i Skripsi
Diajukan untuk Menenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun oleh: Hermin Kali Ada’
069114070
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
ii
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL YANG DIPERSEPSIKAN DAN HARGA DIRI REMAJA
Disusun oleh: Hermin Kali Ada’
069114070
Telah Disetujui oleh:
Dosen Pembimbing
v
vii
ABSTRAK
Penelitian kuantitatif korelasional ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial yang dipersepsikan dan harga diri remaja. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan positif dan signifikan antara dukungan sosial yang dipersepsikan dan harga diri remaja. Subyek penelitian terdiri dari 97 siswa SMA BOPKRI 2 Kelas 2 yang dipilih secara purposive. Data dikumpulkan dengan Skala Dukungan sosial yang dipersepsikan dan Skala Harga Diri. Uji validitas Skala Dukungan sosial yang dipersepsikan menunjukkan 69 item valid dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,964. Uji validitas Skala Harga Diri menunjukkan 97 item valid dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,971. Data dianalisis dengan analisis korelasi pearson product moment. Hasil analisis memperlihatkan koefisien korelasi (r) = 0,604 dengan p = 0,000 (p < 0,01). Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis diterima, artinya ada hubungan positif dan signifikan antara dukungan sosial yang dipersepsikan dan harga diri remaja.
viii
ABSTRACT
This quantitative correlational research aims to investigate the correlation between perceived social support and adolescent’s self-esteem. The hypothesis was there is a significant positive correlation between perceived social support and adolescent’s self-esteem. The purposively selected subjects of this research were 97 second year students of BOPKRI 2 High School. Data were collected with the Perceived Social Support Scale and Self-Esteem Scale. Perceived Social Support Scale validity test showed there were 69 valid items with reliability coefficient of 0.964. Self Esteem Scale validity test showed there were 97 valid items with reliability coefficient of 0.971. Data were analyzed using pearson product moment correlation analysis. Results of analysis show correlation coefficient (r) = 0.604 and p = 0.000 (p < 0.01). These results showed that hypothesis was accepted. It meaned that there is a a significant positive correlation between perceived social support and adolescent’s self-esteem.
ix
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Nama: Hermin Kali Ada’ Nomor Mahasiswa: 069114070
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
Hubungan Antara Dukungan Sosial yang Dipersepsikan dan Harga Diri Remaja
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 22 September 2010
Yang menyatakan,
x
Puji syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria atas berkat dan pendampinganNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Hubungan antara Dukungan Sosial yang Dipersepsikan dan Harga Diri Remaja”. Skripsi ini selesai berkat perhatian dan dukungan dari banyak pihak. Penulis ingin mengucapkan limpah terima kasih pada beberapa orang tersebut, yakni:
1. Romo Dr. Priyono Marwan, S. J. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang begitu sabar membimbing dan menyemangati penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
2. Ibu Dra. Lusia Pratidarmanastiti, M. S. dan ibu M. L. Anantasari, S.Psi., M.Si. selaku Dosen Penguji yang telah memberikan banyak masukan dan saran.
3. Ibu Dr. Ch. Siwi Handayani, S.Psi., M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
4. Bapak Minta Istono, S.Psi., M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik selama semester I-V dan Bapak Drs. H. Wahyudi, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik semester VI-VIII.
5. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi atas kesabaran dalam mendidik dan membimbing selama penulis menjalankan masa studi.
xi
8. Seluruh keluargaku..khususnya untuk alm Kakek tercinta, Nenek, Papa, Mama, Uncle John yang telah menjadi motivatorku selama ini. K’Evi, K’Asih, K’Polle, K’Ria, Om dan Tante…terima kasih atas doa, kasih sayang dan kiriman makanannya.
9. Heri yang selalu memotivasi dengan caranya sendiri.
10. K2KAMSY yang menjadi keluarga keduaku di Jogja. Terima kasih atas pengalaman berorganisasi yang kita lalui bersama.
11. Teman- teman kampusku….Mami, Tante, Jessy, Memed, Oq, Yupa, Chris, Fery, dll. Terima kasih atas kenangan suka maupun duka bersama kalian. 12. Teman- teman kosku…Ribud, Linda, Ajenk, Luci, Gety, dll. Kenangan
bersama kalian ga akan terlupakan.
Penulis berharap kiranya karya yang masih jauh dari sempurna ini mendapat kritikan dan saran dari pembaca guna hasil yang lebih baik.
Yogyakarta, ………. Penulis
xii
HALAMAN JUDUL ………... i
HALAMAN PERSETUJUAN ………... ii
HALAMAN PENGESAHAN ………... iii
HALAMAN MOTTO ……… iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ……… v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……… vi
ABSTRAK ………. vii
ABSTRACT ………... viii
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ……….. ix
KATA PENGANTAR ………... x
DAFTAR ISI ……….. xii
DAFTAR TABEL ……….. xv
DAFTAR LAMPIRAN ……….. xvi
BAB I. PENDAHULUAN ………. 1
A. Latar Belakang Masalah ………... 1
B. Rumusan Masalah………... 5
C. Tujuan Penelitian ………. 5
D. Manfaat Penelitian ……… 5
BAB II. LANDASAN TEORI ………... 6
A. Remaja ………..…………... 6
B. Dukungan Sosial yang Dipersepsikan ……….. 7
xiii
C. Harga Diri...……… 10
1. Pengertian Harga Diri ………. 10
2. Aspek-aspek Harga diri ……… 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Diri ………… 4. Perkembangan Harga Diri ……… 5. Tingkat Harga Diri ………... D. Hubungan Antara Dukungan Sosial yang Dipersepsikan dan Harga Diri Remaja ……….. E. Hipotesis Penelitian ………... 11 12 13 14 17 19 BAB III. METODE PENELITIAN ………... 20
A. Jenis Penelitian ………. 20
B. Identifikasi Variabel Penelitian ……… 20
C. Definisi Operasional Variabel Penelitian……… 20
D. Subyek Penelitian ……… 21
E. Alat Pengumpulan Data ………. 21
1. Skala Dukungan Sosial yang Dipersepsikan ……… 23
2. Skala Harga Diri ………. 24
F. Validitas dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data ………… 25
1. Validitas ………. 25
2. Reliabilitas ………... 29
xiv
B. Pelaksanaan Penelitian ……….. 33 C. Hasil Penelitian ………. 33
1. Deskripsi Statistik Data Subyek ……… 2. Uji Asumsi Penelitian ……… 3. Uji Hipotesis Penelitian ………. D. Pembahasan………. BABV. PENUTUP ……….. A. Kesimpulan ………... B. Keterbatasan Penelitian ……… C. Saran ……… DAFTAR PUSTAKA ……… LAMPIRAN ………
xv
Tabel 1 Skor Penilaian ………... 22 Tabel 2 Distribusi Item Skala Dukungan Sosial yang Dipersepsikan ……... 23 Tabel 3 Distribusi Item Skala Harga Diri………... 24 Tabel 4 Seleksi Item Skala Dukungan Sosial yang Dipersepsikan ……….. 26 Tabel 5
Tabel 6
Distribusi Item Skala Dukungan Sosial yang Dipersepsikan Setelah Seleksi Item ………. Seleksi Item Skala Harga Diri ………...
27 28 Tabel 7
Tabel 8
Distribusi Item Skala Harga Diri Setelah Seleksi Item ………… Koefisien Reliabilitas Skala Dukungan Sosial yang Dipersepsikan………..
29
30 Tabel 9 Koefisien Reliabilitas Skala Harga Diri……… 30 Tabel 10
Tabel 11
Deskripsi Statistik Data Subyek ……… Hasil Uji Normalitas ...
xvi
Lampiran 1 Skala Dukungan Sosial yang Dipersepsikan dan Skala Harga Diri ...………... 48 Lampiran 2
Lampiran 3
Skala Dukungan Sosial yang Dipersepsikan Setelah Seleksi Item ………... Skala Harga Diri Setelah Seleksi Item ……….
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini memaparkan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian.
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Salah satu periode dalam perkembangan manusia adalah masa remaja. Santrock (2007) mendefinisikan masa remaja sebagai periode transisi perkembangan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Transisi ini melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosio-emosional. Perubahan biologis ditandai dengan pertambahan tinggi badan yang pesat, perubahan hormonal dan kematangan seksual. Perubahan kognitif yang terjadi antara lain adalah peningkatan kemampuan berpikir abstrak dan logis. Perubahan sosio-emosional meliputi tuntutan untuk mencapai kemandirian, peningkatan kemampuan otonomi dan keinginan untuk meluangkan waktu lebih banyak bersama teman-teman sebaya.
Dalam menghadapi perubahan-perubahan tersebut orang-orang di sekitar remaja diharapkan bersikap bijaksana dan memberikan dukungan kepada remaja agar remaja dapat menghadapi transisi tersebut dengan baik. Remaja yang menerima perubahan-perubahan yang dialaminya diharapkan memberikan penguatan positif pada dirinya supaya harga dirinya menigkat (Avin dan Nella, 1992).
Monks, Knoers dan Haditono (2002) menjelaskan bahwa reaksi individu dalam menghadapi perubahan-perubahan dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan interpretasinya terhadap lingkungan tersebut.
