• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendekatan belajar fisika siswa SMP, SMA, dan mahasiswa : tinjauan menurut model Biggs - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pendekatan belajar fisika siswa SMP, SMA, dan mahasiswa : tinjauan menurut model Biggs - USD Repository"

Copied!
142
0
0

Teks penuh

(1)

PENDEKAT

PR JURUSAN PENDIDIK

FAKUL

i

TAN BELAJAR FISIKA SISWA SMP, SMA MAHASISWA :

Tinjauan Menurut Model Biggs

SKRIPSI

DISUSUN OLEH :

F. EDWIN WIRANATA NIM : 081424031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA DIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETA ULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2013

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

MA, DAN

(2)
(3)
(4)

iv

Halaman Persembahan

Karya ini kupersembahkan kepada :

Bapakku Yoseph Sael, Ibuku Y.Line, Abangku Jossie dan adikku Kresensiana

Sebagai bentuk ucapan syukur, terimakasih, bakti dan tanda cintaku yang mendalam untuk keluargaku.

(5)
(6)
(7)

vii ABSTRAK

Edwin Wiranata, 2013. “Pendekatan Belajar Fisika Siswa SMP, SMA, dan Mahasiswa: Tinjauan Menurut Model Biggs”. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui karakteristik peserta didik yang menggunakan pendekatan mendalam dan karakteristik peserta didik yang menggunakan pendekatan permukaan dalam belajar fisika. Jenis penelitian adalah deskripsi kualitatif dengan dibantu kuantitatif. Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2012/2013.

Subjek penelitian adalah peserta didik dari jenjang pendidikan SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi dengan total berjumlah 138 peserta didik. Instrumen yang digunakan adalah The revised two-factor Study Process Questionnaire (R-SPQ-2F) dan wawancara. R-SPQ-2F digunakan untuk mengelompokkan perserta didik yang menggunakan pendekatan mendalam dan pendekatan permukaan.

Hasil penelitian menunjukkan peserta didik yang menggunakan pendekatan mendalam berminat terhadap fisika dengan alasan yang beragam, tidak merasa terbebani dengan adanya tugas, cara belajar yang bervariatif untuk satu peserta didik dan kecenderungan memilih belajar secara mandiri. Peserta didik yang menggunakan pendekatan permukaan dalam belajar fisika kurang berminat terhadap fisika dengan alasan yang beragam, memberikan tanggapan negatif terhadap tugas, cara belajar yang kurang variatif untuk satu peserta didik dan kecenderungan memilih belajar secara berkelompok.

(8)

viii ABSTRACT

Edwin Wiranata, 2013. “Physics Learning Approach of Junior High School,

Senior High School and College Students: Biggs’ Model-based Study”.

Physics Education Study Program, Department of Education and Science, the Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University Yogyakarta

The study is aimed to investigate the characteristics of students who use deep approach and the characteristics of students who use the surface approach in learning physics. The type of this research is qualitative description and assisted by quantitative research. The research was conducted in semester 1 academic year 2012/2013.

The subjects were the students from SMP, SMA, and College, the total number of respondents were 138 students. The instruments used are the revised two-factor Study Process Questionnaire (R-SPQ-2F) and interviews. R-SPQ-2F is used to classify the students who use deep approach and surface approach.

Results showed that students, who learn using deep approach, are interested in physics with various reasons, namely they do not feel burdened by the task, they used varied ways of learning, and they have tendency to choose self-directed learning. Students who use the surface approach in learning physics are less interested in the physics with various reasons, giving a negative response to the task, having less varied ways of learning and having the tendency to choose learning in groups.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas karunia, bimbingan, serta penyertaan-Nya dari awal hingga akhir penyusunan skripsi yang berjudul “Pendekatan Belajar Fisika Menurut Biggs: Sebuah Studi Eksploratif”.

Penelitian ini merupakan tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Universitas Sanata Dharma. Penelitian dapat diselesaikan dengan baik atas kerjasama, bantuan, gagasan, serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti dengan segala kerendahan hati mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Drs. Tarsisius Sarkim, M.Ed.,Ph.D., selaku dosen pembimbing yang dengan sabar memberikan bimbingan dan pengetahuan selama penyusunan skripsi.

2. Bapak Drs. A. Atmadi, M.Si., selaku kaprodi Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma yang memberikan ijin untuk melakukan penelitian.

3. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Fisika yang telah memberikan bimbingan dan pengetahuan selama menempuh studi di Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma.

4. Bapak Drs. H. Herynugroho, M.Pd., selaku kepala sekolah di SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.

5. Bapak Drs. Y. Sugiarto, selaku kepala sekolah di SMP Joannes Bosco Yogyakarta yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian. 6. Bapak Samsudi, S.Pd., selaku guru bimbingan konseling di SMA

(10)

x

Yogyakarta yang memberikan waktu, bimbingan, dan membantu dalam penelitian.

8. Sekretariat JPMIPA FKIP yang telah banyak membantu. 9. Perpustakaan Universitas Sanata Dharma.

10. Segenap keluargaku tersayang, Bapak, Ibu, Abang Oos dan Adik Wati yang memberikan baik dukungan doa, dukungan moral, maupun dukungan material.

11. Teman-teman ngumpul, Alex, Dimas, Mbink, Arnol “rek”, Ganda

“mbah”, dan Anton “kriting” yang selalu menjadi penyemangat dalam

penyelesaian skripsi.

12. Teman-teman seperjuangan dan satu bimbingan yang saling bertukar informasi tentang jadwal dosen pembimbing dan semua hal yang berkaitan dengan skripsi.

13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu penyelesaian skripsi.

Peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang membaca dan dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya.

(11)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v

HALAMAN PUBLIKASI... vi

ABSTRAK... vii

ABSTRACT... viii

KATAPENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

BAB I PENDAHULUAN……….. 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Batasan Pengertian ... 5

BAB II LANDASAN TEORI……….……….. 6

A. Pengertian Belajar ... 6

B. Pendekatan Belajar... 8

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendekatan Belajar Menurut Biggs... 16

D. The Revised Two Factor Study Process Questionnaire (R-SPQ-2F)... 18

BAB III METODOLOGI PENELITIAN………..21

A. Jenis Penelitian... 21

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 22

C. Sampel... 22

(12)

xii

E. Metode Analisis Data ... 27

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN………..…...…..31

A. Deskripsi Penelitian ... 31

B. Data dan Analisis Data... 35

1. The Revised Two Factor Study Process Questionnaire (R-SPQ-2F)... 35

2. Hasil Wawancara ... 46

C. Pembahasan Hasil Wawancara ... 79

BAB V PENUTUP……….………...…..84

A. Kesimpulan ... 84

B. Saran... 85

DAFTAR PUSTAKA……….………...….86

(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Surat Pengantar dari Jurusan Pendidikan

MIPA Universitas Sanata Dharma ... 88 LAMPIRAN 2 Surat Ijin Penelitian/Skripsi/Observasi dari

Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Yogyakarta ... 91

LAMPIRAN 3 Surat Pernyataan Telah Melaksanakan Penelitian ... 93 LAMPIRAN 4 The Revised Two Factor Study Process

Questionnaire (R-SPQ-2F) ... 97

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel DimensiStudy Process Questionnaire(SPQ) ...18

Tabel 3.1 Tabel Pembagian Item dalam R-SPQ-2F...24

Tabel 3.2 Tabel Pembagian Skor pada Masing-masing Item Soal...24

Tabel 3.3 Tabel Unidimensionalitas dan Reliabilitas Skala Kecil R-SPQ-2F ...25

Tabel 3.4 Tabel Rencana Pertanyaan Wawancara...26

Tabel 3.5 Tabel Skor Total PM dan PP...27

Tabel 4.1 Tabel Hasil Kuesioner Diurut dari Skor Tertinggi pada pendekatan Mendalam SMP Joannes Bosco...35

Tabel 4.2 Tabel Hasil Kuesioner Diurut dari Skor Tertinggi pada pendekatan Mendalam SMA Muhammadiyah 3...37

Tabel 4.3 Tabel Hasil Kuesioner Diurut dari Skor Tertinggi pada pendekatan Mendalam Universitas Sanata Dharma...38

Tabel 4.4 Tabel Rangkuman Analisis R-SPQ-2F...44

Tabel 4.5 Tabel Subjek Wawancara...46

Tabel 4.6 Tabel Kode Hasil Wawancara...47

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Purwanti (2008) mengembangkan model pembelajaran human capital skills. Model ini ditujukan untuk menjawab persoalan bagaimana seorang

pelajar atau mahasiswa harus dapat menguasai seperangkat kemampuan dan sikap. Yang dimaksud kemampuan meliputi: kemampuan menerapkan, mengembangkan dan menciptakan ilmu. Sedangkan sikap meliputi: objektif, jujur, kritis, dan memiliki rasa ingin tahu. Menurut Purwanti (2008) faktor-faktor yang berperan dalam terbentuknyahuman capital skillsadalah persepsi siswa/mahasiswa terhadap pengajaran, konsep siswa/mahasiswa tentang pembelajaran, konsep diri akademik, dan pendekatan belajar.

