13 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.Pengertian Tradisi, Pernikahan, Mabang Handak, Suku, Kayu Agung, Ogan Komering Ilir.
Kajian pustaka adalah “Kegiatan yang meliputi mencari, membaca dan
menelaah laporan-laporan penelitian dan bahan pustaka yang memuat teori-teori yang
relevan dengan penelitian yang akan dilakukan”(Darmadi, 2011:45). Pengertian
Tradisi, Pernikahan, Mabang Handak, Suku, Kayu Agung, Ogan Komering Ilir. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada uraian dibawah ini :
1. Pengertian Tradisi
Menurut (Soekamto :1990), tradisi adalah “Kegiatan dilakukan oleh
sekelompok masyarakat dengan secara langsung atau berulang-ulang”. Sedangkan
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “ Tradisi adalah adat kebiasaan turun
temurun dari nenek moyang yang masih dijalankan oleh masyarakat. Penilaian atau
anggapan bahwa cara-cara yang telah ada merupakan yang paling baik dan benar”.
Sedangkan menurut, (Poerwadaminto : 1976) “ pengertian tradisi adalah segala sesuatu
yang menyangkut tentang kehidupan manusia didalam bermasyarakat yang dilakukan
secara terus menerus, seperti adat, budaya, kebiasaan dan juga kepercayaan. Tradisi ini
Dari pengertian diatas diketahui bahwa tradisi adalah sesuatu yang telah
dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok
masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu atau agama yang sama.
2. Pengertian Pernikahan
Menurut Bachtiar (2004) definisi pernikahan adalah pintu bagi bertemunya dua
hati dalam nauangan pergaulan hidup yang berlangsung dalam jangka waktu yang
lama, yang di dalamnya terdapat berbagai hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan
oleh masing-masing pihak untuk mendapatkan kehidupan yang layak, bahagia,
harmonis, serta mendapat keturunan. Pernikahan itu merupakan ikatan yang didasari
oleh perasaan cinta yang sangat mendalam dari masing-masing pihak untuk hidup
bergaul guna memelihara kelangsungan manusia di bumi.
Pernikahan adalah bentuk didalam sebuah perjanjian untuk membentuk ikatan
antara laki-laki dengan seorang perempuan yang bersumpah sehidup semati didepan
penghulu dalam ikatan pernikahan. (Widjayanto,2010:28)
Pernikahan adalah melakukan suatu akad atau perjanjian untuk membentuk
ikatan antar laki-laki dan wanita untuk menghalalkan hubungan diantara kedua belah
pihak, dengan dasar sukarela dan keridhaan kedua belah pihak untuk mewujudkan
suatu kebahagian hidup berkeluarga yang diliputi rasa kasih sayang dan ketentraman
dengan cara-cara yang dirindhai Allah (Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke II,
1991:211).
Kata perkawinan menurut istilah hukum islam sama dengan kata “nikah” dan
15
Nikah mempunyai arti kiasan yakni “wathaa” yang berarti “setubuh” atau “akad” yang
berati mengadakan perjanjian pernikahan dalam kehidupan sehari-hari nikah dalam arti
kiasan lebih banyak , sedangkan di pakai dalam arti sebenarnya jarang sekali dipakai
saat ini. Di dalam pernikahan tedapat berbagai tujuan.
Berbicara mengenai tujuan pernikahan atau tujuan perkawinan, kedua belah
pihak antara laki-laki dan perempuan melangsungkan pernikahan atau perkawinan
betujuan untuk memperoleh keluarga yang sakinah, mawadah dan rahmah. Untuk
mengetahui lebih jelas mengenai tujuan pernikahan akan dibahas sebagai berikut.
a. Tujuan Pernikahan Sakinah (tenang)
Salah satu tujuan dari pernikahan atau perkawinan adalah untuk memperoleh
keluarga yang sakinah. Sakinah artinya tenang, dalam hal ini seseorang yang
melangsungkan pernikahan berkeinginan memliki keluarga yang tenang dan tentram.
Dalam tafsirnya Al-alusi bahwa sakinah adalah merasa cenderung kepada pasangan.
Kecenderungan ini disalurkan sesuai dengan aturan Islam maka yang tercapai adalah
ketenangan dan ketentraman, karena makna lain dari sakinah adalah ketenangan.
