• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOCRPIJM 335249bb14 BAB VI06 ASPEK TEKNIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOCRPIJM 335249bb14 BAB VI06 ASPEK TEKNIS"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

infrastruktur Bidang Cipta Karya seperti rencana pengembangan permukiman,

rencana penataan bangunan dan lingkungan (PBL), rencana pengembangan sistem penyediaan air

minum, dan rencana penyehatan lingkungan permukiman (PLP). Pada setiap sektor dijelaskan isu strategis, kondisi eksisting, permasalahan, dan tantangan daerah, analisis kebutuhan, serta usulan program dan pembiayaan

masing-masing sektor

RPI2JM

Kabupaten

Lombok Barat

TAHUN 2015 - 2019

BAB 6.

(2)

6. Analisis dan Kajian Aspek Teknis RPI2JM

6.1 Rencana Pengembangan Permukiman

Permukiman adalah perumahan dan lingkungannya beserta sarana prasarana pendukungnya ditambah dengan interaksi antar manusia yang ada didalamnya. Dalam konteks ke-PU-an khususnya Bidang Cipta Karya, Permukiman meliputi perumahan layak dan tidak layak, jalan lingkungan aspal maupun tanah, jalan setapak tanah maupun yang sudah permanent, dan saluran permanent maupun yang masih tanah.

Kabupaten Lombok Barat yang berdiri tahun 1958 saat ini terdiri atas 10 kecamatan yang mempunyai luas 862,62 km2 dengan jumlah penduduk 606.044 jiwa. Untuk lebih jelasnya diuraikan pada tabel dibawah ini :

Tabel 6.1

Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk

Kabupaten Lombok Barat

No. Kecamatan Luas Wilayah (km2) Jumlah Penduduk (jiwa)

1. Batu Layar 34,11 45.887

2. Gunung Sari 89,74 79.475

3. Lingsar 96,58 64.155

4. Narmada 107,62 88.932

5. Labuapi 28,33 61.462

6. Kediri 21,64 54.771

7. Kuripan 21,56 34.400

8. Gerung 62,30 75.220

9. Lembar 70,29 44.934

10. Sekotong 330,45 56.808

TOTAL 862,62 606.044

Sumber : Lombok Barat Dalam Angka 2011

(3)

saluran-saluran yang ada. Untuk mengurangi kondisi permukiman yang tidak memadai seperti masih banyaknya rumah tidak layak huni, jalan lingkungan tanah yang belum di aspal, jalan setapak yang belum permanen, dan saluran yang belum permanen, maka secara rutin setiap tahun Dinas PU Kabupaten Lombok Barat Bidang Cipta Karya mengadakan proyek terkait dengan disesuikan dengan anggaran yang ada. Dari tahun 2006 sampai tahun 2008 besar volume yang ditanggulangi setiap tahun sebagai berikut:

Tabel 6.2

Rata-rata Jumlah Proyek Antara Tahun 2006 Sampai Tahun 2008

No. Sub Kegiatan Satuan 2006 2007 2008

1. Stimulan Rumah Tidak Layak Huni Buah 300 364

-2. Pembangunan Jalan Lingkungan M’ 750 1750 2500

3. Pembangunan Jalan Setapak M2 1000 1150 2700

4. Pembuatan Saluran Drainase M’ 500 1200 1500

Sumber : Data Proyek Cipta Karya 2006-2008

(4)

Tabel 6.3

Jumlah Rumah, Jalan Lingkungan, Jalan Setapak dan Saluran di Kabupaten Lombok Barat

No. Kecamatan

Rumah Jalan Lingkungan Jalan Setapak Saluran

Rumah

(buah) (buah) Aspal (m') Tanah (m')

Lingkungan

1 Batulayar 7.675 978 8.653 5.322 3.778 9.100 2.993 11.157 14.150 1.209 3.062 4.271

2 Gunungsari 11.422 2.970 14.392 1.620 29.000 30.620 3.906 31.744 35.650 1.192 17.913 19.105

3 Lingsar 11.414 3.029 14.443 3.163 34.477 37.640 4.007 36.353 40.360 1.220 8.830 10.050

4 Narmada 17.470 3.651 21.121 2.425 36.880 39.305 3.491 56.549 60.040 1.992 22.418 24.410

5 Labuapi 10.124 2.246 12.370 2.333 14.497 16.830 1.415 24.323 25.738 1.000 11.142 12.142

6 Kediri 9.197 1.600 10.797 2.250 10.250 12.500 1.000 13.850 14.850 1.735 9.630 11.365

7 Kuripan 5.909 784 6.693 2.000 16.000 18.000 1.500 23.000 24.500 1.000 13.000 14.000

8 Gerung 14.070 1.439 15.509 12.205 27.757 39.962 1.881 31.263 33.144 2.000 23.929 25.929

9 Lembar 7.030 2.432 9.462 2.630 15.370 18.000 1.791 22.709 24.500 2.355 20.045 22.400

10 Sekotong 5.910 4.547 10.457 10.000 25.800 35.800 1.000 41.100 42.100 1.000 4.000 5.000

Jumlah 100.221 23.676 123.897 43.948 213.809 257.757 22.984 292.048 315.032 14.703 133.969 148.672

(5)

Tabel 6.4

Rencana Penanganan Permukiman Kabupaten Lombok Barat

NO KECAMATAN

KONDISI RUMAH (buah)

RENCANA PROGRAM TAHUN PENANGANAN

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 LAYAK

TIDAK

LAYAK

1 BATU LAYAR 7.675 978 98 98 98 98 98 98 98 98 98 98 - - - -

-2 GUNUNGSARI 11.422 2.970 198 198 198 198 198 198 198 198 198 198 198 198 198 198 198

3 LINGSAR 11.414 3.029 202 202 202 202 202 202 202 202 202 202 202 202 202 202 202

4 NARMADA 17.470 3.651 243 243 243 243 243 243 243 243 243 243 243 243 243 243 243

5 LABUAPI 10.124 2.246 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150

6 KEDIRI 9.197 1.600 107 107 107 107 107 107 107 107 107 107 107 107 107 107 107

7 KURIPAN 5.909 784 78 78 78 78 78 78 78 78 78 78 - - - -

-8 GERUNG 14.070 1.439 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96 96

9 LEMBAR 7.030 2.432 162 162 162 162 162 162 162 162 162 162 162 162 162 162 162

10 SEKOTONG 5.910 4.547 303 303 303 303 303 303 303 303 303 303 303 303 303 303 303

JUMLAH 100.221 23.676 1.637 1.637 1.637 1.637 1.637 1.637 1.637 1.637 1.637 1.637 1.461 1.461 1.461 1.461 1.461

(6)

Tabel 6.5

Rencana Penanganan Jalan Lingkungan Kabupaten Lombok Barat

NO KECAMATAN

KONDISI JALAN (m')

RENCANA PROGRAM TAHUN PENANGANAN

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 ASPAL TANAH

1 BATU LAYAR 5.322 3.778 756 756 756 756 756 - - -

-2 GUNUNGSARI 1.620 29.000 1.933 1.933 1.933 1.933 1.933 1.933 1.933 1.933 1.933 1.933 1.933 1.933 1.933 1.933 1.933

3 LINGSAR 3.163 34.477 2.298 2.298 2.298 2.298 2.298 2.298 2.298 2.298 2.298 2.298 2.298 2.298 2.298 2.298 2.298

4 NARMADA 2.425 36.880 2.459 2.459 2.459 2.459 2.459 2.459 2.459 2.459 2.459 2.459 2.459 2.459 2.459 2.459 2.459

5 LABUAPI 2.333 14.497 966 966 966 966 966 966 966 966 966 966 966 966 966 966 966

6 KEDIRI 2.250 10.250 1.025 1.025 1.025 1.025 1.025 1.025 1.025 1.025 1.025 1.025 - - - -

-7 KURIPAN 2.000 16.000 1.067 1.067 1.067 1.067 1.067 1.067 1.067 1.067 1.067 1.067 1.067 1.067 1.067 1.067 1.067

8 GERUNG 12.205 27.757 1.850 1.850 1.850 1.850 1.850 1.850 1.850 1.850 1.850 1.850 1.850 1.850 1.850 1.850 1.850

9 LEMBAR 2.630 15.350 1.023 1.023 1.023 1.023 1.023 1.023 1.023 1.023 1.023 1.023 1.023 1.023 1.023 1.023 1.023

10 SEKOTONG 10.000 25.800 1.720 1.720 1.720 1.720 1.720 1.720 1.720 1.720 1.720 1.720 1.720 1.720 1.720 1.720 1.720

JUMLAH 43.948 213.789 15.098 15.097 15.097 15.097 15.097 14.341 14.341 14.341 14.341 14.341 13.316 13.316 13.316 13.316 13.316

(7)

Tabel 6.6

Rencana Penanganan Jalan Setapak Kabupaten Lombok Barat

NO KECAMATAN

KONDISI JALAN (m2)

RENCANA PROGRAM TAHUN PENANGANAN

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 PRMNN TANAH

1 BATU LAYAR 2.993 11.157 1.116 1.116 1.116 1.116 1.116 1.116 1.116 1.116 1.116 1.116 - - - -

-2 GUNUNGSARI 3.906 31.744 2.116 2.116 2.116 2.116 2.116 2.116 2.116 2.116 2.116 2.116 2.116 2.116 2.116 2.116 2.116

3 LINGSAR 4.007 36.353 2.424 2.424 2.424 2.424 2.424 2.424 2.424 2.424 2.424 2.424 2.424 2.424 2.424 2.424 2.424

4 NARMADA 3.491 56.549 3.770 3.770 3.770 3.770 3.770 3.770 3.770 3.770 3.770 3.770 3.770 3.770 3.770 3.770 3.770

5 LABUAPI 1.415 24.323 1.622 1.622 1.622 1.622 1.622 1.622 1.622 1.622 1.622 1.622 1.622 1.622 1.622 1.622 1.622

6 KEDIRI 1.000 13.850 1.385 1.385 1.385 1.385 1.385 1.385 1.385 1.385 1.385 1.385 - - - -

-7 KURIPAN 1.500 23.000 1.533 1.533 1.533 1.533 1.533 1.533 1.533 1.533 1.533 1.533 1.533 1.533 1.533 1.533 1.533

8 GERUNG 1.881 31.263 2.084 2.084 2.084 2.084 2.084 2.084 2.084 2.084 2.084 2.084 2.084 2.084 2.084 2.084 2.084

9 LEMBAR 1.791 22.709 1.514 1.514 1.514 1.514 1.514 1.514 1.514 1.514 1.514 1.514 1.514 1.514 1.514 1.514 1.514

10 SEKOTONG 1.000 41.100 2.740 2.740 2.740 2.740 2.740 2.740 2.740 2.740 2.740 2.740 2.740 2.740 2.740 2.740 2.740

JUMLAH 22.984 292.048 20.303 20.304 20.304 20.304 20.304 20.304 20.304 20.304 20.304 20.304 17.803 17.803 17.803 17.803 17.803

