• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL KESEHATAN TAHUN 2012 Edisi 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROFIL KESEHATAN TAHUN 2012 Edisi 2013"

Copied!
162
0
0

Teks penuh

(1)

DINAS KESEHATAN

KABUPATEN BARITO SELATAN

Jalan Pelita Raya No. 01 Telp/Fax [0525]21236

PROFIL KESEHATAN TAHUN 2012

(2)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas bimbingan

dan petunjuk-Nya sehingga Profil Kesehatan Kabupaten Barito Selatan Tahun 2012

Edisi 2013 ini dapat tersusun dengan baik.

Sebagai salah satu produk Sistem Informasi Kesehatan Kabupaten Barito

Selatan, maka Profil Kesehatan Kabupaten Barito Selatan Tahun 2012 Edisi 2013 ini

diharapkan dapat memberi gambaran kepada para pihak yang membutuhkan informasi

mengenai kondisi dan situasi kesehatan di wilayah Kabupaten Barito Selatan. Kondisi

kesehatan yang digambarkan dalam Profil Kesehatan Kabupaten Barito Selatan Tahun

2012 Edisi 2013 ini disusun berdasarkan masukan dari data Kesehatan Kecamatan dan

Desa yang merupakan gambaran kondisi dan situasi kesehatan di wilayah Kabupaten

Barito Selatan, ditambah dengan data dari Puskesmas di Kabupaten Barito Selatan,

Laporan Rumah Sakit Umum Daerah Buntok serta dari beberapa buku terbitan Badan

Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Barito Selatan.

Profil Kesehatan Kabupaten Barito Selatan tahun ini menggunakan format

yang baru sesuai dengan Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan

Kabupaten/Kota Edisi Data Terpilah menurut Jenis Kelamin Tahun 2011. Namun

Karena keterbatasan sistem informasi yang ada, profil kali ini hanya bisa menyajikan

sebagian data terpilah dan akan disempurnakan dalam profil kesehatan di tahun-tahun

berikutnya.

Dalam kesempatan ini, Saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh

pimpinan puskesmas yang telah menyampaikan Profil Kesehatan tingkat puskesmas

tahun 2012 sebagai manifestasi dari laporan pencapaian kegiatan di bidang kesehatan.

(3)

telah membantu dan memberikan konstribusi sehingga Profil Kesehatan Kabupaten

Barito Selatan Tahun 2012 Edisi 2103 dapat tersusun dengan baik.

Dengan telah terbitnya “Profil Kesehatan Kabupaten Barito Selatan Tahun 2012 Edisi 2013 saya harapkan dapat dimanfaatkan dalam pengambilan keputusan yang didasari pada data dan informasi (evidence based) serta digunakan sebagai salah

satu rujukan data dan informasi yang diperlukan.

Buntok, 12 Agustus 2013

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Barito Selatan

drg. Daryomo Sukiastono, M.AP NIP. 19650318 199103 1 009

(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI .... ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

BAB II GAMBARAN UMUM ... 3

A. Keadaan Geografis ... 3

B. Wilayah Administrasi ... 4

C. Keadaan Penduduk ... 5

D. Keadaan Pendidikan ... 6

BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN ... 7

A. Mortalitas ... 7

B. Morbiditas ... 11

C. Status Gizi ... 20

D. Umur Harapan Hidup (UHH) ... 22

BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN ... 24

A. Pelayanan Kesehatan ... 24

B. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan ... 39

C. Perilaku Masyarakat ... 41

D. Keadaan Lingkungan ... 43

BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN ... 48

A. Sarana Kesehatan ... 48

B. Tenaga Kesehatan ... 50

C. Pembiayaan Kesehatan ... 52

BAB VI PENUTUP ... 55

(5)

DAFTAR GAMBAR

2.1 Peta Wilayah Kabupaten Barito Selatan ... 3

2.2 Proporsi Penduduk Kabupaten Barito Selatan yang Berumur 10 Tahun

Ke atas menurut Status Pendidikan Tahun 2011 ... 6

3.1 Angka Kematian Bayi Per 1.000 Kelahiran Hidup

Kabupaten Barito Selatan Tahun 2009-2012... 8

3.2 Angka Kematian Balita Per 1.000 Kelahiran Hidup

Kabupaten Barito Selatan Tahun 2009–2012 ... 9

3.3 Angka Kematian Ibu Per 100.000 Kelahiran Hidup

Kabupaten Barito Selatan Tahun 2009–2012 ... 10

3.4 Penemuan Penderita BTA + Kabupaten Barito Selatan Tahun 2009-2012 ... 12

3.5 Kasus Diare Kabupaten Barito Selatan Tahun 2009-2012 ... 15

3.6 Jumlah Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD)

Kabupaten Barito Selatan Tahun 2009-2012 ... 18

3.7 Trend Angka Kesakitan Malaria Per 1000 Penduduk

Kabupaten Barito Selatan Tahun 2009-2012 ... 19

3.8 Cakupan Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah Kabupaten Barito Selatan Tahun 2009-2012 ... 21

3.9 Umur Harapan Hidup (UHH) Kabupaten Barito Selatan Tahun 2008-2010 ... 22

4.1 Cakupan K-1 dan K-4 Ibu Hamil Menurut Puskesmas

Kabupaten Barito Selatan Tahun 2012 ... 25

4.2 Cakupan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Menurut Puskesmas

Kabupaten Barito Selatan Tahun 2012 ... 26

4.3 Cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas Menurut Puskesmas

Kabupaten Barito Selatan Tahun 2012 ... 27

4.4 Cakupan Fe-3 Menurut Puskesmas Kabupaten Barito Selatan Tahun 2012... 29

4.5 Cakupan Vitamin A Pada Anak Balita Menurut Puskesmas

Kabupaten Barito Selatan Tahun 2012 ... 31

4.6 Persenatse Peserta KB Aktif Berdasarkan Jenis Kontrasepsi

(6)

4.7 Cakupan Kunjungan Bayi Menurut Puskesmas Kabupaten Barito Selatan

Tahun 2012 ... 34

4.8 Jumlah Bayi Imunisasi DPT-1 dan Campak

Kabupaten Barito Selatan Tahun 2012 ... 35

4.9 Cakupan Indikator D/S dan N/ D Kabupaten Barito Selatan Tahun 2012... 37

4.10 Cakupan ASI Eksklusif Kabupaten Barito Selatan Tahu 2012 ... 43

4.11 Jumlah Rumah Sehat Menurut Puskesmas Kabupaten Barito Selatan

Tahun 2012 ... 44

4.12 Distribusi Akses Air Bersih Menurut Sarana Air Bersih

Kabupaten Barito Selatan Tahun 2012 ... 45

5.1 Distribusi Jenis Tenaga Kesehatan Berdasarkan Sarana Kesehatan Kabupaten Barito Selatan Tahun 2012 ... 52

5.2 Persentase Anggaran Kesehatan Berdasarkan Total APBD

(7)

DAFTAR TABEL

2.1 Luas Wilayah Berdasarkan Kecamatan Tahun 2012 ... 4

2.2 Jumlah Desa dan Kelurahan Tahun 2012 ...` 5

5.1 Target Ratio Tenaga Kesehatan Per 100.000 Penduduk Tahun 2012 ... 50

(8)

DAFTAR LAMPIRAN TABEL

1 Resume Profil Kesehatan Kabupaten Barito Selatan Tahun 2012... 57 2 Luas Wilayah, Jumlah Desa/Kel, Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga

dan Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan Tahun 2012... 63 3 Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin, Kelompok Umur , Rasio Beban

Tanggungan, Rasio Jenis Kelamin, dan Kecamatan Tahun 2012 ... 64 4 Jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur Tahun 202... 65 5 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke atas yang Melek Huruf Menurut

Jenis Kelamin dan Kecamatan Tahun 2012... 66 6 Persentase Penduduk Laki-Laki dan Berumur 10 Tahun ke atas menurut

Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tahun 2012 ... 67 7 Jumlah Kelahiran menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas

Tahun 2012 ... 68 8 Jumlah Kematian Bayi dan Balita menurut Jenis Kelamin, Kecamatan,

dan Puskesmas Tahun 2012... 69 9 Jumlah Kematian Ibu menurut Kelompok Umur, Kecamatan, dan Puskesmas

Tahun 2012 ... 70 10 Jumlah Kasus AFP(Non Polio) dan AFP Rate (Non Polio) menurut Kecamatan

dan Puskesmas Tahun 2012... 71 11 Jumlah Kasus Baru TB Paru dan Kematian Akibat TB Paru menurut Jenis

Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tahun 2012 ... 72 12 Jumlah Kasus dan Angka Penemuan Kasus TB Paru BTA+ menurut Jenis

Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tahun 2012 ... 73 13 Jumlah Kasus dan Kesembuhan TB Paru BTA+ menurut Jenis Kelamin,

Kecamatan, dan Puskesmas Tahun 2012 ... 74 14 Penemuan Kasus Pneumonia Balita menurut Jenis Kelamin, Kecamatan,

dan Puskesmas Tahun 2012 ... 75 15 Jumlah Kasus Baru HIV, AIDS, dan Infeksi Menular Seksual Lainnya menurut

Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tahun 2012 ... 76 16 Persentase Donor Darah Diskrining Terhadap HIV menurut Jenis Kelamin

Tahun 2012 ... 77 17 Kasus Diare yang Ditangani menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan

Puskesmas Tahun 2012 ... 78 18 Jumlah Kasus Baru Kusta menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan

Puskesmas Tahun 2012 ... 79 19 Kasus Baru Kusta 0–14 Tahun dan Cacat Tingkat 2 menurut Jenis Kelamin,

Kecamatan, dan Puskesmas Tahun 2012 ... 80 20 Jumlah Kasus dan Angka Prevalensi Penyakit Kusta menurut Jenis Kelamin,

Kecamatan, dan Puskesmas Tahun 2012 ... 81 21 Persentase Penderita Kusta Selesai Berobat menurut Jenis Kelamin, Kecamatan,

dan Puskesmas Tahun 2012 ... 82 22 Jumlah Kasus Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) menurut

Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tahun 2012 ... 83 23 Jumlah Kasus Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) menurut

Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tahun 2012 ... 84 24 Jumlah Kasus DBD menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas ... 85 25 Kesakitan dan Kematian Akibat Malaria menurut Jenis Kelamin, Kecamatan,

(9)

26 Penderita Filariasis Ditangani menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan

Puskesmas Tahun 2012 ... 87 27 Bayi Berat Badan Lahir Rendah menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan

Puskesmas Tahun 2012 ... 88 28 Status Gizi Balita menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas

Tahun 2012 ... 89 29 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil, Persalinan Ditolong Tenaga Kesehatan, dan

Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas menurut Kecamatan dan Puskesmas Tahun

2012 ... ... 90 30 Persentase Cakupan Imunisasi TT pada Ibu Hamil menurut Kecamatan dan

Puskesmas Tahun 2012 ... 91 31 Jumlah Ibu Hamil yang Mendapatkan Tablet Fe-1 dan Fe-3 menurut

Kecamatan dan Puskesmas Tahun 2012 ... 92 32 Jumlah dan Persentase Ibu Hamil dan Neonatur Risiko Tinggi/Komplikasi

Ditangani menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tahun 2012 .. 93 33 Cakupan Pemberian Vitamin A pada Bayi, Anak Balita, dan Ibu Nifas

menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tahun 2012 ... 94 34 Proporsi Peserta KB Aktif menurut Jenis Kontrasepsi, Kecamatan , dan

Puskesmas Tahun 2012 ... 95 35 Proporsi Peserta KB Baru menurut Jenis Kontrasepsi, Kecamatan, dan

Puskesmas Tahun 2012 ... 96 36 Jumlah Peserta KB Baru dan KB Aktif menurut Kecamatan dan Puskesmas

Tahun 2012 ... 97 37 Cakupan Kunjungan Neonatus menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan

Puskesmas Tahun 2012 ... 98 38 Cakupan Kunjungan Bayi menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan

Puskesmas Tahun 2012 ... 99 39 Cakupan Desa/Kelurahan UCI menurut Kecamatan dan Puskesmas ... 100 40 Cakupan Imunisasi DPT, HB, dan Campak pada Bayi menurut Jenis Kelamin,

Kecamatan, dan Puskesmas Tahun 2012 ... 101 41 Cakupan Imunisasi BCG dan Polio pada Bayi menurut Jenis Kelamin,

Kecamatan, dan Puskesmas Tahun 2012 ... 102 42 Jumlah Bayi yang Diberi ASI Eksklusif menurut Jenis Kelamin, Kecamatan,

dan Puskesmas Tahun 2012 ... 103 43 Pemberian Makanan Pendamping ASI Anak Usia 6-23 Bulan Keluarga Miskin

menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tahun 2012 ... 104 44 Cakupan Pelayanan Anak Balita menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan

Puskesmas Tahun 2012 ... 105 45 Jumlah Balita Ditimbang menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas

Tahun 2012 ... 106 46 Cakupan Balita Gizi Buruk yang Mendapat Perawatan menurut Jenis Kelamin,

Kecamatan, dan Puskesmas Tahun 2012 ... 107 47 Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD & Setingkat menurut Jenis Kelamin,

Kecamatan, dan Puskesmas Tahun 2012 ... 108 48 Cakupan Pelayanan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat menurut Jenis Kelamin,

Kecamatan, dan Puskesmas Tahun 2012 ... 109 49 Cakupan Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut menurut Jenis Kelamin, Kecamatan,

dan Puskesmas Tahun 2012 ... 110 50 Cakupan Sarana Kesehatan dengan Kemampuan Pelayanan Gawat Darurat

(10)

51 Jumlah Penderita dan Kematian pada KLB menurut Jenis KLB Tahun 2012.. 112

52 Desa/Kelurahan Terkena KLB yang Ditangani < 24 Jam menurut Kecamatan dan Puskesmas Tahun 2012 ... 113

53 Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tahun 2012 ... 114

54 Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Anak SD dan Setingkat menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tahun 2012 ... 115

55 Jumlah Kegiatan Penyuluhan Kesehatan Tahun 2012 ... 116

56 Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar menurut Jenis Jaminan, Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tahun 2012 ... 117

57 Cakupan Pelayanan Rawat Jalan Masyarakat Miskin (dan Hampir Miskin) menurut Strata Sarana Kesehatan, Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas 118 58 Cakupan Pelayanan Rawat Inap Masyarakat Miskin (dan Hampir Miskin) menurut Strata Sarana Kesehatan, Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tahun 2012 ... 119

59 Jumlah Kunjungan Rawat Jalan, Rawat Inap, dan Kunjungan Gangguan Jiwa di Sarana Pelayanan Kesehatan Tahun 2012 ... 120

60 Angka Kematian Pasien di Rumah Sakit Tahun 2012 ... 121

61 Indikator Kinerja Pelayanan di Rumah Sakit Tahun 2012 ... 122

62 Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat menurut Kecamatan dan Puskesmas Tahun 2012 ... 123

63 Persentase Rumah Sehat menurut Kecamatan dan Puskesmas Tahun 2012 .... 124

64 Persenatse Rumah/Bangunan Bebas Jentik Nyamuk Aedis menurut Kecamatan dan Puskesmas Tahun 2012 ... 125

65 Persentase Keluarga menurut Jenis Sarana Air Bersih yang Digunakan, Kecamatan, dan Puskesmas Tahun 2012 ... 126

66 Persentase Keluarga menurut Sumber Air Minum yang Digunakan, Kecamatan, dan Puskesmas Tahun 2012 ... 127

67 Persentase Keluarga dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar menurut Kecamatan dan Puskesmas Tahun 2012 ... 128

68 Persentase Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) Sehat menurut Kecamatan dan Puskesmas Tahun 2012 ... 129

69 Persentase Institusi Dibina Kesehatan Lingkungannya menurut Kecamatn dan Puskesmas Tahun 2012 ... 130

70 Ketersediaan Obat menurut Jenis Obat Tahun 2012 ... 131

71 Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan menurut Kepemilikan Tahun 2012 ... 132

72 Sarana Pelayanan Kesehatan dengan Kemampuan Labkes dan Memiliki 4 Spesialis Dasar Tahun 2012 ... 133

73 Jumlah Posyandu menurut Strata, Kecamatan, dan Puskesmas Tahun 2011 .. 134

74 Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) menurut Kecamatan Tahun 2012 ... 135

75 Jenis Tenaga Medis di Sarana Kesehatan Tahun 2012 ... 136

76 Jumlah Tenaga Keperawatan di Sarana Kesehatan Tahun 2012 ... 137

77 Jumlah Tenaga Kefarmasian di Sarana Kesehatan Tahun 2012 ... 138

78 Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat dan Sanitasi di Sarana Kesehatan Tahun 2012 ... 139

79 Jumlah Tenaga Teknis Medis dan Fisioterapis di Sarana Kesehatan Tahun 2012 ... 140

(11)

BAB I PENDAHULUAN

Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Dalam kerangka tersebut, pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan berdasarkan perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat, perlindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan, gender, nondiskriminatif, dan norma-norma agama.

Selanjutnya, dalam rangka peningkatan kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan maka perlu adanya informasi kesehatan yang akurat, tepat waktu, dan lengkap sebagai bahan dalam proses pengambilan keputusan, dalam pengolahan pembangunan kesehatan, serta menyediakan informasi untuk perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi program kesehatan, dan meningkatkan kewaspadaan di semua tingkat administrasi.

Profil Kesehatan Kabupaten Barito Selatan merupakan salah satu produk Sistem Informasi Kesehatan yang memberikan gambaran situasi kesehatan di Kabupaten Barito Selatan yang diterbitkan setiap tahun. Dalam Profil Kesehatan ini memuat berbagai data tentang kesehatan dan data pendukung lain yang berhubungan dengan program kesehatan.

Untuk mengukur keberhasilan pembangunan kesehatan diperlukan indikator-indikator kinerja kesehatan antara lain adalah Indikator Kinerja dari Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Kesehatan yang merupakan indikator yang dapat memantau hasil pencapaian penyelenggaraan pelayanan minimal. Sehingga dasar acuan pembuatan profil kesehatan kabupaten ini adalah Indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan indikator kesehatan lain yang telah ditetapkan berdasarkan petunjuk teknis Pembuatan Profil Kesehatan dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Tujuan umum disusunnya Profil Kesehatan Kabupaten ini adalah diperolehnya gambaran tentang situasi kesehatan di Kabupaten Barito Selatan dan tujuan khususnya adalah diperolehnya gambaran tentang derajat kesehatan masyarakat, situasi lingkungan kesehatan, upaya kesehatan, dan kondisi Sumber Daya Kesehatan.

(12)

Manfaat yang dapat diperoleh dengan adanya buku Profil Kesehatan Kabupaten adalah sebagai wahana penilaian (evaluasi) dari program maupun permasalahan kesehatan yang ada juga sebagai sarana evaluasi keberhasilan program kesehatan secara menyeluruh di masyarakat sebagai upaya pengendalian, monitoring dan evaluasi program kesehatan masyarakat, diharapkan dapat digunakan untuk pengambilan keputusan bagi stakeholder.

Dengan kedudukan yang cukup strategis, maka penyusunan profil kesehatan perlu mendapatkan perhatian dari berbagai pihak yang terlibat didalamnya dan diharapkan agar data dan informasi yang terkandung di dalamnya konsisten, valid, reliabel, dan dapat dipertanggungjawabkan serta dapat dimanfaatkan sebagai bahan perencanaan di tahun berikutnya.

Sistimatika penulisan Profil Kesehatan Kabupaten Barito Selatan ini terdiri dari BAB I Pendahuluan, BAB II Gambaran Umum Daerah, BAB III Situasi Derajat Kesehatan BAB IV. Situasi Upaya Kesehatan, BAB V Situasi Sumber Daya Kesehatan, BAB VI Penutup. Sedangkan untuk pengolahan dan analisis data digunakan analisis deskriptif, komparatif, dan kecendrungan yang disajikan dalam bentuk narasi, tabel, dan grafik.

