• Tidak ada hasil yang ditemukan

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS

PENILAIAN PROYEK

(PROJECT ASSESSMENT)

TERHADAP HASIL BELAJAR IPA

SISWA KELAS IV SD GUGUS II KECAMATAN MARGA

TAHUN AJARAN 2013/2014

I Made Widiartana

1

, Made Putra, M.Pd

2

, I Komang Ngurah Wiyasa

3

1,2,3

Jurusan PGSD, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti pendekatan pembelajaran kontekstual berbasis penilaian proyek (project assessment) dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional siswa kelas V Sekolah Dasar Gugus II Kecamatan Marga. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasy eksperiment) dengan rancangan penelitian Non

Equivalent Control Group Design. Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas V SD

Gugus II Kecamatan Marga tahun pelajaran 2013/2014. Sampel diambil dengan teknik

random sampling. Data yang dikumpulkan adalah nilai hasil belajar IPA di kelas eksperimen dan di kelas kontrol dikumpulkan dengan menggunakan tes pilihan ganda satu jawaban benar (post test). Data dianalisis dengan uji t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan pembelajaran kontekstual berbasis penilaian proyek (project assessment) dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional (thitung

5.034 > ttabel = 2.000). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pendekatan

pembelajaran kontekstual berbasis penilaian proyek (project assessment) berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas V Sekolah Dasar Gugus II Kecamatan Marga.

Kata kunci : IPA , Pendekatan Kontekstual, penilaian proyek, hasil belajar

Abstract

The objective of this study is to determine the significant differences between students’ learning outcomes of Pkn which used Value Clarification Technique (Vct) which assist by Power Point Media with the students who use the conventional teaching of the fifth grade students of SD Gugus II Kecamatan Marga. This study is a quasy experiment with the design of the study is a non-Equivalent control group design. The population of this study is conducted to the fifth grade students of SD No 3 Benoa in academic year 2013/2014. Samples were taken with a random sampling technique. The data collected is the value of the PKn studies in the experimental class and the control class collected using a multiple-choice test with one correct answer (post test). Data was analyzed by t-test. The result showed there were significant differences in learning outcomes of students who learned PKN with using Value Clarification Technique (Vct) which assist by Power Point Media with students who learned with using Conventional Learning (thitung 10,84 > ttabel =

2,000). Thus, we can conclude that Value Clarification Technique (Vct) model significantly influence the results of Pkn studies of the fifth grade students of SD Gugus II Kecamatan Marga.

(2)

PENDAHULUAN

Pendidikan nasional betujuan mencerdaskan kegidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan

mandiri serta tanggung jawab

kemasyarakatan dan kebangsaan. Pada kenyataanya permasalahan pendidikan yang dihadapi bangsa Indonesia adalah masih rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan. Rendahnya mutu dan relevansi pendidikan tersebut dipengaruhi sejumlah faktor, antar lain mutu proses pembelajaran yang belum mampu menciptakan proses pembelajaran yang berkualitas.

Perlu disadari bahwa proses pembelajaran merupakan bagian yang sangat penting dari pendidikan. Proses pembelajaran yang inovatif hendaknya mampu menciptakan kondisi belajar yang kondusif, menyenangkan, menantang dan mengairahkan dengan membawa situasi nyata dalam belajar siswa. Namun pada kenyataannya, dewasa ini masih terdapat sistem pembelajaran yang bersifat teoritis. Sebagian besar siswa belum dapat menangkap makna dari apa yang mereka peroleh dari pembelajaran untuk dapat diterapkan dalam kehidupan sehari hari. Hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa pada umumnya siswa tidak dapat menghubungkan apa yang telah mereka pelajari dengan cara pemanfaatan pengetahuan tersebut di kemudian hari. Oleh sebab itu, dalam kondisi seperti ini guru atau pendidik harus mampu merancang sebuah pembelajaran yang benar-benar dapat membekali siswa baik pengetahuan secara teoritis maupun praktik. Dalam hal ini, guru harus pandai mencari dan menciptakan kondisi belajar

yang memudahkan siswa dalam

memahami, memaknai, dan

menghubungkan materi pelajaran. Riyanto (2009) dalam bukunya mengemukakan, pembelajaran merupakan kegiatan yang terorganisasi dimana tercangkup langkah-langkah menganalisis, mengembangkan,

mengimplementasikan dan mengadakan evaluasi.

