• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

2. Motivasi Berwirausaha

Motivasi wanita berwirausaha di Kota Sukabumi secara umum termasuk kategori baik. Hal ini dilihat dari rataan skor sebesar 62,09. Tiga indikator dalam penelitian ini meliputi kebutuhan eksistensi, kebutuhan berhubungan dan kebutuhan berkembang. Hasil rataan skor motivasi berwirausaha di Kota Sukabumi disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8 Rataan skor motivasi berwirausaha di Kota Sukabumi menurut indikator motivasi

No. Keterangan Rataan skor

(%) Kategori *)

1. Kebutuhan eksistensi 65,45 Baik

2. Kebutuhan berhubungan 56,08 Baik

3. Kebutuhna berkembang 64,76 Baik

Total rataan skor 62,09

Sumber: Data primer, 2014

Motivasi wanita berwirausaha untuk memenuhi kebutuhan eksistensi yaitu, kepuasan akan ketersediaan kebutuhan dasar, seperti adanya modal usaha. Rataan jumlah skor adalah 65,45 termasuk dalam kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa ketersedian modal usaha yang terdiri dari modal berupa

uang, keterampilan dan niat berwirausaha yang dimiliki oleh responden memberikan kontribusi terhadap keberlangsungan usaha yang dijalankan.

Dilihat dari kebutuhan berhubungan, yaitu kebutuhan untuk memiliki hubungan yang dapat diterima oleh pihak-pihak seperti, hubungan antara individu dan lingkungan sosial tempat responden menjalankan usaha. Rataan jumlah skor adalah 56,08 termasuk dalam kategori baik untuk memenuhi kebutuhan ini. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan berhubungan memotivasi untuk berwirausaha. Dari hasil wawancara dengan responden, adapun yang dilakukan diantaranya bertukar informasi mengenai usaha atau pengalaman dalam menjalankan usaha.

Motivasi untuk memenuhi kebutuhan berkembang yaitu, kebutuhan untuk tumbuh sebagai manusia, dan memanfaatkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki hingga mencapai potensi maksimal, seperti mendapat tambahan pendapatan dari berwirausaha. Rataan jumlah skor adalah 64,76 termasuk dalam kategori baik, yang berarti responden termotivasi untuk memenuhi kebutuhan ini. Hasil wawancara dengan responden bahwa keinginan saat ini adalah meningkatkan pendapatan guna memenuhi kebutuhan rumah tangga dan berharap agar pemerintah membantu dalam hal pemasaran produk yang dihasilkannya, seperti menyediakan gallery khusus produk UKM Kota Sukabumi. Selain itu kegiatan pendampingan usaha seperti pelatihan maupun penyuluhan yang merata kepada seluruh pelaku UKM, karena selama ini instansi terkait hanya mengundang kepada pelaku UKM yang sudah memiliki brand saja.

Dari hasil analisis mengenai motivasi berwirausaha wirausaha di Kota Sukabumi, seluruh variabel termasuk pada kategori baik, maka dapat disimpulkan bahwa para wanita sebagai pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) termotivasi untuk mewujudkan segala kebutuhan-kebutuhan yang diinginkannya. Hal ini juga menjadi alasan para wanita untuk memutuskan berwirausaha.

Hubungan Karakteristik Wirausaha Wanita dengan Motivasi Berwirausaha

Karakteristik wirausaha wanita terdiri dari memiliki pengetahuan dalam berwirausaha, berkeinginan merubah nasib, keberanian dalam mengambil keputusan dan adanya dukungan keluarga/suami yang akan dihubungkan dengan motivasi berwirausaha meliputi kebutuhan eksistensi, kebutuhan berhubungan dan kebutuhan berkembang.

Tabel 9 Koefisien korelasi karakteristik wirausaha wanita dengan motivasi berwirausaha

Motivasi Karakteristik wirausaha wanita

MPDB BMN KDMK ADKS Kebutuhan Akan Eksistensi Correlation Coefficient .063 .288 * -.017 .306* Sig. (2-tailed) .671 .047 .909 .034 N 48 48 48 48 Kebutuhan Akan Berhubungan Correlation Coefficient .153 -.024 .312* .100 Sig. (2-tailed) .299 .871 .031 .499 N 48 48 48 48 Kebutuhan Akan Berkembang Correlation Coefficient -.003 .294* -.239 .359* Sig. (2-tailed) .985 .042 .102 .012 N 48 48 48 48

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). * . Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Sumber: Data Primer, 2014

Keterangan:

