• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HERPES SIMPLEKS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HERPES SIMPLEKS"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN DENGAN HERPES SIMPLEKS

Disusun Oleh : KELOMPOK “3”

Nama Kelompok : Npm :

Rossyanna Wulandari S 1126010087

Mesi Apriyanti 1126010088

Dewi sandra juwita 1126010089

Deiko Septio Cahyono 1126010090

Yudha pratama 1126010107

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKES )

TRI MANDIRI SAKTI BENGKULU

(2)

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Infeksi Saluran Kemih ( ISK )” ini dengan baik. Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kuliah Sistem Perkemihan dan juga sebagai panduan belajar.

Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini terutama kepada dosen pengajar mata kuliah Sistem Perkemihan yaitu Ns. Dian dwiana S.Kep dan anggota kelompok yang sangat kompak dan saling membantu untuk menyelesaikan tugas makalah ini.

Makalah ini belum sepenuhnya sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan. Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca dan memberikan informasi yang baru dan menambah pengetahuan bagi kita semua.

Bengkulu, Oktober 2013

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penulisan BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Definisi 2.2

BAB III. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN BAB IV. PENUTUP

3.1 Kesimpulan 3.2 Saran DAFTAR PUSTAKA

(4)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penyakit Cacar atau yang disebut sebagai 'Herpes' oleh kalangan medis adalah penyakit radang kulit yang ditandai dengan pembentukan gelembung-gelembung berisi air secara berkelompok. Penyakit Cacar atau Herpes ini ada 2 macam, Herpes Genetalis yang disebabkan virus herpes simplex (VHS) dan Herpes Zoster.

Virus herpes simpleks adalah merupakan virus DNA, dan seperti virus DNA yang lain mempunyai karakteristik melakukan replikasi didalam inti sel dan membentuk intranuclear inclusion body. Intranuclear inclusion body yang matang perlu dibedakan dari

sitomegalovirus. Karakteristik dari lesi adalah adanya central intranuclear inclusion body eosinofilik yang ireguler yang dibatasi oleh fragmen perifer dari kromatin pada tepi membran inti.

Berdasarkan perbedaan imunologi dan klinis, Virus herpes simpleks dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu :

1. Virus herpes simpleks tipe 1 yang menyebabkan infeksi herpes non genital, biasanya pada daerah mulut, meskipun kadang-kadang dapat menyerang daerah genital. Infeksi virus ini biasanya terjadi saat anak-anak dan sebagian besar seropositif telah didapat pada waktu umur 7 tahun..

2. Virus herpes simpleks tipe 2 hampir secara eksklusif hanya ditemukan pada traktus genitalis dan sebagian besar ditularkan lewat kontak seksual.

1.2 Rumusan Masalah

1. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan Herpes Simpleks ? 2. Menjelaskan bagaimana etiologi dari Herpes Simplek ? 3. Menjelaskan apa saja manifestasi dari Herpes Simpleks ? 4. Menjelaskan penyebaran dari Herpes Simpleks ?

5. Menjelaskan patofisiologi dari Herpes Simpleks ? 6. Menjelaskan WOC dari Herpes Simpleks ? 7. Menjelaskan diagnosis dari Herpes Simpleks ?

8. Menjelaskan bagaimana penyembuhan dari Herpes Simpleks ?

9. Menjelaskan penatalaksanaan medis dan keperawatan dari Herpes Simpleks ? 10. Menjelaskan bagaimana ASKEP dari Herpes Simpleks ?

1.3 Tujuan

(5)

1. Untuk mengetahui definisi dari Herpes Simpleks, 2. Untuk mengetahui etiologi Dari Herpes Simpleks,

3. Untuk mmengetahui manifestasi klinis dari Herpes Simpleks, 4. Untuk mengetahui penyebaran dari Herpes Simpleks,

5. Untuk mengetahui patofisiologi dari Herpes Simpleks, 6. Untuk mengetahui WOC dari Herpes Simpleks, 7. Untuk mengetahui duagnosis dari Herpes Simpleks, 8. Untuk mengetahui penyembuhan dari Herpes Simpleks,

9. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis dan keperawatan dari Herpes Simpleks, dan