(8)

Tabel 6.7

Rencana Penanganan Permukiman Kabupaten Lombok Barat

NO KECAMATAN

KONDISI SALURAN (m')

RENCANA PROGRAM TAHUN PENANGANAN

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 PERMANEN TANAH

1 BATU LAYAR 1.209 3.062 612 612 612 612 612 - - -

-2 GUNUNGSARI 1.192 17.913 1.194 1.194 1.194 1.194 1.194 1.194 1.194 1.194 1.194 1.194 1.194 1.194 1.194 1.194 1.194

3 LINGSAR 1.220 8.830 883 883 883 883 883 883 883 883 883 883 - - - -

-4 NARMADA 1.992 22.418 1.495 1.495 1.495 1.495 1.495 1.495 1.495 1.495 1.495 1.495 1.495 1.495 1.495 1.495 1.495

5 LABUAPI 1.000 11.142 743 743 743 743 743 743 743 743 743 743 743 743 743 743 743

6 KEDIRI 1.735 9.630 963 963 963 963 963 963 963 963 963 963 - - - -

-7 KURIPAN 1.000 13.000 867 867 867 867 867 867 867 867 867 867 867 867 867 867 867

8 GERUNG 2.000 23.929 1.595 1.595 1.595 1.595 1.595 1.595 1.595 1.595 1.595 1.595 1.595 1.595 1.595 1.595 1.595

9 LEMBAR 2.355 20.045 1.336 1.336 1.336 1.336 1.336 1.336 1.336 1.336 1.336 1.336 1.336 1.336 1.336 1.336 1.336

10 SEKOTONG 1.000 4.000 800 800 800 800 800 - - -

-JUMLAH 14.703 133.969 10.488 10.488 10.488 10.488 10.488 9.076 9.076 9.076 9.076 9.076 7.230 7.230 7.230 7.230 7.230

(9)

RPIJM merupakan Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah dengan masa penanganan selama 5 tahun. Untuk saat ini rencana 5 tahun pertama antara tahun 2009 sampai tahun 2013, dengan mengambil data 5 tahun pertama dari 15 tahun rencana penanganan permukiman di Kabupaten Lombok Barat. Tentunya dengan harapan terjadinya peningkatan kondisi perumahan, jalan lingkungan, jalan setapak, dan saluran yang ada di Kabupaten Lombok Barat. Manfaat yang besar dari kondisi permukiman yang baik tentu akan berpengaruh kepada kondisi manusia yang ada didalamnya secara sosial budaya, ekonomi, dan lain-lain.

(10)

Tabel 6.8

Jumlah Investasi Sub Bidang Permukiman

NO. KEGIATAN VOL. SATUAN

RENC. INVESTASI 5 THN.

2009 2010 2011 2012 2013

VOL. HARGA VOL. HARGA VOL. HARGA VOL. HARGA VOL. HARGA

A. Stimulan Rumah Tidak Layak Huni

1 Batu Layar 490 bh. Rp. 5.000.000 98 490.000.000 98 539.000.000 98 588.000.000 98 637.000.000 98 686.000.000

2 Gunung Sari 990 bh. Rp. 5.000.000 198 990.000.000 198 1.089.000.000 198 1.188.000.000 198 1.287.000.000 198 1.386.000.000

3 Lingsar 1010 bh. Rp. 5.000.000 202 1.010.000.000 202 1.111.000.000 202 1.212.000.000 202 1.313.000.000 202 1.414.000.000

4 Narmada 1215 bh. Rp. 5.000.000 243 1.215.000.000 243 1.336.500.000 243 1.458.000.000 243 1.579.500.000 243 1.701.000.000

5 Labuapi 750 bh. Rp. 5.000.000 150 750.000.000 150 825.000.000 150 900.000.000 150 975.000.000 150 1.050.000.000

6 Kediri 535 bh. Rp. 5.000.000 107 535.000.000 107 588.500.000 107 642.000.000 107 695.500.000 107 749.000.000

7 Kuripan 390 bh. Rp. 5.000.000 78 390.000.000 78 429.000.000 78 468.000.000 78 507.000.000 78 546.000.000

8 Gerung 480 bh. Rp. 5.000.000 96 480.000.000 96 528.000.000 96 576.000.000 96 624.000.000 96 672.000.000

9 Lembar 810 bh. Rp. 5.000.000 162 810.000.000 162 891.000.000 162 972.000.000 162 1.053.000.000 162 1.134.000.000

10 Sekotong 1515 bh. Rp. 5.000.000 303 1.515.000.000 303 1.666.500.000 303 1.818.000.000 303 1.969.500.000 303 2.121.000.000

Sub Total 8185 1637 8.185.000.000 1637 9.003.500.000 1637 9.822.000.000 1637 10.640.500.000 1637 11.459.000.000

(11)

Lanjutan Tabel 6.8 :

NO. KEGIATAN VOL. SATUAN

RENC. INVESTASI 5 THN.

2009 2010 2011 2012 2013

VOL. HARGA VOL. HARGA VOL. HARGA VOL. HARGA VOL. HARGA

B.Pembangunan Jalan Lingkungan

1 Batu Layar 3780 m’ Rp. 368.500 756 278.586.000 756 306.444.600 756 334.303.200 756 362.161.800 756 390.020.400

2 Gunung Sari 9665 m’ Rp. 368.500 1933 712.310.500 1933 783.541.550 1933 854.772.600 1933 926.003.650 1933 997.234.700

3 Lingsar 11490 m’ Rp. 368.500 2298 846.813.000 2298 931.494.300 2298 1.016.175.600 2298 1.100.856.900 2298 1.185.538.200

4 Narmada 12295 m’ Rp. 368.500 2459 906.141.500 2459 996.755.650 2459 1.087.369.800 2459 1.177.983.950 2459 1.268.598.100

5 Labuapi 4830 m’ Rp. 368.500 966 355.971.000 966 391.568.100 966 427.165.200 966 462.762.300 966 498.359.400

6 Kediri 5125 m’ Rp. 368.500 1025 377.712.500 1025 415.483.750 1025 453.255.000 1025 491.026.250 1025 528.797.500

7 Kuripan 5335 m’ Rp. 368.500 1067 393.189.500 1067 432.508.450 1067 471.827.400 1067 511.146.350 1067 550.465.300

8 Gerung 9250 m’ Rp. 368.500 1850 681.725.000 1850 749.897.500 1850 818.070.000 1850 886.242.500 1850 954.415.000

9 Lembar 5115 m’ Rp. 368.500 1023 376.975.500 1023 414.673.050 1023 452.370.600 1023 490.068.150 1023 527.765.700

10 Sekotong 8600 m’ Rp. 368.500 1720 633.820.000 1720 697.202.000 1720 760.584.000 1720 823.966.000 1720 887.348.000

Sub Total 75485 15097 5.563.244.500 15097 6.119.568.950 15097 6.675.893.400 15097 7.232.217.850 15097 7.788.542.300

(12)

Lanjutan Tabel 6.8 :

NO. KEGIATAN VOL. SATUAN

RENC. INVESTASI 5 THN.

2009 2010 2011 2012 2013

VOL. HARGA VOL. HARGA VOL. HARGA VOL. HARGA VOL. HARGA

C. Pembangunan Jalan Setapak

1 Batu Layar 5580 m2 Rp. 100.500 1116 112.158.000 1116 123.373.800 1116 134.589.600 1116 145.805.400 1116 157.021.200

2 Gunung Sari 10580 m2 Rp. 100.500 2116 212.658.000 2116 233.923.800 2116 255.189.600 2116 276.455.400 2116 297.721.200

3 Lingsar 12120 m2 Rp. 100.500 2424 243.612.000 2424 267.973.200 2424 292.334.400 2424 316.695.600 2424 341.056.800

4 Narmada 18850 m2 Rp. 100.500 3770 378.885.000 3770 416.773.500 3770 454.662.000 3770 492.550.500 3770 530.439.000

5 Labuapi 8110 m2 Rp. 100.500 1622 163.011.000 1622 179.312.100 1622 195.613.200 1622 211.914.300 1622 228.215.400

6 Kediri 6925 m2 Rp. 100.500 1385 139.192.500 1385 153.111.750 1385 167.031.000 1385 180.950.250 1385 194.869.500

7 Kuripan 7665 m2 Rp. 100.500 1533 154.066.500 1533 169.473.150 1533 184.879.800 1533 200.286.450 1533 215.693.100

8 Gerung 10420 m2 Rp. 100.500 2084 209.442.000 2084 230.386.200 2084 251.330.400 2084 272.274.600 2084 293.218.800

9 Lembar 7570 m2 Rp. 100.500 1514 152.157.000 1514 167.372.700 1514 182.588.400 1514 197.804.100 1514 213.019.800

10 Sekotong 13700 m2 Rp. 100.500 2740 275.370.000 2740 302.907.000 2740 330.444.000 2740 357.981.000 2740 385.518.000

Sub Total 1E+05 20304 2.040.552.000 20304 2.244.607.200 20304 2.448.662.400 20304 2.652.717.600 20304 2.856.772.800

(13)

Lanjutan Tabel 6.8 :

NO. KEGIATAN VOL. SATUAN

RENC. INVESTASI 5 THN.