* = Berhubungan nyata dengan taraf signifikan α = 0,05 ** = Berhubungan nyata dengan taraf signifikan α = 0,01 MPDB = Memiliki pengetahuan dalam berwirausaha

BMN = Berkeinginan merubah nasib

KDMK = Keberanian dalam mengambil keputusan ADKS = Adanya dukungan keluarga/suami

Hubungan Antara Berkeinginan merubah nasib dengan Kebutuhan Eksistensi

Berdasarkan hasil analisis korelasi Rank Spearman seperti pada Tabel 9 menunjukkan bahwa koefisien korelasi rs antara keinginan responden untuk merubah nasib dengan motivasi kebutuhan eksistensi sebesar 0.288, secara deskriptif dapat disimpulkan semakin tinggi keinginan responden untuk merubah nasib maka motivasi akan kebutuhan eksistensi juga cenderung semakin tinggi, dengan kekuatan hubungan termasuk kategori lemah. Hasil uji signifikasi rs diperoleh nilai Sig. (2-tailed) = 0.047 masih lebih kecil bila dibandingkn dengan taraf nyata 5 persen. Sehingga disimpulkan tolak Ho. Hal tersebut berarti hubungan antara keinginan merubah nasib dengan motivasi kebutuhan eksistensi signifikan pada taraf nyata 5 persen.

Sebagian besar responden berpendapat bahwa dari usaha yang sedang dijalankan, mereka hanya berkeinginan sebatas hanya untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari saja, hal tersebut menjadi kelemahan dalam memotivasi

untuk memenuhi kebutuhan eksistensi. Kebutuhan eksistensi dalam hal ini adalah adanya modal usaha yang terdiri dari modal berupa uang, keterampilan dan niat berwirausaha.

Hubungan Antara Adanya Dukungan Keluarga/Suami dengan Kebutuhan Eksistensi

Koefisien korelasi rs antara adanya dukungan keluarga/suami dengan motivasi kebutuhan eksistensi sebesar 0.306, hal ini menunjukkan semakin tinggi dukungan keluarga/suami maka motivasi akan kebutuhan eksistensi juga cenderung semakin tinggi, dengan kekuatan hubungan termasuk kategori lemah. Hasil uji signifikasi rs diperoleh nilai Sig. (2-tailed) = 0.034 masih lebih kecil bila dibandingkn dengan taraf nyata 5 persen. Sehingga disimpulkan tolak Ho. Hal tersebut berarti hubungan antara antara adanya dukungan keluarga/suami dengan motivasi kebutuhan eksistensi signifikan pada taraf nyata 5 persen.

Peran keluarga sangatlah penting demi keberlangsungan usaha yang sedang dijalankan. Bagi responden, dukungan yang paling penting yang diberikan oleh keluarga adalah dukungan moral, namun pada awal merintis usaha masih banyak keluarga yang setengah hati mengizinkan para wanita turun tangan membantu keluarga untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, hal inilah yang memberikan pengaruh kecil dalam memenuhi kebutuhan eksistensi.

Hubungan Antara Memiliki Pengetahuan Dalam Berwirausaha dan Keberanian Dalam Mengambil Keputusan dengan Kebutuhan Eksistensi

Sementara itu, koefisien korelasi rs antara responden yang memiliki pengetahuan dalam berwirausaha dan keberanian dalam mengambil keputusan dengan motivasi kebutuhan eksistensi menunjukkan tidak adanya hubungan. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil uji signifikasi rs diperoleh nilai Sig. (2- tailed) lebih tinggi bila dibandingkan dengan taraf nyata 5 persen, dapat disimpulkan terima H0. Hal tersebut berarti hubungan antara responden yang memiliki pengetahuan dalam berwirausaha dan keberanian dalam mengambil keputusan dengan motivasi kebutuhan eksistensi tidak signifikan pada taraf nyata 5 persen.

Tidak ada pengaruh antara responden yang memiliki pengetahuan dalam berwirausaha dengan motivasi eksistensi. Menurut hasil wawancara dengan responden mereka berpendapat bahwa, dalam menjalankan usaha faktor penting yang harus dimiliki adalah niat, tekad dan keterampilan. Bagi mereka modal berupa uang mudah diperoleh sedangkan modal selain uang yang sulit diperoleh. Begitu juga responden yang memiliki keberanian dalam mengambil keputusan dengan kebutuhan eksistensi. Responden berpendapat bahwa seorang pengusaha selalu akan dihadapkan dengan risiko usaha, jika pengusaha tersebut telah mampu dan berani dalam mengambil keputusan maka pemenuhan kebutuhan modal usaha tidak akan sulit diperoleh.

