• Tidak ada hasil yang ditemukan

KETERLIBATAN KAUM AWAM DALAM TUGAS KERASULAN GEREJA SEBAGAI PENGURUS DEWAN PAROKI DI PAROKI SANTO YOHANES RASUL, PRINGWULUNG, YOGYAKARTA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KETERLIBATAN KAUM AWAM DALAM TUGAS KERASULAN GEREJA SEBAGAI PENGURUS DEWAN PAROKI DI PAROKI SANTO YOHANES RASUL, PRINGWULUNG, YOGYAKARTA SKRIPSI"

Copied!
175
0
0

Teks penuh

(1)

i

YOGYAKARTA

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh:

M. Triyono Yuliyanto NIM: 031124033

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN

KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

▸ Baca selengkapnya: dalam gereja katolik dikenal dengan kaum awan, maka menurut ajaran gereja lumen gentium art. 31 kaum awam memiliki arti

(2)
(3)
(4)

iv

pengurus Dewan Paroki paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta, dan

(5)

v

(6)

vi

memuat karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 20 Desember 2008 Penulis

M. Triyono Yuliyanto

(7)

vii

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : M. Triyono Yuliyanto

Nomor Mahasiswa : 031124033

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

KETERLIBATAN KAUM AWAM DALAM TUGAS KERASULAN GEREJA SEBAGAI PENGURUS DEWAN PAROKI DI PAROKI SANTO YOHANES RASUL, PRINGWULUNG, YOGYAKARTA.

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Darma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta, 20 Desember 2008 Yang menyatakan,

M. Triyono Yuliyanto

(8)

viii

Judul skripsi ini adalah KETERLIBATAN KAUM AWAM DALAM TUGAS KERASULAN GEREJA SEBAGAI PENGURUS DEWAN PAROKI DI PAROKI SANTO YOHANES RASUL, PRINGWULUNG, YOGYAKARTA. Penulis memilih judul ini berdasarkan hasil wawancara dan penyebaran kuesioner, penulis mempunyai keprihatinan bahwa masih sedikit umat yang bersedia untuk terlibat aktif dalam kehidupan menggereja, terutama keterlibatan dala m karya kerasulan. Salah satu wujud keterlibatan kaum awam diwujudkan dalam tugas kerasulan Gereja sebagai pengurus Dewan Paroki. Sebagai usaha melihat seberapa besar keterlibatan kaum awam dalam karya kerasulan Gereja, penulis memperoleh data menggunakan penelitian kualitatif dengan wawancara dan penyebaran kuesioner. Wawancara dan penyebaran kuesioner ditujukan kepada pengurus Dewan Paroki di Paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta.

Kaum awam, berkat Sakramen Permandian dan Penguatan, dipanggil untuk mewartakan karya keselamatan Allah. Oleh sebab itu kaum awam turut mengambil bagian dalam karya keselamatan Allah. Karya keselamatan Allah diwujudkan oleh Gereja kepada dunia yang mengarahkannya kepada Kristus. Kaum awam terlibat dalam karya keselamatan Allah dengan mengambil bagian dalam tritugas Kristus, yakni imamat (tugas menguduskan), nabi (tugas mewartakan), dan raja (tugas menggembalakan). Dalam melaksanakan karya kerasulan Gereja, kaum awam mewartakan karya keselamatan Allah kepada semua manusia melalui kenyataan hidup sehari- hari, baik dalam Gereja maupun dalam masyarakat. Kerasulan awam merupakan tugas perutusan Gereja untuk membawa kesaksian akan misteri rencana karya keselamatan Allah bagi penebusan manusia. Salah satu perwujudan keterlibatan kaum awam dalam karya kerasulan adalah keterlibatan dalam kepengurusan Dewan Paroki. Dewan Paroki merupakan salah satu bentuk persekutuan para pelayan umat Allah, baik imam sebagai wakil Uskup maupun kaum awam sebagai wakil umat yang bersama-sama melaksanakan tugas dan panggilan untuk terlibat dalam tritugas Kristus.

(9)

ix

The title of this thesis is THE PARTICIPATION OF LAITY IN THE CHRUCH MINISTRY AS THE OFFICIALS OF THE PARISH COMMITTEE IN SAINT JOHN THE DISCIPLE PARISH OF PRINGWULUNG, YOGYAKARTA. The writer chose this title based on the result of interviews and questionnaires which show us that there are only a few number of lay persons who are available to engage actively in the Church; especially on her ministerial task. One of the realizations of the participation of the laity is their role as the members of the parish committee. The writer collected some data using qualitative research through interviews and random questionnaires in order to see the range of participation of the laity in the church ministry. The interviews and questionnaires were aimed to the officers of the Parish Committee in Saint John the Disciple Parish of Pringwulung, Yogyakarta.

Laity, for having accepted the Sacraments of Baptist and Confirmation, is called to proclaim God’s works of salvation. Therefore, the laity also participates in the saving action of the Lord. Church takes God’s work of salvation into its shape by directing the world to Christ. Laity is engaged to this work of salvation by taking part to the three- fold works of Christ, as a priest (to sanctify), a prophet (to proclaim), and a king (to shepherd). In accomplishing the ministerial works of the Church, lay persons proclaim the saving actions of the Lord through daily reality, both in the body of the Church herself and in the society. The laity ministerial service is a mission of the Church to wit nessing the God’s mystery of the works of salvation for the redemption of the mankind. One of the completions of the laity participation in the ministerial task is the involvement in the Parish Committee. Parish Committee is one model of unity of the God’s people ministers; with the priests as the vicars of the Bishops and laity as the representatives of all God’s people who together accomplish the task and vocation to partaking into the Christ’s three- fold works.

(10)

x

yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul KETERLIBATAN KAUM AWAM DALAM TUGAS KERASULAN GEREJA SEBAGAI PENGURUS DEWAN PAROKI DI PAROKI SANTO YOHANES RASUL, PRINGWULUNG, YOGYAKARTA. Skripsi ini ditulis bertolak dari keprihatinan penulis akan masih sedikitnya kaum awam yang terlibat aktif dalam kegiatan hidup menggereja terutama keterlibatan dalam kepengurusan Dewan Paroki. Oleh sebab itu penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memberikan sumbangan dalam meningkatkan keterlibatan kaum awam dalam karya kerasulan Gereja.

Penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan karena bantuan banyak pihak, yang dengan sepenuh hati, setia, meluangkan waktu, mendampingi, memberikan semangat, membimbing penulis dengan penuh kesabaran, memberikan dukungan melalui doa, motivasi, dan sumbangan ide- ide yang baik. Pada kesempatan ini penulis dengan setulus hati mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Rm. Drs. M. Sumarno Ds., S.J., M.A., selaku dosen pembimbing utama, yang telah memberikan perhatian, meluangkan waktu, mendampingi, membimbing penulis dengan penuh kesabaran, memberikan semangat, dorongan, dan memberikan masukan serta koreksi dalam proses penyelesaian skripsi ini. 2. Rm. Dr. C. Putranta, S.J., selaku dosen penguji II dan dosen pembimbing

(11)

xi

memberikan dukungan dan evaluasi kepada penulis dalam mempertanggungjawabkan skripsi ini.

4. Segenap staf dosen Prodi IPPAK, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, yang telah mendidik dan membimbing penulis selama studi hingga selesainya skripsi ini.

5. Rm. Ignatius Sukawalyana, Pr., Rm. Adolpus Suratmo, Pr., selaku Pastor paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta dan segenap pengurus Dewan Paroki Pringwulung, yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran selama proses wawancara dan penyebaran kuesioner untuk membantu penulis sehingga penulis memperoleh data yang dibutuhkan.

6. Rm. Alexander Sapta Dwi Handoko, S.C.J., sebagai Pater Propinsial Kongregasi S.C.J. Indonesia yang telah memberikan tugas perutusan kepada penulis untuk studi di IPPAK, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

(12)

xii

8. Sahabat-sahabatku yang baik (Sr. Oktaviana K.S.F.L., Sr. Gratiana S.F.D., Fr. Irenius B.H.K., Marina Yulita, Br. Eduardus B.M., Sr. Angelina F.C.J.M., Sr. Yulia H.K., Hendi Kurniawan, dan Citra Kania Rahmawati Intan Putri). 9. Teman-teman angkatan 2004 yang telah memberikan dukungan, perhatian

kepada penulis selama penulis menempuh studi dan atas kerjasama yang baik selama perjalanan studi di kampus IPPAK USD.

10.Kedua orang tua, kakak dan adik yang senantiasa memberi dukungan, semangat, perhatian, cinta, dan doa selama penulis menjalankan tugas perutusan untuk studi di Yogyakarta.

11.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per-satu, yang selama ini dengan tulus telah memberikan dukungan kepada penulis selama studi dan dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Kasih membalas budi baik mereka semua dengan berkat dan rahmat yang melimpah. Akhirnya penulis berharap semoga karya tulis ini dapat memberikan sumbangan dan manfaat bagi pembaca, khususnya bagi kaum awam yang peduli tehadap perkembangan Gereja.