(13)

BAB II

GAMBARAN UMUM

A. KEADAAN GEOGRAFIS

Kabupaten Barito Selatan dengan Ibu kota Kabupaten di Buntok terletak antara

1º 20 ‘ Lintang Utara, 2 º 35 ‘ Lintang Selatan, 114 º - 115 º Bujur Timur. Diapit oleh

tiga Kabupaten tetangga yaitu di sebelah utara dengan sebagian wilayah Kabupaten Barito Utara, sebelah timur dengan sebagian wilayah Kabupaten Barito Timur, di bagian selatan dengan wilayah Kabupaten Kapuas dan Propinsi Kalimantan Selatan dan sebelah barat dengan wilayah Kabupaten Kapuas.

Gambar 2.1

Peta Wilayah Kabupaten Barito Selatan

Luas wilayah Kabupaten Barito Selatan adalah 8.830 km² yang meliputi enam kecamatan. Kecamatan Dusun Hilir dan Kecamatan Gunung Bintang Awai merupakan kecamatan terluas masing-masing 2.065 km² dan 1.933 km² atau luas kedua kecamatan

(14)

tersebut mencapai 45,28 % dari seluruh wilayah Kabupaten Barito Selatan, sedangkan kecamatan yang luasnya paling sedikit adalah Kecamatan Jenamas yaitu 708 km² atau 8,02 % luas wilayah kabupaten. Luas wilayah berdasarkan kecamatan di Kabupaten Barito Selatan dapat dilihat dalam tabel 2.1 berikut.

Tabel 2.1

Luas Wilayah Berdasarkan Kecamatan Tahun 2012

Sumber BPS Kabupaten Barito Selatan, 2012

Sebagian besar wilayah Kabupaten Barito Selatan merupakan dataran rendah dengan ketinggian berkisar antara 0–40 meter di atas permukaan laut. Kecuali sebagian wilayah kecamatan Gunung Bintang Awai dan sebagian Kecamatan Dusun Utara yang merupakan daerah perbukitan.

Kabupaten Barito Selatan mempunyai satu sungai besar (sungai Barito) dan beberapa sungai kecil / anak sungai, dan keberadaannya menjadi salah satu ciri khas Kabupaten Barito Selatan. Sungai Barito yang memiliki panjang mencapai 900 Km dengan rata – rata kedalaman + 8 m merupakan sungai terpanjang dan dapat dilayari hingga + 700 Km.

Sebagai daerah yang beriklim tropis, wilayah Kabupaten Barito Selatan udaranya relatif panas. Pada siang hari suhu mencapai 34 oC dan malam hari 23 oC, sedangkan rata–rata curah hujan pertahunnya relatif tinggi yaitu mencapai 252, 25 mm.

B. WILAYAH ADMINISTRASI

Secara administratif, Kabupaten Barito Selatan di bagi menjadi 6 kecamatan, yang selanjutnya terdiri dari desa dan kelurahan yang jumlah keseluruhannya adalah 93 Desa dan Kelurahan yang secara rinci dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut.

NO KECAMATAN LUAS WILAYAH

(KM2) % LUAS KABUPATEN BARITO SELATAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. Jenamas Dusun Hilir Karau Kuala Dusun Selatan Dusun Utara Gg. Bintang Awai 708 2.065 1.099 1.829 1.196 1.933 8,02 23,39 12,45 20,71 13,54 21,89 Jumlah 8.830 100,00

(15)

Tabel 2.2

Jumlah Desa dan Kelurahan Tahun 2012

No. Kecamatan Jumlah Jumlah

Desa Kelurahan 1. 2. 3. 4. 5. 6. Jenamas Dusun Hilir Karau Kuala Dusun Selatan Dusun Utara Gg. Bintang Awai 4 9 10 24 18 21 1 1 1 3 1 -5 10 11 27 19 21 Jumlah 86 7 93

Sumber LKPJ Kab. Barito Selatan, 2012

C. KEADAAAN PENDUDUK

Kabupaten Barito Selatan memiliki luas wilayah sebesar 8.830 Km2. Sedangkan jumlah penduduk tahun 2011 menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Barito Selatan sebesar 124.128 jiwa. Bila dibandingkan dengan jumlah penduduk tahun 2010 adalah sebesar 123.933 jiwa, maka terjadi peningkatan jumlah penduduk pada tahun 2011. Jumlah penduduk terdiri dari 63.309 jiwa (51,0 %) laki-laki dan 60.819 jiwa (49,0 %) perempuan, sehingga ratio jenis kelamin atau perbandingan jumlah penduduk laki-laki per 100 penduduk perempuan adalah 104,09 yang artinya jumlah penduduk laki-laki empat persen lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk perempuan.

Bila dibandingkan antara jumlah penduduk dengan luas wilayah, maka kepadatan penduduk Kabupaten Barito Selatan tergolong jarang, yaitu hanya sekitar 14,06 jiwa /km²-nya. Kepadatan penduduk tertinggi di Kecamatan Dusun Selatan yang juga merupakan tempat ibu kota Kabupaten Barito Selatan yaitu 27,20 jiwa / km² dan kepadatan terendah terdapat pada dua kecamatan yaitu Kecamatan Dusun Hilir 7,56 Jiwa/Km² dan Kecamatan Gunung Bintang Awai dengan kepadatan 9,31 jiwa / km².

Komposisi penduduk Kabupaten Barito Selatan bila dirinci menurut kelompok umur dan jenis kelamin, menunjukkan penduduk laki-laki sedikit lebih banyak dari pada perempuan yaitu 51,0 % sedangkan perempuan 49,0 % dan jumlah terbanyak berada pada kelompok umur 15 –44 tahun (49,93 %) dan paling sedikit berada pada kelompok umur 64 tahun lebih (3,39 %) dan angka ketergantungan (rasio beban tanggungan)

(16)

hanya sebesar 0,54, setiap penduduk produktifitas menanggung kurang dari 1 orang penduduk usia tidak produktif.

D. KEADAAN PENDIDIKAN

Keadaan pendidikan seseorang mempunyai pengaruh terhadap pembangunan kesehatan dalam arti yang luas, baik individu, keluarga, masyarakat, lingkungan dan lain sebagainya. Persentase penduduk berusia 10 tahun ke atas yang tidak / belum pernah bersekolah sesuai data BPS Kabupaten Barito Selatan, dengan jenis kelamin laki-laki adalah 10,95 % dan angka persentase tertinggi di Kecamatan Karau Kuala yaitu 3,41 % dan yang terendah di Kecamatan Jenamas adalah 1,05%, dan perempuan berusia 10 tahun ke atas yang belum atau tidak pernah bersekolah adalah 12,34% dimana porsentase tertinggi di kecamatan Dusun Selatan yaitu 3,02% dan terendah pada kecamatan Karau Kuala yaitu 1,13%. Selanjutnya di Kabupaten Barito Selatan, persentase penduduk yang berusia 10 tahun ke atas bila dirinci menurut tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan adalah tamat SD/MI merupakan yang terbesar yaitu 24,82 %; SLTP/MTs, 17,01 % ; SLTA/MA, 14,11 % dan Perguruan Tinggi baru mencapai 0,61 %. Bila dibandingkan menurut jenis kelamin terlihat penduduk perempuan yang tidak / belum pernah sekolah lebih kecil dari penduduk laki-laki ( 1,64 % berbanding 2,35 % ).

Gambar 2.2

Proporsi Penduduk Kabupaten Barito Selatan yang Berumur 10 Tahun ke atas menurut Status Pendidikan Tahun 2011

17,13

24,82 17,01

14,11

1,720,61

Pendidikan Tidak/Belum Pernah Sekolah SD/MI SLTP/ MTs SLTA/ MA AK/ DIPLO MA UNIVERSITAS

(17)

BAB III

SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Tujuan Pembangunan Kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif sesuai dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

Untuk mengetahui gambaran derajat kesehatan masyarakat dapat diukur dari indikator-indikator yang digunakan antara lain angka kematian (mortalitas), angka kesakitan (morbiditas), status gizi, serta umur harapan hidup. Indikator tersebut dapat diperoleh melalui laporan dari fasilitas kesehatan (fasility based) dan dari masyarakat (community based).

Perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari kejadian kematian dan kesakitan dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Di samping itu kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya. Angka kematian pada umumnya dapat dihitung dengan melakukan berbagai survey dan penelitian.

A. MORTALITAS

Peristiwa kematian pada dasarnya merupakan proses akumulasi akhir dari berbagai penyebab penyakit, baik kematian langsung maupun tidak langsung yang berhubungan erat dengan masalah kesehatan secara umum dan juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan bidang kesehatan, di Kabupaten Barito Selatan angka kematian ini dirasa belum mampu merepresentasikan angka sebenarnya karena data kematian hanya didapat dari pencatatan kematian yang terjadi di sarana kesehatan yang ada, baik di puskesmas maupun rumah sakit.

1. Angka Kematian Bayi

Bayi merupakan golongan masyarakat yang dianggap paling rawan dari aspek kesehatan. Indikator yang berkaitan dengan kematian bayi merupakan indikator penting dan sering dipakai untuk mengukur kemajuan suatu daerah. Selain itu, Angka kematian

(18)

indikator ini mencerminkan pelayanan kesehatan dasar yang paling awal, menentukan kualitas pelayanan kebidanan, keadaan kesehatan lingkungan, keadaan sosial ekonomi masyarakat, dan juga sangat menentukan kualitas generasi yang akan datang. Angka kematian bayi didefinisikan sebagai jumlah bayi yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun yang dinyatakan dalam 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.