2009 2010 2011 2012 2013

VOL. HARGA VOL. HARGA VOL. HARGA VOL. HARGA VOL. HARGA

D. Pembuatan Saluran Drainase

1 Batu Layar 3060 m’ Rp. 378.500 612 231.642.000 612 254.806.200 612 277.970.400 612 301.134.600 612 324.298.800

2 Gunung Sari 5970 m’ Rp. 378.500 1194 451.929.000 1194 497.121.900 1194 542.314.800 1194 587.507.700 1194 632.700.600

3 Lingsar 4415 m’ Rp. 378.500 883 334.215.500 883 367.637.050 883 401.058.600 883 434.480.150 883 467.901.700

4 Narmada 7475 m’ Rp. 378.500 1495 565.857.500 1495 622.443.250 1495 679.029.000 1495 735.614.750 1495 792.200.500

5 Labuapi 3715 m’ Rp. 378.500 743 281.225.500 743 309.348.050 743 337.470.600 743 365.593.150 743 393.715.700

6 Kediri 4815 m’ Rp. 378.500 963 364.495.500 963 400.945.050 963 437.394.600 963 473.844.150 963 510.293.700

7 Kuripan 4335 m’ Rp. 378.500 867 328.159.500 867 360.975.450 867 393.791.400 867 426.607.350 867 459.423.300

8 Gerung 7975 m’ Rp. 378.500 1595 603.707.500 1595 664.078.250 1595 724.449.000 1595 784.819.750 1595 845.190.500

9 Lembar 6680 m’ Rp. 378.500 1336 505.676.000 1336 556.243.600 1336 606.811.200 1336 657.378.800 1336 707.946.400

10 Sekotong 4000 m’ Rp. 378.500 800 302.800.000 800 333.080.000 800 363.360.000 800 393.640.000 800 423.920.000

Sub Total 52440 10488 3.969.708.000 10488 4.366.678.800 10488 4.763.649.600 10488 5.160.620.400 10488 5.557.591.200

(14)

6.2 Rencana Investasi Penataan Bangunan Lingkungan

6.2.1 Profil Rinci Penataaan Bangunan Gedung dan Lingkungan

Kota Gerung merupakan Pusat Kota Kabupaten sekaligus Pusat Pemerintahan Kabupaten Lombok Barat. Kontur yang datar dengan panorama Gunung Sasak sebagai landmark dan point of view membuat Kota ini menjadi menarik. Gerung berada di wilayah dengan pranata sosial dan budaya yang sangat kuat sehingga memperkuat karakter Kota ini sebagai pusat pemerintahan dan pusat kebudayaan. Namun sampai saat ini, Kota Gerung relatif “belum hidup”.

Sebagian besar gedung perkantoran telah dibangun sesuai denganMasterplanKota Gerung dan Rencana Kawasan Perkantoran. Sebagian lainnya terbangun di luar kawasan perkantoran dan sebagian masih berada di Kota Mataram dengan menggunakan sarana bangunan lama. Gedung-gedung tersebut secara detail tidak terlepas dari permasalahan keselamatan, keamanan dan kenyamanan sehingga diperlukan penertiban dan penegakkan aturan dan tata tertib bangunan gedung. Begitu pula dengan infrastruktur dan fasilitas penunjang kawasan lainnya belum memadai karena Kota Gerung ini merupakan kawasan kota yang relatif masih muda.

Dibidang pariwisata dan perdagangan, Kabupaten Lombok Barat berpotensi untuk berkembang pesat. Sebagian besar wilayah di Lombok Barat merupakan kawasan strategis, antara lain kawasan wisata Senggigi dan Batu Layar, kawasan wisata konservasi Taman Narmada, kawasan wisata konservasi hutan Suranadi, kawasan pusat kerajinan gerabah di Banyumulek, pelabuhan Regional NTB di Lembar dan beberapa wilayah yang berbatasan dengan Kota Mataram. Wilayah perbatasan berpotensi menjadi daerah perkembangan kota. Wilayah Lombok Barat sebagai “sabuk” Kota Mataram. terdapat kantung-kantung industri kecil dan menengah, permukiman padat penduduk dan pusat hiburan dan perdagangan. Di sisi lain, akan timbul berbagai masalah perkotaan, antara lain persoalan sosial ekonomi, tata ruang kota, sirkulasi dan lalu lintas, lahan parkir, persampahan, permukiman kumuh dan lain-lain.

(15)

Tabel 6.9

Data Bangunan Yang Sudah Memiliki IMB Dari Tahun 1995 Sampai Dengan Tahun 2008

No. Kecamatan Rumah Bangunan Bangunan Bangunan Jumlah Tinggal Pemerintah Swasta Lainnya

1 2 3 4 5 6 7

1 Sekotong - 2,00 22,00 13,00 37,00

2 Lembar 7,00 7,00 12,00 9,00 35,00

3 Gerung 1.917,00 22,00 28,00 8,00 1.975,00

4 Labuapi 4.682,00 16,00 31,00 8,00 4.737,00

5 Kediri 24,00 6,00 17,00 11,00 58,00

6 Kuripan 1,00 - 2,00 1,00 4,00

7 Narmada 50,00 19,00 41,00 25,00 135,00

8 Lingsar 29,00 4,00 18,00 6,00 57,00

9 Gunung Sari 4.265,00 2,00 27,00 11,00 4.305,00

10 Batu Layar 430,00 3,00 133,00 18,00 584,00

11 Bayan - 2,00 13,00 9,00 24,00

12 Kayangan - 3,00 11,00 5,00 19,00

13 Gangga - 6,00 11,00 5,00 22,00

14 Tanjung 631,00 5,00 159,00 8,00 803,00

15 Pemenang 3,00 8,00 65,00 17,00 93,00

TOTAL 12.039,00 105,00 590,00 154,00 12.888,00

Ket :

Sumber : Seksi Tata Bangunan DPU Kab. Lombok Barat, 2008

Dari tabel tersebut terlihat ada 5 Kecamatan yang perkembangan wilayahnya cukup pesat, antara lain Kecamatan Gerung, Labuapi, Gunung Sari, Batu Layar dan Tanjung. Namun tabel tersebut tidak dapat menampilkan jumlah bangunan yang sudah memiliki IMB dan yang belum memiliki IMB.

6.2.2 Permasalahan yang Dihadapi

Permasalahan yang dihadapi oleh Pemerintah Kabupaten Lombok Barat, antara lain adalah :

(16)

- Koordinasi yang sulit antar instansi dan pelayanan yang kurang prima karena lokasi beberapa instansi yang terkait berada di luar Pusat Pemerintahan.

- Ketersediaan lahan (tanah milik Pemerintah Kabupaten Lombok Barat) yang terbatas dan kesulitan pembebasan tanah.

Permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan dan penataan bangunan dan lingkungan di kabupaten Lombok Barat, antara lain :

- Saat ini pembangunan gedung perkantoran kurang menjadi prioritas karena keterbatasan APBD.

- Kurang ditegakkannya aturan 3K (Keselamatan, Keamanan dan Kenyamanan) Bangunan Gedung Pemerintahan.

- Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi dan kurang mendapat perhatian.

- Standar bangunan Pemerintah kabupaten merupakan bangunan sederhana yang harga per-m2 nya rendah, sehingga tidak dapat memenuhi standar keselamatan (pemadam kebakaran) karena biayanya yang cukup tinggi.

- Kurang diperhatikannya permukiman-permukiman tradisional, padahal mempunyai potensi wisata.

- Kurangnya kesadaran publik terhadap perencanaan daerah dan pengendalian bangunan dan lingkungan melalui permohonan ijin.

6.2.3 Analisis Permasalahan dan Rekomendasi

Tingkat pembangunan yang masih rendah di Gerung merupakan indikasi rendahnya pergerakan dan kegiatan ekonomi di Kawasan ini sebagai Kota Kabupaten, sehingga diperlukan kegiatan pembangunan sarana dan prasarana perkantoran (gedung pemerintah) sebagai salah satu katalisator pendorong kegiatan ekonomi di Kawasan Gerung. Selain itu, dengan pembangunan gedung perkantoran ini diharapkan untuk meningkatkan koordinasi antar instansi dan meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat dipandang perlu untuk membangun dan merelokasi kantor dari instansi di atas ke Kota Gerung sebagai Pusat Pemerintahan.

(17)

- Kantor Bupati dan Sekretariat

- Gedung DPRD dan Sekretariat DPRD - Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga

- Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi - Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika

- Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil - Dinas Pariwisata dan Kebudayaan - Dinas Perindustrian dan Perdagangan - Dinas Pertanian

- Dinas Kelautan dan Perikanan - Dinas Kehutanan

- Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

- Badan Kepegawaian Daerah

- Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan

- Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan, Kehutanan dan Ketahanan Pangan Daerah

- Badan Lingkungan Hidup

- Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat - Kantor Arsip Daerah

- Kantor Satuan Polisi Pamong Praja dan - Rumah Sakit Umum Daerah.

Sedangkan kantor yang masih berada di luar wilayah Kabupaten Lombok Barat dan perlu disiapkan gedung kantornya, yaitu :

- Dinas Pekerjaan Umum, Pertambangan dan Energi - Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah

- Inspektorat Kabuapaten

- Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa - Kantor Pelayanan Terpadu Perijinan Daerah

- Kantor Perpustakaan Daerah - Kantor Kebersihan dan Tata Kota - Kantor PMK dan

- Kantor INKOM.

(18)

- Gedung PKK dan Guest House - Rumah Jabatan Sekda

- Rumah Jabatan Ketua DPRD dan - Rumah Jabatan Wakil Ketua DPRD

Pembangunan di atas akan direncanakan terlebih dahulu. Beberapa bangunan telah direncanakan dengan memperhatikan persyaratan 3K (Keselamatan, Keamanan dan Kenyamanan). Perencanaan dan pembangunannya memerlukan strategi penanganan agar tertib, fungsional, andal dan efisien dengan sasaran :

- Terwujudnya bangunan gedung yang laik fungsi pada tahun 2010. - Terlaksananya pendataan bangunan pada tahun 2009.

Adapun bangunan yang telah terbangun, diperlukan upaya penertiban terhadap persyaratan 3K tersebut.

