berhubungan (Relatedness needs) Stimulus

Perilaku Stimulus

Faktor Intrinsik

Faktor Ekstrinsik

Alternatif Perilaku

(25)

Kebutuhan untuk memiliki hubungan-hubungan berarti dengan pihak-pihak penting lainnya. Kepuasan akan dicapai karena berbagi pemilikan dan perasaan-perasaan secara bersama, seperti hubungan antara individu dan lingkungan sosial yang bermanfaat.

3. Berkembang (Growth needs)

Kebutuhan untuk tumbuh sebagai manusia, dan memanfaatkan kemampuan-kemampuan kita hingga mencapai potensi maksimal, seperti mendapat tambahan pendapatan dari berwirausaha.

Masing-masing kebutuhan tersebut tidak sama kekuatan tuntutan-tuntutan pemenuhannya. Tumbuhnya kekuatan itu satu sama lain juga berbeda-beda waktunya. Seluruh kebutuhan tidak timbul dalam waktu yang bersamaan, walaupun kadang-kadang beberapa kebutuhan dapat muncul sekaligus, sehingga seorang wirausaha harus menentukan pilihannya yang mana yang harus dipenuhinya terlebih dahulu.

Teori Motivasi David Mc Clelland

Dalam bukunya, Kristianto dan Heru (2009), teori motivasi juga mampu menjelaskan motivasi orang melakukan kegiatan usaha sebagai seorang wirausaha. Motif berprestasi kewirausahaan teori David McClelland yaitu seorang wirausaha melakukan kegiatan usaha didorong oleh kebutuhan untuk berprestasi, hubungan dengan orang lain dan untuk mendapatkan kekuasaan baik secara finansial maupun secara sosial. Wirausaha melakukan kegiatan usaha dimotivasi oleh :

1. Motif berprestasi (Need for achievement)

Orang melakukan kegiatan kewirausahaan didorong oleh keinginan mendapatkan prestasi dan pengakuan dari keluarga.

2. Motif berafiliasi (Need for affiliation)

Orang melakukan kewirausahaan didorong oleh keinginan untuk berhubungan dengan orang lain secara sosial kemasyarakatan.

3. Motif kekuasaan (Need for power)

Orang melakuakn kewirausahaan didorong oleh keinginan mendapatkan kekuasaan atas sumberdaya yang ada. Peningkatan kekayaan, penguasaan pasar sering menjadi pendorong utama wirausaha melakukan kegiatan usaha.

Dari bebereapa definisi motivasi diatas, dapat disimpulkan motivasi adalah suatu faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan atau kegiatan tertentu, sehingga motivasi dapat diartikan sebagai pendorong perilaku seseorang. Motivasi orang melakukan wirausaha sering bereda. Keanekaragaman ini menyebabkan perbedaan dalam perilaku yang berkaitan dengan kebutuhan dan tujuan.

Wirausaha

(26)

pertumbuhan bisnis dengan cara mengidentifikasikan peluang dan menggabungkan sumber daya yang diperlukan untuk mendirikannya (Zimmerer dan Scarborough 2008). Menurut (Robbins 2001), Pengambilan keputusan dipengaruhi oleh dasar-dasar perilaku individual, persepsi, motivasi dan pembelajaran individu, selain itu juga perubahan yang terjadi dapat mempengaruhi nilai dan sikap seseorang dan pada akhirnya mempengaruhi pula pengambilan keputusan yang dibuatnya.

Berbagai Macam Profil Wirausaha

Menurut Zimmerer dan Scarborough (2008), jika diperhatikan entrepreneur yang ada di masyarakat sekarang ini, maka dijumpai berbagai macam profil, diantaranya :

1. Women Entrepreneur

Banyak wanita yang terjun ke dalam bidang bisnis. Alasan mereka menekuni bidang bisnis ini didorong oleh faktor-faktor antara lain ingin memperlihatkan kemampuan prestasinya, membantu ekonomi rumah tangga, frustasi terhadap pekerjaan sebelumnya dan sebagainya.

2. Minority Entrepreneur

Kaum minoritas terutama di negara kita Indonesia kurang memiliki kesempatan kerja di lapangan pemernitahan sebagaimana layaknya warga negara pada umumnya. Oleh sebab itu, mereka berusaha menekuni kegiatan bisnis dalam kehidupan sehari-hari. Demikian pula para perantau dari daerah tertentu yang menjadi kelompok minoritas pada suatu daerah, mereka juga berniat mengembangkan bisnis. Kegiatan bisnis mereka ini makin lama makin maju dan mereka membentuk organisasi minoritas di kota-kota tertentu.

3. Immigrant Entrepreneurs

Kaum pedagang yang memasuki suatu daerah biasanya sulit untuk memperoleh pekerjaan formal. Oleh sebab itu, mereka lebih leluasa terjun dalam pekerjaan yang bersikap non-formal yang dimulai dari berdagang kecil-kecilan sampai berkembang menjadi perdagangan tingkat menengah.

4. Part Time Entrepreneurs

Memulai bisnis dalam mengisi waktu lowong atau part-time merupakan pintu gerbang untuk berkembang menjadi usaha besar. Bekerja part-time tidak mengorbankan pekerjaan di bidang lain misalnya seorang pegawai pada sebuah kantor mencoba mengembangkan hobinya untuk berdagang atau mengembangkan suatu hobi yang menarik. Hobi ini akhirnya mendatangkan keuntungan yang lumayan. Ada kalanya orang ini beralih profesi, dan berhenti menjadi pegawai dan beralih ke bisnis yang merupakan hobinya.