10. Untuk mengetahui ASKEP dari Herpes Simpleks.

BAB II PEMBAHASAN

10.1 Definisi

Herpes simplex adalah infeksi akut oleh virus Herpes Simplex (virus Herpes Hominis) tipe I dan tipe IIyang ditandai dengan vesikel berkelompok diatas kulit yang eritematosa di daerah mukokutan. Dapat berlangsung primer maupun rekurens. Herpes simplex disebut juga fever blister, cold score, herpes febrilis, herpes labialis, herpes progenitalis(genitalis)

(6)

Infeksi herpes simpleks ditandai dengan episode berulang dari lepuhan-lepuhan kecil di kulit atau selaput lendir, yang berisi cairan dan terasa nyeri. Ciri-ciri Herpes simplex adalah adanya bintil-bintil kecil, bisa satu atau sekumpulan, yang berisi cairan, dan jika pecah bisa menyebabkan peradangan. Bintil-bintil ini biasanya muncul di daerah muco-cutaneous, atau daerah dimana kulit bertemu dengan lapisan membrane mukosa. Di wajah, daerah ini berlokasi di pertemuan bibir dengan kulit wajah. Para penderita herpes simplex biasanya merasakan adanya perasaan geli di daerah tersebut sebelum munculnya bintil-bintil.

Virus herpes simpleks merupakan virus DNA, dan seperti virus DNA yang lain mempunyai karakteristik melakukan replikasi didalam inti sel dan membentuk intranuclear inclusion body. Intranuclear inclusion body yang matang perlu dibedakan dari sitomegalovirus. Karakteristik dari lesi adalah adanya central intranuclear inclusion body eosinofilik yang ireguler yang dibatasi oleh fragmen perifer dari kromatin pada tepi membran inti.

10.2 Etiologi

1. Penyakit herpes simpleks di sebabkan oleh virus herpes simpleks. Berdasarkan perbedaan imunologi dan klinis, virus herpes simpleks dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu :

a) Virus herpes simpleks tipe 1 yang menyebabkan infeksi herpes non genital, biasanya pada daerah mulut, meskipun kadang-kadang dapat menyerang daerah genital. Infeksi virus ini biasanya terjadi saat anak-anak dan sebagian besar seropositif telah didapat pada waktu umur 7 tahun.

b) Virus herpes simpleks tipe 2 hampir secara eksklusif hanya ditemukan pada traktus genitalis dan sebagian besar ditularkan lewat kontak seksual.

2.3 Manifestasi Klinis

Secara umum gejala klinik infeksi virus herpes simpleks dapat dibagi dalam 2 bentuk:

1. Infeksi primer yang biasanya disertai gejala ( simtomatik ) meskipun dapat pula tanpa

gejala ( asimtomatik ). Keadaan tanpa gejala kemungkinan karena adanya imunitas tertentu dari antibodi yang bereaksi silang dan diperoleh setelah menderita infeksi tipe 1 saat anak-anak. Masa inkubasi yang khas selama 3 – 6 hari ( masa inkubasi terpendek yang pernah ditemukan 48 jam ) yang diikuti dengan erupsi papuler dengan rasa gatal, atau pegal-pegal

(7)

yang kemudian menjadi nyeri dan pembentukan vesikel dengan lesi vulva dan perineum yang multipel dan dapat menyatu. Adenopati inguinalis yang bisa menjadi sangat parah. Gejala sistemik mirip influenza yang bersifat sepintas sering ditemukan dan mungkin disebabkan oleh viremia. Vesikel yang terbentuk pada perineum dan vulva mudah terkena trauma dan dapat terjadi ulserasi serta terjangkit infeksi sekunder. Lesi pada vulva cenderung menimbulkan nyeri yang hebat dan dapat mengakibatkan disabilitas yang berat. Retensi urin dapat terjadi karena rasa nyeri yang ditimbulkan ketika buang air kecil atau terkenanya nervus sakralis. Dalam waktu 2 – 4 minggu, semua keluhan dan gejala infeksi akan menghilang tetapi dapat kambuh lagi karena terjadinya reaktivasi virus dari ganglion saraf. Kelainan pada serviks sering ditemukan pada infeksi primer dan dapat memperlihatkan inflamasi serta ulserasi atau tidak menimbulkan gejala klinis.