Untuk mendukung pembangunan dan penataan Gedung dan Lingkungan di wilayah Lombok Barat, maka dibutuhkan infrastruktur yang memadai. Peningkatan kualitas infrastruktur dan utilitas Kawasan Kota Kabupaten dan Kota Wisata dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Skala prioritas pembangunan infrastruktur adalah Kota Gerung dan beberapa wilayah potensial yang selama ini menjadi penopang kegiatan ekonomi di Lombok Barat.

Tidak kalah pentingya dalam upaya pembangunan daerah adalah pembangunan budaya masyarakat. Yang dapat dilakukan oleh Bidang Cipta Karya yaitu mengembangkan arsitektur tradisional setempat. Gerung merupakan salah satu wilayah yang memiliki budaya yang cukup kuat. Untuk langkah awal, akan dibuat head project untuk percontohan di wilayah Gerung. Proyek ini mengembangkan dan menata permukiman tradisional setempat dengan mempertahankan karakter dan memperhatikan lingkungan yang layak dan sehat. Penataan Permukiman Tradisional ini mempunyai potensi sosial budaya yang dapat mendorong tingkat perekonomian setempat. Dengan demikian terwujud permukiman yang memiliki kualitas fungsional, visual dan kualitas lingkungan yang seimbang, serasi dan selaras yang berwawasan budaya lokal yang menjadi teladan bagi lingkungannya serta dapat secara arif mengakomodasi nilai-nilai luhur budaya lokal.

(19)

6.2.4 Program yang Diusulkan

Dari analisa permasalahan dan kebutuhan di atas, dapat diusulkan beberapa program penanganan dengan memperhatikan Masterplan wilayah sebagai platform pembangunan Kabupaten Lombok Barat. Rencana Penanganan dan Program yang diusulkan dari Bidang Cipta Karya Sub Bidang Gedung dan Lingkungan, antara lain :

a. Perencanaan Gedung Kantor Pemerintah.

Bangunan gedung yang akan di desain, antara lain :

 Perencanaan Dinas PU, Pertambangan dan Energi

 Perencanaan Kantor Pelayanan Terpadu Perijinan Daerah

 Perencanaan Kantor Kebersihan dan Tata Kota

b. Pembangunan Gedung Kantor Pemerintah.

Adapun tahapan pembangunan gedung kantor tersebut termasuk bangunan lainnya, seperti Rumah Jabatan Sekda, Rumah Jabatan Ketua DPRD, Rumah Jabatan Wakil Ketua DPRD dan gedung lainnya yang dibutuhkan disesuaikan denganMasterplanKota Gerung dan dilakukan secara bertahap, yang dapat dijabarkan dalam Bab VIII Program Gedung dan Lingkungan.

c. Identifikasi dan Studi Bangunan Gedung Kantor terhadap aturan Keselamatan, Keamanan dan Kenyamanan. Identifikasi dan studi bangunan gedung kantor ini, meliputi :

 Kantor Bupati dan Sekretariat

 Gedung DPRD dan Sekretariat DPRD

 Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga

 Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi

 Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika

 Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

 Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

 Dinas Perindustrian dan Perdagangan

 Dinas Pertanian

 Dinas Kelautan dan Perikanan

 Dinas Kehutanan

 Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

(20)

 Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan

 Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan, Kehutanan dan Ketahanan Pangan Daerah

 Badan Lingkungan Hidup

 Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat

 Kantor Arsip Daerah

 Kantor Satuan Polisi Pamong Praja dan

 Rumah Sakit Umum Daerah

d. Perencanaan Infrastruktur Kawasan Ibukota dan Kawasan Wisata.

Perencanaan ini adalah perencanaan drainase dan utilitas. Perencanaan Infrastruktur diprioritaskan di Gerung, terutama di Kawasan Perkantoran. Sedangkan Kawasan Pariwisata diprioritaskan di Senggigi.

e. Perencanaan dan Penataan Permukiman Tradisional Lombok di Gunung Sasak.

Kegiatan ini mewujudkan lingkungan yang dapat memberikan nilai tambah bagi kualitas fisik, sosial, ekonomi masyarakat yang menjadi penunjang bagi tercapainya kesehjateraan masyarakat setempat yang lebih baik.

f. Pendataan Bangunan.

Merupakan langkah awal pemerintah dari rangkaian kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik diperkotaan maupun diperdesaan yang tertib, layak huni dan berjati diri.

6.3 Rencana Investasi Sub Bidang Air Limbah

6.3.1 Petunjuk Umum Pengelolaaan Air Limbah

(21)

Tetapi mengingat faktor biaya dan kelayakan teknis dalam pelaksanaannya maka rencana jaringan air limbah di IKK dan wilayah pusat Kota Gerung disusun berdasarkan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

1. Jaringan air limbah yang ada ditata dan direhabilitasi kembali serta dilengkapi dengan tempat pengontrol (main hole) setiap 50 meter dan setiap pergantian arah sehingga lebih memudahkan pengontrolan apabila terjadi penyumbatan saluran terutama pada jaringan yang tertutup.

2. Jaringan air limbah diusahakan degan jaringan tertutup dan terpisah dengan saluran air hujan (drainase), tetapi apabila kondisi tidak memungkinkan karena faktor teknis maupun non teknis maka salurannya dapat disatukan dengan syarat jaringan air limbah tidak boleh masuk ke saluran air hujan.

3. Jaringan air limbah diusahakan lokasinya berada di belakang bangunan (brandgang). 4. Ukuran pipa sekunder minimal 800 mm

5. Ukuran pipa tersier minimal 400 mm. 6. Sambungan pipa harus rapat air.

7. Pada jaringan air limbah utama akan disalurkan ke sungai setelah melalui pembersihan air (SewerageTreatement) agar tidak mencemari sungai.

8. Mengadakan penyuluhan kepada masyarakat oleh aparat pemerintah mulai dari tingkat kecamatan sampai RT untuk tidak membuang sampah ke saluran-saluran pembuangan.

6.3.1.1 Umum

Pada dasarnya pengelolaan air limbah di Lombok Barat masih sangat sederhana, untuk kawasan perdesaan di salurkan ke sungai atau ke belakang rumah. Beberapa kawasan perumahan di lingkungan kota disalurkan ke system drainase yang selama ini kurang berfungsi. Untuk itu pemda akan melakukan secara bertahap buangan limbah rumah tangga maupun industri akan diarahkan pada sistem saluran tertutup.

Sistem pembuangan limbah manusia yang sesuai untuk kota IKK adalah yang sederhana, murah, dan dapat disediakan sendiri oleh penduduk, yaitu Septic Tank. Untuk kawasan perrnukiman padat yang sebagian besar penduduknya menggunakan air tanah dangkal, maka sistem yang sebaiknya dipakai adalan Septic Tank kolektif bersamaan dengan penyediaan MCK.

6.3.1.2 Kebijakan, Program dan Kegiatan Pengelolaan Air Limbah Dalam Rencana

(22)

Mengingat Kabupaten Lombok Barat di dominasi oleh kawasan perdesaan maka penyediaan prasarana lingkungannya pun masin dapat menggunakan sistem yang relatif sedernana dan murah. Sistem pembuangan air limbah yang akan direncanakan terbatas pada limbah domestik rumah tangga, yang berupa antara lain : air buangan dari dapur, kamar mandi, tempat cuci dan sebagainya. Kebijaksanaan yang perlu diambil dalam pengembangan air limbah adalah :

 Mengurangi pemakaian cubluk sebagai sarana pembuangan air limbah domestik yang konvensional dengan memakai septic tank yang aman dan tertutup.

 Secara bertahap buangan limbah rumah tangga maupun industri akan diarahkan pada sistem saluran teertutup.

 Pengembangan sistem jaringan akan diprioritaskan pada kawasan pemukiman padat dan sekitar kawasan pusat pemerintahan ibu kota kabupaten.

 Pembangunan kawasan perumahan baru, baik yang dikelola oleh pemerintah maupun pihak swasta harus disertai dengan saluran pembuangan limbah yang aman dan tertutup. lndustri dengan skala tertentu wajib memiliki pengolahan air limbah.

Salah satu penyederhanaan sistem penyediaan prasarana adalan menggabungkan sistern pernbuangan air limbah (domestik) dengan sistern penyaluran air limbah. Limbah dari masing-masing rumah disalurkan ke brandgang di belakang rumah untuk selanjutnya disalurkan ke saluran drainase

6.3.2 Profil Pengelolaan Air Limbah

6.3.2.1 Gambaran Umum Pengelolaan air Limbah Saat Ini

Kondisi pengelolaan air limbah pada saat ini belum sampai pada pengelolaan menjadi sebuah sistem yang tertata. Sebagian besar menggunakan sistem individu yaitu dengan cara penyaluran air limbah dari rumah tangga kedalam septic tank yang umumnya berada dibawah tanah dimana air limbah yang berasal dari kakus, kamar mandi serta air bekas lainnya disalurkan ke septic tank. Pemda sendiri belum memprioritaskan penanganan air limbah mengingat faktor biaya dan kelayakan teknis dalam pelaksanaannya.

6.3.2.1.1 Tingkat Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan

(23)

Tabel 6.10

Data Penyakit yang Mendominasi Kabupaten Lombok Barat

Tahun 2007

Penyakit Jumlah kunjungan Peringkat

Infeksi akut lain pada saluran

pernapasan bagian atas 81.687 (1) 16,19%

Peny.pd.sist.otot & jar.pengikat

(peny.reumatik) 38.747 (2) 7,68%

Penyakit kulit infeksi 35.837 (3) 7,10%

Penyakit lain pada saluran

pernapasan atas 34.607 (4) 6,86%

Penyakit kulit alergi 28.838 (5) 5,72%

Diare (termasuk tersangka kolera) 26.498 (6) 5,25%

Sumber : Profil Dinkesmas Kab. Lobar Tahun 2007

Berdasarkan penyebarannya permasalahan kasus diare sepanjang tahun di Kabupaten ini Kecamatan yang tergolong daerah rawan diare dan penyakit berbasis air adalah Kecamatan Gerung dengan jumlah kasus diare 5.737 kasus; Kecamatan Lingsar dengan jumlah kasus 3.650 kasus; Kecamatan Gunungsari dengan jumlah kasus diare 3.216 kasus; Kecamatan Kediri dengan jumlah kasus diare 2.664 kasus; Kecamatan Tanjung dengan jumlah kasus diare 2.006 kasus. (Profil Dinkesmas Lobar 2003).