5. Home-Based Entrepreneurs

Ada pula ibu-ibu rumah tangga yang memulai kegiatan bisnisnya dari rumah tangga misalnya ibu-ibu yang pandai membuat kue dan aneka masakan, mengirim kue-kue ke toko eceran di sekitar tempatnya. Akhirnya usaha makin lama makin maju. Usaha catering banyak dimulai dari rumah tangga yang bisa masak, kemudian usaha ini berkembang melayani pesanan untuk pesta.

6. Family-Owned Business

(27)

usaha bapak ini maju, dibuka cabang baru dan dikelola oleh ibu. Kedua perusahaan ini maju dan membuka beberapa cabang lain mungkin jenis usahanya berbeda atau lokasinya berbeda. Masing-masing usahanya ini bisa dikembangkan atau dipimpin oleh anak anak mereka. Dalam keadaan sulitnya lapangan kerja pada saat ini maka kegiatan semacam ini perlu dikembangkan.

7. Copreneurs

Copreneurs are entrepreneurial couples who work together as co-ownners of their businesses. (Copreneurs adalah pasangan wirausaha yang bekerja bersama sama sebagai pemilik bersama dari usaha mereka). Copreneurs ini berbeda dengan usaha keluarga yang disebut sebagai usaha Mom and Pop ( Pop as “boss” and Mom as “subordinate” / Ayah sebagai pemimpin dan Ibu berada di bawah kekuasaan Ayah). Copreneurs dibuat dengan cara menciptakan pembagian pekerjaan yang didasarkan atas keahlian masing-masing orang. Orang-orang yang ahli di bidang ini diangkat menjadi penanggung jawab divisi-divisi tertentu dari bisnis-bisnis yang sudah ada.

Karakteristik Individu

Pada dasarnya ciri-ciri seorang wirausaha adalah rasa percaya diri dan mempunyai kemampuan yang lebih baik dibandingkan orang-orang pada umumnya. Para wirausaha memerlukan kebebasan untuk memilih dan bertindak menurut persepsinya mengenai tindakan yang akan membuahkan kesuksesan. Ciri-ciri wirausaha tersebut ditunjukkan dengan karakter pribadinya. Karakteristik individu adalah sifat atau ciri-ciri yang dimiliki seseorang.

Karakteristik terbentuk oleh faktor-faktor biologis dan faktor sosiopsikologis (Rakhmat 2000). Faktor biologis mencakup genetik, sistem syaraf dan system hormonal, sedangkan faktor sosiopsikologis terdiri dari komponen-komponen kognitif (intelektual), konatif yang berhubungan dengan kebiasaan dan afektif (faktor emosional). Ada sejumlah variabel penting dan menarik yang digunakan orang untuk menerangkan perbedaan-perbedaan motivasi, antara lain : umur, pendidikan dan latar belakang keluarga (Winardi 2011).

Karakteristik Wirausaha

Seorang harus memiliki karakteristik dalam menjalankan usahanya. Zimmerer dan Scarborough (2008) mengemungkakan delapan karakteristik yang meliputi : (1) Memiliki rasa tanggung jawab atas usaha-usaha yang dilakukannya, (2) Lebih memilih risiko yang moderat, (3) Percaya akan kemampuan dirinya untuk berhasil, (4) Selalu menghendaki umpan balik yang segera, (5) Berorientasi ke masa depan, perspektif, dan berwawasan jauh ke depan, (6) Memiliki semangat kerja dan kerja keras untuk mewujudkan keinginannya demi masa depan yang lebih baik, (7) Memiliki keterampilan dalam mengorganisasikan sumber daya untuk menciptakan nilai tambah, (8) Selalu menilai prestasi dengan uang.

Wirausaha Wanita (Women Enterpreneur)

(28)

secara administrasi dan sosial dan efektif memimpin dalam manajemennya (Meng dan Liang 1996). Definisi umum dari wirausahawan wanita adalah pemilik bisnis yang juga menjalankan bisnisnya sendiri atau bersama rekan bisnisnya, baik yang membayar maupun yang tidak membayar pegawai (Meng dan Liang 1996).

Menurut Zimmerer dan Scarborough (2008), Bisnis kecil merupakan pelopor dalam menawarkan peluang di bidang ekonomi baik kewirausahaan maupun pekerjaan. Kewirausahaan dapat membuat wanita mengembangkan impian maupun harapan terbesarnya, semakin banyak wanita yang menyadari bahwa menjadi wirausaha adalah cara terbaik untuk menembus dominasi laki-laki yang menghambat peningkatan karir waktu ke puncak organisasi melalui bisnis mereka sendiri (Zimmerer dan Scarborough 2008).

Wirausaha wanita dan Wirausaha Pria

Mengenai karakteristik wirausaha, menurut Alma (2013) walaupun antara wirausaha pria dan wirausaha wanita pada umumnya sama, namun dalam beberapa hal ada perbedaan tingkat motivasinya dalam membuka bisnis. Perbedaan - perbedaan ini antara lain :

1. Pengusaha wanita di motivasi untuk membuka bisnis karena ingin berprestasi dan adanya frustasi dalam pekerjaan sebelumnya. Dia merasa terkekang tidak dapat menampilkan kebolehannya dan mengembangkan bakat-bakat yang ada pada dirinya.

2. Dalam hal permodalan bisnis pengusaha pria lebih leluasa memperoleh sumber modal sedangkan pengusaha wanita memperoleh sumber modal dari tabungan, harta pribadi, dan pinjaman pribadi. Agak sulit pengusaha wanita memperoleh pinjaman perbankan dibandingkan kaum pria.

3. Mengenai karakteristik kepribadian pengusaha wanita mempunyai sifat toleransi dan fleksibel, realistis dan kreatif, antusias dan enerjik dan mampu berthubungan dengan lingkungan masyarakat dan memilikin medium level of self confidence, kaum pria self confidencenya lebih tinggi dari kebanyakan wanita.