Ketenangan dan ketentraman ini yang menjadi salah satu dari tujuan pernikahan dan
perkawinan. Karena pernikahan adalah sarana efektif untuk menjaga kesucian hati agar
terhindar dari perzinaan.
b. Tujuan Pernikahan Mawadah dan Rahmah
Tujuan pernikahan yang selanjutnya adalah untuk memperoleh keluarga yang
mawadah dan rahmah. Tujuan pernikahan mawadah yaitu untuk memiliki keluarga
Tujuan pernikahan rahmah yaitu untuk memperoleh keluarga yang di dalamnya
terdapat rasa kasih sayang, yakni yang berkaitan dengan hal-hal yang bersifat
kerohanian. Mengenai pengertian mawadah menurut Imam Ibnu Katsir ialah al
mahabbah (rasa cinta) sedangkan ar rahman adalah ar-ra’fah (kasih sayang).
Mawaddah adalah makna kinayah dari nikah yaitu jima’ sebagai konsekuensi di
langsungkannya pernikahan. Sedangkan ar rahmah adalah makna kinayah dari
keturunan yaitu terlahirnya keturunan dari hasil suatu pernikahan. Ada juga yang
mengatakan bahwa mawaddah hanya berlaku bagi orang yang masih muda sedangkan
untuk ar rahmah bagi orang yang sudah tua. Implementasi dari tujuan pernikahan
mawaddah wa rahmah ini adalah sikap saling menjaga, saling melindungi, saling
membantu, saling memahami hak, dan kewaijban masing-masing. Pernikahan adalah
lambang dari kehormatan dan kemuliaan. Fungsi pernikahan diibaratkan seperti fungsi
pakaian, karena salah satu fungsi pakaian adalah untuk menutup aurat. Aurat sendiri
bermakna sesuatu yang memalukan, karena memalukan maka wajib di tutup. Dengan
demikian seharusnya dalam hubungan suami istri, satu sama lainnya harus saling
menutupi kekurangan pasangannya dan saling membantu untuk mempersembahkan
yang terbaik.
3. Pengertian Mabang Handak
Mabang Handak menurut Rois Leonard Arios (2014:83), adalah upacara
perkawinan dalam tingkat keempat dinamakan oleh masyarakat hukum yang memiliki
17
adat dengan sebutan “begawai” atau “begorok” yaitu suatu pesta besar dalam upacara
perkawinan.
Berdasarkan penjelasan diatas, perkawinan atau pernikahan Mabang Handak
adalah hubungan antara pria dan wanita yang diakui dalam masyarakat yang
melibatkan hubungan seksual dalam ikatan hukum adat, atau agama dengan suatu pesta
besar dalam upacaraaa pernikahan yang penuh beradat dan mereka saling memelihara
hubungan tersebut agar berlangsung dalam waktu yang relatif lama.
4. Pengertian Suku
Menurut Kamus Besar Edisi Ketiga (Depdiknas, 2007:1099) suku adalah “
golongan orang-orang (keluarga) yang seturunan atau golongan orang yang sebagian
keturunan”. Sedangkan menurut Wahyu (2010:41). “suku adalah suatu golongan yang
tergabung dalam suatu kelompok etnis di dalam suatu lingkungan masyarakat”.
Sedangkan menurut Irwanto (2010:27), “suku adalah suatu kelompok golongan orang
yang memiliki perbedaan pandangan dalam suatu lingkungan masyarakat”.