Pelaksanaan pembelajaran tentu memelukan persiapan-persiapan mulai dari menyiapkan kurikulum, silabus, rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP), media pembelajaran, LKS sampai dengan memilih strategi, metode, model ataupun pendekatan pembelajaran yang akan digunakan. Guru sebagai pelaku pendidikan mampu menjadi fasilitator, mediator, dan harus terus mensiasati dengan berbagai cara membangun kultur belajar, sehingga siswa memperoleh pembelajaran yang bermakna antara lain belajar untuk tahu

(learning to know), belajar untuk berbuat ( learning to do), belajar untuk menjadi sesuatu (learning to be), dan belajar untuk hidup bersama (learning to life together). Guru dapat memilih berbagai strategi, metode, model ataupun pendekatan yang dituangkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran dengan mempertimbangkan karakteristik materi pembelajaran dan karakteristik siswa. Salah satu alternatif yang dapat dipilih oleh guru adalah dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual. Nurhadi (2004: 4) menyatakan, “pendekatan kontekstual merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata di dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dalam kehidupanya sebagai anggota keluarga dan masyarakat”. Selanjutnya Sanjaya (2008:109) menyatakan, pendekatan kontekstual atau yang sering dikenal dengan Contextual Teaching and Learning

(CTL) adalah suatu pendekatan yang menekankan kepada proses keteribatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong mereka untuk menerapkanya dalam kehidupan sehari-hari. Trianto (2008:17) menyatakan, Pendekatan kontekstual (Contexstual Teaching Learning) merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi

siswa membuat hubungan antara

(3)

sebagai anggota keluarga, dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Oleh sebab itu proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru dan siswa. Dari konsep tersebut ada tiga hal yang harus dipahami, pertama, CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses

pengalaman langsung. Proses

pembelajaran CTL tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran. Kedua, CTL mendorong siswa agar dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Ketiga, CTL mendorong siswa untuk menerapkannya dalam kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memhami materi yang dipelajarinya akan tetapi bagaimana materi itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari–hari. Materi pelajaran dalam konteks CTL bukan untuk ditumpuk diotak dan kemudian dilupakan akan tetapi sebagai bekal mereka dalam mengarungi kehidupan nyata. Penerapan CTL dalam kelas cukup mudah, secara garis besar langkah-langkahnya sebagai berikut:

a. Kembangkan pikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya sendiri.

b. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topik. c. Kembangkan sifat ingin tahu siswa

dengan bertanya.

d. Ciptakan masyarakat belajar.

e. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.

f. Lakukan refleksi diakhir pembelajaran.

g. Lakukan penilaian sebenarnya dengan berbagai cara Sanjaya

(2006:256) terdapat lima

karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL, yaitu:

a. Dalam CTL pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activiting knowledge), artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain.

b. Pembelajaran yang kontekstual

adalah belajar dalam rangka

memperoleh dan menambah

pengetahuan yang baru (acquiring

knowledge). Pengetahuan itu

diperoleh dengan cara deduktif, artinya pembelajaran dimulai dengan mempelajari secara keseluruhan.

c. Pemahaman pengetahuan

(understanding knowledge) artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan diyakini.

d. Mempraktikan pengetahuan dan

pengalaman tersebut (applying knowledge) artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan perilaku siswa.

e. Melakukan refleksi (reflecting

knowledge) terhadap strategi

pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk

proses perbaikan dan

penyempurnaan strategi.

Riyanto (2009:170) menyatakan, Sesuai dengan karakteritiknya, pembelajaran CTL memiliki tujuh

(4)

kontrukstivisme (Contruktivism), inkuiri

(Inquiri), bertanya (Questioning), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), refleksi (Reflection), penilaian sebenarnya (Authentic Assesment).

Sebuah kelas dikatakan

menggunakan pendekatan CTL jika menerapkan ketujuh prinsip tersebut dalam pembelajarannya. CTL dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya

Berikut ini akan dijelaskan masing-masing komponen dalam pembelajaran kontekstual.

a. Kontrukstivisme

Kontrukstivisme suatu landasan teoritik pendidikan moderen termasuk CTL adalah teori pembelajaran kontrukstivis. Pendekatan ini pada dasarnya menekankan pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif proses belajar–mengajar. Proses pembelajaran lebih diwarnai student centered daripada teacher centered.

Sebagian besar waktu proses belajar- mengajar berlangsung dengan berbasis pada aktivitas siswa. Kontruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Untuk itu, tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut, adalah sebagai berikut.

1) Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa.

2) Memberikan kesempatan siswa untuk menemukan dan menerapkan idenya sendiri.

3) Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar. b. Inkuiri

Belajar bukanlah menghafal Inkuiri merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta–fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkan. Siklus inkuiri terdiri dari; (a) observasi, (b) bertanya, (c) mengajukan dugaan, (d) pengumpulan data, (e) penyimpulan.

c. Bertanya

Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari bertanya. Questioning

(bertanya) merupakan strategi utama berbasis kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiri, yaitu menggali imformasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.

d. Masyarakat Belajar

Konsep masyarakat belajar

menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Dalam kelas CTL, guru disarankan melaksanakan pembelajaran dalam kelompok–kelompok belajar. Siswa dibagi

dalam kelompok–kelompok yang

anggotanya heterogen. e. Pemodelan

Dalam sebuah pembelajaran

keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru oleh siswanya. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu–satunya model. Pemodelan dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Seorang bisa ditunjuk untuk memodelkan sesuatu berdasarkan pengalaman yang diketahui.

(5)

f. Refleksi

Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau bepikir kebelakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan dimasa lalu. Siswa mendapakan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya.

g. Penilaian Sebenarnya (autentic assessment)

Assessment adalah proses

pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran yang benar. Karakteristik penilaian autentik, antara lain: (a) Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung. (b) Bisa digunakan untuk formatif dan sumatif. (c) Yang diukur keterampilan dan perfomansi,

bukan mengingat fakta. (d)

Berkesinambungan. (e) Terintegrasi. (f) Dapat digunakan sebagai feed back.

Dalam CTL hal-hal yang bisa digunakan sebagai dasar menilai prestasi siswa, antara lain: proyek atau kegiatan dan laporannya, PR (pekerjaan rumah), kuis, karya siswa, presentasi atau penampilan siswa, demonstrasi, laporan, jurnal, hasil tes tulis,karya tulis. Berdasarkan pendapat tersebut di atas maka dapat disimpulkan pendekatan kontekstual merupakan suatu pendekatan yag menekankan proses keterlibatan siswa untuk aktif dalam kegiatan atau proses pembelajaran dengan menghadirkan situasi nyata dalam pembelajaran, sehingga siswa menemukan sendiri materi yang dipelajari. Keberhasilan suatu kegiatan belajar tentunya tidak hanya disebabkan oleh pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru, berbagai faktor-faktor dapat mempengaruhi keberhasilan kegiatan pembelajaran. Faktor–faktor tersebut antara lain kurikulum yang menjadi acuan dasarnya, program pengajaran, kualitas guru, materi pembelajaran, strategi pembelajaran, sumber belajar, LKS, bentuk

penilaian maupun faktor dalam diri siswa. Salah satu bentuk penilaian yang melibatkan siswa secara aktif baik dari segi proses ataupun produk adalah penilaian proyek (project assessment). Penilaian proyek (project assessment) merupakan penilaian yang dilakukan dengan jangka waktu tertentu, melalui pemberian tugas kepada siswa berupa proyek yang lebih menitik beratkan pada penilaian proses dan penilaian produk. Proyek adalah suatu cara yang sangat bagus untuk melibatkan siswa dalam situasi pemecahan masalah yang luas. Situasi ini dapat bersifat matematis tapi biasanya terdapat hubungan dengan dunia nyata atau disiplin ilmu lain. Proyek dapat melibatkan siswa dalam situasi yang memungkinkan banyak jawaban yang dapat diterima. Dapat juga berupa situasi alami

yang menyebabkan siswa harus

merumuskan pertanyaan atau membuat hubungan yang membutuhkan penelitian lebih lanjut. Depdiknas (2011:4) menjelaskan,Penilaian merupakan proses pengumpulan data dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. Tujuan penilaan hasil belajar meliputi tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum antara lain; (a) menilai pencapaian kompetensi peserta

didik, (b) memperbaiki proses

pembelajaran, (c) sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan belajar siswa. Tujuan umum penilaian hasil belajar antara lain; (a) mengetahui kemajuan dan hasil belajar siswa, (b) mendiagnosis kesulitan belajar, (c) memberikan umpan balik/ perbaikan proses belajar mengajar, (d) penentuan kenaikan kelas, (e) memotivasi belajar siswa dengan cara

mengenal, memahami diri, dan

merangsang untuk melakukan usaha perbaikan. Dipertegas oleh Sardiman (2010: 227) yang menyatakan bahwa, penilaian adalah proses pengumpulan data

yang memberikan gambaran

perkembangan siswa. Gambaran

perkembangan siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa mengetahui apakah siswa sudah mengalami proses pembelajaran dengan benar. Gambaran proses dan kemajuan siswa perlu diketahui sepanjang proses pembelajaran. Penilaian perlu dilakukan sepanjang proses atau

(6)

terintegrasi/ tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran. Penilaian proyek juga memberi kesempatan pada siswa untuk menyelidiki, belajar, memikirkan, dan menelusuri gagasan-gagasan yang membangun pemahaman dalam setiap materi IPA.

IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar. Secara sederhana IPA didefinisikan sebagi ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang alam atau ilmu yang mempelajari peristiwa- peristiwa di alam. IPA merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang terdiri dari fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan teori-teori yang merupakan produk dari proses ilmiah (Samatowa, 2011: 19). Menurut Kurikulum Pendidikan Dasar dalam Garis-garis Besar Program Pendidikan (GBPP) kelas IV Sekolah Dasar dinyatakan,

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains

merupakan hasil kegiatan

manusia yang berupa pengetahuan, gagasan dan konsep-konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang

diperoleh dari pengalaman

melalui serangkaian proses kegiatan ilmiah

antara lain penyelidikan,

penyusunan dan pengujian gagasan-gagasan.

METODE

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh yang signifikan Pendekatan Pembelajaran kontekstual berbasis penilaian proyek (project assessment) hasil belajar siswa pelajaran IPA. dengan memanipulasi variabel bebas Pendekatan Pembelajaran kontekstual berbasis penilaian proyek (project assessment) dan variabel terikat yaitu hasil belajar yang tidak dapat dikontrol secara ketat sehingga desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu

(quasy eksperiment). Desain eksperimen semu yang digunakan dalam penelitian ini adalah Non Equivalent Control Group Design.

Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah seluruh siswa kelas V SD Gugus II Kecamatan Marga tahun pelajaran 2013/2014. Untuk pengambilan sampel menggunakan teknik Random Sampling. Diketahui SD 3 Petiga yang berjumlah 30

orang siswa sebagai kelompok eksperimen dan SD 1 Petiga yang berjumlah 30 orang siswa sebagai kelompok kontrol.

Dalam pengumpulan data

menggunakan metode tes,. Tes yang digunakan untuk menilai hasil belajar IPA adalah tes objektif berupa tes pilihan ganda dengan 4 pilihan jawaban. Untuk uji prasyarat analisis dengan uji normalitas sebaran data dengan uji Chi-Kuadrat, uji homogenitas varians dengan uji F, dan uji hipotesis menggunakan uji-t. Dalam proses analisis data menggunakan bantuan

Microsoft Office Excel.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis data diperoleh rata-rata nilai hasil belajar IPA untuk kelompok eksperimen yang dibelajarkan melalui Pendekatan Pembelajaran kontekstual berbasis penilaian proyek (project assessment) adalah 80.97 dengan varian 35.27 dan standar deviasi 5.93. Sedangkan rata-rata nilai hasil belajar IPA untuk kelompok kontrol yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional adalah 72.93 dengan varian sebesar 39.81, dan standar deviasi 6.30. Dan data tersebut menunjukkan bahwa kelompok eksperimen yang dibelajarkan melalui Pendekatan Pembelajaran kontekstual berbasis penilaian proyek (project assessment) memiliki rata-rata nilai hasil belajar lebih tinggi dari kelompok kontrol yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional. Sebelum melakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians.

Uji normalitas data dilakukan pada kedua kelompok data, meliputi data kelompok eksperimen yang dibelajarkan melalui Pendekatan Pembelajaran kontekstual berbasis penilaian proyek (project assessment) dan data kelompok kontrol yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional. Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui sebaran data skor akhir hasil belajar IPA yang digunakan dalam pengujian hipotesis. Uji normalitas sebaran data dilakukan dengan menggunakan Chi Kuadrat (X2) pada taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan db = k-1. Untuk Iangkah-Iangkah uji Chi-Kuadrat

(7)

(X) kelompok eksperimen yang dibelajarkan melalui Pendekatan Pembelajaran kontekstual berbasis penilaian proyek (project assessment) dijelaskan berikut ini: diperoleh bahwa untuk x2 dengan taraf signifikansi 5% diperoleh (α = 0,05) dan derajat kebebasan (db) = 5 diperoleh x2hit=0.95 dan x2tabel = x2

(0.05,5) = 11.07, karena x2tabel = 11.07 >

x2hit=0.95 berarti sebaran data nilai akhir

hasil belajar IPA kelompok eksperimen yang dibelajarkan melalui Pendekatan Pembelajaran kontekstual berbasis penilaian proyek (project assessment) berdistribusi normal. Untuk kelas yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional terlihat bahwa untuk x2 dengan taraf signifikansi 5% (α = 0.05) dan derajat kebebasan (db) = 5 diperoleh x2hit=4.73 dan x2tabel= x2 (0.05,5) = 11.07,

karena x2tabel 11.07 > x2 hit 4.73, berarti

sebaran data nilai hasil belajar IPA kelompok kontrol yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional berdistribusi normal.