Berdasarkan laporan puskesmas, jumlah kematian bayi di Kabupaten Barito Selatan pada tahun 2012 tercatat 21 orang dan Angka Kematian Bayi tahun 2012 yaitu sebesar 10,6 per 1000 kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi pada tahun 2012 terjadi sedikit peningkatan dibanding tahun 2011 sebesar 8,2 per 1000 kelahiran hidup. Bila dibandingkan dengan Angka Kematian Bayi Propinsi Kalimantan Tengah sebesar 21,9 per 1000 kelahiran hidup, maka Kabupaten Barito Selatan memiliki angka kematian bayi yang lebih rendah. Apalagi bila dibandingkan dengan target Indikator Kementerian Kesehatan RI sebesar 40 per 1000 kelahiran hidup, maka Kabupaten Barito Selatan pada tahun 2012 berada di bawah target Indikator Kementerian Kesehatan RI. Lebih jelas perkembangan angka kematian bayi dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut :

Gambar 3.1

Angka Kematian Bayi Per 1.000 Kelahiran Hidup Kabupaten Barito Selatan Tahun 2009-2012

Sumber Bidang Pelayanan Kesehatan, 2012

Berdasarkan gambar 3.1, Angka Kematian Bayi per 1.000 kelahiran selama tiga tahun terakhir mengalami kenaikan (tahun 2010 sampai 2012). Semua data kematian bayi hanya diperoleh dari sarana kesehatan, bukan dari hasil survey sehingga belum mencerminkan kondisi kematian bayi secara keseluruhan. Bila dilihat berdasarkan jumlah kematian bayi menurut Kecamatan, maka dari seluruh kasus kematian yaitu 21

(19)

bayi, yakni terjadi di Kecamatan Dusun Hilir 5 orang, Karau Kuala 6 orang, Dusun Selatan 5 orang, Dusun Utara 3 orang, dan Kecamatan Gunung Bintang Awai 2 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran tabel 7.

2. Angka Kematian Anak Balita

Jumlah kematian anak balita berdasarkan laporan pencatatan di sarana kesehatan pada tahun 2012 sebanyak 2 orang sehingga angka kematian anak balita pada tahun 2012 adalah 1,1 per 1000 kelahiran hidup. Angka kematian anak balita tahun 2012 bila dibandingkan dengan angka kematian anak balita tahun 2011 sebesar 1,2 per 1000 kelahiran hidup telah terjadi penurunan angka kematian anak balita. Sedangkan bila dibandingkan dengan indikator MDGs maksimal sebesar 32 per 1000 kelahiran hidup, maka angka kematian anak balita di Kabupaten Barito selatan sudah memenuhi target tersebut. Semua data kematian balita hanya diperoleh dari sarana kesehatan, bukan dari hasil survey sehingga belum mencerminkan kondisi kematian balita secara keseluruhan. Perkembangan angka kematian balita di Kabupaten Barito Selatan selama tahun 2009 -2012 dapat dilihat pada Gambar 3.2 Berikut .

Gambar 3.2

Angka Kematian Balita Per 1.000 Kelahiran Hidup Kabupaten Barito Selatan Tahun 2009–2012

Sumber Bidang Pelayanan Kesehatan, 2012

3. Angka Kematian Ibu

Angka Kematian Ibu (AKI) menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya

(20)

dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup. Sebagian besar penyebab kematian ibu melahirkan disebabkan oleh pendarahan, kejang-kejang, infeksi kehamilan, persalinan macet/lama, absorbsi/keguguran dan rata-rata karena terlambat di bawa ke Rumah Sakit rujukan.

Angka Kematian Ibu bersama dengan Angka Kematian Bayi senantiasa menjadi indikator keberhasilan pembangunan pada sektor kesehatan. Indikator ini dipengaruhi oleh status kesehatan secara umum, pendidikan, pelayanan selama kehamilan, persalinan, dan setelah persalinan.

Jumlah Kematian Ibu dalam hal ini kematian ibu hamil, ibu bersalin, dan ibu nifas pada tahun 2012 yaitu 1 orang. Kalau dibanding dengan tahun sebelumnya, 2011 yang sebanyak 3 orang maka jumlah kematian ibu pada tahun 2012 mengalami penurunan kasus kematian ke arah perbaikan. Bila dilihat berdasarkan puskesmas, kematian ibu terjadi di wilayah Puskesmas Mengkatip. Sebaliknya di Puskesmas lainnya tidak terjadi kasus kematian ibu hamil, bersalin, maupun nifas. Berdasarkan jumlah kematian ibu, maka Angka Kematian Ibu pada tahun 2012 adalah 50,4/100.000 kelahiran hidup. Bila dibanding dengan target Kementerian Kesehatan RI sebesar maksimal 150/100.000 kelahiran hidup, maka Kabupaten Barito Selatan sudah memenuhi target tersebut.

Gambar 3.3

Angka Kematian Ibu Per 100.000 Kelahiran Hidup Kabupaten Barito Selatan Tahun 2009–2012

Sumber Bidang Pelayanan Kesehatan, 2012

Berdasarkan gambar 3.3 di atas kecendrungan Angka Kematian Ibu per 100.000 kelahiran hidup selama empat tahun terakhir di Kabupaten Barito Selatan terjadi

(21)

penurunan Angka Kematian Ibu secara berarti, terutama pada rentang waktu tahun 2010 sampai dengan tahun 2012.

B. MORBIDITAS

Morbiditas adalah angka kesakitan, baik insiden maupun prevalen dari suatu penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit dalam suatu populasi pada kurun waktu tertentu. Morbiditas juga berperan dalam penilaian terhadap derajat kesehatan masyarakat.

Angka kesakitan penduduk bisa diketahui melalui dua metode, yang pertama didapat dari data yang berasal dari masyarakat (community based data) yang dapat diperoleh dengan melalui studi morbiditas. Sedangkan yang kedua melalui hasil pengumpulan data baik dari Dinas Kesehatan Kabupaten maupun dari data sarana pelayanan kesehatan (Facility Based Data) yang diperoleh melalui sistem pencatatan dan pelaporan. Perolehan data untuk menentukan angka kesakitan (Morbiditas) di Kabupaten Barito Selatan didapat melalui cara yang kedua yaitu berdasarkan laporan dari sarana pelayanan kesehatan di wilayah Kabupaten Barito Selatan.

1. AFP (Acute Flaccid Paralysis)

Erapo dilaksanakan melalui gerakan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) dan merupakan wujud dari kesepakatan global dalam membasmi penyakit polio di Indonesia. Kejadian AFP pada saat ini diproyeksikan sebagai indikator untuk menilai program eradikasi polio (erapo). Upaya memantau keberhasilan erapo adalah dengan melaksanakan surveilans secara aktif untuk menemukan kasus AFP sebagai upaya mendeteksi secara dini munculnya virus polio liar yang mungkin ada di masyarakat agar dapat segera dilakukan penanggulangan, cakupan vaksinasi polio rutin yang tinggi, dan sanitasi lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan.

Selama empat tahun terakhir, di Kabupaten Barito Selatan tidak ditemukan kasus AFP sehingga dapat dikatakan sudah mencerminkan cakupan vaksinasi polio yang tinggi dan lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan. (lampiran tabel 9).

2. TB Paru BTA Positif

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi basil TB. Bersama dengan Malaria dan HIV / AIDS, TB menjadi

(22)

Pengendalian TB di Kabupaten Barito Selatan menggunakan strategy Direcly Observed Treatment Shortcourse (DOTS). Dengan program ini kita berusaha mencapai target penemuan penderita (CDR) sebesar > 70 % dari perkiraan penderita TB BTA positif kasus baru dengan tingkat kesembuhan sebesar > 85 %.

Berdasarkan data hasil kegiatan Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular pada tahun 2012 terjadi kasus BTA+ sebanyak 155 orang. Tahun 2012 yang diobati sebanyak 138 orang dan dievaluasi kesembuhannya pada tahun 2012 sebanyak 114 orang (82,61 %).

Berdasarkan jumlah kasus TB Paru diperoleh Angka Insiden TB Paru sebesar 122,2 per 100.000 penduduk, Angka Prevalensi TB Paru sebesar 124 per 100.000 penduduk, Angka Penemuan Kasus (CDR) sebesar 79,77 %, dan Angka Kematian akibat TB Paru (CFR) sebesar 0,0 per 100.000 penduduk.

Untuk penemuan kasus BTA+ (CDR), bila dibanding dengan target Standar Pelayanan Minimal (SPM) sebesar 70 %, maka pada tahun 2012 CDR sudah memenuhi target. Namun Angka Kesembuhan (Success Rate) sebesar 82,61 %, masih belum memenuhi target yang diharapkan yakni sebesar 85 %. (lampiran tabel 10, 11, dan 12).

Gambar 3.4

Penemuan Penderita TB BTA+ Kabupaten Barito Selatan Tahun 2009-2012

Sumber Bidang Pengndalian Masalah Kesehatan , 2012

Berdasarkan gambar di atas, penemuan penderita TB BTA + sejak tahun 2009 sampai tahun 2011 selalu berada di bawah target yang ditetapkan dalam Indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM). Dan untuk tahun 2012 penemuan penderita BTA+ telah mengalami peningkatan yang signifikan dan mencapai target yakni 79,8% dari Target CDR BTA+ 70 %.

(23)

3. Pneumonia

Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru (alveoli), infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamun. Pneumonia juga dapat terjadi akibat kecelakaan karena menghirup cairan atau bahan kimia. Populasi yang rentan terserang adalah Pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun, atau orang yang memiliki masalah kesehatan (malnutirsi, gangguan imunologi).

Pneumonia merupakan salah satu penyebab kematian balita yang utama, selain diare. Penyakit ini merupakan bagian dari penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA sebagai salah satu penyebab utama kematian pada bayi dan balita diduga karena pneumonia dan merupakan penyakit yang akut dan kualitas penatalaksanaannya masih belum memadai. Upaya pemberantasan penyakit ISPA dilaksanakan dengan fokus penemuan dini dan tata laksana kasus secara cepat dan tepat. Upaya ini dikembangkan melalui Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).

Jumlah balita pada tahun 2012 di wilayah Kabupaten Barito Selatan adalah 16.148 orang dan jumlah perkiraan kasus Pneumonia adalah 1.238 orang. Kasus Pneumonia pada Balita pada tahun 2012 sebanyak 10 orang ( 0,8 % dari perkiraan jumlah penderita). Bila dibandingkan dengan tahun 2011 sebesar 1,8 %, maka jumlah kasus di tahun 2012 telah terjadi penurunan kasus Pneumonia dari tahun sebelumnya. Kasus Pneumonia terjadi hanya di 3 (tiga) Puskesmas yaitu Mengkatip, Babai, dan Patas I. (lampiran tabel 9).