4. Usai memulai usaha pria rata-rata umur 25-35, sedangkan wanita di usia 35-45.

5. Kerabat yang menunjang pada pengusaha wanita adalah keluarganya, suami, organisasi wanita dan kelompok-kelompok sepergaulannya.

6. Bentuk bisnis yang dibuka pada pria pengusaha lebih banyak ragamnya akan tetapi pada wanita pengusaha kebanyakan berhubungan dengan bisnis jasa, pendidikan, konsultasi dan public relation.

Kerangka Pemikiran Operasional

(29)

menurunkan tingkat kemiskinan bahkan menigkatkan pendapatan per kapita suatu daerah. Jumlah Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang dikelola oleh kaum wanita di Kota Sukabumi khususnya di Kecamatan Cikole paling banyak dibandingkan dengan kecamatan lainnya. Hal ini didorong oleh adanya pola pendampingan usaha, pelatihan keterampilan, penyuluhan kewirausahaan yang merupakan upaya guna peningkatan pertumbuhan ekonomi dan mendorong motivasi dalam berwirausaha.

Dalam hal ini, perlu di analisis karakteristik wirausaha wanita dan motivasi berwirausaha. Untuk mengetahui hubungan antara karakteristik wirausaha wanita dengan motivasi berwirausaha terlebih dahulu harus melakukan identifikasi terhadap karakteristik wirausaha wanita sendiri. Karakteristik wirausaha wanita yang diamati yaitu memiliki pengetahuan dalam berwirausaha, berkeinginan merubah nasib, keberanian dalam mengambil keputusan, adanya dukungan keluarga/suami serta motivasi berwirausaha menggunakan teori motivasi ERG yaitu kebutuhan eksistensi (existence needs), kebutuhan berhubungan (related needs), dan kebutuhan berkembang (growth needs). Kemudian karakteristik wirausaha wanita akan dihubungkan dengan motivasi berwirausaha.

(30)

Gambar 7 Kerangka pemikiran operasional

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu

Lokasi penelitian berada di Kecamatan Cikole, Kota Sukabumi. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Cikole merupakan salah satu kecamatan di Kota Sukabumi yang memiliki jumlah wirausaha wanita lebih banyak dibandingkan kecamatan yang lain hal ini dikarenakan lokasi berada di pusat Kota Sukabumi, dekat dengan pusat pemerintahan dan akses perekonomian yang mudah. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2014 untuk pengambilan dan pengolahan data.

Analisis mengenai karakteristik wirausaha wanita dan motivasi berwirausaha

Keputusan Berwirausaha

Jumlah pelaku usaha wanita di Kecamatan Cikole Kota Sukabumi paling banyak dibandingkan dengan Kecamatan lainnya

Karakteristik wirausaha wanita

1. Memiliki Pengetahuan dalam Berwirausaha 2. Berkeinginan Merubah

Nasib

3. Keberanian dalam Mengambil Keputusan 4. Adanya Dukungan

Keluarga/Suami

Motivasi berwirausaha

Didorong oleh kebutuhan :

1. Eksistensi

2. Berhubungan

3. Berkembang Keterlibatan wanita di bidang ekonomi sudah menunjukkan adanya peningkatan. Salah satunya

(31)

Metode Penentuan Sampel

Sample adalah bagian dari jumlah populasi (Sugiyono, 2005). Sample dalam penelitian ini adalah wirausaha wanita pelaku UKM di Kecamatan Cikole, Kota Sukabumi. Pengambilan sample menggunakan metode simple random sampling yaitu semua populasi mempunyai peluang yang sama untuk menjadi sample. Data diolah menggunakan Microsoft Exel 2007. Teknik pengambilan sample menggunakan rumus Slovin (Umar, 2008) sebagai berikut:

n =

Keterangan: n = Jumlah sample N = Ukuran populasi

E = Taraf kesalahan yaitu 10% atau 0.1

= 47,92

Jumlah sample yg akan diambil sebesar 47,92 atau 48 wirausaha wanita pelaku UKM di Kecamatan Cikole, Kota Sukabumi

Data dan Instrumentasi

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari wawancara langsung dengan responden menggunakan kuesioner. Data sekunder adalah data yang telah terdokumentasi sebelumnya, seperti data yang berasal dari Dinas Koperasi Industri dan Perdagangan (Diskoperindag) Kota Sukabumi, Badan Pusat Statistika (BPS) dan lembaga-lembaga penelitian atau publikasi yang relevan dengan tujuan penelitian. Data harus relevan, dan dapat dipercaya.

Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai instrumen dalam mengumpulkan data dari responden, karena metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah survey. Kuesioner berisikan sejumlah item pertanyaan dan pernyataan tertulis, dimana responden diminta untuk memberikan tanggapan sesuai dengan persepsi mereka tentang karakteristik wirausaha wanita dengan motivasi berwirausaha.

(32)

Dengan skala Likert, variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan item untuk menyusun item-item instrumen yang berbentuk pertanyaan atau pernyataan (Sugiyono, 2005).

Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah wawancara dan survey. Untuk keperluan pengumpulan data disusun sebuah instrumen berupa kuesioner. Kuesioner yang diberikan berupa pertanyaan terbuka dan tertutup. Pertanyaan terbuka dan tertutup diberikan untuk memperoleh informasi mengenai karakteristik wirausaha wanita dan motivasi wanita berwirausaha di Kecamatan Cikole, Kota Sukabumi.

Metode Pengolahan Data

Ada dua jenis alat analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu Analisis Statistik Deskriptif dan Analisis Korelasi Rank Spearman.

