• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGETAHUAN

1. PENGERTIAN PENGETAHUAN

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Berdasatkan pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. ( Notoadmodjo, 2007)

2. CARA MEMPEROLEH PENGETAHUAN

Cara yang dapat digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan:

a. Cara tradisional

Cara kuno sebelum dikemukakan metode ilmiah. Cara ini meliputi:

1) Cara coba salah

2) Cara kekuasaan atau otoritas 3) Berdasarkan pengalaman pribadi 4) Melalui jalan pikiran

b. Cara modern

Cara memperoleh pengetahuan yang sistematis, logis, dan ilmiah.( Notoadmodjo, 2005)

(2)

3. Tingkat Pengetahuan Didalam Domain Kognitif

Menurut Notoadmodjo (2007), pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tantang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi-materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (syntesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk melakukan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

(3)

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaia terhadap suatu materi atau objek.

B. BIDAN

Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan

pendidikan bidan yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku. (Kepmenkes No. 900/Menkes 2002)

Bidan dinamakan Midwife atau pendamping istri. Kata bidan berasal dari bahasa sanksekerta “Wirdhan” yang artinya “Wanita Bijaksana”, namun ada yang menyatakan bahwa bidan adalah dukun beranak.(Depkes RI, 2003)

Bidan adalah seseorang yang telah menjalani program pendidikan bidan yang diakui oleh Negara tempat ia tinggal dan telah berhasil menyelesaikan studi terkait dengan kebidanan serta memenuhi persyaratan untuk terdaftar dan atau memiliki izin formal untuk praktek kebidanan. (Soepardan, suryani, 2008)

Bidan dalam melaksanakan peran, fungsi dan tugasnya pada kemampuan dan kewenangan yang diberikan. Kewenangan tersebut diatur melalui peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes), yaitu :

a. Permenkes No. 5380/IX/1963, Wewenang bidan terbatas pada pertolongan persalinan normal secara mandiri, didampingi tugas lain.

b. Permenkes No. 363/IX/1980, yang kemudian diubah menjadi Permenkes 623/1989, Wewenang bidan dibagi menjadi dua yaitu wewenang umum dan wewenang khusus, dalam wewenang khusus dibawah pengawasan dokter. Hal ini

(4)

bertanggung gugat atas tindakan yang dilakukan pelaksanaan dari permentasi bidan dalam melaksanakan praktek perorangan dibawah pengawasan dokter.

c. Permenkes No. 572/IV/2002, Wewenang ini mengatur tentang register dan praktek bidan. Bidan dalam melaksanakan prakteknya diberi kewenangan yang mandiri kewenangan tersebut disertai dengan kemampuan dalam pelaksanaan tindakan dalam wewenang tersebut mencakup :

• Pelayanan kebidanan yang meliputi pelayanan Ibu dan Anak.

• Pelayanan KB.

• Pelayanan Kesehatan masyarakat.

Standar pelayanan nifas

Terdapat tiga standar dalam standar pelayanan nifas seperti berikut ini : a. Perawatan bayi baru lahir.

Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan pernapasan spontan, mencegah hipoksia sekunder, menemukan kelainan, dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai dengan kebutuhan. Bidan juga harus mencegah atau menangani hipotermi.

b. Penanganan pada dua jam pertama setelah persalinan.

Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya komplikasi dalam dua jam setelah persalinan, serta melakukan tindakan yang diperlukan.

Disampinng itu, bidan memberikan penjelasan tentang hal – hal yang mempercepat pulihnya kesehatan ibu, dan membantu ibu untuk memulai ASI.

c. Pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas.

Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas melalui kunjungan rumah pada hari ketiga, minggu kedua dan minggu keenam setelah persalinan.

Untuk membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui penanganan tali pusat yang benar, penemuan dini, penanganan atau rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas. Serta memberikan penjelasan tentang

(5)

kesehatan secara umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi, perawatan bayi baru lahir, pemberian ASI, imunisasi dan KB. (Standar pelayanan kebidanan, IBI, 2000)

C. KUNJUNGAN RUMAH 1. Pengertian

Kunjungan rumah adalah salah satu teknik pengumpul data dengan jalan mengunjungi rumah untuk membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi dan untuk melengkapi data yang sudah ada yang diperoleh dari dengan teknik lain.

2. Tujuan kunjungan rumah

a. Membangun hubungan antara keluarga, suami, dan ibu.

b. Mengumpulkan data yang berharga tentang latar belakang kehidupan ibu dan keluarganya, mengumpulkan data dapat berarti mendapat data baru atau mengecek betul tidaknya data yang diperoleh melalui metode lain.