Dari pernyataan diatas, dapat penulis simpulkan bahwasanya suku adalah
kelompok manusia tertentu yang bergabung dalam suatu lingkungan masyarakat yang
mempunyai ikatan kekerabatan yang dekat, serta mempunyai adat istiadat sendiri
5. Pengertian Kayu Agung
Kayu Agung merupakan salah satu kecamatan yang termasuk dalam Kabupaten
Ogan Komering Ilir. Daerah yang termasuk dalam Kecamatan Kayu Agung meliputi
sembilan kelurahan diantaranya, Kelurahan Sidakersa, Kelurahan Jua-jua, Kelurahan
Mangunjaya, Kelurahan Sukadana, Kelurahan Cintaraja, Kelurahan Kotaraya,
Kelurahan Perigi, Kelurahan Celikah , dan Kelurahan Kedaton. Ogan Komering Ilir
merupakan wilayah dalam lingkungan Provinsi Sumatera Selatan, secara administratif
wilayah Kabupaten ini berbatasan dengan Kota Palembang di sebelah Utara, sebelah
Selatan dengan Ogan Komering Ulu (OKU), dan provinsi lampung. Sebelah Timur
dengan Selat Bangka dan Laut Jawa, sedangkan sebelah Barat dengan Kabupaten
Muara Enim, secara topologi Ogan Komering Ilir merupakan daratan berawa-rawa
dengan ketinggian rata-rata 10 meter dari permukaan laut (Berlian, 193:6)
6. Pengertian Ogan Komering Ilir (OKI)
Kabupaten adalah “Pembagian wilayah administratif di Indonesia setelah
Provinsi, yang di pimpin oleh seorang Bupati” (Saebani, 2012:23). Sedangkan menurut
Daryanto, dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (1997:165) mengatakan bahwa
Kabupaten adalah “Daerah tingkat II yang dikepalai oleh seorang Bupati terdiri dari
beberapa Kecamatan dan mempunyai batasan wilayah tertentu”.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
Kabupaten adalah daerah otonom yang diberi wewenang mengatur urusan
19
B.Tinjauan Terhadap Kayu Agung Ogan Komering Ilir (OKI)
Dalam tinjauan ini, penulis akan menguraikan Kondisi Alamiah, Tinjauan
Topografi, Tinjauan Klimatogis, Tinjauan Sosiologis. Untuk lebih jelas dapat di lihat
dari uraian dibawah ini :
1. Tinjauan Alamiah Kayu AgungKabupaten qOgan Komering Ilir (OKI) a. Letak Geografis Kayu Agung Ogan Komering Ilir (OKI)
Sebelum penulis menjelaskan keadaan geografis Kayu Agung, penulis akan
menjelaskan dahulu pengertian geografis. Menurut Sukardi, (2013:442), “Geografis
berasal dari kata geo dan grafis. Geo artinya cabang ilmu yang mempelajari tentang
permukaan bumi, iklim, dan lain-lain. Sedangkan grafis artinya bersifat huruf dan
statistik”. Kota Kayu Agung adalah sebuah kecamatan defenitif dan sekaligus
merupakan ibukota Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) merupakan salah satu
kabupaten di Provinsi Sumatera Selatan.Wilayah Kayu Agung Ogan Komering Ilir
terletak di bagian timur Provinsi Sumatera Selatan Yaitu tepatnya antara 104º20’ dan
106º00’ Bujur Timur dan 2º30’ sampai 4º15’ Lintang Selatan, luas mencapai
19.023,47 Km² (Bapeda OKI, 2013:2).
b. Letak Demografi Kayu Agung Kabupaten Ogan Komering Ilir
Menurut Sumatmadja, (1997:27) demografi adalah “ilmu yang mempelajari
tentang susunan jumlah, situasi geografis, kapasitas mental, status sosial, penyebaran
Sedangkan menurut Budiono (2005:134) demografi adalah “ ilmu tentang susunan,
jumlah dan perkembangan penduduk”.
Dari segi demografi penduduk Kayu Agung Ogan Komering Ilir pada hasil
sensus penduduk tahun 2017 adalah 62.964 jiwa terdiri dari atas 373.006 jiwa
Laki-laki dan 310.042 jiwa perempuan memiliki penduduk setiap tahunnya sekitar 2,01
persen per tahun dan tingkat kepadatan penduduk sekitar 431 jiwa per Km².
Tabel 1.1 Jumlah Penduduk
Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah
Kayu Agung 373.006 310.042 62.964
Sumber : Data Dokumentasi OKI 2017
Berdasarkan paparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa demografi Kayu
Agung Ogan Komering Ilir sangat berkembang.
c. Flora dan Fauna
Flora dan fauna yang terdapat di daerah ini berupa tanaman dan binatang tropis.