4. HIV/AIDS dan IMS

HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus Human Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi tersebut menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain.

Upaya penemuan kasus/penderita HIV/AIDS di Kabupaten Barito Selatan terus dilakukan bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Propinsi Kalimantan Tengah yaitu terhadap kelompok pekerja dengan resiko tinggi HIV/AIDS pada Pekerja Seks Komersial (PSK).

(24)

(IMS) sebanyak 0 orang. Semua kasus baik HIV berasal dari wilayah kerja Puskesmas Buntok dan tidak terjadi kasus kematian akibat HIV/AIDS. Bila dibandingkan dengan tahun 2011 yang ditemukan kasus HIV 1 orang, maka pada tahun 2012 terlihat terjadi perubahan jumlah kasus (lampiran tabel 14).

Kegiatan donor darah dilakukan di Rumah Sakit Umum Buntok. Pada tahun 2012, jumlah pendonor adalah 455 orang. Berdasarkan jumlah pendonor telah dilakukan pemeriksanaan sampel darah (diskrining) sebanyak 455 orang (100 %) dengan hasil tidak ditemukan sampel darah dengan positif HIV (lampiran tabel 15).

5. Diare

Diare adalah penyakit yang terjadi ketika terjadi perubahan konsistensi feses selain dari frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan menderita Diare bila feses lebih berair dari biasanya, atau bila buang air besar tiga kali atau lebih, atau buang air besar yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam.

Kegiatan pokok dari upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit diare adalah Penemuan dan pengobatan diare dengan menitikberatkan pada penatalaksanaan penderita secara tepat sesuai standar baik di sarana kesehatan maupun di rumah tangga.

Jumlah perkiraan kasus diare di Kabupaten Barito Selatan berdasarkan jumlah penduduk pada tahun 2012 adalah 5.109 kasus. Sedangkan kasus diare yang terjadi selama kurun waktu yang sama tercatat ada 3.404 kasus. Hal ini berarti cakupan penemuan penderita Diare sebesar 66,6 %. Bila dibandingkan dengan tahun 2011 yang memiliki cakupan sebesar 69,1 %, maka terjadi penurunan penemuan kasus Diare pada tahun 2012. Namun demikian pencapaian cakupan penemuan kasus diare masih di bawah target Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang menetapkan sebesar 85 %. Selain itu, dari semua kasus diare yang terjadi tidak terdapat kasus kematian karena semua kasus diare telah mendapat penanganan yang tepat sesuai standar.

(25)

Gambar 3.5 Kasus Diare

Kabupaten Barito Selatan Tahun 2009-2012

Sumber Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan, 2012

Berdasarkan gambar 3.5 diatas, diketahui bahwa jumlah kasus diare keseluruhan baik pada dewasa maupun balita selama 4 (empat) tahun terakhir terlihat fluktuatif, pada periode tahun 2009 dan 2010 terjadi penurunan, namun terjadi peningkatan pada tahun 2011, dan di tahun 2012 terjadi lagi penurunan jumlah kasus yang berarti dibandingkan dengan tahun 2011.

6. Kusta

Kusta adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium Leprae. Penatalaksanaan kasus yang buruk dapat menyebabkan Kusta menjadi progresif, menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota gerak, dan mata. Diagnosa Kusta dapat ditegakkan dengan adanya kondisi sebagai berikut : a. Kelainan pada kulit (bercak) putih atau kemerahan disertai mati rasa.

b. Penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi saraf berupa mati rasa dan kelemahan/kelumpuhan otot.

c. Adanya kuman tahan asam di dalam kerokan jaringan kulit (BTA Positif).

Pada tahun 2012, tidak ditemukan kasus baru kusta di Kabupaten Barito Selatan. Terakhir ditemukan Pada tahun 2010, terdapat 1 orang penderita dengan jenis kusta basah yang telah selesai menjalani pengobatan (RFT).( lampiran tabel 17, 18, 19, dan 20).

(26)

7. Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) a. Difteri

Dipteri termasuk penyakit menular yang jumlah kasusnya relatif rendah, rendahnya kasus difteri sangat dipengaruhi adanya program imunisasi. Dipteri adalah penyakit yang disebabkan corynebacterium diptheriae dengan gejala panas lebih kurang 30° C disertai adanya pseudo membran (selaput tipis) putih keabu-abuan pada tenggorokan (laring, faring, dan tonsil) yang tak mudah lepas dan mudah berdarah. Dapat disertai nyeri menelan, leher membengkak seperti leher sapi (bull neck) sesak nafas disertai bunyi (stridor) dan pada pemeriksaan apusan tenggorok atau hidung terdapat kuman difteri. Selama tahun 2012 di Kabupaten Barito Selatan tidak terdapat kasus difteri.

b. Tetanus

Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh clostridium tetani, biasanya dengan gejala riwayat luka, demam, kejang rangsang, risus sardonicus (muka setan) dan kadang-kadang disertai perut papan dan opistotonus (badan melengkung) pada umur di atas 1 bulan. Selama tahun 2012 di Kabupaten Barito Selatan tidak ditemukan kasus tetanus yang terlapor.

c. Tetanus Neonatorum

Tetanus neonatorum adalah penyakit bayi lahir hidup normal dan dapat menangis dan menetek selama 2 hari kemudian timbul gejala sulit menetek disertai kejang rangsang pada umur 3-28 hari. Selama empat tahun terakhir (2009, 2001, 2011 dan 2012) di Kabupaten Barito Selatan tidak ditemukan kasus tetanus neonatorum.

d. Campak

Campak merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus measles, disebarkan melalui droplet bersin atau batuk dari penderita, gejala awal penyakit adalah demam, bercak kemerahan, batuk, pilek, conjunctivitis (mata merah), selanjutnya timbul ruam pada muka dan leher, kemudian menyebar ke tubuh, tangan, serta kaki.

(27)

e. Polio

Polio adalah salah satu penyakit menular yang termasuk ke dalam PD3I. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus yang menyerang sistem syaraf hingga penderita mengalami kelumpuhan. Penyakit yang pada umumnya menyerang anak berumur 0-3 tahun ini ditandai dengan munculnya demam, lelah, sakit kepala, mual, kaku dileher dan sakit ditungkai dan tangan.

Selama empat tahun terakhir, di Kabupaten Barito Selatan tidak ditemukan kasus penyakit polio.

f. Hepatitis B

Penyakit Hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis B yang merusak hati. Penyebaran penyakit terutama melalui suntikan yang tidak aman, dari ibu ke bayi selama proses persalinan, melalui hubungan seksual. Infeksi pada anak biasanya tidak menimbulkan gejala. Gejala yang ada adalah lemah, gangguan perut dan gejala lain seperti flu, urine menjadi kuning, kotoran menjadi pucat. Warna kuning bisa terlihat pada mata ataupun kulit. Penyakit ini bisa menjadi kronis dan menimbulkan cirrhosis hepatis, kanker hati, dan menimbulkan kematian.

Selama empat tahun terakhir, di Kabupaten Barito Selatan tidak ditemukan kasus Hepatitis B (lampiran tabel 21 dan 22).

8. DBD

Demam Berdarah Dengue adalah penyakikt yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh vektor nyamuk Aedes Aegypty. Penyakit ini sebagian besar menyerang angak berumur < 15 tahun, namun dapat juga menyerang orang dewasa. Penyakit ini sering muncul sebagai KLB dengan angka kesakitan dan kematian yang relatif tinggi. Penyakit ini biasanya muncul pada musim hujan yaitu antara bulan Oktober sampai dengan Maret, dimana banyak terjadi genangan air bersih yang merupakan suatu kondisi yang cocok untuk perkembangbiakan jentik nyamuk Aedes Aegypty.

Di Kabupaten Barito Selatan pada tahun 2012 tidak ditemukan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD).

(28)

Gambar 3.6

Jumlah Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) Kabupaten Barito Selatan Tahun 2008-2012

Sumber Bidang Penendalian Masalah Kesehatan , 2012

Berdasarkan gambar 3.6 di atas kasus DBD di Kabupaten Barito Selatan selama dua tahun terakhir tidak terjadi kasus. Kasus terakhir terjadi pada tahun 2010 yakni 17 orang penderita yang telah ditangani dan sembuh.

9. Malaria

Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang upaya pengendaliannya menjadi komitmen global dalam Millenium Development Goals (MDGs). Malaria disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia ditularkan oleh nyamuk malaria (Anopheles) betina, dapat menyerang semua orang bail laki-laki maupun perempuan pada semua golongan umur dari bayi, anak-anak, dan dewasa.

Kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka pengendalian malaria di tingkat pelayanan kesehatan dasar selama ini adalah penemuan dan pengobatan disertai pemberantasan vektor yang terbatas. Penemuan penderita malaria dilakukan secara pasif di sarana kesehatan. Tujuan pemberantasan penyakit malaria adalah menurunkan angka kesakitan dengan mengobati seluruh penderita klinis dan positif dengan pengobatan yang standar.

Jumlah penderita malaria dengan pemeriksaan sediaan darah positif pada tahun 2012 sebanyak sebanyak 225 orang. Berdasarkan data tersebut diperoleh angka kesakitan malaria (API) sediaan dahak positif tahun 2012 sebesar 1,8 per 1000 penduduk. Bila dibandingkan dengan tahun 2011 dengan angka kesakitan malaria (API)

(29)

sediaan dahak positif sebesar 2,0 , maka pada tahun 2012 terjadi penurunan angka kesakitan malaria.

Bila dibandingkan dengan target Kementerian Kesehatan RI yang hanya 0,5 per 1000 penduduk, maka Kabupaten Barito Selatan perlu menurunkan angka kasus malaria dengan upaya yang lebih serius lagi.

