KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK BERBINTANG DUA DI KECAMATAN PAKUALAMAN,
UMBULHARJO, WIROBRAJAN DAN MANTRIJERON KOTA YOGYAKARTA PERIODE JULI - SEPTEMBER 2012
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Rosa Delima Suspita Riasanti NIM : 098114065
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
HALAMAN PERSEMBAHAN
“Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya,
bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka.
Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang
dilakukan Allah dari awal sampai akhir”
(Pengkhotbah 3:11)
Karya ini kupersembahkan untuk :
Tuhan Yesus Kristus
Kedua Orang Tuaku Tercinta
Kakakku Tersayang
Kekasihku Tersayang
Sahabat-sahabat seperjuangan
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
kasih, berkat, kekuatan dan bimbinganNya yang tidak berkesudahan sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “KepuasanPelanggan
Terhadap Kualitas PelayananDi Apotek Berbintang Dua Di Kecamatan
Pakualaman, Umbulharjo, Wirobrajan dan Mantrijeron Kota Yogyakarta Periode
Juli - September 2012”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat
guna memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) di Fakultas Farmasi,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan dalam penulisan skripsi ini tidak
terlepas dari bantuan, pengarahan, bimbingan, serta dukungan dari berbagai pihak
sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. Dengan kerendahan hati, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dra. Th. B. Titien Siwi Hartayu, M.Kes., Ph.D., Apt., selaku dosen
pembimbing utama yang telah memberikan bimbingan, dukungan, waktu,
semangat, saran, kritik dan pengarahan kepada penulis dalam proses
penyusunan skripsi.
2. Bapak Drs. Djaman Ginting Manik, Apt., selaku dosen pembimbing
pendamping yang telah memberikan bimbingan, dukungan, waktu, semangat,
saran, kritik dan pengarahan kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi.
3. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Bapak Ipang Djunarko, M. Sc., Apt., selaku dosen penguji atas waktu,
bimbingan dan saran yang telah diberikan.
5. Ibu Maria Wisnu Donowati, M. Si., Apt., selaku dosen penguji atas waktu,
bimbingan dan saran yang telah diberikan.
6. Agustina Setiawati, S. Farm., Apt., M. Sc., selaku dosen pembimbing
akademik atas waktu, bimbingan dan saran yang telah diberikan.
7. Kepala Dinas Perizinan Kota Yogyakarta yang telah berkenan memberikan
8. Apoteker Pengelola Apotek Dharma Husada, K-24 Gajah Mada, Chrisstella,
Mitra, Budi Asih, Medikatama, Panti Afiat, Umbulharjo, Pelangi dan Ratna.
9. Orang tuaku yang tercinta yaitu Ibu Maria Sri Sumarni dan Bapak Albertus
Wajikan atas doa, kasih sayang, cinta, nasihat, semangat, kesabaran dan
dukungan yang selalu diberikan kepada penulis.
10.Kakakku yang tercinta yaitu Yohanes Deo Heri Krismanto dan Franciscus
Didik Tri Asmoro atas semangat, kasih sayang, kesabaran dan doa yang
diberikan kepada penulis.
11.Para pelanggan apotek yang telah bersedia meluangkan waktunya dan
membantu dalam penelitian ini.
12.Pak Sarwanto, Mas Narto dan Dek Dwi yang telah membantu penulis dalam
mengurus surat-surat dan ijin untuk keperluan penelitian.
13.Seluruh dosen dan staf Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.
14.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis dari awal hingga terselesaikannya penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna.Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritikdan saran yang membangun agar skripsi
ini menjadilebih baik lagi.Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi semua
pembaca.
Yogyakarta, Juli 2013
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ...vi
PRAKATA ... vii
DAFTAR ISI ...ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
INTISARI ...xix
ABSTRACT ... xx
BAB I. PENGANTAR ... 1
A. Latar Belakang ... 1
1. Permasalahan ... 3
2. Keaslian Penelitian ... 4
3. Manfaat Penelitian ... 5
B. Tujuan Penelitian ... 6
1. Tujuan Umum ... 6
2. Tujuan Khusus ... 6
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ... 7
B. Apotek Berbintang Dua... 8
C. Pelanggan ... 9
1. Pengertian ... 9
2. Kepuasan Pelanggan ... 9
3. Tipe Pelanggan ... 10
4. Harapan Pelanggan ... 11
5. Loyalitas Pelanggan ... 11
D. Kualitas Pelayanan ... 12
1. Pengertian ... 12
2. Dimensi Kualitas Jasa ... 12
3. Pengukuran Kualitas Jasa ... 13
4. Model Kualitas Jasa ... 15
E. Diagram Kartesius ... 20
F. Landasan Teori ... 21
G. Hipotesis ... 22
BAB III. METODE PENELITIAN ... 23
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 23
B. Variabel Penelitian ... 24
C. Definisi Operasional ... 24
D. Tempat Penelitian ... 26
E. Subyek Penelitian ... 26
1. Subyek Penelitian dan Teknik Sampling ... 26
2. Besar Sampel ... 27
F. Instrumen Penelitian ... 27
1. Pembuatan Kuesioner ... 28
2. Perijinan ... 30
3. Pengambilan Data ... 31
4. Pengolahan Data ... 31
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36
A. Karakteristik Pelanggan di Apotek Berbintang Dua ... 36
1. Jenis Kelamin ... 36
2. Usia ... 37
3. Tingkat Pendidikan ... 38
4. Jenis Obat yang di Beli ... 39
5. Kunjungan ke Apotek ... 40
B. Hasil Perbandingan Antara Harapan dan Kenyataan Pelanggan Di Apotek Berbintang Dua di Kecamatan Paku Alam, Umbulharjo, Wirobrajan dan Mantrijeron Kota Yogyakarta Periode Juli-September 2012 ... 42
C. Analisis Kepuasan Pelanggan di Apotek Berbintang Dua di Kecamatan Paku Alam, Umbulharjo, Wirobrajan dan Mantrijeron Kota Yogyakarta Periode Juli-September 2012 ... 52
D. Analisis Tingkat Kepuasan Pelanggan Dengan Menggunakan Uji Chi Square (X2 Hitung) ... 82
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 84
A. KESIMPULAN ... 84
B. SARAN ... 85
DAFTAR PUSTAKA ... 86
LAMPIRAN ... 88
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I. Kriteria Nilai Customer Satisfaction Index (IKP) ... 15
Tabel II. Klasifikasi Kesenjangan (gap) ... 33
Tabel III. Frekuensi Usia Pelanggan di 10 Apotek Berbintang
Dua Kota Yogyakarta Periode Juli-September
2012 ... 38
Tabel IV. Dimensi, Pernyataan, Kenyataan, Harapan,
∑Gap dan Kualitas Pelayanan Dimensi
Reliability di Apotek Berbintang Dua
Kota Yogyakarta Periode Juli-September
2012 ... 43
Tabel V. Dimensi, Pernyataan, Kenyataan, Harapan,
∑Gap dan Kualitas Pelayanan Dimensi
Assurance di Apotek Berbintang Dua
Kota Yogyakarta Periode Juli-September
2012 ... 45
Tabel VI. Dimensi, Pernyataan, Kenyataan, Harapan,
∑Gap dan Kualitas Pelayanan Dimensi
Tangible di Apotek Berbintang Dua
Kota Yogyakarta Periode Juli-September
2012 ... 47
Tabel VII. Dimensi, Pernyataan, Kenyataan, Harapan,
∑Gap dan Kualitas Pelayanan Dimensi
Empathy di Apotek Berbintang Dua
2012 ... 49
Tabel VIII. Dimensi, Pernyataan, Kenyataan, Harapan,
∑Gap dan Kualitas Pelayanan Dimensi
Responsiveness di Apotek Berbintang Dua
Kota Yogyakarta Periode Juli-September
2012 ... 51
Tabel IX. Dimensi, Pernyataan, Kenyataan, Harapan,
∑Gap dan Tki di Apotek A di Kecamatan
Wirobrajan Kota Yogyakarta Periode Juli-
September 2012 ... 53
Tabel X. Dimensi, Pernyataan, Kenyataan, Harapan,
∑Gap dan Tki di Apotek B di Kecamatan
Umbulharjo Kota Yogyakarta Periode Juli-
September 2012 ... 56
Tabel XI. Dimensi, Pernyataan, Kenyataan, Harapan,
∑Gap dan Tki di Apotek C di Kecamatan
Umbulharjo Kota Yogyakarta Periode Juli-
September 2012 ... 59
Tabel XII. Dimensi, Pernyataan, Kenyataan, Harapan,
∑Gap dan Tki di Apotek D di Kecamatan