2. Infeksi rekuren. Setelah infeksi mukokutaneus yang primer, pertikel-partikel virus akan

menyerang sejumlah ganglion saraf yang berhubungan dan menimbulkan infeksi laten yang berlangsung lama. Infeksi laten dimana partikel-partikel virus terdapat dalam ganglion saraf secara berkala akan terputus oleh reaktivasi virus yang disebut infeksi rekuren yang mengakibatkan infeksi yang asimtomatik secara klinis ( pelepasan virus ) dengan atau tanpa lesi yang simtomatik. Lesi ini umumnya tidak banyak, tidak begitu nyeri serta melepaskan virus untuk periode waktu yang lebih singkat (2 – 5 hari) dibandingkan dengan yang terjadi pada infeksi primer, dan secara khas akan timbul lagi pada lokasi yang sama. Walaupun sering terlihat pada infeksi primer, infeksi serviks tidak begitu sering terjadi pada infeksi yang rekuren.

Infeksi primer pada ibu dapat menular pada janin, meskipun jarang, melalui plasenta

atau lewat korioamnion yang utuh dan dapat menyebabkan abortus spontan, prematuritas, ataupun kelainan kongenital dengan gejala mirip infeksi pada sitomegalovirus seperti mikrosefali, korioretinitis, IUGR. Janin hampir selalu terinfeksi oleh virus yang dilepaskan dari serviks atau traktus genitalis bawah setelah ketuban pecah atau saat bayi dilahirkan. Infeksi herpes pada bayi baru lahir mempunyai salah satu dari ketiga bentuk berikut ini :

1. Disseminata ( 70 % ), menyerang berbagai organ penting seperti otak, paru. Hepar,

adrenal, dan lain-lain dengan kematian lebih dari 50 % yang disebabkan DIC atau pneumonitis, dan yang berhasil hidup sering menderita kerusakan otak. Sebagian besar bayi yang terserang bayi prematur.

(8)

2. Lokalisata ( 15 % ) dengan gejala pada mata, kulit dan otak dengan kematian lebih rendah dibanding bentuk disseminata, tetapi bila tidak diobati 75 % akan menyebar dan menjadi bentuk disseminata yang fatal. Bentuk ini sering berakhir dengan kebutaan dan 30 % disertai kelainan neurologis.

3. Asimtomatik hanya terjadi pada sebagian kecil penderita herpes neonatal.

2. Penyebaran

Virus herpes simpleks menyebar melalui kontak tubuh secara langsung dan sebagian besar dengan kontak seksual. Dalam keadaan tanpa adanya antibodi , kontak dengan partner seksual yang menderita lesi herpes aktif, sebagian besar akan mengakibatkan penyakit yang bersifat klinis. Penyebaran tanpa hubungan sexual dapat terjadi melalui autoinokulasi pada penderita infeksi virus herpes simpleks atau dengan cara lain yang dibuktikan pada kasus herpes genital pada anak-anak.

Penyebaran transplasenta sangat jarang terjadi dan masih belum jelas, tetapi diduga tidak jauh berbeda dengan penularan virus herpes yang lain seperti sitomegalovirus, Epstein-Barrvirusdanlain-lain.

Penularan pada bayi dapat terjadi bila janin yang lahir kontak dengan virus pada ibu yang terinfeksi virus aktif dari jalan lahirnya dan ini merupakan penularan pada neonatal yang paling sering terjadi. Meskipun demikian kejadian herpes neonatal kecil sekali yaitu 1 : 25 000 kelahiran . Beberapa keadaan yang mempengaruhi terjadinya herpes neonatal adalah banyak sedikitnya virus, kulit ketuban masih utuh atau tidak, ada atau tidaknya lesi herpes genital, dan ada atau tidaknya antibodi virus herpes simpleks. Pada ibu hamil dengan infeksi primer dan belum terbentuk antibodi maka penularan dapat terjadi sampai 50 % sedangkan pada infeksi rekuren hanya 2,5 – 5 %.

2. Patofisiologi

Kontak langsung antara seseorang yang tidak memiliki antigen terhadap HSV-II dengan seseorang yang terinfeksi HSV-II. Kontak dapat melalui membran mukosa atau kontak langsung kulit dengan lesi. Transmisi juga dapat terjadi dari seorang pasangan yang tidak memiliki luka yang tampak. Kontak tidak langsung dapat melalui alat-alat yang dipakai penderita karena HSV-II memiliki envelope sehingga dapat bertahan hidup sekitar 30 menit

di luar sel.

(9)

saraf seperti dalam sel epidermis dan dermis. Virus berjalan dari tempat masuk menuju ke ganglion dorsalis, dimana virus akan mengalami fase laten. Virus melakukan replikasi di ganglion sensoris dan menunggu untuk rekuren. Ketika seseorang yang terinfeksi mengalami jangkitan, virus berjalan turun melalui serabut saraf ke tempat infeksi asli. Apabila tempat itu adalah kulit, kulit tersebut akan kemerahan dan terbentuk vesikel.