Yogyakarta, 20 Desember 2008 Penulis

(13)

xiii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

BAB II. GAMBARAN UMUM KETERLIBATAN KAUM AWAM DALAM KARYA KERASULAN SEBAGAI DEWAN PAROKI PAROKI SANTO YOHANES RASUL, PRINGWULUNG, YOGYAKARTA ... 10

A. Gambaran Umum Paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta ... 10

1. Sejarah dan Perkembangan Paroki... 11

(14)

xiv

Pringwulung, Yogyakarta... 23

1. Gambaran Umum Dewan Paroki St. Yohanes Rasul Primngwulung ... 23

2. Pemahaman Anggota Dewan Paroki terhadap Karya Kerasulan Gereja... 27

3. Pemahaman Anggota Dewan Paroki Pringwulung tentang Makna Dewan Paroki ... 29

4. Keterlibatan Kaum Awam dalam Karya Kerasulan Gereja sebagai Pengurus Dewan Paroki ... 33

C. Rangkuman Permasalahan-Permasalahan Pokok dalam Keterlibatan Kaum Awam di Paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta... 34

1. Keterlibatan Kaum Awam dalam Karya Kerasulan Gereja ... 35

2. Keterlibatan Kaum Awam dalam Kepengurusan Dewan Paroki ... 36

3. Pemahaman Pengurus Dewan Paroki terhadap Tugas- tugasnya ... 37

4. Keterlibatan Pengurus Dewan Paroki terhadap Karya Kerasulan Gereja... 39

(15)

xv

c. Arah dan tujuan kerasulan awam ... 61

d. Spiritualitas kerasulan awam... 65

2. Pembinaan Karya Kerasulan Awam ... 67

a. Pembinaan manusiawi ... 69

b. Pembinaan rohani... 70

c. Pembinaan pengetahuan teologis ... 71

3. Bidang-Bidang Kerasulan Awam... 71

D. Dewan Paroki ... 73

1. Selayang Pandang tentang Dewan Paroki... 74

a. Sejarah Dewan Paroki ... 74

b. Pengertian Dewan Paroki... 76

c. Tujuan dan fungsi Dewan Paroki ... 77

2. Struktur Kelembagaan Dewan Paroki... 79

a. Dewan Paroki sebagai persekutuan umat... 80

b. Pedoman dasar Dewan Paroki... 82

3. Dewan Paroki sebagai Tugas Kerasulan Gereja ... 96

BAB IV. USULAN PROGRAM KATEKESE UNTUK MENINGKATKAN KETERLIBATAN KAUM AWAM DALAM KEPENGURUSAN DEWAN PAROKI DI PAROKI ST. YOHANES RASUL, PRINGWULUNG, YOGYAKARTA... 100

A. Latar Belakang Pemilihan Program ... 101

B. Alasan Pemilihan Tema... 102

C. Rumusan Tema dan Tujuan... 103

D. Penjabaran Program ... 105

E. Petunjuk Pelaksanaan Program... 108

(16)

xvi

(17)

xvii A. Singkatan Kitab Suci

Seluruh singkatan kitab suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Perjamjian Lama dan Kitab Suci Perjanjian Baru dengan pengantar dan catatan

singkat. (Dipersembahkan kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985, hal. 13.

B. Singkatan Dokumen Gereja

AA : Apostolicam Actuositatem, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Kerasulan Awam, 7 Desember 1965.

AG : Ad Gentes, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Kagiatan Misioner Gereja, 7 Desember 1965.

CFL : Christi Fideles Laici, Imbauan Apostolik Pasca Sinode Bapa Suci Yohanes Paulus II tentang Panggilan dan Tugas Kaum Awam Beriman di dalam Gereja dan di dalam Dunia, 12 Maret 1989.

KHK : Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici), diundangkan oleh Paus Yohanes Paulus II, 25 Januari 1983.

(18)

xviii Bdk : Bandingkan

HAK : Hubungan antar Agama dan Kepercayaan

Kan : Kanon

KAS : Keuskupan Agung Semarang Litbang : Penelitian dan Pengembangan PANKAT : Panitia Katekese

PD : Persekutuan Doa

PDDP : Pedoman Dasar Dewan Paroki PGPM : Pengurus Gereja Papa Miskin PIA : Pendampingan Iman Anak PIR : Pendampingan Iman Remaja PIU : Pendampingan Iman Umat PKL : Paguyuban Ketua Lingkungan PPDP : Pedoman Pelaksanaan Dewan Paroki RAPB : Rencana Anggaran dan Pendapatan Belanja SCP : Shared Christian Praxis

Sosek : Sosial ekonomi

(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Peristiwa Pentakosta menjadi peristiwa pertobatan orang-orang yang berada di kota Yerusalem dengan menyediakan diri untuk dibaptis dan menjadi pengikut Kristus. Mereka datang dari berbagai bangsa di bawah kolong langit (Kis 2:1-13) untuk menerima Pembaptisan dari para rasul. Jumlah orang yang menyediakan diri untuk dibaptis pada hari itu sangat banyak, jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa (Kis 2:41). Dengan bertambahnya umat yang dibaptis pada saat itu, maka dibutuhkan pula para pelayan/murid untuk menjamin iman mereka. Karena keterbatasan jumlah para rasul, maka mereka memilih dan mengangkat murid-murid untuk menjamin iman umat pada saat itu. Bahkan para rasul secara khusus memilih tujuh orang untuk melayani orang miskin dan para janda (Kis 6:3-6).

(20)

(CFL, art. 3). Keterlibatan kaum awam dalam karya pewartaan dan karya kerasulan diungkapkan dalam dokumen Apostolicam Actuositatem:

Adapun zaman sekarang kita menuntut semangat merasul kaum awam yang tidak kalah besar. Bahkan situasi sekarang ini jelas memerlukan kerasulan mereka yang lebih intensif dan lebih luas. Sebab semakin bertambahnya jumlah manusia, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, hubungan-hubungan antar manusia yang lebih erat, bukan saja memperluas tanpa batas gelanggang kerasulan awam, yang sebagian terbuka bagi mereka, melainkan juga menimbulkan masalah- masalah baru, yang menuntut perhatian serta usaha mereka yang cekatan. Kerasulan itu semakin mendesak, karena otonomi banyak bidang kehidupan manusiawi, sebagaimana wajarnya, amat banyak bertambah, adakalanya disertai suatu penyimpangan dari tata kesusilaan dan keagamaan, serta bahaya besar bagi hidup kristiani. Selain itu dibanyak daerah, jumlah imamnya sangat sedikit (AA, art. 1).

Menanggapi perkembangan umat beriman yang semakin pesat Paus Celasius (492-496) membagi daerah-daerah pedesaan menjadi paroki-paroki (Gitowiratmo, 2003: 21). Status pembentukan paroki semakin diperjelas terutama dalam Konsili Trente tahun 1563 dan lebih dipertegas lagi pada tahun 1917 dengan adanya ketentuan Hukum Gereja (Gitowiratmo, 2003: 21-26). Imam, dalam tugas penggembalaannya, menggembalakan umat lebih kurang 1.000-10.000 jiwa. Melihat kenyataan tersebut mau tidak mau para gembala/imam membutuhkan peran serta kaum awam dalam tugas penggembalaan.

(21)

yang saling bersekutu karena sama-sama menerima panggilan Allah dalam Kristus”. Melalui ungkapan tersebut, semakin jelas bahwa kaum awam juga mempunyai peranan penting dalam kehidupan menggereja. Konsili Vatikan II menegaskan:

Jadi kaum beriman kristiani, yang berkat baptis telah mejadi anggota Tubuh Kristus, terhimpun menjadi umat Allah, dengan cara mereka sendiri ikut mengemban tugas imamat, kenabian, dan rajawi Kristus, dan dengan demikian sesuai dengan kemampuan mereka melaksanakan persatuan segenap umat kristiani dalam Gereja dan di dunia (LG, art. 31).

Berkat Sakramen Permandian kaum awam dipanggil untuk berpartisipasi dalam tugas imamat, kenabian, dan rajawi Kristus (CFL, art. 23). Peran serta kaum awam dalam karya kerasula n Gereja meliputi berbagai bidang kerasulan antara lain kerasulan jemaat-jemaat kristiani, kerasulan keluarga, kerasulan kaum muda, kerasulan lingkungan sosial, dan kerasulan bidang-bidang nasional dan internasional (AA, art. 10-14). Salah satu wujud nyata dari peranan umat dalam karya kerasulan Gereja yakni terlibat di dalam kepengurusan Dewan Paroki. Keterlibatan di dalam kepengurusan Dewan Paroki, kaum awam turut terlibat dalam tritugas Kristus, yakni menguduskan, mewartakan, dan menggembalakan. Kaum awam, selain terlibat dalam tritugas Kristus, juga turut serta menampakkan persekutuan Allah Tritunggal yang melandasi segala kehidupan Gereja (KAS, 2004: 15).

(22)

Allah. Dengan menerima Sakramen Penguatan panggilan unt uk merasul bagi orang kristiani semakin dipertegas. Hal senada juga diungkapkan dalam dokumen Apostolicam Actuositatem art. 3 yang mengungkapkan bahwa kewajiban dan hak kaum awam untuk merasul berdasarkan persatuan mereka dengan Kristus sebagai kepalanya. Sebab, Sakramen Permandian meleburkan mereka ke dalam tubuh mistik Kristus, dan Sakramen Penguatan mengukuhkan mereka dengan daya Roh Kudus, dan dengan demikian oleh Tuhan sendiri menetapkan tugas kerasulan. Panggilan khusus para awam ialah mengikhtiarkan Kerajaan Allah dengan menyelenggarakan urusan-urusan duniawi dan mengaturnya menurut kehendak Tuhan (Heuken, 1967: 5). Kaum awam, dalam tugas perutusannya, mempunyai kekhasan yakni bersifat khas duniawi. Hal tersebut dipertegas oleh Tondowidjojo (1990: 32) yang mengatakan:

Kaum awam itu hidup dalam dunia, yakni dalam semua dan setiap jabatan serta kegiatan dunia, dan dalam situasi hidup berkeluarga dan hidup kemasyarakatan yang biasa, yang merajut seluruh keberadaan mereka. Di sana mereka dipanggil Allah agar - dalam menjalankan tugas khususnya, dibimbing oleh semangat Injil - mereka menyumbang pengudusan dunia dari dalam laksana ragi. Jadi tugas mereka secara khusus ialah: menerangi dan menata semua hal ikhwal dunia, yang erat behubungan dengan mereka sehingga selalu terjadi dan berkembang sesuai dengan Kristus, dan merupakan pujian bagi Pencipta dan Penyelamat.

(23)

kepengurusan Dewan Paroki. Kaum awam beranggapan bahwa karya kerasulan merupakan tugas para imam, religius, dan kaum biarawan/biarawati (tanggung jawab kaum berjubah). Sebagai akibat dari anggapan tersebut kaum awam kurang melibatkan diri dalam karya kerasulan baik di paroki, lingkungan masing- masing, maupun di dalam masyarakat.