Umbulharjo Kota Yogyakarta Periode Juli-
September 2012 ... 62
Tabel XIII. Dimensi, Pernyataan, Kenyataan, Harapan,
∑Gap dan Tki di Apotek E di Kecamatan
September 2012 ... 65
Tabel XIV. Dimensi, Pernyataan, Kenyataan, Harapan,
∑Gap dan Tki di Apotek F di Kecamatan
Mantrijeron Kota Yogyakarta Periode Juli-
September 2012 ... 68
Tabel XV. Dimensi, Pernyataan, Kenyataan, Harapan,
∑Gap dan Tki di Apotek G di Kecamatan
Mantrijeron Kota Yogyakarta Periode Juli-
September 2012 ... 71
Tabel XVI. Dimensi, Pernyataan, Kenyataan, Harapan,
∑Gap dan Tki di Apotek H di Kecamatan
Mantrijeron Kota Yogyakarta Periode Juli-
September 2012 ... 74
Tabel XVII. Dimensi, Pernyataan, Kenyataan, Harapan,
∑Gap dan Tki di Apotek I di Kecamatan
Mantrijeron Kota Yogyakarta Periode Juli-
September 2012 ... 77
Tabel XVIII. Dimensi, Pernyataan, Kenyataan, Harapan,
∑Gap dan Tki di Apotek J di Kecamatan
Mantrijeron Kota Yogyakarta Periode Juli-
September 2012 ... 80
Tabel XIX. Uji Chi Square pada Lima Dimensi Terhadap
Tingkat Kepuasan Pelanggan di 10 Apotek di
Kecamatan Paku Alam, Umbulharjo,
Wirobrajan dan Mantrijeron Kota Yogyakarta
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Konsep Kepuasan Pelanggan Terhadap
Kualitas Pelayanan ... 10
Gambar 2. Model Kualitas Pelayanan ... 16
Gambar 3. Diagram Kartesius ... 20
Gambar 4. Perbandingan Jenis Kelamin Pelanggan di 10
Apotek di Kecamatan Paku Alam, Umbulharjo,
Wirobrajan dan Mantrijeron Kota Yogyakarta
Periode Juli-September 2012 ... 37
Gambar 5. Perbandingan Tingkat Pendidikan Pelanggan di
10 Apotek di Kecamatan Paku Alam, Umbulharjo
Wirobrajan dan Mantrijeron Kota Yogyakarta
Periode Juli-September 2012 ... 39
Gambar 6. Perbandingan Jenis Obat Resep, Non Resep atau
Keduanya yang di beli Pelanggan di 10 Apotek di
Kecamatan Paku Alam, Umbulharjo, Wirobrajan
dan Mantrijeron Kota Yogyakarta Periode Juli-
September 2012 ... 40
Gambar 7. Perbandingan Kunjungan Pelanggan di 10 Apotek
di Kecamatan Paku Alam, Umbulharjo, Wirobrajan,
dan Mantrijeron Kota Yogyakarta Periode Juli-
September 2012 ... 41
Gambar 8. Diagram Kartesius di Apotek Adi Kecamatan
Pakualaman Kota Yogyakarta Periode Juli-
Gambar 9. Diagram Kartesius di Apotek B di Kecamatan
Pakualaman Kota Yogyakarta Periode Juli-
September 2012 ... 56
Gambar 10. Diagram Kartesius di Apotek C di Kecamatan
Wirobrajan Kota Yogyakarta Periode Juli-
September 2012 ... 59
Gambar 11. Diagram Kartesius di Apotek D di Kecamatan
Wirobrajan Kota Yogyakarta Periode Juli-
September 2012 ... 62
Gambar 12. Diagram Kartesius di Apotek E di Kecamatan
Wirobrajan Kota Yogyakarta Periode Juli-
September 2012 ... 65
Gambar 13. Diagram Kartesius di Apotek F di Kecamatan
Umbulharjo Kota Yogyakarta Periode Juli-
September 2012 ... 68
Gambar 14. Diagram Kartesius di Apotek G di Kecamatan
Umbulharjo Kota Yogyakarta Periode Juli-
September 2012 ... 71
Gambar 15. Diagram Kartesius di Apotek H di Kecamatan
Umbulharjo Kota Yogyakarta Periode Juli-
September 2012 ... 74
Gambar 16. Diagram Kartesius di Apotek Idi Kecamatan
Mantrijeron Kota Yogyakarta Periode Juli-
September 2012 ... 77
Mantrijeron Kota Yogyakarta Periode Juli-
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian ... 88
Lampiran 2. Surat Perijinan Dinas Kesehatan ... 98
Lampiran 3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ... 100
Lampiran 4. Analisis Gap ... 103
INTISARI
Dengan labelisasi apotek oleh Dinas Kesehatan, diharapkan pelayanan kefarmasian yang diberikan dapat memberikan kepuasan terhadap para pelanggannya.Akan tetapi, sejak adanya pelabelan hingga sekarang belum pernah dilakukan pengukuran kualitas pelayanan maupun kepuasan pelanggan. Penelitian ini ditujukan untuk mengukur tingkat kepuasan dan kualitas pelayanan di apotek dengan label Bintang Dua di 4 kecamatan (Pakualaman, Umbulharjo, Wirobrajan dan Mantrijeron) Kota Yogyakarta. Pemilihan 4 kecamatan tersebut berdasarkan banyaknya apotek di 4 kecamatan tersebut.Dari 40 apotek bintang dua di 4 kecamatan hanya 10 apotek yang bersedia sebagai tempat dilakukan penelitian.
Penelitian observasional ini menggunakan rancangan cross sectional dan
teknik quota sampling.Instrumen dalam penelitian ini menggunakan
kuesioner.Kuesioner diberikan kepada pasien yang membeli obat di salah satu Apotek Bintang Dua lebih dari satu kali dalam periode Juli-September
2012.Kemudian, data dianalisis dengan metode analisis gap, perhitungan
Customer Satisfaction Index, uji Chi Square dan penyajian data menggunakan
Diagram Kartesius.
Hasil penelitian menunjukkan 9 dari 10 apotek termasuk dalam klasifikasi
gap sangat negatif (-3 s.d. -1,5). Berdasarkan Customer Satisfaction Index antara
harapan dan kenyataan pelanggan pada Apotek A, D, G, H dan J di atas 50% dan Apotek B, C, E, F dan I di bawah 50%. Berdasarkan analisis diagram kartesius,
semua apotek perlu meningkatkan kualitas pelayanan pada dimensi reliability,
assurance, empathy dan responsiveness.
Tidak ada perbedaan bermakna antara kepuasan pelanggan di 10 Apotek Bintang Dua (hasil uji Chi Square nilai X2 hitung 30,294 < X2 tabel 40,113).
ABSTRACT
By labeling the pharmacy of Health Department, which is expected given the pharmacy service can provide satisfaction to customers. However, since labeling until now has never been measuring service quality and customer satisfaction. This thesis to expressionformeasurement level of satisfaction and service quality inpharmacy with Two Stars label in 4 districts (Pakualaman, Umbulharjo, Wirobrajan and Mantrijeron) of Yogyakarta City. The reason choosed 4 districts because only have 4 pharmacy at 4 districts. 40 pharmacies two stars label in 4 districts only 10 pharmacies that are willing as a place for research.
This observational study using crosssectional design and quota sampling technique.Instrument in this study using questionnaires. Questionnaires were given to patients who buy medicinemore than once in the period July to September 2012at one pharmacy two stars label. Then, data were analyzed by gap analysis method , calculation of Customer Satisfaction Index, Chi Square test and presenting data using Cartesian Diagram.
The results showed 9 from 10 pharmacies included in the classification gap with negative value (-3 s.d -1.5). Based on Customer Satisfaction Index by customer expectations if Pharmacy of A, D, G, H and J are above 50% and pharmacy of B, C, E, F and I are below 50%. Based on the analysis of the Cartesian Diagram, all pharmacies need to improve the quality of service with dimensions of reliability, assurance, empathy and responsiveness.
There is no significant difference on customer satisfaction in 10
pharmacies of Two Star label (Chi Square test result values 30.294 X2 count <X2
table 40.113).
BAB I PENGANTAR
A. Latar Belakang
Perubahan zaman yang semakin cepat dan berkembang seiring dengan
meningkatnya kebutuhan masyarakat akan mutu kesehatan mendorong apotek
untuk melakukan berbagai perubahan melalui peningkatan pembangunan dibidang
kesehatan. Mengingat perubahan yang cenderung semakin cepat dengan
munculnya berbagai kebijakan pemerintah, perilaku pelanggan, perkembangan
teknologi, banyaknya pesaing, perkembangan pasar dan perubahan-perubahan lain
yang menyebabkan situasi persaingan semakin kuat. Pelanggan mengharapkan
pelayanan kefarmasian dari apotek yang memuaskan dan terpercaya. Oleh karena
itu, dibutuhkan strategi yang tepat dalam mengelola dan meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan di apotek.
