• Tidak ada hasil yang ditemukan

RIO: DARI RUMAH, KE RUMAH, UNTUK RUMAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RIO: DARI RUMAH, KE RUMAH, UNTUK RUMAH"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Tingkat Sarjana Bidang Seni Rupa

RIO: DARI RUMAH, KE RUMAH, UNTUK RUMAH

Lukman Satrio Pamungkas

Aminudin T. H. Siregar, M.Sn

Program Studi Sarjana Seni Rupa, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB Email: lukmansatriop@gmail.com

Kata Kunci :rumah, keluarga, ingatan masa kecil, instalasi, refleksi, penyadaran.

Abstrak

Masa kecil merupakan suatu fase yang dilalui oleh semua orang. Semua hal yang menyenangkan dan menarik terjadi di dalamnya, bahkan setiap kejadiannya memberikan jejak yang nyata dalam ingatan. Saat dewasa pun, masa kecil ini tidak terlepas dan menjadi pengaruh pada setiap kehidupan tiap individu. Dalam kehidupan masa kecilnya, penulis dihadapkan kepada masa yang kurang menyenangkan. Pemanggilan ingatan masa kecil membuatnya sadar akan masalah yang ada, namun juga menumpuk kebencian baru di sisi lain. Proses tersebut membuat timbulnya penyesalan dan rasa bersalah penulis terhadap keluarganya. Untuk kedua kalinya, penulis mendapat penyadaran kedua untuk bisa menerima kisahnya di masa lalu. Perjalanan itu kemudian mencoba digambarkan oleh penulis dalam sebuah karya cetak saring dan instalasi. Selain sebagai proses ekspresi perasaan personal, juga berusaha untuk memberi koreksi pemikiran akan hubungan dengan keluarga pada lingkungan sosial.

Abstract

Childhood is a phase that is traversed by everyone. All the fun and exciting things happening in it give a very real trace in the memory of the individual. Even during adulthood, the childhood phase is not forgotten and becomes an influence on each individual's life. During his childhood life, the author was exposed to less favorable situations regarding his family. Recalling childhood memories makes the author aware of the problems that exist, but on the other hand it also accumulates new hatred. This process leads to further guilt and regret regarding the relation of the author to his family. The author then experiences awareness for a second time, leading him to be able to accept his past. The author then tries to describe this experience through artwork using screenprint medium and installation. Aside from being an expression of personal feelings, this work also seeks to provide a thoughtful correction about the relationship of the family on the social environment.

1.

Pendahuluan

Masa kecil merupakan suatu fase yang dilalui oleh semua orang. Semua hal yang menyenangkan dan menarik terjadi di dalamnya, bahkan setiap kejadiannya memberikan jejak yang nyata dalam ingatan. Saat dewasa pun, masa kecil ini tidak terlepas dan menjadi pengaruh pada setiap kehidupan tiap individu. “Why do some, perhaps most, memories fade,

whereas memories of unique experiences are preserved? Why is it that memories of emotionally arousing experiences are favored?” itu adalah pertanyaan yang dilontarkan Thomas McGaugh pada bukunya “Memory and Emotion” (McGaugh, 2003:36) dimana dia mencari jawabannya dengan mempelajari cara kerja otak. Lanjutnya, timbul satu jawaban sederhana darinya, “Memory, in a most general sense, is the lasting consequence of an experience; but it is

clearly more than that. More specifically, memory is the consequence of learning from an experience.” (McGaugh, 2003:36). Masa kecil yang juga merupakan bagian dari ingatan merupakan konsekuensi yang abadi dari sebuah pengalaman. Lebih spesifik lagi, ingatan adalah konsekuensi dari pengalaman belajar.

Dalam kehidupan masa kecilnya, penulis dihadapkan kepada masa yang kurang menyenangkan. Hal itu disebabkan salah satunya oleh perlakuan dari ayahnya yang mendidik dengan tegas seperti mendidik orang dewasa, dimana penulis masih belum sepenuhnya mengerti. Semua nasihat sang ayah diterima penulis hanya sebatas teguran dan larangan, terkumpul kurang lebih sedari penulis mulai menginjak usia sekolah dasar. Dari sanalah kemudian penulis tumbuh dipupuk dengan rasa benci dan marah ,semua tersimpan dalam hati dan terkadang juga muncul dalam perilaku kesehariannya. Kebencian dan rasa dendam dari ayah serta kasih sayang dan ketenangan dari ibu disimpannya di dalam hati, menjadi beban kecil yang terus menumpuk seiring berjalannya hari.

