• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG SENTRALAND SEMARANG JALAN KI MANGUNSARKORO NO. 36 SEMARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG SENTRALAND SEMARANG JALAN KI MANGUNSARKORO NO. 36 SEMARANG"

Copied!
166
0
0

Teks penuh

(1)

i

Laporan Praktik Kerja

PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG

SENTRALAND SEMARANG

JALAN KI MANGUNSARKORO NO. 36 SEMARANG

Disusun Oleh : Dita Martha Christianti

12.12.0003

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

SEMARANG

(2)
(3)

iii

LAMPIRAN KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

Nomor : 0047/SK.rek/X/2013 Tanggal : 07 Oktober 2013

Tentang : PERNYATAAN KEASLIAN LAPORAN PRAKTIK KERJA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG SENTRALAND SEMARANG

PERNYATAAN KEASLIAN LAPORAN PRAKTIK KERJA

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam laporan yang berjudul “Proyek Pembangunan Gedung Sentraland Semarang Jalan Ki Mangunsarkoro No. 36 Semarang” ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh nilai mata kuliah praktik kerja, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari ternyata terbukti bahwa laporan praktik kerja ini sebagian atau seluruhnya merupakan hasil plagiasi, maka saya rela untuk dibatalkan, dengan segala akibat hukumnya sesuai peraturan yang berlaku pada Univesitas Katolik Soegijapranata dan/atau peraturan perundang – undangan yang berlaku.

.

Semarang, November 2015

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas kesempatan dan berkat yang telah diberikan-Nya kepada penulis sehingga laporan praktik kerja yang berjudul Proyek Pembangunan Gedung Sentraland Semarang dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Laporan praktik kerja ini disusun penulis sebagai salah satu syarat untuk menempuh kegiatan perkuliahan serta syarat memperoleh gelar sarjana dalam Program Studi Teknik Sipil Universitas Katolik Soegijapranata Semarang. Selain itu, laporan ini juga dibuat dengan maksud untuk menyampaikan ilmu yang telah penulis terima selama penulis melakukan praktik kerja dari 1 Agustus 2015 – 30 Oktober 2015. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah turut andil membantu penulis menyusun laporan ini, yaitu kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Djoko Suwarno, M.Si. selaku Dekan Fakultas Teknik Sipil Universitas Katolik Soegijapranata sekaligus dosen pembimbing praktik kerja yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan selama penulis melaksanakan praktik kerja hingga penyusunan laporan praktik kerja 2. PT. Jakarta Rencana Selaras yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis untuk praktik kerja di Proyek Pembangunan Gedung Sentraland Semarang serta memberi banyak pelajaran berharga kepada penulis tentang dunia kerja

3. Bapak Ahmad Tathur Mu’thi, Amd. selaku pembimbing lapangan dari PT. Jakarta Rencana Selaras yang banyak membantu dan membimbing penulis selama menjalani praktik kerja

4. Kho Wilson Khoenadi dan Itok Agha Virnanda, yang telah bersama-sama dengan penulis mengumpulkan serta mengolah data yang didapat dalam kegiatan praktik kerja

5. Orang tua yang memberi dukungan dan semangat kepada penulis,dan 6. Semua pihak yang banyak membantu penulis, baik secara moril maupun

(5)

v Penulis juga menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan laporan ini. Akhir kata, penulis juga berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca khususnya bagi pembaca dari kalangan Teknik Sipil.

Semarang, November 2015

(6)

vi

KARTU ASISTENSI

(7)

vii

(8)

viii

(9)

ix

(10)

x

(11)

xi

(12)

xii

(13)

xiii

(14)

xiv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ··· i

HALAMAN PENGESAHAN ··· ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN LAPORAN PRAKTIK KERJA ··· iii

KATA PENGANTAR ··· iv

KARTU ASISTENSI PRAKTIK KERJA ··· vi

SURAT PERMOHONAN IJIN PRAKTIK KERJA ··· viii

SURAT KETERANGAN DITERIMA PRAKTIK KERJA ··· ix

SURAT PERINTAH PRAKTIK KERJA ··· x

SURAT BIMBINGAN PRAKTIK KERJA ··· xi

SURAT KETERANGAN SELESAI PRAKTIK KERJA ··· xii

SURAT UCAPAN TERIMA KASIH ··· xiii

2.5.1 Hubungan Kerja Pemilik Proyek dengan Konsultan Perencana ···· 17

2.5.2 Hubungan Kerja Pemilik Proyek dengan Manajemen Konstruksi (Pengawas) ··· 17

2.5.3 Hubungan Kerja Pemilik Proyek dengan Kontraktor ··· 18

2.5.4 Hubungan Kerja Konsultan Perencana dengan Kontraktor ··· 18

2.5.5 Hubungan Kerja Manajemen Konstruksi (Pengawas) dengan Kontraktor ··· 18

BAB III PELAKSANAAN ··· 20

(15)

xv

3.6.1 Pengendalian Mutu (Quality Control) ··· 123

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Fungsi Bangunan Sentraland Semarang tiap Lantai ··· 5

Tabel 3.1 Tipe Pile Cap ··· 23

Tabel 3.2 Tabel Penulangan Kolom ··· 35

Tabel 3.3 Tabel Penulangan Balok ··· 49

(17)
(18)

xviii

Gambar 3.50 Hasil Akhir setelah Perancah dan Bekisting Terpasang ··· 68

Gambar 3.51 Hasil Metode Chemset untuk Balok Tangga ··· 69

Gambar 3.59 Pemasangan Tulangan Horizontal Dinding Parapet ··· 74

(19)

xix

Gambar 3.100c Pengaplikasian Skimcoat pada Dinding Beton ··· 113

Gambar 3.101 Batako ··· 114

Gambar 3.102a Mortar Utama Berat 40 Kg ··· 115

Gambar 3.102b Dry Mix (Thinbed 101) Berat 40 Kg ··· 115

Gambar 3.103a Pasir (Agregat Halus) ··· 116

(20)

xx

Gambar 3.104a Lem Perekat HILTI HIT-RE 500 ··· 118

Gambar 3.104b Pengaplikasian Lem Perekat pada Beton ··· 118

Gambar 3.105a Besi Cakar Ayam ··· 119

Gambar 3.105b Pengaplikasian Besi Cakar Ayam pada Plat Lantai ··· 119

Gambar 3.106a Pipa Instalasi ··· 120

Gambar 3.109a Proses Pengambilan Beton Ready Mix untuk Slump Test dari Truck ··· 124

Gambar 3.113 Perbandingan Kurva S Rencana dengan Kurva Realisasi Bulan Agustus-Oktober 2015 ··· 131

Gambar 3.114 Alat-Alat Penyedot Air ··· 134

Gambar 3.115a Pekerja Tidak Menggunakan Helm Proyek dan Sarung Tangan saat Pembesian ··· 135

Gambar 3.115b Pekerja Tidak Menggunakan Helm Proyek ··· 135

Gambar 3.116a Spanduk Ajakan Menggunakan APD pada Tangga Pekerja ··· 135

Gambar 3.116b Spanduk Ajakan Menggunakan APD di Area Depan Proyek ···· 135

Gambar 3.117 Papan Peringatan Menggunakan APD pada Pintu Masuk Proyek 136 Gambar 3.118 Tempat Sampah ··· 136

Gambar 3.119 Pisau Pemotong masih Menempel pada Plat Lantai 9 Zona A ··· 137

Gambar 3.120 Akibat Robohnya Bekisting Plat Lantai dan Balok ··· 138

Gambar 3.121 Akibat Perancah Kurang Perkuatan ··· 138

(21)

xxi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Gambar Site Plan ··· L-01 Lampiran 2 Gambar Tampak Proyek Sentraland Semarang ··· L-02 Lampiran 3 Gambar Potongan Proyek Sentraland Semarang ··· L-03 Lampiran 4 Gambar Denah Proyek Sentraland Semarang ··· L-04 Lampiran 5 Resume Jumlah Tiang Pancang ··· L-05 Lampiran 6 Denah Spun Pile dan Pile Cap ··· L-06 Lampiran 7 Contoh Perhitungan Konversi Tulangan PT.Wijaya Karya

Gedung ··· L-07 Lampiran 8 Denah dan Detail Tie Beam Area Groundtank ··· L-08 Lampiran 9 Denah dan Detail Retaining Wall··· L-09 Lampiran 10 Denah dan Detail Kolom ··· L-10 Lampiran 11 Denah dan Detail Balok ··· L-11 Lampiran 12 Denah Balok Ekspose ··· L-12 Lampiran 13 Denah dan Detail Shear Wall ··· L-13 Lampiran 14 Denah dan Potongan Tangga B ··· L-14 Lampiran 15 Denah Pasangan Dinding ··· L-15 Lampiran 16 Contoh MonitoringReady Mix ··· L-16 Lampiran 17 Contoh Laporan Hasil Uji Kuat Tekan Beton Laboratorium

Universitas Diponegoro Semarang ··· L-17 Lampiran 18 Contoh Laporan Hasil Uji Kuat Tekan Beton PT. Holcim Beton L-18 Lampiran 19 Contoh Laporan Hasil Uji Kuat Tekan Beton PT. SCG

(22)

`1 Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Gedung Sentraland Semarang Jalan Ki Mangunsarkoro No.36 Semarang

Dita Martha Christianti – 12.12.0003 Universitas Katolik Soegijapranata

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Proyek

Jumlah penduduk Jawa Tengah pada tahun 2013 menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah mencapai 35 juta jiwa termasuk jumlah penduduk di Kota Semarang yang mencapai 1,6 juta jiwa. Hal itu, berdampak pada kebutuhan tempat tinggal masyarakatnya. Namun, pesatnya pertumbuhan penduduk di Kota Semarang tiap tahunnya juga diimbangi dengan berkembangnya perekonomian kota ini yang terbukti lewat daya beli warganya yang tinggi. Hal tersebut membuat makin banyak developer properti yang bermunculan akibat melihat adanya peluang untuk mengembangkan konsep tempat tinggal yang baru di Kota Semarang seperti halnya apartemen yang menawarkan kemewahan, kenyamanan, kemudahan serta lokasi yang strategis.