Tahun 2011 Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta mengadakan survei
labelisasi di 123 apotek, untuk menetapkan labelisasi apotek berbintang satu, dua,
tiga, dan empat, yang didasarkan ada tidaknya apoteker di apotek dan kualitas
pelayanan kefarmasian yang diberikan apoteker di apotek. Dinas Kesehatan Kota
Yogyakarta telah menetapkan labelisasi apotek berbintang satu, dua, tiga dan
empat. Penelitian ini dilakukan di apotek berbintang dua. Kemudian, diperoleh 10
apotek sebagai tempat penelitian di Kecamatan Pakualaman, Umbulharjo,
Wirobrajan dan Mantrijeron. Pemilihan empat kecamatan tersebut berdasarkan
angin di mana bagian utara kecamatan Pakualaman, bagian selatan kecamatan
Mantrijeron, bagian timur kecamatan Umbulharjo dan bagian barat kecamatan
Wirobrajan. Tempat penelitian dilakukan di 10 apotek berdasarkan kesediaan
apotek sebagai tempat dilakukan penelitian.
Faktor kualitas pelayanan meliputi keberwujudan (tangible), kehandalan
(reliability), daya tanggap (responsiveness), jaminan kepastian (assurance) dan
kepedulian terhadap pelanggan (emphaty). Kualitas pelayanan yang tinggi akan
menghasilkan kepuasan pelanggan yang tinggi pula. Semakin banyak produk dan
pelayanan yang ditawarkan dengan baik, maka pelanggan semakin tertarik dan
merasa puas. Apabila pelanggan merasa puas, maka pelanggan cenderung menjadi
setia. Kepuasan pelanggan menjadi faktor utama dalam usaha memenangkan dan
mempertahankan kelangsungan hidup suatu apotek dalam persaingan.
Dewasa ini “kepuasan pelanggan” telah menjadi bagian integral dalam
misi dan tujuan sebagian besar organisasi. Meningkatnya intensitas kompetisi
global dan domestik, berubahnya preferensi dan perilaku pelanggan, serta revolusi
teknologi informasi merupakan sebagian diantara sekian banyak faktor yang
mendorong organisasi bisnis dan non bisnis untuk mengalihkan fokusnya ke arah
costumer oriented (Tjiptono, 2000).
Kotler (2002) menyatakan bahwa kepuasan adalah perasaan senang atau
kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsi atau
kesannya terhadap kinerja suatu produk dan harapan-harapannya. Kepuasan
seorang pelanggan setelah melakukan pembelian tergantung pada kesesuaian
tersebut. Jika persepsi pelanggan tersebut terpenuhi atau melebihi harapan
pelanggan maka pelanggan akan cenderung datang kembali dan menggunakan
penyedia tersebut lagi, tetapi sebaliknya apabila pelayanan yang diberikan berada
di bawah harapan pelanggan maka pelangga akan kecewa.
Pengukuran perbandingan kepuasan pelanggan dilihat dari dimensi service
quality (serqual), untuk mengetahui kualitas pelayanan yang mempengaruhi
kepuasan pelanggan di Apotek Berbintang Dua di Kota Yogyakarta. Hasil
pengukuran selanjutnya digunakan untuk meningkatkan kinerja Apotek
Berbintang Dua di Kota Yogyakarta dalam hal kualitas pelayanan yang
berorientasi pada kepuasan pelanggan.
1. Permasalahan
Beberapa permasalahan yang muncul antara lain sebagai berikut:
a. Seperti apakah karakteristik demografi pelanggan yang berkunjung di Apotek
Berbintang Dua di Kecamatan Pakualaman, Umbulharjo, Wirobrajan dan
Mantrijeron Kota Yogyakarta Periode Juli - September 2012?
b. Apakah ada hubungan antara kepuasan pelanggan dengan kualitas pelayanan
di Apotek Berbintang Dua di Kecamatan Pakualaman, Umbulharjo,
Wirobrajan dan Mantrijeron Kota Yogyakarta?
c. Seperti apakah tingkat kepuasan pelanggan di Apotek Berbintang Dua di
Kecamatan Pakualaman, Umbulharjo, Wirobrajan dan Mantrijeron Kota
Yogyakarta?
d. Apakah kualitas pelayanan yang diberikan sesuai dengan standar labelisasi
e. Apakah kualitas pelayanan yang diberikan sesuai dengan Kepmenkes No.
1027 tahun 2004 terkait dengan Sumber Daya Manusia dan prasarana?
2. Keaslian penelitian
Sejauh penelusuran yang dilakukan, penelitian mengenai kepuasan
pelanggan terhadap pelayanan di Apotek Berbintang di Kecamatan Pakualaman,
Umbulharjo, Wirobrajan dan Mantrijeron Kota Yogyakarta belum pernah
dilakukan dan dipublikasikan. Akan tetapi, ada dua penelitian serupa mengenai
kepuasan pelanggan apotek di Kota Yogyakarta.
Novitasari (2006), dengan judul Hubungan antara Harapan dengan
Kepuasan Pengguna Pelayanan Layanan Apotek di Kota Yogyakarta Periode
Juni-Juli 2004. Penelitian dilakukan di 11 apotek dengan teknik cluster sampling.
Analisis data menggunakan analisis korelasi Spearman. Pengukuran harapan dan
kepuasan pelanggan dari empat aspek yaitu aspek sikap (meliputi courtesy,
responsivenessdan competence, pelayanan (meliputi konsultasi, informasi, dan
edukasi), sarana (meliputi parkir, ruang pelayanan, toilet, dan kebersihan), dan
askes (meliputi parkir kemudahan dalam menghubungi pihak apotek dan
menjangkau apotek). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
yang signifikan antara harapan dengan kepuasan pengguna pelayanan layanan
apotek di Kota Yogyakarta, kecuali wilayah selatan.
Christina (2010), dengan judul Perbandingan Harapan dan Kenyataan
Terhadap Kualitas Pelayanan untuk Menggambarkan Kepuasan Pelanggan dengan
Resep Obat di Apotek Kimia Farma Area Manajer Bisnis Yogyakarta Periode
dengan teknik quota sampling. Pengukuran tingkat kepuasan dari dimensi mutu
kualitas pelayanan meliputi reliability, assurance, tangible, emphaty,
responsiveness. Analisis data menggunakan analisis gap, perhitungan Customer
Satisfaction Index, Diagram kartesius dan Uji Wilcoxon.Hasil penelitian
menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara kenyataan dan harapan.
Perbedaan dengan penelitian yaitu penelitian ini berjudul Kepuasan
Pelanggan terhadap Kualitas Pelayanan di Apotek Berbintang Dua di Kecamatan
Pakualaman, Umbulharjo, Wirobrajan dan Mantrijeron Kota Yogyakarta Periode
Juli-September 2012. Penelitian ini dilakukan di 10 Apotek Berbintang Dua di 4
kecamatan Kota Yogyakarta dengan teknik quota sampling. Pengukuran tingkat
kepuasan berdasarkan dimensi reliability, responsiveness, assurance, emphaty,
dan tangible. Analisis data menggunakan analisis gap, perhitungan Customer
Satisfaction Index, Diagram kartesius dan Uji Chi Square. Sedangkan, persamaan
dengan penelitian ini yaitu penelitian dilakukan di apotek di Yogyakarta.
3. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain:
a. Manfaat praktis
1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dalam upaya
peningkatan kualitas pelayanan di Apotek Berbintang Dua di Kecamatan
Pakualaman, Umbulharjo, Wirobrajan dan Mantrijeron Kota Yogyakarta
yang berorientasi pada kepuasan pelanggan.
2) Bagi pihak apotek dapat menjadi bahan evaluasi dalam meningkatkan
Umbulharjo, Wirobrajan dan Mantrijeron Apotek Berbintang Dua Kota
Yogyakarta untuk mewujudkan tingkat kepuasan pelanggan yang lebih
baik.
B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi Apotek Berbintang Dua
berdasarkan Kepmenkes No. 1027 terkait dengan Sumber Daya Manusia dan
prasarana di Apotek Berbintang Dua Di Kota Yogyakarta.
2. Tujuan khusus
Untuk mencapai tujuan umum maka penelitian ini secara khusus ditujukan
untuk:
a. Mengidentifikasi karakteristik demografi pelanggan meliputi jenis kelamin,
usia, pendidikan terakhir, jenis obat yang dibeli dan banyaknya kunjungan ke
Apotek Berbintang Dua di Kota Yogyakarta.
b. Mengidentifikasi hubungan antara kepuasan pelanggan dengan kualitas
pelayanan di Apotek Berbintang Dua Di Kota Yogyakarta.
c. Mengidentifikasi tingkat kepuasan pelanggan meliputi puas, cukup puas,
kurang puas dan tidak puas di Apotek Berbintang Dua Di Kota Yogyakarta.
d. Mengidentifikasi tingkat kualitas pelayanan meliputi reliability, assurance,
tangible, empathy dan responsiveness yang diberikan sesuai atau tidak dengan
standar labelisasi bintang yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kota
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Apotek
Berdasarkan ketentuan umum yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah
RI Nomor 51 Tahun 2009, apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat
dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker.Pelayanan kesehatan juga mencakup
pelayanan kefarmasian. Menurut Kepmenkes No. 1027 tahun 2004 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian (Pharmaceutical care) adalah bentuk pelayanan
dan tanggung jawab langsung profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian
untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
Menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 51 Tahun 2009, pekerjaan
kefarmasian juga dilakukan di apotek meliputi pembuatan termasuk pengendalian
mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian
atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter,
pelayanan informasi obat, serta pengembangn obat, bahan obat, dan obat
tradisional. Dalam melakukan pekerjaan kefarmasian di apotek, peran apoteker
yang menyandang gelar sarjana farmasi, telah lulus pendidikan profesi dan telah
mengucapkan sumpah berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku di
B. Apotek Berbintang Dua
Di kota Yogyakarta terdapat 123 apotek. Dari hasil labelisasi yang
dilakukan pada tahun 2011, diketahui ada sebanyak 31 apotek dengan kategori
cukup yang ditandai dengan bintang satu (*), apotek dengan kategori labih dari
cukup (**) tercatat sebanyak 40 unit, apotek dengan kategori baik (***) sebanyak
28 unit dan apotek dengan kategori sangat baik (****) sebanyak 22 apotek.