Analisis Statistik Deskriptif

Dalam penelitian ini, analisis statistik deskriptif digunakan untuk memberi gambaran secara kualitatif mengenai karakteristik wirausaha wanita pelaku UKM dan motivasi berwirausaha di Kecamatan Cikole, Kota Sukabumi. Data dan informasi berasal dari kuesioner yang akan diolah dan disajikan dalam bentuk tabel dan dikelompokkan berdasarkan jawaban yang sama. Hasil yang diperoleh kemudian dipersentase berdasarkan jumlah responden. Persentase terbesar dari setiap hasil merupakan faktor dominan dari masing-masing variabel yang dianalisis.

Untuk mewakili keseluruhan skor yang terdapat dalam data, digunakan ukuran nilai pusat. Jenis ukuran nilai pusat yang dipakai adalah rata-rata hitung (mean). Mean adalah nilai yang mewakili himpunana atau kelompok data. Nilai rata-rata umumnya cenderung terletak ditengah suatu kelompok data yang disusun menururt besar kecilnya nilai (Sudjana,2005).

Rumus rata-rata ( X ) :

x = ∑xi

Keterangan: X = Rata-rata

(33)

Berdasarkan hasil perhitungan nilai tengah, untuk menentukan kriteria pengklasifikasian yang mengacu pada ketentuan yang dikemukakan (Umar, 2008), diamana rentang skor dicari dengan rumus sebagai berikut:

Rs = (m - n)

Keterangan:

Rs = Rentang Skor m = Skor tertinggi item n = Skor terendah item b = Jumlah kelas

Kemudian untuk mengetahui kategori skor tersebut, dilihat dari hasil rentang skor yang diperoleh dalam persen, dengan demikian kategori jawaban responden ditentukan berdasarkan skala, seperti disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Penentuan kategori skor berdasarkan kategori jawaban responden No. Skala kategori jawaban

(%)

Kategori skor

1 1 – 25 Kurang baik

2 26 – 50 Cukup baik

3 51 – 75 Baik

4 76 – 100 Sangat baik

Sumber : Riduan, 2004.

Analisis Korelasi Rank Spearman

Analisis korelasi Rank Spearman digunakan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik wirausaha wanita dengan motivasi berwirausaha. Analisis korelasi adalah alat statistik yang dapat digunakan untuk mengetahui derajat hubungan linear antara satu variabel dengan variabel yang lain. Dua variabel dikatakan berkorelasi apabila perubahan pada satu variabel akan diikuti oleh perubahan variabel lain, baik dengan arah yang sama atau arah yang berbeda (Suliyanto, 2005).

Menurut (M. Firdaus, et al. 2013) Nilai rs bisa bertanda positif bisa pula bertanda negative, dan nilai mutlaknya maksimal 1 dan minimal 0. Secara umum, nilai rs diinterpretasikan sebagai berikut:

1. Bila nilai | rs| = 0, berarti kedua variabel tidak berkorelasi

2. Bila nilai | rs| = 1, berarti kedua variabel berkorelasi sempurna. Semakin tinggi nilai | rs|, berarti semakin kuat hubungan kedua variabel

3. Tanda positif pada rs menunjukkan bahwa kedua variabel berkorelasi searah, yakni bila variabel X semakin tinggi maka variabel Y akan cenderung semakin tinggi pula, atau sebaliknya.

(34)

Secara deskriptif, nilai rs dapat dikategorikan menjadi beberapa kategori. Pilihan banyak kategori ditentukan secara subjektif, namun pada umumnya nilai rs dikategorikan menjadi lima kategori berikut ini:

1. Bila 0<| rs|<0,2, maka kedua variabel dikategorikan berkolrelasi sangat lemah

2. Bila 0,2≤| rs|<0,4, maka kedua variabel dikategorikan berkolrelasi lemah

3. Bila0,4≤| rs|<0,6, maka kedua variabel dikategorikan berkolrelasi sedang

4. Bila 0,6≤| rs|<0,8, maka kedua variabel dikategorikan berkolrelasi kuat

5. Bila 0,8<| rs|<1, maka kedua variabel dikategorikan berkolrelasi sangat kuat

Berdasarkan rs yang diperoleh dari sample, kita ingin mengetahui apakah kedua variabel berkorelasi signifikan di populasinya. Untuk itu, diperlukan uji signifikasi rs yang dilakukan melalui uji hipotesis statistik. Hipotesis yang digunakan yaitu:

H0 : Kedua variabel tidak berkorelasi H1 : kedua variabel berkorelasi

Analisis korelasi Rank Spearman dilakukan dengan alat bantu berupa software Microsoft Excel 2007 dan IBM SPSS Statistics 20. Rumus Rank Spearman yang digunakan adalah sebagai berikut :

Keterangan :

rs : Nilai korelasi antara beberapa karakteristik individu dengan motivasi berwirausaha.

di : Selisih nilai peringkat ke-i antara variabel karakteristik individu dengan variabel faktor motivasi berwirausaha.

N : Jumlah sampel wirausaha wanita.

Definisi Operasional

1. Memiliki pengetahuan dalam berwirausaha adalah kemampuan seseorang dalam berfikir dan bertindak mengenai usaha yang dijalankan. Pengetahuan yang dimaksud adalah cara memperoleh bahan baku untuk diproduksi hingga memasarkan produk tersebut. Indikator ini dibagi menjadi empat kategori, yaitu kurang baik (total 0-25), cukup baik (total skor 26-50), baik(total skor 51-75) dan sangat baik (total skor 76-100).

(35)

ini dibagi menjadi empat kategori, yaitu kurang baik (total 0-25), cukup baik (total skor 26-50), baik(total skor 51-75) dan sangat baik (total skor 76-100).

3. Pengambilan keputusan adalah pengambilan keputusan untuk bekerja sendiri/berwirausaha sebagai salah satu cara untuk memperoleh penghasilan dan pengambilan keputusan dalam menghadapi resiko. Bentuk keputusan Indikator ini dibagi menjadi empat kategori, yaitu kurang baik (total 0-25), cukup baik (total skor 26-50), baik(total skor 51-75) dan sangat baik (total skor 76-100).