Binatang yang ada antara lain : Ayam, Sapi, Kerbau, Bebek, Angsa, Anjing, Kucing,
Ular, Dan lai-lain. Tanaman hutan yang ada antara lain : Meranti, Merawan,
Terentarang, Gelam, Pelawan dan petang. Tanaman perkebunan yang terkenal adalah
karet, kelapa sawit, dan jambu mente, selain itu terdapat buah-buahan seperti Durian,
Duku, Rambutan, Nangka, Jeruk, Semangka, Pisang, dan Pepaya. Tanaman pangan
21
d. Mata Pencaharian
Saat ini pada umumnya masyarakat masih menjadikan pertanian, perkebunan
dan nelayan sebagai mata pencaharian utama sebagaimana telah diwarisi dari nenek
moyangnya pada masa lampau. Perikanan darat yang memanfaatkan sungai, atau anak
sungai, lebak di waktu air pasang serta lebung ketika air surut masih menjadi sumber
perekonomian yang sangat penting bagi sebagaian laut yang memanfaat kawasan
perairan pesisir timur di dekat selat bangka. Pertanian dan perkebunan juga masih
menjadi andalan untuk menopang kehidupan masyarakat luas. Disamping itu,
pengolahan bahan logam, kayu, rotan, tanah dan sebagainya juga menjadi tulang
punggung perekonomian mereka ( Data Kantor Kecamatan Kab.OKI 2017)
Di samping mengembangkan pertanian dan nelayan mereka mengembangkan
pertanian dan nelayan mereka pula kerajinan, pertukangan dan jasa lainnya. Kerajinan
pada umumnya dikembangkan dalam bentuk industri keluarga, yang meliputi usaha
makanan dan minuman seperti es batu, es lilin, ikan asin, roti kue, mi bihun, kecap,
Tabel 1.2 Mata Pencaharian Masyarakat Kayu Agung Ogan Komering Ilir
(OKI)
No. Jenis Pekerjaan Jumlah (Orang)
1. Petani/Nelayan 685
2. Pegawai Negeri Sipil 578
3. Pedagang 798
4. TNI/POLRI 120
5. Karyawan Swasta 408
6. Pensiunan 357
Jumlah 2,946
Sumber : Data Kantor Kecamatan Kab.OKI 2017
Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa sistem mata pencaharian di
Kayu Agung banyak memiliki untuk berdagang dan tidak jauh beda dengan
petani/nelayan meskipun pegawai negeri sipil juga banyak yang menempati posisi
pekerjaan itu.
23
Secara etimologis pengertian agama dalam beberapa bahasa “kata agama”
dalam bahasa Indonesia sama dengan “diin” (dari bahasa Arab) dalam bahasa Eropa
disebut “religi”, religion (bahasa inggris) , “la religion” (bahasa perancis), “the
religie” (bahasa jerman). Kata “diin” dalam bahasa semit berarti undang-undang
(hukum), sedangkan kata “diin” dalam bahasa arab berati menguasai, menundukkan,
patuh, hutang, balasan, kebiasaan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “sistem yang mengatur tata
keimanan (Kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata
kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta
lingkungannya”.
Tabel 1.3 Agama atau Kepercayaan
No. Agama Penganut (%)
1. Islam 60%
2. Buddha 15%
3. Hindu 5%
4. Kristen 10%
5. Khatolik 5%
Berdasarkan tabel diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa yang banyak
menganut atau memeluk agama yaitu Islam karna mayoritas agama di Kayu Agung
memang menganut agama Islam, terlepas dari agama Islam ada juga yang sedikit
menganut kepercayaan agama buddha dan lain sebagainya.
C.Kondisi Masyarakat Kayu Agung a. Kondisi Ekonomi
Menurut Yuwono (1994:132) ekonomi adalah “Ilmu yang mempelajari
manusia untuk memenuhi kebutuhannya untuk mencapai kemakmuran”. Sedangkan
menurut Poerwadaminta (1976:220) ekonomi “sebagai pemanfaatan uang, tentang
waktu yang berharga”.
Untuk kondisi perekonomian masyarakat Kayu Agung mata pencarian
umumnya bertani, berdagang dan membuat gerabah dari tanah liat, untuk pertanian
kebanyakan bersawah tahunan kerena daerahnya rawa-rawa.
Dan pemerintahan Kayu Agung berupaya menekankan angka kemiskinan,
dengan program-program pemerintah yang menyentuh masyarakat bawah terutama
bidang pertanian. Selain pertanian pemerintah juga mencanangkan program satu desa
satu koperasi, dari segi pendidikan ada program satu desa satu paud untuk kesehatan
pihaknya juga mencanangkan program satu desa satu poskesdes. Program-program
tersebut adalah salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan taraf hidup
25
Berdasarkan pemaparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa kondisi
ekonomi masyarakat Kayu Agung pada umumnya adalah petani/nelayan dan tidak
sedikitpun penduduk Kayu Agung mengalami kemiskinan dan dari tahun ketahun
kemiskinan masyarakat Kayu Agung semakin menurun.