Labelisasi dilakukan dengan tujuan untuk memantau penyelenggaraan apotek
sehingga bisa menjamin mutu, keamanan dan keselamatan masyarakat yang
menjadi pelanggan. Labelisasi yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota
Yogyakarta tersebut dilakukan berdasarkan penilaian pada sejumlah kategori,
yaitu aspek legal meliputi surat izin apotek, akta badan usaha dan izin gangguan.
Selain itu, juga dilakukan penilaian terhadap aspek legalitas apoteker pengelola
apotek, legalitas apoteker pendamping, legalitas tenaga teknis kefarmasian
(Setyowati, 2012).
Labelisasi apotek di Yogyakarta merupakan langkah pertama di Indonesia.
Beberapa aspek yang dinilai adalah legalitas, sarana prasarana, apoteker dan staf,
pelayanan, administrasi, dan pengelolaan kesediaan farmasi. Dari semua aspek
tersebut akan diperoleh nilai kumulatif tiap-tiap apotek. Nilai kumulatif inilah
yang menggambarkan mutu tiap apotek yang dikategorikan dalam bintang. Satu
bintang berarti bermutu cukup, dua bintang (cukup baik), tiga bintang (baik), dan
C. Pelanggan 1. Pengertian
Pelanggan adalah pembeli, pemesan, klien nasabah; pemakai, pengguna
(Endarmoko, 2006). Menurut Salim dan Yenny (1991), pelanggan adalah orang
yang memakai barang-barang hasil industri (bahan pakaian, makanan, dan
sebagainya); penerima pesanan iklan.
Menurut Timothy (1999) (cit., Sari, 2008), pelanggan adalah orang yang
menjadi tujuan dari pekerjaan kita sehingga harus diperlakukan dengan hati-hati
dan penuh pertimbangan, karena tanpa dirinya kita tidak akan berjalan terus,
berkembang dan menjadi maju/sukses. Jadi, pelanggan tidak tergantung pada
pekerjaan kita melainkan kita yang tergantung pada pelanggan.
2. Kepuasan Pelanggan
Menurut Kotler (2002) kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa
seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsi atau kesannya
terhadap kinerja suatu produk dan harapan-harapannya.Kepuasan pelanggan
dipengaruhi oleh persepsi kualitas pelayanan, kualitas produk, harga dan
faktor-faktor yang bersifat pribadi serta yang bersifat situasi sesaat. Salah satu faktor-faktor
yang menentukan kepuasan pelanggan adalah persepsi pelanggan mengenai
kualitas pelayanan yang berfokus pada lima dimensi kualitas pelayanan, yaitu
bukti fisik(tangibles), keandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness),
jaminan (assurance), empati (empathy) (Rangkuti, 2002).
Dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan pihak penyedia dan
pelayanan, yaitu pencapaian kepuasan pelanggan(consumer satisfaction) atau
kepuasan pelanggan (costumer satisfaction).Konsep kepuasan pelanggan terhadap
kualitas pelayanan oleh Kotler (2005) digambarkan seperti terlihat pada gambar
dibawah ini :
Gambar 1. Konsep Kepuasan Pelanggan Terhadap Kualitas Pelayanan (Kotler, 2005).
3. Tipe Pelanggan
Beberapa tipe pelanggan menurut tangga loyalitas adalah:
a. Tipe Pelanggan (Costumer): orang-orang yang membeli/menggunakan
pelayanan pelayanan kesehatan.
b. Klien (Client): pelanggan yang sedemikian puasnya dengan pelayanan suatu
pelayanan kesehatan.
c. Penganjur (Advocates): pelanggan yang sedemikian puasnya dengan
siapa saja tentang betapa memuaskannya pelayanan pelayanan kesehatan
tersebut (Sari, 2008).
4. Harapan Pelanggan
Harapan pelanggan mempunyai peranan besar dalam menentukan kualitas
dan kepuasan pelanggan. Pada dasarnya ada hubungan yang erat antara penentuan
kualitas dan kepuasan pelanggan. Dalam mengevaluasinya, pelanggan akan
menggunakan harapannya sebagai standar atau acuan. Harapan merupakan
perkiraan atau keyakinan pelanggan tentang apa yang akan diterimanya (Zeithaml
dalam Tjiptono, 1997).Harapan pelanggan dapat dibentuk oleh pengalaman masa
lampau, komentar dari kerabatnya serta janji dan informasi pemasar dan
saingannya (Supranto, 2006).
5. Loyalitas Pelanggan
Loyalitas secara harafiah diartikan kesetiaan, yaitu kesetiaan seseorang
terhadap suatu objek (Mardalis, 2005). Mowen dan Minor (1998) (Cit., Mardalis,
2005) mendefinisikan loyalitas sebagai kondisi dimana pelanggan mempunyai
sikap positif terhadap suatu merek, mempunyai komitmen pada merek tersebut,
dan bermaksud meneruskan pembeliannya di masa mendatang. Definisi loyalitas
di atas berdasarkan pada pendekatan, yaitu sikap dan perilaku. Pendekatan
perilaku, perlu dibedakan antara loyalitas dan perilaku beli ulang. Perilaku beli
ulang dapat diartikan sebagai perilaku pelanggan yang hanya membeli suatu
produk secara berulang-ulang, tanpa menyertakan aspek perasaan dan pemilikan
di dalamnya. Sebaliknya loyalitas mengandung aspek kesukaan pelanggan pada
pelanggan senantiasa merupakan penyebab utama timbulnya loyalitas (Mardalis,
2005).
C. Kualitas Pelayanan 1. Pengertian
Menurut Wyckof (cit., Lovelock, 1998), kualitas pelayanan adalah tingkat
keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut
untuk memenuhi keinginan pelanggan. Definisi kualitas pelayanan berpusat pada
upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketepatan
penyampaiannya untuk mengimbangi harapan pelanggan (Tjiptono, 2004).
2. Dimensi Kualitas Pelayanan
Menurut Parasuraman, dkk (1985), service quality dapat diukur melalui
dimensi-dimensi berikut:
1. Reliability (Kehandalan), berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk
memberikan layanan yang akurat sejak pertama kali tanpa membuat kesalahan
apa pun dan menyampaikan pelayanannya sesuai dengan waktu yang
disepakati.
2. Responsiveness (Ketanggapan), berkenaan dengan kesediaan dan kemampuan
para karyawan untuk membantu para pelanggan dan merespon permintaan
pelanggan, serta menginformasikan kapan saja akan diberikan dan kemudian
memberikan pelayanan secara cepat.
3. Assurance (Jaminan), yaitu perilaku karyawan yang mampu menumbuhkan
menciptakan rasa aman bagi para pelanggannya. Jaminan juga berarti bahwa
para karyawan selalu bersikap sopan dan menguasai pengetahuan dan
keterampilan yang dibutuhkan untuk menangani setiap pertanyaan atau
masalah pelanggan.
4. Empathy (Empati), yaitu perusahaan memahami masalah para pelanggannya
dan bertindak demi kepentingan pelanggan, serta memberikan perhatian
personal kepada para pelanggan dan memiliki jam operasi yang nyaman.
5. Tangibles (Keberwujudan), berkenaan dengan daya tarik fasilitas fisik,
perlengkapan, dan material yang digunakan perusahaan, serta penampilan
karyawan.
3. Pengukuran Kualitas Pelayanan
Model service quality yang dikembangkan oleh Parasuraman, dan
kawan-kawan ini juga dikenal dengan istilah Gap Analysis Model yang berkaitan erat
dengan model kepuasan pelanggan yang didasarkan pada ancangan diskonformasi
(Oliver, 1997). Ancangan ini menegaskan bahwa jika kenyataannya pelanggan
menerima pelayanan melebihi harapannya, maka pelanggan akan mengatakan
pelayanan yang diberikan memuaskan dan begitu pula sebaliknya.