Cerita berlanjut ketika penulis masuk kuliah di Kota Bandung yang notabene jauh dari rumah. Awalnya penulis lebih cenderung pada titik kembali membenci sang ayah, namun perasaan tersebut lambat laun mereda. Sejak masa ini penulis semakin sering menggali kembali ingatan masa kecilnya, terlebih sewaktu merasa rindu dengan keluarga sehingga suasana yang timbul ketika mengingat kembali itu menjadi lebih tenang dan damai. Proses ini didapat perlahan-lahan mulai dari tahun keduanya. Ternyata dengan mengingat-ingat kebencian yang dimilikinya, penulis secara tidak langsung mendapat penyadaran, bahkan tanpa perlu campur tangan pihak luar. Segala proses pemanggilan ingatan dalam intensitas yang teratur (termasuk membuat karya seni tentang keluarga atau sesederhana seperti melihat benda-benda yang mengingatkannya akan keluarga dalam rentang waktu tertentu) tersebut menuntun penulis untuk melihat masa lalunya dari sisi yang lain.

(2)

Komposisi visual yang dibuat dalam karya Tugas Akhir ini berisi tentang proses yang telah ditempuh oleh penulis, tentang penyadaran awal menyadari adanya bagian ingatan yang berdampak kurang menyenangkan. Berjalan perlahan memberi penyembuhan pada penulis (self-healing) dan perubahan pemahaman sehingga ingatan tersebut menjadi lebih ringan dan tidak lagi membenci sang ayah, kemudian pada tahap penerimaan terhadap ingatan-ingatan masa kecil tanpa harus membuang atau melupakannya. Visual tersebut akan berisi rumah sebagai penggambaran keluarga yang keluar dari arti harafiahnya menjadi satu kesatuan yang lebih besar bagi penulis.

2.

Proses Studi Kreatif

Karya dengan judul “Rio: Dari Rumah, Ke Rumah, Untuk Rumah” ini dibuat untuk dapat membagi pengalamannya dalam menanggapi fenomena yang sebenarnya umum dijumpai pada sebagian besar keluarga lain. Mulai dari bagaimana penulis menggali dan menemukan permasalahan antara diri penulis dengan keluarga, menanggapinya, mengolahnya, hingga penulis mencapai kesadaran akhir akan permasalahan tersebut. Penulis juga ingin menunjukkan pentingnya tiap-tiap proses baik dalam penemuan masalah dan penemuan solusinya. Terakhir, penulis mencoba menyampaikan bahwa kegiatan berkesenian dan karya seni mampu memberikan fungsi refleksi, penyembuhan, dan membawa ke arah kehidupan yang lebih baik bagi setiap manusia.

Karya Tugas Akhir yang dikerjakan oleh penulis memuat tema-tema sejenis sejak penulis memasuki masa kuliah tahun kedua ,yaitu pada mata kuliah Studio Seni Grafis I hingga Pra Tugas Akhir. Penulis tertarik dengan seni grafis terlebih karena sifat repetitif dari pembuatan edisi sampai dengan pembuatan karya yang konvensional sehingga lebih banyak tahapan dalam proses pembuatan karyanya. Medium yang sering dipakai oleh penulis seperti cetak tinggi (woodcut), cetak datar (lithgraphy), dan cetak saring (screenprint). Penulis sering memunculkan karya yang sarat akan ironi, yaitu dengan menampilkan tema personal seperti kebencian dan amarah dalam bentuk yang lembut, atau pemilihan warna muda dan cerah. Lebih dalam lagi, karya Tugas Akhir yang dikerjakan oleh penulis mengacu kepada karya studio grafis 5 (2013) dimana terdapat visual yang sama, yaitu rumah.