b. Kondisi Budaya
Kayu Agung memiliki khasanah budaya yang kuat dan kental. Kayu Agung
selalu menjunjung tinggi adat istiadat dalam kehidupan sehari-hari berbagi segi
kehidupan seperti kelahiran bayi, pernikahan sampai kematian diatur dan dituntun oleh
adat istiadat setempat. Midang (tradisi arak-arakan yang diiringi musik tradisional
seperti tanjidor) merupakan agenda tradisional. Midang sendiri dalam
perkembangannya sesuai dengan fungsi dan hakekatnya dapat dibagi menjadi dua
macam, yaitu : 1). Midang Begorok yakni arak-arakan yang menjadi bagian prosesi
pernikahan yang bersifat besar-besaran, termasuk juga sunatan, ataupun persedekahan
lainnya. 2). Midang Bebuke (Midang lebaran Idul Fitri) yang disebut demikian karena
di lakukan untuk memeriahkan hari Raya Idul Fitri tepatnya pada hari ketiga dan
keempat hari Raya Idul Fitri. Midang Bebuke ini disebut juga Midang Morge Siwe
(sembilan marga) karena diikuti oleh seluruh marga yang ada di wilayah Kayu Agung.
Dan Kayu Agung juga memiliki budaya yang salah satunya adalah budaya
pernikahan yang bermacam ragam dan memiliki adat dan tradisi sejarah yang cukup
panjang yaitu seperti pernikahan Mabang Handak, Setinong-tinong, Sepinong-pinong
Menurut uraian diatas kebudayaan yang ada di Kayu Agung sangatlah beragam
dan sangat banyak peninggalan budaya yang harus dijaga dan dilestarikan agar budaya
yang ada di Kayu Agung berkembang dan tida dilupakan.
D.Sejarah Berdirinya Kota Kayu Agung Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI)
Kayuagung sebuah kota yang terletak di lintas timur sumatera, Salah satu dari
Kabupaten dari Provinsi Sumatera Selatan (Palembang), Kayuagung yang berjarak 65
KM dari pusat kota Palembang, Kayuagung merupakan Daerah Tingkat II di provinsi
sumatera selatan. Kayuagung merupakan ibukota Kabupaten Ogan Komering Ilir
(OKI). Era penjajahan Belanda wilayah Ogan Komering Ilir termasuk ke dalam
wilayah keresidenan Sumatera Selatan dan termasuk dalam Sub Keresidenan
(Afdeeling) Palembang dan Tanah Datar dengan ibukota Palembang. Afdeeling ini di
bagi dalam beberapa onder afdeeling, dan wilayah kabupaten Ogan Komering Ilir
meliputi onder afdeeling Komering Ilir dan onder afdeeling Ogan Ilir. Di era
kemerdekaan wilayah Kabupaten Ogan Komering Ilir termasuk dalam keresidenan
Palembang meliputi 26 marga. Kemudian di era ORBA wilayah Kabupaten OKI
menjadi bagian dari Propinsi Sumatera Selatan. Setelah adanya pembubaran marga,
wilayah kabupaten OKI dibagi menjadi 12 Kecamatan defenitif dan 6 kecamatan
perwakilan.
Sebelum tahun 2000 Kabupaten OKI memiliki 14 kecamatan defenitif dan 4
27
Rantau Alai dengan kecamatan Induk Tanjung Raja, Kecamatan Jejawi dengan
kecamatan Induk Sirah Pulau Padang, Kecamatan Pematang Panggang dengan
kecamatan Induk Mesuji dan Kecamatan Cengal dengan Kecamatan Induk Tulung
Selapan. Namun semenjak tahun 2001, empat kecamatan tersebut disahkan menjadi
kecamatan definitive sehingga jumlah kecamatan di Kabupaten OKI menjadi 18
kecamatan yang meliputi 434 desa dan 13 kelurahan.
Dalam perjalanannya, berdasarkan KEPRES Nomor 37 tahun 2003 tentang
pembentukan Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Kabupaten Ogan KOmering Ilir
dan Kabupaten Ogan Ilir di Propinsi Sumatera Selatan, Kabupaten OKI di mekarkan
menjadi dua kabupaten yaitu Kabupaten Ogan Komering Ilir dan Kabupaten Ogan Ilir
yang beribukota di Indralaya. Wilayah Kabupaten Ogan Ilir meliputi kecamatan
Indralaya, Tanjung Raja, tanjung Batu, Muara Kuang, Rantau Alai dan kecamatan
Pemulutan. Setelah pemekaran ini, wilayah Kabupaten OKI terdiri dari 12 kecamatan,
yang meliputi 272 desa 11 kelurahan.