(http://fransisca mudji,freehostia.com/pemahaman%20individu%201/MATERI14.pdf)

D. ANGKA KEMATIAN IBU (AKI)

Angka kematian Ibu adalah angka kematian ibu sebagai akibat langsung proses reproduksi dalam 100.000 kelahiran hidup. (Manuaba, 1999)

Kematian Ibu menurut WHO adalah kematian yang terjadi saat hamil, bersalin atau dalam 42 hari pasca persalinan dengan penyebab yang berhubungan langsung atau tidak langsung terhadap kehamilan.

1. Penyebab Kematian Ibu a. Penyebab langsung

Penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan, ekslamsi atau gangguan ambat tekanan darah tinggi saat kehamilan, partus lama. Komplikasi aborsi dan infeksi.

(6)

Perdarahan yang biasanya terjadi secara mendadak bertanggung jawab atas 28%kematian ibu, sebagian besar kasus perdarahan dalam masa nifas terjadi karena tetenslo plasenta dan atonia uteri.

Eklamsia merupakan penyebab utama kedua kematian ibu yaitu 13%

kematian ibu di Indonesia.

Sepsis (infeksi) sebagai faktor penting lain penyebab kematian ibu sering terjadi karena kebersihan (hyglene) yang buruk pada saat persalinan atau karena penyakit menular akibat hubungan seks yang tidak diobati. Sepsis ini terjadi sekitar 10%

kematian ibu (rata-rata dunia 15%)

Deteksi dini terhadap infeksi selama kehamilan dan persalinan yang bersih dan perawatan semasa hamil yang benar dapat menanggulangi masalah ini.

Partus lama terjadi sekitar 9% kematian ibu (rata-rata dunia 8%) sering disebabkan oleh disproposi tephalo pelvit, kelainan letak dan gangguan kontraksi uterus.

b. Penyebab tidak langsung

Resiko kematian ibu dapat diperparah oleh adanya anemia dan penyakit menular seperti malaria. Tuberkolosis, hepatitis dan HIV/AIDS.

Anemia pada ibu hamil mempunyai dampak kesehatan terhadap ibu dan anak dalam kandungan meningkatkan resiko keguguran,kelahiran premature, BBLR, Serta sering menyebabkan kematian ibu dan bayi. Tingkat sosial ekonomi, tingkat pendidikan, faktor budaya dan akses terhadap sarana kesehatan dan transportasi juga berpengaruh secara tidak langsung terhadap kematian dalam kesakitan ibu. situasi ini diidentifikasikan sebagai “3 T”

(terlambat) :

(7)

- Terlambat deteksi dini bahaya selama kehamilan, persalinan dan nifas serta dalam mengambil keputusan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan ibu dan neonatal.

- Terlambat merujuk ke fasilitas kesehatan karena kondisi geografis dan sulitnya transportasi.

- Terlambat mendapat pelayanan kesehatan yang memadai di tempat rujukan.

2. Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu

a. pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan antara lain berupa penyediaan tenaga bidan didesa, kesinambungan keberadaan bidan desa, penyediaan fasilitas pertolongan persalinan pada polindes/posko dan puskesmas, kemitraan bidan dan dukun bayi serta berbagai pelatihan bagi petugas.

b. Penyediaan pelayanan kegawat daruratan yang berkualitas dan sesuai standart, antara lain bidan desa di polindes/posko, puskesmas PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Dasar). Rumah sakit PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Kualitas) 24 Jam.

c. Mencegah terjadinya kehamilan yang tak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran antara lain dalam bentuk KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi), untuk mencegah terjadinya “4 terlalu” (terlalu banyak anak, terlalu pendek jarak hamil, dan bersalin, terlalu muda melahirkan dam hamil, dan terlalu tua untuk hamil kembali). Pelayanan KB Berkualitas pasca persalinan dan pasca keguguran, pelayanan asuhan pasca keguguran dan meningkatkan partisipasi aktif pria.

(8)

d. Pemantapan kerjasama lintas program dan sector antara lain dengan jalan menjalin kemitraan dengan pemda organisasi profesi (IDI, POGI, IDAI, IBI, PPNI) Perina, PMI, LSM dan berbagai swasta.

e. Peningkatan pastisipasi perempuan, keluarga dan masyarakat dan antara lain dalam bentuk meningkat pengetahuan tentang tanda bahaya dalam persalinan, serta menyediakan buku penyuluhan kesehatan ibu dan anak (KIA) dan ASI Ekslusif.