Perusahaan Umum Perumahan Nasional (Perum Perumnas), sebuah perusahaan milik negara yang dulu sangat indentik dengan proyek pembanguan rumah tapak, melalui anak perusahaannya yaitu PT. Propernas Griya Utama (PGU) menjadi salah satu perusahaan yang juga mulai melirik peluang bisnis properti tersebut, terutama bisnis properti untuk kalangan kelas menengah atas di Kota Semarang yang terbilang belum terlalu banyak layaknya di Kota Jakarta yang memiliki konsep mixed use building.

(23)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Gedung Sentraland Semarang Jalan Ki Mangunsarkoro No.36 Semarang

Dita Martha Christianti – 12.12.0003 2

Universitas Katolik Soegijapranata

dapat memiliki daya jual yang tinggi karena keunggulan yang dimiliki seperti lokasinya yang sangat strategis karena berada di pusat kota yang merupakan central business district

1.2 Lokasi Proyek

Kota Semarang.

Lokasi proyek pembangunan gedung Sentraland Semarang beralamat di Jalan Ki Mangunsarkoro No. 36 Semarang, Jawa Tengah. Secara geografis, letak proyeknya dibatasi oleh beberapa wilayah, yaitu:

a. Sebelah Utara : Jalan Cipta Karya, KPP Pratama Semarang Timur dan Kementrian Keuangan Republik Indonesia b. Sebelah Timur : SD Negeri Karang Kidul

c. Sebelah Barat : Jalan Ki Mangunsarkoro, Kantor Kementrian Agraria dan Tata Ruang Badan Pertanahan Nasional d. Sebelah Selatan : Admiral Ballroom (Restoran Sixteen 8)

Gambar 1.1 Peta Lokasi Proyek Sumber: Google Maps, 8 September 2015

(24)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Gedung Sentraland Semarang Jalan Ki Mangunsarkoro No.36 Semarang

Dita Martha Christianti – 12.12.0003 3

Universitas Katolik Soegijapranata

Gambar 1.2 Peta Google Satelit Lokasi Proyek Sentraland Sumber: Google Earth, 8 September 2015

1.3 Fungsi Bangunan

Fungsi bangunan dari Sentraland Semarang yang menurut rencana akan dijadikan sebagai apartemen, hotel, condotel (suatu bangunan layaknya apartemen yang dimiliki oleh para investor yang selanjutnya dapat diserahkan ke pihak hotel agar dapat dikelola oleh pihak hotel untuk di pasarkan dan disewakan kepada para tamu hotel), ruang kantor, pusat perbelanjaan dan hiburan ini keseluruhan memiliki 21 (dua puluh satu) lantai yang di dalamnya juga termasuk semi basemen, ground floor, upper ground floor dan roof yang terbagi dalam 3 zona yaitu zona A, zona B dan zona C seperti yang terlihat di gambar 1.3.

Zona C

(25)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Gedung Sentraland Semarang Jalan Ki Mangunsarkoro No.36 Semarang

Dita Martha Christianti – 12.12.0003 4

Universitas Katolik Soegijapranata

Gambar 1.3 Pembagian Zona Proyek Sentraland Semarang

(26)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Gedung Sentraland Semarang Jalan Ki Mangunsarkoro No.36 Semarang

Dita Martha Christianti – 12.12.0003 5

Universitas Katolik Soegijapranata

Tabel 1.1 Fungsi Bangunan Sentraland Semarang tiap Lantai

Sumber: Shop Drawing Proyek Sentraland Semarang yang di Modifikasi, 2015

1.4 Tata Cara Pelelangan

Menurut Suteja (2011), pelelangan atau tender merupakan suatu proses yang biasa dilakukan oleh pemilik proyek/owner. Pelelangan biasa dilakukan karena nominal proyek cukup besar misalnya pelelangan untuk proyek yang nominalnya hingga milyaran maupun triliunan rupiah, untuk mendapatkan/memilih kontraktor yang masuk dalam kriteria dan persyaratan yang telah ditetapkan sebelumnya oleh owner agar didapat pelaksana pembangunan yang terbaik dengan harga yang wajar. Tender akan dilaksanakan oleh pemilik proyek dengan cara mengundang beberapa

Zona A Zona B Zona C

+9500 1 Mall Parkir Mobil, Mall, Toilet Parkir Mobil, Mall

+18500 3 Parkir Mobil Parkir Mobil Parkir Mobil +21500 4 Parkir Mobil Parkir Mobil, Toilet Parkir Mobil

+29500 6 Office, Toilet Office, Pool Service Apartemen

+37500 8 Hotel, Roof Garden Condotel Apartemen

+40800 9 Hotel Condotel Apartemen

+44100 10 Hotel Condotel Apartemen

+47400 11 Hotel Condotel Apartemen

+50700 12 Hotel Condotel Apartemen

+54000 13 Hotel, Roof Garden Condotel Apartemen

+57300 14 Hotel Condotel Apartemen

+60600 15 Hotel Condotel Apartemen

+63900 16 Hotel Condotel Apartemen

+67200 17 Hotel, Roof Garden Condotel Apartemen, Roof Garden

+70500 Atap Roof Garden Roof Garden Roof Garden

Mall

Reception and Lounge,

Coffee Shop, Toilet, Apartement, Pool Apartemen 7

+33500

Parkir Mobil, Mall, Mushola,

Toilet Parkir Mobil, Mall

Parkir Motor, Parkir Mobil, Ruang Genset

Parkir Motor, Parkir Mobil,

Mall, Toilet Parkir Mobil, Mall Mall

Upper Ground Floor

+5000

(27)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Gedung Sentraland Semarang Jalan Ki Mangunsarkoro No.36 Semarang

Dita Martha Christianti – 12.12.0003 6

Universitas Katolik Soegijapranata

pelaksana pembangunan untuk mendapatkan satu pemenang yang mampu melaksanakan pembangunan sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan dan nantinya dapat dipertanggungjawabkan dari segi mutu maupun waktu pelaksanaannya.

Terdapat 4 macam metode pelelangan yang biasanya dilakukan oleh pemilik proyek untuk mendapatkan pelaksana pembangunannya (Suteja, 2011), yaitu:

a. Pelelangan umum

Pelelangan umum adalah suatu metode pelelangan yang dilakukan oleh pemilik proyek secara terbuka. Dalam pelelangan umum, pengumuman akan diadakannya lelang di umumkan secara luas melalui media massa dan papan pengumuman resmi sehingga nantinya semua perusahaan yang berminat dan masuk dalam persyaratan yang telah ditentukan oleh pemilik proyek dapat mengikuti pelelangan ini.

b. Pelelangan terbatas

Pelelangan terbatas merupakan suatu metode pelelangan yang akan dilakukan oleh pemilik proyek bila pada kenyataannya jumlah penyedia barang dan jasa yang mampu melaksanakan pekerjaan yang di lelangkan terbatas. Namun pada sistem pelelangan ini, pemilik proyek juga tetap harus mengumumkan secara luas akan diadakannya lelang melalui media massa dan papan pengumuman resmi layaknya mengumumkan pelelangan umum dengan mencantumkan nama perusahaan penyedia barang dan jasa yang diyakini mampu melaksanakan proyek tersebut, guna memberi kesempatan kepada penyedia barang dan jasa lainnya yang juga memenuhi kualifikasi seperti nama perusahaan yang dicantumkan. c. Pelelangan langsung

(28)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Gedung Sentraland Semarang Jalan Ki Mangunsarkoro No.36 Semarang

Dita Martha Christianti – 12.12.0003 7

Universitas Katolik Soegijapranata

mengadakan pelelangan. Pelelangan langsung dilakukan oleh pemilik proyek dengan membandingkan sebanyak-banyaknya penawaran, setidaknya terdapat 3 penawaran dari penyedia barang dan jasa yang telah lulus prakualifikasi, serta dilakukakan negosiasi baik teknis maupun biaya yang sebelumnya juga harus diumumkan akan diadakannya lelang minimal melalui papan pengumuman resmi maupun melalui internet. d. Penunjukan langsung

Penunjukan langsung dilakukan oleh pemilik proyek dalam keadaan tertentu dan dalam keadaan khusus karena metode ini dilakukan terhadap satu penyedia barang dan jasa dengan cara melakukan negosiasi baik teknis maupun biaya antara penyedia barang dan jasa dengan pemilik proyek sehingga diperoleh harga yang wajar dan secara teknis dapat dipertanggungjawabkan hasilnya. Tahapan/proses penunjukan langsung adalah sebagai berikut:

a. Tahapan prakualifikasi

b. Tahapan permintaan penawaran dan negosiasi harga c. Tahapan penetapan penunjukan langsung

d. Tahapan penunjukan penyedia barang dan jasa e. Tahapan pengaduan

f. Tahapan penandatanganan kontrak.