4. Dukungan keluarga/suami adalah respon suami terhadap pengambilan keputusan yang dilakukan kaum wanita untuk berwirausaha. Indikator ini dibagi menjadi empat kategori, kurang baik (total 0-25), cukup baik (total skor 26-50), baik(total skor 51-75) dan sangat baik (total skor 76-100).

5. Kebutuhan eksistensi (existence needs), yaitu Kebutuhan wirausaha wanita yang dapat terpuasi oleh ketersediaan kebutuhan dasar, seperti adanya modal usaha. Indikator ini dibagi menjadi empat kategori, yaitu kurang baik (total 0-25), cukup baik (total skor 26-50), baik(total skor 51-75) dan sangat baik (total skor 76-100).

6. Kebutuhan berhubungan (related needs), yaitu Kebutuhan wirausaha wanita yang terpuasi oleh hubungan antara individu dan lingkungan sosial yang bermanfaat. Indikator ini dibagi menjadi empat kategori, yaitu kurang baik (total 0-25), cukup baik (total skor 26-50), baik(total skor 51-75) dan sangat baik (total skor 76-100).

(36)

76-6. Kecamatan Lembur Situ 7. Kecamatan Baros

Kecamatan Cikole yang terletak dijantung Kota Sukabumi. Sesuai dengan rencana umum tata ruang Kota Sukabumi, Kecamatan Cikole ini, termasuk wilayah pembangunan yang diarahkan untuk perdagangan umum dan pendidikan serta pemukiman. Visi Kota Sukabumi sendiri yaitu, sebagai pusat pelayanan berkualitas di bidang pendidikan, kesehatan dan perdagangan dengan berlandaskan iman dan taqwa.

Jumlah penduduk sampai dengan tahun 2012 tercatat 58.685 orang dengan perincian jumlah laki-laki 29.148 orang dan perempuan 29.437 orang. Sebagian besar, mata pencaharian penduduk adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan pengrajin industri rumah tangga. Kegiatan usaha penduduk menurut struktur mata pencaharian pokok cukup bervariasi antara lain di sektor perdagangan dan jasa sedangkan untuk usaha pertanian cenderung menurun, hal ini disebabkan berkurangnya lahan pertanian yaitu dari lahan pertanian menjadi lahan pemukiman. Sesuai dengan uraian diatas, Kecamatan Cikole mempunyai ciri khusus yaitu :

1. Masyarakat Kecamatan Cikole adalah masyarakat yang heterogen 2. Menjadi Pusat Perdagangan untuk Wilayah Kota Sukabumi,

Kabupaten Sukabumi, Cianjur Selatan dan Sebagian Propinsi Banten 3. Kompleksitas permasalahan sangat tinggi antara lain Permasalahan

Pedagang Kaki Lima (PKL) dan Tertib Lalu Lintas

Kecamatan Cikole memiliki luas areal 708.280 Ha. Secara administratif terdiri dari enam kelurahan, 68 RW dan 327 RT yaitu :

1. Kelurahan Selabatu

Kecamatan Cikole merupakan sentral perdagangan di Kota Sukabumi, dimana pusat perdagangan terkonsentrasi pada satu kawasan yaitu Jalan R.E. Martadinata, Jalan Ciwangi, Jalan Ahmad Yani dan Jalan Kapten Harun Kabir.

2. Karakteristik responden

Karakteristik responden yang dikaji merupakan karakteristik demografi terdiri dari umur, pendidikan, latar belakang keluarga dan jumlah tanggungan keluarga. Responden dalam penelitian ini adalah kaum wanita pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang bergerak dibidang kuliner di Kecamatan Cikole, Kota Sukabumi. Jumlah responden dalam penelitan ini adalah 48 orang responden. Keseluruhan responden memiliki peran ganda yaitu sebagai ibu rumahtangga yang merangkap sebagai pelaku usaha.

(37)

responden tergolong pada usia produktif 26 sampai 60 tahun hal ini menunjukkan bahwa kegiatan UKM yang dilakukan di rumah responden merupakan salah satu pilihan mata pencaharian pada golongan umur produktif di kalangan kaum wanita. Selain dapat mengembangkan usaha yang dijalankan, para responden juga memiliki kontribusi yang besar dalam membuka lapangan pekerjaan.

Tabel 3 Kelompok umur responden

No. Kelompok Umur Frekuensi

(Orang) Persentase (%)

1 26-37 Tahun 9 18,75

2 38-49 Tahun 20 41,67

3 50-60 Tahun 19 39,58

Jumlah 48 100,00

Sumber : Data Primer, 2014

Sementara itu dilihat dari tingkat pendidikan responden, seperti pada Tabel 4 dimulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai tingkat Sarjana (S1). Dapat diketahui bahwa mayoritas responden berpendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA), yaitu sebanyak 20 orang (41,67 persen). Sesuai dengan data potensial Kecamatan Cikole Kota Sukabumi, mayoritas penduduk hanya sampai lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) hal ini disebabkan kemampuan orang tua untuk membiayai anaknya sekolah rendah karena pendapatan keluarga yang diperolehpun rendah. Walaupun demikian, mereka memiliki keinginan untuk tetap menjadi wanita yang produktif dengan cara memperoleh pendapatan melalui keterampilan yang dimilikinya.