Upaya Pemerintah Kabupaten secara spesifik untuk mengatasi permasalahan penyehatan lingkungan antara lain;

a. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas, adil, merata dan terjangkau; b. Meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya; c. Meningkatkan kemandirian masyarakat dalam bidang kesehatan serta berperilaku hidup

bersih dan sehat; dan

d. Meningkatkan peran serta masyarakat dan lintas sektoral dalam mendukung pembangunan yang berwawasan kesehatan serta Visi Lombok Barat Sehat 2010. (Profil Dinkesmas Lobar 2003).

Proyek/program terkait dengan penyehatan lingkungan dan pendidikan hidup bersih dan sehat sampai saat ini antara lain ;

(24)

c. Upaya kesehatan keluarga;

d. Meningkatkan status gizi masyarakat; e. Pemeberantasan penyakit;

f. Penyehatan lingkungan dan penyehatan kualitas air;

g. Pengembangan asuransi kesehatan dan jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat; h. Promosi kesehatan dan peran serta masyarakat;

i. Kabupaten Sehat.

6.3.2.1.2 Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah

Pengelolaan Limbah domestik dikelola secara individual oleh masyarakat. Untuk pengelolaan secara komunal masih sangat terbatas karena faktor dana. Untuk program kedepan akan digalakkan program Sanimas.

Seperti pada umumnya masyarakat di Lobar, bahwa membuang limbah secara sembarangan masih dilakukan sebagian besar masyarakat seperti di sungai di saluran atau di kebun-kebun. Hal ini yang mengakibatkan penyakit.

6.3.2.2 Kondisi Sistem Sarana dan Prasarana Pengelolaan Air Limbah

Kondisi Sistem sarana dan prasarana pengelolaan limbah di Kabupaten Lombok Barat masih belum tertangani dengan maksimal. Hal ini dikarenakan terbenturnya masalah dana. Untuk lebih jelasnya mengenai cakupan pelayanan air limbah dapat dilihat pada tabel 6.11 dan kapasitas pelayanan air limbah pada tabel 6.12.

Tabel 6.11

Cakupan Pelayanan Air Limbah Komunitas Berbasis Masyarakat Kabupaten Lombok Barat

Tahun 2007 s/d 2008

No. Kawasan Sistem Dibangun

Tahun

Cakupan Pelayanan

1. Desa Mendagi MCK ++ 2007 200 KK

(25)

Tabel 6.12

Kapasitas Pelayanan Tahun 2007 Kabupaten Lombok Barat

Prasarana/Sarana Jumlah Kapasitas Sistem Pengelola

(Volume atau Jiwa) Pengelolaan

Truk Tinja 2 Pemda

IPLT 1 1000 Pemda

IPAL

6.4 Rencana Investasi Sub Bidang Persampahan

6.4.1 Petunjuk Umum Pengelolaan Persampahan

Sampah dapat dipilah menjadi beberapa jenis yang secara garis besar dibedakan atas sampah organik dan anorganik. Sampah organik pada umumnya berupa sisa bahan makanan, khususnya yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, sedangkan sampah anorganik sebagian besar berupa sampah plastik, keramik/gelas, besi, dan sebagainya. Sampah organik dapat diolah menjadi pupuk kompos; sedangkan sampah anorganik dikumpulkan oleh pemungut sampah untuk selanjutnya di kirim ke pabrik yang menggunakan jenis banan tersebut sebagai bahan bakunya.

6.4.1.1 Umum

Sampah belum dikelola dengan prinsip 3R. Dewasa ini, sebagian besar penduduk menangani pengelolaan sampan secara swadaya-kolektif. Kemudian di buang di bak sampah sekaligus sebagai pembuangan akhir. Tentunya banyak faktor yang harus dilakukan untuk mengelola sampah secara baik. Di beberapa wilayah masyarakat sudah biasa membayar iuran sampah yang diorganisasikan olen RW dan memilah sampah atas sampah organik dan anorganik. Hampir setiap RW menyediakan tempat pembuangan sampah kolektif. Sementara, pemungut sampah (pemulung) aktif mendatangi rumah-rumah penduduk untuk memungut sampah anorganik, terutama yang berupa pecahan keramik/gelas, kaleng/bahan dari besi, plastik bekas alat rumah tangga, serta karung plastik. 6.4.1.2 Kebijakan, Program dan Kegiatan Pengelolaan Persampahan Dalam Rencana

Kabupaten/Kota

(26)

dengan sistem pengelolaan sampah secara keseluruhan yang terus berkembang di Kabupaten Lombok Barat.

Khusus untuk pengelolaan sampah di Kota Gerung dan Senggigi direncanakan menggunakan sistem modul. Satu modul yang secara garis besamya terdiri atas 4 gerobak sampah, 1 unit Transfer Depo, dan 1 unit truk sampah, didisain untuk melayani 20.000 penduduk. Jadi kota Gerung, sampai tahun 2015 dibutuhkan 3 modul.

6.4.2 Profil Persampahan

6.4.2.1 Gambaran Umum Sistem Pengelolaan Persampahan Saat Ini

Meningkatnya laju pembangunan di semua sektor saat ini dan tahun-tahun yang akan datang menimbulkan konsekuensi logis dari semua itu adalah meningkatnya aktivitas di berbagai sektor, baik sektor perumahan, industri perdagangan serta meningkatnya produksi sampah. Jika masalah sampah tidak diatasi dengan pengelolaan yang baik dan benar, kondisi ini akan menyebabkan penurunan kualitas lingkungan dan kesehatan masyarakat.

Kabupaten Lombok Barat dengan jumlah kecamatan sebanyak 15 (lima belas) saat ini pengelolaan sampah sebagian masih bergabung di TPA Gapuk dengan Kota Mataram. Beberapa kecamatan yang pengelolaan sampah di TPA Gapuk sebanyak 7 (tujuh) kecamatan yaitu Kecamatan Narmada, Lembar, Gunungsari, Batu Layar, Kediri, Kecamatan Labuapi dan Kecamatan Gerung, dengan produksi sampah 85 m3/hari.

Berdasarkan Laporan Sampah UPTD Kebersihan dan Pertamanan didapatkan data produksi sampah per bulan di Kabupaten Lombok barat dapat dilihat pada tabel 6.13 dan data volume sampah terangkut per bulan pada tabel 6.14 berikut :

Tabel 6.13

Produksi Sampah Per Bulan Kabupaten Lombok Barat Tahun 2005

No. Wilayah

Produksi Sampah

/hari /bulan

m3 m3

I. Kecamatan Narmada 12.37 321.62

II. Kecamatan Lembar 1.50 39.00

III. Kecamatan Gunung Sari 15.76 409.76

4. Kecamatan Batu Layar 35.28 917.28

V. Kecamatan Kediri 10.16 264.16

VI. Kecamatan Labuapi 10.52 273.52

(27)

Tabel 6.14

Rata-Rata Volume Sampah Terangkut Per Bulan Kabupaten Lombok Barat

Tahun 2005

No Wilayah Pengangkutan

V. Sampah Sisa

m 3 m3

I. Kecamatan Narmada 316.5 5.46

II. Kecamatan Lembar 36.0

-III. Kecamatan Gunung Sari 406.5 3.42

IV. Kecamatan Batu Layar 910.0 7.96

V. Kecamatan Kediri 260.0 4.60

VI. Kecamatan Labuapi 268.0 5.52

VII. Kecamatan Gerung 180.5 4.62

Sumber : Laporan Sampah Bulan Desember 2006

Pengelolaan sampah di wilayah tersebut diatas sebatas pada pasar, terminal, pelabuhan dan pondok pesantren, sedangkan produksi sampah di wilayah pemukiman belum terkelola dengan baik.

6.4.2.2. Kondisi Sistem Sarana dan Prasara Pengelolaan Persampahan Yang ada

(Aspek Teknis)

Kondisi sistem sarana dan prasarana pengelolaan persampahan di Kabupaten Lombok Barat dapat dilihat pada tabel 4.15 berikut :

Tabel 4.15

Kondisi Sistem sarana dan Prasarana Pengelolaan Persampahan Kabupaten Lombok Barat

Tahun 2007

No Pengelolaan Prasarana

dan Sarana Satuan Vol Kapasitas

Tahun

pengadaan Kondisi Ket A Pemerintah

(28)

No Pengelolaan Prasarana

dan Sarana Satuan Vol Kapasitas

Tahun

Sumber : Laporan Sampah Bulan Desember 2006

6.4.2.3. Aspek Pendanaan

(29)

6.4.2.4. Aspek Kelembagaan Pelayanan Persampahan

Untuk kelembagaan pelayanan persampahan pada tingkat kabupaten ditangani oleh Kantor Kebersihan dan Pertamanan yang mengambil sampah-sampah di TPS kemudian diangkut ke TPA bersama di Kebon Kongok. Dewasa ini, sebagian besar penduduk Kota menangani pengelolaan sampan secara swadaya-kolektif. Penduduk Kota sudan biasa membayar iuran sampah yang diorganisasikan olen RW dan memilah sampah atas sampah organik dan anorganik. Hampir setiap RW menyediakan tempat pembuangan sampah kolektif. Sementara, pemungut sampah (pemulung) aktif mendatangi rumah-rumah penduduk untuk memungut sampah anorganik, terutama yang berupa pecahan keramik/gelas, kaleng/bahan dari besi, plastik bekas alat rumah tangga, serta karung plastik.

6.4.2.5. Aspek Peraturan Perundangan

Aspek peraturran perundangan yang sudah ada sampai saat ini yang terkait dengan persampahan belum ada. Untuk itu akan di bentuk peraturan yang mencakup : 1. Peraturan tentang kebersihan

2. Peraturan tentang pembentukan badan pengelola persampahan skala kabupaten 3. Peraturan tentang retribusi (struktur tariff, prosedur dan kewajiban pelanggan)

4. Peraturan tentang kerjasama pengelolaan persampahan skala regional dengan Pemerintah Kota.

5. Peraturan tentang kerjasama pengelolaan persampahan skala kawasan dengan swasta 6. Peraturan tentang peran serta masyarakat

Beberapa peraturan tersebut sedang dalam proses untuk diterapkan seperti kerjasama dengan Pemerintah Kota dan retribusi sampah.

