• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN DATA. penumpang, staf dan barang. 1. B. Sejarah Perkeretaapian 3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN DATA. penumpang, staf dan barang. 1. B. Sejarah Perkeretaapian 3"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II TINJAUAN DATA

2.1. Data Literatur 2.1.1. Stasiun

A. Definisi Stasiun

Stasiun kereta api adalah merupakan bangunan untuk kedatangan, bongkar muat dan keberangkatan kereta rel beserta penumpang, staf dan barang.1

Stasiun adalah tempat kereta api berangkat atau berhenti untuk melayani naik dan turun penumpang dan atau bongkar muat barang dan atau untuk keperluan operasi kereta api.2

B. Sejarah Perkeretaapian3

Kehadiran kereta api di Indonesia ditandai dengan pencangkulan pertama pembangunan jalan KA di desa Kemijen, Jum'at tanggal 17 Juni 1864 oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Mr. L.A.J Baron Sloet van den Beele. Pembangunan diprakarsai oleh Naamlooze Venootschap Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NV. NISM) yang dipimpin oleh Ir. J.P de Bordes dari Kemijen menuju desa Tanggung

1 Ir. J. Horning, Ilmu Bangunan Jalan Kereta Api, Balai Pustaka, Jakarta, 1977 2 Keputusan Menteri Perhubungan 22 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 ayat 2

3 Sejarah Perkeretaapian, diakses dari http://www.kereta-api.co.id/#tentang-kami-4, pada tanggal 5 November 2016 pukul 20.30 WIB

(2)

(26 Km) dengan lebar sepur 1435 mm. Ruas jalan ini dibuka untuk angkutan umum pada hari Sabtu, 10 Agustus 1867.

Keberhasilan swasta, NV. NISM membangun jalan KA antara Kemijen - Tanggung, yang kemudian pada tanggal 10 Februari 1870 dapat menghubungkan kota Semarang - Surakarta (110 Km), akhirnya mendorong minat investor untuk membangun jalan KA di daerah lainnya. Tidak mengherankan, kalau pertumbuhan panjang jalan rel antara 1864 - 1900 tumbuh de-ngan pesat. Kalau tahun 1867 baru 25 Km, tahun 1870 menjadi 110 Km, tahun 1880 mencapai 405 Km, tahun 1890 menjadi 1.427 Km dan pada tahun 1900 menjadi 3.338 Km.

Selain di Jawa, pembangunan jalan KA juga dilakukan di Aceh (1874), Sumatera Utara (1886), Sumatera Barat (1891), Sumatera Selatan (1914), bahkan tahun 1922 di Sulawasi juga telah dibangun jalan KA sepanjang 47 Km antara Makasar-Takalar, yang pengoperasiannya dilakukan tanggal 1 Juli 1923, sisanya Ujungpandang - Maros belum sempat diselesaikan. Sedangkan di Kalimantan, meskipun belum sempat dibangun, studi jalan KA Pontianak - Sambas (220 Km) sudah diselesaikan. Demikian juga di pulau Bali dan Lombok, pernah dilakukan studi pembangunan jalan KA.

Sampai dengan tahun 1939, panjang jalan KA di Indonesia mencapai 6.811 Km. Tetapi, pada tahun 1950 panjangnya berkurang menjadi 5.910 km, kurang Iebih 901 Km raib,

(3)

yang diperkirakan karena dibongkar semasa pendudukan Jepang dan diangkut ke Burma untuk pembangunan jalan KA di sana.

Jenis jalan rel KA di Indonesia semula dibedakan dengan lebar sepur 1.067 mm; 750 mm (di Aceh) dan 600 mm di beberapa lintas cabang dan tram kota. Jalan rel yang dibongkar semasa pendudukan Jepang (1942 - 1943) sepanjang 473 Km, sedangkan jalan KA yang dibangun semasa pendudukan Jepang adalah 83 km antara Bayah - Cikara dan 220 Km antara Muaro - Pekanbaru. Ironisnya, dengan teknologi yang seadanya, jalan KA Muaro - Pekanbaru diprogramkan selesai pembangunannya selama 15 bulan yang mempekerjakan 27.500 orang, 25.000 diantaranya adalah Romusha. Jalan yang melintasi rawa-rawa, perbukitan, serta sungai yang deras arusnya ini, banyak menelan korban yang makamnya bertebaran sepanjang Muaro- Pekanbaru.

Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamir-kan pada tanggal 17 Agustus 1945, karyawan KA yang tergabung dalam Angkatan Moeda Kereta Api (AMKA) mengambil alih kekuasa-an perkeretaapikekuasa-an dari pihak Jepkekuasa-ang. Peristiwa bersejarah tersebut terjadi pada tanggal 28 September 1945. Pembacaan pernyataan sikap oleh Ismangil dan sejumlah anggota AMKA lainnya, menegaskan bahwa mulai tanggal 28 September 1945 kekuasaan perkeretaapian berada di tangan bangsa Indonesia.

(4)

Orang Jepang tidak diperbolehkan campur tangan lagi urusan perkeretaapian di Indonesia. Inilah yang melandasi ditetapkannya 28 September 1945 sebagai Hari Kereta Api di Indonesia, serta dibentuknya Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI).

C. Logo PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO)4

Gambar 2.1. Logo PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) Sumber : www.kereta-api.co.id

Bentuk :

Garis melengkung : Melambangkan gerakan yang dinamis PT KAI dalam mencapai Visi dan Misinya.

Anak Panah : Melambangkan Nilai Integritas, yang harus dimiliki insan PT KAI dalam mewujudkan Pelayanan Prima.

Warna :

Orange : Melambangkan proses Pelayanan Prima (Kepuasan Pelanggan) yang ditujukan kepada pelanggan internal dan eksternal.

4 Logo dan Visi Misi, diakses dari http://www.kereta-api.co.id/#tentang-kami-4, pada tanggal 5 November 2016 pukul 20.30 WIB

(5)

Biru : Melambangkan semangat Inovasi yang harus dilakukan dalam memberikan nilai tambah ke stakeholders. Inovasi dilakukan dengan semangat sinergi di semua bidang dan dimulai dari hal yang paling kecil sehingga dapat melesat.

D. Visi Misi PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO)5

Visi : menjadi penyedia jasa perkeretaapian terbaik yang fokus pada pelayanan pelanggan dan memenuhi harapan stakeholders.

Misi : menyelenggarakan bisnis perkeretaapian dan bisnis usaha penunjangnya, melalui praktek bisnis dan model organisasi terbaik untuk memberikan nilai tambah yang tinggi bagi stakeholders dan kelestarian lingkungan berdasarkan 4 pilar utama : Keselamatan, Ketepatan waktu, Pelayanan dan Kenyamanan.

E. Fungsi Stasiun Kereta Api6

Fungsi stasiun kereta api adalah : 1. Stasiun kereta api berfungsi untuk :

a. Keperluan naik dan turun penumpang dan atau bongkar muat barang.

b. Keperluan operasi kereta api.

5 Logo dan Visi Misi, diakses dari http://www.kereta-api.co.id/#tentang-kami-4, pada tanggal 5 November 2016 pukul 20.30 WIB

(6)

2. Selain stasiun untuk keperluan operasi kereta api sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 huruf b dapat figinakan tempat untuk keperluan kereta api bersilang, bersusulan, berangkat dan berhenti.

F. Jenis-Jenis Stasiun7

Berikut adalah jenis-jenis stasiun yang dibedakan berdasarkan kedudukannya terhadap perjalanan suatu rangkaian kereta api :

1. Stasiun Awal Perjalanan Kereta Api

Stasiun asal perjalanan kereta api dan juga sebagai tempat untuk menyiapkan rangkaian kereta api dan memberangkatkan kereta api.

2. Stasiun Antara Perjalanan Kereta Api

Stasiun tujuan terdekat dalam setiap perjalanan kereta api yang berfungsi juga untuk menerima kedatangan dan memberangkatkan kembali kereta api atau dilewati oleh kereta api yang berjalan langsung.