Selanjutnya, berdasarkan Perda Nomor 5 Tahun 2005, wilayah Kabupaten OKI
kembali dimekarkan sehingga terbentuk 6 kecamatan baru, yaitu Kecamatan Pangkalan
Lampam, Mesuji Makmur, Mesuji Raya, Lempuing Jaya, Teluk Gelam dan Kecamatan
Pedamaran Timur. Setelah pemekaran ini Kabupaten OKI secara administrative
meliputi 18 Kecamatan, 11 kelurahan dan 290 desa.
E.Sejarah Pernikahan Mabang Handak
Menurut Puji Wiyandari (2004:4) mengatakan bahwa pernikahan sebagai
bagi setiap manusia dalam kehidupannya. Pada umumnya pernikahan dipandang
sebagai peristiwa sakral dalam hidup tiap individu karena terjadi perubahan status
yakni dari yang lajang menuju kehidupan berumah tangga dan berkeluarga.
Mabang Handak adalah upacaran pernikahan tingkat keempat dinamakan
oleh masyarakat hukum adat yang memiliki arti upacara adat yang penuh beradat.
Mabang Handak adalah prosesi perkawinan yang dilaksanakan secara besar-besaran,
dalam upacara itu dilakukab besar-besaran menggunakan prosesi adat yang lengkap
dan beratur.
Berdasarkan pemaparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa pernikahan
mabang handak adalah hubungan antara pria dan wanita yang diakui oleh masyarakat
yang melibatkan hubungan seksual dalam ikatan hukum adat, atau agama dengan suatu
pesta besar dalam upacara perkawinan yang penuh beradat dan mereka saling
13 BAB III
METODE PENELITIAN
A.Metode Penelitian
Sebelum lebih jauh lagi membahas tentang metode akan penulis gunakan dalam
penelitian ini, penulis akan mengemukakan tentang beberapa pengertian dari
metodelogi dari para ahli. Metode berasal dari kata methodos yang artinyacepat untuk
melakukan sesuatu dan logos yang artinya ilmu pengetahuan. Menurut Muhammad
Arif metode sebagai “prosedur, proses atau tehnik yang sistematis dalam penyelidikan
suatu disiplin ilmu tertentu untuk mendapatkan bahan-bahan (objek) yang akan diteliti”
(2010:30). Menurut Sjamsuddin (2007:12) yang dimaksud dengan metode pada
umumnya ialah “1) suatu prosedur atau proses untuk mendapatkan suatu objek. 2) suatu
prosedur tehnik atau cara melakukan penyelidikan sistemanis yang dipakai atau di
sesuaikan untuk suatu ilmu, seni atau disiplin. 3) suatu rencana sistematis yang diikuti
dalam menyajikan materi untuk pelajaran”.
Berdasarkan kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa, metode merupakan
suatu cara atau strategi yang digunakan oleh guru dalam proses kegiatan belajar
mengajar yang bertujuan untuk mencapai tujuan hasil belajar yang optimal, semakin
tepat yang digunakan oleh seorang maka semakin baik proses belajar mengajar.
Menurut Sjamsuddin (2007:43) “ penelitian adalah cara yang digunakan
peneliti dalam pengumpulan data yang secara sistematis”. Sedangkan menurut
Abdurahman (2011:103) penelitian adalah “ penyelidikan yang seksama dan teliti
terhadap suatu subyek untuk menemukan fakta-fakta guna menghasilkan produk baru,
memecahkan kesimpulan diatas, maka penulis menarik kesimpulan bahwa penelitian
adalah pengumpulan data sebagaiman dengan adanya penganalisian yang dilakukan
secara bertahap dan sistematis yang ilmiah dan mencapai hasil yang diinginkan.
Menurut Arikunto (2006) metode penelitian adalah “cara yang di gunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya”. Sedangkan menurut Sudjana
(2005:116) metode penelitian adalah “cara yang di pergunakan untuk mengumpulkan
data yang di perlukan dalam penelitian”.