Tema keluarga terlebih hubungan ayah dan anak seringkali diangkat oleh penulis. Kebanyakan tema tersebut ditarik dari ingetan masa kecil penulis yang berpengaruh dan divisualisasikan ke dalam tiap karyanya. Di samping itu penulis juga menyadari karya tersebut memberikan pengaruh dan menghasilkan pemikiran baru bagi penulis tentang keluarga. Terjadi proses pematangan dalam penggarapan proses Tugas Akhir, karena kali ini penulis sudah bisa mengesampingkan rasa benci dan dendamnya. Rumah kali ini dipilih penulis sebagai visual untuk memaknai keluarga lebih dalam, bukan lagi sebagai kumpulan ibu, ayah, dan anak. Penggunaan media lain dan pembuatan instalasi yang masih merupakan hal yang baru bagi penulis juga memberikan kebebasan dalam merepresentasikan konsep karya Tugas Akhir.

Seperti yang telah disampaikan oleh penulis pada bab sebelumnya, dalam karya Tugas Akhir penulis mengangkat tentang hubungannya yang kurang menyenangkan dengan keluarga. Permasalahan muncul kembali dalam benak penulis setelah berada jauh dari keluarga. Ingatan kecil penulis memberikannya gambaran di masa lalu sehingga kemudian timbullah rasa benci yang selama ini tumbuh dalam diri penulis. Sosok ayah mengundang begitu banyak kebencian pada diri penulis ketika itu. Didikan dan watak beliau memberikan kesan yang kurang nyaman padanya, sehingga dari ingatan masa kecil penulis justru menambahkan kebencian baru. Pada masa kuliah penulis kerap menggambarkan kebenciannya ini di dalam karya-karya seni grafis, dan proses-proses yang dilalui berhasil mengundang sedikit efek

Gambar 1 Karya Pra Tugas Akhir dan Studio Seni Grafis 5. (Sumber: dokumentasi pribadi)

(3)

Nama Penulis ke-1 lega karena penulis bisa menyalurkan emosinya. Namun ternyata penyadaran ini menjadi pedang bermata dua karena di sisi lain juga turut menambah trauma dari hasil memanggil kembali ingatan masa kecil.

Perjalanan berlanjut ketika intensitas ingatan masa kecil yang dipanggil semakin meningkat. Penulis menjadi seorang yang pendendam dan semakin membenci hubungannya dengan keluarga, meski masih ada sosok ibu yang masih dianggapnya baik. Dibalik itu, ternyata penulis juga perlahan mulai merasa jenuh akan kebenciannya yang justru di awal ingin digali lebih dalam. Penulis mulai memikirkan kembali akan kejadian-kejadian yang menimpanya di masa kecil, memikirkan tentang apa yang ada di balik semuanya. Penulis teringat dengan kata sang ayah suatu hari bahwa semua yang dilakukannya adalah karena ayah penulis sayang padanya. Pada tahap ini, penulis mulai merasa menyesal dan sedih. Kebencian sudah bukan lagi sesuatu yang dicari penulis, melainkan maaf yang ingin disampaikan pada keluarganya, namun penulis tidak bisa mengutarakannya karena hubungan penulis dengan keluarga tidak terlalu dekat secara emosional. Titik balik tersebut, melingkupi rasa menyesal, rasa bersalah, permintaan maaf dan penyadaran kedua yang menganggap ingatan masa kecil penulis bukan lagi sebuah pengaruh buruk bagi dirinya, melainkan bagian dari kehidupannya sehingga penulis bisa lebih bijak dan berpikiran terbuka dalam menghadapi persoalan hubungan dengan keluarganya, terutama dengan ayah penulis.

3.

Hasil Studi dan Pembahasan

Visual karya yang dibentuk oleh penulis dalam karya Tugas Akhir merupakan komposisi dua lapis obyek yang menjadi satu. Visual tersebut antara lain adalah rumah dan bidang hitam yang menimpanya. Komposisi tersebut terdistribusi terdalam tiga karya yang berbeda perlakuannya, yaitu karya cetak pada kertas yang dipajang seperti karya pada umumnya, karya cetak di atas kaos anak-anak, dan karya cetak sebagai instalasi. Gambar rumah dipilih oleh penulis sebagai perwakilan akan keluarga, karena penulis telah berhasil memperoleh pemahaman baru tentangnya. Bahwa keluarga tidak hanya mencakup kumpulan subyek semata.