3. Stasiun Akhir Perjalanan Kereta Api

Stasiun tujuan akhir perjalanan kereta api yang menerima kedatangan kereta api.

(7)

4. Stasiun Pemeriksaan Perjalanan Kereta Api

Stasiun awal perjalanan kereta api dan stasiun antara tertentu yang ditetapkan sebagai stasiun pemeriksa dalam Grafik Perjalanan Kereta Api (Gapeka). Di stasiun pemeriksa wajib dilakukan kegiatan pencatatan mengenai persilangan luar biasa dengan kereta api fakultatif atau kereta api luar biasa. 5. Stasiun Batas

Stasiun sebagai pembatas perjalanan kereta api dikarenakan adanya stasiun yang ditutup.

G. Standarisasi Pelayananan Stasiun (Besar, Sedang, Kecil)8,

meliputi : 1. Pelayanan informasi 2. Pelayanan ticketing 3. Pelayanan keselamatan 4. Pelayanan keamanan 5. Pelayanan kesehatan 6. Pelayanan khusus 7. Pelayanan umum

8. Pengaturan zona pelayanan stasiun dan pengaturan sirkulasi arus penumpang

(8)

H. Standarisasi Perangkat Stasiun (Besar, Sedang, Kecil)9, meliputi:

1. Perangkat media informasi 2. Instalasi mekanikal

3. Instalasi elektrikal 4. Sanitari

5. Furnitur

6. Instalasi dan perangkat pemadam kebakaran 7. Perangkat keamanan

I. Standarisasi Bangunan (Besar, Sedang, Kecil)10, Meliputi :

1. Azas Aksibilitas pada Bangunan Umum 2. Ukuran Dasar Ruang

3. Pembagian Fungsi Ruang Stasiun 4. Ukutan dan Kapasitas Ruang di Stasiun 5. Warna Dinding Eksterior Bangunan 6. Peron 7. Jalur Pedestrian 8. Tangga 9. Ram 10.Pintu 11.Kamar Kecil

12.Tempat Parkir Kendaraan

9Ibid 10Ibid

(9)

J. Standar Pelayanan Minimal Kereta Api

Peraturan menteri perhubungan nomor : pm 9 tahun 2011 mengenai standar pelayanan minimum untuk angkutan orang dengan kereta api. Standar pelayanan minimal di stasiun kereta api sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf a paling sedikit terdapat :

1. Informasi yang jelas dan mudah dibaca mengenai :

o Nama dan nomor kereta api

o Jadwal keberangkatan dan kedatangan kereta api o Tarif kereta api

o Stasiun kereta api pemberangkatan, stasiun kereta api

pemberhentian dan stasiun kereta api tujuan

o Kelas pelayanan

o Peta jaringan jalur kereta api

2. Loket

3. Ruang tunggu, tempat ibadah, toilet dan tempat parkir 4. Kemudahan naik-turun penumpang

5. Fasilitas penyandang cacat dan kesehatan 6. Fasilitas keselamatan dan keamanan

(10)

K. Stasiun Penumpang Kereta Api11

Lebar pintu ≤ 1,00 m. Tinggi lampu dalam semua kamar ≥ 2,80 m, dengan energi listrik dan energy baterai. Ruang kepala stasiun dekat dengan ruang komunikasi dan dari ruang tersebut instalasi rel dapat terlihat dengan jelas. Jendela seharusnya diatur tegak lurus. Tinggi kusen antara 1,60 m – 1,80 m. Tirai jendela terletak 0.40 – 0,50 m. Ruang pesawat penghubung terletak di dekat kantor kepala dinas perjalanan. Luas ruangan minimal = 0,23 m tebal tembol + 0,66 m per kerangka + 1,25 m lebar jalanan.