Menurut Sugiyono (2011:11) metode penelitian adalah “cara ilmiah untuk
mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan,
dikembangkan suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat di
pergunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah”.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode sejarah. Menurut Abdurahman (1996:93) metode sejarah adalah “suatu penyelidikan dalam suatu
masalah dengan mengaplikasikan pemecahan dan perspektif historis” dapat
disimpulkan bahwa metode sejarah adalah suatu metode penelitian atau penulisan
sejarah dengan menggunakan cara yang sistematis dalam melakukan suatu penelitian
bertujuan untuk memperoleh hasil-hasil yang dicapai dalam bentuk tulisan sejarah.
Sedangkan metode Heoristik adalah “Metode penelitian deskriptif untuk memperoleh
dan memaparkan data dari gejala-gejala yang ada serta menemukan keterengan factual
tentang berbagai permasalahan yang berhubungan dengan pendidikan”
31
dalam pengamatan langsung terhadap suatu gejalah dalam populasi besar ataupun
kecil.
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa metode penelitian sejarah
adalah kegiatan mengkaji suatu masalah secara teliti dan teratur, dengan cara
menyelesaikan permasalahan dalam suatu penelitian.
Mengenai penelitian sejarah, menurut Kuntowijoyo dalam Arif (2011:41)
terdapat lima tahapan yang dikerjakan dalam penelitian sejarah yaitu “(1) pemilihan
topik, (2) Pengumpulan sumber, (3) Verifikasi (kritik sejarah untuk menentukan
keabsahan sumber, (4) interprestasi sejarah, dan (5) penulisan”. Dalam melakukan
penelitian sejarah, penelitian terlebih dahulu harus menentukan topik yang di dasarkan
atas tiga petimbangan, seperti penjelasan Arif berikut ini
penentuan topik dalam sejarah hendaknya didasarkan atau tiga pertimbangan, yaitu adanya kedekatan emosional, kedekatan intelektual, dan rencana penelitian. Kedekatan emosional merupakan keterkaitan penelitian dengan tema menjadi objek penelitian. Kedekatan emosional akan membantu penelitian untuk mencari jawaban terhadap beberapa pertanyaan tentang siapa (who), apa (what), dimana (where), kapan (when), mengapa (why), dan bagaimana (how) suatu peristiwa sejarah bisa terjadi (Arif, 2011:40).
Berdasarkan pengertian diatas maka, dapat disimpulkan bawa pengertin
metode penelitian sejarah adalah suatu metode atau cara yang di gunakan sebagai
pedoman dalam melakukan penelitian peristiwa sejarah dan permasalahannya dengan
menempuh prosedur-prosedur sesuai dengan tahapan-tahapan penelitian yang telah
B.Pendekatan dan Jenis Penelitian
Agar pendekatan dan jenis penelitian yang digunakan penulis tidak menyimpang dari pembahasan dan memiliki kaitan dengan judul ”Tradisi Pernikahan
Mabang Handak di Suku Kayu Agung Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) Pada
2000-2018”. Maka dibawah ini menjelaskan lebih lanjut tentangan pendekat dan jenis
penelitian.
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian menurut Abdurahman (2007:22) adalah “upaya yang
dilakukan oleh seorang peneliti oleh karena itu, gambar mengenai suatu peristiwa
sangat ditentukan oleh pendekatan”. Sedangkan pendekatan penelitian menurut
Susanto adalah sebagai berikut :
pendekatan yang dipakai dalam menelah suatu masalah juga dapat menggunakan sudut pandang atau tinjauan dari beberapa cabang ilmu seperti, geografi, politik, ekonomi, psikologi, sosiologi dan agama. Dengan pendekatan berdasarkan ekonomi misalnya, maka ukuran ekonomilah yang digunakan untuk memilih berbagai masalah pertanyaan , data yang di akan dibahas mengenai suatu masalah (Susanto, 2011:52)
Dari uraian di atas, maka dapat penulis simpulkan bahwa pendekatan adalah
suatu upaya penyederhanaan untuk menyelesaikan masalah-masalah dengan berbagai
proses yang di lakukan seorang peneliti. Dalam melakukan penelitian sejarah akan di
peroleh hasil yang lebih baik apabila dengan pendekatan-pendekatan tertentu, terutama
33
mendapatkan data yang akurat. Dalam tahap ini penulis menggunakan pendekatan:
geografis, antropologi, dan ekonomi.
a. Pendekatan Geografi
Pendekatan geografis adalah “pendekatan yang mencakup bidang kewilayahan,
seperti letak lokasi alam dan wilayah yang dapat digunakan untuk kepentingan
manusia” (Abdurahman,2007:20). Sedangkan menurut Koentjaningrat, (2004:22)
pendekatan geografis adalah pendekatan yang menekan pada segi-segi kewilay ahan
pada suatu golongan manusia. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
pendekatan geografis adalah pendekatan yang menekankan pada kewilayahan suatu
lokasi yang dapat digunakan untuk kepentingan manusia.
