• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Politik Internasional Pasca Pera

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Politik Internasional Pasca Pera"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

Kamboja atau Kampuchea merupakan negara di Asia Tenggara yang semula berbentuk Kerajaan di bawah kekuasaan Dinasti Khmer di Semenanjung Indo-China antara Abad Ke-11 dan Abad Ke-14. Rakyat Kamboja biasanya dikenal dengan sebutan Cambodian atau Khmer, yang mengacu pada etnis Khmer di negara tersebut. Negara anggota ASEAN yang terkenal dengan pagoda Angkor Wat ini berbatasan langsung dengan Thailand, Laos dan Vietnam. Sebagian besar rakyat Kamboja beragama Buddha Theravada, yang turun-temurun dianut oleh etnis Khmer. Namun, sebagian warganya juga ada yang beragama Islam dari keturunan muslim Cham.

(2)

BAB II PEMBAHASAN A. Perang Teluk

Pasca Perang Dunia II kebanyakan konflik besar yang terjadi berada di daerah Timur Tengah atau Asia Barat Daya. Salah satunya adalah Perang Teluk, perang ini terjadi dua kali. Disebut dengan Perang Teluk karena Perang ini berlangsung di daerah Teluk Persia yaitu negara Irak, Iran dan Kuwait. Berikut adalah pembahasannya.

1. Perang Teluk I

Perang Teluk I terjadi pada tanggal 22 September 1980, dimana pihak yang terlibat adalah Irak dan Iran. Sengketa ini memperebutkan perbatasan di Selat Shatt al Arab. Sengketa dan ketegangan sementara dapat diredakan dengan perjanjian Algeir pada tahun 1975, yang menyatakan bahwa Iran akan menghentikan dukungan kepada pemberontak Kurdi dan perbatasan irak-iran di Shatt al Arab akan digeser dari timur ke tengah perairan.

Secara jelasnya berikut adalah beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya Perang Teluk I.

a. Irak khawatir akan meluasnya pengaruh Revolusi Iran di bawah Imam Khomeni. Revolusi tersebut berhasil menggulingkan dinasti Reza Shah Pahlevi yang memerintha Iran dan mendirikan Republik Islam Iran yang dipelopori kaum Mullah (Ulama Syiah).

b. Irak secara sepihak membatalkan perjanjian dengan Iran, yaitu perjanjian Algier mengenai penguasaan bersama daerah Shat el Arab yang kaya akan minyak.

c. Ketika Irak dibawah Saddam Husein, dia ingin mengembalikan daerah yang pernah dikuasai oleh Kerajaan Babylonia.

(3)

itu Irak juga menuntut kembali untuk merundingkan perjanjian Algeir serta menuntut mengembalikan pulau di Selat Hormuz.

Ketegangan berlanjut ketika kedua belah pihak mengirim tentara di perbatasan kedua negara. Insiden tembak menembakpun terjadi pada tanggal 17 September 1980. Pada tanggal 22 September 1980 Irak mengerahkan pesawat tempur untuk menggempur Iran dan menandai pecahnya Perang Teluk I. Selanjutnya dibawah tekanan Internasional Irak dan Iran bersedia menghentikan tembak menembak dan mulai mengadakan perundingan. Perang pun akhirnya selesai setelah pada akhir Juli 1988 Iran menerima resolusi PBB yang disampaikan Sekjen PBB Javier Perez de Cuellar. Proses awal perdamaian dilaksanakan pada tanggal 20 Agustus 1988 saat dimulainya gencatan senjata yang diawasi pasukan khusus PBB.Perang Teluk I antara Iran dan Irak mengakibatkan hancurnya perekonomian di kedua negara tersebut; Irak banyak memiliki senjata dari Barat karena pengaruh Barat sebagian besar ada pada Irak; timbulnya perpecahan di negara-negara Arab ada yang pro-dan anti-Irak. 2. Perang Teluk II

Perang Teluk II merupakan perang antara Irak dan Kuwait. Irak yang melakukan serangan tak terduga berhasil dengan cepat munguasai Kuwait. Kuwait kemudian memintabantuan dari pasukan multinasional di bawah pimpinan Amerika Serikat. Adapun sebab-sebab terjadinya Perang Teluk II adalah sebagai berikut:

a. Invasi Irak ke Kuwait disebabkan oleh kemerosotan ekonomi Irak setelah Perang Delapan Tahun dengan Iran dalam Perang Teluk I. b. Ambisi pemimpin Irak Saddam Hussein untuk tampil sebagai

penguasa di negara-negara Arab.