Uji homogenitas varian ini dilakukan berdasarkan data nilai hasil belajar IPA yang meliputi data kelompok eksperimen yang dibelajarkan melalui Pendekatan Pembelajaran kontekstual berbasis penilaian proyek (project assessment)i dan data kelompok kontrol yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional. Uji homogenitas varian menggunakan uji F. Kriteria pengujian jika Fhitung < Ftabel maka

sampel homogen. Pengujian dilakukan

pada taraf signifikansi 5% dengan derajat kebebasan untuk pembilang n1 – 1 (30 -

1=29) dan derajat kebebasan untuk penyebut n2 – 1 (30-1=29).

Hasil uji homogenitas varians menunjukkan hasil bahwa Fhitung = 1,.12 <

Ftabel =1.85. artinya varians antar kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol adalah homogen. Hipotesis penelitian yang diuji adalah Ha: Ada perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui Pendekatan Pembelajaran kontekstual berbasis penilaian proyek (project assessment) dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V Sekolah Dasar Gugus II Kecamatan Marga. Ho: Tidak ada perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui Pendekatan Pembelajaran kontekstual berbasis penilaian proyek (project assessment) dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V Sekolah Dasar Gugus II Kecamatan Marga. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji t-test , dengan kriteria pengujian adalah dengan kriteria pengujian adalah H0 ditolak jika thitt(1),

di mana t(1) di dapat dari tabel distribusi t pada taraf signifikan (

) 5% dengan derajat kebebasan dk = (n1 + n2 - 2) dan

Ha ditolak jika thitt(1)

.

Tabel 1. Tabel Uji Hipotesis

Kelas Varians N Db thitung ttabell Kesimpulan

Kelas Eksperimen

39.81 30 58 5.034 2.000 Ha diterima

Kelas Kontrol 35.27 30

Berdasarkan tabel 1, terlihat thitung

lebih besar dari pada ttabel yaitu 5.034 >

2.000. D e n g a n h a s i l t e r s e b u t m a k a d a p a t disimpulkan Ho "tidak ada

perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui

P e n d e k a t a n P e m b e l a j a r a n k o n t e k s t u a l b e r b a s i s p e n i l a i a n p r o y e k (p r o j e c t a s s e s s m e n t) dengan siswa yang d i b e l a j a r k a n m e l a l u i pembelajaran konvensional pada siswa kelas V Sekolah Dasar Gugus

(8)

II Kecamatan Marga", ditolak dan Ha yang

menyatakan "ada perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui Pendekatan Pembelajaran kontekstual berbasis penilaian proyek (project assessment) dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V Sekolah Dasar Gugus II Kecamatan Marga", diterima.

Pembahasan

Berdasarkan uji t yang dilakukan pada data post test diperoleh thitung > ttabel

berarti hipotesis yang menyebutkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan pembelajaran Kontekstual berbasis penilaian proyek (project assessment) dengan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran Konvensional siswa kelas IV SD di gugus II Kecamatan Marga. Hal ini berarti bahwa siswa yang dibelajarkan menggunakan pendekatan pembelajaran Kontekstual berbasis penilaian proyek (project assessment) lebih baik dari pada siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran Konvensional.

Pendekatan pembelajaran

Kontekstual berbasis penilaian proyek

(project assessment) adalah

pembelajaran yang secara penuh melibatkan seluruh siswa dalam proses pembelajaran (student cetered), yang menjadikan pembelajaran lebih bermakna. Hal ini terlihat selama proses

pembelajaran yang menerapkan

pendekatan pembelajaran Kontekstual berbasis penilaian proyek (project

assessment). Beberapa temuan

dilapangan dari penerapan pendekatan pembelajaran Kontekstual berbasis penilaian proyek (project assessment)

adalah sebagai berikut.

1) Temuan pertama siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan pembelajaran Kontekstual berbasis penilaian proyek (project

assessment) siswa terlihat

bersemangat dan antusias dalam mengikuti pembelajaran.

2) Temuan kedua siswa lebih aktif dalam mempersiapkan diri sebelum mengikuti pembelajaran. 3) Temuan Ketiga pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran Kontekstual berbasis penilaian proyek (project assessment) tampak kondisi pembelajaran

student centered dimana peran siswa lebih dominan, dan guru condong berperan sebagai fasilitator.

4) Temuan Keempat

pembelajaran dengan

menerapkan pendekatan

pembelajaran Kontekstual berbasis penilaian proyek (project assessment) terlihat adanya interaksi multi arah yang membuat suasana pembelajaran lebih aktif, setiap siswa antusias mengikuti pembelajaran.

Berbeda signifikan dengan

pembelajaran yang menerapkan

pembelajaran Konvensional, selama proses pembelajaran siswa pasif, karena hanya menjadi objek belajar. Siswa hanya mendengarkan penjelasakan guru secara seksama dan mencatat materi yang dipaparkan oleh guru lalu menyelesaikan soal-soal latihan dari guru. Pembelajaran seperti ini membuat siswa cepat bosan dan cenderung malas dalam mengikuti pembelajaran. Sehingga tidak heran dalam pembelajaran yang menerapkan pendekatan pembelajaran Kontekstual berbasis penilaian proyek (project assessment) jauh membuat pembelajaran lebih bermakna yang berujung pada optimalnya Hasil Belajar IPA kelompok eksperimen.

Hal ini mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui

(9)

pendekatan pembelajaran Kontekstual berbasis penilaian proyek (project

assessment) dengan siswa yang

dibelajarkan dengan pembelajaran Konvensional siswa kelas IV SD di Gugus II Kecamatan Marga.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan pembelajaran Kontekstual berbasis penilaian proyek (project

assessment) dengan siswa yang

dibelajarkan dengan pembelajaran Konvensional siswa kelas IV SD di Gugus II Kecamatan Marga.

Pembelajaran dengan

menerapkan pendekatan pembelajaran Kontekstual berbasis penilaian proyek

(project assessment) lebih baik

dibandingkan Pembelajaran

Konvensional. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil thitung lebih besar ttabel yaitu

5.034 > 2.000. Terlihat juga pada perolehan nilai hasil belajar kelas

eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol yaitu sebesar 80.97 > 72.93. DAFTAR RUJUKAN Depdiknas. 2011. Model KTSP SD. Jakarta: BNSP (Badan Nasional Standar Pendidikan)

Nurhadi, Burhan Yasin & Agus Gerrad

Senduk. 2004.

Pembelajaran Kontekstual Dan Penerapannya Dalam KBK. Malang: Universitas Malang

Sanjaya, Wina. 2006.Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Bandung:

Kencana

---. 2008. Pembelajaran Dalam

Implementasi Kurikulum

Berbasis Kompetensi

(Cetakan Ke-3). Bandung: Kencana

Trianto.2008. Mendesain Pembelajaran Kontekstual ( CTL ) di Kelas. Jakarta: Cerdas Pustaka Publisher

Referensi

Dokumen terkait

Tuckey test menunjukkan bahwa ada perbedaan antara satu formula dengan formula lain sehingga dapat disimpulkan bahwa CMC-Na berpengaruh terhadap stabilitas pH sirup...

dampak variabel-variabel risiko dilihat dari sudut pandang frekuensi faktor risiko terhadap biaya dan waktu pelaksanaan proyek serta respon resiko yang akan

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa rata- rata total skor kumulatif pada variabel Motif yang didapat dari 4 dimensi adalah 330,2875, atau berkriteria tinggi

Ya Allah ya Tuhanku sesungguhnya daku berlindung denganMu daripada sejahat-jahat perkara yang Engkau kurniakan kepada kami dan daripada seburuk-buruk perkara yang Engkau

Transaksi menggunakan teknologi Blockchain adalah peer-to-peer, dalam arti bahwa data (dapat berupa pesan, uang, atau informasi penting) dapat dipindahkan dari satu pengguna ke

MEDAN 2019.. Kelurahan Sudomulyo, Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat : Kajian Sosiolinguistik”, Skripsi. Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan. Program Studi Bahasa dan

Seringkali yang terjadi dalam penyaluran komunikasi adalah adanya salah pengertian (miskomunikasi), hal tersebut disebabkan karena komunikasi telah melalui

Gerabah atau kereweng (pecahan gerabah) sering kali ditemukan di anatara benda-benda lain pada situs arkeologi. Untuk keperluan studi arkeologi temuan ini sangat