Gambar 3.7

Angka Kesakitan Malaria Per 1000 Penduduk Kabupaten Barito Selatan selama tahun 2009-2012

Sumber Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan, 2012

Berdasarkan gambar 3.7, terlihat Angka Kesakitan Malaria yang cendrung Menurun selama tiga tahun terakhir. Bila dilihat berdasarkan puskesmas, maka penemuan kasus Malaria positif tertinggi adalah di Puskesmas Mengkatif dengan jumlah kasus positif 114 orang, sedangkan yang terendah adalah di Puskesmas Kalahien dengan kasus 1 orang (lampiran tabel 24).

10. Filariasis (Kaki Gajah)

Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit berupa cacing filariasis, yang terdiri dari 3 (tiga) spesies yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugai timori. Penyakit ini menginfeksi jaringan limfe (getah bening). Filariasis menular melalui gigitan nyamuk yang mengandung cacing filaria dalam tubuhnya. Dalam tubuh manusia, cacing tersebut tumbuh menjadi cacing dewasa dan menetap di jaringan limfe sehingga menyebabkan pembengkakan di kaki, tungkai, payudara, lengan, dan organ genital.

Di Kabupaten Barito Selatan pada tahun 2012 tidak ditemukan kasus baru Filariasis.

(30)

C. STATUS GIZI

Status gizi seseorang mempunyai hubungan yang erat dengan permasalahan kesehatan secara umum, di samping merupakan faktor predisposisi yang dapat memperparah penyakit infeksi secara langsung juga dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan individu. Status gizi pada janin/bayi sangat ditentukan oleh status gizi ibu hamil atau ibu menyusui. Indikator- indikator yang dapat mencerminkan keadaan/status gizi masyarakat diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Bayi yang lahir dengan BBLR merupakan manifestasi dari keadaan kurang gizi pada janin saat dalam kandungan. BBLR (kurang dari 2.500 gram) merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal. BBLR dibedakan dalam 2 kategori yaitu: BBLR karena prematur (usia kandungan kurang dari 37 minggu) dan BBLR karena intrauterine growth retardation (IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi berat badannya kurang. Di negara berkembang banyak kasus BBLR disebabkan oleh ibu berstatus gizi buruk, Anemia, Malaria, dan menderita Penyakit Menular Seksual (PMS) sebelum konsepsi atau pada saat hamil.

Sementara itu data BBLR yang dihimpun dari Rumah Sakit Umum Buntok dan Puskesmas Di Kabupaten Barito Selatan. Pada tahun 2012, bayi lahir yang ditimbang berat badannya sebanyak 1.982 orang. Karena jumlah bayi lahir hidup sebanyak 1.982, maka cakupan bayi lahir yang ditimbang berat badannya adalah 100,0 %. Berdasarkan jumlah bayi yang ditimbang tersebut ditemukan kasus bayi BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) sebanyak 52 orang (2,6 %). Semua kasus BBLR sudah tertangani dengan baik. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang cakupan BBLR sebanyak 2,5 %, maka pada tahun 2012 mengalami sedikit peningkatan.

Bila dilihat berdasarkan puskesmas, maka Puskesmas Buntok memiliki kasus tertinggi yaitu 21 orang, yang disusul dengan Puskesmas Mengaktif sebanyak 8 orang. Sebaliknya Puskesmas Kalahien tidak ditemukan kasus BBLR. Selain itu, Bila dibandingkan dengan target Kementerian Kesehatan untuk persentase bayi dengan BBLR maksimal 5 %, maka Kabupaten Barito Selatan telah berada di bawah target tersebut. Untuk mengetahui trend cakupan bayi BBLR dapat dilihat pada gambar 3.8 berikut.

(31)

Gambar 3.8

Cakupan Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah Kabupaten Barito Selatan Tahun 2009-2012

Sumber Bidang Pelayanan Kesehatan, 2012

Berdasarkan gambar 3.8 diketahui bahwa pada periode 2009-2010 terjadi peningkatan cakupan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Pada tahun 2012 terjadi sedikit peningkatan cakupan bayi BBLR. (lampiran tabel 26).

2. Status Gizi Balita

Status gizi balita merupakan salah satu indikator yang menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Salah satu cara penilaian status gizi balita adalah pengukuran secara antropometrik yang menggunakan Indeks Berat Badan menurut Umur balita kemudian disetarakan dengan standar baku rujukan WHO-NCHS untuk mengetahui status gizinya.

Berdasarkan kegiatan Pemantaun Status Gizi (PSG) yang dilaksanakan di wilayah Kabupaten Barito Selatan pada tahun 2012 diperoleh hasil sebagai berikut : Jumlah balita yang disurvei adalah 1.800 orang dengan katagori status gizi :

 Status Gizi Gemuk sejumlah 189 orang ( 10,50 %)  Status Gizi Normal sejumlah 1.454 orang (81,00 %)  Status Gizi Kurus sejumlah 159 orang (9,0 %)  Status Gizi Sangat Kurus sejumlah 11 (0,61 %)

Cakupan balita dengan gizi normal (gizi baik) adalah 81 %, hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten Barito Selatan telah memenuhi target yang ditetapkan Kementerian Kesehatan yaitu persentase balita dengan gizi baik minimal 80 %.

(32)

D. UMUR HARAPAN HIDUP (UHH)

Salah satu cara untuk menilai tingkat kesehatan secara umum adalah dengan melihat umur harapan hidup waktu lahir. Angka ini sekaligus memperlihatkan keadaan dan sistem pelayanan kesehatan yang ada dalam suatu masyarakat, karena dapat dipandang sebagai suatu bentuk akhir dari hasil upaya peningkatan taraf kesehatan secara keseluruhan. Di samping itu, umur harapan hidup ini sangat erat korelasinya dengan angka kematian bayi.

Umur harapan hidup waktu lahir merupakan gambaran rata-rata umur yang mungkin dapat dicapai oleh seorang bayi yang baru lahir. Berdasarkan laporan Statistik Kabupaten Barito Selatan, Umur Harapan Hidup di Kabupaten Barito Selatan pada tahun 2010 adalah sebesar 68,21 tahun. Bila dibandingkan dengan tahun 2009 adalah sebesar 68,14 tahun, maka pada tahun 2010 tidak mengalami banyak perubahan. Namun bila dibandingkan dengan Umur Harapan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2008 sebesar 71 tahun, maka Kabupaten Barito Selatan masih perlu meningkatkan umur harapan hidup. Begitu juga bila dibandingkan dengan target Indikator Indonesia 2010 yaitu angka harapan hidup waktu lahir sebesar 70 tahun. Untuk mengetahui perkembangan umur harapan hidup selama 3 (tiga) tahun terakhir dapat dilihat pada gambar 3.9 berikut.

Gambar 3.9

Trend Umur Harapan Hidup (UHH)

Kabupaten Barito Selatan Selama Tahun 2008-2010

Sumber BPS Kabupaten Barito Selatan

Berdasarkan gambar 3.9 diketahui bahwa terjadi kecendrungan peningkatan umur harapan hidup (UHH) di Kabupaten Barito Selatan selama tahun 2008, 2009, dan 2010. Hal ini cukup menggembirakan karena semakin tinggi usia harapan hidup semakin

(33)

meningkat kualitas kesehatan masyarakat. Di samping itu, kenaikan umur harapan hidup menunjukkan bahwa tingkat kematian semakin rendah.

(34)

BAB IV

SITUASI UPAYA KESEHATAN

Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, telah dilakukan berbagai upaya kesehatan baik upaya kesehatan masyarakat (UKM) maupun upaya kesehatan perorangan (UKP) dengan menghimpun seluruh potensi yang ada. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan peningkatan (promotif), pencegahan (preventif), pengobatan (kuratif), dan pemulihan (rehabilitatif).

Situasi upaya kesehatan digambarkan dengan indikator-indikator pelayanan kesehatan, akses dan mutu pelayanan kesehatan, perilaku masyarakat, dan keadaan lingkungan. Berikut ini diuraikan situasi upaya kesehatan untuk tahun 2012.

A. PELAYANAN KESEHATAN 1. Kunjungan Ibu Hamil

Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan profesional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan dan perawat) kepada ibu hamil selama masa kehamilannya, yang mengikuti program pedoman pelayanan antenatal yang ada dengan titik berat pada kegiatan promotif dan preventif. Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat dari indikator cakupan K-1 dan K-4.

K-1 merupakan gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Sedangkan K-4 adalah gambaran besaran ibu hamil yang mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai dengan standar serta paling sedikit empat kali kunjungan, dengan distribusi sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester dua dan dua kali pada trimester ketiga.

Pada tahun 2012, sasaran ibu hamil di Kabupaten Barito Selatan adalah 2.350 orang. Berdasarkan laporan hasil pelayanan, cakupan pelayanan K-1 sebesar 98,4 % dan cakupan pelayanan K-4 nya sebesar 79,2 %. Khusus cakupan pelayanan K-4, bila dilihat berdasarkan puskesmas, maka Puskesmas Buntok memiliki cakupan tertinggi yaitu sebesar 621 Ibu Hamil (Angka Cakupan 90,7 %), sebaliknya cakupan terendah ada di Puskesmas Tabak Kanilan hanya sebesar 40 Ibu Hamil (Angka Cakupan 43,0 %). Jika dibandingkan dengan cakupan K-4 pada tahun 2011 yang sebesar 72,9 %, maka di tahun 2012 terjadi peningkatan cakupan. Namun, jika dibandingkan dengan target

(35)

Indikator Standar Pelayanan Minimal sebesar 90 % cakupan K-4, maka Kabupaten Barito Selatan masih belum memenuhi target tersebut. (lampiran tabel 28).

Gambar 4.1

Cakupan K-1 dan K-4 Ibu Hamil Menurut Puskesmas Kabupaten Barito Selatan Tahun 2012

Sumber Bidang Pelayanan Kesehatan, 2012

Gambar 4.1 diatas menunjukkan cakupan pelayanan K-1 dan K-4 menurut puskesmas. Terlihat bahwa konstribusi terbesar dalam pelayanan K-1 terhadap ibu hamil terdapat di Puskesmas Kalahien dan untuk pelayanan K-4 terhadap ibu hamil di Puskesmas Buntok. (lampiran Tabel 28).