Setelah jangkitan awal, selanjutnya jangkitan cenderung jarang, dapat terjadi tiap minggu atau tiap tahun. Rekuren ini dapat dipengaruhi oleh: trauma, radiasi ultraviolet, infeksi, temperatur yang ekstrim, stres, pengobatan, imunosupresi, atau gangguan hormon. Penyebaran virus terjadi selama infeksi primer, fase rekuren dan selama episode asimptomatis. Hampir setiap orang yang memiliki antibodi HSV-II memiliki simptom dari waktu ke waktu. Bila seseorang terpajan HSV, maka infeksi dapat berbentuk episode I infeksi primer (inisial), episode I non infeksi primer, infeksi rekuren, asimptomatik atau tidak terjadi infeksi sama sekali. Pada episode I infeksi primer, virus yang berasal dari luar masuk ke dalam tubuh hospes. Kemudian terjadi penggabungan dengan DNA hospes di dalam tubuh hospes tersebut dan mengadakan multiplikasi atau replikasi serta menimbulkan kelainan pada kulit. Pada waktu itu hospes sendiri belum ada antibodi spesifik, ini bisa mengakibatkan timbulnya lesi pada daerah yang luas dengan gejala konstitusi berat.

Selanjutnya virus menjalar melalui serabut saraf sensorik ke ganglion saraf regional (ganglion sakralis), dan berdiam di sana serta bersifat laten. Pada episode I non infeksi primer, infeksi sudah lama berlangsung tetapi belum menimbulkan gejala klinis, tubuh sudah membentuk zat anti sehingga pada waktu terjadinya episode I ini kelainan yang timbul tidak seberat episode I dengan infeksi primer.

Bila pada suatu waktu ada faktor pencetus (trigger factor), virus akan mengalami reaktivasi dan multiplikasi kembali sehingga terjadilah infeksi rekuren. Pada saat ini di dalam tubuh hospes sudah ada antibodi spesifik sehingga kelainan yang timbul dan gejala konstitusinya tidak seberat pada waktu infeksi primer. Trigger factor tersebut antara lain adalah trauma, koitus yang berlebihan, demam, gangguan pencernaan, stres emosi, kelelahan, makanan yang merangsang, alkohol, obat-obatan (imunosupresif, kortikosteroid), dan pada beberapa kasus sukar diketahui dengan jelas penyebabnya. Ada beberapa pendapat mengenai infeksi rekuren: 1. Faktor pencetus akan mengakibatkan reaktivasi virus dalam ganglion dan virus akan turun melalui akson saraf perifer ke sel epitel kulit yang dipersarafinya dan di sana akan mengalami replikasi dan multiplikasi serta menimbulkan lesi.

2. Virus secara terus-menerus dilepaskan ke sel-sel epitel dan adanya faktor pencetus ini menyebabkan kelemahan setempat dan menimbulkan lesi rekuren.

HSV-I bertanggung jawab untuk common cold sores, dapat ditransmisikan melalui sekresi oral. Ini sering terjadi selama berciuman, atau dengan memakan atau meminum dari perkakas yang terkontaminasi. HSV-I dapat menyebabkan herpes genitalis melalui transmisi selama seks oral-genital. Infeksi herpes awal, sering terjadi pada anak-anak, akan tetapi tidak dapat diklasifikasikan sebagai penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Karena virus ditransmisikan melalui sekresi dari oral atau mukosa (kulit) genital, biasanya tempat infeksi pada laki-laki termasuk batang dan kepala penis, skrotum, paha bagian dalam, anus. Labia,

(10)

vagina, serviks, anus, paha bagian dalam adalah tempat yang biasa pada wanita. Mulut juga dapat menjadi tempat infeksi untuk keduanya.

Penelitian memberi kesan bahwa virus dapat ditransmisikan ketika tidak muncul simptom, sehingga jika seorang pasangan seksual tanpa luka herpes genital yang nyata masih dapat mentransmisikan penyakit. Kenyataannya penyebaran asimptomatis sebenarnya lebih menyebarkan herpes genital daripada luka yang aktif.