Tabel 4 Tingkat pendidikan responden

No. Tingkat Pendidikan Frekuensi

(Orang) Persentase (%)

1 Lulus SD 7 14,58

2 Lulus SMP 12 25

3 Lulus SMA 20 41,67

4 Diploma 5 10,42

5 Sarjana 4 8,33

Jumlah 48 100,00

Sumber : Data primer, 2014

(38)

Tabel 5 Latar belakang keluarga responden

No. Latar Belakang

Keluarga

Frekuensi

(Orang) Persentase (%)

1 Petani 1 2,08

2 Pegawai swasta 5 10,45

3 PNS 7 14,58

4 Wiraswasta 33 68,75

5 Pensiunan ABRI 2 4,12

Jumlah 48 100

Sumber : Data primer, 2014

Jika dilihat dari jumlah tanggungan keluarga responden berkisar antara 2-10 orang, dengan rata-rata 5 orang. Jumlah tanggungan keluarga responden dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu kecil (2-5 orang) dan besar (6-10 orang). Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa sebanyak 33 orang (68,75 persen) jumlah tanggungan keluarga responden lebih banyaknya pada kategori kecil. Jumlah tanggungan keluarga responden adalah anak, suami dan orangtua. Berdasarkan hasil wawancara langsung dengan responden bahwa keluarga merupakan alasan utama mereka untuk bersungguh-sungguh berwirausaha karena rasa tanggung jawab dalam menghidupi anggota keluarganya. Diharapkan dengan tanggung jawab tersebut maka semangat dalam berwirausaha juga tinggi.

Tabel 6 Jumlah tanggungan keluarga responden

No. Kategori Frekuensi

(Orang) Persentase (%)

1 2-5 orang 33 68,75

2 6-10 orang 15 31,25

Jumlah 48 100,00

Sumber : Data primer, 2014

(39)

Kue mochi dalam kemasan Kue mochi berbagai rasa Kue mochi

Kue mochi siap jual Kue brownies kukus

Brosur kue brownies amalia

Kerupuk kulit Keripik lantak pisang Kue kering dan sagon

(40)

Pangsit Jeng Rini Keripik Singkong SEHI Kue Bika Ambon

Kue sumpia Kemasan kue sumpia Aika Pepes ikan mas

Minuman Bandrek dan Bajigur Brosur Bandrek dan Bajigur RISD

Gambar 8 Macam-macam produk UKM di Kota Sukabumi

(41)

Analisis Karakteristik Wirausaha Wanita dan Motivasi Berwirausaha

1. Karakteristik Wirausaha Wanita

Karakteristik wirausaha wanita yang dikaji merupakan karakteristik psikologis (mencerminkan watak dan sikap wirausaha). Karakteristik psikologis tersebut meliputi memiliki pengatahuan dalam berwirausaha, berkeinginan merubah nasib, keberanian dalam mengambil keputusan dan adanya dukungan keluarga/suami. Indikator tersebut paling banyak dikaji pada berbagai penelitian. Keempat karakteristik idealnya dimiliki oleh seorang wirausaha sehingga membentuk karakter yang positif. Jika seseorang memiliki karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang wirausaha maka seseorang tersebut berpotensi untuk menjadi wirausaha yang baik.

Karakteristik wirausaha wanita di Kota Sukabumi secara umum termasuk dalam kategori sangat baik, yang ditunjukkan dari hasil rataan skor sebesar 84,20 persen. Hal ini menjelaskan bahwa karakteristik wirausaha wanita yang dimiliki mampu medorong kaum wanita untuk terlibat aktif dalam kegiatan wirausaha di Kota Sukabumi. Penyajian data mengenai rataan skor karakteristik wirausaha wanita di Kota Sukabumi menurut indikator motivasi disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Rataan skor karakteristik wirausaha wanita di Kota Sukabumi

No. Keterangan Rataan skor

(%) Kategori *)

1. Memiliki pengetahuan dalam

berwirausaha 76,04 Sangat Baik

2. Berkeinginan merubah nasib 85,07 Sangat Baik

3. Keberanian dalam mengambil

keputusan 90,97 Sangat Baik

4. Adanya dukungan keluarga/suami 84,72 Sangat Baik

Total Rataan Skor 84,20

Sumber: Data primer, 2014

(42)

melihat kondisi perekonomian rumahtangga yang tidak hanya bisa mengandalkan penghasilan suami, maka sebagai kaum wanita haruslah terlibat untuk membatu meningkatkan perekonomian rumahtangga. Hal ini membuat responden sangat termotivasi untuk berwirausaha.

Keterlibatan wanita dalam perekonomian rumahtanggapun tidak terlepas dari adanya dukungan keluarga/suami, tercermin dari penilaian rataan skor sebesar 84,72 persen termasuk dalam kategori sangat baik, hal ini menunjukkan seorang wanita yang sudah berumah tangga tentu tidak bisa begitu saja meninggalkan keluarga baik anak-anak maupun suami untuk melakukan keinginannya. Menekuni suatu bidang usaha tentu akan menyita banyak waktu dalam mengelolanya, oleh sebab itu peran keluarga/suami sangatlah penting dalam memutuskan untuk berwirausaha. Adanya dukungan dari keluarga/suami membuat responden sangat termotivasi untuk berwirausaha. Pengetahuan dalam berwirausaha yang dimiliki oleh responden didapatkan dari pelatihan kewirausahan dan keluarga terutama orang tua responden selaku perintis usaha yang saat ini sedang dikembangkan oleh anaknya (responden). Berdasarkan rataan skor sebesar 76,04 persen termasuk dalam kategori sangat baik hal tersebut menunjukkan mayoritas responden sudah mengetahui informasi mengenai usaha yang dijalankannya. Pengetahuan yang dimaksud adalah cara memperoleh bahan baku untuk diproduksi hingga memasarkan produk tersebut. Dengan bekal pengetahuan yang sudah diperoleh, responden sangat termotivasi untuk berwirausaha.

Dari hasil analisis mengenai karakteristik wirausaha wanita di Kota Sukabumi, seluruh variabel termasuk pada kategori sangat baik yang berarti karakteristik yang dimiliki oleh para wanita pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menjadi modal awal dalam mengambil keputusan berwirausaha.