Gambar 2.2. Tempat Gerak Penumpang Sumber : Data Arsitek- Jilid 2 - Edisi 33

Gambar 2.3. Mesin Karcis Otomatis Sumber : Data Arsitek- Jilid 2 - Edisi 33

(11)

L. Bangunan Stasiun12

1. Asas Aksesibilitas pada Bangunan Umum

Terdapat 4 asas aksesibilitas pada bangunan umum, yaitu :

a. Kemudahan, yaitu setiap orang dengan mudah dapat mencapai tempat atau bangunan yang bersifat umum dalam suatu lingkungan.

b. Kegunaan, yaitu setiap orang harus dapat mempergunakan semua tempat atau bangunan yang bersifat umum dalam suatu lingkungan.

c. Keselamatan, yaitu setiap bangunan yang besifat umum dalam suatu lingkungan harus memperhatikan keselamatan bagi semua orang.

d. Kemandirian, yaitu setiap orang harus bisa mencapai, masuk dan mempergunakan tempat atau bangunan yang bersifat umum dalam suatu lingkungan dengan tanpa membutuhkan bantuan orang lain.

2. Ukuran Dasar Umum

Ukuran dasar umum diterapkan dengan

mempertimbangkan fungsi ruang dan pengguna ruang. Ruang pelayanan dan ruang public harus menerapkan ukuran dasar bagi semua orang termasuk penyandang cacat. Sedangkan

(12)

ruang-ruang seperti ruangan kantor, gudang peralatan dan ruangan petugas, dapat disesuaikan tanpa menerapkan ukuran dasar bagi penyandang cacat. Detail ukuran dasar umum dijelaskan pada gambar-gambar sebagai berikut :

Gambar 2.4. Ukuran Umum Orang Dewasa

Sumber : Keputusan Direksi PT. Kereta Api Indonsia (Persero) Tahun 2012

(13)

Gambar 2.5. Ruang Gerak Bagi Tuna Netra

Sumber : Keputusan Direksi PT. Kereta Api Indonsia (Persero) Tahun 2012

(14)

Gambar 2.6. Ukuran Kursi Roda

Sumber : Keputusan Direksi PT. Kereta Api Indonsia (Persero) Tahun 2012

Gambar 2.7. Ukuran Putar Kursi Roda

Sumber : Keputusan Direksi PT. Kereta Api Indonsia (Persero) Tahun 2012

(15)

Gambar 2.8. Belokan dan Papasan Kursi Roda

Sumber : Keputusan Direksi PT. Kereta Api Indonsia (Persero) Tahun 2012

M. Ruang Sirkulasi Horisontal13

Gambar di sebelah bawah dimaksudkan untuk memberikan wawasan tentang kepadatan relative yang mungkin dalam suatu antrian sebesar 120 inci atau 308,4 cm. lajur A menunjukkan sebanyak mungkin orang yang berbaris, tanpa mempertimbangkan kenyamanan atau kontak tubuh. Lajur B dan C menunjukkan jumlah orang yang dapat berbaris, berdasarkan pada kepadatan sebesar 3 dan 7 kaki atau 28 dan 65 m2 per

orang.

(16)

Gambar 2.9. Garis-Garis Antrian/Kepadatan yang Diperbangingkan Sumber : Dimensi Ruang & Ruang Interior

Gambar di sebelah bawah menunjukkan pengaruh orang yang menggunakan kursi roda pada antiran yang sama seperti yang terdapat pada gambar sebelumnya. Pengadaan ruang untuk perputaran kursi roda juga harus dipikirkan. Putaran penuh sebesar 360 derajat dapat dilakukan pada lingkaran berdiameter 60 inci atau 152,4 cm.

(17)

Gambar 2.10. Garis-Garis Antrian/Perbandingan Kepadatan Termasuk Kursi Roda di Dalamnya

Sumber : Dimensi Ruang & Ruang Interior

N. Tempat Duduk14

Gambar di sebelah bawah menunjukkan dimensi dasar bagi perancangan tempat duduk bangket. Tidak adanya sandaran lengan menimbulkan kesulitan untuk menentukan batasan tempat duduk.

(18)

Pada situasi ini akan beralasan untuk mengasumsikan bahwa setiap pemakai memerlukan ruang sebesar kurang lebih 30 inci atau 76,2 cm.