Dewan Paroki merupakan le mbaga Gereja yang kehadirannya sangat dibutuhkan di dalam suatu paroki. Dewan Paroki mempunyai peranan sentral di dalam paroki karena Dewan Paroki merupakan suatu bentuk persekutuan umat yang didalamnya orang-orang beriman tertentu (kaum awam) menerima tanggung jawab pelayanan pastoral bersama dengan gembala mereka sebagai pemersatunya. Hidup matinya Dewan Paroki sebagai lembaga pelayanan umat sungguh-sungguh tergantung dari dukungan, keterlibatan, dan peran serta umat setempat.

Kekurang-terlibatan kaum awam dalam kepengurusan Dewan Paroki dapat disebabkan oleh berbagai latar belakang, seperti merasa tidak pantas, kurang mampu, mempunyai kesibukan kerja atau masih aktif di dunia kerja, dan sebagainya. Keterlibatan kaum awam juga sangat dibutuhkan, antara lain dalam hal pendampingan, membutuhkan pemimpin atau orang yang dituakan (pemuka umat) untuk menjamin kehidupan iman mereka.

(24)

awam dalam tugas kerasulan Gereja sebagai pengurus Dewan Paroki di Paroki Santo Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta”.

B. Rumusan Permasalahan

Permasalahan pokok yang ingin dibahas oleh penulis dalam skripsi ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

1. Sejauh mana kaum awam di paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, terlibat di dalam tugas kerasulan Gereja sebagai pengurus Dewan Paroki? 2. Sejauh mana Gereja memahami keterlibatan kaum awam dalam karya

kerasulan Gereja sebagai pengurus Dewan Paroki?

3. Sejauh mana peranan katekese dalam meningkatkan peranan kaum awam dalam kepengurusan Dewan Paroki di paroki St. Yohanes Rasul Pringwulung?

C. Tujuan Penulisan

Untuk lebih jelasnya tujuan penulisan “Keterlibatan kaum awam dalam tugas kerasulan Gereja sebagai pengurus Dewan Paroki di Paroki Santo Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta” adalah:

1. Untuk mengetahui sejauh mana keterlibatan kaum awam di paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta dalam tugas perutusan Gereja terutama dalam keterlibatan sebagai pengurus Dewan Paroki.

(25)

3. Untuk meningkatkan peranan kaum awam dalam karya kerasulan Gereja sebagai pengurus Dewan Paroki di Paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta.

4. Penulisan skripsi ini sebagai salah satu persyaratan kelulusan sarjana Strata 1 (S1) Program Studi IPPAK, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

D. Manfaat Penulisan

1. Melalui penulisan, wawancara, dan penyebaran kuesioner ini penulis memperoleh wawasan yang luas tentang teori keterlibatan kaum awam dalam tugas kerasulan Gereja sebagai pengurus Dewan Paroki di Paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta.

2. Melalui penulisan ini, dapat dijadikan oleh penulis sebagai dasar untuk semakin mendalami peranan kaum awam dalam tugas kerasulan Gereja sebagai pengurus Dewan Paroki.

3. Melalui penulisan ini, dapat semakin memperluas wawasan, sebagai bahan refleksi, dan untuk meningkatkan peranan kaum awam dalam tugas kerasulan sebagai kepengurusan Dewan Paroki.

E. Metode Penulisan

(26)

melakukan pengedaran angket dan melakukan wawancara kepada anggota dan pengurus Dewan Paroki serta kepada romo paroki. Selain itu penulis juga berusaha menge mbangkan refleksi pribadi melalui studi pustaka menggunakan buku-buku pendukung dari para ahli yang berkompeten di bidangnya selama penulisan skripsi ini. Akhirnya menjadi sebuah bahan refleksi bagi kaum awam dan pengurus Dewan Paroki untuk terlibat di dalam mengambil bagian dalam tugas kerasulan Gereja. Semoga melalui refleksi tersebut semakin banyak kaum awam yang terlibat di dalam karya kerasulan Gereja terutama keterlibatan kaum awam di dalam kepengurusan Dewan Paroki.

F. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini yang berjudul “Keterlibatan kaum awam dalam tugas kerasulan Gereja sebagai pengurus Dewan Paroki di Paroki Santo Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta” terdiri dari beberapa bab, yakni sebagai berikut:

Bab I berisi pendahuluan. Pada bab pendahuluan ini, penulis menuliskan latar belakang penulisan skripsi, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

(27)

Bab III menjelaskan kerasulan awam dalam karya kerasulan Gereja sebagai Dewan Paroki. Dari judul besar tersebut penulis mencoba menjelaskan tentang identitas kaum awam, kerasulan awam dalam Gereja, kerasulan Gereja, dan membahas tentang Dewan Paroki yang berisi Dewan Paroki dalam Konsili Vatikan II, struktur kelembagaan Dewan Paroki, dan Dewan Paroki Sebagai tugas kerasulan Gereja.

Bab IV menjabarkan usulan program katekese untuk meningkatkan keterlibatan kaum awam kepengurusan Dewan Paroki di Paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta. Penulis dalam penulisan ini menjabarkan tentang latar belakang pemilihan program, alasan pemilihan tema, penjabaran program, rumusan tema dan tujuan, petunjuk pelaksanaan program, dan contoh satuan persiapan.

(28)

BAB II

GAMBARAN UMUM KETERLIBATAN KAUM AWAM

DALAM KARYA KERASULAN SEBAGAI DEWAN PAROKI PAROKI SANTO YOHANES RASUL, PRINGWULUNG, YOGYAKARTA

Perkembangan Gereja yang semakin pesat menumbuhkan kesadaran umat untuk terlibat dalam karya penggembalaan. Kesadaran Gereja dalam turut mengambil bagian dalam tugas penggembalaan umat dapat diwujudkan melalui berbagai macam bentuk keterlibatan sesuai kemampuan masing- masing. Santo Paulus mengatakan: “Ada rupa-rupa karunia, tetapi satu Roh. Dan ada rupa-rupa pelayanan tetapi satu Tuhan” (1 Kor 12:4-5). Setiap orang mendapatkan anugerah dan talenta yang berbeda-beda (Mat 25:14-30) untuk dikembangkan dalam berbagai bentuk pelayanan. Kehidupan menggereja mempunyai banyak bentuk pelayanan yang dapat dilaksanakan dan dikembangkan yang bertujuan agar semua manusia me mperoleh keselamatan, kebahagiaan, dan lain- lain.

(29)

keuskupan dalam batas-batas teritorial tertentu. Dengan adanya persekutuan umat yang memiliki batas-batas teritorial tertentu maka pengkoordinasian dan pelayanan umat dapat semakin dipermudah dan lebih maksimal. Salah satu wujud paguyuban umat Allah berdasarkan batas teritorial tertentu yakni Paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta. Untuk mengenal lebih jauh Paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta, maka pada bagian ini membicarakan tentang sejarah dan perkembangan, Visi dan misi, letak geografis, dan situasi umat Paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta.

1. Sejarah dan Perkembangan Paroki

Sejak didirikannya Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun 1955, ternyata membawa perkembangan baru dalam Gereja terutama gereja Paroki Baciro. Pada tahun 1964, saat itu romo Paroki Baciro yakni Romo J. Stormmesand, S.J. Setelah Universitas Sanata Dharma didirikan, umat kring Mrican dan kring Kolombo tidak perlu jauh-jauh pergi ke Paroki Baciro untuk merayakan Perayaan Ekaristi harian maupun hari Minggu, melainkan di kapel Sanata Dharma (Tim Penyusun Buku Kenangan Ulang Tahun Paroki Pringwulung, 2007: 15).

(30)

berkembang di lingkungan- lingkungan. Kebijakan ini juga diteruskan oleh romo paroki yang menggantikannya pada tahun 1977 yaitu Romo Al. Utoyo, Pr. Ia memberikan perhatian khusus pada kegiatan di lingkungan- lingkungan yang berada di bagian utara Paroki Baciro. Umat lingkungan Mrican dan lingkungan Kolombo mengalami perkembangan, maka dua lingkungan tersebut dimekarkan menjadi 4 (empat) lingkungan yaitu lingkungan Mrican, Pringgodani, Karangasem, dan Deresan, pemekaran tersebut terjadi pada tahun 1978. Pada tahun-tahun berikutnya Lingkungan Kolombo dimekarkan menjadi 5 (lima) lingkungan yaitu lingkungan Kolombo, Kepuh, Demangan, Ambarukmo, dan Janti (Tim Penyusun Buku Kenangan Ulang Tahun Paroki Pringwulung, 2007: 15).

Pada saat Romo F.A. Susilo, S.J. ditunjuk untuk membantu romo paroki, beliau mendapat tugas secara khusus untuk memimpin umat yang kegiatannya berpusat di kapel Sanata Dharma. Pada tahun itu pula Romo Susilo, S.J. membentuk “Dewan Stasi” yang diketuai oleh Bapak G.A. Karyono. Pada saat itulah dianggap sebagai “Berdirinya stasi Mrican”. Dengan berdirinya stasi Mrican, sejak 1 Juli 1981 keuangan stasi dipisahkan dari keuangan pastoran Sanata Dharma dan dikelola oleh umat sendiri (Tim Penyusun Buku Kenangan Ulang Tahun Paroki Pringwulung, 2007: 16).

(31)

(PGPM) di wilayah gereja St. Ignatius Mrican. Pada tahun yang sama, wakil umat bertemu Provinsial S.J., Romo J. Darmaatmaja, S.J., kepada beliau dikemukakan permohonan menggunakan kapel Sanata Dharma sebagai gereja paroki (Tim Penyusun Buku Kenangan Ulang Tahun Paroki Pringwulung, 2007: 16).