2. Persalinan oleh Bidan atau Tenaga Kesehatan yang Memiliki Kompetensi Kebidanan

Pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan juga merupakan salah satu kualitas pelayanan di fasilitas pelayanan kesehatan dasar. Komplikasi dan kematian ibu maternal dan bayi baru lahir sebagian besar terjadi pada masa persalinan, hal ini disebabkan pertolongan tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi kebidanan (profesional). Proporsi persalinan yang ditangani oleh tenaga kesehatan (nakes) merupakan salah satu upaya untuk penurunan angka kematian ibu dan bayi. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan persalinan yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan kompetensi kebidanan.

Berdasarkan jumlah sasaran ibu hamil yang ada, maka jumlah ibu yang melahirkan selama tahun 2012 di Kabupaten Barito Selatan adalah 2.242 orang. Sedangkan jumlah ibu melahirkan yang ditolong oleh tenaga kesehatan adalah 1.897

(36)

dengan tahun 2011 yaitu 81,6 %, maka di tahun 2012 mengalami peningkatan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan yang cukup berarti.

Sementara jika dilihat berdasarkan puskesmas, maka cakupan tertinggi ada di Puskesmas Babai yaitu 106,8 % dan terendah di Puskesmas Tabak Kanilan yaitu 40,4 %. Namun, bila dilihat dari target Indikator Standar Pelayanan Minimal sebesar 90 %, maka Kabupaten Barito Selatan belum memenuhi target tersebut. Gambar 4.2 menampilkan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan berdasarkan puskesmas tahun 2012.

Gambar 4.2

Cakupan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Menurut Puskesmas Kabupaten Barito Selatan Tahun 2012

Sumber Bidang Pelayanan Kesehatan, 2012

Gambar 4.2 merupakan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan. Diketahui bahwa ada 5 puskesmas yang telah memenuhi target Indikator Standar Pelayanan Minimal (90 %) pada tahun 2012 dan sisanya sebanyak 5 puskesmas masih belum memenuhi target. (lampiran Tabel 28).

3. Pelayanan Ibu Nifas

Pelayanan ibu nifas sesuai standar adalah pelayanan kepada ibu nifas sedikitnya 3 kali, pada 6 jam pasca persalinan s.d. 3 hari, pada minggu ke II, dan pada minggu ke VI. Pelayanan kesehatan ibu nifas yang diberikan meliputi : 1) pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu; 2) pemeriksaan tinggi fundus uteri; 3) pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per vaginam lainnya; 4) pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan; 5) pemberian kapsul Vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali; dan 6) pelayanan KB pasca persalinan.

(37)

Jumlah ibu nifas di Kabupaten Barito Selatan selama tahun 2012 adalah sebanyak 2.242 orang. Sedangkan yang mendapat pelayanan kesehatan adalah sebesar 1.719 orang atau cakupan pelayanan kesehatan ibu nifas sebesar 76,7 %. Bila dibandingkan dengan cakupan pelayanan kesehatan ibu nifas tahun 2011 sebesar 65,8 %, maka pada tahun 2012 mengalami peningkatan cakupan.

Bila dibandingkan dengan target indikator Standar Pelayanan Minimal yang ditetapkan sebesar 90 %, maka Kabupaten Barito Selatan belum mencapai target tersebut. Sementara, bila dilihat berdasarkan puskesmas, maka ada 4 Puskesmas yang telah mencapai target yaitu Puskesmas Jenamas, Puskesmas Bangkuang, Puskesmas Buntok dan Puskesmas Babai. (lampiran tabel 28).

Gambar 4.3

Cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas Menurut Puskesmas Kabupaten Barito Selatan Tahun 2012

Sumber Bidang Pelayanan Kesehatan, 2012

Berdasarkan gambar 4.3 di atas, diketahui bahwa Puskesmas Jenamas merupakan puskesmas tertinggi cakupan pelayanan kesehatan ibu nifas dan sebaliknya Puskesmas Tabak Kanilan merupakan puskesmas dengan cakupan terendah.

4. Ibu Hamil yang mendapat TT

Tetanus disebabkan oleh toksin yang diproduksi oleh bakteri yang disebut Clostridium tetani. Tetanus juga bisa menyerang pada bayi baru lahir (Tetanus Neonatorum) pada saat persalinan dan perawatan tali pusat. Tetanus merupakan salah satu penyebab kematian bayi di Indonesia.

Masih banyak calon ibu di masyarakat terutama yang tinggal di daerah-daerah terpencil berada dalam kondisi yang bisa disebut masih jauh dari kondisi steril saat

(38)

persalinan. Hal inilah yang bisa menimbulkan risiko ibu maupun bayinya terkena tetanus.

Pada tahun 2012, sasaran ibu hamil di Kabupaten Barito Selatan adalah 2.350 orang. Berdasarkan sasaran yang ada, jumlah ibu hamil yang mendapat imunisasi TT-1 adalah 2.606 orang atau cakupan imunisasi TT-1 untuk ibu hamil sebesar 110,9 %, dan jumlah ibu hamil yang mendapat imunisasi TT-2 adalah 2.357 orang atau cakupan imunisasi TT-2 sebesar 100,3 %. Bila dilihat berdasarkan puskesmas, untuk cakupan imunisasi TT-2 pada tahun 2012 Puskesmas Babai memiliki cakupan yang paling tinggi yaitu 146,8 %, sebaliknya Puskesmas Patas I memilki cakupan yang paling rendah yaitu 54,0 % (lampiran tabel 29).

5. Pemberian Tablet Besi

Pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, selain pemeriksaan kehamilan juga disertai dengan pemberian tablet besi (Fe) untuk mencegah terjadinya anemia besi pada ibu hamil. Tujuan pemberian tablet Fe untuk mencegah terjadinya anemia besi pada ibu hamil. Selama masa kehamilan, ibu hamil harus mendapatkan tablet besi sebanyak 90 tablet. 30 tablet pertama dinyatakan dengan cakupan Fe-1 dan untuk ibu hamil yang telah mendapat tablet besi sebanyak 90 tablet dinyatakan sebagai cakupan Fe-3.

Jumlah ibu hamil yang di Kabupaten Barito Selatan pada tahun 2012 adalah 2.350 orang. Berdasarkan jumlah sasaran tersebut, jumlah ibu hamil yang mendapat Fe-1 adalah 2.203 orang atau cakupan Fe-1 pada ibu hamil sebesar 93,74 %. Sedangkan ibu hamil yang mendapat Fe-3 adalah 1.973 orang atau cakupan Fe-3 sebesar 83,96 %.

Bila dibandingkan dengan cakupan Fe-3 tahun sebelumnya sebesar 74,67 %, maka pada tahun 2012 yang sebesar 83,96 % telah terjadi peningkatan cakupan Fe-3 pada tahun 2012. Bila dilihat berdasarkan puskesmas, untuk pencapaian cakupan Fe-3 tertinggi adalah Puskesmas Mengkatip yaitu 102,65 %. Sebaliknya pencapaian cakupan Fe-3 terendah adalah Puskesmas Tabak Kanilan yaitu 36,56 %. Bila dibandingkan dengan target Kementerian Kesehatan sebesar 90 %, maka cakupan Fe-3 di Kabupaten Barito Selatan belum memenuhi target yang diharapkan. Untuk lebih jelasnya pencapaian cakupan pemberian Fe-3 menurut puskesmas dapat dilihat pada Gambar 4.4 berikut.

(39)

Gambar 4.4

Cakupan Fe-3 Menurut Puskesmas Kabupaten Barito Selatan Tahun 2012

Sumber Bidang Pelayanan Kesehatan, 2012

Berdasarkan Gambar 4.4, diketahui bahwa hanya ada 6 puskesmas yang telah memenuhi target Kementerian Kesehatan untuk cakupan pemberian Fe-3 sebesar 90 % yaitu Puskesmas Mengkatip, Baru, Babai, Jenamas, Kalahien, dan Puskesmas Buntok. Sebaliknya ada puskesmas Bangkuang, Pendang, Tabak Kanilan, dan Puskesmas Patas I yang belum memenuhi target tersebut.

6. Bumil Risti yang Ditangani

Resiko tinggi atau komplikasi kebidanan pada kehamilan merupakan keadaan penyimpangan dari normal, yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi. Ibu hamil dengan resiko tinggi atau komplikasi diantaranya ditandai dengan keadaan HB kurang dari 8 gr %, tekanan darah tinggi, oedema yang nyata, eklamsia, perdarahan per vaginan, dan kehamilan ganda.

Berdasarkan jumlah ibu hamil di Kabupaten Barito Selatan pada tahun 2012 terdapat ibu hamil dengan resiko tinggi atau komplikasi sebanyak 142 orang dengan kata lain cakupan sebesar 6,04 %. Bila dibanding dengan tahun 2011 sebesar 9,34 %, maka cakupan ibu hamil resiko tinggi pada tahun 2012 terdapat penurunan. Sementara ibu hamil resiko tinggi yang ditangani ada sebanyak 142 orang (100 %).

Indikator kinerja Standar Pelayanan Minimal (SPM) menetapkan target 100 % cakupan ibu hamil resiko tinggi yang ditangani, hal ini berarti Kabupaten Barito Selatan sudah memenuhi target tersebut.

(40)

Bila dilihat berdasarkan puskesmas, maka Puskesmas Buntok merupakan puskesmas tertinggi kasus bumil risti yaitu 68 orang, sebaliknya Puskesmas Pendang dan Tabak Kanilan hanya memiliki 2 kasus bumil risti (lampiran tabel 31).

7. Neonatal Risti yang Ditangani

Jumlah bayi (neonatus) di Kabupaten Barito Selatan pada tahun 2012 adalah 1.982 orang, sedangkan yang terdeteksi dengan resiko tinggi atau komplikasi adalah 46 orang (1,6 %). Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 1,88 %, maka pada tahun 2012 mengalami penurunan kasus neonatal resiko tinggi.

Semua neonatal dengan resiko tinggi atau komplikasi telah ditangani dan mendapat perawatan sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan terlatih (100,00 %). Hal ini berarti cakupan neonatal dengan resiko tinggi yang ditangani sudah memenuhi target Standar Pelayanan Minimal sebesar 100 %.