Gambar 2.11. Tempat Duduk Bangket Sumber : Dimensi Ruang & Ruang Interior

(19)

2.1.2. Futuristic

A. Definisi Futuristic

Futuristic is extremely modern and unusual in appearance, as if belongin to a future time, imagining what the future will be like.15

Futursitic adalah penampilan yang sangat tidak biasa dan

modern, seolah-olah merupakan kepunyaan suatu waktu masa depan, bayangan akan seperti apa masa depan.

Futuristic : of the future of futurism. Futuristic adalah bagian dari masa depan atau futurism.16

Futuristic adalah suatu pergerakan di (dalam) seni rupa pada

perang dunia I yang menolak format tradisional ke dalam keadaan yang melukiskan pergerakan yang dinamis, kecepatan, kehebatan dan kekuasaan suatu masa waktu.

Future : about to be; that ia to come; expressive of time to come; time to come.

Futurist : a believer or practitioner of futurology.

Futurity : time to come; the state of being yet to come; an even yet to come.17

Futuristic adalah tentang masa depan; ungkapan waktu yang

akan datang; waktu untuk mendatang; status yang akan datang; bahkan suatu yang akan datang.

B. Sejarah futuristic

Arsitektur Futuristik atau futurisme berkembang mulai awal abad ke-20 ditandai dengan bentuk bangunan yang

15 As Hornby; Oxford Advanced Learner’s Dictionary, Oxford University Press; 2000

16 Grolier; The New Grolier Webster International Dictionary Of The English Language; 1972; New York

(20)

historicism, garis panjang mendatar, kecepatan, emosi dan urgensi yang artistic. Gaya ini dimulai pada Italia, berlangsung pada tahun 1909 - 1944.

Gaya ini dihidupkan oleh penyair Filippo Tommaso Marinetti, ia bekerja pada tokoh arsitektur terkemuka seperti arsitek Antonio Sant'Elia dan seniman Umberto Boccioni, Giacomo Balla, Fortunato Depero, Enrico Prampolini. Pendukung bangunan futuristic menyarankan kecepatan, teori pengaruh energi dan ekpresi yang kuat sebagai usahanya untuk membuat zaman arsitektur yang modern. Setelah kelahirannya, Futurism telah menjadi suatu istilah yang lebih umum untuk mengangkat kecenderungan yang luas dalam desain modern yang sangat ingin menciptakan arsitektur dengan gaya masa depan ataupun sedikitnya gaya yang akan datang 10 tahun ke masa depan. Para Futurist modern sebagian besar memulai dengan gaya desain pada mobil ataupun kereta pada tahun 1950 di California. Futurism sebenarnya bukanlah suatu gaya tetapi suatu pendekatan terbuka ke arsitektur, dan telah ditafsirkan kembali oleh generasi arsitek yang berbeda dari beberapa dekade, tetapi pada umumnya ditandai dengan bentuk ketajaman, bentuk dinamis, kontras, kuat dan penggunaan material yang berfungsi.

(21)

C. Karakteristik Futuristic

o Satu gaya Internasional atau tanpa gaya (seragam).

Merupakan suatu arsitektur yang dapat menembus budaya dan geografis.

o Berupa khayalan, idealis.

o Bentuk tertentu, fungsional, bentuk mengikuti fungsi,

sehingga bentuk menjadi monoton karena tidak diolah.

o Less is more. Semakin sederhana merupakan suatu nilai

tambah terhadap arsitektur tersebut.

o Ornamen adalah suatu kejahatan sehingga perlu ditolak.

Penambahan ornamen dianggap suatu hal yang tidak efisien. Karena dianggap tidak memiliki fungsi, hal ini disebabkan karena dibutuhkan kecepatan dalam membangun setelah berakhirnya perang dunia II.

o Singular (tunggal), Arsitektur modern tidak memiliki suatu

ciri individu dari arsitek, sehingga tidak dapat dibedakan antara arsitek yang satu dengan yang lainnya (seragam).

o Nihilism, Penekanan perancangan pada space, maka desain

menjadi polos, simple, bidang-bidang kaca lebar. Tidak ada apa–apanya kecuali geometri dan bahan aslinya.