Berdasarkan surat keputusan No. 002/II/1983, tanggal 1 Februaru 1983, PGPM membentuk suatu susunan Panitia Persiapan Pendirian Paroki Mrican, yang diketuai oleh Bapak A. Tutoyo. Sementara itu permohonan penggunaan kapel Sanata Dharma sebaga i gereja paroki kepada Dewan Pengurus dan Kurator Yayasan Sanata Dharma telah dikabulkan dengan surat keputusan No. 042/ AK/84, tanggal 25 Juni 1984. Pada tahun tersebut stasi Mrican untuk pertama kalinya menyelenggarakan Sakramen Krisma (Tim Penyusun Buk u Kenangan Ulang Tahun Paroki Pringwulung, 2007: 16).

(32)

Pada 15 Mei 1989 dikeluarkan surat keputusan romo Paroki Baciro, Romo Al. Wahyosudibya, Pr, No. 001/Rm.P/SK.P/DPGKRB/89, tentang pengangkatan Panitian Pembangunan Gereja Mrican kedua, masa bakti 1989 sampai 1992. Pada saat itu tanah yang akan digunakan untuk pembangunan gereja, panti paroki, dan pastoran sudah tersedia di Pandean, Gandok, Condongcatur seluas 3.165 m2 (Tim Penyusun Buku Kenangan Ulang Tahun Paroki Pringwulung, 2007: 17).

Pada 15 Mei 1992, kepanitiaan Pembangunan Gereja Mrican berakhir, akan tetapi tugas belum selesai. Maka pada 25 Juni 1993 dilakukan pembentukan panitia dan pengurus yang baru dan dilantik pada 1 Juli 1993 dengan masa bakti sampai dengan 31 Desember 1996. Panitia pembangunan yang baru ini kembali diketuai oleh Bapak J.B. Daliyo SH. Saat Bupati Dati II Sleman dijabat oleh Bapak Drs. H. Arifin Ilyas, beliau menyarankan memindahkan lokasi pembangunan gedung gereja. Maka lokasi pembangunan gereja yang semula berlokasi di sebelah barat Sungai Gajah Wong, Pandean, Gandok, Condongcatur ditukar dengan tanah kas desa Condongcatur yang terletak di tepi Sungai Gajah Wong Pringwulung dengan pertimbangan bahwa tanah tersebut lebih sesuai. Pada tanggal 23 Februari 1993 sertifikat tanah pengganti diterima (Tim Penyusun Buku Kenangan Ulang Tahun Paroki Pringwulung, 2007: 17).

(33)

S. Atas Wahyudi, Pr. Sejak 27 Desember 1996 status Stasi Mrican ditingkatkan menjadi Paroki Administratif dengan pelindung St. Yohanes Rasul dan Romo S. Atas Wahyudi, Pr sebagai romo Paroki Administratif. Nama Mrican pun bergeser sesuai dengan nama dusun tempat gereja dibangun yaitu Pringwulung. Pada tanggal 27 Desember 1997 gereja Paroki Administratif St. Yohanes Pringwulung diresmikan, sekaligus penetapan dari paroki Administratif menjadi paroki mandiri, dengan Romo S. Atas Wahyudi, Pr sebagai romo paroki (Tim Penyusun Buku Kenangan Ulang Tahun Paroki Pringwulung, 2007: 17-18).

Pada tahun 1997 Paroki Pringwulung telah terbentuk, ada 11 lingkungan yang termasuk dalam paroki ini yaitu Deresan, Karangasem, Kepuh, Kolombo, Kuningan, Mrican, Nologaten, Pringgodani, Pringwulung I, Pringwulung II, dan Samirono. Pada tahun 1998, Lingkungan Ngropoh yang semula bagian dari Paroki Banteng bergabung dengan Paroki Pringwulung. Pada tahun 2000, Romo Paulus Susanto, Pr ditugaskan oleh keuskupan untuk membantu pelayanan umat di paroki tersebut. Sejak berdirinya Paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta sampai tahun 2008 ini ada beberapa romo yang bertugas di paroki tersebut dan beberapa kali pergantian pastor paroki antara lain Romo Bonifasius Benny Bambang Sumintarto, Pr., Romo FX. Sumantoro, Pr., Romo Yohanes Iswahyudi, Pr., dan pada tahun 2007 sampai sekarang Paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta digembalakan oleh Romo Ignatius Sukawalyana, Pr selaku romo kepala dan Romo Adolfus Suratmo Atmamartaya, Pr (Tim Penyusun Buku Kenangan Ulang Tahun Paroki Pringwulung, 2007: 18).

(34)

sebagai pelindung Gereja ini antara lain bahwa Santo Yohanes adalah seorang rasul yang mempunyai semboyan hidup: “Yesus adalah jalan, kebenaran, dan hidup” (Yoh 14: 6). Santo Yohanes berusaha sekuat tenaga agar hidupnya bisa dihayati dan dijiwai cinta kasih Kristus. Pengalaman dikasihi Allah (Yoh 13:23) menjadikan pengalaman pribadi yang ditawarkan kepada semua orang. Santo Yohanes Rasul memberikan teladan agar Gereja tetap mengikuti jalan Yesus yang mengungkapkan cintakasih Allah dan menerima setiap orang sebagai sahabat-sahabatnya (Tim Penyusun Buku Kenangan Ulang Tahun Paroki Pringwulung, 2007: 30).

2. Visi dan Misi Paroki

Paroki St. Yoha nes Rasul Pringwulung memiliki visi dan misi paroki sebagai arah dan tujuan paroki agar menjadi seperti diharapkan oleh umat paroki setempat. Visi dan misi Paroki St. Yohanes Rasul Pringwulung (Tim Penyusun Buku Kenangan Ulang Tahun Paroki Pringwulung, 2007: 3) dirumuskan sebagai berikut:

Visi

Umat Allah Paroki St. Yohanes Rasul Pringwulung bercita-cita menjadi murid Yesus yang setia mewartakan sabda Tuhan, mengembangkan rahmat Allah, menghayati, mengungkapkan, dan mewujudkan iman dalam hidup menggereja dan hidup memasyarakat.

Misi

1. Menumbuh kembangkan iman dalam keluarga sebagai basis hidup beriman.

2. Membangun dan mengembangkan paguyuban-paguyuban yang berciri terbuka.

(35)

4. Menyelenggarakan pelayanan sosial, pelayanan kesehatan, pendidikan dan pembinaan demi peningkatan kesejahteraan umat dan masyarakat sekitar.

5. Memberikan perhatian dan kepedulian kepada seluruh umat terutama mereka yang kecil, lemah, miskin, dan tersingkir serta cacat.

6. Membangun habitus baru; mengangkat martabat pribadi manusia dan melestarikan keutuhan ciptaan.

3. Situasi Geografis Paroki

Gereja Santo Yohanes Rasul Pringwulung sejak 27 Desember 1996 telah berubah statusnya dari stasi Mrican menjadi Paroki Administratif dan menjadi paroki mandiri. Paroki Santo Yohanes Rasul beralamatkan di Jalan Panuluh no. 377 A, Pringwulung, Depok, Sleman, Yogyakarta. Sebelah barat bangunan gereja berbatasan langsung dengan Sungai Gajah Wong, yang memebatasi rumah penduduk dengan gereja, sebelah timur gereja merupakan tanah lapangan kosong milik desa yang biasa digunakan oleh masyarakat sekitar untuk sepak bola atau bola volley, akan tetapi bila hari besar seperti Natal dan Paskah digunakan sebagai lahan parkir kendaraan umat. Bagian utara gereja merupakan pemukiman penduduk dan terdapat juga Wisma keuskupan (Wisma Domus Pacis). Adapun batas-batas wilayah Paroki Santo Yohanes Pringwulung [Lampiran 5: (24)] adalah sebagai berikut:

Sebelah utara : Paroki Banteng dan Minomartani. Sebelah timur : Paroki Baciro (stasi Babarsari). Sebelah selatan : Paroki Baciro.

Sebelah barat : Paroki Kota Baru.

(36)

demikian bagi umat yang mempunyai kendaraan pribadi bukan menjadi kendala, akan tetapi bagi umat yang tidak mempunyai kendaraan pribadi bukan hal yang mudah. Karena bagi yang menggunakan kendaraan bus umum harus berjalan kaki 10 sampai 15 menit untuk sampai ke gereja. Maka kadang ada umat yang merasa keberatan untuk pergi ke gereja Pringwulung terutama bagi orang-orang tua. Sebagai solusi dan alternatif lain mereka sebagian pergi ke gereja lain seperti gereja Kota Baru, kapel Mrican, kapel Santa Anna, kapel Panti Rapih dan biara Klaris yang lebih mudah di jangkau. [Lampiran 3:(15)].

4. Situasi Umat Paroki

Gereja Pringwulung sebagai paroki mandiri baru berusia beberapa tahun dan dapat digolongkan sebagai paroki muda. Peningkatan dari Paroki Administratif menjadi paroki mandiri sudah seharusnya diikuti dengan mengetahui dan memperhitungkan keadaan lingkungan yang ada di paroki tersebut. Hal tersebut dikarenakan paroki terbentuk karena adanya lingkungan-lingkungan. Paroki St. Yohanes Pringwulung saat ini telah mempunyai 13 lingkungan. Nama-nama lingkungan yang ada di Paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta tersebut yakni [Lampiran 4: (23)]:

a. Lingkungan St. Albertus Magnus Deresan b. Lingkungan St. Stephanus Kepuh

c. Lingkungan St. Philipus Kuningan d. Lingkungan St. Stanislaus Karangasem e. Lingkungan Brayat Minulyo Nologaten f. Lingkungan Maria Carmel Kolombo g. Lingkungan St. Yusup Mrican

(37)

l. Lingkungan St. Margareta Maria Alacoque Pringwulung III m. Lingkungan St. Kristoforus Samirono.