Pendekatan belajar atau biasa dikenal dengan istilah approach to learning pertama kali dikemukakan oleh Marton dan Saljo (1976), yang mengelompokkan dua macam pendekatan, yaitu deep approach dan surface approach. Dua macam pendekatan ini banyak digunakan oleh John Biggs baik

dalam penelitian yang dilakukannya maupun dalam buku-buku karangannya, sehingga beberapa kalangan menyebut konsep pendekatan ini adalah konsep pendekatan belajar menurut John Biggs. Untuk menentukan pendekatan belajar yang digunakan peserta didik, Biggs mengembangkan sebuah kuesioner yang berisi item motivasi dan strategi. Kuesioner ini dikembangkan berdasarkan indikator-indikator pendekatan belajar. Indikator-indikator yang Biggs gunakan adalah bersifat umum dan dapat diterima oleh para peneliti akademis.

(16)

faktor conception of learning adalah seberapa penting arti dari belajar fisika menurut peserta didik. Hal lain yang dapat dieksplorasi dari siswa yang menggunakan pendekatan tertentu adalah mengenai cara belajar, apakah menghapal, menulis, membaca, atau melatih kemampuan dengan mengerjakan soal-soal. Dengan demikian, dari suatu pendekatan belajar hal yang berhubungan dengan motivasi dan strategi belajar peserta didik tersebut akan dieksplor sehingga kemudian diharapkan akan memperoleh contoh-contoh konkret atau karakteristik dari persepsi terkait motivasi dan cara peserta didik dalam belajar.

Ramsden (1992) mengatakan pendekatan belajar atau approach to learningadalah salah satu konsep yang paling berpengaruh untuk pendidikan tingkat lanjut pada 15 tahun terakhir sejak bukunya yang berjudulLearning To Teach in Higher Education terbit pada tahun 1992. Menurutnya, ide utama konsep ini tidak sepenuhnya rumit, tetapi sedikit abstrak. Penjelasannya agak bersifat teknis, tetapi cukup menarik.

Dalam dunia pendidikan, terutama dalam proses pembelajaran, pendekatan belajar yang dilakukan siswa sangat berperan terhadap hasil pembelajaran (learning outcomes). Penelitian yang berhasil memperlihatkan adanya hubungan antara pendekatan belajar siswa dengan hasil belajar dilakukan oleh Gijbels, Van de Watering, Dochy, dan Van den Bossche (2005). Hasil penelitian mereka menunjukkan adanya perbedaan hasil yang signifikan antara siswa yang menggunakan pendekatan mendalam dan siswa yang menggunakan pendekatan permukaan.

(17)

Indonesia memiliki sistem pendidikan sendiri yang diduga memberikan pengaruh terhadap pendekatan belajar tertentu yang dipilih siswa. Bagaimanapun juga, pendekatan belajar dipengaruhi oleh pengalaman atau stimulasi tertentu dari lingkungan (Harvey dalam Purwanti, 2008) yang mana sistem pendidikan juga diduga mempengaruhi pendekatan belajar yang dipilih siswa. Setiap negara diduga mempunyai kekhususan terkait motivasi dan cara belajar termasuk Indonesia sehingga diharapkan penelitian ini mampu menggali sesuatu dibalik motivasi dan strategi peserta didik dalam belajar fisika.

Mata pelajaran Fisika mulai dipelajari sedikit mendalam pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) kemudian dilanjutkan pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). Pada tingkat Perguruan Tinggi, yaitu pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika, materi pembelajaran Fisika dipelajari lebih mendalam sesuai dengan beban SKS yang ditempuh oleh mahasiswa. Biggs dalam Chyun (2007) menjelaskan bahwa pelajar sains pada dasarnya mempunyai pendekatan belajar yang berbeda dengan pelajar sastra. Pelajar sastra cenderung menggunakan pendekatan permukaan dan pencapaian hasil belajar yang tinggi karena strategi belajar yang diperlukan pada bidang sastra sebagian besar adalah menghafal. Hal ini menunjukkan bahwa konsep pendekatan dalam pembelajaran tidak kaku tetapi tergantung pada apa yang diperlukan dalam setiap bidang yang berbeda (Zeegers dalam Chyun, 2007).

(18)

B. Perumusan Masalah

Dari uraian mengenai latar belakang masalah pendekatan belajar, maka peneliti ingin mengeksplorasi dengan menjawab masalah berikut ini:

1. Bagaimana karakteristik peserta didik yang menggunakan pendekatan mendalam dalam belajar fisika?

2. Bagaimana karakteristik peserta didik yang menggunakan pendekatan permukaan dalam belajar fisika?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan utama dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui karakteristik peserta didik yang menggunakan pendekatan mendalam dalam belajar fisika.

2. Mengetahui karakteristik peserta didik yang menggunakan pendekatan permukaan dalam belajar fisika.

D. Manfaat Penelitian

(19)

E. Batasan Pengertian

Dalam penelitian ini karakteristik peserta didik mencakup aspek motivasi dan strategi dalam belajar fisika. Karakteristik yang mencakup motivasi dapat berupa minat, pandangan atau pendapat siswa terhadap segala hal yang berhubungan dengan fisika. Sedangkan karakteristik yang mencakup strategi adalah berupa cara belajar peserta didik. Cara belajar adalah kegiatan yang dilakukan peserta didik untuk memahami materi fisika. Karakteristik yang mencakup strategi juga dapat dilihat berdasarkan variasi cara belajar, urutan cara belajar, atau bervariasi tidaknya cara belajar peserta didik berdasarkan informasi dan data yang diperoleh.

(20)

6 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Belajar

Muhibbin Syah (1995) dalam bukunya yang berjudul Psikologi Pendidikan mengutip beberapa pengertian belajar menurut beberapa ahli, salah satunya adalah menurut Reber dalam kamusnya Dictionary of Psychology membatasi belajar dengan dua macam definisi. Pertama, belajar adalah “The process of acquiring knowledge”, yakni proses memperoleh pengetahuan. Pengertian ini biasanya lebih sering digunakan dalam pembahasan psikologi kognitif yang oleh sebagian ahli dipandang kurang representatif karena tidak mengikutsertakan perolehan keterampilan nonkognitif. Kedua, belajar adalah “A relatively permanent change in respons potentiality which occurs as a result of reinforced

practise”, yaitu suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat.

Dalam definisi ini terdapat empat macam istilah yang esensial untuk memahami proses belajar. Berikut adalah istilah tersebut.

1. Relatively permanent

Istilah ini lawannya adalah bahwa perubahan yang bersifat sementara seperti perubahan karena mabuk, lelah, jenuh, dan perubahan karena perubahan fisik tidak termasuk belajar. 2. Response potentiality

(21)

3. Reinforced

Istilah ini konotasinya adalah bahwa kemajuan yang didapat dari proses belajar mungkin akan musnah atau sangat lemah apabila tidak diberi penguatan.

4. Practise

Istilah ini maksudnya menunjukkan bahwa proses belajar itu membutuhkan latihan yang berulang-ulang untuk menjamin kelestarian kinerja akademik yang telah dicapai siswa.

Menurut Chaplin (1972) dalam Dictionary of Psychology membatasi belajar dengan dua rumusan. Rumusan pertama, belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Sedangkan rumusan kedua, belajar adalah proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya latihan khusus.

Dari beberapa pengertian tentang belajar dapat disimpulkan bahwa belajar tidak lepas dari latihan. Belajar merupakan perolehan perubahan secara permanen dan perolehan kemajuan sebagai akibat dari latihan secara terus menerus untuk menjaga kinerja yang telah dicapai.

(22)

B. Pendekatan Belajar

Istilah pendekatan belajar (approach to learning) sudah digunakan sejak penelitian yang dilakukan oleh Marton dan Saljo (1976). Dalam The Experience of Learning Marton dan Saljo (1976) menjelaskan hubungan antara pendekatan belajar dan konsep pembelajaran. Didalam penelitiannya pembelajaran dipandang sebagai : peningkatan pengetahuan, penghafalan, peningkatan fakta-fakta dan metode, abstraksi pengertian, interpretasi proses yang mengarah pada pemahaman suatu kenyataan, dan pengembangan diri sebagai suatu individu. Pada penelitian ini Marton dan Saljo (1976) memperkenalkan dua konsep pendekatan belajar yang kemudian banyak digunakan untuk penelitian-penelitian selanjutnya, yaitu

pendekatan “deep” dan “surface”.

(23)

Pendekatan belajar (approach to learning) adalah jenis atau upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran. Banyak pendekatan belajar yang dapat siswa lakukan dalam mempelajari suatu bidang studi atau materi pelajaran yang sedang mereka tekuni, dari yang paling klasik sampai yang paling modern. Muhibbin Syah (1995) menyebutkan dan menjelaskan salah satu pendekatan belajar yang dipandang representatif atau mewakili dari yang klasik sampai yang modern itu adalah pendekatan belajar Biggs.

Biggs membangun Model Pembelajaran 3P (presage, process, product) untuk menerangkan interaksi antara faktor-faktor yang

mempengaruhi proses pembelajaran (Chyun, 2007). Model ini terdiri atas tiga tahap untuk menggambarkan tiga elemen pembelajaran. Tiga elemen pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut (Biggs dalam Chyun, 2007):

1. Presage, yaitu elemen sebelum pembelajaran berlangsung meliputi faktor pribadi siswa dan faktor konteks pengajaran. 2. Process, yaitu elemen ketika pembelajaran berlangsung

meliputi pendekatan pembelajaran.

(24)

Gambar 1. Model Pembelajaran 3P (Biggs dalam Chyun,2007)

PRESAGE PROCESS PRODUCT

Student Characteristics Prior knowledge

Abilities

Preferred approaches to learning

Teaching Context Curriculum

Method Assessment Climate

Approach to Task Surface

Deep Achieving

Learning Outcome Quantitative

(25)

Dari Model Pembelajaran 3P, pendekatan belajar terletak pada tahap process, yaitu ketika pembelajaran sedang berlangsung. Faktor pengajaran oleh guru dan faktor karakteristik siswa mempengaruhi pendekatan belajar pada proses pembelajaran. Dari gambar tersebut, Biggs juga menekankan adanya hubungan atau interaksi antara pendekatan belajar dengan hasil belajar (learning outcome).

Menurut Biggs dalam Lim Tzyy Chyun (2007) pendekatan belajar adalah suatu proses pembelajaran yang berasal dari persepsi pelajar tentang tugas akademik yang dipengaruhi oleh ciri-ciri pribadi siswa. Selanjutnya menurut Biggs, pendekatan belajar merupakan gabungan dari

“motivasi” dan “strategi” yang sesuai dan dipilih siswa dalam proses pembelajaran. Aspek strategi menunjuk pada bagaimana siswa

‘mendekati’ tugas akademik yang diberikan kepada mereka, sedangkan aspek motivasi menunjuk pada mengapa siswa mau ‘mendekati’-nya dengan cara tertentu (Purwanti, 2008). Kedua aspek ini memiliki kaitan yang sangat erat karena siswa yang termotivasi oleh suatu hal tertentu akan menggunakan strategi tertentu yang relevan dengan motivasinya tersebut.

Pendekatan belajar ini pada umumnya digambarkan dalam dua model, yaitu : deep approach atau pendekatan mendalam dan surface approachatau pendekatan permukaan (Marton dan Saljo, 1976).

a. Pendekatan mendalam ataudeep approach

(26)

selalu memperhatikan kemajuan pemahamannya dalam belajar (Entwistle, 2000).

Siswa yang menggunakan deep approach biasanya mempelajari materi karena memang tertarik dan merasa membutuhkan pengetahuan itu. Adanya dorongan dari dalam diri (motivasi intrinsik) membuat gaya belajarnya yang serius dan berusaha memahami materi secara mendalam serta memikirkan cara mengaplikasikannya. Bagi siswa yang menggunakan pendekatan mendalam, lulus dengan nilai baik adalah penting, tetapi yang lebih penting adalah memiliki pengetahuan yang cukup banyak dan bermanfaat bagi kehidupannya (Syah, 1995).

b. Pendekatan permukaan atausurface approach

Seorang siswa yang menggunakan pendekatan permukaan melihat suatu tugas akademik sebagai syarat yang harus dipenuhi dan dikerjakan. Dia melihat aspek tugas sebagai suatu hal yang terbangun sendiri dan tidak ada kaitannya dengan tugas-tugas lain. Adanya kekuatiran terhadap waktu yang digunakan untuk mengerjakan tugas-tugas, bergantung pada hafalan, dan yang terpenting baginya adalah tugas dapat diselesaikan dan tidak mencoba untuk memperoleh makna dari tugas-tugas yang diberikan (Chyun, 2007).

(27)

Pada pendekatan mendalam, tujuan menggali pengertian menghasilkan proses pembelajaran yang aktif, melibatkan kemampuan menghubungkan gagasan-gagasan, melihat pola-pola dan prinsip, menggunakan fakta-fakta dan menguji logika dari suatu argumen (Entwistle, 2000). Sedangkan pada pendekatan permukaan, fokus mereka adalah pengerjaan tugas-tugas akademik, tidak melihat hubungan antara satu informasi dengan informasi lain. Menurut Ramsden (1992), pendekatan mendalam adalah tentang kualitas dan kuantitas. Sedangkan pendekatan permukaan adalah tentang kuantitas tanpa kualitas. Berikut kutipan kalimat Ramsden (1992) dalam bukunya yang berjudul Learning to Teach in Higher Education:

An approach is not about learning facts versus learning

concepts: it is about learning just the unrelated facts (or

procedure) versus learning the facts in relation to the

concepts. Surface is, at best, about quantity without quality;

deep is about quality and quantity.

(Ramsden, 1992:45)

Biggs (1993) dalam bukunya yang berjudul Process of Learning menjelaskan konsep kuantitatif dan konsep kualitatif dalam pembelajaran adalah sebagai berikut :

1) Konsep kuantitatif meliputi :

a) Mengembangkan suatu pengetahuan baru dengan cara

‘menyerap’ dan ‘menyimpan’

b) Mengingat dan mereproduksi fakta-fakta dengan

‘menghafal’

(28)

2) Konsep kualitatif meliputi :

a) Belajar adalah mengerti maksud dari bahan atau materi,

mempelajari ‘ide’ dari suatu pengetahuan dengan

‘menyerap’, ‘mengerti’, dan ‘melihat’.

b) Melihat ‘penampakan sesuatu’ dan ‘prinsip’ dengan

mempelajari sesuatu sehingga membentuk pola-pola. c) Melihat ‘suatu maksud dari pengalaman’ sebagai sebuah

filosofi kehidupan dengan terlibat secara mendalam dalam pembelajaran.

Konsep kuantitatif dan konsep kualitatif dalam pembelajaran tidak saling bertentangan tetapi dapat saling melengkapi (Biggs, 1993). Untuk

melihat ‘penampakan sesuatu’ dan ‘prinsip’ maka diperlukan pengetahuan

tentang fakta-fakta. Ada materi-materi tertentu yang membutuhkan pengetahuan pada taraf menghafal dan mengetahui fakta-fakta saja. Jika kedua konsep ini dijalankan maka dapat dikatakan siswa tersebut menggunakan pendekatan belajar yang mendalam. Sedangkan jika konsep yang digunakan adalah sebatas konsep kuantitatif tanpa konsep kualitatif maka dapat dikatakan siswa tersebut menggunakan pendekatan permukaan (Ramsden, 1992).

(29)

Menurut Biggs dalam Chyun (2007), siswa yang menggunakan pendekatan mendalam melakukan hal-hal sebagai berikut.

1) Sangat berminat dalam mengerjakan tugas akademik dan menikmati proses melakukannya.

2) Menggali maksud yang terkandung dalam tugas akademik. 3) Menjadikan tugas akademik sebagai sesuatu yang

bermakna untuk diri sendiri dan dalam kehidupan nyata di sekitar.

4) Menghubungkan fakta-fakta dengan kesimpulan, menghubungkan informasi-informasi yang diperoleh dengan pengetahuan yang pernah diperolehnya.

5) Membentuk hipotesis atau membangun teori dari tugas-tugas akademik.

Sedangkan siswa yang menggunakan pendekatan permukaan melakukan hal-hal sebagai berikut.

1) Memandang tugas akademik sebatas syarat yang harus dipenuhi.

2) Melihat aspek tugas akademik sebagai sesuatu yang berdiri sendiri tanpa ada kaitannya dengan tugas-tugas lain.

3) Kuatir akan waktu yang digunakan untuk mengerjakan tugas-tugas akademik.

(30)

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendekatan Belajar Menurut Biggs

Biggs (1993) menjelaskan dua faktor yang mempengaruhi pendekatan belajar adalah faktor personal dan experiential backround factors. Faktorpersonal adalah faktor-faktor yang terkait dengan individu itu sendiri. Sedangkan experiential backround factors menyangkut latar belakang individu tersebut. Biggs (1993) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pendekatan belajar adalah sebagai berikut :

1. Personal

a. Conceptions of learning

Conceptions of learning yaitu hubungan antara satu keyakinan dalam diri individu tentang arti pentingnya belajar, yang nantinya akan menentukan bagaimana cara siswa tersebut mempelajari dan menyelesaikan tugas-tugasnya.

b. Abilities

Siswa dengan tingkat intelegensi lebih rendah biasanya menggunakan pendekatan permukaan. Namun, penggunaan pendekatan mendalam tidak terlalu berkaitan dengan kemampuan verbal yang rendah atau tinggi. Pendekatan mendalam biasa digunakan oleh siswa dengan kemampuan yang cemerlang (brighter student).

c. Locus of control

Locus of control merupakan pengendalian yang terdapat pada setiap orang. Faktor ini dibagi menjadi dua, yaitu locus of control internaldanlocus of control eksternal.

(31)

waspada terhadap informasi yang mungkin mempengaruhi tingkah laku mereka di masa depan.

Locus of control eksternal merujuk pada siswa yang mempercayai orang lain, situasi, keadaan, faktor-faktor di luar dirinya yang bertanggung jawab atas perilakunya; bertindak sebagai pion yang menjalankan keputusan orang lain karena memiliki rasa percaya diri yang rendah dan sulit memiliki motivasi internal (Biggs dalam Adelina, 2009).

2. Experiential backround a. Parental education

Pendekatan belajar anak-anak berhubungan dengan luasnya pendidikan yang diterima oleh orang tua mereka. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan pendekatan mendalam terkait dengan orang tua pada level pendidikan tinggi sementara penggunaan pendekatan permukaan terkait dengan orang tua pada level pendidikan rendah (Biggs dalam Biggs, 1993).

b. Experience in learning institution

(32)

D. The Revised Two-Factor Study Process Questionnaire (R-SPQ-2F)

Study Behaviour Questionnaire (SBQ) adalah sebuah instrumen yang dikembangkan pada akhir 1970-an oleh Biggs. SBQ ini kemudian sering digunakan pada penelitian-penelitian saat itu untuk melihat perbedaan karakteristik siswa dalam belajar. Walaupun Biggs

menggunakan istilah ‘study behaviour’, SBQ sebenarnya berisi item-item yang terkait dengan keyakinan, sikap dan mental siswa (Richardson, 2000).

Study Process Questionnaire (SPQ) dikembangkan dari Study Behaviour Questionnaire(SBQ) yang memiliki skala 10 (Biggs, 1976). Di dalamnya terdapat 80 item yang tersebar menjadi 10 skala dan merupakan revisi dari SBQ. Namun, analisis faktor dengan 10 skala tersebut lebih baik diinterpretasikan dalam konsep kerja yang meliputi dua hal, yakni motivasi dan strategi (Kember dan Leung, 2001). Maka setiap motivasi akan berkaitan dengan strategi tertentu dalam tiga macam pendekatan belajar sebagai berikut.

Tabel 2.1 DimensiStudy Process Questionnaire(SPQ)

Dimensi Pendekatan

(33)

bagaimana cara siswa mengorganisasikan dan mengatur waktu dan ruang yang efektif dalam rangka mengerjakan tugas akademik (Biggs dalam Chyun, 2007). Dalam analisis faktor biasanya pendekatan pencapaian diletakkan pada pendekatan mendalam. Namun, hal ini juga tergantung pada subyek dan situasi pembelajaran. Terkadang indikator pendekatan pencapaian dirangkum dalam pendekatan permukaan (Chyun, 2007).

Menurut Kember dan Leung (2001), Study Process Questionnaire (SPQ) idealnya dibagi menjadi dua pendekatan saja, yaitu pendekatan permukaan dan pendekatan mendalam. Masing-masing di dalam pendekatan permukaan dan pendekatan mendalam tersebut terdapat dua aspek motivasi dan strategi. Maka satu versi SPQ yang lebih ringkas dapat melihat satu konteks pengajaran yang mana penggunaanya meliputi bidang-bidang sebagai berikut (Kember dan Leung, 2001) :

1. Guru memonitori pengajaran mereka dari satu kelas ke kelas lain, atau dalam bentuk penelitian tindakan kelas.

2. Suatu pengukuran hasil pengajaan yang lebih formal dan terstruktur.

3. Digunakan oleh staf pengembang yang diperlukan oleh guru atau suatu depertemen.

4. Mendiagnosis masalah pembelajaran siswa dengan membandingkan indikator-indikator pendekatan belajar siswa tersebut dengan siswa lain dalam suatu situasi pengajaran yang sama.

5. Meneliti hubungan antara pendekatan belajar siswa dengan suatu variabel kurikulum sebagai perbaikan suatu kurikulum.

6. Pengekalan kualitas melalui persepsi siswa pada suatu kursus.

(34)
(35)

21 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan kuantitatif, dimana data dan informasi dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Penelitian kualitatif bersifat deskriptif. Data dikumpulkan dalam bentuk kata-kata, gambar, keadaan, daripada bilangan. Yang termasuk data adalah transkip wawancara, fieldnotes, foto, videotapes, dokumen pribadi dan ofisial, memo danrecordlain. Sedangkan penelitian kuantitatif adalah desain riset yang menggunakan data berupa skor atau angka yang kemudian akan dianalisis dengan statistik (Paul Suparno, 2010:154).

Secara umum penelitian ini dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama adalah pengumpulan informasi tentang pendekatan belajar yang digunakan baik oleh satu individu maupun satu kelompok individu. Pengumpulan informasi pada tahap ini adalah menggunakan kuesioner. Setelah melihat kecenderungan pendekatan belajar yang dipilih oleh satu individu maka selanjutnya pada tahap kedua, yaitu melakukan wawancara terhadap siswa dan mahasiswa yang menggunakan pendekatan belajar tertentu. Pada tahap ini dipilih subjek yang secara dominan menggunakan salah satu jenis pendekatan belajar.

(36)

individu pada mata pelajaran fisika akan dicatat, direkam, dan kemudian dianalisis secara kualitatif.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada tiga jenjang pendidikan, yaitu pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Perguruan Tinggi.

Tempat Penelitian :

1. SMP Joannes Bosco Yogyakarta 2. SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta 3. Universitas Sanata Dharma

Waktu Penelitian : Bulan Oktober tahun 2012

C. Sampel

Sampel adalah sejumlah subjek atau individu yang memberikan data atau informasi. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMP Joannes Bosco tahun ajaran 2012/2013 kelas VII Happiness yang berjumlah 28 siswa dan kelas VIIResponsibilityyang berjumlah 27 siswa. Untuk jenjang pendidikan SMA sampel penelitian adalah siswa-siswi kelas XI IPA SMA Muhammadiyah 3 tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 33, serta mahasiswa-mahasiswi S1 Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma angkatan 2010 dan angkatan 2012 yang berjumlah 50 mahasiswa.

Untuk pengambilan data dengan wawancara, digunakan teknik convenience sampling, yaitu teknik sampling dengan meneliti suatu

(37)

2010). Dalam hal ini untuk memperoleh informasi tentang pendekatan belajar tipe permukaan diambil dua subjek untuk masing-masing jenjang pendidikan. Begitu pula untuk pendekatan mendalam dipilih dua subjek untuk masing-masing jenjang pendidikan. Maka satu pendekatan belajar berjumlah enam subjek, sehingga total subjek yang diwawancarai untuk kedua jenis pendekatan belajar adalah 12 subjek. Jumlah subjek yang akan diwawancarai bergantung pada hasil analisis kuesioner pada tahap pertama. Jika hasil analisis menunjukkan hasil yang tidak memenuhi untuk mewawancarai 12 subjek, maka selanjutnya jumlah subjek yang diambil menyesuaikan dengan hasil analisis.

D. Instrumentasi

Untuk memperoleh data dan informasi, instrumen yang digunakan ada dua macam, yaituThe revised two-factor Study Process Questionnaire (R-SPQ-2F) daninterviewatau wawancara.

1. Revised two-factor Study Process Questionnaire(R-SPQ-2F)

Revised two-factor Study Process Questionnaire (R-SPQ-2F) adalah instrumen hasil revisi dari Study Process Questionnaire (SPQ) yang dikembangkan oleh Biggs, Kember, dan Leung (2001) untuk mengukur jenis pendekatan belajar yang digunakan oleh suatu individu atau kelompok, apakah pendekatan mendalam atau pendekatan permukaan. Pada penelitian ini, R-SPQ-2F digunakan pada tahap pertama, yaitu untuk mengukur kecenderungan pendekatan belajar fisika pada setiap subjek.

(38)

Dua skala utama ini dibagi menjadi empat skala kecil, yaitu motivasi PM, strategi PM, motivasi PP, dan strategi PP.

Berikut ditampilkan pembagian nomor item soal dengan empat skala tersebut.

Tabel 3.1 Pembagian item dalam R-SPQ-2F

Skala kecil Nomor item Jumlah item

motivasi PM (MPM) 1, 5, 9, 13, 17 5

strategi PM (SPM) 2, 6, 10, 14, 18 5

motivasi PP (MPP) 3, 7, 11, 15, 19 5

strategi PP (SPP) 4, 8, 12, 16, 20 5

Responden yang terdiri dari siswa dan mahasiswa diminta mengisi kuesioner R-SPQ-2F yang masing-masing item terdiri dari lima pilihan jawaban dengan skor yang ditampilkan pada tabel berikut.

Tabel 3.2 Pembagian skor pada masing-masing item soal

Nomor pilihan Keterangan Skor

1 Tidak pernah atau jarang 1

2 Kadang-kadang benar 2

3 Sebagian benar 3

4 Benar atau biasanya benar 4

5 Selalu atau hampir selalu benar 5

(39)

3.3 menunjukkan setiap skala kecil memberi penentuan yang baik terhadap data. Maka dapat disimpulkan bahwa setiap item soal adalah unidimensional(Kember dan Leung, 2001).

Cronbach’s alpha digunakan untuk menentukan reliabilitas skala kecil dalam R-SPQ-2F. Nilai pada tabel 3.3 menunjukkan setiap skala kecil adalah konsisten (Kember dan Leung, 2001). Kember dan Leung (2001) kemudian membenarkan penggunaan R-SPQ-2F dalam penilaian pengajaran dan instrumen penelitian. Maka untuk penelitian ini, versi R-SPQ-2F telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia.

Tabel 3.3 Unidimensionalitas dan reliabilitas skala kecil R-SPQ-2F

Skala kecil CFI SRMR Cronbach’s alpha

MPM 0,997 0,01 0,62

SPM 0,998 0,02 0,63

MPP 0,988 0,02 0,72

SPP 0,998 0,02 0,57

2. Wawancara

Wawancara adalah semacam kuesioner lisan, suatu dialog yang dilakukan oleh peneliti dan narasumber untuk memperoleh informasi yang diperlukan (Suparno, 2010). Pada penelitian ini wawancara digunakan pada tahap kedua, yaitu untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan motivasi dan strategi siswa atau mahasiswa dalam belajar fisika dengan pendekatan belajar tertentu.

(40)

dengan beberapa daftar pertanyaan lengkap ditambah dengan pertanyaan-pertanyaan yang sekiranya perlu untuk ditanyakan.

Berikut adalah daftar rencana pertanyaan yang akan ditanyakan kepada subjek yang diwawancarai.

Tabel 3.4 Rencana pertanyaan wawancara

No. Pertanyaan wawancara

1 Fisika berada diurutan berapa untuk mata pelajaran yang paling Anda sukai?

2 Apa alasan Anda menyukai/tidak menyukai fisika?

3 Bagaimana tanggapan Anda ketika diberi tugas oleh guru/dosen?

4 Bagaiman cara Anda belajar fisika?

5 Anda lebih suka belajar secara mandiri atau bersama orang lain?

(41)

E. Metode Analisis Data

1. Analisis data R-SPQ-2F

Data yang diperoleh dari kuesioner R-SPQ-2F adalah berupa skor atau nilai. Setiap individu memiliki skor masing-masing dalam setiap skala kecil pendekatan belajar. Skor pada skala kecil pendekatan belajar dapat juga digunakan untuk melihat gambaran pendekatan belajar dari aspek motivasi dan strategi. Untuk analisis pendekatan belajar setiap individu adalah dengan menjumlahkan skor pada skala kecil sesuai dengan skala utamanya. Maka skor PM adalah jumlah dari skor item MPM dan SPM sedangkan skor PP adalah jumlah dari skor MPP dan SPP. Tabel 3.5 menunjukkan skala utama dibagi menjadi dua, pendekatan mendalam dan pendekatan permukaan. Skor total merupakan penjumlahan skor untuk 10 nomor item sesuai dengan pembagian skala kecilnya.

Berikut adalah tabel skor total pendekatan belajar permukaan dan mendalam.

Tabel 3.5 Skor total PM dan PP

Skala

utama Skor total( penjumlahan skor sesuai nomor item soal )

PM 1 + 2 + 5 + 6 + 9 + 10 + 13 + 14 + 17 + 18

PP 3 + 4 + 7 + 8 + 11 + 12 + 15 + 16 + 19 + 20

(42)

memiliki selisih antara skor PM dan skor PP sebesar dua kali standar deviasi.

Untuk distribusi normal standard, dibuat mean populasi μ = 0 , dan standard deviasi σ = 1, dengan perubahan sebagai berikut :

Z = ……… persamaan 1

Z adalah skor standard, sehingga kurva distribusi normal standard Z menjadi sebagai berikut :

Untuk menentukan siswa atau mahasiswa yang memiliki kecenderungan menggunakan satu pendekatan belajar tertentu maka digunakan rumusan Transformasi Distribusi Normal Standar Z sebagai berikut :

Z = ……… persamaan2

Besarnya selisih minimal skor yang digunakan dalam analisis adalah sebagai berikut :

Selisih minimal = 2 x S ………..……… persamaan 3

-2 -1 0 1 2

Z

(43)

Dimana adalah nilai rata-rata dari skor, S adalah standar deviasi , Z adalah skor standar, danXiadalah batas bawah skor. Untuk

analisis ini, Z bernilai 1.

Skor yang tinggi untuk PM dan PP menggambarkan jenis pendekatan yang digunakan oleh peserta didik, apakah masuk dalam kategori PM atau PP. Sedangkan perhitungan selisih adalah untuk mempertegas peserta didik yang paling menggunakan jenis pendekatan tertentu. Semakin besar selisih antara skor PM dan skor PP menunjukkan kekonsistenan pesera didik tersebut dalam menggunakan satu jenis pendekatan, apakah PM atau PP.

2. Analisis Hasil Wawancara

Data yang diperoleh melalui wawancara adalah berupa rekaman hasil wawancara. Cara menganalisis data tersebut adalah sebagai berikut.

a. Transkrip Data

Transkrip data dilakukan pada hasil rekaman wawancara. Transkrip data dari rekaman wawancara nantinya akan diolah kembali.

b. Codingdan pengkategorian

(44)

kategori tertentu. Kemudian, dihitung jumlah banyaknya kemunculan yang terjadi untuk setiap karakter.

c. Analisis

(45)

31 BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Penelitian

Penelitian mulai dilaksanakan pada tanggal 29 Agustus 2012 dan berakhir pada tanggal 3 November 2012. Penelitian dilaksanakan di SMP Joanes Bosco, SMA Muhammadiyah 3, dan Universitas Sanata Dharma baik pada jam pelajaran maupun diluar jam pelajaran. Penelitian ini melibatkan peserta didik sebagai subjek penelitian, guru sebagai penghubung antara peserta didik dan peneliti, dosen, mahasiswa dan instansi terkait dalam hal ini adalah Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Yogyakarta.

Secara umum ada 2 tahap penelitian. Tahap pertama, yaitu pengumpulan data oleh siswa dari hasil menjawab kuesioner. Data yang diperoleh dari tahap ini digunakan untuk menentukan subjek yang akan diwawancarai. Tahap kedua, yaitu pengumpulan data dari hasil wawancara dengan peserta didik. Kedua tahap ini sudah dilakukan pada setiap jenjang pendidikan.

(46)

kepada peneliti tentang maksud pernyataan pada kuesioner. Meskipun begitu, siswa-siswa lain tetap mengisi kuesioner seperti biasa. Pengisian kuesioner membutuhkan waktu antara 15–20 menit.

Pada tanggal 18 September 2012, wawancara pertama dilakukan terhadap 2 siswa SMP Joannes Bosco. Wawancara dilakukan diluar jam pelajaran, tepatnya setelah jam pelajaran di sekolah selesai. Wawancara dilakukan untuk memperoleh data tentang karakteristik pendekatan belajar siswa. Peneliti cukup kesulitan untuk memperoleh informasi pada wawancara pertama. Peneliti menduga peserta didik yang diwawancarai masih sedikit kesulitan dalam menyampaikan secara langsung apa yang ada dalam pikirannya sehingga jawaban yang diperoleh bersifat minim informasi.

Pada tanggal 27 September 2012 penelitian tahap pertama dilaksanakan di Universitas Sanata Dharma. Penelitian dilakukan pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika angkatan 2010 dan sebagian mahasiswa angkatan 2012. Pengisian kuesioner dilakukan pada awal sebelum perkuliahan dimulai dan memerlukan waktu antara 15 - 20 menit. Sedangkan untuk sebagian mahasiswa Pendidikan Fisika angkatan 2012, pengisian kuesioner dilakukan diluar jam kuliah. Total mahasiswa yang mengisi kuesioner adalah 50 mahasiswa.

Pada tanggal 10 Oktober 2012 wawancara kedua dilaksanakan terhadap 2 siswa SMP Joannes Bosco. Wawancara dilakukan di ruang kelas VII Responsibilitydiluar jam pelajaran tepatnya setelah pulang sekolah. Dari hasil wawancara kedua, masih ditemukan adanya kesulitan peserta didik yang diwawancarai dalam memberikan jawaban. Hal ini terlihat dari banyaknya pertanyaan yang diajukan tetapi jawaban yang diperoleh tidak sebanyak yang diharapkan. Namun dari hasil tersebut peneliti cukup memperoleh informasi tentang pendekatan belajar.

(47)

pelajaran penuh kepada peneliti untuk melakukan penelitian. Pada 25 menit pertama diisi dengan sharing tentang minat terhadap fisika. Secara sepintas dapat diduga bahwa sebagian besar siswa kelas XI IPA 3 tidak menyukai fisika. Hal ini terlihat ketika ditanyakan pendapat mereka tentang mata pelajaran fisika sebagian besar siswa mengatakan bahwa pelajaran fisika itu sulit. Alasan yang paling banyak diutarakan adalah karena rumus fisika yang banyak.

Peneliti juga melakukan sedikit demonstrasi mengenai gerak jatuh bebas. Demonstrasi itu berupa menjatuhkan sebuah pulpen dan seorang siswa harus menangkap pulpen tersebut sebelum jatuh ke lantai. Dengan memperkirakan kapan pulpen mulai dijatuhkan, siswa yang ditunjuk tadi diharapkan dapat menangkap pulpen tersebut sebelum jatuh ke lantai. Kesempatan pertama dia tidak berhasil menangkap pulpen tersebut karena peneliti menjatuhkannya sambil berbicara dengan mahasiswa lain dan siswa yang ditunjuk tadi tidak siap. Ini sengaja dilakukan untuk menarik perhatian siswa yang lain karena dia tidak berhasil menangkap pulpen terebut. Kesempatan kedua, siswa yang ditunjuk tadi berhasil menangkap pulpen yang dijatuhkan karena siswa dalam kondisi siap menangkap pulpen tersebut. Akhirnya pulpen diberikan kepada siswa yang berhasil mengangkap pulpen tersebut. Tujuan dari demonstrasi ini adalah untuk menunjukkan adanya gaya gravitasi yang membuat pulpen jatuh ke lantai. Selebihnya adalah sebagai penarik perhatian siswa.

Selain demonstrasi kecil, peneliti juga sedikit bercerita tentang pengalaman pribadi saat masih belajar fisika di SMA. Kegiatan ini berlangsung kira-kira 20 menit. Pada 15 menit terakhir barulah digunakan untuk pengisian kuesioner.

(48)

Kampus 3 Paingan, Universitas Sanata Dharma, dimulai pukul 13.00 WIB berakhir pukul 14.00 WIB. Wawancara kedua berlangsung cukup lama karena narasumber memberikan informasi yang cukup banyak mengenai pemikiran dan cara belajarnya.

Pada tanggal 2 November 2012 wawancara dilakukan terhadap 2 siswa SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Wawancara ini dilakukan di kelas XI IPA 3 setelah jam sekolah selesai. Wawancara berjalan dengan cukup lancar dan masing-masing wawancara dengan siswa menghabiskan waktu antara 15– 20 menit. Dari pengalaman wawancara tersebut semakin terasa adanya perbedaan karakter dari masing-masing siswa yang mempengaruhi banyak sedikitnya informasi yang diberikan. Ada siswa yang saat diberikan satu pertanyaan dapat dijawab dengan sangat panjang dan deskripsi yang jelas. Hal ini terjadi pada siswa pertama yang diwawancarai. Sedangkan ada juga siswa yang saat diberikan satu pertanyaan yang sama hanya memberikan jawaban seperlunya. Ini terjadi pada siswa kedua yang diwawancarai.

Pada tanggal 3 November 2012 wawancara dilakukan terhadap satu siswa SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Wawancara ini dilakukan di kelas XI IPA 3 setelah jam sekolah selesai. Wawancara berjalan lancar dan jawaban yang diperoleh cukup memberikan informasi.

(49)

B. Data dan Analisis Data

1. The Revised Two-Factor Study Process Questionnaire(R-SPQ-2F) Hasil dari kuesioner berfungsi untuk menampilkan kecenderungan peserta didik dalam menggunakan satu jenis pendekatan belajar tertentu dalam mempelajari fisika. Dari hasil tersebut maka dapat ditentukan subjek yang akan diwawancarai. Adapun tabel-tabel yang ditampilkan sudah dimodifikasi demi mempermudah analisis.

a. Penyajian Data

Hasil dari kuesioner untuk jenjang pendidikan SMP ditampilkan dalam tabel sebagai berikut.

Tabel 4.1 Tabel Hasil Kuesioner Diurut dari Skor Tertinggi Pada Pendekatan Mendalam SMP Joannes Bosco

Siswa

Mendalam Permukaan selisih M-P MPM SPM total MPP SPP total

3 23 19 42 17 18 35 7

13 22 20 42 19 19 38 4

55 19 19 38 17 17 34 4

12 17 20 37 12 11 23 14

14 18 19 37 10 13 23 14

31 17 19 36 14 15 29 7

49 17 19 36 6 11 17 19

7 17 18 35 14 15 29 6

43 17 18 35 8 16 24 11

54 17 18 35 7 9 16 19

2 19 13 32 14 12 26 6

40 17 15 32 12 15 27 5

44 16 16 32 8 11 19 13

48 15 17 32 6 10 16 16

1 15 16 31 9 9 18 13

32 10 20 30 8 15 23 7

8 15 14 29 13 11 24 5

20 15 13 28 13 13 26 2

(50)

Siswa

Mendalam Permukaan selisih M-P MPM SPM total MPP SPP total

(51)

Hasil dari kuesioner untuk jenjang pendidikan SMA ditampilkan dalam tabel sebagai berikut.

Tabel 4.2 Tabel Hasil Kuesioner Diurut dari Skor Tertinggi Pada Pendekatan Mendalam SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta

Siswa Mendalam Permukaan selisih M-P MPM SPM total MPP SPP total

(52)

Siswa Mendalam Permukaan selisih M-P MPM SPM total MPP SPP total

13 5 7 12 10 11 21 -9

27 5 5 10 12 9 21 -11

Hasil dari kuesioner untuk jenjang pendidikan Perguruan Tinggi ditampilkan dalam tabel sebagai berikut.

Tabel 4.3 Tabel Hasil Kuesioner Diurut dari Skor Tertinggi Pada Pendekatan Mendalam Universitas Sanata Dharma

Mahasiswa Mendalam Permukaan selisih M-P total MPM SPM total MPP MPM SPM

(53)

Mahasiswa Mendalam Permukaan selisih M-P total MPM SPM total MPP MPM SPM

26 16 16 32 13 11 24 8

31 12 20 32 11 10 21 11

32 16 16 32 10 13 23 9

36 16 15 31 9 12 21 10

45 17 14 31 15 17 32 -1

47 18 13 31 11 13 24 7

22 13 17 30 17 16 33 -3

40 14 16 30 10 12 22 8

11 14 15 29 11 13 24 5

30 14 15 29 9 8 17 12

37 13 16 29 9 9 18 11

19 15 13 28 13 19 32 -4

44 14 14 28 10 15 25 3

42 11 16 27 8 9 17 10

7 14 12 26 9 14 23 3

15 13 13 26 10 11 21 5

16 13 13 26 12 14 26 0

38 12 14 26 11 8 19 7

1 15 10 25 17 15 32 -7

5 12 13 25 8 9 17 8

14 13 12 25 9 12 21 4

43 13 11 24 12 18 30 -6

46 9 14 23 13 11 24 -1

2 12 9 21 10 15 25 -4

(54)

b. Analisis Data

Dengan menggunakan persamaan 2 dan persamaan 3 maka analisis kuesioner dilakukan pada setiap jenjang pendidikan dan masing-masing jenis pendekatan belajar.

1) Pendekatan Belajar Siswa SMP a) Pendekatan Mendalam (PM)

Dari tabel 4.1 analisis untuk pendekatan mendalam siswa SMP Joannes Bosco Yogyakarta sebagai berikut.

Menghitung batas bawah :

Mean : 25.94737

Standar Deviasi : 6,8905

1 = .

,

Xi= 32, 83787

Menghitung selisih minimal :

Selisih Minimal = 2 x standar deviasi Selisih Minimal = 2 x 6,8905

= 13,781

Dari perhitungan tersebut maka siswa yang termasuk dalam kecenderungan menggunakan pendekatan mendalam dalam belajar fisika adalah siswa yang memperoleh skor minimal 32, 84 untuk skor PM dan selisih minimal antara skor PM dan skor PP adalah 13,78.

b) Pendekatan Permukaan (PP)

Dari tabel 4.1 analisis untuk pendekatan permukaan siswa SMP Joannes Bosco Yogyakarta sebagai berikut.

Menghitung batas bawah :

Mean : 25.15789

(55)

1 = . ,

Xi= 31,12444

Menghitung selisih minimal :

Selisih Minimal = 2 x standar deviasi Selisih Minimal = 2 x 5,966541

= 11,93308

Dari perhitungan tersebut maka siswa yang termasuk dalam kecenderungan menggunakan pendekatan permukaan dalam belajar fisika adalah siswa yang memperoleh skor minimal 31,12 untuk skor PP dan selisih minimal antara skor PM dan skor PP adalah 11,93. Dalam tabel 4.1 selisih antara skor mendalam dan skor permukaan untuk pendekatan permukaan bernilai negatif (-).

2) Pendekatan Belajar Siswa SMA a) Pendekatan Mendalam (PM)

Dari tabel 4.2 analisis untuk pendekatan mendalam siswa SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta sebagai berikut.

Menghitung batas bawah :

Mean : 22,12121

Standar Deviasi : 7,765137

1 = ,

,

Xi= 29,88635

Menghitung selisih minimal :

(56)

Selisih Minimal = 2 x 7,765137 = 15,53027

Maka siswa yang termasuk dalam kecenderungan menggunakan pendekatan mendalam dalam belajar fisika adalah siswa yang memperoleh skor minimal 29,90 untuk skor PM dan selisih minimal antara skor PM dan skor PP adalah 15,54.

b) Pendekatan Permukaan (PP)

Berikut adalah analisis untuk pendekatan permukaan siswa SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta sebagai berikut.