6.4.2.6. Aspek Peran serta Masyarakat

Sebagian masyarakat terutama penduduk perkotaan sudah biasa membayar iuran sampah yang diorganisasikan olen RW dan memilah sampah atas sampah organik dan anorganik. Hampir setiap RW menyediakan tempat pembuangan sampah kolektif. Sementara, pemungut sampah (pemulung) aktif mendatangi rumah-rumah penduduk untuk memungut sampah anorganik, terutama yang berupa pecahan keramik/gelas, kaleng/bahan dari besi, plastik bekas alat rumah tangga, serta karung plastik.

Adapun prosedur operasional sistem pengelolaan sampah ini adalah sebagal berikut :

(30)

anorganik di masukkan ke dalam kantong plastik. Bagi penduduk di kawasan permukiman lama yang terbiasa menggunakan sistem kolektif-swadaya, maka sampah organiknya dibuang ke bak sampah kolektif yang tersedia untuk RW-nya; sedangkan bagi penduduk di kawasan perumahan baru atau yang belum memiliki sistem pengelolaan sampah kolektif, maka bin sampah plastik tertutup yang berisi sampah organik tadi disimpan di depan rumah untuk kemudian sampahnya dipindahkan ke dalam gerobak oleh petugas.

2. Sampah dari bak sampah RW bersama-sama dengan sampah dari rumah-rumah penduduk selanjutnya diagkut dengan gerobak sampah ke transfer depo untuk dipindahkan ke truk pengangkutan sampah.

3. Sampah anorganik dari rumah-rumah dikumpulkan oleh pemungut sampah (pemulung). Pemerintah sebaiknya menyediakan tempat khusus sebagai tempat penyimpanan sementara sampah anorganik yang relatif dekat dengan tempat pembuangan akhir/pengolahan sampah.

4. Di pasar-pasar tidak disediakan bak sampah, namun disediakan container terbuka yang secara berkala langsung dinaikkan ke truk (Arm Roll Truck) untuk dibuang ke TPA.

6.4.3 Permasalahan Yang Dihadapi

Permasalahan persampahan tidaklah dapat dipecahkan oleh perorangan, oleh sebab itu penanganannya harus melibatkan semua pihak, baik masyarakat secara individu maupun kelompok dan aparatur pemerintah setempat. Adapun permasalahan umum yang dihadapi di wilayah pusat Kota Gerung adalah :

1. Tempat pembuangan sampah sementara (TPS) yang sekarang ada merupakan areal terbuka dan lokasi dekat Sungai Dodokan, sehingga apabila terjadi air yang tiba-tiba, dimungkinkan akan mengalami banjir dan apabila sistem pembakaran ini dibiarkan terus akan mengganggu keamanan jembatannya.

2. Pada daerah-daerah perumahan sistem pengelolaan sampahnya banyak yang dibuang ke kali, selokan dan sungai

Berdasarkan data-data tersebut diatas maka terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi dalam hal pengelolaan persampahan, antara lain :

a. Pengelolaan persampahan hanya terbatas wilayah-wilayah tertentu

b. Terbatasnya pengangkutan sampah yang diidentifikasi disebabkan oleh :

(31)

Terbatasnya armada angkut

Biaya operasional yang terbatas

Personil yang belum seimbang

6.4.4 Analisa Permasalahan dan Rekomendasi

6.4.4.1 Analisa Permasalahan

Berdasarkan acuan dari beberapa kota di Indonesia, produksi sampah antara lain berasal dari :

1. Rumah tangga yaitu sampah yang dihasilkan dari kegiatan rurnah tangga sehari-hari. Sampah yang dihasilkan sebesar 2,5 liter/orang/hari.

2. Fasilitas perdagangan (toko /pasar). Jumlah sampah yang dihasilkan diperkirakan sebesar 0,25 liter/orang/hari.

3. Lain-lain seperti perkantoran, hiburan, jalanan. Diperkirakan sebesar 0,25 liter/orang/hari.

Berdasarkan perkiraan produksi sarnpah di atas, maka produksi sampah di setiap Sub-BWK Kota Gerung setiap harinya dapat dihitung. Sedangkan untuk TPA akan digabung dengan Kota Mataram.

6.4.4.2 Alternatif Pemecahan Masalah

Beberapa permasalahan yang dihadapi oleh Pemerintah Kota Mataram dalam mengoptimalkan kinerja penanganan dan pengelolaan sampah di Kota Mataram, antara lain :

1. Peningkatan volume sampah yang diakibatkan oleh pertambahan jumlah penduduk dan urbanisasi serta rendahnya tingkat kepedulian, kesadaran dan keikutsertaan masyarakat dalam penanganan dan pengelolaan sampah.

2. Pelayanan belum optimal yang disebabkan oleh keterbatasan jumlah sarana dan prasarana kebersihan, umur ekonomis sarana dan prasarana yang relatif sudah tua.

Untuk mengatasi permasalahan diatas, Dinas Kebersihan telah melakukan berbagai upaya diantaranya :

a) Pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan :

 Pemberdayaan masyarakat di bidang kebersihan dengan mengadakan bimbingan kepada masyarakat.

(32)

 Mengadakan lomba kebersihan lingkungan.

 Menyampaikan surat edaran dan himbauan tentang pengelolaan kebersihan pada masyarakat sehingga Kota Mataram yang IBADAH, MAJU dan RELIGIUS dapat terwujud.

b) Peningkatan pemeliharaan, pengawasan prasarana dan sarana :

 Melakukan perawatan secara berkala untuk semua kendaraan operasional

 Menyediakan suku cadang kendaraan operasional

 Melakukan penggantian bak dump truck dan pick up

 Melakukan perawatan/pemeliharaan dan melakukan tera tahunan terhadap jembatan timbang TPAS.

 Pembuatan dan pemeliharaan kontainer,landasan kontainer dan transfer depo

 Meningkatkan pemantauan/monitoring jalur pelayanan kendaraan dan penyapuan Selain upaya-upaya tersebut diatas, dalam rangka mengoptimalkan penanganan dan pengelolaan persampahan, telah diatur pula operasional pelayanan kebersihan dengan kegiatan berupa :

 Melakukan penyapuan rutin di jalan-jalan protokol, mulai jam 06.00 - 08.00 pagi dan 16.00 - 18.00 sore (oleh petugas rutin) dan jam 09.00 - 11.00 dan jam 19.00 - 21.00 dikerjakan oleh SATGAS Kebersihan.

 Melakukan sweeping setiap hari pada titik-titik rawan sampah.

 Melakukan gotong - royong secara terpadu antar Dinas Kebersihan, Dinas PU, Dinas Pendapatan dan Kantor Pertamanan.

 Melakukan gotong - royong secara terpadu dengan melibatkan dinas/ instansi lingkup Kota Mataram maupun Propinsi NTB, pihak swasta, LSM yang dilakukan secara periodik terutama dikaitkan dengan peringatan hari-hari besar.

 Melakukan pengangkutan sampah setiap hari pada setiap jalur pelayanan, di beberapa transfer depo dan masing-masing TPS se Kota Mataram dengan kekuatan 26 unit Dump Truck dan 15 unit Amroll. Sedangkan di jalur-jalur yang tidak bisa dilalui kendaraan Dump Truck di back up oleh 8 unit pick up mini Panther.

 Melakukan proses pengelolaan sampah di TPA yang luasnya 8,6 hektar setiap hari dengan alat berat berupa 2 unit Buldozzer dan 1 unit Loader dengan tekhnologi pengelolaan Sanitary Land Fill.

(33)

2. Untuk mengantisifasi tersebut, diperlukan sistem TPS tambahan yang permanen dan mudah pengelolaannya.

3. Karena sistem persampahan ini terbatas maka diperlukan adanya proses daur ulang. Sedangkan untuk penanganan persampahan dalam lingkungan (baik perumahan maupun jasa umum) dapat dilakukan dengan cara :

1. Menggalakkan box-box sampah tertutup dan sistem kantong plastik yang mudah dicapai oleh kendaraan angkutan gerobak sampah.

2. Pada setiap ruas jalan yang ada disediakan box-box sampah.

Pengangkutan sampah dilakukan dua (2) kali sehari, baik melalui gerobak sampah maupun truk pengangkutannya

Untuk Kota Gerung sebagai ibu kota dan IKK lainnya , pilihan jenis dan tipe prasarana yang sesuai untuk digunakan adalah sebagai berikut :

1. Peralatan Sistem Pengumpulan

Perumahan : - Kantong plastik untuk sampah anorganik. - Bin plastik tertutup untuk sampah organik. Tempat Umum : - Bin plastik tertutup dengan plat besi/fiber glass

konstruksi permanen , volume 70 liter; atau - Bin plat besi tertutup volume 100 liter.

- Bak sampah permanen dari pasangan bata (khusus di kawasan yang saat ini telah memiliki sistem pengelolaan sampah seperti telah diuraikan di muka).

2. Peralatan Sistem Pengangkutan

Feeder : - Gerobak tarik biasa vol. 1 m3

- Becak Sampah

Line Haul : - Dump truck / tipper truck ( 8 m3) - Arm Roll Truck ( 8 m3).

3. Sistem Pengolahan dan Pembuangan Akhir Windrow Composting untuk pembuatan kompos

6.4.5. Sistem Pengelolaan Persampahan Yang Diusulkan

(34)

Tabel 6.16

Sistem Pengelolaan Persampahan Yang Diusulkan Kabupaten Lombok Barat

Perlu dilakukan upaya lebih lanjut yang merupakan langkah inovasi untuk mengatasi masalah persampahan dapat dilihat pada tabel 4.17 berikut :

Tabel 6.17

Kebutuhan Pengembangan Indikator Kinerja Kabupaten Lombok Barat

No Inovasi Indikator Kinerja Keterangan Uraian Target Realisasi

1. Retribusi Persampahan Pemungutan retribusi persampahan T.A. 2006

1.800.000.000 2.141.9078.055 118.99 % 2. Penyedotan Kakus Penyedotan kakus T.A.