Jumlah umat Katolik Paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta secara keseluruhan berdasarkan statistik 31 Desember 2007 berjumlah 3.946 jiwa (Tim Penyusun Buku Kenangan Ulang Tahun Paroki Pringwulung, 2007: 22). Jumlah tersebut tidak termasuk mahasiswa/pelajar dan biarawan/biarawati yang tinggal dan berdomisili di wilayah Paroki Pringwulung. Jumlah mahasiswa yang berdomisili dan kos di wilayah Paroki Pringwulung lebih kurang 1.000 orang, hal tersebut didukung dengan banyaknya Universitas dan sekolah yang berada di wilayah Paroki Pringwulung seperti Universitas Sanata Dharma, Universitas Atma Jaya, Universitas Negeri Yogyakarta, AKS Tarakanita, Akademi Pariwisata, Sekolah Tinggi Pertanian, Kolese De Brito, dan lain- lain.

(38)

Pringwulung, 2007: 22). Untuk tindakan lebih lanjut sampai saat ini pihak paroki belum mempunyai kebijakan berkaitan dengan banyaknya kaum muda yang kos di wilayah Paroki Pringwulung tetapi sudah menjadi sebuah wacana dan pemikiran kedepan [Lampiran 3: (16)].

Kekhasan lain yang dimiliki oleh Paroki St. Yohanes Rasul Pringwulung lainnya yaitu banyak komunitas imam biarawan biarawati yang berada di wilayah paroki ini. Ada lebih kurang 27 komunitas religius baik imam, Bruder, maupun komunitas suster (Tim Penyusun Buku Kenangan Ulang Tahun Paroki Pringwulung, 2007: 73-78; bdk. KAS, 2008: 163-174) yakni sebagai berikut:

• Tarekat Suster Cinta Kasih Santo Boromeus (C.B.)

• Kongregasi Pengikut Yesus (C.I.J. = Congregatio Imitationis Jesu)

• Kongregasi Frater Santa Perawan Maria Bunda Berbelaskasih (C.M.M. =

Congregatio Fratrum Beatae Mariae Virginis Matris Misericoriae) • Suster Pasionis Santo Paulus dari Salib (C.P.)

• Sahabat Setia Yesus (F.C.J. = Faithful Companis of Jesus)

• Putri Cintakasih Canossiana (F.d.C.C. = Figlie della Carita Canossiana) • Putri Bunda Hati Kudus (P.B.H.K.)

• Kongregasi Fransiskus Misionaris Maria (F.M.M.)

• Fransiskanes Santa Elisabeth (F.S.E.)

• Frater Hamba- hamba Kristus (H.H.K.)

• Suster-suster Belaskasih dari Hati Kudus Yang Maha Kudus (H.K.)

(39)

• Ordo Saudara-saudara Hina Fransiskan (O.F.M. = Ordo Fratrum

Minorum)

• Ordo Santa Ursula (O.S.U.)

• Kongregasi Imam- imam Hati Kudus Yesus (S.C.J. = Congregatio

Sacerdotum a Sacro Corde Jesu) • Serikat Jesus (S.J. = Societas Jesu)

• Kongregasi Suster Cintakasih dari Maria Bunda yang Berbelaskasih

(S.C.M.M. = Congregatio Sororum Caritatis a Nostra Domina Matre Misericordiae)

• Suster Dina Santo Yosef (S.M.S.J. = Sorores Minores Sancti Josephi) • Serikat Sabda Allah (S.V.D. = Societas Verbi Divini)

• Kongregasi Suster Fransiskus Dina (S.F.D. = Congregatie Zusters

Franciscanessen van Dongen)

• Wisma Imam Projo Keuskupan Ruteng

• Wisma Imam Projo Atambua

• Kongregasi Suster Cintakasih dari Yesus dan Maria Bunda Pertolongan

Baik (K.Y.M.)

• Kongregasi Suster Santa Perawan Maria (S.P.M. = Zusters van Onze Lieve

Vrouw)

• Ordo Suster Santa Klara (OSC = Ordo Sanctae Clarae) • Kongregasi Suster Fransiskanes Sambas (K.F.S.)

(40)

Dengan banyaknya komunitas tarekat religius maupun imam yang berada di Paroki St. Yohanes Rasul Pringwulung ini membawa warna tersendiri dalam kehidupan menggereja umat setempat. Kehadiran komunitas religius dan imam banyak membantu kegiatan rohani maupun kegiatan yang lain di Paroki Pringwulung. Romo paroki menyadari bahwa selama ini kurang menyapa komunitas-komunitas religius yang bedomisili di paroki Pringwulung. Untuk kembali menjalin komunikasi dengan komunitas religius seperti yang pernah diadakan oleh romo paroki sebelumnya, romo paroki mempunyai program untuk mengadakan kunjungan dan menjalin komunikasi dengan komunitas-komunitas religius yang berada di paroki Pringwulung. [Lampiran 3: (16-17)].

(41)

B. Keterlibatan Kaum Awam dalam Kerasulan Gereja Sebagai Pengurus Dewan Paroki di Paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta

Kepemimpinan dalam Gereja Vatikan II bukanlah kepemimpinan hierarkis, tetapi kepemimpinan partisipatif. Seluruh umat terlibat dalam membangun dan mengembangkan Gereja umat Allah. Seluruh umat dipanggil untuk menghadirkan dan mengaktifkan Gereja di tempat-tempat dan keadaan-keadaan manapun yang menuntut keterlibatan seluruh umat. Kristus menghendaki agar kesaksian dan pelayanan-Nya dilanjutkan oleh Gereja; maka Kristus menganugerahkan tugas imamat, kenabian dan rajawi Kristus kepada Gereja.

1. Gambaran Umum Dewan Paroki St. Yohanes Rasul Pringwulung

Kemajuan dan perkembangan suatu paroki tidak dapat lepas dari peranserta anggota Gereja setempat. Demikian halnya yang terjadi dengan Paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta. Berkat usaha dan kerja sama umat setempat, Paroki Pringwulung yang semula hanya sebuah stasi akhirnya dapat menjadi paroki yang besar. Itulah yang menjadi kerinduan umat stasi Mrican pada saat itu untuk mempunyai gereja paroki. Peran serta umat begitu gigih untuk mendirikan suatu paroki seperti yang mereka harapkan. Akan tetapi pembangunan suatu paroki tidak hanya berhenti dengan terwujudnya suatu bangunan gereja akan tetapi juga memperhatikan pembangunan jemaat setempat.

(42)

panggilan tersebut kaum awam menyadari akan tugas perutusan mereka untuk mewarakan Kristus melalui kekhasan hidup mereka yakni meresapi hidup sehari- hari dalam setiap pekerjaan mereka dengan semangat Kristus (Sumarno Ds., 2005: 3). Paus Yohanes Paulus II dalam anjuran apostolik Christi Fideles Laici art. 7 me ngatakan sebagai berikut: kaum awam beriman memp unyai peranan yang hakiki dan tidak tergantikan dalam pewartaan Injil ini dan dalam kesaksian ini: melalui merekalah Gereja Kristus dihadirkan di dalam berbagai sektor dunia, sebagai tanda dan sumber pengharapan serta kasih.

Kaum awam mempunyai peranan ya ng sangat penting dan tidak tergantikan dalam karya pewartaan Injil dan kesaksian hidup di tengah dunia. Salah satu wujud peranan kaum awam dalam Gereja yakni terlibat dalam kepengurusan Dewan Paroki. Dewan Paroki merupakan salah satu wadah peningkatan peranan kaum awam dalam perutusan Gereja (Sumarno Ds., 2005: 3). Menurut PDDP Keuskupan Agung Semarang Dewan Paroki merupakan: persekutuan para pelayan umat Allah yang terdiri dari imam sebagai wakil Uskup dan kaum awam serta biarawan/biarawati (bila ada) sebagai wakil umat bersama-sama melaksanakan tugas dan panggilan untuk terlibat dalam tritugas Kristus, yakni menguduskan, mewartakan, dan menggembalakan (KAS, 2004: 15).

(43)

imam dan umat, sehingga peranan kaum awam tampak dalam dinamika paroki (KHK, kan. 536). Dewan Paroki sebagai organ tanggung jawab bersama atas kehidupan dan kesaksian Kristus yang diwujudkan melalui ibadat, pewartaan, karya misioner, amal, pendidikan, kerasulan umum, dan khususnya diantara muda-mudi. Maka Dewan Paroki mempunyai peranan yang sangat penting dalam perkembangan suatu paroki.

Dewan Paroki di Paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta dalam pelaksanaannya sesuai dengan Pedoman Dasar Dewan Paroki Keuskupan Agung Semarang tahun 2004. Pelaksanaan dan semua penyelenggaraan tata penggembalaan Dewan Paroki senantiasa menyesuaikan dan menyelaraskan dengan PDDP yang telah disusun oleh keuskupan setempat yakni Keuskupan Agung Semarang. Sebagai paroki muda, Paroki St. Yohanes Rasul Pringwulung, terus menerus berusaha meningkatkan dan mengembangkan tata penggembalaan Dewan Paroki agar dapat semakin sesuai dengan perkembangan zaman dan perkembangan umat. Sebagai salah satu usaha yang nyata dalam mengusahakan peningkatan dan pengembangan umat Dewan Paroki sedang menyusun Pedoman Pelaksanaan Dewan Paroki (PPDP).

Dewan Paroki sebagai wadah peningkatan peranan kaum awam dalam perutusan Gereja dan badan konsultatif (Sumarno Ds., 2005: 3). Dewan Paroki Pringwulung memiliki beberapa bidang antara lain Bidang Liturgi dan Peribadatan, Bidang Pewartaan, Bidang Paguyuban dan Persaudaraan, Bidang Pelayanan Kemasyarakatan, Bidang Fasilitas dan Litbang [Lampiran 4: (21-23)].