11. WOC

Herpes homoris (DNA 1

Kontak langsung dengan penderita (kulit) perawat Virus menempel di kulit dan

(11)

Herpes Simplek VHS tipe 1 VHS tipe 2 Vesikel, eritema yang berisi cairan jernih pada

Mulut & rongga mulut Genital MK : Gangguan harga diri Berkurangnya daya tarik seksual Panas, pruritus dan nyeri Malaise Anoreksia BB turun Infeksi oleh virus MK : gangguan rasa nyaman MK : gangguan pola tidur Monosit menghasilk an MK : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan Seropul en Hipotalamu s MK : Kerusakan integritas kulit Krusta Suhu tubuh meningkat MK : Hipertermia Ulserasi

(12)

2.Diagnosis

Secara klinis bila didapatkan lesi yang khas maka dapat dicurigai infeksi virus herpes simpleks, tetapi diagnosis yang paling baik adalah ditemukannya virus dalam kultur jaringan. Sensitivitas pada pemeriksaan kultur hampir 95 % sebelum lesi tersebut membentuk krusta saat spesimen diperoleh dan ditangani dengan benar. Pada hakekatnya hasil positif palsu tidak ditemukan. Sayangnya pemeriksaan ini cukup mahal dan membutuhkan waktu lebih dari 48 jam, dan bahkan pada yang eksaserbasi asimtomatik diperlukan waktu yang lebih lama lagi mengingat titer virus yang lebih rendah.

(13)

Cara yang lebih cepat adalah dengan memeriksa adanya antibodi secara ELISA, dengan sensitivitas 97,5 % dan spesifisitas 98 % meskipun waktu yang dibutuhkan tetap lebih dari 24 jam. Metode serologi ini banyak dipakai dalam penelitian epoidemiologi dan secara luas mulai banyak dipakai meskipun manfaat dalam klinis masih diragukan karena sebagian besar populasi adalah seropositif untuk virus herpes simpleks tipe 1 sedang reaksi silang dengan virus herpes simpleks tipe 2 sering terjadi. Bila ditemukan serokonversi atau adanya IgM spesifik maka kemungkinan infeksi primer harus dipikirkan.

6. Penyembuhan

Prinsip utama adalah jangan biarkan virus dan bayi bertemu .Wanita yang terkena infeksi virus herpes genitalis dianjurkan untuk tidak hamil. Apabila ibu sudah terlanjur hamil hati-hati dengan ancaman partus prematurus dan viremia pada ibu karena penurunan daya tahan tubuh. Ibu yang terkena virus herpes genitalis dan bayi yang lahir dengan herpes neonatal dapat diobati dengan acyclovir atau vidarabine yang aman terhadap kehamilan maupun pada bayinya.

Karena beratnya ancaman infeksi virus herpes pada neonatus, persalinan perabdominam dianjurkan pada kasus-kasus dengan dugaan lesi herpes pada genitalia atau dengan kultur atau Pap smear terakhir yang memperlihatkan hasil positif untuk virus herpes. Kultur hanya dilakukan pada ibu dengan lesi herpetik yang mencurigakan. Bila tidak terdapat lesi, persalinan dapat dilakukan pervaginam.

Bayi yang lahir dengan ibu atau bapak yang sedang terserang herpes genital atau oral dapat dirawat gabung dengan ibu, dan dapat diberikan ASI bila tidak ada lesi pada puting dan dihindari kontak langsung dengan setiap lesi yang ada.

Sejak tahun 1980an mulai digunakan pengobatan antivirus untuk infeksi herpes dengan acyclovir. Acyclovir terkonsentrasi pada sel yang terinfeksi virus herpes simpleks dan tidak terkonsentrasi dalam sel yang tidak terinfeksi. Obat ini bersifat penghambat kompetitif terhadap polimerase DNA virus dan merusak rantai DNA. Mekanisme ini dapat menghambat pembentukan DNA virus dan mempunyai keamanan yang tinggi dengan selektivitas terhadap sel yang terinfeksi.

Acyclovir dapat digunakan dalam beberapa bentuk preparat antara lain krim untuk topikal, powder untuk intravena, kapsul oral dan suspensi oral. Preparat topikal digunakan dengan dioleskan pada daerah terinfeksi setiap 3 jam, 6 kali perhari, selama 7 hari. Acyclovir intravena diberikan pada kasus yang berat dengan dosis 5 mg/ kg setiap 8 jam selama 5 hari.