Gambar rumah juga didapat dari foto rumah asli yang sama sekali tidak mengikutsertakan foto dari rumah penulis sendiri. Gagasan tersebut didasari dari hubungannya dengan ingatan masa kecil penulis yang besar pengaruhnya. Penulis tumbuh dengan kebencian yang dipupuknya setiap hari sedari penulis masih kecil. Dari proses itu secara tidak langsung penulis membentuk gambaran akan keluarga dan rumah yang menurutnya ideal. Kemudian penulis memakai warna gradasi untuk menggambarkan proses penyadaran hingga sampai masa sekarang ini. Gradasi tersebut terbangun dari campuran warna biru menuju warna hijau. Warna biru dan hijau dipilih oleh penulis berdasar warna pada karya studio seni grafis 5 yang berwarna hijau tua karena melambangkan kelahiran kembali (reborn) dan termasuk warna yang mengingatkan pada perkataan ibu penulis sewaktu dirinya kecil. Warna biru dan hijau juga melanjutkan konsep dari karya pra Tugas Akhir penulis dimana penulis membuat satu rangkaian karya dengan latar belakang rumput, langit, dan laut. Di masa itu penulis masih menggunakan penggambaran tersebut untuk memposisikan dirinya, ibunya, dan sang ayah. Awalnya penulis ingin mengubah pilihan warna tersebut karena dirinya merasa tidak berhak menghakimi pihak keluarganya, namun kali ini warna tersebut dirasa penulis perlu untuk diangkat kembali karena proses pemahaman penulis didapat dengan melibatkan ibu dan juga ayahnya. Gradasi yang ditampilkan mendatar digunakan dengan menyesuaikan bidang dinding yang juga mendatar, sehingga semakin terlihat walaupun dari jarak pandang jauh. Dalam lingkup keseluruhan, penulis juga ingin membuat visualisasi ironi dalam karyanya, yaitu menampilkan muatan yang berpengaruh buruk dengan warna-warna muda dan lembut (pastel colors).

Ironi memang selalu tampak pada karya-karya penulis, bahkan pada karya sebelumnya sebagai bentuk lain dari sindiran untuk penulis sendiri. Bentuk rumah yang ditampilkan juga memakai blok titik warna (pixel). Blok titik dirasa penulis dekat dengan proses digital dan turut menggambarkan era kontemporer, dimana tema-tema personal yang selama ini dimutilasi kembali menjadi bahan perhatian yang diangkat dalam pembuatan karya seni. Disamping itu pixel juga muncul akibat proses pembesaran dari sebuah gambar pada komputer, yang kemudian oleh penulis dijadikan sebagai simbol dari pengaburan visual sehingga privasi tema personal penulis secara spesifik tetap terjaga. Apresiator harus melihat dari kejauhan agar visual rumah tersebut menjadi tampak, serupa dengan proses yang dilalui penulis untuk melihat dari sudut pandang lain agar gambaran atau inti yang lain dapat pula terlihat.

(4)

Komposisi karya Tugas Akhir penulis juga menghadirkan bidang hitam yang dibuat dari cat semprot (spray paint) menimpa gambar rumah. Warna hitam dipakai penulis untuk mewakili segala masalah dalam ingatan masa kecil penulis. Jika dulu bidang hitam diartikan sebagai anomali atau keanehan yang dirasa oleh penulis ada pada keluarganya, namun sekarang penulis mengartikannya dengan berbada. Bahwa penulis di dalam keluarga mempunyai masalah selayaknya bidang hitam yang kontras, namun kini bisa menghadapinya dengan penerimaan dan menjadikannya sebagai

bahan pembelajaran untuk masa yang akan datang. Bidang hitam bukan lagi visual yang mengganggu bagi penulis karena penulis sudah bisa menerima segala sesuatu yang terjadi pada dirinya di masa kecil. Bidang hitam saat ini hanya menjadi bagian kecil yang merupakan fokus lain dari hidup penulis, sebuah perhentian sejenak untuk melanjutkan perjalanan hidup yang lebih jauh nantinya.