(44)

Organis, tim kerja Pemazmur, tim kerja Paramenta, tim kerja Misa Harian, dan tim kerja Tatalaksana Mingguan. Bidang Pewartaan meliputi tim kerja PIA, tim kerja PIR, tim kerja PIU, tim kerja Katekis, dan tim kerja Kitab Suci. Bidang Paguyuban dan Persaudaran meliputi tim kerja PD St. Monica, tim kerja Paguyuban Remaja, tim kerja Cendikiawan, tim kerja Mariage Encounter, tim kerja Ibu- ibu Paroki, tim kerja Kasepuhan, tim kerja Mudika, tim kerja Kebatinan, tim kerja Karismatik, dan tim kerja Worosemedi. Bidang Pelayanan Kemasyarakatan meliputi tim kerja Pendidikan, tim kerja Kesehatan, tim kerja Pengembangan SOSEK, tim kerja Bina Arta, tim kerja TCK, tim kerja Komsos, tim kerja Pangurtiloyo, tim kerja HAK, dan tim kerja Kerasulan Awam. Bidang Fasilitas dan Litbang meliputi tim kerja Rumah Tangga Pasturan, tim kerja Pembangunan, tim kerja Rumah Tangga Gereja, Keamanan dan Perparkiran, tim kerja Listrik dan Sound System, tim kerja Wisma Paroki dan Prasarana Lingkungan, tim kerja Kekaryawanan, tim kerja Inventarisasi, dan tim kerja Litbang [Lampiran 4: (21-23)].

(45)

ke tiga dalam bulan. Pertemuan tim- tim kerja dalam PD diatur oleh koordinator tim kerja masing- masing.

2. Pemahaman Anggota Dewan Paroki terhadap Karya Kerasulan Gereja Untuk mengetahui seberapa besar pemahaman anggota Dewan Paroki terhadap kerasulan Gereja maka penulis melakukan penelitian dengan melakukan wawancara dan penyebaran kuesioner tertutup. Penelitian ditujukan kepada seluruh pengurus Dewan Paroki. Pengurus Dewan Paroki yang mejadi sasaran penelitian antara lain anggota Dewan Harian, para pamong lingkungan, dan koordinator tim kerja Dewan Paroki. Berdasarkan hasil penelitian melalui kuesioner tertutup yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa sebagai anggota Dewan Paroki sudah cukup memahami karya kerasulan Gereja. Karya kerasulan Gereja dipahami sebagai semua bentuk kegiatan-kegiatan baik yang bersifat rohani maupun duniawi yang dilakukan umat Allah yang mengarah pada tujuan Gereja. Tujuan Gereja yang dimaksudkan adalah karya keselamatan Allah kepada manusia dan kesatuan dengan Allah. Melalui berbagai kegiatan yang bersifat rohani maupun duniawi karya kerasulan Gereja bertujuan penginjilan, pengudusan, dan memperbaharui tatanan dunia secara kris tiani [Lampiran 2: (8)].

(46)

nilai-nilai kristiani dimana pun mereka berada sesuai dengan kemampuan dan profesi masing- masing. Setiap anggota Gereja secara hakiki dipanggil untuk melakukan karya kerasulan karena telah menerima Sakramen Permandian, Sakramen Krisma, dan Sakramen Ekaristi. Maka dapat dikatakan bahwa yang menjadi dasar panggilan karya kerasulan Gereja adalah dasar sakramen. Selain itu karya kerasulan juga mempunyai dasar kristologis yakni bahwa Kristus memanggil semua umat beriman untuk mewartakan karya keselamatan [Lampiran 2: (8-9)].

Karya kerasulan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan dan perkembangan Gereja. Dengan turut serta dalam karya kerasulan berarti ikut mengamb il bagian dalam memberikan pelayanan kepada umat dalam seluruh bidang kehidupan. Selain peran pelayanan umat seluruh bidang kehidupan, karya kerasulan juga mempunyai peran turut mengambil bagian dalam pengembangan iman umat serta membantu imam dalam tugas penggembalaan umat. Karya kerasulan Gereja mencakup bidang-bidang yang sangat luas dan mencakup keseluruhan hidup umat Allah yakni bidang rohani, bidang moral, dan bidang sosial. Bidang rohani berarti mengembangkan iman umat yang berkaitan dengan liturgi, peribadatan, dan pendalaman iman. Bidang moral menyangkut perkembangan kepribadian, tingkahlaku, budipekerti, dan sopan santun dalam masyarakat. Sedangkan bidang sosial berkaitan dengan kesejahteraan umat, perhatian kepada kaum lemah, miskin, dan terlantar [Lampiran 2: (9)].

(47)

usia. Bagi pengurus Dewan Paroki yang menjadi spiritualitas dalam melaksanakan karya kerasulan Gereja yaitu karena panggilan Kristus untuk mewartakan karya kerasulan. Selain itu mereka sebagai warga Gereja menyadari akan pentingnya peranan kaum awam dalam kehidupan menggereja maka mereka merasa mempunyai tanggung jawab untuk terlibat dalam kehidupan menggereja [Lampiran 2: (9)].

Karya kerasulan Gereja masih sangat relefan pada zaman ini karena umat senantiasa membutuhkan pewartaan dan pendampingan agar hidupnya senantia sa terarah pada Kristus. Mengingat karya kerasulan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan menggereja maka membutuhkan pendampingan dan pembinaan karya kerasulan. Pembinaan karya kerasulan dimaksudkan agar dalam melaksanakan kerasulan benar-benar mengena pada sasaran dan kebutuhan umat setempat. Adapun bidang-bidang yang dibutuhkan dalam pembinaan karya kerasulan yakni bidang pembinaan rohani, bidang pembinaan pengetahuan teologis, serta bidang pembinaan manusiawi [Lampiran 2: (9-10)].

3. Pemahaman Anggota Dewan Paroki Pringwulung tentang Makna Dewan Paroki

(48)

sebagai wakil Uskup dan kaum awam serta biarawan/biarawati (bila ada) sebagai wakil umat bersama-sama melaksanakan tugas dan panggilan untuk terlibat dalam tritugas Kristus, yakni menguduskan, mewartakan, dan menggembalakan. Para pengurus Dewan Paroki memahami pengertian Dewan Paroki berdasarkan PDDP KAS 2004. Berdasarkan pengertian tersebut maka Dewan Paroki merupakan persekutuan umat yang terdiri dari imam, biarawan/biarawati dan wakil umat yang melaksanakan tugas tritugas Kristus [Lampiran 2: (10)].

Sebagai pengurus Dewan paroki mereka sangat memahami apa yang menjadi tujuan Dewan Paroki. Tujua n Dewan Paroki adalah sebagai berikut: - Menyelenggarakan tata penggembalaan dengan melibatkan dan mengembangkan serta memberdayakan seluruh umat dalam hidup dan karya paroki.

- Membangun kerja sama dengan siapa pun yang berkehendak baik dalam hubungan antar agama dan kepercayaan.

- Mengembangkan pola hidup dan pola pikir dalam masyarakat yang majemuk, dan memperhatikan kaum lemah, miskin, dan terlantar.

Selain memahami tujuan Dewan Paroki mereka juga sebagian besar sudah mema hami apa yang menjadi fungsi Dewan Paroki. Adapun fungsi Dewan Paroki adalah sebagai wadah pelayanan dan koordinasi keterlibatan seluruh umat dalam melaksanakan panggilan dan tugas perutusan Gereja [Lampiran 2: (10-11)].

(49)

wewenang Dewan Paroki. Wewenang Dewan Paroki menurut pemahaman mereka yakni mengambil keputusan reksa pastoral paroki dalam kesatuan dengan arah pastoral keuskupan. Dewan Paroki selain mempunyai wewenang juga mempunyai tanggung jawab. Tanggung jawab Dewan Paroki berdasarkan pemahaman pengurus Dewan Paroki Pringwulung adalah bertanggung jawab atas pelaksanaan keputusan kepada umat paroki dan Uskup. Selain memiliki wewenang dan tanggung jawab Dewan Paroki juga mempunyai tugas umum yang diemban oleh pengurus Dewan Paroki. Adapun tugas-tugas yang harus dilaksanakan sebagai pengurus Dewan Paroki menurut pendapat mereka adalah sebagai berikut: menggerakkan dan mengkoordinasi keterlibatan umat, dan dalam terang iman Dewan Paroki bertugas memutuskan, merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi reksa pastoral paroki yang meliputi bidang liturgi dan peribadatan, pewartaan, pelayanan kemasyarakatan, serta paguyuban dan organisasi [Lampiran 2: (11)].

(50)

semangat untuk melayani, kerjasama, dan penggembalaan umat [Lampiran 2: (11-12)].

Sebagai anggota Gereja mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan umat paroki melalui tugas pelayanan, pewartaan, dan penggembalaan. Atas kesadaran tersebut banyak umat yang terlibat dalam berbagai kegiatan dan persekutuan dalam paroki. Sebagai salah satu bentuk keterlibatan mereka adalah menjadi pengurus Dewan Paroki. Berbagai alasan yang mendasari umat Allah mau terlibat dalam kepengurusan Dewan Paroki antara lain sebagai anggota merasa mempunyai kewajiban untuk mengembangkan umat, mempunyai semangat untuk melayani dan turut serta dalam tugas penggembalaan umat, serta ingin menyumbangkan apa yang dimiliki untuk mengembangkan umat [Lampiran 2: (12)].

(51)

antar pengurus, dapat mengembangkan pelayanan dan kepedulian kepada sesama, selain itu juga semakin memperteguh iman. Sebagai pengurus DP mereka tidak pernah merasa rugi baik dalam hal materi maupun yang lain [Lampiran 2: (12)].

4. Keterlibatan Kaum Awam dalam Karya Kerasulan Gereja sebagai Pengurus Dewan Paroki

Dewan Paroki merupakan persekutuan umat yang melaksanakan tugas perutusan dan panggilan untuk terlibat di dalam tritugas Kristus yakni menguduskan, mewartakan, dan menggembalakan. Maka DP sebagai salah satu perwujudan karya kerasulan Gereja karena selaras dengan tujuan karya kerasulan. Bahkan dapat dikatakan bahwa DP perwujudan utuh karya kerasulan karena DP melayani semua bidang, baik bidang rohani maupun pelayanan kemasyarakatan secara luas [Lampiran 2: (12-13)].