Bila dilihat berdasarkan puskesmas, maka puskesmas yang paling banyak ditemukan kasus neonatal resiko tinggi atau komplikasi adalah Puskesmas Buntok dengan jumlah kasus 12 bayi, sebaliknya untuk Puskesmas Kalahien dan Tabak Kanilan tidak ditemukan kasus neonatal resiko tinggi atau komplikasi (lampiran tabel 31).

8. Pemberian Kapsul Vitamin A Dosis Tinggi

Tujuan pemberian kapsul vitamin A pada balita adalah untuk menurunkan prevalensi dan mencegah kekurangan vitamin A pada balita. Kapsul vitamin A dosis tinggi terbukti efektif untuk mengatasi masalah kekurangan vitamin A (KVA) pada masyarakat apabila cakupan tinggi. Vitamin A penting untuk kesehatan mata dan mencegah kebutaan serta meningkatkan daya tahan tubuh.

Sasaran pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi adalah bayi (umur 6-11 bulan) diberikan kapsul vitamin A 100.000 SI, anak balita (umur 1-4 tahun) diberikan kapsul vitamin A 200.000 SI, dan ibu nifas diberikan kapsul vitamin A 200.000 SI, sehingga bayinya akan memperoleh vitamin yang cukup melalui ASI.

Pada tahun 2012 di Kabupaten Barito Selatan, jumlah sasaran bayi adalah 2.962 orang dan yang memperoleh vitamin A dosis tinggi sebanyak 1.356 orang (45,8 %). Jumlah anak balita (usia 1-4 tahun) adalah 13.271 orang dan yang memperoleh vitamin A sebanyak 11.075 orang (83,45 %). Sedangkan jumlah sasaran ibu nifas adalah 2.242 orang dan yang memperoleh vitamin A dosis tinggi sebanyak 1.432 orang (63,87 %).

Bila dibandingkan dengan cakupan pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi untuk anak balita pada tahun 2011 sebesar 81,58 %, maka pada tahun 2012 yang sebesar

(41)

83,45 % telah terjadi peningkatan. Namun bila dibandingkan dengan target Kementerian Kesehatan sebesar 100 %, maka Kabupaten Barito Selatan belum mencapai target cakupan pemberian kapsul Vitamin A dosis tinggi pada anak balita. (lampiran tabel 32).

Gambar 4.5

Cakupan Vitamin A pada Anak Balita menurut Puskesmas Kabupaten Barito Selatan Tahun 2012

Sumber Bidang Pelayanan Kesehatan, 2012

Berdasarkan gambar 4.5 diketahui bahwa semua puskesmas belum ada yang memenuhi target Kementerian Kesehatan. Bila dilihat berdasarkan puskesmas, cakupan tertinggi ada di Puskesmas Tabak Kanilan sebesar 98,22 %, sebaliknya cakupan terendah ada di Puskesmas Jenamas yaitu 58,11 %.

9. Keluarga Berencana

Peserta Keluarga Berencana terbagi menjadi peserta KB Baru dan peserta KB Aktif. Berdasarkan laporan dari Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan (BKBPP) Kabupaten Barito Selatan selama tahun 2012 sebagai berikut. Jumlah Pasangan Usia Subur sebesar 21.616 pasangan. Jumlah peserta KB Baru adalah 1.681 (7,8 % dari PUS) sedangkan peserta KB Aktif adalah 14.839 (68,6 % dari PUS).

Bila dilihat berdasarkan puskesmas untuk peserta KB Baru, Puskesmas Patas I merupakan puskesmas tertinggi cakupannya yaitu sebesar 16,2 %, sebaliknya Puskesmas Buntok merupakan puskesmas terendah cakupannya yaitu hanya 3,9 %. Bila dibandingkan dengan target Standar Pelayanan Minimal yang cakupan peserta KB aktif sebesar 90 %, maka Kabupaten Barito Selatan pada tahun 2012 yang hanya 68,6 %, belum memenuhi target tersebut.

(42)

Berdasarkan jenis kontrasepsi yang digunakan, Peserta KB Aktif dibedakan menjadi menggunakan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) yang jenisnya adalah IUD, MOP/MOW, implan dan Non Metode Konrasepsi Jangka Panjang (Non MKJP) yang jenisnya adalah suntik, pil, kondom, obat vagina, dan lainnya.

Di Kabupaten Barito Selatan, untuk Metode Kontrasepsi Jangka Panjang paling banyak menggunakan jenis implan (7,9 %). Sedangkan untuk Non Metode Kontrasepsi jangka Panjang paling banyak menggunakan jenis suntik (46,9 %). Untuk mengetahui distribusi jenis kontrasepsi untuk peserta KB Aktif dapat disimak pada Gambar 4.6 berikut.

Gambar 4.6

Persentase Peserta KB Aktif Berdasarkan Jenis Kontrasepsi Kabupaten Barito Selatan Tahun 2012

Sumber Bidang Pelayanan Kesehatan, 2012

Berdasarkan gambar 4.6, diketahui bahwa jenis kontrasepsi yang terbanyak digunakan oleh peserta KB Aktif adalah Suntik yaitu sebanyak 7.310 orang (48 %), sebaliknya jenis kontrasepsi yang paling jarang digunakan adalah MOP/MOW dengan jumlah 81 orang (1 %). Untuk mengetahui distribusi penggunaan jenis kontrasepsi berdasarkan kecamatan dapat disimak pada lampiran tabel 33, 34, dan 35.

10. Kunjungan Neonatus

Bayi hingga usia kurang dari satu bulan merupakan golongan umur yang paling rentan atau memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut antara lain dengan melakukan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan dan pelayanan kepada neonatus (0-28 hari). Dalam pelayanan kesehatan neonatus, petugas selain melakukan pemeriksaan kesehatan bayi juga memberikan konseling perawatan bayi kepada ibu.

(43)

Jumlah bayi lahir hidup di Kabupaten Barito Selatan pada tahun 2012 adalah 1.982 orang. Jumlah kunjungan neonatus 1 kali (KN-1) adalah 1.813 orang atau Cakupan KN-1 sebesar 91,5 %. Sedangkan jumlah kunjungan neonatus lengkap adalah 1.751 orang atau cakupan KN lengkap sebesar 88,3 %.

Bila cakupan KN lengkap tahun 2012 dibandingkan dengan cakupan tahun 2011 sebesar 58,3 %, maka pada tahun 2012 mengalami peningkatan cakupan KN lengkap secara signifikan. Namun, bila dibandingkan dengan target Kementerian Kesehatan sebesar 90 % untuk persentase bayi baru lahir yang mendapat kunjungan tenaga kesehatan, maka Kabupaten Barito Selatan belum memenuhi target tersebut.

Sementara bila dilihat dari puskesmas, cakupan KN lengkap tertinggi yaitu pada Puskesmas Buntok yaitu sebesar 96,8 % (lampiran tabel 36).

11. Kunjungan Bayi

Pelayanan Kesehatan Bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar oleh tenaga kesehatan (Dokter, Bidan, dan Perawat) minimal 4 kali dalam setahun, yaitu satu kali pada umur 29 hari- 3 bulan, satu kali pada umur 3-6 bulan, satu kali pada umur 6-9 bulan, dan satu kali pada umur 9–11 bulan.

Pelayanan kesehatan yang diberikan meliputi pemberian imunisasi dasar (BCG, DPT/HB1-3, Polio 1-4, dan Campak), stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK) bayi, dan penyuluhan perawatan kesehatan bayi. Indikator ini merupakan penilaian terhadap upaya peningkatan akses bayi memperoleh pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin adanya kelainan atau penyakit, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit serta peningkatan kualitas hidup bayi.

Berdasarkan hasil kompilasi data dari laporan puskesmas tahun 2012, Jumlah bayi sebanyak 2.962 orang. Sedangkan jumlah kunjungan bayi (minimal 4 kali) sebanyak 2.372 orang atau cakupan kunjungan bayi di Kabupaten Barito Selatan sebesar 80,1 %.

Bila dibandingkan dengan cakupan kunjungan bayi tahun 2011 sebesar 80,5 %, maka pada tahun 2012 terjadi sedikit penurunan cakupan kunjungan bayi. Bila dibandingkan dengan target Indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM) sebesar 90 %, maka Kabupaten Barito Selatan belum mencapai target tersebut.

Gambar

Gambar 3.5 Kasus Diare
Gambar 4.10 Cakupan ASI Eksklusif
Tabel 56 101 Pasien Maskin (dan hampir miskin) Mendapat

Referensi

Dokumen terkait

Vastanneista ammattikalastajista 44 % (12 kpl) oli kalastanut suiston tutkimusalueella. Tiedustelualueella vapaa-ajankalastukseen osallistui noin 4600 henkilöä runsaasta 2600

Metode Sphere- Plane Detection (SPD), Sphere-Sphere Detection (SSD) dan deteksi penghindaran tabrakan antar obyek yang mengacu pada metode Potential Field

Uji ANOVA dari masing-masing kelompok uji baik aktivitas dan kapasitas fagositosis dari variasi konsentrasi logaritma yang diberikan 0,1 – 1000 µg maupun terhadap kontrol (-)

Tugas dan Kewajiban Pemimpin seko- lah/madrasah: 1) Menjabarkan visi ke da- lam misi target mutu yang akan dicapai; 2) Merumuskan tujuan dan target mutu yang akan dicapai;

Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan atas supervisor dan officer telah disiapkan jenjang pendidikan Management Trainee dengan durasi +/- 4 bulan, yang didalamnya mencakup Basic

TATAH PEMANGKIH KABUPATEN BANJAR 93 A Terakreditasi 33 30300271 SMP NEGERI 2 SUNGAI TABUK HANDIL BULUAN RT.3 NO,23.. SUNGAI TABUK KABUPATEN BANJAR 86

2.5.6 Cakupan Pelayanan Kesehatan Neonatus 0-28 hari (KN Lengkap) Adalah cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar paling sedikit tiga kali dengan

Kematian Ibu menurut WHO adalah kematian yang terjadi saat hamil, bersalin atau dalam 42 hari pasca persalinan dengan penyebab yang berhubungan langsung atau tidak langsung