o Kejujuran bahan, jenis bahan/material yang digunakan

diekspos secara polos, ditampilkan apa adanya. Tidak ditutup-tutupi atau dikamuflase sedemikian rupa hingga hilang karakter aslinya. Terutama bahan yang digunakan

(22)

adalah beton, baja dan kaca. Material-material tersebut dimunculkan apa adanya untuk merefleksikan karakternya yang murni, karakter tertentu yang khas yang memang menjadi kekuatan dari jenis material tersebut. Memberi sentuhan plastis seperti membungkus bahan dengan bahan lain adalah upaya yang tidak dibenarkan karena dinilai mengaburkan, menghancurkan kekuatan asli yang dimiliki oleh bahan tersebut, Misal :

1. Beton untuk menampilkan kesan berat, massif, dingin. 2. Baja untuk kesan kokoh, kuat, industrialis.

3. Kaca untuk kesan ringan, transparan, melayang.

2.1.3. Playful

Menurut Kamus Bahasa Inggris Indonesia arti kata playful

adalah suka bermain, bercanda. Playful akan diterapkan dalam

konsep desain interior dengan menggunakan ritme (irama) dalam desain.

Ritme (irama) merujuk pada segala pergerakan yang ditandai oleh suatu pengulangan elemen atau motif yang berpola pada interval-interval yang beraturan maupun tidak. Pergerakan tersebut mungkin ada pada mata kita ketika mengikuti elemen-elemen yang berulang di dalam sebuah komposisi atau pada tubuh kita ketika bergerak melalui sekuen ruang-ruang. Dalam kasus manapun juga,

(23)

irama mempersatukan nilai mendasar pengulangan sebagai sebuah alat untuk mengatur bentuk dan ruang di dalam arsitektur.18

Hampir seluruh jenis bangunan menyatukan elemen-elemen yang berulang secara alami. Kolom dan balok mengulang dirinya sendiri kekita membentuk anjungan struktural dan modul-modul ruang yang berulang. Pintu-pintu dan jendela melubangi permukaan-permukaan sebuah bangunan secara berulang untuk memungkinkan cahaya, udara, pemandangan dan orang memasuki interiornya. Ruang seringkali berulang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan fungsional yang serupa atau berulang di dalam program bangunan tersebut. Bagian ini membahas pola-pola pengulangan yang dapat dipergunakan untuk mengatur serangkaian elemen yang berulang dan hasil irama-irama visual yang diciptakan oleh pola-pola tersebut.19

2.1.4. Local Content

Liauw mendefinisikan muatan lokal/Local Content sebagai

sumber-sumber informasi yang "memiliki karakteristik sebagai produksi lokal dan/atau mengandung karakteristik dari suatu identitas lokal (orang/kelompok, institusi, kejadian, lokasi geografis, budaya, dll)." (Liauw, 2005).

18 D.K Ching, Francis. 2008. Arsitektur : Bentuk, Ruang, dan Tatanan – Edisi Ketiga. Jakarta : Erlangga

(24)

Culture atau dalam bahasa Indonesia diartikan budaya adalah

suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya juga merupakan identitas atau ciri yang muncul dari sebuah etnik.

2.2. Data Hasil Studi Banding Lapangan 2.2.1. Stasiun Jakarta Kota

A. Sistem Pelayanan

Sistem pelayanan pada Stasiun Jakarta Kota ada loketing dan ticketing. Dan juga terdapat ruang menyusui dan penyimpanan barang hilang. Terdapat bagian informasi, namun tidak mudah dijumpai oleh calon penumpang karena berada di area kantor operasional.

B. Sistem Interior

Pencahayaan pada bagian peron lampu yang digunakan adalah Compact Fluorescent dan pada tuang tunggu menggunakan LED.

Penghawaan di Stasiun Jakarta Kota lebih banyak menggunakan penghawaan alami karena banyaknya bukaan, tidak ada pembatas ruang (dinding). Namun pada area kafetaria dan ruang private lainnya menggunakan Air Conditioner.

Dan dari akustiknya hanya terdapat beberapa speaker pada tiang-tiang kolom dan atap peron.