Sebagai pengurus DP, selain melaksanakan tugas-tugas sebagai pengurus DP, mereka juga senantiasa terbuka dalam keterlibatan-keterlibatan lain di dalam hidup menggereja maupun di dalam masyarakat. Keterlibatan di dalam masyarakat menjadi kesempatan untuk melakukan kegiatan pewartaan dengan menanamkan nilai- nilai kristiani di dalam masyarakat. Melalui keterbukaan tersebut pengurus Dewan Paroki mempunyai keterlibatan yang sangat besar dalam karya kerasulan Gereja. Sebagai pengurus DP banyak karya yang dapat dilakukan kebagai perwujudan karya kerasulan Gereja [Lampiran 2: (13)].

(52)

kerasulan Gereja. Menurut pendapat mereka Dewan Paroki mempunyai peran yang sangat besar dalam karya kerasulan, karena turut mengembangkan iman umat dan mengambil bagian dalam tugas penggembalaan umat. Selain itu ada yang berpendapat bahwa Dewan Paroki mempunyai peran yang sangat besar dalam karya kerasulan, karena DP bertujuan mengembangkan iman umat dan terbuka membangun kerjasama dengan agama lain serta memperhatikan kaum miskin, lemah, dan terlantar [Lampiran 2: (13)].

Dewan Paroki sebagai salah satu wujud pelaksanaan karya kerasulan Gereja oleh pengurus DP dipahami sebagai:

1. Salah satu wujud pelaksanaan karya kerasulan Gereja karena Dewan Paroki bertujuan menyelenggarakan tata penggembalaan umat paroki dalam berbagai bidang kehidupan.

2. Salah satu wujud pelaksanaan karya kerasulan Gereja karena Dewan Paroki mempunyai tujuan yang selaras dengan tujuan karya kerasulan Gereja. 3. Salah satu wujud pelaksanaan karya kerasulan Gereja karena Dewan Paroki

turut melaksanakan tugas-tugas kerasulan Gereja.

Keterlibatan di dalam kepengurusan Dewan Paroki sangat disadari bahwa menjadi pengurus Dewan Paroki berarti turut mewujudkan dan mengambil bagian dalam karya kerasulan Gereja [Lampiran 2: (14)].

C. Rangkuman Permasalahan-permasalahan Pokok dalam Keterlibatan Kaum Awam di Paroki St. Yohane s Rasul, Pringwulung, Yogyakarta

(53)

dan anggota Gereja mempunyai tanggung jawab untuk melihat secara kritis dan bijaksana permasalahan-permasalahan yang ada sehingga mampu menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut. Berdasarkan hasil yang diperoleh melalui kuesioner tertutup dan wawancara penulis menemukan beberapa masalah pokok berkait an dengan keterlibatan kaum awam dalam kerasulan Gereja, keterlibatan kaum awam dalam kepengurusan Dewan Paroki, pemahaman pengurus Dewan Paroki terhadap tugas-tugasnya, dan keterlibatan pengurus Dewan Paroki terhadap karya kerasulan Gereja.

1. Keterlibatan Kaum Awam dalam Karya Kerasulan Gereja

Paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta saat ini masih berusia lebih kurang 10 tahun. Dengan usia tersebut dapat digolongkan sebagai paroki muda. Sebagai paroki muda mereka (umat Allah) masih berusaha mencari bentuk yang sesuai dengan situasi setempat agar dapat berkembang sesuai dengan apa yang diharapkan. Suatu paroki yang masih muda tentu situasi umat sangat berbeda dibandingkan dengan paroki yang lain seperti paroki-paroki yang ada di sekitar Yogyakarta ini [Lampiran 3: (17)].

(54)

karya-karya paroki, dan mampu merubah mentalitas dilayani menjadi melayani. Gembala, dalam hal ini imam, sangat menghargai umat yang menyediakan diri menjadi aktivis-aktivis paroki. Bagi imam pertama-tama bukan mencari yang terbaik tetapi mencari orang yang mempunyai kerelaan untuk terlibat aktif [Lampiran 3: (17)].

Alasan lain kurang terlibatnya sebagian umat adalah bahwa mereka banyak yang pendatang atau baru bergabung dengan Paroki Pringwulung. Karena mereka masih baru tidak jarang hati mereka masih berada di paroki yang lama sehingga loyalitas terhadap paroki baru (Paroki Pringwulung) belum sepenuhnya. Sebagai akibat loyalitas yang belum sepenuhnya tersebut umat kurang terlibat aktif dalam turut serta membangun paroki. Akan tetapi sebagain umat sudah mulai ada usaha untuk terlibat aktif dalam berbagai karya paroki yang sesuai dengan bidang dan keahlian mereka [Lampiran 3: (17)].

Sebagai umat paroki bila dilihat secara keseluruhan umat sudah mulai terlibat aktif dalam karya kerasulan Gereja. Karya kerasulan Gereja mempunyai makna dan memberikan jangkauan yang sangat luas sehingga terbuka bagi seluruh umat. Umat dapat terlibat dalam karya kerasulan Gereja sesuai dengan kemampuan dan situasi hidup masing- masing baik dalam Gereja maupun dalam masyarakat umum melalui kesaksian hidup [Lampiran 3: (17)].

2. Keterlibatan Kaum Awam dalam Kepengurusan Dewan Paroki

(55)

ragam sesuai dengan keahlian dan kemampuan masing- masing serta sesuai dengan situasi hidup masing- masing. Salah satu bentuk keterlibatan dalam pembangunan jemaat dan paroki adalah kesiapsediaan menjadi pengurus Dewan Paroki.

Keterlibatan kaum awam dalam karya penggembalaan umat sebagai pengurus Dewan Paroki sangat dibutuhkan bagi perkembangan dan kemajuan sebuah paroki dalam berbagai bidang yang sangat luas. Mengingat pentingnya keberadaan pengurus Dewan Paroki maka dibutuhkan totalitas dan kerelaan dari dalam diri untuk terlibat dalam kepengurusan tersebut. Sejauh ini tidak mengalami kesulitan yang berarti dalam pemilihan pengurus Dewan Paroki dan anggota-anggo tanya [Lampiran 3: (17-18)].

Keterlibatan di dalam kepengurusan Dewan Paroki bukan tugas yang ringan karena memegang tanggung jawab yang besar sehingga banyak alasan umat untuk bersedia ataupun menolak untuk terlibat dalam kepengurusan tersebut. Kaum awam menyadari akan peranan dan tanggung jawab dalam pembangunan jemaat maka menyediakan diri untuk terlibat didalam kepengurusan Dewan Paroki. Kaum awam yang menolak atau tidak bersedia menjadi pengurus Dewan Paroki dikarenakan mereka merasa sibuk dan masih aktif sebagai pegawai, ada sebagian umat yang merasa tidak pantas atau tidak mampu [Lampiran 3: (17-18)].

3. Pemahaman Pengurus Dewan Paroki terhadap Tugas-tugasnya

(56)

pengurus Dewan Paroki hendaknya memahami Pedoman Dasar Dewan Paroki. Pedoman Dasar Dewan Paroki KAS tahun 2004 sebagai patokan umum Dewan Paroki mengingat Pedoman Pelaksanaan Dewan Paroki Pringwulung belum selesai disusun (sedang dalam proses penyelesaian) [Lampiran 3: (18-19)].

Tugas-tugas yang diemban oleh pegurus Dewan Paroki sebagian besar telah dipahami oleh mereka terutama bagi Dewan Harian dan pamong lingkungan. Hal tersebut dikarenakan mereka mempunyai jadwal pertemuan bulanan untuk rapat dan membicarakan banyak hal berkaitan dengan tugas-tugas dan lain- lain. Bagaimana dengan tim kerja dan anggotanya dalam penghayatan tugas mereka? Situasi setiap anggota beragam dalam penghayatan tugas-tugas mereka. Sebagian besar anggota sudah memahami apa yang menjadi tugas-tugas mereka, akan tetapi ada yang tidak tahu sama sekali, ada yang tahu tetapi tidak mampu melaksanakan, tetapi ada juga yang tidak tahu tetapi mempunyai kemampuan untuk melaksanakan [Lampiran 3: (18-19)].

(57)

4. Keterlibatan Pengurus Dewan Paroki terhadap Karya Kerasulan Gereja

Pedoman Dasar Dewan Paroki KAS 2004 menjelaskan dengan rinci syarat-syarat keanggotaan Dewan Paroki. Persyaratan tersebut antara lain aktif dalam lingkungan atau kelompok kategorial, bersemangat hidup menggereja dengan bersedia melayani umat, mempunyai nama baik di tengah umat dan masyarakat, diterima oleh umat, mempunyai kemampuan bekerjasama dan bermusyawarah, dan rajin mengikuti Perayaan Ekaristi atau ibadat hari Minggu (KAS, 2004: 33). Persyaratan tersebut sudah jelas bahwa sebagai pengurus Dewan Paroki sekurang-kurangnya aktif dalam kegiatan-kegiatan lingkungan [Lampir an 3: (19)].

(58)

BAB III

KERASULAN KAUM AWAM DALAM KARYA KERASULAN GEREJA SEBAGAI DEWAN PAROKI

Konsili Vatikan II, yang diselenggarakan pada tahun 1962-1965, merupakan salah satu tonggak sejarah bagi Gereja dalam memasuki era baru. Melalui Konsili Vatikan II Gereja mulai membuka pintu dan jendela lebar- lebar sehingga dapat melihat dunia secara lebih luas. Begitu juga sebaliknya, Gereja menerima masukan dari dunia. Maka Konsili Vatikan II mengadakan penyegaran dan pembaharuan dala m Gereja. Salah satu penyegaran dan pembaharuan yang dihasilkan oleh Konsili Vatian II adalah dekrit tentang Kerasulan Awam (Apostolicam Actuositatem). Dekrit yang dihasilkan oleh Konsili Vatikan II ini berisikan ajaran Gereja tentang kaum awam dalam tugas sebagai pewarta kabar gembira.