Lingkungan sosial menyediakan dukungan sosial bagi remaja (Coopersmith, 1976; Harter, 1990, 1999). Dukungan sosial adalah sumber daya yang diperoleh individu melalui interaksinya dengan orang lain (Sheridan dan Radmacher, 1992). Dukungan sosial tersebut berupa uang, peralatan, informasi, saran, semangat, penerimaan, atau perhatian yang membuat individu merasa diterima, dihargai, dicintai dan dipedulikan (House, 1981).
Dukungan sosial terdiri dari dukungan sosial yang nyata dan dukungan sosial yang dipersepsikan (Barrera, 1986 dan Jou, 1994). Dukungan sosial yang nyata adalah dukungan yang secara nyata telah diterima oleh seorang individu. Dukungan yang dipersepsikan adalah dukungan yang dipahami atau dianggap sebagai sesuatu yang menguntungkan atau tidak menguntungkan oleh individu yang menerimanya.
Dukungan sosial yang dipersepsikan oleh remaja sebagai sesuatu yang menguntungkan bagi dirinya dapat meningkatkan harga dirinya (Sarason, Sarason dan gurung, 1997). Sebaliknya, dukungan sosial yang dipersepsikan sebagai sesuatu yang tidak menguntungkan bagi diri remaja tidak dapat meningkatkan harga dirinya.
menerima dirinya sendiri (Hurlock, 1992; Klass dan Hodge, 1978). Hal ini berarti harga dirinya juga semakin tinggi (Bee, 2000; Smet, 1994).
Harga diri adalah penilaian pribadi atau penilaian yang diberikan individu terhadap dirinya sendiri. Harga diri diperoleh individu dari interaksinya dengan lingkungan, dari penerimaan dan perlakuan orang lain terhadap dirinya (Coopersmith, 1967). Remaja yang merasa diterima dan diperlakukan dengan baik mampu menerima dan menghargai dirinya sendiri. Hal ini berarti remaja tersebut memiliki harga diri yang tinggi. Remaja yang memiliki harga diri yang tinggi menunjukkan perilaku yang lebih aktif, lebih percaya diri, tampak puas serta menghargai dirinya sendiri. Sebaliknya, remaja yang memiliki harga diri yang rendah bersikap pasif, kurang percaya diri, pesimis, rendah diri, pemalu dan kurang puas pada dirinya sendiri.
Harga diri yang rendah pada remaja seringkali dihubungkan dengan perbuatan yang tidak terpuji. Remaja yang memiliki harga diri yang rendah cenderung berperilaku menyimpang seperti bunuh diri, mengkonsumsi narkoba dan mengalami anoreksia (Mappiare, 1982).
pakaian bekas, subyek memilih untuk mengakhiri hidupnya (Ranggamukti, 2005).
Sebagai contoh kasus narkoba, Rian (16 tahun) ditangkap oleh aparat berwenang saat tengah berpesta shabu-shabu dengan 3 orang temannya di sebuah apartemen. Saat diinterogasi, subyek mengaku bahwa ia depresi dan merasa tertekan dengan kondisi keluarganya. Kedua orang tuanya sibuk bekerja bahkan hingga larut malam. Ryan mengatakan bahwa orang tuanya melimpahi ia dengan materi tapi tidak dengan kasih sayang. Ryan juga menuturkan bahwa ia sering menyaksikan kedua orang tuanya bertengkar (Sihombing, 2010).
Salah satu contoh kasus anoreksia dialami oleh Ayunda Gusti (16 tahun). Di sekolah teman-temannya terutama teman-teman pria sering mengejek dan meledek dia. Ayunda bahkan dijuluki karung beras oleh teman-temannya. Tak tahan dengan perlakuan yang diterima, Ayunda melakukan diet ketat. Dalam sehari ia hanya makan satu kali bahkan tak jarang pula dia tidak makan sama sekali (Gunawan, 2007).
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka rumusan penelitian ini adalah: apakah ada hubungan antara dukungan sosial yang dipersepsikan dan harga diri remaja?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris hubungan antara dukungan sosial yang dipersepsikan dan harga diri remaja.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritik penelitian ini bertujuan untuk menambah wawasan khususnya mengenai dukungan sosial yang dipersepsikan dan harga diri.
2. Manfaat Praktis
BAB II
LANDASAN TEORI
Landasan teori ini membahas remaja, dukungan sosial yang dipersepsikan, harga diri, hubungan antara dukungan sosial yang dipersepsikan dan harga diri remaja, serta hipotesis penelitian.
A. REMAJA
Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang diikuti dengan berbagai masalah yang timbul karena perubahan fisik, psikis dan sosial. Masa peralihan tersebut banyak menimbulkan kesulitan-kesulitan dalam penyesuaian terhadap diri maupun terhadap lingkungan sosialnya. Hal ini dikarenakan remaja bukan lagi kanak-kanak tetapi juga belum dewasa (Hurlock, 1994; Monks, Knoers dan Haditono, 1999). Hal ini didukung oleh Santrock (2002) yang mendefinisikan masa remaja sebagai suatu periode di mana kematangan kerangka dan seksual terjadi secara pesat, terutama pada masa awal remaja.
Monks, Knoers dan Haditono (2002) membagi remaja atas 3 kelompok usia tahap perkembangan, yakni:
a. Remaja awal. Remaja awal berada pada rentang usia 12-15 tahun. Masa ini merupakan masa negatif karena pada masa ini terdapat sikap dan sifat negatif yang belum terlihat dalam masa kanak-kanak (Buhler, 1979). Individu sering merasa bingung, cemas, takut dan gelisah.
b. Remaja pertengahan. Remaja pertengahan berada pada rentang usia 15-18 tahun. Pada masa ini individu menginginkan dan mencari-cari sesuatu. Pada rentang usia ini, perubahan fisik membawa efek perubahan terhadap
harga diri remaja. Remaja pertengahan sering mengalami keprihatinan terhadap perubahan fisik karena tidak puas pada bentuk fisiknya. Pada rentangan usia ini, remaja mulai mengembangkan kepercayaan diri dan membuat penilaian terhadap dirinya sendiri (Burn, 1993).
c. Remaja akhir. Remaja akhir berada pada rentang usia 18-21 tahun. Pada masa ini individu mulai merasa stabil. Individu mulai mengenal dirinya, memahami dan menyadari tujuan hidupnya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa masa remaja merupakan masa penting bagi pembentukan dan perkembangan harga diri. Hal ini didukung oleh pendapat Goebel dan Brown (1981) yang menegaskan bahwa harga diri mencapai puncaknya pada masa remaja.
B. DUKUNGAN SOSIAL YANG DIPERSEPSIKAN
Bagian ini berisi penjelasan mengenai pengertian, aspek-aspek dan bentuk-bentuk dukungan sosial yang dipersepsikan.
1. Pengertian Dukungan Sosial yang Dipersepsikan
Dukungan sosial yang dipersepsikan dipahami sebagai sesuatu yang menguntungkan bagi diri individu apabila ia mempunyai persepsi yang positif terhadap dukungan tersebut (Sarason, Sarason dan Gurung, 1997). Sebaliknya, dukungan yang dipersepsikan menjadi tidak menguntungkan bagi individu jika dukungan tersebut tidak dipersepsikan atau dipahami oleh individu sebagai sebuah dukungan untuk dirinya (dipersepsikan negatif).
Dukungan sosial yang dipersepsikan muncul dari pengalaman masa kanak-kanak yang dianggap mendukung dan berkembang ke dalam perasaan bahwa dirinya dihargai dan dirawat oleh orang lain (Bowlby, 1980; Lakey dkk, 1996; Pierce, Sarason dan Sarason, 1990; Sarason, Sarason dan Gurung, 1997). Individu yang menganggap dukungan yang diterimanya sebagai sesuatu yang positif menimbulkan perasaan dicintai, dihargai dan berharga pada dirinya (Sarafino, 1998).
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dukungan yang dipersepsikan adalah dukungan yang dipahami atau dianggap sebagai sesuatu yang menguntungkan atau tidak menguntungkan oleh individu yang menerimanya.
2. Aspek-aspek Dukungan Sosial yang Dipersepsikan
emosi atau perasaan). Berdasarkan pendapat tersebut, aspek-aspek dukungan sosial yang dipersepsikan dapat dirumuskan sebagai berikut: a. Aspek kognitif menyangkut pandangan individu terhadap dukungan
yang diterima berdasarkan pengalaman atau pengetahuan yang dimilikinya.
b. Aspek konatif menyangkut motif individu dalam mempersepsikan dukungan yang diperolehnya.
c. Aspek afektif menyangkut perasaan atau emosi individu dalam mempersepsikan dukungan yang diperolehnya.
3. Bentuk-bentuk Dukungan Sosial yang Dipersepsikan
Bentuk-bentuk dukungan sosial yang dipersepsikan mengacu pada bentuk-bentuk dukungan sosial yang nyata. House (1981) dan Sarafino (1998) membagi dukungan sosial yang nyata ke dalam empat bentuk, yaitu:
a. Dukungan instrumental. Dukungan ini berupa pinjaman uang, barang dan penyediaan sarana dan prasarana.
b. Dukungan informasional. Dukungan ini mencakup pemberian informasi, saran, nasehat, petunjuk atau umpan balik tentang situasi dan kondisi individu.
d. Dukungan evaluasi. Dukungan ini berupa pemberian semangat,
dorongan untuk maju, persetujuan pendapat individu dan perbandingan positif individu dengan individu lainnya.