Mengukur kualitas pelayanan berarti mengevaluasi/membandingkan
kinerja suatu pelayanan dengan seperangkat standar yang telah ditetapkan terlebih
dahulu. Untuk model pengukuran Parasuraman dan kawan-kawan, telah dibuat
sebuah skala multi-item yang diberi nama SERVQUAL. Alat ini dimaksudkan
untuk mengukur harapan dan persepsi pelanggan dan kesenjangan (gap) yang ada
pasang pertanyaan bagi masing-masing pelanggan dapat dihitung berdasarkan
rumus berikut ini (Tjiptono, 2005):
Dalam penelitian ini terdapat dua buah variabel yang diwakilkan oleh
huruf X dan Y, di mana: X merupakan tingkat kinerja perusahaan yang dapat
memberikan kepuasan para pelanggan, sedangkan Y merupakan tingkat
kepentingan pelanggan (Supranto, 2006). Menurut Supranto (2001), untuk
menganalisis kualitas akan pelayanan pelayanan yang telah diberikan dapat
digunakan rumus:
Tki = Xi
Yi x 100%
Di mana:
Tki = tingkat kesesuaian responden
Xi = Skor penilaian pelayanan (kenyataan)
Yi = Skor penilaian harapan pelanggan (Supranto, 2001).
Tingkat kesesuaian adalah hasil perbandingan skor kenyataan atau
pelaksanaan pelayanan dengan skor harapan. Tingkat kesesuaian inilah yang akan
menentukan urutan prioritas peningkatan faktor-faktor yang mempengaruhi
kepuasan pelanggan. Berdasarkan hasil penilaian tingkat harapan dan hasil
penilaian kenyataan atau pelayanan maka akan dihasilkan suatu perhitungan
mengenai tingkat kesesuaian antara tingkat harapan dan tingkatkenyataan oleh
perusahaan (Supranto, 2006). Skor kenyataan dan skor harapan diperoleh dengan
membuat rata-rata dari masing-masing skor. Selanjutnya, dapat menentukan
tingkat kesesuaian dari perbandingan skor tersebut.
Aritonang (2005) menyebutkan bahwa Customer Satisfaction Index atau
yang disingkat dengan CSI digunakan untuk mengetahui tingkat kepuasan
pelanggan pengunjung secara menyeluruh dengan melihat tingkat kepentingan
dari atribut-atribut produk/pelayanan.Menurut Oktaviani dan Suryana (2006), nilai
CSI diatas 50% dapat dikatakan bahwa pengunjung merasa puas, sebaliknya
apabila nilai CSI dibawah 50% pengunjung belum dikatakan puas.
Tabel I. Kriteria Nilai Customer Satisfaction Index (IKP) Nilai CSI Kriteria CSI (Tki)
0,81 – 1,00 Sangat Puas
0,66 – 0,80 Puas
0,51 – 0,65 Cukup Puas
0,35 – 0,50 Kurang Puas
0,00 – 0,34 Tidak Puas
Oktaviani dan Suryana (2006).
4. Model Kualitas Pelayanan
Parasuraman, dkk (1985) membuat visualisasi tentang Konsep Model
Kualitas Pelayanan (Connceptual Model of Service Quality – The Gap Analysis
Gambar 2. Model Kualitas Pelayanan (Zeithaml, 2000)
Garis putus-putus horizontal yang memisahkan dua fenomena utama yang
terdiri dari bagian atas merupakan fenomena yang berkaitan dengan pelanggan
dan bagian bawah mengacu pada fenomena pada perusahaan atau penyedia
pelayanan. Selain dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu, kebutuhan pribadi
pelanggan, dan komunikasi dari mulut ke mulut, pelayanan yang diharapkan
(expected service) juga dipengaruhi oleh aktivitas komunikasi pemasaran
perusahaan (Zeithaml, 2000).
Analisis gap dilakukan untuk mengetahui kesenjangan yang terjadi antara
pelanggan dari pelayanan yang telah diberikan oleh petugas apotek. Nilai
gapnegatif menunjukkan kualitas pelayanan suatu kriteria kurang baik sehingga
perlu ditingkatkan. Idealnya, nilai gapantara kenyataan dan harapan adalah nol.
Dalam kondisi demikian, harapan pelanggan terhadap kriteria yang sama. Bila
nilai gap positif, maka hal itu menunjukkan bahwa kenyataan pelanggan terhadap
kenyataan suatu kriteria pelayanan melebihi harapannya terhadap kriteria yang
sama. Semakin besar nilai negatif suatu gap pada suatu kriteria pelayanan,
semakin besar pula prioritas peningkatan kualitas pelayanan dari criteria tersebut
(Djunaidi, Setiawan, Haryanto, 2006).
a. Gap 1
Gap antara harapan pelanggan dengan persepsi manajemen (knowledge
gap). Gap ini berarti bahwa pihak manajemen mempersepsikan harapan
pelanggan terhadap kualitas pelayanan secara tidak akurat. Beberapa
kemungkinan penyebabnya antara lain adalah informasi yang didapatkan dari riset
pasar dan analisis permintaan kurang akurat; interprestasi yang kurang akurat atas
informasi mengenai harapan pelanggan; tidak adanya analisis permintaan;
buruknya atau tidak adanya aliran informasi ke ata (upward information) dari staf
kontak pelanggan ke pihak manajemen; dan terlalu banyak jenjang manajerial
yang menghambat atau mengubah informasi yang disampaikan dari karyawan
kontak pelanggan ke pihak manajemen (Tjiptono, 2005).
b. Gap 2
Gap antara persepsi manajemen terhadap harapan pelanggan dengan
spesifikasi kualitas pelayanan tidak konsisten dengan persepsi manajemen
terhadap harapan pelanggan. Penyebabnya antara lain adalah tidak adanya standar
kerja yang jelas; kesalahan perencanaan atau prosedur perencanaan yang tidak
memadai; manajemen perencanaan yang buruk; kurangnya penetapan tujuan yang
jelas dalam perusahaan; kurangnya dukungan dan komitmen manajemen puncak
terhadap perencanaan kualitas pelayanan; kekurangan sumber daya; dan situasi
permintaan berlebihan. Contohnya, manajemen sebuah apotek meminta para
stafnya agar melayani pasien dengan cepat tanpa memperinci standar waktu
pelayanan yang dikategorikan cepat (Tjiptono, 2005).
c. Gap 3
Gap antara spesifikasi kualitas layanan dengan layanan yang diberikan
(delivery gap). Gap ini berarti bahwa spesifikasi kualitas tidak terpenuhi oleh
kinerja dalam memberikan dan menyampaikan layanan. Sejumlah penyebabnya
antara lain adalah kurang terlatihnya karyawan; beban kerja terlampau berlebihan;
dan standar kinerja tidak tepat dipenuhi karyawan (terlalu tinggi dan realistis).
Selain itu, mungkin pula karyawan dihadapkan pada standar-standar yang kadang
kala saling bertentangan satu sama lain. Misalnya, para perawat di rumah sakit
diwajibkan meluangkan waktunya untuk mendengarkan keluhan pasien, tetapi di
saat bersamaan mereka juga diharuskan melayani setiap pasien dengan cepat
(Tjiptono, 2005).
d. Gap 4
Gap antara layanan yang diberikan dengan komunikasi eksternal
aktivitas komunikasi pemasaran tidak konsisten dengan layanan yang diberikan
kepada pelanggan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain adalah
perusahaan gagal memenuhi spesifikasi yang ditetapkannya padahal kampanye
komunikasi pemasaran sesuai dengan spesifikasi tersebut; kecenderungan untuk
melakukan “over promise, under deliver”. Iklan dan janji maupun slogan
perusahaan sering mempengaruhi harapan pelanggan. Jika perusahaan
memberikan janji yang berlebihan, maka risikonya adalah harapan pelanggan bisa
membumbung tinggi dan sulit terpenuhi. Contohnya, wisatawan akan sangat
kecewa apabila mereka mendapati bahwa objek wisata yang dikunjungi ternyata
tidak sebagus yang digambarkan di brosur atau website yang mereka lihat
(Tjiptono, 2005).
e. Gap 5
Gap antara harapan pelanggan dengan layanan yang diterima atau
dirasakan (service gap). Gap ini dapat menimbulkan sejumlah konsekuensi
negatif, seperti kualitas yang buruk (negatively confirmed quality) dan masalah
kualitas; komunikasi dari mulut ke mulut yang negatif, dampak negatif terhadap
citra perusahaan; dan kehilangan pelanggan. Gap ini terjadi apabila pelanggan
mengukur kinerja perusahaan berdasarkan kriteria yang berbeda, atau bisa juga
mereka keliru menginterpretasikan kualitas pelayanan yang bersangkutan. Sebagai
contoh seorang dokter mungkin ingin selalu mengunjungi pasiennya demi
menunjukkan perhatiannya, namun itu bisa dipersepsikan keliru oleh pasien dan
diinterpretasikan sebagai indikasi bahwa ada masalah serius berkenaan dengan
D. Diagram Kartesius
Diagram kartesius merupakan suatu bangun yang dibagi atas empat bagia
yang dibatasi oleh dua garis yang berpotongan tegak lurus pada titik-titik (X, Y),
dimana X merupakan rata-rata dari rata-rata skor tingkat pelaksanaan atau
kepuasan pelanggan atas seluruh faktor atau atribut dan Y adalah rata-rata dari
rata-rata skor tingkat kepentingan seluruh faktor yang mempengaruhi kepuasan
pelanggan (Supranto, 2006).