2. Motivasi Berwirausaha

Motivasi wanita berwirausaha di Kota Sukabumi secara umum termasuk kategori baik. Hal ini dilihat dari rataan skor sebesar 62,09. Tiga indikator dalam penelitian ini meliputi kebutuhan eksistensi, kebutuhan berhubungan dan kebutuhan berkembang. Hasil rataan skor motivasi berwirausaha di Kota Sukabumi disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8 Rataan skor motivasi berwirausaha di Kota Sukabumi menurut indikator motivasi

No. Keterangan Rataan skor

(%) Kategori *)

1. Kebutuhan eksistensi 65,45 Baik

2. Kebutuhan berhubungan 56,08 Baik

3. Kebutuhna berkembang 64,76 Baik

Total rataan skor 62,09

Sumber: Data primer, 2014

(43)

uang, keterampilan dan niat berwirausaha yang dimiliki oleh responden memberikan kontribusi terhadap keberlangsungan usaha yang dijalankan.

Dilihat dari kebutuhan berhubungan, yaitu kebutuhan untuk memiliki hubungan yang dapat diterima oleh pihak-pihak seperti, hubungan antara individu dan lingkungan sosial tempat responden menjalankan usaha. Rataan jumlah skor adalah 56,08 termasuk dalam kategori baik untuk memenuhi kebutuhan ini. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan berhubungan memotivasi untuk berwirausaha. Dari hasil wawancara dengan responden, adapun yang dilakukan diantaranya bertukar informasi mengenai usaha atau pengalaman dalam menjalankan usaha.

Motivasi untuk memenuhi kebutuhan berkembang yaitu, kebutuhan untuk tumbuh sebagai manusia, dan memanfaatkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki hingga mencapai potensi maksimal, seperti mendapat tambahan pendapatan dari berwirausaha. Rataan jumlah skor adalah 64,76 termasuk dalam kategori baik, yang berarti responden termotivasi untuk memenuhi kebutuhan ini. Hasil wawancara dengan responden bahwa keinginan saat ini adalah meningkatkan pendapatan guna memenuhi kebutuhan rumah tangga dan berharap agar pemerintah membantu dalam hal pemasaran produk yang dihasilkannya, seperti menyediakan gallery khusus produk UKM Kota Sukabumi. Selain itu kegiatan pendampingan usaha seperti pelatihan maupun penyuluhan yang merata kepada seluruh pelaku UKM, karena selama ini instansi terkait hanya mengundang kepada pelaku UKM yang sudah memiliki brand saja.

Dari hasil analisis mengenai motivasi berwirausaha wirausaha di Kota Sukabumi, seluruh variabel termasuk pada kategori baik, maka dapat disimpulkan bahwa para wanita sebagai pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) termotivasi untuk mewujudkan segala kebutuhan-kebutuhan yang diinginkannya. Hal ini juga menjadi alasan para wanita untuk memutuskan berwirausaha.

Hubungan Karakteristik Wirausaha Wanita dengan Motivasi Berwirausaha

(44)

Tabel 9 Koefisien korelasi karakteristik wirausaha wanita dengan motivasi berwirausaha

Motivasi Karakteristik wirausaha wanita

MPDB BMN KDMK ADKS

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). * . Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Sumber: Data Primer, 2014

Keterangan:

* = Berhubungan nyata dengan taraf signifikan α = 0,05 ** = Berhubungan nyata dengan taraf signifikan α = 0,01 MPDB = Memiliki pengetahuan dalam berwirausaha

BMN = Berkeinginan merubah nasib

KDMK = Keberanian dalam mengambil keputusan ADKS = Adanya dukungan keluarga/suami

Hubungan Antara Berkeinginan merubah nasib dengan Kebutuhan Eksistensi

Berdasarkan hasil analisis korelasi Rank Spearman seperti pada Tabel 9 menunjukkan bahwa koefisien korelasi rs antara keinginan responden untuk merubah nasib dengan motivasi kebutuhan eksistensi sebesar 0.288, secara deskriptif dapat disimpulkan semakin tinggi keinginan responden untuk merubah nasib maka motivasi akan kebutuhan eksistensi juga cenderung semakin tinggi, dengan kekuatan hubungan termasuk kategori lemah. Hasil uji signifikasi rs diperoleh nilai Sig. (2-tailed) = 0.047 masih lebih kecil bila dibandingkn dengan taraf nyata 5 persen. Sehingga disimpulkan tolak Ho. Hal tersebut berarti hubungan antara keinginan merubah nasib dengan motivasi kebutuhan eksistensi signifikan pada taraf nyata 5 persen.

(45)

untuk memenuhi kebutuhan eksistensi. Kebutuhan eksistensi dalam hal ini adalah adanya modal usaha yang terdiri dari modal berupa uang, keterampilan dan niat berwirausaha.

Hubungan Antara Adanya Dukungan Keluarga/Suami dengan Kebutuhan Eksistensi

Koefisien korelasi rs antara adanya dukungan keluarga/suami dengan motivasi kebutuhan eksistensi sebesar 0.306, hal ini menunjukkan semakin tinggi dukungan keluarga/suami maka motivasi akan kebutuhan eksistensi juga cenderung semakin tinggi, dengan kekuatan hubungan termasuk kategori lemah. Hasil uji signifikasi rs diperoleh nilai Sig. (2-tailed) = 0.034 masih lebih kecil bila dibandingkn dengan taraf nyata 5 persen. Sehingga disimpulkan tolak Ho. Hal tersebut berarti hubungan antara antara adanya dukungan keluarga/suami dengan motivasi kebutuhan eksistensi signifikan pada taraf nyata 5 persen.