Gambar 3.19 Karya “Dari Rumah” (Sumber: dokumentasi pribadi)

Gambar 3 Karya “Ke Rumah” (Sumber: dokumentasi pribadi)

Gambar 4 Karya “Untuk Rumah” (Sumber: dokumentasi pribadi)

(5)

Nama Penulis ke-1 Penulis juga membuat dua karya lain berupa instalasi yang juga menggunakan teknik sablon sebagai dasarnya. Kerya pertama dibuat dengan mencetak visual rumah di atas baju anak-anak, bidang hitam juga turut dihadirkan di atasnya. Karya tersebut sebagai perlambangan akan tahap penemuan masalah antara penulis dengan keluarga, namun masih dengan penalaran penulis di masa kecilnya. Baju-baju tersebut menunjukkan komposisi yang kurang rapi, gambar rumah yang tidak segaris satu dengan lainnya. Selain itu terdapat karya kedua yang berupa cetakan pada kertas tanpa menyertakan bidang hitam. Karya tersebut dibingkai kayu, namun tidak digantung melainkan diletakkan pada penyangga (base) dan menghadap ke atas. Kemudian di atasnya, penulis meletakkan benda-benda yang sebelumnya sudah dibubuhi tinta cetak saring dan cat semprot sebagai bidang hitam. Benda-benda yang diletakkan di atasnya berperan sebagai simbol benda-benda pemicu ingatan masa kecil penulis. Pada karya kedua menggambarkan fase dimana penulis mulai menyadari bahwa kebenciannya semakin menumpuk bersamaan dengan penggalian ingatan masa kecil. Di samping itu karya ini memvisualisasikan titik balik, yaitu ketika keinginan menggali ingatan masa kecil berhadapan dengan rasa merasa bersalah dan penyesalan terhadap keluarganya sendiri yang sudah berbuat banyak untuk anaknya. Kedua hal yang bertentangan itu diwakilkan dengan adanya kaca pada bingkai yang membatasi cetakan kertas dengan benda di atasnya.

Melalui pendekatan karya yang bersifat personal ini, penulis menyampaikan penerimaan ingatan masa kecilnya dan berharap agar apresiator untuk lebih terbuka kepada diri sendiri, dan melihat dari sisi lain atas segala sesuatu. Karena semua kejadian yang berhubungan dengan setiap individu pasti terdapat makna dan pelajaran yang bisa diambil.

4.

Penutup / Kesimpulan

Ingatan masa kecil penulis membawanya pada pengaruh yang kurang baik. Ingatan buruk akan hubungan dengan keluarganya justru mendominasi ketika dilakukan proses pemanggilan kembali. Hal itu membuat penulis diselimuti kebencian-kebencian baru, yang akhirnya membuat penulis merasa jenuh dan menyesal. Penyadaran demi penyadaran kemudian muncul bersamaan dengan rasa bersalah tersebut.

Penulis pun akhirnya menyalurkan emosinya tersebut ke dalam tiga rangkaian karya yang saling berhubungan. Karya-karya itu terdiri dari Karya-karya cetak saring dan instalasi dengan beberapa medium, seperti kaos anak-anak dan benda-benda simbol pemicu ingatan masa kecilnya. Melalui karya tersebut, penulis menggambarkan perjalanannya, mengarah pada penyadaran akan semua kejadian yang pernah dilalui.

Dalam pembuatan karya Tugas Akhir, penulis melewati segala proses kerja disiplin seni grafis yang berurutan dan berulang-ulang. Repetisi ini menjadi kendaraannya untuk memikirkan kembali akan kejadian-kejadian di masa lalu, dan memberinya sudut pandang baru yang lebih positif. Penerimaan akhirnya menjadi jawaban atas segala hal yang kurang menyenangkan tersebut, sekaligus menjadi hasil dari karya sebagai terapi bagi penulis. Bukan berarti menghilangkan atau menguburnya, melainkan untuk menyikapinya lebih baik dengan sudut pandang yang lebih luas lagi akan hubungannya dengan keluarga. Masalah akan selalu ada dalam setiap keluarga, dan respons yang baik akan menuntun pada pengaruh yang baik pula, terlebih pada diri sendiri.

Ucapan Terima Kasih

Artikel ini didasarkan kepada catatan proses berkarya/perancangan dalam MK Tugas Akhir Program Studi Sarjana Seni Rupa FSRD ITB. Proses pelaksanaan Tugas Akhir ini disupervisi oleh pembimbing Aminudin T. H. Siregar, M.Sn dan Dr. Tisna Sanjaya, M.Sch..

Daftar Pustaka

Coldwell, P. “Printmaking: A Contemporary Perspective” 2010. Black Dog Publishing. London.