(29)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Gedung Sentraland Semarang Jalan Ki Mangunsarkoro No.36 Semarang

Dita Martha Christianti – 12.12.0003 8

Universitas Katolik Soegijapranata

sebagai konsultan detailed engineering design yang bertugas untuk mendetail gambar rencana dan melakukan revisi gambar untuk menyesuaikan kondisi di lapangan dari gambar yang dibuat oleh konsultan pra rancangan yaitu PT. Nusapratama Dwi Charisma. PGU juga menunjuk PT. Jakarta Rencana Selaras sebagai manajemen konstruksi yang sekaligus bertugas mengawasi jalannya dan mengawasi pekerjaan PT. Wijaya Karya Gedung sebagai kontraktor pelaksana struktur dan PT. Indospec sebagai kontraktor

Mechanical Electrical Plumbing (MEP) yang ditunjuk pula oleh PGU.

(30)

`9 Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Gedung Sentraland Semarang Jalan Ki Mangunsarkoro No.36 Semarang

Dita Martha Christianti – 12.12.0003 Universitas Katolik Soegijapranata

BAB II

PENGELOLA PROYEK

Setiap proyek konstruksi selalu diawali dari munculnya sebuah ide, perencanaan hingga ke tahap pelaksanaan. Pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proyek konstruksi dari fase perencanaan sampai dengan pelaksanaan terdiri dari pemilik proyek (owner), konsultan perencana, manajemen konstruksi dan pihak kontraktor.

2.1 Pemilik Proyek (Owner)

Pemilik proyek (owner) merupakan seorang atau sebuah badan yang memiliki proyek dan modal untuk pembangunannya. Pemilik proyek merupakan pihak yang nantinya akan membayar semua biaya pekerjaan yang telah dikerjakan oleh penyedia jasa dengan modal yang dimilikinya (Setiadi, 2009). Sedangkan menurut Rachmayani (2012), pemilik proyek adalah seseorang atau instansi baik pemerintah maupun swasta yang memiliki proyek atau pekerjaan dan memberikannya kepada pihak lain yang mampu melaksanakannya sesuai dengan perjanjian kontrak kerja. Pada umumnya, untuk proyek dengan nominal yang besar dan proyek milik pemerintah, proyek tersebut diberikan kepada penyedia jasa setelah melalui proses pelelangan oleh pemilik proyek agar dapat dikerjakan sesuai dengan permintaan pemilik proyek.

(31)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Gedung Sentraland Semarang Jalan Ki Mangunsarkoro No.36 Semarang

Dita Martha Christianti – 12.12.0003 10

Universitas Katolik Soegijapranata

baru menetapkan PT. Jakarta Rencana Selaras (JRS) yang dipilih secara langsung sebagai manajemen konstruksi dalam proyek tersebut.

Tugas dan wewenang pemilik proyek sebagai pemberi pekerjaan adalah: a. Menyediakan lahan untuk pembangunan proyek

b. Menyediakan dana atau biaya untuk proyek dari tahap perencanaan hingga tahap pelaksanaan proyek selesai

c. Menunjuk atau memilih penyedia jasa yang dapat melaksanakan proyek sesuai dengan persyaratan dan kualifikasi pemilik proyek yang terdiri dari konsultan dan kontraktor

d. Membayar pihak penyedia jasa sebesar biaya yang telah disepakati kedua belah pihak sebelumnya

e. Memberikan hasil lelang secara tertulis kepada masing-masing peserta lelang setelah didapatkannya pemenang lelang

f. Meminta laporan harian, mingguan, dan bulanan mengenai pelaksanaan proyek yang sedang dikerjakan di lapangan serta meminta laporan perkembangan pekerjaan di lapangan apakah sesuai dengan rencana/mengalami keterlambatan kepada konsultan pengawas maupun kepada staff bagian manajemen konstruksi (MK), seperti halnya yang terjadi dalam proyek ini. Pemilik proyek meminta langsung laporan kepada pihak JRS selaku MK baik dalam bentuk tertulis maupun melalui sebuah paparan dari pihak JRS kepada PGU yang dilakukan tiap minggunya

g. Memberikan fasilitas berupa sarana maupun prasarana yang dibutuhkan oleh pelaksana proyek untuk kelancaran pekerjaan yang sedang dilaksanakan agar diperoleh hasil sesuai dengan rencana

(32)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Gedung Sentraland Semarang Jalan Ki Mangunsarkoro No.36 Semarang

Dita Martha Christianti – 12.12.0003 11

Universitas Katolik Soegijapranata

i. Mengesahkan ataupun menolak suatu perubahan dalam pekerjaan yang telah direncanakan. Di lapangan, hal itu dilakukan oleh MK selaku wakil dari pemilik proyek

j. Menerima pekerjaan yang telah selesai dilaksanakan oleh kontraktor jika hasilnya telah sesuai dengan perencanaan

k. Meminta pertanggungjawaban kepada para pelaksana proyek atas pekerjaan konstruksinya

l. Memutuskan hubungan pekerjaan dan mengambil alih pekerjaan yang sedang dilaksanakan secara sepihak dengan memberitahu secara tertulis kepada pihak penyedia jasa (kontraktor/konsultan) jika terjadi hal-hal di luar perjanjian kontrak yang telah ditentukan sebelum proyek berjalan. Misalnya, pelaksanaan pembangunan tidak menggunakan material dan bahan yang disebutkan di dalam Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS).

2.2 Konsultan Perencana

Konsultan perencana merupakan suatu badan maupun perorangan yang ditunjuk dan diberi tugas oleh pemilik proyek untuk membuat perencanaan bangunan/mendesain sesuai dengan yang pemilik proyek inginkan (Setiadi, 2009). Sedangkan menurut Hayati (2010), konsultan perencana adalah pihak yang dipercaya oleh pemilik proyek untuk melaksanakan proses desain berupa ide atau gagasan dari pemilik proyek yang dituangkan dalam bentuk gambar serta perhitungan. Oleh sebab itu konsultan perencana dituntut untuk mendesain secara lengkap dari segi struktur, arsitektur, mechanical dan

electrical maupun semua bidang yang berkaitan dengan rencana bangunan

(33)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Gedung Sentraland Semarang Jalan Ki Mangunsarkoro No.36 Semarang

Dita Martha Christianti – 12.12.0003 12

Universitas Katolik Soegijapranata

Tugas dan tanggung jawab dari konsultan perencana dalam suatu proyek adalah:

a. Membuat perencanaan secara lengkap berupa gambar pra rancangan yang diinginkan oleh pemilik proyek sesuai dengan keadaan di lapangan, membuat rencana pelaksanaan proyek, membuat rencana anggaran biaya (RAB) serta rencana kerja dan syarat-syarat pelaksanaan bangunan (RKS) yang di dalamnya mencakup perkiraan dari jenis material yang digunakan dan jumlah sumber daya yang dibutuhkan dalam suatu proyek

b. Membuat revisi gambar bila terjadi perubahan rencana oleh pemilik proyek sebelum proyek tersebut dilelangkan dan sebelum diserahkan kepada pemenang lelang sebagai pelaksana di lapangan

c. Memberikan jawaban serta penjelasan kepada kontraktor tentang hal-hal yang kurang jelas berhubungan dengan gambar rencana

d. Konsultan perencana ikut bertanggung jawab jika terbukti terjadi kesalahan desain maupun kesalahan perhitungan struktur yang dibuat oleh perencana atau orang-orang yang terlibat di dalam perencana, yang menyebabkan terjadinya kegagalan konstruksi serta menyebabkan kerugian bagi pemilik proyek. Oleh sebab itu seorang perencana dituntut untuk lebih teliti dalam merencakan suatu bangunan dengan menggunakan keahliannya sebaik mungkin.