(25)

C. Elemen Interior

Elemen ruang yang dibahas disini hanyalah di area umum seperti peron, ruang tunggu dan lobby. Lantai pada bagian area loket, ticketing dan ruang tunggu menggunakan keramik motif marmer berwarna abu-abu. Namun pada teras kafetaria di samping peron dan peron menggunakan aspal.

Dinding pada bagian area loket dan ticketing menggunakan finishing cat berwarna jingga, area kafetaria menggunakan finishing cat putih. Dinding pada bagian kafetaria di sebelah sisi samping peron dan kantor operasional menggunakan finishing cat putih dan cokelat, cat putih pada bagian atas dan cat coklat pada bagian bawah dinding. Terdapat dinding partisi besi finishing cat berwarna jingga pembatas antara bagian luar dengan dalam.

Pada bagian peron dan ruang tunggu tidak terdapat plafon karena langsung atap. Atap pada peron dan teras kafetaria samping peron menggunakan asbes.

D. Sistem Utilitas

Keamanan di Stasiun Jakarta Kota hanya penjagaan dari satpam. Tidak terdapat pengamanan khusus, dari segi bangunannya pun tidak terdapat pengaman seperti sprinkler, tidak ada hydrant ataupun CCTV.

(26)

E. Aktivitas dan Fasilitas

Aktivitas pengguna yang menyebabkan pemandangan menjadi kurang sedap menyebabkan Stasiun Jakarta Kota menjadi semakin tidak teratur. Aktivitas tersebut antara lain sebagai berikut :

a. Kurangnya tempat duduk pada ruang tunggu menyebabkan para penumpang yang duduk lesehan di lantai.

b. Tidak adanya tempat informasi sehingga penumpang kereta api sulit mendapatkan informasi.

2.2.2. Stasiun Bogor

A. Sistem Pelayanan

Sistem pelayanan pada Stasiun Bogor ada loketing dan ticketing. Dan juga terdapat ruang menyusui. Terdapat bagian informasi, namun tidak mudah dijumpai oleh para calon penumpang karena berada pada area kantor operasional.

B. Sistem Interior

Pencahayaan pada bagian peron, lampu yang digunakan adalah Compact Fluorescent. Penghawaan di Stasiun Bogor lebih banyak menggunakan penghawaan alami karena banyaknya bukaan. Terdapat juga kipas angin pada area loket. Namun pada area kafetaria menggunakan Air Conditioner. Dan dari akustiknya hanya terdapat beberapa speaker.

(27)

C. Elemen Interior

Lantai pada bagian teras area komersial dan kantor operasional menggunakan keramik berpola. Namun pada bagian loket dan ticketing menggunakan keramik abu-abu berteksture.

Dinding pada bagian area komersial dan kantor operasional menggunakan finishing cat putih dan cat abu-abu. Pada bagian loket dan ticketing menggunakan besi finishing cat berwarna abu-abu dan kaca.

Pada bagian peron dan ticketing tidak terdapat plafon karena langsung atap. Pada area ticketing menggunakan aluminium dan kaca. Sedangkan pada area peron, teras area komersial dan kantor operasional menggunakan asbes.

D. Sistem Utilitas

Keamanan di Stasiun Bogor hanya penjagaan dari satpam. Tidak terdapat pengamanan khusus, dari segi bangunannya pun tidak terdapat pengaman seperti sprinkler, tidak ada hydrant ataupun CCTV.

E. Aktivitas dan Fasilitas

Aktivitas pengguna yang menyebabkan pemandangan menjadi kurang sedap menyebabkan Stasiun Bogor menjadi semakin tidak teratur. Aktivitas tersebut antara lain sebagai berikut :

(28)

a. Tidak adanya tempat duduk untuk para penumpang, pengantar/penjemput untuk menunggu menyebabkan para penumpang yang duduk dimanapun mereka bias duduk bahkan hingga duduk lesehan di lantai.

b. Tidak adanya tempat informasi sehingga penumpang kereta api sulit mendapatkan informasi.