2006

4. Penerapan Teori 3R - Pengelolaan Sampah

Plastik (Unram)

- Daur Ulang Kertas

(Bale Kertas Dasan Agung)

- Daur Ulang Kaleng &

(35)

Methan Pengelolaan Gas Methan royong secara periodik yang melibatkan instansi lingkup Pemda Kota Mataram maupun Propinsi, LSM, Wanapala Unram.

Pelaksanaan dilaksanakan pada hari sabtu setiap minggunya

6.5 Rencana Investasi Sub Bidang Drainase

6.5.1 Petunjuk Umum Sistem Drainase Perkotaan

Pada dasarnya, pembangunan/penyediaan prasarana penyaluran air hujan (pematusan/drainase) dilaksanakan bersamaan dengan pembangunan/penyediaan prasarana jalan. Adapun penentuan sistem, pola, maupun dimensi jaringannya mempertimbangkan kerniringan lahan, pola tata guna lahan, porositas tanah, dan curah hujan.

6.5.1.1 Umum

Secara makro, untuk melancarkan aliran permukaan, dapat dilakukan dengan daerah resapan air dengan membentuk kawasan konservasi dan pembuatan saluran. Dengan cara, daerah-daerah resapan berupa daerah-daerah belum terbangun yang sebagian besar terdapat didaerah pinggiran sungai sebagai sempadan sungai, sedangkan alirannya dibuat drainase sekunder dan tersier, drainase sekunder pada jalan kolektor yakni jalan utama dan drainase tersier pada jalan lingkungan. Berdasarkan data curah hujan, suhu, jenis sungai dan pengamatan lapangan bahwa tidak terdapatnya banjir pada saat hujan dan sedikit berupa genangan-genangan maka pembuatan drainase pada jalan lingkungan ini adalah sesungguhnya suatu solusi ideal, namun tidak cukup visible, untuk melakukan pembangunan pada tingkat drainase tersier, sebab dengan adanya konservasi lahan pada daerah sungai, dan masih adanya lahan kosong sebagai kantong resapan maka pembangunan drainase tersier dianggap belum cukup perlu.

(36)

Konstruksi saluran dapat digunakan pasangan batu pecah, beton bertulang (pracetak) dan pipa beton/baja. Rencana drainase kedepan adalah tidak dianjurkan didirikan bangunan apapun, seperti PKL, bak sampah, taman dan lain-lain.

6.5.1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dari perencanaan drainase adalah untuk membuat sistem pembuangan air hujan yang ditujukan untuk menghindari lingkungan dari genangan air hujan akibat aliran permukaan (run off). Untuk itu perlu disusun pendekatan untuk rencana tersebut, seperti mengalokasikan suatu daerah menjadi kantong resapan dan sebagainya.

6.5.1.3 Arah Kebijakan Penanganan Drainase

Penanganan drainase direncanakan menjadi sebuah system yang terhubung dengan saluran yang lebih besar. Untuk prioritas pada saat ini adalah membebaskan daerah-daerah yang tergenang dengan memadukan saluran makro dan mikro (terutama pada Daerah Aliran Sungai) seperti Kecamatan Labuapi dan Gerung.

6.5.1.4 Isu-Isu Strategis dan Permasalahan

Dari serangkaian usulan dan diskusi partisipatif serta kajian lapangan, beberapa isu yang dipandang strategis dalam upaya pembangunan drainase yang berkelanjutan disepakati sebagai berikut:

1. Perencanaan pembangunan kawasan yang tidak baik.

2. Rendahnya kapasitas pemerintah sebagai fasilitator pembangunan berkelanjutan di daerah.

3. Singkronisasi aturan pembangunan yang tidak berjalan.

4. Rendahnya budaya PHBS dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan infrastruktur. 5. Rendahnya investasi dibidang pembangunan drainase, serta minimnya anggaran

pembangunan .

6. Pembangunan sarana dan prasarana drainase yang tidak sesuai dengan rencana kerja dan standart.

6.5.1.5 Kebijakan, Program dan Kegiatan Pengelolaan Drainase Dalam Rencana

Kabupaten/Kota

(37)

2. Perbaikan saluran-saluran drainase kota dan membuat jaringan baru.

3. Normalisasi kali/sungai kecil yang melintasi kota, dengan pembuatan tebing penguat di tepinya.

4. Pengendalian sungai/kali agar tidak menjadi tempat pembuangan sampah yang akan mengakibatkan terjadinya pendangkalan.

5. Penertiban bangunan-bangunan disekitar sungai/kali kecil agar alur sungai/kali tidak menyempit.

6. Melakukan penghijauan pada sungai dan anak sungai serta sekitar bendungan/ kali, agar mengurangi tingkat erosi/sedimentasi.

Kebijakan tersebut akan menjadi program kegiatan utama dalam penanganan drainase khususnya di wilayah batulayar, Gunungsari, Labuapi dan Gerung

6.5.2 Profil Drainase

6.5.2.1 Gambaran Umum Kondisi Sistem Drainase Saat Ini

Data tentang drainase di kabupaten Lombok barat belumlah akurat khususnya untuk kawasan yang rawan genangan banjir pada musim hujan. Sebagai gambaran umum kondisi drainase di tiap kecamatan adalah sebagai berikut :

(38)

6.6. Rencana Investasi Pengembangan Air Minum

6.6.1 Petunjuk Umum

Secara singkat Investasi pengembangan air minum di Kabupaten Lombok Barat tidak lepas dari operasionalisasi dan penjabaran kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat di Kabupaten Lombok Barat. Kegiatan yang telah dilakukan mulai dari tahun 2004 ini akan menjadi dasar dari rencana investasi air minum. Kegiatan yang telah melalui proses panjang yakni fasilitasi, presentasi Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat, pembentukan Kelompok Kerja AMPL Daerah, pertemuan berseri, pemahaman kebijakan nasional pembangunan AMPL berbasis masyarakat, analisis isu/permasalahan keberlanjutan AMPL daerah, kajian lapangan faktor keberlanjutan AMPL daerah, pengembangan forum stakeholders daerah peduli AMPL, pengembangan dialog keberlanjutan membahas isu-isu strategis AMPL daerah, serta pertemuan berseri, pengembangan program AMPL berkelanjutan di daerah.

Pengembangan air minum secara umum difokuskan pada kawasan perdesaan dan kawasan kumuh perkotaan karena cakupan AMPL perdesaan masih rendah hal tersebut juga karena rendahnya kesadaran masyarakat pengguna dalam pemeliharaan prasaran dan sarana AMPL, serta rendahnya kesadaran terhadap prinsip pemulihan biaya.

Berdasarkan kajian yang telah diuraikan tersebut terdahulu, maka kebijakan dari strategi program adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan jangkauan (akses) dan cakupan pelayanan air minum melalui sistem perpipaan dengan cakupan pelayanan sistem air minum pada akhir perencanaan (2028), sebesar 80% dari jumlah penduduk pada awal perencanaan (2008)

2. Menyediakan pelayanan air minum yang berkualitas, yaitu penyediaan air minum yang memenuhi standar baku mutu & kesehatan manusia

3. Menjamin kecukupan pelayanan dengan mengupayakan ketersediaan air baku secara berkelanjutan

4. Pelibatan dunia usaha dan pemberdayaan masyarakat dalam penyelenggaraan SPAM

6.6.2 Gambaran Kondisi Pelayanan Air minum

(39)

Proyek-proyek yang menangani air minum antara lain : PPK, P2KP, WSLIC-II, P2MPD, PAR Rinjani, dll. Sektor/dinas yang memiliki program pembangunan air minum sampai saat ini antara lain : Dinas Kesehatan Masyarakat, Dinas PU Cipta Karya, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, BPM-PLH, serta BPMD.

Sebagai gambaran pada tahun 2003 total anggaran/invertasi untuk sektor air minum berdasarkan sumber dari PU Cipta Karya Lombok Barat 2003, sebesar Rp. 8.717.002.854,- dengan perincian sumber pembiayaan pada tabel berikut :

Tabel 6.19

Investasi Sektor Air Minum Kabupaten Lombok Barat Tahun 2003

No Nama Kegiatan Sumber Dana Pihak Terkait Nilai Anggaran (Rp)

1. MCK DAU PU Kimpraswil Lobar 299.720.000,00

2. Sarana & Prasarana air minum

DAU PU Kimpraswil Lobar 536.052.000,00 3. Sarana & Prasarana air

minum

PDP SE - AB PU Kimpraswil Lobar 1.583.645.000,00 4. Sarana & Prasarana air

minum

APBN PU Kimpraswil Lobar 1.843.325.000,00 5. Drainase Perumahan IBRD – APBD II PU Kimpraswil Lobar 699.340.000,00 6. Drainase Perumahan DAU PU Kimpraswil Lobar 559.649.000,00 7. Sarana & Prasarana air

minum P2MPD

BLN – APBD II Bappeda Lobar 307.162.000,00 8. Sarana & Prasarana air

minum

Loan – WSLIC-II Dinkesmas Lobar 2.325.121.000,00

9. MCK BLN Swadaya - PPK - BPMD

12. Drainase BLN Swadaya - PPK - BPMD

Lobar

(40)

untuk pengembangan konservasi dan kemiskinan, bersumber dari hibah Uni Eropa (UE) sebesar 4.000.000.000,- dengan instansi penanggung jawab Lingkungan Hidup dengan program-program Dinkesmas meliputi PHBS dll. bersumber dari dana APBD; dengan program penyehatan lingkungan bersumber dari APBD sebesar Rp. 290.701.000 dengan instansi penanggung jawab adalah PU Cipta Karya.

6.6.2.1. Gambaran Umum Sistem Penyediaan dan Pengelolaan

Layanan air minum sampai saat ini mencapai 41.779 pelanggan PDAM di perkotaan.1 Jumlah keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar pada tahun 2003 yakni, terhadap persediaan air bersih dari jumlah 174,172 KK yang telah memiliki persediaan air bersih sejumlah 121,917 KK (70%), dari jumlah 174,172 KK yang telah memiliki jamban sejumlah 78,372 KK (45%), dari jumlah 174,172 KK yang telah memiliki pengelolaan air limbah sejumlah 55,378 KK (31,80%).