(4)

d. Kuwait dituduh mencuri minyak Irak di ladang minyak Rumallah yang terletak di perbatasan kedua negara tersebut dan sedang dipersengketakan.

e. Penolakan Kuwait terhadap tuntutan Irak yang berupa:

1) tuntutan ganti rugi/kompensasi sebesar 16,4 miliar dolar Amerika; 2) dihapuskannya utang Irak kepada Kuwait sebesar 10 – 15 miliar

dolar Amerika;

3) memberikan daerah Rumallah dan Pulau Bubiyah yang kaya minyak kepada Irak.

f. Irak menganggap Kuwait sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Irak.

Irak melancarkan invasi ke Kuwait pada tanggal 2 Agustus 1990 dengan strategi gerak cepat. Emir Kuwait, Syeikh Jaber al Ahmed al Sabah segera meninggalkan negaranya dan Kuwait dijadikan provinsi ke-19 Irak dengan nama Saddamiyat Al-Mitla` pada tanggal 28 Agustus 1990. Kuwait pun berusaha membalasnya dengan serangan udara kecil terhadap posisi-posisi Irak pada tanggal 3 Agustus 1991 dari pangkalan yang dirahasiakan, namun semua itu tidak ada artinya. B. Kamboja

1. Persoalan Kamboja

Pada tahun 1432, Khmer dikuasai oleh Kerajaan Thai. Dewan Kerajaan Khmer memindahkan ibu kota dari Angkor ke Lovek, di mana kerajaan mendapat keuntungan besar karena Lovek adalah bandar pelabuhan. Pertahanan Khmer di Lovek akhirnya bisa dikuasai oleh Thai dan Vietnam, dan juga berakibat pada hilangnya sebagian besar daerah Khmer. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1594. Selama tiga abad berikutnya, Khmer dikuasai oleh raja-raja dari Thai dan Vietnam secara bergiliran.

(5)

hak kontrol Provinsi Battambang dan Siem Reap yang menjadi bagian dari Thai. Akhirnya, kedua daerah ini diberikan pada Kamboja pada tahun 1906 pada saat perjanjian perbatasan oleh Prancis dan Thai.

Dalam pemilihan nasional, Sangkum Ratrniyum memperoleh suara mayoritas dalam Dewan Nasional. Sihanouk berhasil mendominasi pandangan politik Kamboja dan berhasil memadamkan oposisi konservatif dan sisi radikal. Ancaman yang dihadapi pada masa Sihanouk, yaitu sebagai berikut:

a. Partai Komunis Khmer (KCP) yang dikenal dengan nama Khmer Merah;

b. ancaman dari negara tetangganya, yaitu Vietnam Selatan dan Thailand. Pada saat Perang Vietnam tahun 1960-an, Kerajaan Kamboja memilih untuk netral. Namun, hal ini tidak dibiarkan oleh petinggi militernya, yaitu Jendral Lon Nol dan Pangeran Sirik Matak yang merupakan aliansi pro-AS. Mereka pun menyingkirkan Norodom Sihanouk dari kekuasaannya. Dari Beijing, Norodom Sihanouk memutuskan untuk beraliansi dengan gerombolan Khmer Merah, yang bertujuan untuk menguasai kembali takhtanya yang direbut oleh Lon Nol. Hal inilah yang memicu perang saudara di Kamboja.

Pada tanggal 9 Oktober 1970 Lon Nol mengangkat dirinya sebagai presiden di Kamboja. Pada tahun 1975 Pol Pot dapat merebut kekuasaan Lon Nol. Pol Pot memegang kekuasaan pemerintahan di Kamboja dengan keras dengan melakukan tindakan, seperti setiap penduduk dipaksa untuk bekerja di ladang; semua kegiatan pertanian dan perusahaan dikuasai sepenuhnya oleh negara; semua praktik keagamaan dihapus.