Hubungan Antara Keberanian Dalam Mengambil Keputusan dengan Kebutuhan Berhubungan

Dilihat dari nilai Koefisien korelasi rs antara keberanian responden untuk mengambil keputusan dengan motivasi kebutuhan berhubungan sebesar 0.321, menunjukkan semakin tinggi keberanian responden untuk mengambil keputusan maka motivasi akan kebutuhan berhubungan juga cenderung semakin tinggi, dengan kekuatan hubungan termasuk kategori lemah. Hasil uji signifikasi rs diperoleh nilai Sig. (2-tailed) = 0.031 masih lebih kecil bila dibandingkn dengan taraf nyata 5 persen. Sehingga disimpulkan tolak Ho. Hal tersebut berarti hubungan antara keberanian responden untuk mengambil keputusan dengan motivasi kebutuhan berhubungan signifikan pada taraf nyata 5 persen. Kebutuhan berhubungan yang dimaksud adalah adanya hubungan baik dan bermanfaat antara responden dengan lingkungan masyarakat tempat tinggalnya.

Dalam menjalankan usahanya, tentu banyak risiko yang akan dihadapi responden. Sebagian besar responden berpendapat bahwa ketika responden mengalami risiko dalam usahanya ada saja perkataan tidak baik yang diterima dari lingkungan sekitarnya hal ini memberikan pengaruh kecil dalam memenuhi kebutuhan berhubungan. Sejatinya responden yang memiliki keberanian dalam mengambil keputusan khususnya keputusan berwirausaha ini, didorong karena adanya hubungan yang baik dan bermanfaat antara responden dengan lingkungan masayarakat tempat tinggalnya. Keharmonisan di lingkungan masyarakat tempat tinggalnya juga dapat mendukung responden untuk mengambil keputusan berwirausaha.

Hubungan Antara Memiliki Pengetahuan Dalam Berwirausaha dengan Kebutuhan Berhubungan

Koefisien korelasi rs antara responden yang memiliki pengetahuan dalam berwirausaha dengan motivasi kebutuhan berhubungan menunjukkan tidak adanya hubungan. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil uji signifikasi rs diperoleh nilai Sig. (2-tailed) lebih tinggi bila dibandingkn dengan taraf nyata 5 persen. Sehingga disimpulkan terima H0. Hal tersebut berarti hubungan antara responden yang memiliki pengetahuan dalam berwirausaha dengan motivasi kebutuhan berkembang tidak signifikan pada taraf nyata 5 persen. Artinya tidak ada pengaruh antara responden yang memiliki pengetahuan dalam berwirausaha dengan motivasi berhubungan.

Dari hasil wawancara dengan responden, mereka menganggap bahwa semakin tinggi pengetahuan tanpa bisa diamalkan akan menjadi tidak berguna. Lebih baik memiliki pengetahuan sedikit namun dapat diamalkan dan disebarkan kepada lingkungan masyarakat tempat usaha. Selain dapat menjaga keharmonisan antar tetangga dan juga dapat menciptakan lapangan pekerjaan guna membantu perekonomian di lingkungan tersebut.

Hubungan Antara Keinginan Merubah Nasib dan Adanya Dukungan Keluarga/Suamidengan Kebutuhan Berhubungan

Kebutuhan berhubungan yaitu adanya pandangan baik kepada responden dari lingkungan masyarakat tempat tinggalnya. Nilai koefisien korelasi rs antara responden yang berkeinginan merubah nasib dan adanya dukungan keluarga/suami dengan motivasi kebutuhan berhubunganpun menunjukkan tidak adanya hubungan. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil uji signifikasi rs diperoleh nilai Sig. (2-tailed) lebih tinggi bila dibandingkn dengan taraf nyata 5 persen. Sehingga terima H0 hal tersebut berarti, hubungan antara responden yang memiliki pengetahuan dalam berwirausaha dan keberanian dalam mengambil keputusan dengan motivasi kebutuhan berkembang tidak signifikan pada taraf nyata 5 persen. Artinya tidak ada pengaruh antara responden yang berkeinginan merubah nasib dan adanya dukungan keluarga dengan motivasi kebutuhan berhubungan. Responden berpendapat lingkungan masyarakat tempat tinggalnya tidak begitu mempengaruhi atau memberikan perubahan terhadap usaha yang dijalankannya.