Damajanti, Irma. “Psikologi Seni”. 2006.Kiblat. Bandung. Hlm. 21

Feldman, E.B. “Art As Image And Idea”. 1967. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Gino, Francesca. Desai, Sreedhari, D. “Memory Lane and Morality: How Childhood Memories Promote Prosocial Behavior”. 2011

Kehily, Mary, J. “Understanding childhood: an introduction to some key themes and issues.

Vidal, F. “Piaget before Piaget”. 1994. Cambridge, MA. Harvard University Press.

(6)

Westman, Jack, C. “Complete Idiot’s Guide to Child and Adolescent Psychology”. 2011. Penguin Group. Chapter 1, Hlm. 12

Situs Internet

http://www.brainpickings.org/2013/10/25/art-as-therapy-alain-de-botton-john-armstrong/ (diakses pada 5 Februari 2015 15:44)

http://www.chris-noble.supanet.com/christopher-noble-printmaker/Contents/screentech.html (diakses pada 22 Februari 2015 04:28)

http://classroom.synonym.com/narrative-psychology-3393.html (diakses pada 10 Februari 2015 18:13)

http://collection.spencerart.ku.edu/eMuseumPlus?service=ExternalInterface&module=collection&objectId=26068&vie wType=detailView (diakses pada 17 Februari 2015 15:52)

http://www.ilovemega.com/blog/eboy-godfathers-of-pixel/ (diakses pada 15 Februari 2015 19:22)

http://www.psychologytoday.com/blog/life-art/201006/tragedy-art-meaning-making-personal-narrative-and-life-s-adversities (diakses pada 10 Februari 2015 18:05)

http://www.tate.org.uk/context-comment/articles/it-installation-art (diakses pada 19 Februari 2015 20:28)

(7)

Nama Penulis ke-1

SURAT PERSETUJUAN PEMBIMBING TA

Bersama surat ini saya sebagai pembimbing menyatakan telah memeriksa dan menyetujui Artikel

yang ditulis oleh mahasiswa di bawah ini untuk diserahkan dan dipublikasikan sebagai syarat

wisuda mahasiswa yang bersangkutan.

Bandung, 09/03/2015

Tanda Tangan Pembimbing : _______________________

Nama Jelas Pembimbing

: _______________________

Nama Mahasiswa

Lukman Satrio Pamungkas

NIM

17010001

Judul Artikel

“Rio: Dari Rumah, Ke Rumah, Untuk Rumah”

diisi oleh pembimbing

Nama Pembimbing

Aminudin T. H. Siregar, M.Sn

Rekomendasi

Lingkari salah satu 

1.

Dikirim ke Jurnal Internal FSRD

2.

Dikirim ke Jurnal Nasional Terakreditasi

3.

Dikirim ke Jurnal Nasional Tidak Terakreditasi

4.

Dikirim ke Seminar Nasional

5.

Dikirim ke Jurnal Internasional Terindex Scopus

6.

Dikirim ke Jurnal Internasional Tidak Terindex Scopus

7.

Dikirim ke Seminar Internasional

Gambar

Gambar 1 Karya Pra Tugas Akhir dan Studio Seni Grafis 5.  (Sumber: dokumentasi pribadi)
Gambar 3 Karya “Ke Rumah”  (Sumber: dokumentasi pribadi)

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian pengembangan sebuah aplikasi sistem informasi persediaan kantong darah berbasis telepon pintar. Sistem

Berdasarkan analisis dan pembahasan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. 1) Indikator internal yang mempengaruhi partisipasi mahasiswa adalah kemampuan mahasiswa

bahwa sebagai pelaksanaaan Peraturan Walikota Banjarbaru Nomor 18 Tahun 2009 tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Instalasi Farmasi

 Jangan menyalakan perangkat jika kabel steker atau bagian perangkat lainnya seperti selang bertekanan tinggi, pistol penyemprot, atau peralatan keamanan lainnya dalam

Kementerian Agama RI, Al- Qur‟an terjemah dan Tajwid , (Bandung: Sygma Examedia Arkanleema, 2014), h. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.. Modul merupakan jenis

Dalam pasal 35 ayat (2) Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 tahun1974 menyebutkan pemisahan harta terhadap harta bawaan masing-masing pihak saja maka pasal 29 bisa dijadikan