(14)

Kapsul oral acyclovir diindikasikan untuk 3 keadaan yaitu : Pengobatan infeksi primer, pengobatan infeksi ulang yang berat dan penekanan rekurensi yang sering dan berat. Dosis pemberian acyclovir oral adalah 200 mg, 5 kali perhari selama 10 hari.

Sampai saat ini belum ditemukan vaksinasi yang efektif untuk infeksi virus herpes simpleks, meskipun pada model binatang didapatkan vaksin yang efektif untuk mencegah infeksi dan untuk mengurangi pembentukan fase laten di ganglion saraf.

2. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan

 Belum ada terapi medicaL  Pada episode pertama berikan :

 Asiclovyr 200mg per oral 5 x sehari selama 7 hari, atau

 Asiclovyr 5mg/kgBB, Intravena tiap 8 jam selama 7 hari(bila gejala sistemik berat)

 Preparat isoprinosin sebagai imunomodulator

 Asiclovyr parenteral atau preparat adenine arabinosid (vitarabin) untuk penyakit yang lebih berat atau jika timbul komplikasi pada alat dalam.

 Pada episode rekurensi , umumnya tidak perlu diobati karena bisa membaik, namun bila perlu dapat diobati dengan krim Asiclovyr. Bila pasien dengan gejala berat dan lama, berikan asiclovyr 200mg per oral 5 x sehari, selama 5 hari. Jika timbul ulserasi dapat dilakukan kompres.

Untuk sebagian besar penderita, satu-satunya pengobatan herpes labialis adalah menjaga kebersihan daerah yang terinfeksi dengan mencucinya dengan sabun dan air. Lalu daerah tersebut dikeringkan karena jika dibiarkan lembab maka akan memperburuk peradangan, memperlambat penyembuhan dan mempermudah terjadinya infeksi bakteri.

Untuk mencegah atau mengobati suatu infeksi bakteri, bisa diberikan salep antibiotik (misalnya neomisin-basitrasin). Jika infeksi bakteri semakin hebat atau menyebabkan gejala tambahan, bisa diberikan antibiotik per-oral atau suntikan.

Krim anti-virus (misalnya idoksuridin, trifluridin dan asiklovir) kadang dioleskan langsung pada lepuhan. Asiklovir atau vidarabin per-oral bisa digunakan untuk infeksi herpes yang berat dan meluas. Kadang asiklovir perlu dikonsumsi setiap hari untuk menekan timbulnya kembali erupsi kulit, terutama jika mengenai daerah kelamin. Untuk keratitis herpes simpleks atau herpes genitalis diperlukan pengobatan khusus.

(15)

BAB III

ASKEP HERPES SIMPLEKS 1. Pengkajian

 Biodata

Dapat terjadi pada semua orang di semua umur; sering terjadi pada remaja dandewasa muda.

jenis kelamin; dapat terjadi pada pria dan wanita, beresiko tinggi pada penjajak seks komersial.

(16)

Gejala yang sering menyebabkan penderita datang ke tempat pelayanankesehatan adalah nyeri pada lesi yang timbul.

 Riwayat penyakit sekarang

Penderita merasakan nyeri yang hebat, terutama pada area kulit yang mengalami peradangan berat dan vesikulasi yang hebat, selain itu juga terdapat lesi/vesikel perkelompok dan penderita juga mengalami demam.

 Riwayat penyakit dahulu

Sering diderita kembali oleh klien yang pernah mengalami penyakit herpessimplek atau memiliki riwayat penyakit seperti ini.

 Riwayat penyakit keluarga

Ada anggota keluarga atau teman dekat yang terinfeksi virus ini.

 Riwayat psikososial.

Kaji respon pasien terhadap penyakit byang diderita serta peran dalam keluarga dan masyarakat, respon dalam keluarga maupun masyarakat.

 Kebiasaan sehari-hari

Dengan adanya nyeri, kebiasaan sehari-hari klien juga dapat mengalami gangguan, terutama untuk istirahat/tidur dan aktivitas. Terjadi gangguan BAB dan BAK pada herpes simpleks genitalis. Penyakit ini sering diderita oleh klien yang mempunyai kebiasaan menggunakan alat-alat pribadi secara bersama-sama atau klien yang mempunyai kebiasaan melakukan hubungan seksual dengan berganti ganti pasangan.

 Pemeriksaan fisik

Keadaan umum klien bergantung pada luas, lokasi timbulnya lesi, dandaya tahan tubuh klien. Pada kondisi awal/saat proses peradangan,dapat terjadipeningkatan suhu tubuh atau demam dan perubahan tanda-tanda vital yang lain.