2.2.3. Kesimpulan

Sistem pelayanan kedua stasiun masih kurang memadai. Dikedua memiliki tempat informasi, namun sulit untuk dijumpai para calon penumpang. Hanya terdapat loket, ticketing, ruang menyusui dan pos kesehatan. Pada kedua stasiun memiliki kelebihan tersendiri, pada Stasiun Jakarta Kota memiliki tempat penitipan barang temuan/barang hilang dan pada Stasiun Bogor memilki tempat charger gratis.

Sistem interior kedua stasiun cukup baik pada pencahayaannya karena lebih banyak menggunakan pencahayaan alami. Namun untuk penghawaan dan akustiknya masih kurang. Pada penghawaanya masih terasa panas, karena kedua stasiun adalah stasiun utama yang sangat ramai pengunjung, sehingga diperlukannya kipas angin tambahan atau Air Conditioner. Dari akustiknya hanya terdapat beberapa speaker, speaker tersebut suaranya kurang jelas.

(29)

Elemen interior pada Stasiun Jakarta Kota masih belum nyaman. Karena belum adanya pembaharuan material, semuanya terlihat kusam dari lantai, dinding dan plafon. Namun pada Stasiun Bogor sedikit lebih nyaman daripada Stasiun Jakarta Kota, itu dikarenakan pembaharuan material yang digunakan. Pada kedua stasiun, atap peron menggunakan asbes, itu membuat orang yang berada dibawahnya merasa kepanasan, karena asbes menyerap panas. Sebaiknya gunakan material yang memantulkan cahaya matahari.

Sistem keamanan pada kedua stasiun masih belum memadai. Hanya terdapat beberapa satpam. Tidak terdapat pengamanan tambahan seperti, sprinkler, hydrant ataupun CCTV.

Aktivitas dan fasilitas pada kedua stasiun masih kurang memadai. Batasan masalah yang dibahas meliputi lobby, ruang tunggu dan peron. Untuk lobby meliputi ruang informasi, ruang penjualan tiket dan antrian penjualan tiket masih kurang luas karena pengguna kereta api terbilang banyak. Untuk ruang tunggu masih kurang memadai, karena pengguna lebih banyak daripada kursi yang disediakan. Banyak pengguna yang duduk lesehan di lantai dan membuat pemandangan tidak nyaman. Untuk area peron pada stasiun Jakarta Kota masih terbilang nyaman karena peron pada stasiun ini lebih luas daripada stasiun Bogor, sehingga para calon penumpang tidak menumpuk pada satu tempat saja.

Gambar

Gambar 2.1. Logo PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO)  Sumber : www.kereta-api.co.id
Gambar 2.2. Tempat Gerak Penumpang  Sumber : Data Arsitek- Jilid 2 - Edisi 33
Gambar 2.4. Ukuran Umum Orang Dewasa
Gambar 2.5. Ruang Gerak Bagi Tuna Netra
+6

Referensi

Dokumen terkait

Environment atau lingkungan yang digunakan dalam game ini yaitu lingkungan perumahan atau bangunan. Setiap bangunan tersebut ada beberapa kartu yang harus dicari

Dan ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada Isteri yang tercinta yang selalu memberikan dorongan untuk penyelesain tulisan ini, dan dua orang anak yang senantiasa

kedatangan saya kesini mau mendapatkan informasi tentang bagaimana perilaku kesehatan ibu selama hamil dengan malaria, terkait judul skripsi saya yaitu

Diah (2012) melaporkan bahwa ketidaklengkapan pengisian dokumen rekam medis tertinggi pada informasi ; umur dan jenis kelamin 47%, diagnosis penyakit 22%. Penyebabnya

Agenda Clustering Requirement untuk clustering Tipe data dalam cluster analysis Interval-scale variable Binary variable Nominal variable Ordinal variable Ratio-scaled

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: “Persepsi Partai Amanat Nasional

Ketika orang yang tak dikenal itu menanyakan tentang jenis dan banyaknya barang dagangan, yang hendak diselundupkan melewati perbatasan itu, maka oleh Arndt dimanfaatkan

Oleh karena itu, penelitian ini akan menfokuskan pada hasil belajar siswa menggunakan lembar kerja peserta didik yang berbasis Adobe Flash CS8 untuk hasil