Pilihan teknologi AMPL dari jumlah 174,172 KK yang mengunakan Ledeng sejumlah 31,159 KK (17,89%), yang menggunakan SPT sejumlah 4,909 KK (2,82%), yang menggunakan SGL sejumlah 76,890 KK (44,15%) yang menggunakan PMA 4,713 KK (2,71%), yang menggunakan PAH 0, yang menggunakan lainya 4,245 KK (2,44%). (Profil Dinkesmas Lobar 2003).

6.6.2.2. Kondisi Sistem Sarana dan Prasarana Penyediaan dan Pengelolaan Air Minum

(41)

Tabel 6.20

Kondisi Sistem Sarana dan Prasarana Penyediaan dan Pengelolaan Air Minum

Kabupaten Lombok Barat

No

Kecamatan

Jumlah Penduduk

PP AI SGL SPTDK SPDL PMA HU

KK Jiwa

1. Bayan 11.109 41.191 11 4 200 - 15 12 35

2. Kayangan 9.150 35.192 8 5 363 - 12 1 72

3. Gangga 9.941 38.422 11 2 747 14 5 4 14

4. Tanjung 11.556 41.246 10 1 2.111 94 - 3 16

5. Pemenang 8.011 29.331 6 1 568 20 1 - 20

6. Batu Layar 9.762 36.318 5 1 2.341 28 - -

-7. Gunung Sr 17.456 65.273 13 1 5.145 16 - - 3

8. Lingsar 15.231 55.930 18 - 1.796 36 - 5 30

9. Narmada 21.662 77.778 21 1 3.769 30 - 2 12

10. Labuapi 15.081 57.113 5 - 3.738 31 - -

-11. Kediri 12.779 44.210 6 - 1.583 41 - -

-12. Kuripan 8.197 26.414 4 - 1.174 28 - - 6

13. Gerung 18.406 66.337 7 - 6.867 120 - - 20

14. Lembar 9.869 40.162 6 - 2.743 19 - - 18

15. Sekotong 12.182 44.127 2 - 2.333 27 - - 10

Ket :

Sumber :

Keterangan :

a. PP : Perpipaan e. SPTDK : Sumur Pompa Tangan Dangkal

b. AI : Air Irigasi f. SPDL : Sumur Pompa Dalam

c. SGL : Sumur Gali g. HU : Hidran Umum.

d. PMA : Perlindungan Mata

(42)

6.6.2.2.1. Sistem Non Perpipaan

6.6.2.2.1.1. Aspek Teknis

Sistem non perpipaan akan mendominasi investasi pengembangan air minum kedepan karena semakin terbatasnya debit sumber mata air yang dapat dikelola dengan system perpipaan dan kendala geografis wilayah dan pertimbangan biaya. Seperti dimaklumi bahwa setelah terbentuknya Kabupaten Lombok Utara jumlah sumber mata air di Lombok Barat semakin terbatas dan hampir keseluruhannya sudah tereksploitasi. Selain itu kemandirian PDAM dalam mengelola pelayanan Air minum semakin baik.

Sumber mata air yang sebagian besar berada di kawasan Batulayar, Gunungsari, Lingsar dan Narmada sudah tereksploitasi baik untuk irigasi maupun untuk air minum. Konsumsi air minum terbesar adalah Kota Mataram.

6.6.2.2.1.2. Aspek Pendanaan

Aspek keuangan memegang peranan yang sangat penting, rendahnya investasi di bidang AMPL, ditambah dengan terbatasnya pembiayaan pembangunan AMPL dalam APBD, serta sulitnya menggali kontribusi pada masyarakat pengguna, mengakibatkan cakupan AMPL perdesaan masih rendah. Sisi yang lain, rendahnya kesadaran masyarakat pengguna dalam pemeliharaan prasaran dan sarana AMPL, serta rendahnya kesadaran terhadap prinsip pemulihan biaya, semakin menambah situasi permasalahan AMPL menjadi lengkap

6.6.2.2.1.3. Aspek Kelembagaan dan Peraturan

(43)

6.6.2.3. Sistem Perpipaan

6.6.2.3.1. Aspek Teknis

Aspek teknologi, pembangunan prasaran dan sarana AMPL yang tidak sesuai dengan bestek (rencana kerja dan syarat-syarat), serta prinsip pemulihan biaya yang belum menjadi dasar pertimbangan dalam pembangunan fisik AMPL, mengakibatkan pelayanan AMPL menjadi kurang efisien dan efektif.

6.6.2.3.2. Aspek Pendanaan

Hampir sama kasusnya dengan sistem non perpipaan aspek keuangan did lm system ini juga memegang peranan yang sangat penting, rendahnya investasi di bidang air minum, ditambah dengan terbatasnya pembiayaan pembangunan AMPL dalam APBD, serta sulitnya menggali kontribusi pada masyarakat pengguna, mengakibatkan cakupan AMPL perdesaan masih rendah. Khusus untuk kawasan perkotaaan sebagian dikelola oleh PDAM secara profit. Sisi yang lain, rendahnya kesadaran masyarakat pengguna dalam pemeliharaan prasaran dan sarana AMPL, serta rendahnya kesadaran terhadap prinsip pemulihan biaya, semakin menambah situasi permasalahan AMPL menjadi lengkap.

6.6.2.3.3. Aspek Kelembagaan dan Peraturan

Peran pemerintah sebagai fasilitator yang belum efektif dinilai menyebabkan terjadinya koordinasi antar dinas instansi terkait menjadi kurang/rendah, program AMPL menjadi tumpang tindih dan belum menjadi prioritas, perencanaan belum disusun secara menyeluruh dan terpadu, manajemen data AMPL belum menjadi akurat, masing-masing dinas penyajiannya berbeda, belum disediakannya PERDA tentang penguatan kapasitas kelembagaan AMPL, inkonsistensi dalam menegakkan aturan, serta petugas lapangan pemberdaya kapasitas kelembagaan manyarakat pengguna sarana dan prasarana AMPL belum optimal. Implikasi dari hal-hal tersebut diatas adalah rendahnya partisipasi masyarakat utamanya kaum perempuan dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan program, Unit Pengelola Sarana (UPS) dan Kelompok Masyarakat Pemakai Air (Pokmair) belum kuat kapasitasnya, serta pengelolaan air minum oleh desa (BUMDes) belum menjadi program prioritas.

6.6.3. Permasalahan yang dihadapi

(44)

a. Semakin berkurangnya jumlah ketersediaan air baku baik secara kualitas maupun kuantitas,

b. Lemahnya kelembagaan masyarakat pengelola sarana dan sarana air minum,

c. Rendahnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sarana dan sarana air minum termasuk partisipasi perempuan,

d. Rendahnya koordinasi dan singkronisasi program antar pemegang andil terkait pembangunan air minum, terbatasnya sumber pembiayaan perawatan sarana dan prasarana air minum,

e. Rendahnya kemampuan teknis masyarakat pengguna dalam melakukan perawatan sarana dan prasaran air minum,

f. Rendahnya kesadaran PHBS, air minum belum menjadi prioritas daerah, g. Peran pemerintah sebagai fasilitator belum efektif, dll.

Dari serangkaian lokakarya dan diskusi partisipatif serta kajian lapangan, beberapa isu yang dipandang strategis dalam upaya pemenuhan pelayanan AMPL yang berkelanjutan disepakati sebagai berikut:

1. Meluasnya kerusakan hutan, menjadi pemicu timbulnya krisis air baku.

2. Rendahnya kapasitas pemerintah sebagai fasilitator pembangunan AMPL berkelanjutan di daerah.

3. Singkronisasi aturan pembangunan AMPL berkelanjutan.

4. Rendahnya budaya PHBS dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan AMPL. 5. Rendahnya investasi dibidang pembangunan AMPL, serta minimnya anggaran

pembangunan AMPL.

6. Pembangunan sarana dan prasarana AMPL yang tidak sesuai dengan rencana kerja dan standart.

6.6.3.1. Sasaran Penyediaan dan Pengelolaan Prasarana dan Sarana (PS) Air Minum

Sasaran dan strategi program disusun dalam rangka implementasi dari arah kebijakan pengembangan SPAM. Adapun sasaran yang dituju mengacu kepada sasaran Pengembangan SPAM Nasional yang tertuang dalam RPJM 2004-2009 sbb :

Meningkatkan cakupan pelayanan air minum melalui perpipaan secara nasional menjadi 40% dengan cakupan pelayanan untuk penduduk di kawasan perkotaan dapat meningkat menjadi 66% dan kawasan perdesaan menjadi 30%. (RPJMN 2004-2009)

Gambar

Tabel 6.1Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk
Tabel 6.3
Tabel  6.4
Tabel 6.6
+7

Referensi

Dokumen terkait

Masih banyaknya Rumah tidak layak huni di Dusun Tempuran. Bangunan Masjid Baitul Ghoni

Dari lima hal utama faktor-faktor yang mempengaruhi solar cell panel penulis melakukan pengujian pada faktor intensitas cahaya matahari yang dapat terima oleh solar cell

One of the ways how the Wagon Dolly can be moved within the factory is by using guide rail. Basically it is used to keep the Wagon Dolly straightly forward during moving

Karena transaksi restrukturisasi entitas sepengendali tidak mengakibatkan perubahan substansi ekonomi pemilikan atas aset, liabilitas, saham atau instrumen kepemilikan

Kepangkatan penasihat hukum yang lebih tinggi dari majelis hakim tidak berpengaruh terhadap independensi hakim dalam memeriksa dan memutus perkara di

Mengkaji pengaruh karakteristik sosial ekonomi petani terhadap tingkat penerapan petani dalam sistem pertanian berkelanjutan pada budidaya padi sawah di Kecamatan

Dalam konsep teoritik Moscow, selanjutnya dalam bukunya menjelaskan “aktivitas” ekonomi politik, yang juga merupakan entry point´ atau “pintu masuk” untuk

MENETAPKAN : KEPUTUSAN REKTOR UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA TENTANG PENETAPAN CALON MAHASISWA BARU PROGRAM MAGISTER (S2) JALUR UJIAN TULIS, NON TES, DAN PORTOFOLIO