Hubungan Antara Keinginan Merubah Nasib dengan Kebutuhan Berkembang

Nilai koefisien korelasi rs antara keinginan responden untuk merubah nasib dengan motivasi kebutuhan berkembang yaitu sebesar 0.294, dapat disimpulkan semakin tinggi keinginan responden untuk merubah nasib maka motivasi akan kebutuhan berkembang juga cenderung semakin tinggi, dengan kekuatan hubungan termasuk kategori lemah. Hasil uji signifikasi rs diperoleh nilai Sig. (2-tailed) = 0.042 masih lebih kecil bila dibandingkn dengan taraf nyata 5 persen. Sehingga disimpulkan tolak Ho. Hal tersebut berarti hubungan antara keinginan responden untuk merubah nasib dengan motivasi kebutuhan berkembang signifikan pada taraf nyata 5 persen.

Kebutuhan berkembang yang dimaksud adalah upaya seseorang dengan memanfaatkan potensi yang dimilikinya guna mendapat tambahan pendapatan dari berwirausaha. Para responden yang berkeinginan merubah nasib sangat memahami bahwa dari usaha yang dijalankan, dapat memberikan peluang untuk menigkatkan pendapatan. Umumnya para responden memiliki cita-cita untuk mengembangkan usahanya dan dapat menjadi pengusaha besar. Namun sebagian besar responden berpendapat bahwa dari usaha yang dijalankan, mereka hanya berkeinginan sebatas hanya untuk mencukupi kebutuhan sehari- hari saja, hal tersebut menjadi kelemahan dalam memotivasi untuk memenuhi kebutuhan berkembang.

Hubungan Antara Adanya Dukungan Keluarga/Suami dengan Kebutuhan Berhubungan

Koefisien korelasi rs antara adanya dukungan keluarga/suami dengan motivasi kebutuhan berkembang sebesar 0.359, yang menunjukkan semakin tinggi dukungan keluarga/suami maka motivasi akan kebutuhan berkembang juga cenderung semakin tinggi, dengan kekuatan hubungan termasuk kategori

lemah. Hasil uji signifikasi rs diperoleh nilai Sig. (2-tailed) = 0.012 masih lebih kecil bila dibandingkn dengan taraf nyata 5 persen. Sehingga disimpulkan tolak Ho. Hal tersebut berarti hubungan antara antara adanya dukungan keluarga/suami dengan motivasi kebutuhan eksistensi signifikan pada taraf nyata 5 persen.

Seorang wanita yang sudah berumah tangga tentu tidak bisa begitu saja mengenyampingkan keluarga baik anak-anak maupun suami untuk melakukan keinginannya. Menekuni suatu bidang usaha tentu akan menyita banyak waktu dalam mengelolanya, oleh sebab itu peran keluarga dan suami sangatlah penting. Pada awal merintis usaha masih banyak keluarga yang setengah hati mengizinkan para wanita turun tangan membantu keluarga untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, hal inilah yang memberikan pengaruh kecil dalam memenuhi kebutuhan berkembang. Namun seiring berjalannya waktu, keluarga/suami memberikan dukungan penuh terhadap usaha yang dijalankan responden. Responden menyadari karena semakin besar dukungan yang diberikan maka semakin memotivasi responden untuk melakukakan pengembangan usahanya.

Hubungan Antara Memiliki Pengetahuan Dalam Berwirausaha dan Keberanian Dalam Mengambil Keputusan dengan Kebutuhan Berkembang

Koefisien korelasi rs antara responden yang memiliki pengetahuan dalam berwirausaha dan keberanian dalam mengambil keputusan dengan motivasi kebutuhan berkembang menunjukkan tidak adanya hubungan. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil uji signifikasi rs diperoleh nilai Sig. (2-tailed) lebih tinggi bila dibandingkn dengan taraf nyata 5 persen. Sehingga disimpulkan terima H0. Hal tersebut berarti hubungan antara responden yang memiliki pengetahuan dalam berwirausaha dan keberanian dalam mengambil keputusan dengan motivasi kebutuhan berkembang tidak signifikan pada taraf nyata 5 persen. Artinya tidak ada pengaruh antara responden yang memiliki pengetahuan dalam berwirausaha dengan motivasi berkembang. Menurut responden, pengetahuan dalam berwirausaha usaha itu hanya dapat diperoleh dari pendidikan formal saja. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin luas juga pengetahuan yang dimiliki. Dari tingkat pendidikan respon yang hanya lulusan SMA, hal ini yang menyebabkan tidak adanya pengaruh antara memiliki pengetahuan dalam berwirausaha dengan kebutuhan berkembang. Sama halnya dengan responden yang memiliki keberanian dalam mengambil keputusan dengan kebutuhan berkembang.

Dokumen terkait