Inti penggunaan diagram kartesius adalah untuk mengetahui di titik area
mana pelanggan belum puas atau kecewa dengan kinerja perusahaan (Majid,
2009). Selain itu, diagram kartesius berguna untuk mengetahui prioritas pelayanan
yang harus dipertahankan, prioritas utama yang belum dilakukan sesuai keinginan
pelanggan, prioritas rendah yang kurang berpengaruh bagi pelanggan dan kinerja
berlebihan yang kurang penting tetapi sangat memuaskan pelanggan. Dengan
demikian, Apotek Berbintang Dua dapat menentukan prioritas pelayanan mana
Keterangan:
1. Kuadran I (Pertahankan Prestasi)
Kuadran ini menunjukkan unsurpelayanan pokok yang telah berhasil
dilaksanakan perusahaan, untuk itu wajib dipertahankannya. Dianggap sangat
penting dan sangat memuaskan (Supranto, 2006).
2. Kuadran II (Prioritas Utama)
Kuadran ini menunjukkan faktor-faktor atau atribut yang dianggap
mempengaruhi kepuasan pelanggan, termasuk unsur-unsur pelayanan yang
dianggap sangat penting, namun manajemen belum melaksanakannya sesuai
keinginan pelanggan. Sehingga mengecewakan/tidak puas (Supranto, 2006).
3. Kuadran III (Prioritas Rendah)
Kuadran ini menunjukkan beberapa faktor yang kurang penting
pengaruhnya bagi pelanggan, pelaksanaannya oleh perusahaan biasa-biasa saja.
Dianggap kurang penting dan kurang memuaskan (Supranto, 2006).
4. Kuadran IV (Berlebihan)
Kuadran ini menunjukkan faktor yang mempengaruhi pelanggan kurang
penting, akan tetapi pelaksanaannya berlebihan. Dianggap kurang penting tetapi
sangat memuaskan (Supranto, 2006).
E. Landasan Teori
Kepuasan pelanggan dipengaruhi oleh kualitas pelayanan yang diberikan
oleh setiap apotek. Kepuasan pelanggan tergantung dari seberapa besar
yang diharapkan. Jika kenyataan di bawah harapan maka pelanggan tidak puas
dan jika kenyataan sama dengan atau memenuhi harapan maka pelanggan puas.
Jika kenyataan melebihi harapan pelanggan maka pelanggan sangat puas atau
senang. Oleh karena itu, jika pelanggan merasakan kinerja dari kualitas pelayanan
yang telah diberikan di Apotek Berbintang Dua di Kota Yogyakarta maka tingkat
kepuasan pelanggan dapat ditentukan.
F. Hipotesis
H0 = Tidak ada perbedaan bermakna antara kepuasan pelanggan di sepuluh
apotek di Kecamatan Pakualaman, Umbulharjo, Wirobrajan dan
Mantrijeron Kota Yogyakarta Periode Juli - September 2012.
H1 = Ada perbedaan bermakna antara kepuasan pelanggan di sepuluh apotekdi
Kecamatan Pakualaman, Umbulharjo, Wirobrajan dan Mantrijeron Kota
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis rancangan penelitian ini adalah penelitian observasional. Penelitian
observasional ini dilakukan dengan survei yaitu penelitian yang menggunakan
kuesioner sebagai instrumen penelitian. Dalam pelaksanaan survei, kondisi
penelitian tidak dimanipulasi oleh peneliti (Prasetyo dan Jannah, 2005). Penelitian
observasional ini menggunakan metode penelitian kuantitatif yang memusatkan
perhatian pada hal yang lebih nyata yang dapat diukur dengan angka atau istilah
quantifiable, berupaya memahami hal yang diteliti dengan melakukan pengukuran
dalam bentuk, misalnya frekuensi dan intensitas variabel. Penelitian kuantitatif
dilakukan bila penelitian ini untuk membuktikan sesuatu, yaitu menunjukkan
keberadaan sebuah variabel, hubungan antara variabel dan membuktikan sebuah
teori (Basuki, 2006).
Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional yang digunakan
untuk mempelajari hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung
dengan melakukan pengukuran pada saat yang sama (point time approach). Saat
yang sama artinya tiap subyek hanya diobservasi satu kali dan pengukuran
variabel subyek dilakukan pada saat observasi (Praktiknya, 2001). Data hanya
dikumpulkan untuk waktu tertentu saja untuk menggambarkan kondisi populasi
(Purwanto dan Sulistyastuti, 2007). Metode yang digunakan dalam pengambilan
B. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas (independent) dalam penelitian ini adalah kualitas pelayanan
meliputi reliability, assurance, tangible, empathy dan responsiveness di
Apotek Berbintang Dua di Kecamatan Pakualaman, Umbulharjo, Wirobrajan
dan Mantrijeron Kota Yogyakarta Periode Juli - September 2012.
2. Variabel tergantung (dependent) dalam penelitian ini adalah kepuasan
pelanggan meliputi puas, cukup puas, kurang puas dan tidak puas di Apotek
Berbintang Dua di Kecamatan Pakualaman, Umbulharjo, Wirobrajan dan
MantrijeronKota Yogyakarta Periode Juli - September 2012.
C. Definisi Operasional
1. Pelanggan atau pengguna layanan adalah semua orang yang berkunjung lebih
dari 2 kali dan menggunakan pelayanan di salah satu apotek berbintang di
Yogyakarta Periode Juli- September 2012.
2. Harapan pelanggan adalah keinginan pelanggan akan pelayanan yang
diterimanya di 10 apotek Periode Juli - September 2012.
3. Kepuasan pelanggan adalah pelanggan merasa puas karena harapan terhadap
produk pelayanan apotek Periode Juli - September 2012 terpenuhi
4. Skor penilaian pelayanan adalah penilaian pelanggan terhadap pelayanan
(kenyataan) yang diberikan oleh 10 apotek Periode Juli – September 2012.
5. Skor penilaian harapan pelanggan adalah penilaian pelanggan terhadap
keinginannya akan pelayanan yang diterima di 10 apotek Periode Juli –
6. Kualitas pelayanan yang akan diteliti adalah kualitas pelayanan berdasarkan
dimensi mutu keberwujudan (tangible), kehandalan (reliability), daya tanggap
(responsiveness), jaminan kepastian (assurance) dan kepedulian terhadap
pelanggan (emphaty).
7. Reliability yaitu kehandalan dalam ketepatan waktu pemberian obat dan waktu
konsultasi oleh apoteker dan pelayanan apoteker menggunakan brosur/leaflet.
8. Assurance yaitu jaminan penyampaian informasi obat oleh apoteker, sikap dan
perilaku petugas serta mutu pelayanan dan mutu obat yang diberikan sehingga
memberikan rasa aman dan kepercayaan bagi pelanggan.
9. Tangible yaitu keberwujudan terhadap seragam dan kerapian petugas,
kebersihan kamar mandi dan WC, keamanan tempat parkir kendaraan,
kenyamanan ruang tunggu dan tata ruang apotek.
10. Empathy yaitu perhatian apoteker dalam penyampaian informasi obat,
perhatian apoteker untuk mendengarkan keluhan dan perhatian serta tindak
tanduk/perilaku petugas apotek.
11. Responsiveness yaitu bantuan apoteker dan petugas dalam menanggapi
keluhan pasien dan tanggapan apoteker dalam melayani resep yang masuk.
12.Pelayanan adalah pelayanan terkait reliability, assurance, tangible, empathy
dan responsiveness yang diberikan oleh petugas di 10 apotek penelitian.
13.Kuesioner yang digunakan merupakan pernyataan (kenyataan) pelayanan
apotek meliputi RATER dan harapan pelanggan yang diterima dari 10 apotek
14.Apotek yang diteliti adalah 10 Apotek Berbintang Dua yang berada di
Kecamatan Pakualam, Umbulharjo, Wirobrajan, MantrijeronYogyakarta.
D. Tempat Penelitian
Penentuan lokasi dilakukan di Apotek Berbintang Dua di Kota Yogyakarta.
Apotek yang dijadikan tempat penelitian sebanyak 10 apotek, yaitu:
a) 2 Apotek di Kecamatan Pakualaman
b) 3 Apotek di Kecamatan Wirobrajan
c) 3 Apotek di Kecamatan Umbulharjo
d) 2 Apotek di Kecamatan Mantrijeron
E. Subyek Penelitian
1. Subyek Penelitian dan Teknik Sampling
Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah pelanggan yang membeli
obat dan menggunakan jasa pelayanan Apotek Berbintang Dua di Kota
Yogyakarta dan bersedia mengisi kuesioner dan memenuhi kriteria inklusi.