Peran keluarga sangatlah penting demi keberlangsungan usaha yang sedang dijalankan. Bagi responden, dukungan yang paling penting yang diberikan oleh keluarga adalah dukungan moral, namun pada awal merintis usaha masih banyak keluarga yang setengah hati mengizinkan para wanita turun tangan membantu keluarga untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, hal inilah yang memberikan pengaruh kecil dalam memenuhi kebutuhan eksistensi.

Hubungan Antara Memiliki Pengetahuan Dalam Berwirausaha dan Keberanian Dalam Mengambil Keputusan dengan Kebutuhan Eksistensi

Sementara itu, koefisien korelasi rs antara responden yang memiliki pengetahuan dalam berwirausaha dan keberanian dalam mengambil keputusan dengan motivasi kebutuhan eksistensi menunjukkan tidak adanya hubungan. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil uji signifikasi rs diperoleh nilai Sig. (2-tailed) lebih tinggi bila dibandingkan dengan taraf nyata 5 persen, dapat disimpulkan terima H0. Hal tersebut berarti hubungan antara responden yang memiliki pengetahuan dalam berwirausaha dan keberanian dalam mengambil keputusan dengan motivasi kebutuhan eksistensi tidak signifikan pada taraf nyata 5 persen.

(46)

Hubungan Antara Keberanian Dalam Mengambil Keputusan dengan Kebutuhan Berhubungan

Dilihat dari nilai Koefisien korelasi rs antara keberanian responden untuk mengambil keputusan dengan motivasi kebutuhan berhubungan sebesar 0.321, menunjukkan semakin tinggi keberanian responden untuk mengambil keputusan maka motivasi akan kebutuhan berhubungan juga cenderung semakin tinggi, dengan kekuatan hubungan termasuk kategori lemah. Hasil uji signifikasi rs diperoleh nilai Sig. (2-tailed) = 0.031 masih lebih kecil bila dibandingkn dengan taraf nyata 5 persen. Sehingga disimpulkan tolak Ho. Hal tersebut berarti hubungan antara keberanian responden untuk mengambil keputusan dengan motivasi kebutuhan berhubungan signifikan pada taraf nyata 5 persen. Kebutuhan berhubungan yang dimaksud adalah adanya hubungan baik dan bermanfaat antara responden dengan lingkungan masyarakat tempat tinggalnya.

Dalam menjalankan usahanya, tentu banyak risiko yang akan dihadapi responden. Sebagian besar responden berpendapat bahwa ketika responden mengalami risiko dalam usahanya ada saja perkataan tidak baik yang diterima dari lingkungan sekitarnya hal ini memberikan pengaruh kecil dalam memenuhi kebutuhan berhubungan. Sejatinya responden yang memiliki keberanian dalam mengambil keputusan khususnya keputusan berwirausaha ini, didorong karena adanya hubungan yang baik dan bermanfaat antara responden dengan lingkungan masayarakat tempat tinggalnya. Keharmonisan di lingkungan masyarakat tempat tinggalnya juga dapat mendukung responden untuk mengambil keputusan berwirausaha.

Hubungan Antara Memiliki Pengetahuan Dalam Berwirausaha dengan Kebutuhan Berhubungan

Koefisien korelasi rs antara responden yang memiliki pengetahuan dalam berwirausaha dengan motivasi kebutuhan berhubungan menunjukkan tidak adanya hubungan. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil uji signifikasi rs diperoleh nilai Sig. (2-tailed) lebih tinggi bila dibandingkn dengan taraf nyata 5 persen. Sehingga disimpulkan terima H0. Hal tersebut berarti hubungan antara responden yang memiliki pengetahuan dalam berwirausaha dengan motivasi kebutuhan berkembang tidak signifikan pada taraf nyata 5 persen. Artinya tidak ada pengaruh antara responden yang memiliki pengetahuan dalam berwirausaha dengan motivasi berhubungan.

Gambar

Gambar 1 Persentase pekerja wanita yang bekerja di sektor formal dan informal di Jawa Barat pada tahun 2013 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2013
Tabel 1 Sebaran jumlah sentra UKM Jawa Barat tahun 2012
Gambar 2 Persentase jumlah UKM Kota Sukabumi pada tahun 2008-2012 Sumber : Pemerintah daerah Kota Sukabumi, 2013
Gambar 3 Jumlah UKM yang diusahakan wanita per sektor industri Kota Sukabumi Tahun 2013
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil uji hipotesis kedua dengan menggunakan teknik anova menunjukkan adanya perbedaan yang sangat signifikan antara sikap terhadap pernikahan dini ditinjau dari

Penyebab piutang tak tertagih dari segi pemilik piutang karena kurangnya usaha penagihan, kurangnya kontrol atau kurangnya analisis seleksi dalam pemberian kredit dalam

Ha : Electronic word of mouth memiliki pengaruh yang signifikan terhadap brand image Blue Bird pada followers akun resmi Blue Bird Group pasca insiden anarkis demo 22

Yang kedua, justru penggunaan jilbab atau hijab adalah upaya wanita muslim di Amerika untuk mempertegas fungsi subjektivitas mereka yang tidak terikat pada

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) terdapat kemunculan kesantunan bentuk tindak tutur direktif secara verbal dan nonverbal pada proses pembelajaran di SMP

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan karunia–Nya sehingga skripsi yang berjudul “Hubungan Salinitas Air Terhadap Persebaran Ikan

maka didapatkan hasil sebesar 8,9 , maka dapat dikatakan menggunakan rasio skewness data tidak berdistribusi normal.. Namun tidak menghalangi uji distribusi normal

Dimulai dari faktor DM yang tidak dikelola dengan baik, adanya neuropati perifer maupun autonom, diserati faktor komplikasi vaskuler  yang memperburuk aliran darah ke kaki