Pada pengkajian kulit,ditemukan adanya vesikel-vesikel berkelompok yang nyeri,edema di sekitar lesi,dan dapat pula timbul ulkus pada infeksisekunder.

Perhatikan mukosa mulut, hidung, dan penglihatan klien. Pada pemeriksaan genitalia pria, daerah yang perlu diperhatikan adalah bagianglans penis, batang penis, uretra, dan daerah anus.

Sedangkan pada wanita,daerah yang perlu diperhatikan adalah labia mayora dan minora, klitoris, introitus vagina, dan serviks. Jika timbul lesi, catat jenis, bentuk, ukuran / luas,warna, dan keadaan lesi. Palpasi kelenjar limfe regional, periksa adanyapembesaran; pada beberapa kasus dapat terjadi pembesaran kelenjar limferegional.

(17)

Untuk mengetahui adanya nyeri, kita dapat mengkaji respon individuterhadap nyeri akut secara fisiologis atau melalui respon perilaku.

Secarafisiologis,terjadi diaphoresis, peningkatan denyut jantung, peningkatanpernapasan, dan peningkatan tekanan darah; pada perilaku, dapat jugadijumpai menangis, merintih, atau marah.Lakukan pengukuran nyeri denganmenggunakan skala nyeri 0-10 untuk orang dewasa. Untuk anak-anak, pilihskala yang sesuai dengan usia perkembangannya kita bisa menggunakan skalawajah untuk mengkaji nyeri sesuai usia; libatkan anak dalam pemilihan

2. Diagnosa Keperawatan

Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan masalah herpes simplek antara lain :

a. Nyeri akut b.d inflamasi jaringan

b. Gangguan citra tubuh b.d perubahan penampilan, sekunder akibat penyakitherpes

simpleks.

c. Risiko penularan infeksi b.d pemajanan melalui kontak (kontak langsung,tidak

langsung , kontak droplet

3. Intervensi keperawatan

a. Nyeri akut b.d inflamasi jaringan

Hasil yang diharapkan:

 Klien mengungkapkan nyeri hilang / berkurang.

 Menunjukkan mekanisme koping spesifik untuk nyeri dan metode untuk mengontrol

nyeri secara benar .

 Klien menyampaikan bahwa orang lain memvalidasi adanya nyeri.

Rencana keperawatan:

 Kaji kembali faktor yang menurunkan toleransi nyeri.

 Kurangi atau hilangkan faktor yang meningkatkan pengalaman nyeri.

 Sampaikan pada klien penerimaan perawat tentang responsnya terhadapnyeri; akui

adanya nyeri, dengarkan dan perhatikan klien saatmengungkapkan nyerinya bertujuan untuk lebih memahaminya.

 Kaji adanya kesalahan konsep pada keluarga tentang nyeri atautindakannya.

 Beri informasi atau penjelasan pada klien dan keluarga tentang penyebabrasa nyeri.

 Diskusikan dengan klien tentang penggunaan terapi distraksi, relaksasi,imajinasi dan

ajarkan tehnik / metode yang dipilih.

(18)

 Kolaborasikan dengan tim medis untuk pemberian analgesik

 Pantau TTV

 Kaji kembali respons klien terhadap tindakan penurunan rasa nyeri.

b. Gangguan citra tubuh b.d perubahan penampilan, sekunder akibat penyakitherpes

simpleks

Hasil yang diharapkan:

 Klien mengatakan dan menunjukkan penerimaan atas penampilannya.

 Menunjukkan keinginan dan kemampuan untuk melakukan perawatan diri.

 Melakukan pola-pola penanggulangan yang baru

Rencana keperawatan:

 Ciptakan hubungan saling percaya antara klien-perawat.

 Dorong klien untuk menyatakan perasaannya , terutama tentang cara iamerasakan ,

berpikir, atau memandang dirinya.

 Jernihkan kesalahan konsepsi individu tentang dirinya, penatalaksanaan,atau

perawatan dirinya.

 Hindari mengkritik.

 Jaga privasi dan lingkungan individu.

 Berikan informasi yang dapat dipercaya dan penjelasan informasi yangtelah diberikan.

 Tingkatkan interaksi sosial.

 Dorong klien untuk melakukan aktivitas.

 Hindari sikap terlalu melindungi, tetapi terbatas pada permintaan individu.