C. HARGA DIRI
Harga diri merupakan salah satu faktor penting dalam perkembangan kepribadian remaja dan berpengaruh terhadap sikap dan perilakunya. Bab ini membahas pengertian, aspek-aspek, faktor-faktor yang mempengaruhi, perkembangan dan tingkat harga diri.
1. Pengertian Harga Diri
Coopersmith (1967), Sanektekin dan Sunar (2008) mendefinisikan harga diri sebagai penilaian pribadi (personal judgement) atau penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai orang yang berharga atau tidak berharga. Hurlock (1999); Klass dan Hodge (1978), melengkapi pernyataan tersebut dengan menyatakan bahwa harga diri merupakan evaluasi diri yang dibuat dan dipertahankan oleh seorang individu yang berasal dari interaksi sosial dalam keluarga serta penghargaan, perlakuan dan penerimaan dari orang lain.
dengan menghargai diri, estimasi diri dan nilai diri. Baron dan Byrne (1994) juga mendefinisikan harga diri sebagai cara untuk mengevaluasi diri.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa harga diri adalah penilaian yang dibuat individu atas dirinya sendiri sebagai orang yang berharga (harga diri tinggi) atau sebagai orang yang kurang atau tidak berharga (harga diri rendah).
2. Aspek-aspek Harga Diri
Coopersmith (1967) membagi harga diri kedalam empat aspek, yaitu:
a. Aspek kekuatan. Kekuatan dikaitkan dengan kemampuan individu dalam mempengaruhi dan mengendalikan diri sendiri ataupun individu lainnya. Pengaruh dan wibawa juga merupakan hal-hal yang menunjukkan kekuatan pada diri individu.
b. Aspek kebajikan. Kebajikan ditandai oleh kesesuaian diri individu dengan moral dan standar etika yang berlaku di masyarakat.
c. Aspek kebermaknaan. Kebermaknaan berkaitan dengan kepedulian dan afeksi yang diperoleh individu dalam lingkungan pergaulannya. d. Aspek kompetensi. Kompetensi berkaitan dengan performansi atau
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Diri
Coopersmith (1967) dan Harter (1990 dan 1999) menyatakan bahwa harga diri dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu:
a. Faktor internal atau faktor yang berada di dalam diri individu itu sendiri. Faktor internal meliputi keadaan psikologis individu menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan keberhasilan atau kegagalan yang dialaminya. Coopersmith mengungkapkan bahwa harga diri terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang menyenangkan maupun kurang menyenangkan. Pengalaman tersebut menimbulkan perasaan positif maupun perasaan negatif terhadap diri individu.
Dari antara faktor internal dan faktor eksternal di atas, faktor internal merupakan faktor yang memberikan kontribusi besar pada harga diri. Meskipun orang lain turut melakukan penilaian pada diri individu namun penilaian individu pada dirinya sendiri tetap menjadi yang paling penting karena penilaian tersebutlah yang menentukan tingkat harga diri yang dimilikinya.
4. Perkembangan Harga Diri
Harga diri bukan faktor yang dibawa sejak lahir tapi diperoleh melalui proses pembelajaran. Harga diri berkembang secara bertahap sepanjang pengalaman hidup individu. Goebel dan Brown (1981) berpendapat harga diri mencapai puncaknya pada masa remaja. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa selama pertengahan masa remaja hingga memasuki masa dewasa awal, harga diri tersebut mengalami peningkatan (Harter, 1990; Savin-Williams dan Demo, 1983).
Kernis (1995) menyatakan bahwa perasaan berharga pada anak menjadi dasar untuk mengembangkan harga dirinya. Hurlock (1996) menambahkan bahwa harga diri terbentuk pada masa kanak-kanak dan mengalami peningkatan di masa remaja. Hal ini didukung oleh Baldwin dan Hoofman (2002) yang mengemukakan bahwa harga diri pada remaja meningkat seiring pertambahan usianya.
Dari antara uraian di atas dapat disimpulkan bahwa harga diri bukanlah faktor yang dibawa sejak lahir melainkan terbentuk dan berkembang seiring dengan bertambahnya usia individu.
5. Tingkat Harga Diri
Harter (1999) dan Nasional Assosiation For Self-Esteem (2000) membagi tingkat harga diri individu ke dalam dua tingkatan yaitu tinggi dan rendah. Setiap tingkat harga diri mempunyai ciri-ciri tertentu.
a. Individu dengan harga diri tinggi mempunyai ciri-ciri :
1) Secara umum merasa puas pada dirinya dan dapat menerima keadaan dirinya.
2) Selalu merasa baik dan dapat menghadapi keadaan. Ketika keadaan memburuk mereka berfikir bahwa hal tersebut tidak akan berlangsung lama. Mereka dapat menerima dan menghadapi perubahan.
4) Selalu bersemangat, sehingga mereka mampu menetapkan dan mencapai tujuan yang diharapkan.
5) Ramah, menikmati bertemu dan berbaur dengan orang-orang baru. 6) Menarik bagi orang lain, sehingga mereka mampu menjalin dan
mempertahankan suatu hubungan persahabatan.
7) Selalu menatap mata lawan bicara, sehingga menunjukkan bahwa mereka dapat dipercaya dan mampu dalam menjalin hubungan dekat atau hubungan kasih sayang.
8) Berani mengambil resiko, mandiri dan dapat mengurus kepentingan dirinya sendiri.
9) Memiliki hal-hal positif, seperti memiliki tingkah laku yang baik dan prestasi yang memuaskan.
10) Hal-hal yang tidak dapat diobservasi orang lain, di antaranya berbicara positif tentang diri sendiri, selalu berbicara jujur, bersyukur terhadap kehidupannya, dapat memaafkan diri sendiri dan orang lain, penuh perhatian pada orang lain dan memiliki hati nurani.
b. Individu dengan harga diri rendah mempunyai ciri-ciri :
1) Sering memikirkan keadaan diri sendiri dan merasa tidak puas terhadap keadaan dirinya.
3) Susah untuk tersenyum karena memiliki keyakinan negatif terhadap dirinya, sehingga merasa tidak banyak yang bisa diharapkan dari diri sendiri, keluarga, dan lingkungan.
4) Tidak bersemangat, tidak memiliki keinginan dan kemampuan dalam menetapkan dan mencapai tujuan.
5) Senang menyendiri. Lebih memilih menyendiri daripada bertemu dan berbaur dengan orang-orang baru.
6) Mempunyai kesulitan dalam menjalin dan mempertahankan suatu hubungan persahabatan.
7) Menghindari bertatap mata dengan orang lain. Sulit untuk percaya pada orang lain sehingga memiliki kesulitan untuk berhubungan dekat dan menjalin hubungan kasih sayang dengan orang lain. 8) Menolak menghadapi resiko. Mereka kurang bisa mencurahkan
kasih sayang dan cenderung berpura-pura dalam berhubungan dengan orang lain.
9) Memiliki hal-hal negatif. Pada kasus yang ekstrim mereka dapat menjadi antisosial dan melakukan tindak kekerasan.
10) Hal-hal yang tidak dapat diobservasi orang lain, di antaranya sering berbicara negatif tentang diri sendiri, tidak berbicara jujur, tidak bisa memaafkan kesalahan diri sendiri dan orang lain, dan kurang memiliki rasa empati terhadap orang lain.
keadaan dirinya, berani, dan bersemangat. Sedangkan, individu dengan harga diri rendah dicirikan merasa tidak puas terhadap keadaan dirinya, takut mengambil resiko dan tidak bersemangat.
D. HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL YANG
DIPERSEPSIKAN DAN HARGA DIRI REMAJA
Masa remaja dirasakan sebagai masa sulit karena pada periode ini berbagai perubahan terjadi dengan pesat. Sebagian besar remaja menganggap perubahan-perubahan tersebut sebagai masalah (Pudigjogyanti, 1995). Remaja sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendirian tanpa bantuan orang lain. Remaja membutuhkan dukungan dari orang-orang yang berada di sekitarnya agar ia dapat menghadapi perubahan-perubahan tersebut. Pernyataan tersebut didukung oleh Gelman dan Gallistel (1978) yang menerangkan bahwa individu membutuhkan penerimaan dan dukungan sosial dari orang-orang yang berarti dalam hidupnya, terutama saat individu tersebut sedang menghadapi situasi yang sulit.
mendengarkannya dipersepsikan sebagai suatu bentuk perhatian dan dukungan bagi dirinya.
Dukungan sosial yang dipersepsikan sebagai sesuatu yang positif membuat remaja merasa diterima, dicintai, diperhatikan, dan dihargai (Coopersmith, 1976, Tjahjaningsih dan Nuryoto, 1994). Peneliti lain (Hurlock, 1992; Klass dan Hodge, 1978) melengkapi pernyataan tersebut dengan menyatakan bahwa semakin kuat perasaan remaja bahwa dirinya diterima, dicintai, dan dihargai, semakin kuat pula remaja tersebut menerima dirinya. Hal ini berarti harga dirinya juga semakin tinggi (Bee, 2000; Smet, 1994).
Sarason, Sarason dan Gurung (1997) menambahkan bahwa dukungan sosial yang meningkatkan harga diri adalah dukungan sosial yang dipersepsi remaja sebagai sesuatu yang menguntungkan bagi dirinya. Atau dengan kata lain, dukungan tersebut dipersepsikan positif. Sebaliknya, dukungan tersebut tidak dapat meningkatkan harga diri remaja bila dipersepsikan sebagai sesuatu yang tidak menguntungkan bagi dirinya.
Dukungan sosial ↓
dipersepsikan positif dipersepsikan negatif (aspek kognitif, konatif, afektif) (aspek kognitif, konatif, afektif)
↓ ↓
dicintai, diperhatikan tidak dicintai, tidak diperhatikan
↓ ↓
merasa berharga merasa tidak berharga
↓ ↓
harga diri tinggi harga diri rendah
E. HIPOTESIS PENELITIAN
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini membahas mengenai jenis penelitian, identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subyek penelitian, alat pengumpulan data, validitas dan reliabilitas alat pengumpulan data serta analisis data.
A. JENIS PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional dengan tujuan untuk membuktikan hubungan antara dukungan sosial yang dipersepsikan dan harga diri remaja.
B. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari:
Variabel bebas : dukungan sosial yang dipersepsikan Variabel tergantung : harga diri
C. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN
Definisi operasional dalam penelitian ini yang terdiri dari dukungan sosial yang dipersepsikan dan harga diri dirumuskan sebagai berikut:
1. Dukungan sosial yang dipersepsikan. Tingkat dukungan sosial yang dipersepsikan diukur dengan skala dukungan sosial yang dipersepsikan. Skala ini disusun oleh peneliti berdasarkan aspek kognitif, aspek konatif dan aspek afektif dari dukungan sosial yang nyata. Semakin tinggi skor yang diperoleh menunjukkan semakin positif dukungan sosial yang
dipersepsikan subyek dan semakin rendah skor yang diperoleh menunjukkan semakin negatif dukungan sosial yang dipersepsikan subyek. 2. Harga diri. Tingkat harga diri diukur dengan skala harga diri. Skala ini disusun oleh peneliti berdasarkan aspek kekuatan, aspek kebajikan, aspek kebermakanaan dan aspek kompetensi. Semakin tinggi skor yang diperoleh menunjukkan semakin tinggi harga diri subyek dan semakin rendah skor yang diperoleh menunjukkan semakin rendah harga diri subyek.
D. SUBYEK PENELITIAN
Subyek penelitian ini adalah 97 siswa-siswi kelas II SMA BOPKRI 2, Yogyakarta. Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu pemilihan sekelompok subyek didasarkan atas ciri atau sifat tertentu yang dipandang punya sangkut paut erat dengan ciri yang sudah diketahui sebelumnya (Hadi, 1989). Sampel penelitian diambil dari kelompok yang memiliki ciri-ciri yang sama dengan kriteria penelitian, yaitu remaja pertengahan yang berada pada rentang usia 15-18 tahun.
E. ALAT PENGUMPULAN DATA
langsung, yaitu subyek menjawab tentang dirinya. Dari bentuknya termasuk skala check list yakni subyek membubuhkan tanda check (X) pada kolom jawaban yang sesuai dengan dirinya (Arikunto, 1998; Hadi, 1989). Skala digunakan dengan pertimbangan praktis yakni dapat digunakan dari jarak jauh, hemat dan dalam waktu singkat dapat mengumpulkan data yang relatif banyak (Walgito, 1994).
Skala Harga Diri dan Skala Dukungan Sosial yang Dipersepsikan menggunakan model Likert dan terdiri dari item yang berbentuk favorable (positif) dan unfavorable (negatif). Subyek diminta untuk memilih salah satu diantara 4 pilihan jawaban yang terdiri dari SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju) dan STS (Sangat Tidak Setuju). Item yang favorable diberi skor 4 sampai 1 sesuai dengan alternatif jawaban yang diberikan subyek yaitu dari SS sampai STS. Sebaliknya, item yang diberi skor 1 sampai 4 sesuai dengan alternatif jawaban yang diberikan subyek yakni dari SS sampai STS.
Tabel 1 Skor Penilaian
Pilihan Jawaban ItemFavorable ItemUnfavorable
SS 4 1
S 3 2
TS 2 3
Skala yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Skala Dukungan Sosial yang Dipersepsikan
Tabel 2
Distribusi Item Skala Dukungan Sosial yang Dipersepsikan
Aspek Favorabel Unfavorabel Total
2. Skala Harga Diri
Tabel 3
Distribusi Item Skala Harga Diri
Aspek Favorable Unfavorable Total
Kekuatan 5, 8, 12, 20, 29, 56, 60, 64, 72 , 101, 105,
118, 121, 124, 125, 134, 140, 144, 149,
150
18,19, 28, 38, 43, 46, 55, 61, 75, 76, 88, 89,
97, 104, 107, 130, 136, 142, 147, 158
40
Kebajikan 17, 36, 62, 42, 48, 57, 65, 78, 77, 79, 87, 98, 99, 115, 122, 135, 141, 143, 151, 155
6, 7, 9, 10, 11, 37, 49, 50, 58, 63, 100, 108,
111, 116, 117, 123, 126, 137, 159, 160
40
Kebermaknaan 13, 14, 16, 27, 24, 34, 35, 45, 47, 73, 83, 95, 112, 127, 128, 132,
133, 148, 154, 156
15, 25, 26, 157 33, 44, 74, 80, 81, 82, 93, 94, 96, 113, 129, 139, 145, 146, 152, 153
40
Kompetensi 1, 23, 30, 31, 32, 41, 52, 67, 68, 69, 84, 85,
F. VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT PENGUMPULAN DATA
1. Validitas
Azwar (2006) Sekaran (2003) dan Sugiyono (2008) menyatakan bahwa validitas menunjukkan ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melaksanakan fungsi ukurnya. Uji validitas dilakukan dengan mengkorelasikan skor item dengan skor total atau dengan mencari daya pembeda skor item dari kelompok yang memberikan jawaban tinggi dan jawaban rendah.
Hasil uji validitas item diperoleh dengan bantuan program SPSS 16.0 for Windows. Koefisien validitas yang kurang atau lebih kecil dari 0,30 dianggap tidak memuaskan (Azwar, 2006). Peneliti menganggap item tersebut tidak valid sehingga harus digugurkan. Hasil perhitungan uji validitas skala HD dan skala PSS dapat dilihat dalam lampiran.
Tabel di bawah ini memaparkan hasil seleksi item kedua skala berdasarkan hasil uji validitasnya.
a.Skala Dukungan Sosial yang Dipersepsikan Tabel 4
Seleksi Item Skala Dukungan Sosial yang Dipersepsikan
*
*item yang gugur/tidak valid
Dari hasil seleksi item diperoleh item yang gugur sebanyak 11 item. Dengan demikian, item yang valid sebanyak 69 item.
Aspek Favorabel Unfavorabel Total
Tabel 5
Distribusi Item Skala Dukungan Sosial yang Dipersepsikan Setelah Seleksi Item
b. Skala Harga Diri
Tabel 6
Seleksi Item Skala Harga Diri
Aspek Favorable Unfavorable Total
Kekuatan 5, 8*, 12*, 20*, 29*, 56*, 60*, 64*, 72 , 101, 105*, 118, 121*, 124*, 125*, 134, 140,
144*, 149* , 150*
18*, 19*, 28*, 38, 43, 46, 55, 61, 75*, 76*,
88*, 89*, 97, 104, 107, 130*, 136, 142,
147*, 158*
40
Kebajikan 17*, 36*, 42*, 48, 57, 62, 65, 78, 77, 79,
87*, 98, 99, 115, 122*, 135*, 141, 143,
151*, 155
6*, 7*, 9*, 10, 11, 37*, 49, 50, 58, 63, 100, 108*, 111, 116, 117*, 123, 126, 137*,
159, 160*
40
Kebermaknaan 13, 14, 16, 24, 27*, 34, 35*, 45, 47, 73, 139*, 145, 146, 152,
153, 157
40
Kompetensi 1*, 23, 30, 31, 32*, 41, 52, 67*, 68*, 69,
Total 80 80 160
*item yang gugur/tidak valid
Tabel 7
Distribusi Item Skala Harga Diri Setelah Seleksi Item
Aspek Favorable Unfavorable Total
Kekuatan 5, 72 , 101, 118,
Kebajikan 48, 57, 62, 65, 78, 77, 79, 98, 99, 115, 141, 143, 155
10, 11, 49, 50, 58, 63, 100, 111, 116,
123, 126, 159
25
Kebermaknaan 13, 14, 16, 24, 34, 45, 47, 73, 83, 95, 112, 127,128, 148,
156
25, 33, 44, 74, 80, 82, 93, 94, 96, 129, 145, 146, 152, 153,
157
30
Kompetensi 23, 30, 31, 41, 52, 69, 90, 102, 103,
Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas yang angkanya berada dalam rentang dari 0 sampai 1. Bila koefisien reliabilitas semakin mendekati angka 1, semakin tinggi reliabilitasnya dan bila semakin mendekati angka 0, semakin rendah pula reliabilitasnya. Koefisien reliabilitas dikatakan baik bila lebih dari 0,80 dan semakin mendekati 1 (Azwar, 2006; Sugiyono, 2008; Wijaya, 2009).
Tabel di bawah ini menyajikan hasil perhitungan reliabilitas dengan bantuan programSPSS 16.0 for Windows.
a. Skala Dukungan Sosial yang Dipersepsikan Tabel 8
Koefisien Reliabilitas Skala Dukungan Sosial yang Diipersepsikan Koefisien Alpha
Cronbach(α)
N item N subjek
0,964 69 97
Hasil penghitungan menunjukkan Skala Dukungan Sosial yang Dipersepsikan memiliki reliabilitas yang baik yaitu dengan koefisien sebesar 0,964.
b. Skala Harga Diri
Tabel 9
Koefisien Reliabilitas Skala Harga Diri Koefisien Alpha
Cronbach(α)
N item N subjek
0,971 97 97
G. ANALISIS DATA
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi penjelasan mengenai persiapan, pelaksanan dan hasil penelitian serta pembahasan.
A. PERSIAPAN PENELITIAN
Penelitian didahului dengan proses perijinan. Pertama, peneliti meminta surat pengantar dari Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang ditujukan kepada Walikota Yogyakarta c.q. Kepala Dinas Perijinan Kota Yogyakarta dan Kepala Sekolah SMA BOPKRI II Yogyakarta. Surat tersebut keluar dengan nomor 60a/D/KP/Psi/USD/V/2010 tertanggal 25 Mei 2010. Kedua, surat pengantar dari Dekan yang tertuju kepada Walikota DIY lalu diajukan ke Dinas Perijinan. Surat balasan yang berisi ijin dan ketentuan penelitian dikeluarkan dengan nomor 070/1373 pada tanggal 26 Mei 2010. Ketiga, surat ijin tersebut dengan surat pengantar dari Dekan yang tertuju kepada SMA BOPKRI II diajukan kepada Kepala Sekolah SMA BOPKRI II Yogyakarta. Kepala Sekolah menyetujui rencana penelitian tersebut dan memberikan ijin untuk meneliti pada tanggal 31Mei-1Juni 2010. Surat keterangan penelitian dari SMA BOPKRI II dikeluarkan pada tanggal 9 Juni 2010 dengan nomor 635/I.13.1/SMA.2BP/E/2010. Surat-surat tersebut dapat dilihat pada lampiran.
B. PELAKSANAAN PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan sistemtry outterpakai. Data hasil uji coba alat ukur sekaligus digunakan sebagai data untuk menguji hipotesis penelitian. Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu yang dimiliki oleh subyek penelitian. Penelitian dilakukan pada tanggal 31 Mei-1 Juni 2010. Subyek dalam penelitian ini berjumlah 97 siswa/i (47 siswa dan 50 siswi) yang terdiri dari 5 kelas yaitu kelas II IPS 1, 2 dan 3; II IPA 1 dan II Bahasa SMA BOPKRI 2 Yogyakarta.
Setelah skala dikumpulkan kembali, peneliti memeriksa untuk memastikan bahwa skala telah terisi semua dan layak untuk dianalisis.
C. HASIL PENELITIAN
1. Deskripsi Statistik Data Subyek
Tabel 10
Deskripsi Statistik Data Subyek
HD DSD
Deskripsi
Data Teoritis Empiris Teoritis Empiris
N 97
X min 69 189 97 385
X max 276 317 388 572
Mean (69+276):2 = 172,5
239,82 (97+388):2 = 242,5
466,98
Standar Deviasi
207:6 = 34,5 28,918 291:6 = 48,5 43,036
Dari data di atas dilakukan perbandingan antara mean teoritis dan mean empiris untuk mengetahui kecenderungan dukungan sosial yang dipersepsikan dan harga diri. Mean teoritis skala dukungan sosial yang dipersepsikan lebih kecil daripada mean empirisnya (242,5 < 466,98). Demikian pula halnya pada skala harga diri, mean teoritisnya lebih kecil daripada mean empirisnya (172,5 < 239,82). Hal ini menunjukkan bahwa skor dukungan sosial yang dipersepsikan dan harga diri subyek sudah melebihi nilai tengah. Dengan kata lain, subyek penelitian memiliki dukungan sosial yang dipersepsikan dan harga diri yang cenderung tinggi.
2. Uji Asumsi Penelitian
Uji hipotesis didahului dengan melakukan uji asumsi yang terdiri dari uji normalitas dan uji linearitas. Pengujian dilakukan dengan bantuan programSPSS 16.0 for Windows.
a. Uji Normalitas
Tabel 11 Hasil Uji Normalitas
Variabel Nilai K-SZ p
Dukungan Sosial yang Dipersepsikan
0,788 0,580
Harga Diri 1,102 0,176
1) Uji Normalitas Dukungan Sosial yang Dipersepsikan
Nilai Kolmogorov Smirnov Test pada variabel dukungan sosial yang dipersepsikan sebesar 0,778 dengan taraf signifikansi 0,580 ( p > 0,05). Berdasarkan hasil penghitungan tersebut maka sebaran skala pengukuran dukungan sosial yang dipersepsikan terdistribusi normal (0,580 > 0,05).
2) Uji Normalitas Harga Diri
Nilai Kolmogorov Smirnov Test pada variabel harga diri sebesar 1,102 dengan taraf signifikansi 0,176 ( p > 0,05). Berdasarkan hasil penghitungan tersebut maka sebaran skala pengukuran harga diri terdistribusi normal (0,176 > 0,05).
b. Uji Linearitas
Tabel 12 Hasil Uji Linearitas
Variabel F p
Dukungan Sosial yang Dipersepsikan
Harga Diri
87,346 0,000
Dari hasil uji linearitas kedua variabel didapatkan F = 87,346 dengan p = 0,000. Hubungan antara skor kedua variabel merupakan garis lurus karena taraf signifikansi untuk linearitas yaitu sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05).
3. Uji Hipotesis Penelitian
Uji hipotesis data penelitian dilakukan dengan teknik analisis korelasi Pearson product moment dalam program SPSS 16.0 for Windows. Hasil yang diperoleh terlihat dalam tabel di bawah ini:
Tabel 13 Hasil Uji Hipotesis
Correlations
DSD HD
Pearson Correlation 1 .604**
Sig. (1-tailed) .000
DSD
N 97 97
Pearson Correlation .604** 1
Sig. (1-tailed) .000
HD
N 97 97
Dari hasil di atas diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,604 menunjukkan hubungan yang tergolong kuat (Sugiyono, 2007). Nilai probabilitas (p) yang diperoleh sebesar 0,000 di mana p < 0,01 menunjukkan korelasi signifikan untuk taraf signifikansi 1 %. .Koefisien korelasi yang bernilai positif menunjukkan korelasi yang positif. Hal ini berarti semakin tinggi (positif) dukungan sosial yang dipersepsikan, semakin tinggi harga diri remaja. Sebaliknya, semakin rendah (negatif) dukungan sosial yang dipersepsikan, semakin rendah pula harga diri remaja.
Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa dukungan sosial yang dipersepsikan berhubungan positif dan signifikan dengan harga diri remaja diterima.
D. PEMBAHASAN
Hasil analisis data menunjukkan koefisien korelasi antara dukungan sosial yang dipersepsikan dan harga diri remaja sebesar 0,604 dengan p < 0,01 yang berarti ada hubungan yang positif dan signifikan di antara kedua variabel tersebut.
diri remaja sedangkan 64,5 % disumbang oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini.
Hasil penelitian mendukung hipotesis bahwa dukungan sosial yang dipersepsikan berhubungan positif dan signifikan dengan harga diri remaja. Hasil penelitian ini menguatkan pendapat Sarason, Sarason dan Gurung (1997) bahwa dukungan sosial yang dipersepsikan positif atau yang dianggap sebagai sesuatu yang menguntungkan bagi remaja dapat meningkatkan harga dirinya. Hasil penelitian ini juga mendukung pendapat Khera (2002) bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi harga diri remaja adalah dukungan sosial yang dipersepsikannya.
Dukungan sosial yang dipersepsikan oleh remaja sebagai sesuatu yang menguntungkan bagi dirinya dapat meningkatkan harga dirinya. Dengan kata lain, dukungan sosial tersebut dipersepsikan positif oleh remaja. Dukungan sosial yang dipersepsikan positif membuat remaja merasa dicintai, dipedulikan dan diperhatikan oleh orang-orang di sekitarnya. Perasaan tersebut turut menimbulkan perasaan berharga pada diri remaja. Remaja yang menghargai dirinya sendiri adalah ciri remaja yang memiliki harga diri tinggi. Sebaliknya, dukungan sosial yang dipersepsikan negatif membuat remaja merasa tidak dipedulikan, tidak diperhatikan dan tidak dicintai. Perasaan tersebut berdampak pada harga diri remaja yang rendah di mana remaja merasa kurang atau tidak berharga.
prediktor terkuat bagi harga diri remaja. Penerimaan dan perhatian dari keluarga dan teman sebaya berdampak secara positif pada penerimaan diri dan kepercayaan diri remaja tersebut. Peningkatan penerimaan diri dan kepercayaan diri berarti peningkatan harga dirinya.
Klass dan Hodge (978) mengemukakan bahwa harga diri diperoleh individu dari hasil interaksinya dengan lingkungan, serta dari penerimaan, penghargaan dan perlakuan orang lain terhadap individu tersebut. Pendapat senada juga dinyatakan oleh Pudjijogyanti (1995) bahwa harga diri tidak dibawa sejak lahir melainkan dibentuk dan berkembang melalui pengalaman individu dalam berinteraksi dengan orang lain.
Kebanyakan remaja meluangkan waktu setiap hari di lingkungan yang merupakan pusat dalam hidup mereka. Harga diri remaja berkembang apabila remaja merasa bersatu dengan lingkungan pergaulannya, terutama dengan orang tua dan teman-temannya. Lingkungan sosial yang dirasa atau dipersepsi mendukung oleh remaja menumbuhkan perasaan aman dan nyaman dalam penerimaan diri dan dalam peningkatan harga dirinya.
BAB V
PENUTUP
Bab ini berisi penjelasan mengenai kesimpulan, keterbatasan penelitian dan saran.
A. KESIMPULAN
Hasil analisis data penelitian mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa dukungan sosial yang dipersepsikan berhubungan positif dan signifikan dengan harga diri remaja dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,604.
B. KETERBATASAN PENELITIAN
Peneliti menyadari keterbatasan penelitian sebagai berikut:
1. Subyek cenderung merasa bosan untuk menjawab skala penelitian. Hal ini mungkin dikarenakan oleh jumlah item yang terlalu banyak, yakni 80 item pada skala dukungan sosial yang dipersepsikan dan 160 item pada skala harga diri. Selain itu, peneliti kurang memperhatikan cara menampilkan dan menyajikan skala supaya dapat menarik perhatian subyek untuk mengerjakannya.
C. SARAN
Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan di atas, peneliti memberikan saran sebagai berikut:
1. Peneliti menyarankan kepada peneliti selanjutnya untuk menyusun skala dengan item yang tidak terlalu banyak. Selain itu, peneliti selanjutnya
hendaknya menampilkan dan menyajikan skala sedemikian rupa sehingga subyek tidak cepat merasa bosan dan tertarik untuk mengerjakannya. 2. Peneliti menyarankan kepada remaja untuk mempersepsikan dukungan
yang diterimanya secara positif sehingga dapat meningkatkan harga dirinya.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Avin, F. H. dan Nella, R. 1992. Konsep Diri dan Kemampuan Bergaul Pada Remaja. Penelitian. Tidak Diterbitkan. Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.
Azwar, S. 2006.Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Baron, R.A dan Byrne, D. 1994. Social Psychology: Understanding human interaction(7thedition). Boston: Allyn dan Bacon.
Barrera, M. 1986. Distinctions between social support concepts, measures, dan models.American Journal of Community Psychology, 14, 413–445.
Baumeister, R.F. (eds). 1993. Self-Esteem: The Puzzle of Low Self-Regard. New York: Plenum.
Bean, J. A. dan Lipka, R. P. 1986.Self-Concept, Self-Esteem, and the Curriculum. New York: Columbia University Press.
Bee, H.L. 2000.The Developing Child, 9th eds. Boston, MA: Allyn dan Bacon. Berne, P. H. dan Savary, L. M. 1988. Membangun Harga Diri Remaja.
Yogyakarta : Kanisius
Bowlby, J. 1980. Attachment dan Loss, Vol. 3: Loss, Sadness dan Depression. London: Hogarth.
Burn, R. B. 1993.Konsep Diri: Teori, Pengukuran, Perkembangan dan Perilaku. Jakarta: Arcan.
Cooper, J. E., Holman, J. dan Braithwaite, V. A. 1983. Self esteem dan family cohesion: The child’s perspective. Journal of Marriage dan the Family, 45, 153-159.
Coopersmith, S. 1967. The Antecedent of Self Esteem. San Fransisco: W.H. Freeman dan Co.
Gelman, R. dan Gallistel, C. R. 1978. The Child’s Understanding of Number. Cambridge: Harvard University.
Goebel, B. L. dan Brown, O. R. 1981. Age differences in motivation related to Maslow’s need hierarchy.Journal of Developmental Psychology, 17, 215-227.
Gunarsa, S. dan Gunarsa, Y. S. 2006.Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Gunawan, A. 2007. Anoreksia. Diunduh 23 Agustus 2010, dari http://www.bergaul.com/pages/blog/showblog.php?blogid=3854
Hadi, S. 1989. Metodology Research I. Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM.
Harter, S. 1988. Manual for The Self Profile for Adolescents. Denver: University of Denver.
Harter, S. 1990. Causes, correlates dan functional role of global self worth: a life span perspective. Dalam Kollgian, J. dan Sternberg, R. (eds), Perceptions Of Competence dan Incompetence Across Life Span. New Haven, CT: Yale University Press, 67–98.
Harter, S.1990. Identity dan self development. In S. Feldman dan G. Elliott (eds.), At The Threshold:The Developing Adolescent, pp. 352-387. Cambridge, MA: Harvard University Press.
Harter, S. 1999. The Construction of the Self. A Developmental Perspective. New York : Guilford Press.
House, J. S. 1981. Work, Stress dan Social Support. Reading MA: Addison Wesley.
Hurlock, E. 1992. Perkembangan Anak Jilid I dan II (terjemahan). Jakarta: Erlangga.
Hurlock, E. 1994, 1996, 1999 dan 2004 Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga.
Jou, Y. H. 1994. The dimensions of social support scale for Chinese students in Japan: The relationships among needs for support, perceived support and received support.Research in Social Psychology, 9, 106-114.
Kernis, M. H. 1995.Efficacy, Agency and Self Esteem. New York: Plenum.
Khera. 2002. Kiat Jitu Menjadi Pemenang : You Can Win (terjemahan) Jakarta : PT Prenhallindo Pearson Education Asia Pte Ltd.
Klass, W. H. dan Hodge, S. E. 1978. Self Esteem in Open and Traditional Classroom.Journal Of Educational Psychology, 5, 701-705.
Labarbera, R. 2008. Perceived Social Support and Self Esteem in Adolescents with Learning Disabilities at a Private School. A Contemporary Journal, 6, 33-44.
Lakey, B., McCabe, K. M., Fisicaro, S. A. dan Drew, J. B. 1996. Environmental dan personal determinants of support perceptions: Three generalizability studies.Journal of Personality dan Social Psychology,70, 1270–1280.
Lestari, S. 1995. Hubungan antara Persepsi Mengenai Penerimaan Orang Tua terhadap Harga Diri pada Remaja Penyandang Tuna Netra. Skripsi. Tidak diterbitkan. Fakultas Psikologi UGM.
Mappiare, A. 1982.Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.
Monks, F. J., Knoers, A. M. P. dan Haditono, S. R. 2002. Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Nasional Assosiation For Self Esteem. 2000. What is self esteem? Diunduh 21 Maret 2010, dari http: //www. Self-Esteem-question-answer. Shtml.
Pierce, G. R., Sarason, I. G. dan Sarason, B. R. 1990. General dan relationship-based perceptions of social support: Are two constructs better than one? Journal of Personality dan Social Psychology,61, 1028–1039.
Pudjijogyanti, Clara. R. 1995.Konsep Diri dalam Pendidikan. Jakarta : Arcan. Ranggamukti, B. 2005. Tewas bunuh diri. Jawa Pos.
Rosenberg, M. 1979.Conceiving the Self. New York: Basic Books.
Sanaktekin, O. H. dan Sunar, D. 2008. Persuasion dan relational versus personal bases of self-esteem: Does the message need to be one- or two-sided? Social Behavior dan Personality, 36 (10), 1315-1332.
Santrock, J. W. 2002.Life Span Development. Jakarta: Erlangga. Santrock, J. W. 2007.Remaja. Jakarta: Erlangga.
Sarafino. 1998. Health Psychology : Biopsychosocial Interaction. New York : John Willeyant dan sons.
Savin-Williams, R. dan Demo, D. 1983. Situational dan transituational determinants of adolescent self-feelings. Journal of Personality dan Social Psychology, 44,824-833.
Sekaran, U. 2003.Research Methods for Business: Skill Building Approach. New York: John Wiley and Sons Inc.
Shadmon, O. 1998. Family dan non-family supports as contributors to adjustment in school-aged children with employed mothers. Dissertation Abstracts International B: Science dan Engineering, 59 (2-B), 0898.
Sheridan, C. L. dan Radmacher, S. A. 1992. Health Psychology: Challenging the Biomedical Model. New York: John Wiley dan Sons Inc.
Sihombing, K. 2010. Pesta shabu-shabu. Diunduh 18 Agustus 2010, dari http://www.detik.com/read/2010/08/18/150354/1422689/294/remaja-pesta-shabu-shabu?sbk900
Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT Gramedia Widia Sarana Indonesia.
Sugiyono. 2008.Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.
Tjahjaningsih dan Nuryoto, S. 1994. Harga diri remja yang bertempat tinggal di dalam lingkungan kompleks pelacuran dan di luar lingkungan kompleks pelacuran.Jurnal Psikologi, 2. Yogyakarta: UGM.
Trihendradi, C. 2005.Step by Step Analisis Statistik. Yogyakarta: Andi Offset. Usman, H. dan Akbar, P. S. 2008.Pengantar Statistika. Jakarta: Bumi Aksara. Walgito, B. 2003.Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset.
Widarjono, A. 2005. Ekonometrika (Teori dan Aplikasi untuk Bisnis dan Ekonomi). Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.
Petunjuk Pengerjaan
Isilah data diri teman-teman dengan lengkap Jenis kelamin: Pria/ Wanita *
Usia : ………
(*coret yang tidak perlu.)
Bacalah setiap pernyataan dengan teliti dan jawablah dengan memilih salah satu dari 4 pilihan jawaban yang disediakan berikut ini:
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
Berilah tanda silang (X) pada salah satu pilihan jawaban yang sesuai dengan keadaan diri teman-teman yang sebenarnya.
Tidak ada jawaban yang salah dari jawaban yang teman-teman
berikan. Jawaban terbaik adalah jawaban yang sesuai dengan
kondisi teman-teman. Jawaban teman-teman akan digunakan
untuk kepentingan ilmiah dan dijamin kerahasiaannya.
Apabila sudah selesai teliti lagi pekerjaan teman-teman dan jangan sampai ada pernyataan yang terlewati (tidak diisi).
= SKALA A =
JAWABAN
NO PERNYATAAN
SS S TS STS
1. Seseorang (teman, anggota keluarga atau kenalan) akan memberiku obat ketika saya sakit
2. Teman-teman saya turut prihatin bila saya sakit
3. Semangat dari Bapak/Ibu Guru mendorong saya untuk tidak mudah putus asa
4. Saya merasa orang tua saya akan mendengarkan saya curhat 5. Pinjaman uang dari teman ingin saya pergunakan dengan
sebaik mungkin
6. Tidak ada anggota keluarga yang mau memberi saya uang saat saya sangat membutuhkannya
7. Saya merasa Bapak/Ibu Guru tidak memberi saran tentang cara belajar yang baik
8. Orang tua saya hanya diam dan tidak menanggapi ketika saya menceritakan perselisihan yang saya alami dengan teman saya 9. Saya merasa tidak akan ada yang memberi ucapan selamat
saat saya sedang berulang tahun
10. Saya merasa keluarga akan memberi ucapan selamat ketika saya mendapat nilai bagus
11. Saya selalu mendapatkan saran dari keluarga untuk menentukan pilihan yang paling tepat
12. Saya merasa sekolah telah menyediakan fasilitas yang cukup memadai untuk belajar
13. Saya merasa tidak ada seorangpun yang dapat memberikan saya saran untuk mengatasi masalahku
14. Perhatian Bapak/Ibu Guru membuat saya semakin bersemangat untuk belajar
15. Kesediaan teman-teman untuk mendengarkan keluh kesahku memotivasi saya untuk tidak mudah putus asa
16. Bapak/Ibu Guru selalu membanding-bandingkan saya dengan teman saya yang lebih pintar
17. Ada seseorang (teman, saudara atau kenalan) yang mau meminjamkan uang saat saya sangat membutuhkannya
18. Teman saya di sekolah mau meminjamkan buku catatannya saat saya tidak masuk sekolah
19. Saya selalu dapat mengandalkan seseorang (keluarga, teman atau kenalan) untuk meminta masukan tentang penanganan masalah yang saya alami
20. Saya merasa teman-teman saya tidak akan memberitahu bahan-bahan ujian ketika saya tidak masuk sekolah
21. Saran dari Bapak/Ibu Guru membuat saya semakin giat belajar
Bapak/Ibu Guru dan teman-teman
23. Ada beberapa orang (keluarga, teman, kenalan) yang selalu memberi saya masukan untuk dapat mengatasi masalah saya 24. Ada seseorang (anggota keluarga atau teman) yang mau
meminjamkan kendaraannya saat saya sedang membutuhkan 25. Saya merasa bacaan-bacaan di perpustakaan sekolah dapat
menunjang pelajaran
26. Fasilitas yang disediakan oleh orang tua saya membuat saya malas untuk belajar.
27. Saya memiliki teman yang mau mendengarkan permasalahan yang sedang saya hadapi
28. Teman-teman saya tidak peduli meski saya sedang sakit 29. Saat jatuh dalam keputusasaan, saya terdorong untuk bangkit
kembali berkat dukungan teman-teman
30. Saya merasa keluargaku tidak memberi sarana dan prasarana yang cukup untuk menunjang pendidikanku
31. Teman saya tidak mau meminjamkan HPnya meski itu hanya untuk sekali sms
32. Keluarga saya tidak pernah memberi petunjuk dalam membuat keputusan yang paling tepat
33. Teman-teman saya tidak akan memberitahu cara yang mudah untuk mengerjakan soal yang tidak dapat saya kerjakan
34. Bapak/Ibu Guru sering menyepelekan/mengabaikan pertanyaan yang saya ajukan
35. Keluarga saya tidak menyediakan keperluan sekolah yang saya butuhkan
36. Saya merasa tidak akan ada orang (anggota keluarga, teman atau kenalan) yang memberi saya obat ketika saya sedang sakit
37. Bapak/Ibu Guru tidak pernah memberikan informasi tentang buku-buku yang dapat menunjang pelajaran
38. Saya merasa teman-teman saya akan peduli terhadap masalah yang saya ceritakan
39. Tidak ada orang yang mau menghiburku ketika saya sedang sedih
40. Teman-teman saya sering terlihat cuek dan sibuk sendiri saat saya sedang curhat
41. Teman-teman saya percaya bahwa saya dapat menjaga rahasia mereka dengan baik
42. Saya merasa Bapak/Ibu Guru akan memberitahu bahan materi yang diujikan
43. Saran dari teman-teman membuat saya lebih bersabar dalam menghadapi masalah
44. Saya merasa keluarga saya mau mendengarkan pendapat saya 45. Sekolah menyediakan ruang yang cukup nyaman yang
membuat saya bersemangat untuk belajar
catatannya ketika saya tidak masuk sekolah
47. Saya merasa teman-teman dapat mengerti dan memahami keadaan saya
48. Perhatian dari keluarga memberi saya semangat untuk bangkit dari keterpurukan yang saya alami
49. Saya merasa fasilitas belajar mengajar di sekolah tidak memadai
50. Fasilitas yang cukup lengkap di sekolah tidak membuat saya bersemangat untuk belajar
51. Saya merasa teman-teman saya tidak mau memaafkan kesalahan yang telah saya lakukan
52. Saya merasa Bapak/Ibu Guru tidak memberi saya kesempatan untuk mengerjakan soal yang ada di papan tulis
53. Saya merasa teman-teman saya akan memberi informasi ketika saya sedang mencari bahan untuk mengerjakan tugas 54. Saya tertarik untuk membaca buku-buku pelajaran yang
dibelikan oleh orang tuaku
55. Keluarga saya sering tidak peduli dengan masalah yang sedang saya alami
56. Teman-teman saya sering mengajak saya untuk ikut belajar bersama
57. Saya tidak tertarik untuk membaca buku-buku pelajaran yang dibelikan oleh orang tuaku
58. Nasihat dari orang-orang di sekitarku memotivasi saya agar kelak menjadi orang yang berguna
59. Saya merasa dapat diandalkan oleh teman-teman untuk membantu menyelesaikan persoalannya
60. Saya merasa teman-teman menertawakan saya ketika saya gagal
61. Pendapat saya sering diabaikan oleh teman-teman
62. Perhatian dari keluarga membuat saya semakin tidak ingin berusaha menjadi yang terbaik
63. Nasihat dari keluarga mendorong saya untuk selalu bersikap sopan kepada semua orang
64. Saya ingin menggunakan fasilitas sekolah dengan maksimal untuk menunjang pelaranku
65. Saya merasa pendapat saya sering diabaikan oleh keluarga saya
66. Saya merasa tidak ada seseorang (keluarga, teman, kenalan) yang dapat membuat saya merasa nyaman berada di dekatnya 67. Teman-teman saya tidak mempermasalahkan penampilan
saya
68. Ketika saya merasa kesepian, ada beberapa orang yang bisa saya ajak bicara
69. Petunjuk dari Bapak/Ibu Guru tidak membuat saya bersemangat untuk belajar.
saya lupa mengerjakan tugas
71. Perhatian dari orang-orang di sekitarku membuat saya menjadi pribadi yang tidak mandiri
72. Meski telah diajarkan dalam keluarga namun saya tidak tertarik untuk selalu bersikap sopan dalam bergaul.
73. Perhatian dari Bapak/Ibu Guru membuat saya menjadi tertekan dalam belajar
74. Dukungan dari keluarga tidak membuat saya semakin giat belajar
75. Saya merasa Bapak/Ibu Guru akan memberitahu materi yang diujikan minggu depan
76. Perhatian dari teman-teman memotivasi saya untuk menjalani hari-hariku dengan indah
77. Saya merasa tidak betah tinggal di tengah-tengah keluarga saya
78. Kasih sayang dari keluarga membuat saya malas untuk belajar 79. Orang tua saya selalu mengingatkan saya untuk minum obat
ketika saya sedang sakit
= SKALA B =
JAWABAN
NO. PERNYATAAN
SS S TS STS
1. Saya tidak akan tersinggung meskipun teman saya mengatakan saya gemuk/kurus
2. Saya merasa penampilan saya tidak sempurna sehingga saya menjadi kurang percaya diri
3. Saya suka menunda-nunda mengerjakan tugas sekolah
4. Saya tidak berani untuk maju mengerjakan soal di papan tulis karena takut terlihat bodoh bila salah mengerjakannya
5. Saya merasa bangga memiliki prestasi di bidang olahraga 6. Saya adalah orang yang dapat menjaga rahasia.
7. Saya mudah menjalin hubungan yang baik dengan orang lain.
8. Saya memiliki motivasi yang besar untuk melakukan sesuatu 9. Saya sering membela diri dan menyerang balik bila saya
dikritik
10. Saya sering menjelek-jelekkan guru yang tidak saya sukai 11. Saya suka mengejek teman yang mempunyai kekurangan. 12. Saya tidak mudah putus asa
13. Saya ingin menjalin hubungan persahabatan yang lebih mendalam
14. Saya merasa nyaman berada di tengah-tengah sahabat saya 15. Saya tidak mau merepotkan diri dengan masalah yang
dialami sahabat saya.
16. Teman lawan jenis senang berteman/mengenal saya
17. Saya dapat bertanggungjawab atas tindakan yang saya lakukan
18. Saya sering tidak menyelesaikan tugas yang saya kerjakan 19. Berkeringat membuat saya merasa tidak nyaman
20. Saya senang berolahraga
21. Saya merasa penampilan fisik saya kurang menarik.
22. Saya sering menginginkan untuk memiliki bentuk tubuh seperti orang yang saya kagumi.
23. Saya bersyukur terlahir dengan kondisi fisik (anggota badan) yang lengkap
24. Memiliki sahabat membuat saya semakin percaya diri
25. Sahabat saya tidak meminta bantuan saya dalam membuat sebuah keputusan
26. Saya tidak memiliki sesuatu yang bisa saya banggakan di depan lawan jenis
27. Saya merasa gaya berpakaian dan berpenampilan saya dapat menarik perhatian teman lawan jenis
28. Saya tidak suka bila harus berpanas-panasan
lembing)
30. Saya yakin dengan kemampuan yang saya miliki, cita-cita saya dapat tercapai
31. Saya tidak iri melihat orang yang memiliki postur tubuh lebih bagus daripada tubuh saya
32. Saya merasa penampilan fisik saya menarik.
33. Kehadiran saya tidak dianggap penting oleh sahabat-sahabat saya
34. Ketika mengalami masalah, saya ingin berbagi dengan sahabat saya.
35. Saya mampu menciptakan suasana yang menyenangkan ketika bersama teman lawan jenis.
36. Saya adalah orang yang taat pada peraturan yang berlaku. 37. Saya adalah orang yang dapat dipercaya.
38. Saya bergantung pada pendapat orang lain untuk membuat keputusan
39. Saya tidak suka melihat bayangan tubuh saya di cermin 40. Saya merasa bahwa saya tidak mampu mendapatkan prestasi
yang baik di sekolah
41. Saya tidak malu bertanya kepada orang lain jika saya mengalami kesulitan belajar.
42. Saya adalah orang yang tidak dapat dipercaya.
43. Saya merasa malas bila disuruh berolahraga karena saya tidak mempunyai kemampuan berolahraga
44. Sahabat saya tidak mau menerima saya apa adanya
45. Saya yakin bahwa saya memiliki suatu kelebihan yang dapat menarik perhatian lawan jenis
46. Saya merasa tidak dapat bersaing dengan orang lain
47. Sahabat saya berusaha membantu saya dalam menghadapi masalah
48. Saya senang menolong orang lain.
49. Saya sering mengabaikan orang yang meminta pertolongan saya
50. Saya sering membantah nasihat orang tua saya. 51. Saya merasa malu untuk tampil di depan kelas
52. Saya berusaha belajar dengan sungguh-sungguh agar mendapat nilai yang bagus
53. Bentuk tubuh saya tidak sebagus teman-teman saya 54. Saya sedih melihat prestasi akademik yang saya miliki
55. Saya senang mendapatkan bantuan dari orang lain daripada harus bersusah payah sendiri
56. Saya bisa mengerjakan suatu pekerjaan dengan baik tanpa bergantung pada bantuan orang lain.
57. Saya berpikir bahwa saya layak untuk dicintai
58. Saya mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan yang baik dengan orang lain.
akan bisa mengerjakan soal-soal ujian dengan baik
60. Bila ditunjuk untuk mewakili kelas dalam pertandingan atletik (misal : lari, lompat, dll), saya akan merasa senang 61. Saya sering mengeluh daripada berusaha
62. Saya berperilaku baik kepada semua orang termasuk dengan orang yang lebih muda daripada saya.
63. Saya adalah orang yang suka ingkar janji
64. Tidak memiliki kemampuan di bidang olahraga merupakan hal yang memalukan
65. Saya tidak membeda-bedakan teman dalam bergaul
66. Saya berpikir tidak ada gunanya saya belajar karena belum tentu saya dapat menjawab ujian dengan baik
67. Saya merasa nyaman dengan penampilan saya. 68. Saya tidak malu untuk bertanya
69. Saya ingin mendapatkan nilai yang bagus di sekolah.
70. Saya merasa kurang cantik/ tampan bila dibandingkan teman-teman saya.
71. Saya merasa malu berada di dekat orang yang berpenampilan lebih menarik dari saya
72. Saya merasa senang mencoba mengerjakan sesuatu yang baru 73. Saya percaya bahwa ada lawan jenis yang tertarik pada saya 74. Saya tidak suka menjalin sebuah persahabatan.
75. Saya sering menunda-nunda untuk melakukan sesuatu
76. Saya merasa bahwa orang lain memperoleh hasil pekerjaan yang lebih baik daripada saya.
77. Saya berusaha agar lebih sering memberi sesuatu daripada mendapatkan
78. Saya menjaga tutur kata saya ketika berbicara dengan orang lain.
79. Saya adalah orang yang dapat menepati janji
80. Saya tidak senang dengan kehadiran/keberadaan sahabat-sahabat saya
81. Saya merasa tidak aman untuk menjalin hubungan persahabatan yang lebih dalam
82. Tidak ada lawan jenis yang mau mendekati saya 83. Ada beberapa lawan jenis yang menyukai saya.
84. Saya merasa pintar dibandingkan teman-teman lain di sekolah.
85. Saya puas dengan prestasi akademik yang saya raih
86. Saya merasa bahwa saya adalah orang yang cantik/ tampan. 87. Saya selalu menjaga nasihat dari orang tua saya
88. Saya merasa cepat lelah bila melakukan aktivitas olahraga 89. Saya tidak menyukai aktivitas-aktivitas yang menguras
tenaga.
90. Saya tidak malu dengan penampilan fisik saya.
92. Teman-teman saya dapat mengandalkan saya bila mereka kesulitan dalam memahami pelajaran
93. Saya tidak senang melakukan kegiatan/sesuatu bersama sahabat saya
94. Saya kurang senang menghabiskan banyak waktu dengan sahabat
95. Teman lawan jenis mau membantu saat saya membutuhkan pertolongan
96. Tidak ada lawan jenis yang akan mengagumi saya
97. Saya tidak pernah menang dalam pertandingan lari, jalan, lompat ataupun lempar lembing
98. Saya tidak akan marah bila ada yang menasihati saya 99. Saya mampu bersikap tenang.
100. Saya sering menyalahkan orang lain atas kesalahan yang saya perbuat
101. Saya telah menetapkan tujuan untuk masa depan saya
102. Saya suka membantu teman yang mengalami kesulitan dalam belajar
103. Saya yakin dapat mengerjakan soal-soal ujian dengan baik 104. Saat pertandingan lari, saya selalu jauh tertinggal di belakang 105. Saya dapat melakukan kegiatan olahraga sebaik teman-teman
yang lain.
106. Saya merasa gagal dalam beberapa mata pelajaran di sekolah 107. Saya sering merasa tidak mampu untuk menangani pekerjaan
yang baru
108. Saya suka mengeluarkan kata-kata kotor jika sedang marah. 109. Saya merasa percaya diri dengan penampilan fisik saya 110. Saya malu untuk bertanya karena takut ditertawakan 111. Saya hanya mau bergaul dengan teman yang saya senangi 112. Sahabat bagi saya sudah seperti keluarga sendiri
113. Saya merasa iri dengan keberhasilan sahabat saya. 114. Saya puas dengan bentuk tubuh yang saya miliki
115. Saya akan memaafkan teman yang telah menghianati saya 116. Saya sering berbohong
117. Saya tidak dapat mengendalikan diri saat marah 118. Saya merasa senang dengan apa yang saya kerjakan 119. Teman-teman saya mengagumi bentuk tubuh saya.
120. Saya pesimis dapat mencapai cita-cita dengan kemampuan yang saya miliki
121. Saya dapat mengerjakan tugas-tugas saya tanpa mengeluh 122. Saya berusaha untuk menghindari konflik
123. Saya tidak senang bila harus minta maaf untuk suatu kesalahan yang saya lakukan
124. Saya sering berolahraga
125. Badan saya cukup kuat untuk berolahraga