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah pelanggan baik laki-laki maupun
perempuan yang berusia 17 tahun ke atas sampai batas usia seseorang dapat
memahami dan mengisi kuesioner, bersedia mengisi kuesioner, berkunjung ke
salah satu apotek berbintang dua minimal dua kali (pelanggan), mampu membaca
dan menulis serta bukan petugas apotek. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini
Pemilihan responden ditentukan dengan menggunakan teknik quota
sampling. Teknik sampling ini digunakan untuk menentukan sampel dari populasi
yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai quota yang diinginkan (Sugiyono,
2004). Teknik sampling ini dilakukan dengan cara menetapkan berapa besar
jumlah sampel yang diperlukan kemudian jumlah itulah yang dijadikan dasar
untuk mengambil unit sampel yang diperlukan (Notoatmodjo, 2005).
2. Besar sampel
Tidak ada data yang pasti mengenai jumlah populasi pengunjung apotek
berbintang dua di Yogyakarta. Bailey menyatakan bahwa untuk penelitian yang
akan menggunakan statistik, ukuran sampel yang paling minimum adalah 30
(Hasan, 2002). Dalam penelitian ini besar sampel ditentukan oleh peneliti yaitu
sebesar 30 responden untuk masing-masing Apotek Berbintang Dua. Banyaknya
apotek berbintang dua yang ada di Yogyakarta adalah 10 apotek, sehingga
banyaknya responden untuk 10 apotek adalah sebanyak 300 responden. Sebanyak
300 responden ini yang digunakan sesuai dengan jumlah kuota yang yang
diinginkan dalam penelitian.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.
Kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data dengan memberikan pertanyaan
tertulis tentang kualitas pelayanan terhadap kepuasan pelanggan untuk dijawab.
kehandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness), jaminan kepastian
(assurance) dan kepedulian terhadap pelanggan (emphaty) yang memuat 17
pertanyaan dan terdapat pernyataan-pernyataan yang mewakili setiap aspeknya.
Adapun pertanyaan untuk setiap aspek, yaitu:
1. Reliability (keandalan) yang ditunjukkan pada pertanyaan nomor 1, 2 dan 3.
2. Assurance (Jaminan) yang dtunjukkan pada pertanyaan nomor 4, 5 dan 6.
3. Tangible (Keberwujudan) yang ditunjukkan pada pertanyaan nomor 7, 8, 9, 10
dan 11.
4. Empathy (Kepedulian) yang ditunjukkan pada pertanyaan nomor 12, 13 dan
14.
5. Responsiveness (Daya tanggap) yang ditunjukkan pada pertanyaan nomor 15,
16 dan 17.
G. Tata Cara Penelitian
1. Pembuatan kuesioner
Pembuatan kuesioner meliputi beberapa tahap, antara lain:
a. Pembuatan pernyataan dalam kuesioner
Kuesioner terdiri dari 2 bagian. Bagian pertama memuat tentang
karakteristik demografi responden dan skala tingkat pengenalan identitas diri
responden. Bagian kedua untuk membandingkan kepuasan pelanggan yang berisi
harapan dan kenyataan terhadap kualitas pelayanan dengan resep, non resep
maupun keduanya di 10 Apotek Berbintang Dua di Kota Yogyakarta yang
kehandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness), jaminan kepastian
(assurance) dan kepedulian terhadap pelanggan (emphaty).
b. Uji validitas
Uji validitas bertujuan untuk mengetahui apakah kuesioner yang dibuat
layak digunakan atau tidak. Selain itu, uji validitas berguna untuk melihat sejauh
mana kuesioner yang dibuat mencapai sasaran dan tujuan. Uji validitas dilakukan
di 2 Apotek yang terletak di Jl. Parangtritis dan Jl. Tamansiswa Yogyakarta
menggunakan responden masing-masing 30 responden, sehingga jumlah seluruh
responden sebanyak 60 orang. Kuesioner diberikan kepada pelanggan yang
membeli obat dengan resep, non resep atau keduanya. Pemilihan 2 apotek tersebut
sebagai tempat dilakukan uji validitas diharapkan agar dapat menggambarkan
kondisi di Apotek Berbintang Dua dan mengingat bahwa di Kecamatan
Umbulharjo dan Mantrijeron jumlah apotek yang bersedia menjadi tempat
penelitian lebih banyak dibandingkan apotek di dua kecamatan lain.
Uji validitas pada setiap butir pernyataan dalam kuesioner pada penelitian
ini diukur dengan menggunakan metode analisis Pearson Product Moment pada
tingkat kepercayaan 95% yang menunjukkan validitas hubungan antar butir
pernyataan. Setiap butir pernyataan dinyatakan valid jika koefisien korelasi (r)
bernilai > 0.3 (Hasan, 2002). Uji validitas isi menyatakan 17 pernyataan
memenuhi syarat karena indeks validitas melebihi > 0.3.
c. Uji reliabilitas
Menurut Notoatmodjo (2002), reliabilitas adalah suatu indeks yang
sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran
berulang-ulang. Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (r) yang
angkanya berada dalam rentang 0 sampai dengan 1. Semakin tinggi nilai koefisien
reliabilitas atau mendekati angka 1 berarti semakin tinggi reliabilitasnya.
Sebaliknya, semakin rendah nilai koefisien reliabilitas atau menjauhi angka 1
berarti semakin rendah reliabilitasnya (Azwar, 2003). Instrumen dapat memiliki
tingkat kepercayaan yang tinggi apabila hasil dari pengujian instrumen tersebut
menunjukkan hasil yang tetap.
Uji reliabilitas diukur dengan menggunakan metode analisis reliabilitas
yang menggunakan koefisien alpha cronbach. Menurut Azwar (2003), suatu
kuesioner dikatakan reliabel jika nilai alpha > 0.60. Hasil uji reliabilitas
didapatkan nilai koefisien alpha cronbach harapan sebesar 0.834 dan kenyataan
sebesar 0.878. Hasil ini menunjukkan kuesioner penelitian ini reliabel karena nilai
alphanya lebih dari 0.60.
2. Perijinan
Perijinan dilakukan dengan mengajukan surat pengantar dari Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma ke Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta untuk
mendapatkan daftar kategori dan labelisasi apotek. Selain itu, perijinan juga
dilakukan dengan mengajukan surat pengantar ke Dinas Perizinan Kota
Yogyakarta untuk mendapat ijin melakukan penelitian dan pengambilan data di
apotek. Selanjutnya dilakukan perijinan pada 12 Apotek Berbintang Dua di Kota
3. Pengambilan data
Pengambilan data dilakukan dengan cara meminta kesediaan pengunjung
Apotek Berbintang Dua Kota Yogyakarta yang memenuhi kriteria inklusi untuk
mengisi kuesioner dengan memilih jawaban yang telah disediakan. Informasi
yang diberikan oleh responden harus dirahasiakan dan menjaga pribadi responden
merupakan salah satu tanggung jawab peneliti.
Dalam pengambilan data, peneliti tidak boleh memaksa responden untuk
mengisi kuesioner dan responden yang tidak mau berpartisipasi tetap harus
dihormati. Peneliti harus menyampaikan tujuan dari penelitian kepada responden
dengan jelas dan memberikan alasan spesifik mengapa informasi tersebut
dibutuhkan untuk kepentingan penelitian. Penelitian ini dimulai sejak bulan Juli
2012 hingga September 2012.
4. Pengolahan data
a. Manajemen data
Proses manajemen data meliputi:
1) Editing, dilakukan dengan memeriksa kuesioner hasil penelitian yang telah
diisi untuk memastikan bahwa setiap butir pernyataan telah dijawab dengan
lengkap.
2) Processing, dilakukan dengan menjumlahkan skor angka 1 (puas), 2 (cukup
puas), 3 (kurang puas) atau 4 (tidak puas) dari setiap item pernyataan yang
telah dijawab oleh responden, kemudian dikelompokkan item pernyataan pada
harapan yang kemudian dikelompokkan berdasarkan aspeknya
masing-masing. Selanjutnya dilakukan pemindahan data dari kuesioner ke dalam
program komputer.
3) Cleaning, dilakukan dengan memeriksa kembali data yang sudah dimasukkan
ke perangkat lunak untuk mengetahui sudah benar atau belum.
b. Analisis data
1)Pengelompokan usia pelanggan
Untuk melakukan pengelompokan usia diperlukan interval kelas yang dapat
dihitung menggunakan rumus:
Dimana : Nilai Maksimum : Usia tertua (tertinggi)
Nilai Minimum : Usia termuda (terendah)
Nilai Kelas interval dapat dihitung dengan rumus Sturges, yaitu:
Dimana :
K = Jumlah kelas interval
n = Jumlah data observasi
Log = Logaritma (Sugiyono, 2008).
2)Analisis gap
Tingkat kepuasan pelanggan dijelaskan dengan menggunakan analisis
kesenjangan (gap). Analisis ini membandingkan mean antara kualitas pelayanan
Nilai Maksimum – Nilai Minimum K
dengan kepuasan pelanggan dari dimensi pelayanan, yaitu reliability,
responsiveness, assurance, empathy, dan tangibles.