Kesiapan keluarga dan masyarakat perempuan dalam menghadapai persalinan dan kegawat daruratan (dana, transportasi, donor darah,perawatan selama hamil, penyediaan dan pemanfaatan dan pelayanan kesehatan ibu dan bayi, pasrtisipasi perempuan dalam posyandu serta pengembangan kesehatan desa/kelurahan yang telah dibentuk). (www.waspada.co.id/opini/artikel-peranan-perempuan-bidang-kesehatan-br- refleksi-hari-kartini-html)

E. PUERPERIUM (NIFAS)

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari. Dijumpai dua kejadian penting pada perempuan yaitu involusi uterus dan proses laktasi.

Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir,dan untuk mencegah,mendeteksi dan menangani masalah- masalah yang terjadi

(9)

1. Frekuensi Kunjungan Masa Nifas

Kunjungan Waktu Tujuan

1 6-8

Setelah persalinan

• Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

• Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan rujuk jika perdarahan berlanjut.

• Memberikan konseling pada ibu salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

• Pemberian ASI awal.

• Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.

• Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.

• Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 Jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil.

2 6 hari Setelah persalinan

• Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilikus, tak ada perdarahan abnormal.

• Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.

• Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat.

• Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan tanda-tanda penyulit.

• Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.

3 2 minggu Setelah persalinan

Sama seperti diatas (6 hari setelah persalinan).

4 6 minggu Setelah persalinan

• Menanyakan kepada ibu tentang penyulit-penyulit yang ibu atau bayi alami.

• Memberikan konseling untuk KB secara dini.

(Sarwono, 2002)

2. Perubahan-Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas.

Setelah kelahiran plasenta, kadar sirkulasi hormone HCG (human chrionii gonadotropin), human placental lactogen, estrogen,dan progesterone menurun. Human

(10)

placental lactogen akan menghilang dari peredaran darah ibu dalam 2 hari dan HCG dalam 2 minggu setelah melahirkan. Kadar estrogen dan progesterone hampir sama dengan kadar yang ditemukan pada fase folikuler dari siklus menstruasi berturut-turut sekitar 3 dan 7 hari.penarikan polipeptida dan hormone steroid ini mengubah fungsi seluruh sistem sehingga efek kehamilan berbalik dan wanita dianggap sedang tidak hamil.

a. Tanda-tanda Vital

 Suhu dapat meningkat hingga 38% c karena kelelahan dan dehidrasi ringan.

 Tekanan darah tetap konsisten pada tekanan dasar tekanan darah suatu penurunan ringan dapat diidentifikasi perubahan fisiologis.

c. Mamae.

Kadar prolaktin, yang disekresikan oleh kelenjer hipofisis anterior meningkat secara stabil selama kehamilan, tetapi hormone plasenta menghambat produksi ASi. Setelah lahirnya plasenta, konsentrasi estrogen dan progesterone menurun, prolaktin dilepaskan dan sintesis ASI dimulai. Suplai darah ke payudara meningkat dan menyebabkan pembengkakan vascular sementara. air susu, saat di produksi, disimpan di alveoli dan harus dikeluarkan dengan efektif dengan cara diisap oleh bayi untuk pengadaan dan keberlangsungan laktasi.

Pelepasan oksitosin dari kelenjer hipofisis posterior distimulasi oleh isapan bayi. Hal ini menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel di dalam payudara dan pengeluaran atau “pelepasan” ASI. Oksitosin juga menstimulasi kontraksi miometrium pada uterus, yang biasanya dilaporkan wanita sebagai afterpain(nyeri kontraksi uterus setelah melahirkan). Hal ini umumnya timbul

(11)

selama 3 jam pertama pascapartum, dan lebih banyak terjadi pada wanita multipara dibanding wanita primipara serta timbul lebih sering pada masa menyusiu.

d. Abdomen.

Dinding Abdomen merenggang tampaklembek dan longga untuk beberapa waktu, tonus dapat meningkat pada bulan kedua hingga ke 3 dan juga dengan latihan.

e. Uterus

Segera setelah melahirkan, uterus dapat dipalpasi tepat dibawah umbilicus.

Uterus harus teraba terkontraksi dengan baik. Setelah 24 jam, tinggi fundus uterus mulai menghilang secara progresif sampai tidak dapat lagi dipalpasi diatas simfisis pubis, pada hari ke 10 – 12 pascanatal. Proses ini disebut involusi. Berat uterus akan sangat berkurang pada minggu ke-6 dan bentuknya akan mendekati bentuk uterus sebelum hamil.

Proses Involusi uterus.

INVOLUSI TINGGI FUNDUS BERAT UTERUS

Plasenta lahir Sepusat 1.000 gr

7 hari (1 minggu) Pertengahan pusat-simpisis 500 gr

14 hari(2 minggu) Tak teraba 350 gr

42 hari(6 minggu) Sebesar hamil 2 minggu 50 gr

56 hari(8 minggu) Normal 30 gr

(12)

Pengurangan ukuran uterus yang cepat disebabkan oleh :

a. Pengurangan estrogen plasenta. Pengurangan estrogen menghilangkan stimulus ke hipertofi dan hyperplasia uterus.

b. Iskemia miometrium. Miometrium terus berkontraksi dan beretraksi setelah melahirkan, mengontraksi pembuluh darah dan mencapai hemostasis pada sisi plasenta, iskemia mengakibatkan atrofi serat - serat otot.

c. Otolisis miometrium. Selama kehamilan, estrogen meningkatkan ukuran sel miometrium dan kandungan protein (aktin dan miosin). Penurunan estrogen setelah melahirkan menstimulasi enzim proteolitik dan makrofag untuk menurunkan dan mencerna (proses otoolisis) kelebihan protein dan sitoplasma intrasel, mengakibatkan pengurangan ukuran sel secara menyeluruh. Jaringan ikat dan lemak biasanya ditelan, dihancurkan dan dicerna oleh jaringan makrofag d. Lokia

Lokia merupakan hasil nekrosis dari lapisan desidua dan terdiri dari jaringan desidua, sel – sel epitel, bakteri dan darah dari sisi plasenta. Lokia mempunyai karakteristik berbau tajam yang merupakan hasil dari invasi bakteri yang berasal dari vagina masuk ke dalam uterus antara 4 – 5 hari pertama setelah melahirkan.

Volume total lokia bervariasi pada setiap wanita, tetapi diperkirakan berjumlah 500 ml (hibbard, 1998). Selama menyusui., Oksitosin yang dilepaskan dari kelenjer hipofisis posterior sebagai respons terhadap isapan bayi menyebabkan uterus berkontraksi sehingga semakin banyak lokia yang terobservasi.

(13)

Karakteristik lokia : 1). Lokia rubra (kruenta)

- 1 sampai 3 hari, berwarna merah ½ hitam

- Terdiri dari sel desidua, verniks kaseosa, rambut lanuga, sisa mekoreum, sisa darah

2). Lokia sanginolenta - 3 sampai 7 hari

- Berwarna putih bercampur merah 3). Lokia serosa

- 7 sampai 14 hari - Berwarna kekuningan 4). Lokia alba

- Setelah hari ke-14 - Berwarna putih e. Saluran kemih

Pengeluaran urin meningkat pada jumlah yang besar pada awal periode post parfum, ibu terdapat kesulitan mengosongkan kandung kemih karena penurunan sensasi kandung kemih, pembengkakan dan memar pada jaringan sekeliling uretra, kapasitas kandung kemih yang meningkat dan kesulitan kandung kemih pada posisi recumbert.

f. Ekstremitas bagian bawah

Statis darah pada kaki berhubungan dengan trauma pada pembuluh darah dan penggunaan pijakan kaki meningkatkan resiko tromboflentis (tersumbatnya

(14)

g. Defekasi

Defekasi cenderung lambat karena masih ada efek progesterone, penurunan dan kekurangan cairan darah. Ibu mungkin takut bila pergerakan usus saat defekasi akan menimbulkan rasa sakit karena terdapat defikasit dan hemoroid.

(Henderson, dkk, 2006) 3. Catatan Penting Untuk Masa Nifas a. Waspada

Pada masa nifas mungkin akan terjadi peningkatan suhu tubuh atau keluhan nyeri, demam pada masa nifas menunjukkan adanya infeksi. Infeksi yang sering terjadi infeksi kandungan dan saluran kemih, ASI yang tidak keluar terutama pada hari 3-4 menyebutkan demam disertai payudara membengkak dan nyeri. Demam ASI ini umumnya berakhir setelah 24 Jam.

b. Kram perut

Wanita yang pertama kali melahirkan akan mengalami kontraksi rahim yang cenderung bersifat kronik. Menimbulkan nyeri perut seperti kram apabila ada sisa bekuan darah dalam rahim. Kadang kala nyeri sangat hebat sehingga membutuhkan obat analgesik.