2.3 Manajemen Konstruksi

(34)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Gedung Sentraland Semarang Jalan Ki Mangunsarkoro No.36 Semarang

Dita Martha Christianti – 12.12.0003 13

Universitas Katolik Soegijapranata

Tugas dan tanggung jawab manajemen konstruksi (MK) adalah sebagai berikut:

a. Melakukan pengawasan secara rutin pelaksanaan proyek di lapangan b. Sebagai wakil dari pemilik proyek di lapangan, MK memiliki tugas untuk

menegur baik secara langsung maupun melalui surat pemberitahuan kepada pelaksana pembangunan jika terjadi kesalahan maupun penyimpangan di lapangan agar dapat diperbaiki pekerjaannya

c. Menghentikan sementara/memerintahkan untuk mengulangi pekerjaan yang dilakukan oleh kontraktor bila terjadi suatu kesalahan maupun penyimpangan

d. Mengarahkan/memberi saran serta pertimbangan kepada kontraktor agar dapat menyelesaikan proyek tepat waktu sesuai dengan rencana karena MK memiliki spesialisasi dalam hal pengendalian, baik dari segi waktu, kuantitas maupun kualitas yang dilakukan oleh pelaksana di lapangan e. Spesialisasi MK dalam bidang pengendalian, membuat MK harus dapat

mengendalikan material/peralatan yang didatangkan dan yang akan diaplikasikan di lapangan oleh pelaksana dengan cara menerima maupun menolak jika tidak sesuai dengan yang direncanakan

f. Mengoreksi gambar pelaksanaan (shop drawing) yang akan dilaksanakan kontraktor serta mengoreksi pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh kontraktor agar hasilnya sesuai dengan kontrak kerja yang telah disepakati sebelumya

g. Mengatasi dan memecahkan suatu permasalahan yang timbul di lapangan agar dicapai hasil akhir yang sesuai dengan yang diharapkan yaitu harus sesuai dengan kualitas, kuantitas serta waktu pelaksanaan yang telah ditetapkan

h. Bertanggung jawab kepada pemilik proyek

(35)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Gedung Sentraland Semarang Jalan Ki Mangunsarkoro No.36 Semarang

Dita Martha Christianti – 12.12.0003 14

Universitas Katolik Soegijapranata

pelaksana di lapangan terhadap time schedule yang ada. Bila terjadi keterlambatan maka prestasi akan menurun. Namun jika pekerjaan yang dilakukan pelaksana lebih cepat dari time schedule yang membuat prestasi dari pelaksana meningkat

j. Melakukan perubahan-perubahan pekerjaan dengan menerbitkan berita acara perubahan (site instruction)

k. Menghindari kesalahan yang mungkin terjadi sedini mungkin serta menghindari pembengkakan biaya

l. Harus selalu mengkoordinasi dan mengendalikan kegiatan konstruksi antar berbagai bidang agar pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan dengan lancar.

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI MANAJEMEN KONSTRUKSI PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG SENTRALAND SEMARANG

(36)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Gedung Sentraland Semarang Jalan Ki Mangunsarkoro No.36 Semarang

Dita Martha Christianti – 12.12.0003 15

Universitas Katolik Soegijapranata

Dari gambar 2.1 mengenai bagan struktur organisasi manajemen konstruksi yang ada di dalam proyek, terlihat bahwa tugas dari masing-masing jabatannya adalah sebagai berikut:

a. Direktur proyek memiliki tugas utama untuk memimpin seluruh kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh JRS selaku MK di dalam proyek

b. Koordinator MK memiliki tugas untuk mengkoordinasi seluruh kegiatan dalam tim baik itu di lapangan maupun di kantor, memimpin jalannya rapat koordinasi yang dilakukan MK di lapangan serta bertanggung jawab atas tercapainya pelaksanaan proyek yang diinginkan oleh pemilik proyek

c. Manager konstruksi dalam proyek ini juga dapat disebut sebagai wakil

dari koordinator MK di lapangan, sehingga manager konstruksi memiliki tugas untuk mengkoordinasi para koordinator dari masing-masing group inspektor MK. Selain itu, manager konstruksi juga memiliki tugas untuk memeriksa dan memberikan persetujuan terhadap setiap laporan yang berhubungan dengan kemajuan proyek, ijin pelaksanaan kerja maupun metode kerja yang diajukan oleh pelaksana pembangunan. Di dalam proyek ini, kedudukan manager konstruksi diduduki oleh orang yang sama dalam koordinator group inspektor sipil yaitu oleh bapak Ir. Drs. Sutarno, MT.

d. Administrasi proyek memiliki tugas utama untuk mengurus segala sesuatu tentang administrasi proyek dan mengurus segala bentuk perijinan baik perijinan untuk melakukan lembur maupun cor dari pelaksana pembangunan, perijinan penggunaan material, bahan, maupun shop

drawing serta mengontrol progres dari pelaksanaan proyek

e. Group inspektor yang terdiri dari group inspektor sipil, group inspektor

mechanical electrical plumbing (MEP) dan group inspektor arsitektur

(37)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Gedung Sentraland Semarang Jalan Ki Mangunsarkoro No.36 Semarang

Dita Martha Christianti – 12.12.0003 16

Universitas Katolik Soegijapranata

perkembangan proyek tiap harian, mingguan, bulanan sesuai bidangnya masing-masing.

2.4 Kontraktor

Kontraktor merupakan suatu badan yang menerima pekerjaan dari pemilik proyek. Kontraktor menjadi pihak yang bertugas untuk melaksanakan pekerjaan di lapangan sesuai dengan biaya yang telah ditetapkan dan disepakati oleh kedua belah pihak antara kontraktor dengan pemilik proyek, sesuai dengan gambar rencana, dan sesuai dengan perjanjian kontrak.

Tugas dan wewenang kontraktor adalah sebagai berikut:

a. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan gambar rencana, peraturan, syarat-syarat serta penjelasan yang telah diterima dari konsultan perencana mengenai pekerjaan yang ditetapkan oleh pemilik proyek

b. Memimpin dan mengendalikan pelaksanaan pekerjaan di lapangan sesuai dengan persyaratan waktu, mutu dan biaya yang telah ditetapkan

c. Membuat detail gambar pelaksanaan yang harus disahkan terlebih dahulu oleh MK sebelum dikerjakan di lapangan

d. Menjamin keselamatan dan keamanan bagi tenaga kerja, tukang, ataupun mandor pada saat dilapangan dengan cara menyediakan alat keselamatan kerja dan keamanan di lokasi proyek yang dibutuhkan

e. Membuat laporan mingguan tentang perkembangan pelaksanaan pekerjaan di lapangan

f. Menyerahkan seluruh atau sebagian pekerjaan yang telah diselesaikan sesuai dengan ketetapan yang berlaku kepada pemilik proyek

(38)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Gedung Sentraland Semarang Jalan Ki Mangunsarkoro No.36 Semarang

Dita Martha Christianti – 12.12.0003 17

Universitas Katolik Soegijapranata

h. Kontraktor juga berhak mendapatkan imbalan atas jasa yang diberikan kepada pemilik proyek sesuai dengan hasil pekerjaannya.

2.5 Hubungan Kerja

Hubungan kerja di dalam suatu proyek pembangunan adalah hubungan dalam pelaksanaan pekerjaan antara pemilik proyek (owner), konsultan perencana, menejemen konstruksi (MK) dan kontraktor sebagai pelaksana proyek karena di dalam suatu proyek sangat diperlukan adanya suatu hubungan yang baik antara unsur-unsur tersebut agar diperoleh hasil pekerjaan yang sesuai dengan rencana. Secara garis besar pola hubungan kerja diatur sebagai berikut:

2.5.1 Hubungan Kerja Pemilik Proyek dengan Konsultan Perencana

a. Hubungan kerja antara pemilik proyek dengan konsultan perencana diatur dalam sebuah kontrak

b. Konsultan perencana menyerahkan hasil perencanaan beserta kelengkapannya kepada pemberi tugas dalam hal ini adalah pemilik proyek

c. Pemberi tugas dalam hal ini adalah pemilik proyek berkewajiban untuk membayar atas jasa perencanaan bangunan yang dikerjakan oleh konsultan perencana.

2.5.2 Hubungan Kerja Pemilik Proyek dengan Manajemen Konstruksi

(Pengawas)

a. Hubungan kerja antara pemilik proyek dengan manajemen konstruksi (pengawas) diatur dalam sebuah kontrak

b. Manajemen konstruksi (pengawas) memeberikan jasa kepada pemilik proyek untuk mengawasi pekerjaan proyek mulai dari awal proyek sampai proyek selesai

(39)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Gedung Sentraland Semarang Jalan Ki Mangunsarkoro No.36 Semarang

Dita Martha Christianti – 12.12.0003 18

Universitas Katolik Soegijapranata

2.5.3 Hubungan Kerja Pemilik Proyek dengan Kontraktor

a. Hubungan kerja antara pemilik proyek dengan kontraktor diatur dalam sebuah kontrak

b. Kontraktor menyerahkan hasil pekerjaan beserta kelengkapannya (serah terima) kepada pemberi tugas

c. Pemberi tugas menyerahkan biaya pelaksanaan pekerjaan kepada kontraktor.

2.5.4 Hubungan Kerja Konsultan Perencana dengan Kontraktor

a. Kontraktor selalu berkomunikasi maupun berkonsultasi dengan pihak perencana pada saat proses pelelangan maupun setelah pengumuman pemenang lelang jika terdapat gambar yang kurang jelas

b. Konsultan perencana bertugas untuk memberikan penjelasan kepada kontraktor bila terdapat gambar yang kurang jelas dalam gambar rencana

2.5.5 Hubungan Kerja Manajemen Konstruksi (Pengawas) dengan

Kontraktor

a. Hubungan kerja antara manajemen konstruksi (pengawas) dengan kontraktor sesuai dengan yang tercantum di dalam peraturan pelaksanaan

b. Manajemen konstruksi (pengawas) melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh kontraktor c. Kontraktor selalu berkomunikasi atau melakukan konsultasi dengan

(40)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Gedung Sentraland Semarang Jalan Ki Mangunsarkoro No.36 Semarang

Dita Martha Christianti – 12.12.0003 19

Universitas Katolik Soegijapranata

Bagan hubungan kerja proyek pembangunan Sentraland Semarang dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 2.2 Hubungan Kerja antara Owner, MK, Konsultan dan Kontraktor Sumber: PT. Jakarta Rencana Selaras, 2015

Pemilik Proyek/Owner

Manajemen Konstruksi (MK)

Konsultan Perencana

(41)

`20 Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Gedung Sentraland Semarang Jalan Ki Mangunsarkoro No.36 Semarang

Dita Martha Christianti – 12.12.0003 Universitas Katolik Soegijapranata

BAB III PELAKSANAAN

3.1 Metode Pelaksanaan Pekerjaan

Metode pelaksanaan pekerjaan konstruksi merupakan realisasi dari suatu perencanaan dalam bentuk rangkaian kegiatan pelaksanaan kontruksi mengikuti prosedur yang sesuai dengan standar untuk mempermudah pelaksanaannya agar diperoleh hasil yang baik dan sesuai dengan kontrak. Metode pelaksanaan pekerjaan yang akan dibahas meliputi pekerjaan struktur bawah dan struktur atas.

3.2 Pekerjaan Struktur Bawah

Pelaksanaan pekerjaan struktur bawah di dalam proyek meliputi pekerjaan pemancangan pondasi, pembuatan pilecap, tie beam dan retaining wall.

3.2.1 Pondasi Tiang Pancang

Pondasi merupakan salah satu bagian terpenting dari suatu konstruksi karena pondasi akan menjadi perantara untuk meneruskan beban dari struktur atas ke tanah dasar. Pemilihan penggunaan pondasi yang akan digunakan tergantung dari beban bangunan yang akan disalurkan serta tergantung pada kondisi tanahnya/kedalaman lapisan tanah kerasnya.

(42)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Gedung Sentraland Semarang Jalan Ki Mangunsarkoro No.36 Semarang

Dita Martha Christianti – 12.12.0003 21

Universitas Katolik Soegijapranata

15 m, middle sepanjang 15 m dan upper dengan panjang yang bervariasi yaitu 11 m, 12 m, 14 m, dan 15 m.

Gambar 3.1 Bagian-Bagian Tiang Pancang (Spun Pile) Sumber: Shop Drawing Proyek Sentraland Semarang, 2015

Gambar 3.2 Tiang Pancang (Spun Pile)

(43)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Gedung Sentraland Semarang Jalan Ki Mangunsarkoro No.36 Semarang

Dita Martha Christianti – 12.12.0003 22

Universitas Katolik Soegijapranata

Terdapat 1066 titik tiang pancang yang ditunjukan dalam lampiran L-05 tentang resume jumlah tiang pancang. Proses pemancangannya dilakukan menggunakan Hydraulic Static Pile Driver (HSPD). HSPD adalah sebuah alat pemancang jenis static dimana alat ini bekerja tanpa getar, tanpa suara yang dapat menimbulkan kebisingan dan tanpa polusi bagi lingkungan sekitarnya yang mayoritas adalah bangunan perkantoran milik pemerintah dan rumah tinggal. Alat ini juga dipilih untuk meminimalisir terjadinya kerusakan pada bangunan-bangunan di sekitarnya akibat proses pemancangan. Cara kerja HSPD yaitu dengan menekan tiang pancang masuk ke dalam tanah menggunakan dongkrak hidrolis yang diberi beban berupa counter weight. Gaya tekan tiang setiap mencapai kedalaman tertentu dapat diketahui melalui alat manometer yang terdapat pada HSPD.

Gambar 3.3 Alat Hydraulic Static Pile Driver (HSPD) Sumber: Dokumentasi PT. JRS, 2015

(44)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Gedung Sentraland Semarang Jalan Ki Mangunsarkoro No.36 Semarang

Dita Martha Christianti – 12.12.0003 23

Universitas Katolik Soegijapranata Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015

3.2.2 Pile Cap

Pile cap merupakan suatu konstruksi yang berfungsi untuk

menggabungkan beberapa pondasi tiang pancang menjadi satu kesatuan sebelum kolom mulai didirikan untuk menahan gaya geser yang timbul akibat beban yang dihasilkan kolom sehingga semakin besar beban kolom, semakin tebal pula ukuran pile cap. Selain itu, pile cap juga akan berfungsi untuk menahan momen eksentrisitas yang terjadi antara kolom dengan pondasi tiang pancang bagian terluar. Mutu beton pile cap yang digunakan adalah K350. Bentuk pile cap yang digunakan juga bervariasi karena bentuknya tergantung pada jumlah tiang pancang yang digabungkannya. Berikut ini merupakan tabel jumlah tiang pancang (spun pile) yang digunakan untuk masing-masing tipe pile cap.

(45)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Gedung Sentraland Semarang Jalan Ki Mangunsarkoro No.36 Semarang

Dita Martha Christianti – 12.12.0003 24

Universitas Katolik Soegijapranata

Sumber: Shop Drawing Proyek Sentraland Semarang, 2015

Setiap tipe pile cap memiliki kode masing-masing. Kode PC pada tabel tipe pile cap di atas adalah singkatan dari kata pile cap sedangkan angka yang ada di belakang huruf PC adalah jumlah dari tiang pancang (spunpile) dalam satu pile cap.

Proses pembuatan pile cap diawali dengan penggalian tanah menggunakan alat berat excavator sampai di kedalaman tertentu sesuai dengan gambar rencana. Setelah proses galian selesai dilakukan, kepala tiang dipotong sampai dengan elevasi dasar pile cap sehingga hanya menyisakan tulangan pokoknya saja sebagai pengikat dengan cor pile cap nantinya. Namun terkadang saat proses pemotongan kepala tiang,

excavator tidak dapat menjangkau sampai elevasi dasar, sehingga

(46)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Gedung Sentraland Semarang Jalan Ki Mangunsarkoro No.36 Semarang

Dita Martha Christianti – 12.12.0003 25

Universitas Katolik Soegijapranata

Gambar 3.5 Proses Penggalian Menggunakan Excavator Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015

Gambar 3.6 Proses Pemotongan Kepala Tiang secara Manual Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015

Lubang pada tiang pancang diberi sumbat pancang berupa papan

plywood yang telah dirangkai dengan tulangan sebagai pengikat tiang

(47)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Gedung Sentraland Semarang Jalan Ki Mangunsarkoro No.36 Semarang

Dita Martha Christianti – 12.12.0003 26

Universitas Katolik Soegijapranata

Gambar 3.7 Potongan Tiang Pancang (Spun Pile) Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015

Gambar 3.8 Bagian Tengah Tiang Pancang (Spun Pile) yang Berongga Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015

Pekerjaan pile cap dalam proyek ini merupakan salah satu pekerjaan yang cukup sulit karena pada kedalaman ± 4,50 m air sudah muncul ke permukaan sehingga akan menyebabkan adanya kubangan air. Oleh sebab itu perlu dilakukannya proses penyedotan dengan bantuan beberapa buah pompa dan dibantu dengan pembuatan jalur untuk lewat air menggunakan tumpukan karung pasir hingga air tidak ada di lokasi pembuatan pile cap.

(48)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Gedung Sentraland Semarang Jalan Ki Mangunsarkoro No.36 Semarang

Dita Martha Christianti – 12.12.0003 27

Universitas Katolik Soegijapranata

Gambar 3.9 Proses Penyedotan Air dengan Pompa Sebelum Penulangan Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015

Akibat air yang terus menerus muncul, pekerjaan pile cap menjadi salah satu pekerjaan yang cukup lama pengerjaannya. Setelah air tidak ada lagi di lokasi pembuatan pile cap, bekisting pile cap dapat mulai dibuat. Bekisting pile cap pada proyek ini terbuat dari batako yang di dalamnya diisi dengan adukan pasir dan semen yang berfungsi sebagai lantai kerja. Selanjutnya proses penulangan pile cap dapat dimulai sesuai dengan gambar rencana yang kemudian akan dicor bersamaan dengan tie beam menggunakan beton mutu K350.

Gambar 3.10 Proses Pembuatan Bekisting Pile Cap Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015

Selang penyedot air

(49)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Gedung Sentraland Semarang Jalan Ki Mangunsarkoro No.36 Semarang

Dita Martha Christianti – 12.12.0003 28

Universitas Katolik Soegijapranata

Gambar 3.11 Proses Penulangan Pile Cap Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015

Gambar 3.12 Hasil Penulangan Pile Cap Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015

Di dalam proses penulangan pile cap, selain terkendala oleh air, terdapat kendala lain dalam persediaan besi. Proses penulangan pile cap yang menggunakan besi D25 terhambat karena persediaan besi baik di lapangan maupun pada supplier sedang kosong sehingga perlu dilakukannya konversi ke tulangan lain yang sudah ada di lapangan agar pekerjaannya dapat terus berjalan melalui persetujuam dari pihak MK. Contoh perhitungan konversi yang digunakan untuk penulangan

pile cap (PC) PT. Wijaya Karya Gedung (Wika Gedung) selaku

(50)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Gedung Sentraland Semarang Jalan Ki Mangunsarkoro No.36 Semarang

Dita Martha Christianti – 12.12.0003 29

Universitas Katolik Soegijapranata

Konversi tulangan PC 5 (tulangan bawah) Untuk luasan 1 m2 (1000 mm × 1000 mm) D1 = D25 (Tulangan yang akan dikonversi) D2 = D35 (Tulangan konversi)

s1 = 115 mm (Jarak antar tulangan yang akan dikonversi) s2 = 180 mm (Jarak antar tulangan konversi)

π = 3,14 b = 1000 mm

Kebutuhan luasan tulangan D25-115 As = b/s × (0,25 × π × D25)

As = 1000/115 × (0,25 × 3,14 × 25 × 25) = 4266,30 mm2

Luasan tulanagan yang akan dipasang D32-180 As = b/s × (0,25 × π × D32)

As = 1000/180 × (0,25 × 3,14 × 32 × 32) = 4465,78 mm2

Jadi,

As = 4465,78 mm2 > 4266,30 mm2 --- OK

Konversi tulangan PC 5 (tulangan atas) Untuk luasan 1 m2 (1000 mm × 1000 mm) D1 = D25 (Tulangan yang akan dikonversi) D2 = D35 (Tulangan konversi)

s1 = 230 mm (Jarak antar tulangan yang akan dikonversi) s2 = 350 mm (Jarak antar tulangan konversi)

(51)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Gedung Sentraland Semarang Jalan Ki Mangunsarkoro No.36 Semarang

Dita Martha Christianti – 12.12.0003 30

Universitas Katolik Soegijapranata

Kebutuhan luasan tulangan D25-230 As = b/s × (0,25 × π × D25)

As = 1000/230 × (0,25 × 3,14 × 25 × 25) = 2133,15 mm2

Luasan tulanagan yang akan dipasang D32-350 As = b/s × (0,25 × π × D32)

Tie beam merupakan suatu konstruksi beton bertulang yang

memiliki fungsi sebagai berikut:

a. Menggabungkan beberapa pile cap menjadi satu kesatuan sistem sehingga dapat mencegah terjadinya diffferential

settlement atau penurunan setempat

b. Menerima momen sebesar 20% dari momen terbesar kolom pada bangunan tersebut

c. Menopang plat lantai yang berhubungan langsung dengan permukaan tanah.

(52)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Gedung Sentraland Semarang Jalan Ki Mangunsarkoro No.36 Semarang

Dita Martha Christianti – 12.12.0003 31

Universitas Katolik Soegijapranata

Gambar 3.13 Proses Penulangan Tie Beam Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015

3.2.4 Retaining wall

Retaining wall atau yang sering dikenal sebagai dinding penahan

(53)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Gedung Sentraland Semarang Jalan Ki Mangunsarkoro No.36 Semarang

Dita Martha Christianti – 12.12.0003 32

Universitas Katolik Soegijapranata

Setelah proses penulangan selesai dilakukan, bekisting yang terbuat dari papan plywood dan besi hollow sebagai kerangkanya dapat dipasang dengan bantuan tower crane pada saat proses pengangkutannya serta dikunci menggunakan besi dan mur pengikat. Sebelum bekisting dipasang, para pekerja sering mengoleskan minyak goreng pada papan plywood bagian dalam agar nantinya dapat mempermudah pada saat melepas bekisting. Proses pengecoran dapat berlangsung setelah bekisting sudah di kunci oleh pekerja bagian bekisting vertikal.

Gambar 3.14 Proses Penulangan Retaining Wall Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015

(54)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Gedung Sentraland Semarang Jalan Ki Mangunsarkoro No.36 Semarang

Dita Martha Christianti – 12.12.0003 33

Universitas Katolik Soegijapranata

Retaining wall di cor menggunakan beton mutu K400. Proses

pengecoran pada dinding penahan tanah ini dilakukan menggunakan

bucket yang di angkut tower crane. Selama proses pengecoran

berlangsung, pekerja menggunakan concrete vibrator untuk menggetarkan adukan beton agar beton dapat mengisi ruang kosong pada bekisting secara merata sehingga tidak ada rongga-rongga yang kosong dan tidak menghasilkan beton yang keropos ketika beton sudah matang dan pembongkaran bekistingnya sudah bisa dilakukan ketika beton berumur minimal 6 jam setelah proses pengecoran selesai.

3.3 Pekerjaan Struktur Atas

Pelaksanaanstruktur atas yang ada dalam proyek pembangunan Sentraland Semarang meliputi pekerjaan pembuatan kolom, balok, plat lantai, tangga,

shear wall, dinding parapet dan dinding bata ringan.

3.3.1 Kolom

Kolom merupakan sebuah penyangga vertikal yang terbuat dari beton bertulang. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan sangat penting bagi suatu bangunan karena

kegagalan perencanaan dan kegagalan fungsi kolom dapat menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan atau

runtuh total (total collapse) suatu bangunan. Fungsi utama dari kolom

yaitu untuk meneruskan beban dari balok maupun plat lantai (beban horizontal), berat sendiri dan beban atap (beban vertikal) menuju ke struktur pondasi di bawahnya (Wibowo, 2011). Proses pekerjaan kolom terdiri dari:

a. Pekerjaan marking kolom

(55)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Gedung Sentraland Semarang Jalan Ki Mangunsarkoro No.36 Semarang

Dita Martha Christianti – 12.12.0003 34

Universitas Katolik Soegijapranata

menggunakan benang sipatan pada plat lantai yang sudah di cor (di samping kanan kiri tulangan kolom).

Gambar 3.16 Proses Marking Kolom Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015

Hasil dari pekerjaan marking kolom ini nantinya akan dijadikan sebagai acuan pada saat pemasangan bekisting kolom agar dihasilkan kolom yang lurus dengan kolom sebelumnya.

Gambar 3.17 Hasil dari Proses Marking Kolom Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015 b. Pemasangan tulangan kolom

(56)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Gedung Sentraland Semarang Jalan Ki Mangunsarkoro No.36 Semarang

Dita Martha Christianti – 12.12.0003 35

Universitas Katolik Soegijapranata

Tumpuan Lapangan Ujung Tengah Joint

Ka-1 7 1000×1000 32 D22 32 D22 D13-75 D10-100 D10-100 Ka-2 7 1000×1000 36 D22 36 D22 D13-75 D10-100 D10-100 Ka-3 7 1000×1000 36 D22 36 D22 D13-75 D10-100 D10-100 Ka-4 7 1000×1000 36 D22 36 D22 D13-75 D10-100 D10-100 Ka-5 7 1000×1000 36 D22 36 D22 D13-75 D10-100 D10-100 Ka-6 7 1000×1000 36 D22 36 D22 D13-75 D10-100 D10-100 Ka-7 7 1000×1000 36 D22 36 D22 D13-75 D10-100 D10-100 Ka-8 7 1000×1000 36 D22 36 D22 D13-75 D10-100 D10-100 Ka-9 7 1000×1000 36 D22 36 D22 D13-75 D10-100 D10-100 Ka-10 7 800×1200 38 D25 38 D25 D13-75 D10-100 D10-100 Ka-11 7 800×1200 48 D25 48 D25 D13-75 D10-100 D10-100 Ka-12 7 1000×1000 44 D22 44 D22 D13-75 D10-100 D10-100 Ka-13 7 1000×1000 32 D22 32 D22 D13-75 D10-100 D10-100

Tipe Dimensi

(mm)

Tulangan Sengkang Tulangan Utama

Lantai

Ka-14 7 1000×1000 36 D22 36 D22 D13-75 D10-100 D10-100

Ka-1 8 900×900 28 D22 28 D22 D13-75 D10-100 D10-100

Ka-2 8 900×900 32 D22 32 D22 D13-75 D10-100 D10-100

Ka-3 8 900×900 32 D22 32 D22 D13-75 D10-100 D10-100

Ka-4 8 900×900 32 D22 32 D22 D13-75 D10-100 D10-100

Ka-5 8 900×900 32 D22 32 D22 D13-75 D10-100 D10-100

Ka-6 8 900×900 32 D22 32 D22 D13-75 D10-100 D10-100

Ka-7 8 900×900 32 D22 32 D22 D13-75 D10-100 D10-100

Ka-8 8 900×900 32 D22 32 D22 D13-75 D10-100 D10-100

Ka-9 8 900×900 32 D22 32 D22 D13-75 D10-100 D10-100

Ka-10 8 800×1200 34 D22 34 D22 D13-75 D10-100 D10-100

Ka-11 8 800×1200 34 D22 34 D22 D13-75 D10-100 D10-100

Ka-12 8 900×900 32 D22 32 D22 D13-75 D10-100 D10-100

Ka-13 8 900×900 28 D22 28 D22 D13-75 D10-100 D10-100

Ka-14 8 900×900 28 D22 28 D22 D13-75 D10-100 D10-100

Ka-3 9 - 11 800×800 20 D22 20 D22 D13-75 D10-100 D10-100

Kb-2 9 900×900 28 D22 28 D22 D13-75 D10-100 D10-100

Kb-5 9 900×900 32 D22 32 D22 D13-75 D10-100 D10-100

Kb-6 9 900×900 36 D22 36 D22 D13-75 D10-100 D10-100

Kb-7 9 900×900 36 D22 36 D22 D13-75 D10-100 D10-100

Kb-8 9 900×900 28 D22 28 D22 D13-75 D10-100 D10-100

Kb-3 10 - 11 800×800 20 D22 20 D22 D13-75 D10-100 D10-100 Kb-3a 10 - 11 800×800 24 D22 24 D22 D13-75 D10-100 D10-100

(57)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Gedung Sentraland Semarang Jalan Ki Mangunsarkoro No.36 Semarang

Dita Martha Christianti – 12.12.0003 36

Universitas Katolik Soegijapranata

Tumpuan Lapangan Ujung Tengah Joint

Kb-4 10 - 11 800×800 32 D22 32 D22 D13-75 D10-100 D10-100 Kb-3 12 - 17 700×700 20 D22 20 D22 D13-75 D10-100 D10-100 Kb-3a 12 - 17 700×700 24 D22 24 D22 D13-75 D10-100 D10-100 Kb-4 12 - 17 700×700 28 D22 28 D22 D13-75 D10-100 D10-100 Kc-3 9 900×900 24 D22 24 D22 D13-75 D10-100 D10-100 Kc-7 9 900×900 24 D22 24 D22 D13-75 D10-100 D10-100 Kc-7a 9 800×900 26 D22 26 D22 D13-75 D10-100 D10-100 Kc-8 9 900×900 28 D22 28 D22 D13-75 D10-100 D10-100 Kc-9 9 900×900 28 D22 28 D22 D13-75 D10-100 D10-100 Kc-10 9 800×1200 34 D22 34 D22 D13-75 D10-100 D10-100 Kc-11 9 800×1200 34 D22 34 D22 D13-75 D10-100 D10-100 Kc-12 9 900×900 28 D22 28 D22 D13-75 D10-100 D10-100 Kc-13 9 800×900 26 D22 26 D22 D13-75 D10-100 D10-100 Kc-14 9 800×900 26 D22 26 D22 D13-75 D10-100 D10-100 Kc-15 9 900×900 32 D22 32 D22 D13-75 D10-100 D10-100 Kc-3 10 - 11 800×800 20 D22 20 D22 D13-75 D10-100 D10-100

(58)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Gedung Sentraland Semarang Jalan Ki Mangunsarkoro No.36 Semarang

Dita Martha Christianti – 12.12.0003 37

Universitas Katolik Soegijapranata

jumlah tulangan agar tidak terjadi kesalahan yang bisa mengakibatkan keterlambatan pekerjaan karena harus melakukan perbaikan terlebih dahulu. Oleh sebab itu, dalam pengerjaannya pekerja harus sangat memperhatikan gambar detail kolom seperti yang tercantum pada lampiran L-10.

Gambar 3.18 Tulangan Kolom di Area Fabrikasi Besi Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015

Setelah proses penulangan selesai dilakukan, selanjutnya tulangan kolom diangkat menggunakan bantuan alat berat tower crane untuk dilakukan penyambungan dengan tulangan kolom yang sebelumnya. Proses penyambungan tulangan antar kolom dilakukan dengan cara mengikat tulangan kolom menggunakan kawat bendrat antara rangkaian tulangan utama kolom atas dengan rangkaian tulangan utama kolom bawah. Panjang sambungan antar tulangan kolom yang sebelumnya dengan tulangan kolom yang akan di sambung adalah 40D yang artinya 40 × diameter tulangan utama kolom. Misalnya kolom Kb-2 di lantai 9 yang menggunakan tulangan utama D22, panjang sambungan tulangannya adalah:

Overlap tulangan kolom = 40 × D

Overlap tulangan kolom = 40 × 22 mm

(59)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Gedung Sentraland Semarang Jalan Ki Mangunsarkoro No.36 Semarang

Dita Martha Christianti – 12.12.0003 38

Universitas Katolik Soegijapranata

Panjang penyambungan (overlap) pada kolom diharuskan selalu ada karena overlap pada tulangan kolom nantinya akan berfungsi sebagai panjang penyaluran beban terhadap kolom yang sebelumnya. Proses penyambungan kolom juga diharuskan sesuai dengan titik as kolom agar didapatkan hasil struktur kolom yang sesuai dengan gambar rencana dan tidak terjadi kesalahan struktur nantinya.

Gambar 3.19 Proses Penyambungan Tulangan Kolom

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015 c. Pemasangan bekisting kolom

Bekisting kolom yang digunakan dalam proyek ini berbentuk persegi dengan ukuran yang bermacam-macam. Bekisting kolom merupakan bekisting yang pemakaiannya paling tahan lama dibandingkan dengan bekisting balok, plat lantai dan tangga. Namun, pemilik proyek menginginkan adanya pengecilan ukuran kolom dari rencana semula untuk menghemat biaya pembangunan terutama dalam penggunaan besi tanpa mempengaruhi kekuatan dan kekokohan struktur sehingga bekisting kolom yang seharusnya dapat digunakan dari lantai dasar hingga lantai paling atas proyek yaitu lantai 17 harus dibuat ulang setiap ukuran kolom mengalami pengecilan. Bekisting kolom yang berbentuk persegi panjang terdiri dari empat sisi, dibuat di area fabrikasi bekisting yang terletak di

(60)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Gedung Sentraland Semarang Jalan Ki Mangunsarkoro No.36 Semarang

Dita Martha Christianti – 12.12.0003 39

Universitas Katolik Soegijapranata

dengan dimensi 18 mm × 1220 mm × 2440 mm tiap lembarnya yang dipotong-potong sesuai dengan kebutuhan dan menggunakan besi

hollow dengan dimensi 50 mm × 50 mm sebagai kerangkanya.

Keempat sisi bekisting tersebut, tepi-tepinya saling dihubungkan menggunakan pengunci bekisting yang terdiri dari besi dan mur sebanyak 4 buah di tiap tepinya sehingga bisa membentuk sudut 90o

Gambar 3.20 Bagian-Bagian Bekisting Kolom Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015

. Hal itulah yang membuat bekisting kolom pemakaiannya paling tahan lama dibandingkan dengan bekisting balok, plat lantai dan tangga karena bekisting kolom cukup mudah untuk dilepaskan, tidak perlu menggunakan besi semacam linggis untuk melepaskan bekisting sehingga dapat memperkecil tingkat kerusakan bekisting kolom. Cukup dengan melonggarkan mur dari pengunci bekisting, bekisting kolom menjadi lebih longgar, selanjutnya bekisting dapat diangkat menggunakan tower crane untuk dipindahkan ke lokasi lain yang kolomnya sudah siap di cor.

Bekisting kolom baru mulai dipasang ketika surveyor sudah melakukan marking kolom dan para pekerja bagian bekisting vertikal sudah memberi sepatu kolom serta beton tahu dengan tebal dan diameter ± 5 cm pada bagian kepala kolom di kolom yang akan dipasang bekisting. Pemasangan sepatu kolom dilakukan oleh para

(61)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Gedung Sentraland Semarang Jalan Ki Mangunsarkoro No.36 Semarang

Dita Martha Christianti – 12.12.0003 40

Universitas Katolik Soegijapranata

pekerja dengan cara mengelasnya. Sepatu kolom dipasang pada bagian bawah kolom (tinggi ± 5 cm dari plat lantai) dan harus dipasang tegak lurus, oleh sebab itu para pekerja selalu membawa

waterpass berukuran kecil ketika melakukan pemasangan sepatu

kolom untuk memastikan sepatu kolom terpasang tegak lurus.

Setelah sepatu kolom terpasang, bekisting mulai diangkut menggunakan tower crane ke lokasi kolom yang sudah siap untuk di cor. Selanjutnya tiap sisinya dikunci menggunakan besi dan mur pengikat. Proses pemasangan bekisting ini harus dilakukan secara hati-hati agar sepatu kolom dan beton tahu yang menjadi pemberi jarak antara tulangan kolom dengan bekisting nantinya tidak terlepas. Tugas para pekerja pada tahapan ini hanya mengarahkan petugas tower crane untuk memasukan bekisting dengan tinggi ± 3 m tepat pada kolom yang akan di cor dan mengunci bekisting. Sebelum dikunci, bekisting terlebih dahulu di lumuri minyak goreng secukupnya menggunakan kuas agar memudahkan proses pelepasan bekisting. Selain untuk memudahkan proses pelepasan bekisting, minyak goreng digunakan di dalam proyek ini agar warna beton yang sudah mengering tidak berubah menjadi hitam layaknya ketika menggunakan oli.

(62)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Gedung Sentraland Semarang Jalan Ki Mangunsarkoro No.36 Semarang

Dita Martha Christianti – 12.12.0003 41

Universitas Katolik Soegijapranata

Setelah proses penguncian selesai dilakukan, pada salah satu sisi terluarnya dipasang bandul yang diikat menggunakan seutas tali (di lapangan disebut unting-unting) di bagian atas pipa support bekisting kolom agar diketahui apakah bekisting tersebut pemasangannya sudah lurus atau belum.

d. Pengecoran kolom

Saat akan melakukan pengecoran kolom, tidak perlu dilakukan

setting pipa terlebih dahulu seperti layaknya pengecoran pada plat

dan balok karena pengecoran kolom prosesnya dibantu menggunakan bucket dengan kapasitas 1 m3

Gambar 3.22 Proses Pengecoran Kolom Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015

yang terhubung dengan pipa tremi sepanjang ± 2 m dan diangkat dengan tower crane. Saat akan melakukan pengecoran kolom, juga tidak perlu dilakukan pembersihan area kolom menggunakan air compressor. Proses pembersihan pada kolom cukup dilakukan secara manual oleh para pekerja untuk mengambil kotoran-kotoran seperti plastik maupun kawat bendrat yang tercecer di dalam tulangan kolom sebelum bekisting terpasang. Selama proses pengecoran, concrete vibrator juga harus digunakan untuk meratakan campuran beton agar dapat mengisi hingga ke rongga-rongga yang belum terisi. Mutu beton yang digunakan untuk pengecoran kolom adalah K400.

Bucket

Pipa tremi

Operator bucket

(63)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Gedung Sentraland Semarang Jalan Ki Mangunsarkoro No.36 Semarang

Dita Martha Christianti – 12.12.0003 42

Universitas Katolik Soegijapranata e. Pembongkaran bekisting

Setelah proses pengecoran selesai dan umur beton sudah mencapai minimal 6 jam, bekisting kolom sudah dapat dilepas agar bekisting dapat digunakan pada kolom lain yang sudah siap untuk di cor dan memiliki dimensi yang sama. Pembongkaran bekisting pada kolom biasanya dilakukan bertahap yaitu dimulai dari pelepasan kunci dan pembukaan bekisting selanjutnya baru dilakukan pengangkatan bekisting oleh tower crane. Pembongkaran bekisting kolom berbeda dengan pembongkaran bekisting pada plat dan balok yang harus menunggu selama 14 hari karena pada kolom tidak ada tumpuan atau beban yang membebani setelah proses pengecoran.

f. Ekspose permukaan kolom

(64)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Gedung Sentraland Semarang Jalan Ki Mangunsarkoro No.36 Semarang

Dita Martha Christianti – 12.12.0003 43

Universitas Katolik Soegijapranata

Gambar 3.23 Proses Ekspose Kolom Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015

3.3.2 Balok dan Plat Lantai

Balok memiliki fungsi utama sebagai penyangga/pemikul beban horizontal yang diterima dari struktur disekitarnya yang kemudian akan disalurkan menuju kolom (Sulistyanto dan Elmianto, 2008). Sepanjang bentangnya, balok juga menerima momen lentur dan gaya geser. Momen lentur pada balok merupakan akibat dari regangan yang timbul karena adanya beban. Apabila bebannya bertambah maka akan terjadi regangan tambahan yang menyebabkan timbulnya retak lentur disepanjang bentang balok.

(65)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Gedung Sentraland Semarang Jalan Ki Mangunsarkoro No.36 Semarang

Dita Martha Christianti – 12.12.0003 44

Universitas Katolik Soegijapranata a. Pemasangan perancah

Perancah berfungsi untuk menahan beban dari bekisting, beban tulangan balok, beban tulangan plat lantai serta beban akibat adukan beton ready mix yang dimasukkan ke dalam bekisting balok dan plat lantai pada saat pengecoran. Pemasangan perancah pada balok tidak terlepas dari pemasangan perancah plat lantai. Ketinggian perancah dapat diatur dengan cara memutar jack base dan u head sampai panjang maksimal 0,60 m. Setelah pemasangan perancah selesai dilakukan, di atas u head dipasang balok gelagar yang terbuat dari besi hollow dengan ukuran 6 cm × 10 cm yang dilanjutkan dengan pemasangan suri-suri sebagai tumpuan bekisting balok.

Gambar 3.24 Proses Pemasangan Perancah Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015

b. Pemasangan bekisting balok

Bekisting balok terbagi menjadi 2 bagian yaitu pada bagian horizontal (sisi bawah) disebut bodeman dan bagian vertikal (sisi samping kanan kiri) disebut tembereng. Bahan pembuatan bekisting balok sama dengan bekisting kolom yaitu plywood dua muka dengan ketebalan 18 mm buatan Korinplex. Plywood dua muka merk tersebut terbukti lebih tahan lama dibanding merk lain yang juga pernah digunakan di proyek ini yang mudah rusak untuk sekali pemakaian karena kurang mampu menahan beban yang diterimanya.

U head

Balok gelagar Suri-suri

(66)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Gedung Sentraland Semarang Jalan Ki Mangunsarkoro No.36 Semarang

Dita Martha Christianti – 12.12.0003 45

Universitas Katolik Soegijapranata

Bekisting balok menggunakan besi hollow ukuran 4 cm × 4 cm maupun ukuran 5 cm × 5 cm sebagai kerangkanya.

Gambar 3.25 Proses Pemasangan Bodeman Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015

Gambar 3.26 Proses Pemasangan Tembereng Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015

Proses pembuatan bekisting balok tidak dilakukan di area fabrikasi bekisting seperti proses pembuatan bekisting kolom melainkan langsung dilakukan pada area yang sudah siap di pasang bekisting yaitu di area yang perancahnya sudah terpasang. Proses pemasangan bekisting balok harus dilakukan terlebih dahulu sebelum proses pemasangan bekisting plat lantai namun proses pemasangan bekisting balok harus dilakukan sesudah kolom di cor dan bekisting kolom sudah dilepas untuk mempermudah pengerjaannya. Saat proses pemasangan bekisting balok berlangsung, tim surveyor

(67)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Gedung Sentraland Semarang Jalan Ki Mangunsarkoro No.36 Semarang

Dita Martha Christianti – 12.12.0003 46

Universitas Katolik Soegijapranata

melakukan pengukuran ketinggian menggunakan auto level agar ketinggian masing-masing balok sesuai dengan rencana.

c. Pemasangan bekisting plat lantai

Bekisting plat lantai biasanya mulai dipasang ketika pekerjaan penulangan balok telah selesai. Hal ini dikarenakan pekerjaan penulangan balok memerlukan tempat yang lapang untuk mempermudah pekerja besi memasang tulangan balok. Namun tak jarang pemasangan bekisting plat lantai sudah mulai dipasang bersamaan dengan pemasangan bekisting balok.

(68)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Gedung Sentraland Semarang Jalan Ki Mangunsarkoro No.36 Semarang

Dita Martha Christianti – 12.12.0003 47

Universitas Katolik Soegijapranata

Gambar 3.27 Proses Pemasangan Bekisting Plat Lantai Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015

Gambar 3.28 Kondisi Bagian Bawah Bekisting Plat Lantai Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015

(69)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Gedung Sentraland Semarang Jalan Ki Mangunsarkoro No.36 Semarang

Dita Martha Christianti – 12.12.0003 48

Universitas Katolik Soegijapranata

Gambar 3.29BlockOut untuk Shaff Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015

Gambar 3.30BlockOutShaff yang sudah Terpasang Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015

d. Penulangan balok

(70)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Gedung Sentraland Semarang Jalan Ki Mangunsarkoro No.36 Semarang

Dita Martha Christianti – 12.12.0003 49

Universitas Katolik Soegijapranata

Tul. Atas Tul. Tengah Tul. Bawah Tul. Sengkang Tul. Atas Tul. Tengah Tul. Bawah Tul. Sengkang

Ga-1 7 - 8 500×700 9 D22 4 D13 5 D22 D10 - 100 3 D22 4 D13 5 D22 D10 - 150

zona C yang sudah dan akan di realisasikan pada proyek pembangunan Sentraland Semarang per 1 Agustus 2015.

(71)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Gedung Sentraland Semarang Jalan Ki Mangunsarkoro No.36 Semarang

Dita Martha Christianti – 12.12.0003 50

Universitas Katolik Soegijapranata

Tul. Atas Tul. Tengah Tul. Bawah Tul. Sengkang Tul. Atas Tul. Tengah Tul. Bawah Tul. Sengkang

(72)

Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Gedung Sentraland Semarang Jalan Ki Mangunsarkoro No.36 Semarang

Dita Martha Christianti – 12.12.0003 51

Universitas Katolik Soegijapranata

Tul. Atas Tul. Tengah Tul. Bawah Tul. Sengkang Tul. Atas Tul. Tengah Tul. Bawah Tul. Sengkang

Gb-19 13 - 17 500×700 13 D22 4 D13 7 D22 D10 - 100 4 D22 4 D13 6 D22 D10 - 150

Sumber: Shop Drawing Proyek Sentraland Semarang yang di Modifikasi, 2015

Dari tabel 3.3 terlihat bahwa jenis tulangan yang digunakan dalam proses penulangan balok yang secara garis besar pekerjaannya diawali dengan pemasangan tulangan utama dan tulangan sengkang di dalam bekisting balok menggunakan besi jenis ulir diameter 10 mm, 13 mm, dan 22 mm. Di setiap pertemuan antara tulangan sengkang dengan tulangan utama diikat menggunakan kawat bendrat.

Gambar

Tabel 3.4   Bobot Rencana dan Bobot Realisai Komulatif ·····························
Gambar Site Plan ·······················································
Gambar 1.1 Peta Lokasi Proyek
Gambar 1.2 Peta Google Satelit Lokasi Proyek Sentraland
+7

Referensi

Dokumen terkait

bagi pembaca.. v Kartu Asistensi Praktik Kerja.. vi Surat Permohonan Ijin Praktik Kerja.. vii Surat Bimbingan Praktik Kerja.. vii Surat Perintah Praktik Kerja.. ix Surat

Pada proyek pembangunan Gedung Dinas Kesehatan Kota Semarang, pihak pelaksana telah melakukan pengendalian alat dengan baik sebagai salah satu contoh mnajemen

Ketentuan Pasal 4 ayat (2) huruf f Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 belum ada peraturan pelaksananya sehingga seluruh responden menyatakan fungsi ini hanya bersifat

Berdasarkan Tabel 2 dan gambar pelaksanaan simulasi penjadwalan ulang metode CPM menggunakan aplikasi MS Project untuk mencapai penyelesaian waktu 54 hari tepat waktu maka lintasan