Kepuasan paling tinggi terjadi apabila kenyataan melampaui harapan yaitu
pada saat pelayanan yang diberikan maksimal (4) sedangkan harapan minimal (1),
sehingga didapatkan nilai sebesar 4-1 = 3. Sebaliknya, kepuasan paling rendah
terjadi apabila pelayanan yang diberikan jauh dibawah harapan yaitu pada saat
pelayanan yang diberikan minimal (1), sedangkan harapan maksimal (4), sehingga
didapatkan nilai sebesar 1-4 = -3. Rentang kepuasan -3 sampai dengan 3 sehingga
akan didapatkan interval yang dapat dihitung menggunakan rumus:
Interval = (Skor tertinggi – Skor terendah)/ Jumlah kelompok
= (3-(-3))/4
= 1,5
Dimana, Jumlah Kelompok : banyaknya kelompok skor yang digunakan
(kelompok skor 1, 2, 3, dan 4) (Mulyono, 1991).
Dari perhitungan interval didapatkan klasifikasi kesenjangan (gap) sebagai
berikut:
Tabel II. Klasifikasi Kesenjangan (gap)
Interval Klasifikasi Tingkat Kepuasan
-3 s.d. -1,5 Sangat Negatif Sangat kurang puas banding harapan
-1,5 s.d. 0 Negatif Kurang puas banding harapan
0 s.d. 1,5 Positif Lebih puas banding harapan
1,5 s.d. 3 Sangat Positif Sangat lebih puas banding harapan
(Djunaidi, dkk, 2006).
3) Uji Chi Square
Penelitian ini menggunakan uji Chi Square (X2) karena cocok untuk
untuk data berskala nominal, tidak berpasangan dan variabel bersifat kategorik.
Uji Chi Square (X2) dalam penelitian ini digunakan untuk mengkategorikan
tingkat kepuasan pelanggan meliputi puas, cukup puas, kurang puas dan tidak
puas dalam setiap dimensi kualitas pelayanan yang meliputi reliability, assurance,
tangible, empathy dan responsiveness dengan menjumlahkan skor tingkat
kepuasan dari setiap dimensi. Penjumlahan skor tingkat kepuasan terdiri dari skor
kenyataan dan harapan kemudian dihitung dengan mengkuadratkan selisih skor
antara kenyataan dan harapan kemudian membagi dengan skor harapan.
Kemudian, nilai yang sudah diperoleh dari seluruh kategori dalam setiap dimensi
dijumlahkan sehingga dihasilkan nilai X2 hitung yangdibandingkan dengan X2
tabel dengan taraf kepercayaan 95% menggunakan tabel 0.05 sesuai derajat bebas.
Dalam penelitian ini, diketahui H0 adalah tidak ada perbedaan bermakna
antara kepuasan pelanggan di sepuluh Apotek Berbintang Dua. H1 adalah ada
perbedaan bermakna antara kepuasan pelanggan di sepuluh Apotek Berbintang
Dua. Dari hasil perhitungan X2 hitung di atas apabila nilai X2 tabel lebih kecil dari
X2 hitung maka H0 ditolak dan H1 diterima yang menyatakan bahwa ada
perbedaan bermakna antara kepuasan pelanggan, begitu sebaliknya.
Rumus dasar Chi Kuadrat adalah seperti berikut:
X2 = ∑ (fo – fe)
fe
Dimana:
X2 = Chi Kuadrat
Fo = Frekuensi yang diobservasi
4) Diagram kartesius
Dalam penelitian ini digunakan diagram kartesius untuk mengetahui di
titik area mana (dengan ke empat kuadran, yaitu kuadran I, II, III dan IV)
pelanggan sudah puas, belum puas atau kecewa dengan kinerja dari sepuluh
Apotek Berbintang Dua. Pada kuadran I apotek harus mempertahankan prestasi
untuk memuaskan pelanggan, kuadran II apotek melakukan atau tidak prioritas
utama karena mempengaruhi kepuasan tetapi mengecewakan pelanggan, kuadran
III apotek melakukan prioritas rendah yang kurang memuaskan pelanggan
maupun kuadran IV apotek melakukan atau tidak pelayanan yang berlebihan
tetapi kurang penting namun sangat memuaskan pelanggan.
Selain itu, kelebihan diagram kartesius yaitu sangat berguna untuk
mengetahui prioritas pelayanan yang harus dipertahankan, prioritas utama yang
belum dilakukan sesuai keinginan pelanggan, prioritas rendah yang kurang
berpengaruh bagi pelanggan dan kinerja berlebihan yang kurang penting tetapi
sangat memuaskan pelanggan. Dengan demikian, Apotek Berbintang Dua dapat
menentukan prioritas pelayanan mana yang harus ditingkatkan dan dikurangi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Pelanggan di Apotek Berbintang Dua
Karakteristik pelanggan dalam pembahasan ini bertujuan untuk
menjelaskan secara deskriptif pelanggan yang membeli obat dengan resep, non
resep maupun keduanya di apotek berbintang dua di Kecamatan Pakualaman,
Umbulharjo, Wirobrajan dan Mantrijeron Kota Yogyakarta periode Juli -
September 2012 dari jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jenis obat dan
jumlah kunjungan ke apotek.
1. Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil perhitungan persentase responden yang berkunjung ke
Apotek Berbintang Dua yaitu berjenis kelamin laki-laki paling besar pada Apotek
G (76,70%) dan perempuan paling besar pada Apotek F (66,70%). Sedangkan,
yang berjenis kelamin laki-laki paling kecil pada Apotek F (33,30%) dan
perempuan paling kecil pada Apotek G (23,30%). Jenis kelamin responden
Gambar 4. Perbandingan Jumlah Pelanggan Berdasarkan Jenis Kelamin di 10 Apotek Berbintang Dua Kota Yogyakarta Periode Juli - September 2012
2. Usia
Pada penelitian di Apotek Berbintang Dua, jumlah data yang digunakan
masing-masing apotek adalah 30 responden sehingga diperoleh jumlah kelas (K)
adalah 6. Responden yang termuda di Apotek A, B, C, D, E, F, G, H, I dan J
masing-masing berusia 20, 17, 19, 19, 19, 18, 17, 17, 19 dan 17 tahun dan tertua
di masing-masing apotek berusia 53, 67, 67, 70, 63, 70, 70, 66, 70 dan 69 tahun
sehingga masing-masing apotek diperoleh nilai 5, 8, 8, 8, 7, 8, 8, 8, 8 dan 8
sebagai interval kelas.
Umur pelanggan terbesar di Apotek A, B, C, D, E, F, G, H, I dan J
masing-masing berada pada rentang usia 20-25 tahun yaitu sebesar 57%, rentang
usia 17-25 tahun (67%), rentang usia 19-27 tahun (44%), rentang usia 19-27 tahun
(44%), rentang usia 19-26 tahun (40%), rentang usia 18-26 tahun (30%), rentang
usia 55-63 tahun (27%) dan rentang usia 35-43 tahun (33%). Rangkuman hasil
penelitian disajikan pada tabel III sebagai berikut:
Tabel III. Frekuensi Usia Pelanggan di 10 Apotek Berbintang Dua Kota Yogyakarta Periode Juli - September 2012
3. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan yang dilihat dalam penelitian ini adalah dari SD, SMP,
SMA, Diploma sampai dengan Sarjana. Persentase terbesar responden yang
berkunjung ke Apotek Berbintang Dua dengan tingkat pendidikan SD adalah pada
Apotek C (33,30%), SMP pada Apotek F (26,70%), SMA pada Apotek H
(43,30%), Diploma pada Apotek E (36,60%) dan Sarjana pada Apotek J
(33,30%). Sedangkan, persentase terkecil responden dengan tingkat pendidikan
SD pada Apotek B (3,40%), SMP pada Apotek H (3,40%), SMA pada Apotek I
(13,40%), Diploma pada Apotek D (6,70%) dan Sarjana pada Apotek F (10%). 20 - 25 17 57 17 - 25 20 67 19 - 27 13 44 19 - 27 13 44 19 - 26 12 40
Apotek F Apotek G Apotek H Apotek I
Apotek E Interval
Usia (Tahun)
FrekuensiPersentasi
(%) Frekuensi Frekuensi Frekuensi Frekuensi
Interval
Gambar 5. Perbandingan Jumlah Pelanggan Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pelanggan di 10 Apotek Berbintang Dua Kota Yogyakarta
Periode Juli - September 2012
4. Jenis Obat yang di Beli
Jenis obat yang dibeli oleh pelanggan dalam penelitian ini adalah jenis
obat dengan resep, non resep maupun resep dan non resep (keduanya). Jumlah
pelanggan terbesar (70%) yang membeli obat resep adalah pada Apotek J.
Sedangkan, jumlah pelanggan yang membeli obat resep paling sedikit (6,70%)
pada Apotek G.