Menghitung batas bawah :

Mean : 26,15152

Standar Deviasi : 5,472209

1 = ,

,

Xi= 31,62372

Menghitung selisih minimal :

Selisih Minimal = 2 x standar deviasi Selisih Minimal = 2 x 5,472209

= 10,94442

(57)

3) Pendekatan Belajar Mahasiswa Perguruan Tinggi a) Pendekatan Mendalam (PM)

Berikut adalah analisis untuk pendekatan mendalam mahasiswa Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma.

Menghitung batas bawah :

Mean : 31,46

Standar Deviasi : 5,639547

1 = ,

,

Xi= 37,09955

Menghitung selisih minimal :

Selisih Minimal = 2 x standar deviasi Selisih Minimal = 2 x 5,639547

= 11,27909

Maka mahasiswa yang termasuk dalam kecenderungan menggunakan pendekatan mendalam dalam belajar fisika adalah mahasiswa yang memperoleh skor minimal 37,10 untuk skor PM dan selisih minimal antara skor PM dan skor PP adalah 11,28.

b) Pendekatan Permukaan (PP)

Berikut adalah analisis untuk pendekatan permukaan mahasiswa Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma.

Menghitung batas bawah :

Mean : 21,2

Standar Deviasi : 5,283783

1 = ,

,

(58)

Menghitung selisih minimal :

Selisih Minimal = 2 x standar deviasi Selisih Minimal = 2 x 5,283783

= 10,56757

Maka mahasiswa yang termasuk dalam kecenderungan menggunakan pendekatan permukaan dalam belajar fisika adalah siswa yang memperoleh skor minimal 26,48 untuk skor PP dan selisih minimal antara skor PM dan skor PP adalah 10,57. Dalam tabel 4.3 selisih antara skor mendalam dan skor permukaan untuk pendekatan permukaan bernilai negatif (-).

Dari analisisThe Revised Two-Factor Study Process Questionnaire (R-SPQ-2F), diperoleh skor-skor yang menjadi acuan dalam menentukan subjek penelitian yang diwawancarai. Berikut adalah rangkuman dari analisis kuesioner.

Tabel 4.4 Rangkuman Analisis R-SPQ-2F

Jenjang SMP 32,84 13,78 12; 14;

(59)

Dari hasil R-SPQ-2F pada ketiga jenjang pendidikan, secara umum dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan kecenderungan pendekatan belajar yang digunakan peserta didik. Siswa SMP memiliki kecenderungan yang merata dalam menggunakan kedua jenis pendekatan belajar. Tabel 4.4 menunjukkan terdapat 4 siswa yang menggunakan pendekatan mendalam dan 4 siswa yang menggunakan pendekatan permukaan. Sedangkan siswa-siswa lain masuk dalam kategori “rata-rata”, yaitu siswa yang tidak secara tegas dan konsisten dalam menggunakan salah satu jenis pendekatan. Siswa SMA memiliki kecenderungan menggunakan pendekatan belajar yang berbeda. Sebagian besar siswa memiliki skor PP yang tinggi dibandingkan dengan skor PM. Ada dugaan bahwa tingkat kerumitan materi fisika yang diajarkan di SMA membuat siswa SMA cenderung lebih menggunakan pendekatan permukaan dalam belajar fisika. Peserta didik pada tingkat perguruan tinggi memiliki kecenderungan mengggunakan pendekatan mendalam dalam belajar fisika. Hal ini ditunjukkan dari tidak ada peserta didik yang memenuhi kriteria yang menggunakan pendekatan permukaan dalam belajar fisika. Ada dugaan bahwa jurusan atau program studi yang dipilih peserta didik sudah sesuai dengan minat dan membuat mereka tertarik untuk memahami secara mendalam.

Tahap selanjutnya dari penelitian ini adalah menentukan subjek yang akan diwawancarai. Subjek yang diwawancarai dipilih oleh peneliti dengan melihat rangkuman analisis R-SPQ-2F pada tabel 4.4. Untuk jenjang pendidikan SMP subjek yang dipilih untuk diwawancarai sebagai siswa yang menggunakan pendekatan mendalam dalam belajar fisika adalah siswa dengan nomor 49 yang selanjutnya disebut S1 dan siswa

dengan nomor 54 yang selanjutnya disebut S2. Sedangkan subjek yang

dipilih untuk diwawancarai sebagai siswa yang menggunakan pendekatan permukaan dalam belajar fisika adalah siswa dengan nomor 34 yang selanjutnya disebut S7dan siswa dengan nomor 39 yang selanjutnya disebut

(60)

Untuk jenjang pendidikan SMA subjek yang dipilih untuk diwawancarai sebagai siswa yang menggunakan pendekatan mendalam dalam belajar fisika adalah siswa dengan nomor 16 yang selanjutnya disebut S3. Sedangkan subjek yang dipilih untuk diwawancarai sebagai

siswa yang menggunakan pendekatan permukaan dalam belajar fisika adalah siswa dengan nomor 2 yang selanjutnya disebut S9dan siswa dengan

nomor 22 yang selanjutnya disebut S10.

Untuk jenjang pendidikan perguruan tinggi subjek yang dipilih untuk diwawancarai sebagai mahasiswa yang menggunakan pendekatan mendalam dalam belajar fisika adalah mahasiswa dengan nomor 8 yang selanjutnya disebut S4, mahasiswa dengan nomor 33 yang selanjutnya

disebut S5, dan mahasiswa dengan nomor 48 yang selanjutnya disebut S6.

Tidak ada subjek yang dipilih untuk diwawancarai sebagai siswa yang menggunakan pendekatan permukaan dalam belajar fisika karena tidak ada subjek yang memenuhi acuan untuk pendekatan permukaan seperti yang ditampilkan pada tabel.

Berikut adalah tabel rangkuman subjek yang sudah ditentukan untuk diwawancarai.

Tabel 4.5 Subjek Wawancara Pendekatan Mendalam S1, S2, S3, S4, S5,S6 Pendekatan Permukaan S7, S8, S9, S10

2. Hasil Wawancara

Hasil wawancara, selanjutnya dikategorisasikan sesuai dengan karakteristik yang muncul.

a. Pengkodean (Coding)

(61)

subjek yang menggunakan pendekatan mendalam dalam belajar. Pengkodean hanya dilakukan untuk hasil wawancara terhadap subjek yang menggunakan pendekatan mendalam.

Berikut adalah kode-kode untuk pendekatan mendalam.

Tabel 4.6 Kode Hasil Wawancara PM

Konteks Skala pertama Skala kedua

Motivasi Urutan kesukaan mata

pelajaran

Urutan kedua

Urutan ketiga

Alasan menyukai fisika Penasaran

Senang mengerjakan soal

Faktor guru

Fisika menyangkut kehidupan

sehari-hari

Lain-lain : penalaran, hitung-hitungan,

rumus-rumus

Strategi Teman belajar Mandiri

kelompok

Cara belajar Catat rumus

Menghapal rumus

Membaca rumus

Mengerjakan soal

Les privat

Mengulang kisi-kisi

Membuat soal sendiri dan menjawabnya

(62)

Untuk hasil wawancara terhadap subjek yang menggunakan pendekatan permukaan tidak menunjukkan adanya kemunculan karakter yang berulang, sehingga pengkodean tidak dilakukan dan analisis terhadap hasil wawancara dalam transkrip wawancara langsung dilakukan.

b. Analisis Hasil Wawancara

Setelah melakukan pengkodean terhadap karakteristik yang sering muncul dalam hasil wawancara, maka langkah selanjutnya adalah pengkategorisasian data. Pengkategorisasian data dilakukan pada hasil wawancara dalam transkrip data wawancara. Untuk setiap kategori yang sama kemudian disatukan dalam satu kategori atau karakteristik dan selanjutnya diberi skor sesuai dengan banyaknya kemunculan karakteristik tersebut.

Berikut ditampilkan tabel skor untuk setiap karakteristik berdasarkan kode.

Tabel 4.7 Hasil Slor Karakteristik PM

Kode Skor

Urutan kedua 3

Urutan ketiga 3

Penasaran 3

Senang mengerjakan soal 2

Faktor guru 3

Fisika menyangkut kehidupan sehari-hari 2

Lain-lain : penalaran, hitung-hitungan, rumus-rumus 1

Mandiri 3

kelompok 1

Catat rumus 2

Menghapal rumus 2

Membaca rumus 3

Mengerjakan soal 4

(63)

Kode Skor

Mengulang kisi-kisi 1

Membuat soal sendiri dan menjawabnya 1

Analisis terhadap hasil wawancara dibagi menjadi dua, yaitu untuk pendekatan mendalam dan pendekatan permukaan.

1) Analisis Wawancara Pendekatan Mendalam a) Konteks motivasi

i. Urutan kesukaan mata pelajaran fisika

Setiap siswa diberi pertanyaan tentang urutan mata pelajaran yang mereka sukai, terutama urutan untuk mata pelajaran fisika. Tiga subjek, yaitu S1, S2, dan S4 menjawab

fisika berada diurutan ketiga yang paling mereka sukai.

Berikut kutipan wawancara terhadap S4:

Kutipan wawancara 1

P : Untuk pelajaran fisika, waktu SMA itu ada diurutan

keberapa?

