P
ROFIL
K
EMISKINAN DI
M
ALUKU
T
AHUN
2015
RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang pengeluaran per bulannya berada dibawah Garis Kemiskinan) di Maluku pada bulan September 2015 sebanyak 327.770 orang (19,36 persen). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan Maret 2015 yang berjumlah 328.410 orang (19,51 persen), dalam satu tahun ini tingkat kemiskinan turun sebanyak 0,15 poindan dari sisi jumlah, penduduk miskin berkurangsebanyak640 orang. Selama periode Maret2015 s.d. September 2015, penduduk miskin di daerah perdesaan
berkurang 470 orang, sementara di daerah perkotaan berkurangsebanyak 170 orang. Persentase penduduk miskin di daerah perdesaan masih tinggi, yaitu sebesar 26,70 persen dibandingkan dengan daerah perkotaan yang mencapai 7,83 persen.
Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada bulan September 2015, sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan sebesar 76 persen.
Pada periode September 2014s.d. September 2015, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan kecenderungan meningkat. Ini
mengindikasikan bahwa dalam periode satu tahun terakhir, rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin jauh di bawah garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga meningkat.
No.05/01/81/Th. XVIII, 4 Januari 2016
Agustus 2007 Agustus 2007
1. Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Maluku, Maret 2012—September 2015
Tingkat kemiskinan/persentase penduduk miskin pada periode 2012—2015menunjukkan trend yang semakin menurun dari waktu ke waktu (Tabel 1). Dalam tiga tahun terakhir (Maret 2012 ke September 2015), jumlah penduduk yang rata-rata pengeluaran per bulannya di bawah Garis Kemiskinan atau yang kita sebut sebagai penduduk miskin, berkurang sebanyak 219.000 orang.
Pada September 2015, BPS mencatat jumlah penduduk miskin di Maluku sebanyak sekitar 327.770 orang, atau bertambah sekitar 20.750 orang jika dibandingkan pada bulan yang sama tahun sebelumnya (September 2014, 307.020 orang). Sejalan dengan itu, dari sisi persentase, tingkat kemiskinan di Maluku pada September 2015 (19,36 persen) juga lebih tinggi dibandingkan September 2014 yang sebesar 18,44 persen. Namun, jika dibandingkan dengan keadaan Maret 2015, jumlah penduduk miskin di Maluku pada bulan September 2015 berkurang sekitar 640 orang atau 0,15 persen.
Tabel 1.
Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Maluku Menurut Daerah, Maret 2012—September2015
Tahun JumlahPendudukMiskin PersentasePendudukMiskin Kota Desa Kota + Desa Kota Desa Kota + Desa Maret2012 57.890 288.880 346.770 9,78 28,87 21,78 Sept 2012 50.300 283.300 333.600 8,39 28,12 20,76 Maret 2013 47.860 268.120 315.990 7,93 26,34 19,49 Sept 2013 49.950 265.260 315.210 7,96 26,30 19,27 Maret 2014 49.830 266.280 316.110 7,80 26,28 19,13 Sept 2014 47.580 259.440 307.020 7,35 25,49 18,44 Maret 2015 51.770 276.640 328.410 7,91 26,90 19,51 Sept 2015 51.600 276.170 327.770 7,83 26,70 19,36 Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
Selama periode September 2014s.d. September 2015, penduduk miskin di daerah perdesaan bertambah16.730 orang dan di daerah perkotaan berkurangsebanyak4.020 orang. Persentase penduduk miskin di daerah perdesaan masih tinggi, yaitu sebesar 26,70 persen dibandingkan dengan daerah perkotaan yang mencapai 7,83 persen.
Gambar 1. Trend Tingkat Kemiskinan di Maluku Maret 2012— Sept 2015
2. Perkembangan Tingkat Kemiskinan September 2014—September 2015
Jumlah penduduk miskin di Maluku pada bulan September 2015 sebanyak 327.770 orang (19,36 persen). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan September 2014 yang berjumlah 307.020 orang (18,44 persen), dalam satu tahun ini tingkat kemiskinan naik sebanyak 0,92 poindan dari sisi jumlah, penduduk miskin naik sebanyak 20.750 orang. Namun, jika dibandingkan dengan keadaan Maret 2015, tingkat kemiskinan di Maluku mengalami penurunan sebesar 0,15 persen atau sebanyak 640 orang.
Garis kemiskinan di daerah perkotaan lebih rendah daripada perdesaan.Garis kemiskinan di perkotaan pada September 2015 sebesar Rp404.929,- per kapita per bulan, sedangkan di perdesaan sebesar Rp405.502,- per kapita per bulan. Secara umum, nilai Garis Kemiskinan yang digunakan sebagai dasar penentuan status kemiskinan penduduk di Maluku pada September 2015 sebesar Rp405.279,- yang juga berarti, untuk memenuhi kebutuhan dasar 2100 kkal makanan per hari dan pengeluaran dasar nonmakanan dalam satu bulan per orang di Maluku dibutuhkan uang sekitar Rp405.279,-. Orang dengan jumlah pengeluaran per bulan di bawah nilai Garis Kemiskinan tersebut berstatus miskin.
Tabel 2.
Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah, Sept 2013—Sept 2015
Tahun Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Jumlahpendudukmiskin ndudukmiskiPersentasepe n Kota Desa Kota + Desa
September 2013 358,068 339,466 346,599 315.210 19,27 Maret 2014 362,783 345,536 352,208 316.110 19,13 September 2014 369,738 355,478 361,022 307.020 18,44 Maret 2015 400.347 399.176 399.632 328.410 19,51 September 2015 404.929 405.502 405.279 327.770 19,36 Sumber: Diolah dari data Susenas
21,78 20,76 19,49 19,27 19,13 18,44 19,51 19,36 Mar 2012 Sept 2012 Mar 2013 Sept 2013 Mar 2014
Gambar 2. Trend Garis Kemiskinan Maluku, Sept 2012—Sept 2014
3. Perubahan Garis KemiskinanSeptember 2014—September 2015
Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan, karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per bulan dibawah Garis Kemiskinan.
Selama September 2014—September 2015, Garis Kemiskinan naik sebesar 9,6persen, yaitu dari Rp369.738,- perkapita perbulan pada September 2014menjadi Rp405.279,- perkapita perbulan pada September 2015. Dengan memerhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri atasGaris Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan-Makanan (GKBM), maka peranan komoditi makanan jauh lebih besardibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada bulanSeptember 2015, sumbangan GKM terhadap GK sebesar 76persen. Masih besarnya porsi makanan dalam struktur pengeluaran penduduk adalah karakteristik penduduk miskin, yaitu penghasilan penduduk lebih banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan paling dasar seperti makanandan minuman daripada hal lain seperti pendidikan, kesehatan, perumahan, pakaian, hiburan dan investasi.
Tabel 3.
Garis Kemiskinan Makanan dan Bukan Makanan Maluku, Sept 2014—Sept 2015 Tahun Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln)
Makanan Bukan Makanan Total
September 2014 277,022 84,021 369,738
Maret 2015 306.768 92.864 399.632
September 2015 310.278 95.001 405.279
Sumber: Diolah dari data Susenas
314855,0 315012,0 358068,0 362783,0 369738,0 400347,0 404929,0 284629,0 285967,0 339466,0 345536,0 355478,0 399176,0 405502,0 295904,0 296778,0 346599,0 352208,0 361022,0 399632,0 405279,0 Sept 2012 Mar 2013 Sept 2013 Mar 2014 Sept 2014 Mar 2015 Sept 2015
Gambar 3. PerbandinganGaris Kemiskinan Makanan dan Bukan Makanan Maluku,September 2014 s.d. September 2015
4. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan
Persoalan kemiskinan bukan hanya sekadar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain harus mampu mengurangi jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan.
Pada periode September 2014—September 2015, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan kecenderungan meningkat. Indeks
Kedalaman Kemiskinan meningkatdari 4,11pada September 2014 menjadi 4,79 pada September 2015. Demikian pula Indeks Keparahan Kemiskinan meningkat dari 1,37 menjadi 1,65pada periode yang sama. Peningkatannilai kedua indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung makin jauh di bawah garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin melebar.
Meningkatnya dua indikator ini merupakan indikasi yang kurang baik bagi usaha-usaha pengentasan kemiskinan yang dilakukan oleh pemerintah. Meningkatnya dua indikator ini menggambarkan bahwa penurunan tingkat kemiskinan dan berkurangnya jumlah penduduk miskin di perdesaan ternyata belum berkualitas karena tidak meningkatkan kesejahteraan penduduk miskin secara merata. Menjauhnya rata-rata pengeluaran penduduk miskin menjadi semakin di bawah Garis Kemiskinan dan melebarnya ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin akan memperlambat penurunan tingkat kemiskinan perdesaan di masa yang akan datang, padahal tingkat kemiskinan perdesaan masih tinggi.
277022,0
306768,0 310278,0
84021,0 92864,0 95001,0
Sept 2014 Mar 2015 Sept 2015
Gambar 4. Trend P1 dan P2 Maluku, Maret 2012—September 2015
Tabel 4
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Maluku Menurut Daerah, Maret 2012—September 2015
Tahun Kota Desa Kota + Desa
IndeksKedalamanKemiskinan (P1) September 2013 1,13 5.00 3.52 Maret 2014 1.53 5.22 3.80 September 2014 1.14 5.99 4.11 Maret 2015 1,36 4,89 3,52 September 2015 1,98 6,57 4,79 IndeksKeparahanKemiskinan (P2) September 2013 0,24 1,36 0.93 Maret 2014 0,52 1,49 1,11 September 2014 0.26 2.08 1.37 Maret 2015 0,33 1,30 0,92 September 2015 0,66 2,29 1,65
Sumber: Diolah dari data Susenas
Nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di daerah
perdesaan jauh lebih tinggi dari pada perkotaan. Pada September 2015, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) untuk perkotaan sebesar1,98 sementara di daerah perdesaan
mencapai 6,57. Nilai Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) untuk perkotaan
sebesar0,66sementara di daerah perdesaan mencapai 2,29. Dapat disimpulkan bahwa orang miskin di perdesaan akan lebih sulit untuk keluar dari kemiskinan. Hal tersebut diperparah juga dengan masih tingginya kesenjangan di antara penduduk miskin itu sendiri yang tercermin dari nilai P2.
4,56 4,38 3,88 3,52 3,8 4,11 3,52 4,79 1,36 1,31 1,16 0,93 1,11 1,37 0,92 1,65 Mar 2012 Sept 2012 Mar 2013 Sept 2013 Mar 2014 Sept 2014 Mar 2015 Sept 2015 P1 P2
5. Penjelasan Teknis dan Sumber Data
a. Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach).Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran,Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Headcount Index, yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk.
b. Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri atas dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan-Makanan (GKBM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan.Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan. c. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan
minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kkalori per kapita perhari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll).
d. Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non-makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di perdesaan.
e. Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinanSeptember 2015adalah data Survei Sosial Ekonomi Nasional/SusenasKonsumsi Pengeluaran bulan September 2015.
Informasilebihlanjuthubungi:
Maritje Pattiwaellapia, S.E., M.Si. Kepala Bidang Statistik Sosial
e-mail : [email protected] Telepon: 0911-361319, 361320