Nyeri perut dapat timbul pada saat bayi menghisap payudara.

c. Defekasi

Defekasi cenderung lambat karena masih ada efek progesterone, penurunan dan kekurangan cairan serta darah. Mungkin juga ibu takut bila pergerakan usus saat defekasi akan menimbulkan rasa sakit karena terdapat hemoroid.

(15)

d. Lokia

Setiap perubahan pola pengeluaran lokia bila disertai suatu perpanjangan pengeluaran darah, ada kemungkinan ini keadaan abnormal, seperti terdapat sisa plasenta selaput ketuban atau luka jalan lahir yang masih berdarah.

e. Penurunan berat badan

Pasca persalinan akan kehilangan 5-6 kg berat badan. Yang berasal dari bayi, plasenta, air ketuban, perdarahan persalinan, 2-3 kg melalui air kemih sebagai usaha tubuh untuk mengeluarkan cairan yang dulu diretensi pada waktu hamil. Rata-rata wanita kembali ke berat badan ideal setelah 6 bulan post partum, namun ada juga yang berat badan meningkat.

f.Mobilisasi

Pada masa nifas perempuan sebaiknya melakukan ambulasi dini, yang dimaksud dengan ambulasi dini adalah beberapa jam setelah melahirkan segera bangun dari tempat tidur dan bergerak perlahan-lahan, sehingga gangguan berkemih dan gangguan BAB dapat teratasi.

g.Kebersihan

harus selalu dibersihkan dari depan ke belakang, tidak perlu khawatir jahitan akan terlepas. Apabila ada pembengkakan dapat dikompres dan untuk mengurangi rasa tidak nyaman dapat duduk berendam di air hangat setelah 24 Jam pasca persalinan.

h. Buang air kecil jangan ditahan

Rasa nyeri kadang kala menyebabkan keengganan untuk berkemih, usahakanlah untuk berkemih teratur karena kandung kemih yang penuh dapat menyebabkan gangguan kontraksi rahim yang dapat menyebabkan perdarahan dalam rahim.

(16)

i. Waspadai Post partum Blues

Wanita pasca persalinan kadang kala mengalami depresi yang disebut post partum blues.

depresi dapat disebabkan oleh faktor perubahan emosional, kelelahan kecemasan merawat bayi, perasaan kurang menarik, dan lan-lain. Depresi ini umumya hilang sendiri 2-3 hari dan juga bisa lebih lama lagi.

j.Makanan

Pada ibu habis melahirkan tidak ada pantangan makanan. 2 Jam setelah post partum ibu boleh makan makanan dan minuman seperti biasa. Jumlah kalori dan protein pada ibu menyusui lebih besar daripada ibu hamil yaitu mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.

k. Rencana KB

Pemilihan kontrasepsi harus sudah dipertimbangkan pada masa nifas. Kontrasepsi yang mengandung hormon bila digunakan harus menggunakan obat yang tidak mengganggu produksi ASI (air susu ibu). (Henderson, dkk, 2006)

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan menurut WHO persalinan normal adalah persalinan yang dimulai secara spontan (dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir), beresiko rendah pada

Pelayanan persalinan tingkat lanjutan adalah pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan spesialistik, terdiri dari pelayanan kebidanan dan neonatus kepada ibu hamil,

Menurut ICD IX, kematian maternal (ibu) meliputi kematian wanita pada wak- tu hamil sampai 42 hari setelah bersalin (tidak bergantung pada umur kehamilan dan kehamilan

Kematian obstetri tidak langsung yaitu kematian yang timbul akibat adanya penyakit penyerta yang sudah diderita sebelum kehamilan dan persalinan atau penyakit yang

Faktor resiko pada ibu hamil meliputi riwayat kehamilan dan persalinan yang sebelumnya kurang baik yaitu riwayat keguguran, perdarahan pasca kelahiran, lahir mati; Ibu hamil

Pada primigavida atau ibu yang pertama kali hamil sering mengalami stress dalam mengalami persalinan sehingga dapat terjadi preeklamsia. Primigravida mengalami kejadian

Pada perpanjangan masa menyusui petugas kesehatan dapat meyakinkan bahwa wanita tersebut tidak akan hamil bila sampai 6 bulan pasca persalinan melaksanakan MAL

Materi kelas ibu hamil pertemuan IV Pencegahan penyakit, komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas agar ibu dan bayi sehat Tanda bayi lahir sehat Perawatan bayi baru lahir