S4 : maksudnya yang keberapa?

P : urutan mata pelajaran yang paling kamu suka.

S4 : Oo, nomor 3

P : yang pertama dan kedua?

S4 : satu matematika, kedua bahasa inggris.

Sedangkan tiga subjek lain, yaitu S3, S5, dan S6menjawab

(64)

Berikut kutipan wawancara terhadap S6:

Kutipan wawancara 2

P : Waktu SMA pelajaran fisika itu urutan berapa yang

paling kamu suka?

S6 : urutan berapa ya, dua setelah matematika.

Peserta didik yang menggunakan pendekatan mendalam dalam belajar fisika cenderung akan menempatkan mata pelajaran fisika pada urutan atas untuk mata pelajaran yang paling mereka sukai. Hal ini dibuktikan dari 6 subjek yang menggunakan pendekatan mendalam pada pelajaran fisika menempatkan mata pelajaran fisika pada urutan atas untuk mata pelajaran yang paling mereka sukai.

Dari hasil tersebut dapat dikatakan pula bahwa keenam subjek tersebut berminat terhadap fisika. Kesukaan mereka terhadap fisika ditunjukan dari urutan mata pelajaran fisika yang mereka nyatakan dalam wawancara.

ii. Alasan menyukai fisika

Keenam subjek memberikan alasan mengapa mereka menyukai fisika. Alasan yang sering muncul adalah bahwa mereka merasa “penasaran” terhadap persoalan fisika, seperti yang dikemukakan oleh S3, S4, dan S5.

Berikut adalah kutipan wawancara dengan S5:

Kutipan wawancara 3

P : Alasannya kenapa (menyukai fisika)?

S5 : karena menurut saya fisika membuat penasaran.

Rumus fisika itu lebih sulit daripada rumus-rumus

(65)

kehidupan sehari-hari, sebetulnya membuat

penasaran.

Sedangkan S4 mengemukakannya dalam kalimat yang

berbeda seperti kutipan wawancara dengan S4berikut.

Kutipan wawancara 4

P : Ada alasan khusus gak kenapa kamu senang fisika?

S4 : pertama soal tadi (sebelumnya S4 mengemukakan

tentang kesenangannya terhadap matematika dan

bahasa inggris), kedua kita tu ingin taunya kayak

beda kayak yang lain itu lo. Kalau orang lain kan

mikirnya, ngopo si, kok mikir e ora penting banget

sih.. kalau saya itu mikirnya, loh, ada “itu” kan karena fisika to, ini fisika dulu toh. Ngapain kita

belajar yang itu fisikanya belum ngerti.

Pada kutipan hasil wawancara 3 dan 4, keingintahuan subjek akan persoalan fisika ditegaskan pada kalimat yang digarisbawahi. S5 secara tegas menyatakan bahwa alasan dia

menyukai fisika adalah karena persoalan fisika membuat penasaran dan menimbulkan rasa ingin tahu untuk memecahkan persoalan tersebut. S4 menyatakan alasannya dengan

menggunakan istilah “ingin tahu”. S4 merasa keingintahuannya

terhadap persoalan fisika yang berbeda dengan persoalan lain yang membuat dia tertarik terhadap fisika.

(66)

Hal lain yang juga muncul sebagai alasan subjek merasa tertarik terhadap fisika adalah karena faktor guru. Tiga subjek yang menyatakan alasan mereka menyukai fisika karena faktor guru adalah S1, S3, dan S6. Untuk mahasiswa, faktor guru yang

dimaksud adalah guru ketika yang bersangkutan mulai tertarik terhadap fisika atau dengan kata lain adalah guru SMP/SMA mereka.

Berikut adalah kutipan-kutipan wawancara terhadap S1,

S3, dan S6.

Kutipan wawancara 5

P : itu senangnya kenapa? Kenapa fisika urutan ketiga?

S1 : ya.. senangnya itu karena gurunya itu apa, kalau

ngajar itu lucu, sering bisa bikin ketawa..

Kutipan wawancara 6

P : kapan kamu mulai tertarik sama fisika?

S3 : sejak masuk kelas 2 ini, ya lumayan dipahami. Kan

guru kelas 1 beda, sulit dipahami gurunya itu kalau

ngajar…

Kutipan wawancara 7

P : sejak kapan tertarik sama fisika?

S6 : sejak kelas 1 SMA karena gurunya juga waktu itu

ngajarnya enak, materinya ya lumayanlah…

Dari kutipan wawancara 5, 6, dan 7 dapat dikatakan bahwa guru memegang peranan penting dalam menumbuhkan minat atau ketertarikan peserta didik terhadap fisika. S1

menggambarkan sosok seorang guru yang humoris membuat dia tertarik terhadap fisika. S3 lebih menggambarkan sosok guru

(67)

yang dapat menyampaikan materi kepada siswa sehingga siswa dapat memahami materi fisika tersebut. S6 tidak menjelaskan

secara rinci guru seperti apa yang membuat dia tertarik terhadap fisika tetapi ini tetap menunjukkan bahwa faktor guru juga membuat dia tertarik terhadap fisika.

Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa faktor guru adalah salah satu alasan subjek yang menggungakan pendekatan mendalam dalam belajar fisika menjadi tertarik terhadap fisika.

Faktor lain yang menjadi alasan subjek tertarik terhadap fisika adalah adanya ketertarikan subjek dalam mengerjakan soal-soal fisika. Hal ini dinyatakan oleh S4 dan S6. Ketertarikan

mengerjakan soal seperti yang katakan oleh S6 bahwa model

soal yang menggunakan penalaran lebih membuat dia tertarik.

Berikut kutipan wawancara terhadap S6:

Kutipan wawancara 8

P : alasan kamu senang fisika?

S6 :ada ketertarikan tersendirilah, lebih senang

mengerjakan soal-soalnya itu lo mas.

Sebelumnya S6 juga diajukan pertanyaan mengapa dia

tertarik terhadap fisika. Lanjutan :

P : alasannya kenapa?

S6 : karena ada tantangan tersendiri, kalau matematika

kan gak pake penalaran, kalau fisika itu pake

penalaran, saya suka yang pake penalaran.

Dari kutipan wawancara 8 pernyataan yang mendukung bahwa salah satu alasan siswa tertarik terhadap fisika adalah ketertarikan dalam mengerjakan soal-soal fisika. Selanjutnya S6

(68)

mengerjakan soal-soal fisika, yaitu dia menyukai persoalan-persoalan yang menggunakan penalaran seperti potongan kalimat yang digarisbawahi pada lanjutan kutipan wawancara 8.

Ada 2 subjek yang memberikan alasan ketertarikan mereka terhadap fisika karena berhubungan dengan kehidupan sekitar, kehidupan sehari-hari yang mereka jalani. Mereka adalah S2dan S5.

Berikut kutipan wawancara dengan S2:

Kutipan wawancara 9

P : trus fisika kenapa ada pada urutan ke 3? Berarti kan

lumayan suka?

S2 : hmmm… fisika itukan terjadi di kehidupan

sehari-hari, ya kita bila perlu mempelajarinya agar di

kehidupan sehari-hari itu bisa mengerti segala hal.

Dari kutipan wawancara 9 dapat dikatakan bahwa seseorang yang menggunakan pendekatan mendalam dalam belajar fisika memiliki alasan terkait ketertarikannya terhadap fisika. S2 melihat fisika sebagai ilmu yang mempelajari segala

hal yang ada di sekitarnya dan itu membuatnya tertarik.

Selain alasan-alasan tersebut, ada alasan-alasan khusus yang membuat peserta didik menjadi tertarik terhadap fisika. Alasan khusus maksudnya adalah bahwa alasan tersebut bersifat khusus dan tidak muncul pada subjek lain. S6 menyebutkan

Gambar

Gambar 1. Model Pembelajaran 3P (Biggs dalam Chyun,2007)
Tabel 2.1 Dimensi Study Process Questionnaire (SPQ)
Tabel 3.1 Pembagian item dalam R-SPQ-2F
Tabel 3.3 Unidimensionalitas dan reliabilitas skala kecil R-SPQ-2F
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini, parameter yang digunakan merupakan parameter yang digunakan oleh pihak RSJ Atma Husada Mahakam Samarinda berupa data tingkatan yang telah

yang sering timbul pada pengkonsumsi rokok, selanjutnya terlihat pada tabel 4, dapat dibuat bentuk kolaborasi antara gejala penyakit yang ada terhadap penyesuaian

Rasa syukur dan terima kasih yang terdalam penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah mencurahkan begitu banyak rahmat dan berkat-Nya sehingga penulis dapat

[r]

Dalam hal Wajib Pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu dengan ditemukannya data baru dan atau data yang semula belum

[r]

Micro blog (twitter, plurk, pownce, twirxr, plazes, tweetpeek, dll) Sosial media meghapus batasan-batasan manusia untuk bersosialisasi, batasan ruang maupun waktu, dengan

Apabila pembelajaran sebelumnya dilakukan dengan menyajikan pokok berita dan ilustrasi gambar sebagai dasar penulisan teks berita siswa, pembelajaran menulis teks berita