(6)

sebagai perdana menteri. Pada tanggal 22 Juni 1982 Son San membentuk aliansi dengan Khieu Samphan wakil Pol Pot untuk bersama-sama menentang Heng Samrin. Pada tahun 1985 Sihanouk dan pasukannya menyerang Heng Samrin dan mengalami kekalahan dan terpaksa mundur serta masuk ke wilayah Thailand.

Untuk menyelesaikan masalah Kamboja, dunia internasional melakukan berbagai upaya. ASEAN termasuk organisasi regional di dunia yang ikut mengecam kehadiran pasukan Vietnam di Kamboja. Pemerintahan Hun Sen dituding sebagai bonekanya Vietnam. Makin kencang tudingan ASEAN terhadap Kamboja, makin lebar kerenggangan Kamboja dengan ASEAN. Sampai dengan awal 1980-an Kamboja masih diisolir oleh dunia internasional.

Dalam JIM itu hadir Pemimpin Kamboja Hun Sen, termasuk Heng Samrin. Heng Samrin adalah tokoh Khmer Merah pro-Cina yang digantikan Hun Sen, tokoh komunis Kamboja yang pro-Vietnam dan Uni Soviet. Juga hadir Raja Norodom Sihanouk dan beberapa tokoh pemimpin Kamboja. JIM akhirnya membuka jalan bagi perdamaian di Kamboja. Hasil-hasil JIM dibawa ketingkat Internasional di Paris yang dihadiri negara-negara ASEAN dan negara-negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB. Konfrensi ini dikenal dengan International Conference on Kampuchea yang berlangsung pada tanggal 30-31 Juli 1989. Hasilnya adalah dibentuk badan yang mengawasi penarikan mundur pasukan Vietnam dari Kamboja dan melakukan perjanjian damai.

Pada tahun 1991 pasukan perdamaian PBB melakukan pengamanan di Kamboja, bersamaan dengna itu Norodom Sihanouk kembali menduduki kepala negara. Pada tahun 1993 Norodom Sihanouk diangkat menjadi raja, bersamaan dengan itu dilaksanakan pemilihan umum. Pemilihan umum menghasilkan Hun Sen sebagai Perdana Menteri.

(7)

sebab di saat elite lainnya banyak meninggalkan Kamboja untuk penyelamatan diri dan kekuarga mereka, Hun Sen bertahan untuk menye-lamatkan bangsanya. Waktu, pikiran, dan dedikasinya hanya untuk Kamboja. Inilah yang membuat pembangunan di Kamboja berhasil. Kehidupan rakyat Kamboja berangsur berubah. Ibu kotanya Phnom Penh menggeliat. Dari sebuah negara miskin menjadi negara relatif berkecukupan.

Jika dahulu ASEAN mengucilkan Kamboja, maka belakangan merangkulnya. Akhirnya, legitimasi Hun Sen sebagai pemimpin Kamboja diberikan ASEAN. Pengakuan ASEAN dan dunia luar terhadap Hun Sen ditambah dengan dukungan rakyat dalam negeri membuat kepemimpinannya sangat kuat. Diterimanya Hun Sen oleh dunia luar membuat bekas gerilyawan ini menjadi lebih percaya diri menghadapi pemimpin dari negara manapun.

2. Penyelesaian Masalah Kamboja a. Konferensi Internasional

Serangan tentara Vietnam dan munculnya Heng Samrin sebagai penguasa di Kamboja, ternyata telah melahirkan masalah Kamboja yang terus berkepanjangan. Bahkan boleh dikatakan masalah ini merupakan sumber konflik antara Vietnam dengan negara-negara ASEAN, terutama dalam soal konsepsi dan strategi politiknya.

Berbagai langkah diplomasi telah pula dilakukan, tetapi sebegitu jauh belum mencapai hasil yang diharapkan. Vietnam masih tetap menempatkan sekitar 200.000 pasukannya di Kamboja. Satu-satunya hasil penting adalah dikeluarkannya resolusi Majelis Umum PBBno. 35 pada Oktober 1980 yang lalu, isinya agar Vietnam menarik pasukannya dari wilayah Kamboja.

b. Terbentuknya koalisi longgar

(8)

Masing-masing pihak memiliki konsep dan cara sendiri untuk menyelesaikan masalah Kamboja tersebut. ASEAN ingin menyelesaikan masalah kamboja ini dengan cara politis, damai dan rasional. Tetapi ada pihak-pihak lain yang ingin menyelesaikan masalah kamboja dengan cara-cara yang cenderung melalui cara-cara fisik atau militer, walaupun tidak menutup kemungkinan cara diplomasi. Cara ini telah dilontarkan oleh berbagai kelompok yang memiliki gerakan di kamboja untuk menentang rezim Heng Samrin yang didukung Vietnam.

Ada tiga kelompok yang melawan tentara vietnam di kamboja. Pertama, kelompok Khmer Merah yang berhaluan komunis dibawah pimpinan Kieu Samphan, Pol Pot dan Leng Sary. Kedua, kelompok non komunis dipimpin oleh Son Sannu. Ketiga, kelompok netralis Moulinika pimpinan Norodom Sihanouk. Ketiga kelompok tersebut terusmelakukan perlawanan teradap Vietnam.Khmer Merah dengan terus mengadakan perang gerilya, non komunis dengan melakukan perlawanan yang pusat kegiatannya di Muangthai, netralis dengan mengeluarkan stattement-stattement.

c. JIM (Jakarta Informal Meeting)

(9)

dukungan militer dan persenjataan terhadap masing-masing pihak yang bertikai di Kamboja.

Pertemuan ASEAN di Brunei pada tanggal 3-4 Juli 1989 telah memformulasikan suatu pijakan bersama atas konflik Kamboja sebagai hasil dari pertemuan JIM I dan JIM II.

d. Paris International Conference (PIC)

Paris International Conference di Paris, 30 Juli-30 Agustus 1989. Dihadiri 19 negara yangtermasuk P-5 (DK PBB), negara-negara ASEAN, dan empat faksi yang bertikai di Kamboja. Dengan hasil Pembentukan tim pencari fakta guna pembentukan ICM (International Control Mechanism) yang bertugas untuk pemantauan penarikan mundur pasukan Vietnam dan pelaksanaan gencatan senjata.

e. Paris International Conference on Cambodia

Paris International Conference on Cambodia pada23 Oktober 1991. Kesepakatan Paris telah muncul sebagai suatu kerangka kerja yang sah bagi penyelesaian konflik Kamboja sekaligus menjadi pertanda berakhirnya konflik berkepanjangan di Kamboja.

Kesepakatan Paris yang merupakan hasil akhir dari rangkaian proses perdamaian Kamboja selanjutnya menandai suatu awal baru bagi kehidupan Kamboja selanjutnya.

3. Dampak Konflik Kamboja a. Dampak Sosial

(10)

1) Dalam perang tersebut Vietnam kehilangan tentara lebih banyak dari pada saat perang melawan Amerika Serikat. Vietnam juga kehilangan banyak dana untuk membiayai perang ini, sehingga menyebabkan bencana kelaparan di Vietnam.

2) Dari pihak Kamboja, banyak penduduknya yang mengungsi ke perbatasan Kamboja-Thailand. Tentara dan penduduk Kamboja pun banyak terbunuh akibat perang tersebut.

3) Dampak bagi masyarakat ASEAN sendiri, mereka lebih banyak tergerak untuk memberikan bantuan. Banyak negara-negara di ASEAN yang berinisiatif untuk membantu menyelesaikan konflik. Berbagai bantuan juga telah diusahakan oleh ASEAN seperti bantuan diplomasi untuk menghentikan konflik, bantuan logistik dan bahan makanan untuk membantu para korban perang.

b. Dampak Politik

Salah satu dampak yang paling nampak adalah jatuhnya rezim Pol Pot yang dianggap sebagai diktator yang berkuasa di Kamboja. Kemudian Vietnam berusaha menanamkan komunismenya di Kamboja. Dalam konflik tersebut juga diwarnai peta kerjasama antara Vietnam yang pro dengan Uni Sovyet, dan Kamboja yang dekat dengan RRC, padahal waktu itu Vietnam sedang memusuhi RRC. Terjadilah elaborasi pemicu perang.

c. Dampak Diplomatik

Kemenangan Vietnam atas Amerika Serikat menimbulkan ketakutan bagi ASEAN akan tersebarnya komunisme di Asia Tenggara. Pada saat itu ASEAN bebas dari pengaruh komunisme dan takut Vietnam akan menanamkan pengaruh komunisnya di Asia Tenggara.

(11)

negara-negara di kawasan Asia Tenggara, maka banyak negara-negara yang berada di kawasan Asia Tenggara masuk ke dalam keanggotaan ASEAN. Hal tersebut juga menunjukkan kepercayaan negara-negara di kawasan Asia Tenggara kepada ASEAN sebagai organisasi yang bisa membawa mereka pada kondisi yang lebih baik.

d. Dampak Ekonomi

Tak bisa dipungkiri lagi bahwa dampak peperangan seperti mata rantai yang tidak bisa dipisahkan, dampak yang satu akan mempengaruhi yang lainnya. Seperti dampak perekonomian yang dipengaruhi juga keadaan sosial yang terjadi pada saat itu.

Dari segi ekonomi, Vietnam lah yang paling mengalami keterpurukan. Sebelumnya Vietnam tidak pernah menaksir berapa saja dana yang akan dikeluarkan untuk membiayai perang, sehingga Vietnam terus melakukan peminjaman ke negara seperti Uni Sovyet, padahal pinjaman tersebut memiliki bunga yang cukup besar karena kebijakan baru Gorbachev.

(12)

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Masalah Kamboja yang berkecamuk karena adanya instabilitas politik dan konflik antar faksi dalam negerinya hingga berkembang karena adanya intervensi dari Vietnam, merupakan konflik yang mengganggu stabilitas kawasan, khususnya Asia Tenggara, karena dilatarbelakangi oleh berbagai kepentingan. Untuk itu, demi mewujudkan perdamaian dunia, maka negara-negara yang merasa memiliki tanggung jawab untuk menjaga perdamaian dunia, ikut mengupayakan perdamaian di Kamboja. Mulai dari peranan ASEAN, PBB, dan beberapa negara lainnya. Namun begitu, di antara semua, Indonesia memiliki peranan yang sangat signifikan dalam perwujudan perdamaian di Kamboja, hal ini dibuktikan dengan keikutsertaan Indonesia dalam setiap perundingan perdamaian Kamboja dari awal hingga akhirnya tercapai kesepatakan di Paris.

Referensi

Dokumen terkait

Partisipasi horizontal, masyarakat mempunyai prakarsa dimana setiap anggota atau kelompok masyarakat berpartisipasi horizontal satu dengan yang lainnya. Pasal

Meskipun kita dapat berbicara temang penanda dan petanda (konsep) seolah-olah sebagai suatu emitas yang terpisah , keduanya hanya muncul sebagai komponen suatu

“Making Indonesia 4.0” membawa dampak ekonomi dan peluang kerja positif1 Implementasi Making Indonesia 4.0 yang sukses diperkirakan akan mendorong pertumbuhan PDB riil sebesar 1-2

Komplek batuan ofiolit di daerah Sodongparat dapat dibedakan atas peridotit, gabro dan basal yang ber- umur Pra-Tersier, yang ditutupi oleh batuan sedimen

Matriks Rencana Terpadu dan Program Investrasi Infrastruktur Jangka Menengah Bidang Cipta Karya (RPI2JM Bidang CK) Kabupaten Belitung Timurc. kapitulasi dari

Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap dokumen legalitas bahan baku yang diterima dari pengrajin, penerimaan barang setengah jadi yang diterima Auditee bahan

Otak merupakan pusat penerima pesan (impuls sensorik) dan sekaligus merupakan pusat pengirim pesan (impuls motorik)% Otak ialah rangkaian  berjutajuta neuron% Pada

Dari data-data yang telah ditampilkan di atas didapatkan kesimpulan bahwa tidak terdapat perubahan yang bermakna terhadap jumlah trombosit yang diberikan sebagai profilaksis