A. Identitas Kaum Awam

(59)

1. Pengertian Awam Secara Umum

Awam, menurut kata sifat, berarti ‘umum’, ‘kebanyakan’, ‘biasa’, dan ‘tidak istimewa’. Sedangkan menurut kata bendanya, awam adalah ‘kebanyakan’, ‘orang biasa’, ‘bukan ahli’, ‘bukan rohaniwan’, dan ‘bukan militer’ (Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1988: 57). Dari pengertian menurut kata sifatnya, identitas awam dapat digolongkan sebagai orang yang bukan termasuk dalam kelompok tertentu, yang diakui masyarakat, dan memiliki kema mpuan khusus dalam bidangnya. Dengan kata lain, awam menunjuk pada pribadi di luar kelompok masyarakat yang memiliki keahlian khusus. Mereka disebut sebagai orang biasa dan bukan ahli.

Menurut arti katanya “awam” yang digunakan dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Arab al-‘awamm (jamak: ‘amma) yang berarti ‘orang kebanyakan’, ‘rakyat jelata’, ‘umum’. Dalam konteks yang asli ini, al-‘awamm dipertentangkan dengan kata khass (jamak: khusus), yang berarti ‘istimewa’, ‘terdidik’, ‘berilmu banyak’, dan ‘pandai’ (Budi Kleden, 2006: vii).

2. Pengertian Awa m dalam Gereja

(60)

dalam Gereja” (LG, art. 31). Pengertian tentang awam dipertegas oleh A. Heuken (1996: 144-145), sebagai berikut:

Semua orang beriman kristiani, selain anggota-anggota yang menerima tahbisan suci dan mereka yang termasuk kaum rohaniwan yang diakui Gereja; yakni semua orang beriman yang dibangun dengan Kristus oleh Pembaptisan, dijadikan anggota umat Allah dan dengan caranya sendiri mengambil bagian dalam jabatan sebagai imam, nabi, dan raja. Sesuai dengan kedudukan masing- masing, mereka menjalankan pengutusan seluruh umat kristiani baik dala m Gereja maupun dalam dunia. Ciri keduniaan adalah khas dan khusus bagi kaum awam.

Kata awam berasal dari kata Yunani, “laikos”, yang berarti ‘orang’ atau ‘bangsa’. Di dalam kitab suci terjemahan Yunani (septuaginta) kata “laikos” menunjuk orang atau bangsa pilihan, yang membedakan mereka dari bangsa-bangsa kafir dan asing. Menurut pengertian tersebut kaum awam menunjuk pada orang atau bangsa baru yang percaya pada Yesus Kristus, dipersatukan dengan-Nya melalui Pembaptisan (Tondowidjojo, 1990: 17). Awam yang dipergunakan dalam Perjanjian Baru erat hubungannya dengan istilah “apostolos” artinya yang diutus. Kata “apostolos” dalam Perjanjian Baru lebih dekat dengan arti awam dalam lingkup Gereja.

B. Kerasulan Gereja

(61)

kutipan Injil Matius tersebut, semakin jelas bahwa sebagai murid- murid Yesus mendapat tugas perutusan dan pewartaan kepada semua orang agar menerima Yesus Kristus dan meneladan ajaran-Nya.

Konsili Vatikan II dalam AA artikel 6 (enam) memberikan gambaran tentang kerasulan sebagai berikut: Gereja dilahirkan untuk mewartakan kerajaan Kristus ke seluruh bangsa manusia demi kemuliaan Allah Bapa. Dengan demikian semua anggota Gereja turut mengambil bagian dalam karya penebusan yang menyelamatkan dan melalui mereka seluruh dunia benar-benar diarahkan kepada Kristus. Semua usaha Tubuh Mistik yang mempunyai tujuan ini dinamakan kerasulan (Tondowidjojo, 1990: 15). Kerasulan dijalankan oleh Gereja melalui anggotanya yakni umat Allah “diwajibkan memumaikan kerasulan Gereja yang fundamental yakni evangelisasi” (CFL art. 51). Gereja menjalankan kerasulan dengan cara mereka masing- masing sesuai dengan profesi dan bidangnya, serta kemampuan yang mereka miliki. Seperti dalam kesatuan badan yang hidup, setiap anggota tubuh mempunyai peran dan tugas masing- masing sesuai dengan fungsinya. Santo Paulus dalam suratnya mengatakan: “Dari padaNya-lah seluruh tubuh --- yang rapih tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota --- menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih” (Ef 4:16).

(62)

tulisannya yang mengutip dari dokumen Gereja tentang kerasulan awam mengatakan:

Kerasulan dikatakan sebagai berikut: awam siapapun, yang dihimpun dalam umat Allah dan disejajarkan dalam satu Tubuh Kristus di bawah satu kepala, sebagai anggota yang hidup, dipanggil untuk menyumbangkan seluruh tenaganya, yang diterima karena kemurahan Pencipta dan Rahmat Juru Selamat, bagi pengembangan dan perutusan Gereja yang berkesinambungan. Maka kerasulan awam adalah peran serta dalam perutusan penyelamatan Gereja. Untuk kerasulan ini semua orang ditugaskan Tuhan sendiri, lewat Permandian dan Penguatan.

Kerasulan mencakup arti yang sangat luas yakni segala kegiatan yang bersifat gerejani dan sesuai dengan tujuan Gereja. Semua tugas dan kegiatan pewartaan akan Kerajaan Allah dan karya keselamatan yang terjadi dalam diri Yesus Kristus disebut sebagai kerasulan. Kerasulan dilaksanakan oleh Gereja melalui semua anggotanya, dengan berbagai cara sesuai dengan kekhasan hidup mereka masing- masing. Para rasul serta para pengganti-penggantinya, dipanggil oleh Kristus untuk diserahi tugas mengajar, memimpin, dan menyucikan atas nama dan kuasa-Nya (AA, art. 2). Berkat Sakramen Pembaptisan dan Sakramen Penguatan, umat Allah turut serta dalam mewujudkan tritugas kersulan Gereja (tugas imamat, kenabian, dan rajawi Kristus) dan peranan kerasulan dalam Gereja.

1. Tritugas Kerasulan Gereja

(63)

tersebut, mereka menjalankan peranan tersebut dalam perutusan seluruh umat Allah, baik dalam dunia maupun dalam Gereja.

Tugas perutusan untuk pengudusan, pengajaran, dan pelayanan Kristus disebut juga sebagai tritugas kerasulan Gereja. Tritugas kerasulan Gereja, yang adalah kerasulan imamat, kerasulan kenabian, dan kerasulan rajawi, mempunyai kekhasan dan peranan masing- masing.

a. Kerasulan imamat

Imamat, menurut tradisi Perjanjian Lama, semula disebut hiereus (imam). Imam dalam konteks Perjanjian Lama berarti orangnya Yahwe; “milik atau harta kesayangan Allah” (Yer 2:3). Maka segenap umat Israel (keturunan Abraham, Ishak, dan Yakub) adalah imam Yahwe. Yahwe merupakan kudus adanya maka umat-Nya disebut sebagai umat kudus (Ul 26:9), yang nantinya langsung berpautan dengan ibadat- ibadat suci. Imamat segenap bangsa Israel terjadi karena Yahwe sendirilah yang menjadikan dalam perjanjian. Dalam Perjanjian Lama dalam peristiwa bangsa Israel keluar dari Mesir di bawah pimpinan Musa, Allah memilih Harun dan seluruh keturunannya untuk menerima jabatan imam (Kel 28:1). Secara umum fungsi para imam adalah menjaga kekudusan umat Allah. Imamat umum segenap umat beriman dipersempit dengan imamat khusus. Imamat khusus dipilih Allah untuk menjaga kekudusan umat Allah dengan mengurbankan kurban persembahan kepada Yahwe (Wahyu Harjanto, 2006: 1).

(64)

7:8). Imamat Yesus Kristus dalam Perjanjian Baru dapat dikatakan sebagai kontinuitas dari imamat Perjanjian Lama, akan tetapi mempunyai makna baru, bahkan ditegaskan bahwa Yesus bukan hanya imam tetapi satu-satunya imam yang sesungguhnya (Wahyu Harjanto, 2006: 4). Imamat Yesus Kristus tampak dalam peristiwa perjamuan terakhir Yesus, sebagai tindakan Agung Yesus saat Ia membagi-bagi roti dan anggur kepada murid- murid-Nya. Dari peristiwa tersebut menunjukkan tindakan imami Yesus. Inti pokok dari imamat Yesus yakni terjadi dalam kurban Yesus Kristus di kayu Salib demi penyucian dan penghapusan dosa manusia. Korban Yesus memperdamaikan hubungan manusia denga n Allah. Imamat Yesus Kristus hingga saat ini senantiasa dikenangkan oleh Gereja dalam Perayaan Ekaristi.

Kaum beriman kristiani dengan menerima Pembaptisan telah dipersatukan oleh Yesus Kristus menjadi anggota Gereja. Gereja yang telah dipersatukan dengan Yesus Kristus dengan sendirinya mereka menerima karunia imamat Yesus Kristus, dengan demikian Gereja senantiasa ikut mengambil bagian dalam imamat umum Yesus Kristus. Karena persatuannya dengan Yesus Kristus maka kaum awam disucikan oleh Roh Kudus (van der Heijden, 1977: 27).

(65)

yang dengan perantaraan Yesus Kristus berkenan kepada Allah” (LG, art. 34). Kaum awam yang berbakti kepada Allah dengan hidup suci dan membaktikan dunia kepada Allah, merupakan perwujudan keikutsertaan dalam imamat Yesus Kristus. Adolf Heuken (1996: 110) mengatakan bahwa “orang beriman berdasarkan imamat rajawi, mereka ikut mempersembahkan Ekaristi, mereka mengamalkan imamat tersebut dalam penerimaan sakramen-sakramen, dalam doa dan ucapan syukur, serta dalam kesaksian hidup suci, penyangkalan diri dan perbuatan amal”. Jadi tugas awam melalui karunia imamat (umum) Yesus Kristus berarti ikut mengambil bagian dalam menyucikan tatanan dunia dengan semangat Yesus Kristus dan “menahbiskan dunia kepada Allah” (CFL art. 14).

b. Kerasulan kenabian

Referensi

Dokumen terkait