 Dorong klien dan keluarga untuk menerima keadaan.

 Beri kesempatan klien untuk berbagi pengalaman dengan orang lain.

 Lakukan diskusi tentang pentingnya mengkomunikasikan penilaian kliendan

pentingnya sistem daya dukungan bagi mereka.

 Dorong klien untuk berbagi rasa, masalah, kekuatiran, dan persepsinya.

c. Risiko penularan infeksi b.d pemajanan melalui kontak (kontak langsung,tidak

langsung , kontak droplet) Hasil yang diharapkan:

 Klien menyebutkan perlunya isolasi sampai ia tidak lagi menularkaninfeksi.

 Klien dapat menjelaskan cara penularan penyakit.

Rencana keperawatan:

 Jelaskan tentang penyakit herpes simpleks, penyebab, cara penularan, danakibat yang

ditimbulkan.

 Anjurkan klien untuk menghentikan kagiatan hubungan seksual selamasakit dan jika

(19)

 Beri penjelasan tentang pentingnya melakukan kegiatan seksual dengansatu orang

(satu sama lain setia) dan pasangan yang tidak terinfeksi(hubungan seks yang sehat)

4. Evaluasi Keperawatan

1. Nyeri berkurang/hilang

2. Mekaisme koping pasien dan keluarga baik

3. Tidak terjadi infeksi

4. Tidak terjadi komplikasi

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa :

1. Herpes simpleks adalah infeksi akut oleh virus Herpes Simplex (virus Herpes Hominis) tipe I dan tipe IIyang ditandai dengan vesikel berkelompok diatas kulit yang eritematosa di daerah mukokutan.

2. Penyakit herpes simpleks di sebabkan oleh virus herpes simpleks.

3. Secara umum gejala klinik infeksi virus herpes simpleks dapat dibagi dalam 2 bentuk yaitu Infeksi primer dan infeksi rekuren.

4. Secara klinis bila didapatkan lesi yang khas maka dapat dicurigai infeksi virus herpes simpleks, tetapi diagnosis yang paling baik adalah ditemukannya virus dalam kultur jaringan.

5. Virus herpes simpleks menyebar melalui kontak tubuh secara langsung dan sebagian besar dengan kontak seksual.

6. Konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan Herpes Simpleks. B. Saran

(20)

Dengan adanya pembahasan mengenai Herpes Simpleks ini, diharapkan para pembaca dapat mengerti tentang Herpes Simpleks, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, diagnosis, dan konsep asuhan keerawatan serta pencegahan yang mungkin dapat dilakukan agar terhindar dari penyakit ini. DAFTAR PUSTAKA

 FKUI, 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta. Media Aesculapius.

Hal:151-152

 Rassner, 1995. Buku Ajar Dan Atlas Dermatologi. Jakarta. EGC. Hal:42-43

 Wikipedia, 2010. Herpes Zoster. Http://id.wikipedia.com.

 Harahap, Marwali.2000. Ilmu Penyakit Kulit. Hipokrates: Jakarta.

 Djuanda, Adhi. 1999. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. FKUI : Jakarta

 Smeitzer, Suzanne C.2001. Buku Ajar Keperawatan Medical-Bedah Brunner &

Referensi

Dokumen terkait

∗ Hepatitis adalah penyakit infeksi sistemik yang menimbulkan efek utama pada organ hati yang disebabkan oleh berbagai virus

Virus herpes simpleks tipe 1 yang persisten dalam ganglion trigeminal dan VHS tipe 2 dalam ganglion sakralis dapat menyebabkan kekambuhan infeksi mukosa ataupun pada kulit

Virus herpes simplex adalah virus yang terdiri dari DNA yang menyebabkan infeksi akut pada kulit yang ditandai dengan vesikel berkelompok di atas kulit yang sembab.. Terdapat 2

Pyelonefritis akut biasanya singkat dan sering terjadi infeksi berulang karena tetapi tidak sempurna atau infeksi baru.20 % dari infeksi yang berulang terjadi

Herpes zoster adalah radang kulit akut dan setempat, terutama terjadi pada orang tua yang khas ditandai adanya nyeri radikuler unilateral serta timbulnya lesi vesikuler

Pasien yang pengobatannya terlambat atau tidak diberikan antivirus (pada encephalitis Herpes Simpleks) angka kematiannya tinggi bisa mencapai 70-80%. Pengobatan dini

Morbili adalah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium