• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN NILAI VO 2 MAX ANTARA AKTIVITAS FISIK RENDAH DAN AKTIVITAS FISIK TINGGI PADA LANSIA PENDERITA OSTEOARTHRITIS LUTUT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERBEDAAN NILAI VO 2 MAX ANTARA AKTIVITAS FISIK RENDAH DAN AKTIVITAS FISIK TINGGI PADA LANSIA PENDERITA OSTEOARTHRITIS LUTUT"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN NILAI VO

2

MAX ANTARA AKTIVITAS FISIK

RENDAH DAN AKTIVITAS FISIK TINGGI PADA LANSIA

PENDERITA OSTEOARTHRITIS LUTUT

Iis Sumiati1, Idrus Jus’at1, Muthiah Munawwarah1

1

Fakultas Fisioterapi Universitas Esa Unggul Jakarta Jln. Arjuna Utara Tol Tomang Kebun Jeruk, Jakarta 11510

iissumiati37@yahoo.co.id

Abstract

Objective: To determine differences in VO2 max values between low physical activity and high physical activity in elderly patients with osteoarthritis of the knee. Methods: This study is a cross-sectional study to determine VO2 max value differences between low physical activity and high physical activity in elderly patients with osteoarthritis of the knee. The sample consisted of 40 elderly and selected based on purposive sampling technique. Samples were grouped into two groups based on their level of physical activity that lower levels of physical activity group consists of 20 people and the high activity group consisted of 20 people. Measurement of physical activity using the Physical Activity Scale for the Elderly (PASE) and the measurement of VO2 max using the Six Minute Walking Test. Results : The results of the measurement of lower levels of physical activity by using the total sample of 20 people, showed that the mean value for Physical Activity Low PASE is 131.5 with a standard deviation of 7.45160, while for the measurement of VO2 Max showed a mean value of VO2 Max is 18 , 66 with a standard deviation of 0.52661. High Physical Activity measurement results with a sample size of 20 people, showed that the mean value for Physical Activity High PASE is 156.75 with a standard deviation of 8.47209, while for the measurement of VO2 Max showed a mean value for VO2 max was 19.45 with a standard deviation of 0.35019. Normality Test Results obtained by Kolmogorov-Smirnov test of normal data at lower levels of physical activity, VO2 max and abnormal data at high physical activity. On the results using a different test Test Independent Sample T-Test showed the value of p = 0.000, which means there is a difference VO2 max values between low and high physical activity in elderly patients with osteoarthritis of the knee. Conclusion: There is a difference VO2 max value between low physical activity and high physical activity in elderly patients with osteoarthritis of the knee.

(2)

PENDAHULUAN

Proses penuaan dianggap sebagai peristiwa fisiologis yang memang harus dialami oleh semua makhluk hidup. Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan berbagai organ, fungsi dan sistem tubuh yang bersifat alamiah/ fisiologis. Dengan bertambahnya usia terjadi perubahan fisiologis pada sistem musculoskeletal, neuromuscular, kardiovaskular dan respirasi, sistem panca indera dan sistem integument.

Pada sistem kardiovaskuler dan respirasi terjadi perubahan yaitu penurunan kekuatan otot

– otot pernafasan, menurunnya aktivitas silia, menurunnya elastisitas paru, kapasitas maksimal pernafasan menurun, tulang – tulang pembentuk dinding dada mengalami pengeroposan atau osteoporosis sehingga menyebabkan jumlah udara pernafasan yang masuk ke paru – paru mengalami penurunan , penurunan sistem pernafasan yang lain adalah penurunan tekanan oksigen (O2) arteri yang akan mengganggu proses

oksigenasi dari hemoglobin dan O2 tidak terangkut

selama ke jaringan sehingga pengambilan oksigen maksimal (VO2 max) berkurang (Karavidas,

2010).

Konsumsi oksigen maksimal (VO2 max)

adalah jumlah maksimal oksigen yang dapat dikonsumsi selama aktivitas fisik yang intens sampai akhirnya terjadi kelelahan. Faktor – faktor yang mempengaruhi nilai VO2 max antara lain

genetik, usia, jenis kelamin, indeks massa tubuh (IMT) dan aktivitas fisik.

Aktivitas fisik memiliki peran yang sangat penting untuk kesehatan. Menurut Gill et All (2012) lansia yang tetap melakukan aktivitas fisik dapat mencegah terjadinya kecacatan mobilitas atau gangguan fungsional, sedangkan bagi lansia yang tidak aktif beraktivitas dapat meningkatkan resiko terjadinya gangguan kesehatan antara lain penyakit jantung, osteoporosis, parkinson, obesitas hingga gangguan keseimbangan yang akan meningkatkan resiko jatuh.

Menurut Patrick et All (2012), Lansia dikatakan melakukan aktivitas fisik apabila terjadi gerakan tubuh yang melibatkan otot rangka dan secara substansial meningkatkan pengeluaran energi, dapat berupa kegiatan santai dengan intensitas rendah atau sekitar 3 – 6 Mets selama setidaknya 150 menit per minggu. Lansia dikatakan melakukan aktivitas fisik apabila dalam kesehariannya melakukan aktivitity daily living

(ADL) secara mandiri, melakukan pekerjaan rumah tangga, bekerja di luar rumah (jika orang tersebut masih bekerja) serta melakukan kegiatan rekreasi seperti berjalan atau bersepeda (WHO, 2010).

Masalah kesehatan yang berhubungan dengan lansia dan degeneratif salah satunya

adalah osteoarthritis lutut. Osteoarthritis lutut merupakan suatu penyakit yang multifaktor yang ditandai dengan adanya peradangan dan degenerasi. Akibat kondisi tersebut, lutut akan terasa nyeri, karena teriritasinya jaringan disekitar sendi termasuk otot – otot sekitar sendi lutut yang kemudian terjadi kelemahan otot, krepitasi bahkan deformitas (Fukuda, Thiago, 2011). Lansia dengan osteoarthritis lutut cenderung mengurangi aktivitas fisiknya akibat adanya nyeri pada lutut yang akan berdampak pada penurunan kebugaran. Pada lansia terjadi penurunan VO2

max akibat kurangnya aktivitas fisik dan adanya kondisi patologi berupa osteoarthritis lutut yang dialami sehingga menyebabkan penurunan kebugaran, mudah lelah, penurunan produktifitas dalam bekerja, hingga timbul ketergantungan dengan orang lain dalam melakukan aktivitas.

Dari uraian diatas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan nilai VO2 Maks

antara aktivitas fisik rendah dan aktivitas fisik tinggi pada lansia penderita osteoarthritis lutut.

METODE

Jenis penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan teknik cross sectional. Populasi penelitian ini adalah lansia yang ada di puskesmas kecamatan pasar minggu. Sampel didapatkan sejumlah 40 orang yang diambil berdasarkan metode purposive sampling. Kriteria inklusi sampel adalah lansia (berusia diatas 65 tahun) yang bersedia menjadi sample, memiliki perbedaan aktivitas fisik, memiliki kondisi patologi berupa osteoarthritis lutut dan menandatangani surat persetujuan. Kriteria eksklusi antara lain tidak memiliki kondisi patologi.

Variabel Dependent penelitian ini adalah VO2 Maks yang dinyatakan dengan ml/kg/min.

untuk pengukuran VO2 Maks digunakan Six

Minute Walking Test atau tes jalan enam menit. Variabel independent penelitian ini adalah aktivitas fisik. Pengukuran aktivitas fisik menggunakan skala PASE (Physical Activity Scale for Elderly). PASE merupakan suatu instrument dalam bentuk quisioner untuk penilaian aktivitas fisik untuk usia di atas 65 tahun. Physical Activity Scale for Elderly ( PASE ) ini menilai aktivitas fisik yang dilakukan lansia selama 7 hari terakhir dengan 10 item penilaian dengan 3 kelompok item penilaian yaitu aktivitas di waktu luang, aktivitas rumah tangga dan aktivitas kerja. Score maksimal 400 dimana dikategorikan dalam 2 kelompok yaitu kelompok low physical activity dengan score 0 – 140 dan kelompok high physical activity dengan score 150 – 400.

Tahap pengolahan data yang dilakukan adalah memeriksa kelengkapan data, memasukkan data ke dalam program SPSS Versi 23.0. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas data

(3)

menggunakan uji Kolmogorov smirnov.

Selanjutnya dilakukan uji beda dengan menggunakan uji Independent Sample T-Test

untuk melihat perbedaan nilai VO2 Maks antara

aktivitas fisik rendah dan aktivitas fisik tinggi pada lansia penderita osteoarthritis lutut.

HASIL

Adapun data yang diambil dari Puskesmas Kecamatan pasar minggu, jakarta yang dijadikan sampel penelitian di sajikan dalam tabel.

Tabel 1

Distribusi sampel berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah %

Laki – Laki 6 15

Perempuan 34 85

Jumlah 40 100

Sumber : Data Primer, Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta

Berdasarkan tabel 1, dapat dilihat bahwa sampel lansia laki- laki sebanyak 6 orang (15%) dan sampel lansia perempuan sebanyak 34 orang (85%).

Tabel 2

Distribusi sampel berdasarkan Usia

Usia Jumlah % 65 tahun 18 45 66 tahun 7 17,5 67 tahun 5 12,5 68 tahun 3 7,5 70 tahun 3 7,5 71 tahun 2 5 73 tahun 1 2,5 77 tahun 1 2,5 Jumlah 40 100

Sumber : Data Primer, Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta

Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa sampel lansia yang berusia 65 tahun menduduki peringkat pertama, dengan jumlah 18 orang (45%), diikuti usia 66 tahun sebanyak 7 orang (17,5%), usia 67 tahun sebanyak 5 orang (12,5%), usia 68 tahun sebanyak 3 orang (7,5%), usia 70 tahun sebanyak 3 orang (7,5%), usia 71 tahun sebanyak 2 orang (5%), usia 73 tahun sebanyak 1 orang (2,5%) dan terakhir usia 77 tahun sebanyak 1 orang (2,5%).

Pada tabel 3 dapat dilihat bahwa sampel lansia dengan pekerjaan ibu rumah tangga sebanyak 26 orang (65%), tidak bekerja sebanyak 5 orang (12,5%), wiraswasta sebanyak

4 orang (10%), buruh sebanyak 3 orang (7,5%), dan pegawai swasta sebanyak 2 orang (5%).

Tabel 3

Distribusi sampel berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan Jumlah %

Buruh 3 7,5

Ibu Rumah Tangga 26 65

Pegawai Swasta 2 5

Wiraswasta 4 10

Tidak Bekerja 5 12,5

Jumlah 40 100

Sumber : Data Primer, Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta

Tabel 4

Distribusi Sampel berdasarkan tingkat aktivitas fisik

Klasifikasi Jumlah % Aktivitas Fisik Rendah 20 50 Aktivitas Fisik Tinggi 20 50

Jumlah 40 100

Sumber : Data Primer, Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta

Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa sampel yang memiliki aktivitas fisik rendah sebanyak 20 orang, sedangkan sampel yang memiliki aktivitas fisik tinggi sebanyak 20 orang.

Tabel 5

Data sampel berdasarkan nilai VO2 Maks dan

score aktivitas fisik

Sampel Aktivitas Fisik VO2 Maks

1 125 18,02 2 135 18,32 3 135 18,35 4 125 18,53 5 135 19,58 6 130 19,13 7 125 17,58 8 135 19,28 9 130 19,13 10 120 18,83 11 130 18,89 12 140 18,83 13 120 18,38

(4)

Sampel Aktivitas Fisik VO2 Maks 15 140 18,59 16 145 19,01 17 140 18,89 18 140 19,19 19 130 18,58 20 120 17,72 21 150 19,19 22 150 19,43 23 150 19,43 24 150 19,52 25 150 19,73 26 150 19,28 27 170 19,88 28 170 18,83 29 150 19,19 30 170 19,79 31 165 19,73 32 150 19,43 33 150 20,03 34 165 19,58 35 160 18,92 36 150 18,92 37 170 19,80 38 150 19,79 39 160 19,49 40 155 19,13

Sumber : Data Primer, Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta

Tabel 6

Hasil Uji Normalitas Data Variabel

Uji Kolmogorov Smirnov p - value Keterangan Aktivitas Fisik

Rendah 0,200 Normal VO2 Maks 0,200 Normal

Aktivitas Fisik

Tinggi 0,000 Tidak Normal VO2 Maks 0,200 Normal

Dari tabel 6, hasil pengujian normalitas data pada kelompok aktivitas fisik rendah dan VO2

maks didapatkan hasil data p-value = 0,200 (lebih besar dari 0,05) yang artinya data tersebut berditribusi normal. Sedangkan hasil pengujian normalitas data pada kelompok aktivitas fisik tinggi didapatkan hasil p-value = 0,000 (lebih kecil dari 0,05) yang artinya data tersebut berditribusi tidak normal, untuk nilai VO2 maks

didapatkan hasil p-value = 0,200 (lebih besar dari

0,05) yang artinya data tersebut berditribusi normal.

Berdasarkan hasil dari tabel 6, ditemukan data yang berdistribusi tidak normal, maka untuk uji hipotesis digunakan uji Independent Sampel T-Test.

Tabel 7

Uji Independent Sampel T-Test

Data Mean SD P VO2 Maks Aktivitas Rendah 18,66 0,52661 0,000 VO2 Maks Aktivitas Tinggi 19,45 0,35019

Berdasarkan hasil uji independent sampel t-test dari data tersebut didapatkan nilai p = 0,000 dimana p < 0,05 , hal ini berarti dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan nilai VO2 maks

antara lansia yang memiliki aktivitas fisik rendah dengan lansia yang memiliki aktivitas fisik tinggi disertai dengan kondisi patologi berupa osteoarthritis lutut.

PEMBAHASAN

Aktivitas Fisik pada Lansia

Aktivitas Fisik dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin dan penyakit / kelainan pada tubuh. Dilihat dari pengujian deskriptif pada kelompok aktivitas fisik rendah didapatkan rata – rata nilai aktivitas fisik menurut Physical Activity Scale for Elderly (PASE) yaitu 131,5. Sedangkan pada kelompok aktivitas fisik tinggi didapatkan rata – rata nilai aktivitas fisik yaitu 156,75. Nilai tertinggi untuk kelompok aktivitas fisik rendah didapatkan pada sampel ke 16 dengan score PASE sebesar 145, sedangkan nilai tertinggi untuk kelompok aktivitas fisik tinggi didapatkan pada sampel ke 7 dengan score PASE sebesar 170.

Pada lansia terjadi penurunan aktivitas fisik, hal ini terjadi karena secara fisiologis penurunan kemampuan kerja dari sel, jaringan, organ serta sistem pada tubuh sehingga menyebabkan penurunan dari aktivitas fisik. VO2 Maks pada Lansia

VO2 Maks dipengaruhi oleh genetik, usia,

jenis kelamin dan aktivitas fisik. Dilihat hasil pengukuran aktivitas fisik rendah dengan menggunakan questioner Physical Activity Scale for Elderly (PASE) dengan jumlah sampel sebanyak 20 orang, menunjukkan bahwa nilai mean PASE untuk Aktivitas Fisik Rendah adalah 131,5 dengan standar deviasi 7,45160. Sedangkan untuk hasil pengukuran VO2 Maks

(5)

jumlah sampel sebanyak 20 orang, menunjukkan bahwa nilai mean untuk VO2 Maks adalah 18,66

dengan standar deviasi 0,52661. Hasil pengukuran Aktivitas Fisik Tinggi dengan jumlah sampel sebanyak 20 orang, menunjukkan bahwa nilai mean PASE untuk Aktivitas Fisik Tinggi adalah 156,75 dengan standar deviasi 8,47209. Sedangkan untuk hasil pengukuran VO2 Maks

menggunakan Six Minute Walking Test dengan jumlah sampel sebanyak 20 orang, menunjukkan bahwa nilai mean untuk VO2 Maks adalah 19,45

dengan standar deviasi 0,35019.

Peningkatan aktivitas fisik pada lansia akan berdampak pada peningkatan kebugaran dalam hal ini nilai VO2 max (konsumsi oksigen

maksimal) karena pada saat peningkatan aktivitas fisik akan terjadi peningkatan dari cardiac output

(volume darah yang dipompa jantung permenit). VO2 max berperan penting sebagai indikator /

parameter jumlah oksigen maksimal yang dikonsumsi pada tingkat sel, dimana semakin tinggi nilai VO2 max maka kebugaran akan

semakin baik karena jumlah oksigen yang dibutuhkan tubuh pada saat melakukan aktivitas fisik terpenuhi dan tidak terjadi kelelahan yang berarti.

Perbedaan nilai VO2 Maks antara aktivitas

fisik rendah dan Aktivitas Fisik Tinggi. Untuk mengetahui perbedaan nilai VO2

Maks didapatkan melalui uji independent sampel t-test, dengan hasil p = 0,000 dimana p<0,05 yang berarti ada perbedaan nilai VO2 Maks antara

aktivitas fisik rendah dengan aktivitas fisik tinggi pada lansia penderita osteoarthritis lutut.

Hal ini terjadi karena ada perbedaan tingkat aktivitas fisik sehingga menyebabkan perbedaan nilai VO2 Maks. Aktivitas fisik

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi nilai VO2 Maks, dimana semakin tinggi aktivitas

fisik maka nilai VO2 Maks akan semakin tinggi.

Hasil penelitian ini didukung dengan hasil penelitian dari Roei tahun 2010 dimana terdapat perbedaan antara lansia yang melakukan aktivitas fisik rendah dan aktivitas fisik tinggi. Ini disebabkan karena pada saat peningkatan aktivitas fisik akan meningkatkan cardiac output

(volume darah yang dipompa jantung permenit) akan menyebabkan terjadinya peningkatan suplai darah yang mengandung oksigen ke jaringan. Sebaliknya ketika terjadi penurunan aktivitas fisik maka cardiac output akan turun, yang akan menyebabkan penurunan suplai darah yang mengandung oksigen ke jaringan. Oksigen mempunyai peranan vital bagi tubuh manusia. Oksigen diperlukan jaringan untuk proses pembentukan energi, regenerasi sel, serta membantu proses metabolisme pada tubuh. Untuk mendapatkan energi, selain glukosa, tubuh

Reaksi kimia antara glukosa dan oksigen akan menghasilkan Adenosine Tri Phosphate (ATP) yang merupakan energi murni sel. Kekurangan oksigen akan menurunkan cadangan energi tubuh sehingga tubuh akan merasa mudah lelah. Selain itu, kekurangan ATP akan mengganggu sinyal elektris dari otak ke otot sehingga membuat otot cepat lelah pada saat melakukan aktivitas fisik dan akan timbul nyeri otot. Kurangnya oksigen pada tubuh akan menyebabkan kematian sel dan mengganggu fungsi fisiologis dari jaringan, organ serta sistem pada tubuh.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan yaitu Ada perbedaan nilai VO2 Maks antara

aktivitas fisik rendah dan aktivitas fisik tinggi pada lansia penderita osteoarthritis lutut.

Diharapkan rekan – rekan fisioterapis untuk dapat mengembangkan penelitian lebih lanjut dengan memperhatikan pengukuran aktivitas fisik dan grade / skala dari osteoarthritis lutut.

DAFTAR PUSTAKA

American Thoracic Society. 2002. “Guidline Six Minute Walking Test”.

Arden, Neigel and Hunter, Elizabeth David. 2008.

“Osteoarthritis”. Oxford Universiy Press. Balke, B. 1963. “Sebuah Uji Lapangan Sederhana

Untuk Penilaian Kebugaran Fisik”. PMID. Karavidas, Apolos et al. 2010. “Aging and

Cardiovaskuler System”. Review Article New England Research Institute (NERI). 1991.

“Physical Activity Scale for Elderly (PASE)”. Oliveira, n. Silviera, H et al. 2008. “Assesment of

Cardiorespiratory Fitness using Submaximal Protocol in Older Adults”. Review Psiq Clinic. 40:88-92.

Patrick J et al. 2012. “Geriatric Physical Therapy Third Edition” : Elsevier Mosby.

Roei, Van. 2010. “Effectiveness of a lifestyle Physical Activity”. Journal Aging and Physical Activity. 18: 335- 352. World Health Organization. 2010.”Global

Recommendation on Physical Activity for Health”

Referensi

Dokumen terkait

Jadi, penerapan gambar luas daerah sebagai media pembelajaran dalam penelitian ini dapat meningkatkan aktivitas dan tentunya hasil belajar matematika siswa khususnya pada

Global Education: The Opportunities for Danyl Carter 0.5 hours Collaboration. Developing Schools Competitive Advantage Anthony van Ruiten

View of the north-east part of the semi-circular tower with the main entrance (photo: Ž. Glavaš) Main entrance gate to the Andreis castle (photo: I.. Od te kule izvorni je

Penelitian ini menghasilkan kriteria dan subkriteria bangunan hijau, bobot masing-masing kriteria dan subkriteria, serta tata cara penilaian. Penelitian ini

Selain berita dari mulut ke mulut kesadaran akan suatu mereka atau Brand Awareness juga mempunyai peran penting atas intensi pembelian, atau dalam konteks ini

berstatus sosial tinggi dan mengabaikan atau kurang menghargai data yang berasal dari informan tidak dikenal, kurang dapat3. bicara dan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Terdapat tiga kategori tingkat ketergantungan mikoriza yaitu kategori tinggi (Kultivar Kaba, Wilis dan Baluran), kategori sedang (Kultivar