Dalam penelitian ini tinjauan geografis yang dimaksud adalah menela’ah
tentang wilayah atau lokasi yang berhubungan dengan Tradisi Pernikahan Mabang
Handak di Suku Kayu Agung Ogan Komering Ilir (OKI) Pada Tahun 2000-2008.
b. Pendekatan Sosiologi
Pendekatan sosiologi merupakan “pendekatan yang menekankan segi-segi
sosial dari sesuatu ikatan peristiwa yang dikaji, individu dan golongan sosial mana
yang berperan dan mana yang tidak berperan dan sebagainya. Dari tinjauan sosiologi
atau diketahui peranan dan pengaruhnya masing-masing individu dan kelompok
terhadap jalannya suatu peristiwa sejarah”. (Koenthjaraningrat, 2004:20). Sedangkan
menurut Abdurahman (2007:22) pendekatan sosiologi adalah pendekatan yang
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan sosiologi adalah
pendekatan yang menekankan pada kehidupan sosial suatu individ atau golongan.
Dalam penelitian ini, tinjauan sosiologi yang dimaksud adalah menela’ah
tentang individu-individu dan kelompok-kelompok yang berperan sehubungan dengan
Tradisi Pernikahan Mabang Handak di Suku Kayu Agung Ogan Komering Ilir (OKI)
Pada Tahun 2000-2008.
c. Pendekatan Ekonomi
Pendekatan ekonomi menurut Abdurahman (2007:16) adalah pendekatan yang
menekankan pada penghasilan kehidupan sehari-hari dalam lingkungan masyarakat”.
Sedangkan menurut Koentjaningrat, (2004:25) pendekatan ekonomi adalah pendekatan
yang menekankan pada pengetahuan suatu ilmu ekonomi. Berdasarkan pengertian
diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan ekonomi adalah menekankan pada
penghasilan kehidupan sehari-hari dalam lingkungan masyarakat.
Dalam pendekatan ilmu ekonomi peneliti menitikberatkan pada pengaruh
kehidupan ekonomi masyarakat sehubungan dengan Tradisi Pernikahan Mabang
Handak di Suku Kayu Agung Ogan Komering Ilir (OKI) Pada Tahun 2000-2008.
d. Pendekatan Antropologi Budaya
Menurut Abdurahman (2007:29) pendekatan antropologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang segala aspek dari manusia, yang terdiri dari aspek fisik dan aspek
non fisik berupa kebudayaan dan berbagai corak kehidupan lainnya yang bermanfaat.
35
pendekatan yang menekankan pada aspek manusia dalam kebudayaan suatu corak
hidup.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan
antropologi adalah pendekatan yang mempelajari tentang aspek manusia berupa
kebudayaan dan corak hidup. Pendekatan antropologi dalam penelitian ini digunakan
penulis untuk menela’ah kebudayaan dengan Tradisi Pernikahan Mabang Handak di
Suku Kayu Agung Ogan Komering Ilir (OKI) Pada Tahun 2000-2018.
e. Pendekatan Historis
Menurut Khodijah (2004:27) pendekatan historis atau sejarah adalah
“pendekatan dalam merumuskan sebab-sebab, efek-efek atau
kecendrungan-kecendrungan peristiwa masa lalu yang membantu untuk menjelaskan
kejadian-kejadian saat ini atau mengantisipasi peristiwa-peristiwa di masa yang akan datang”.
Sedangkan menurut Darmadi, (2011:41) pendekatan historis adalah “seperangkat
aturan dan prinsip yang sistematis yang digunakan untuk mengumpulkan
sumber-sumber sejarah secara efektif, menilainya secara kritis, mengajukan sintesis dari
hasil-hasil yang dicapai dalam bentuk tertulis”.
Dari penjelasan diatas maka dapat penulis disimpulkan bahwa pendekatan
historis adalah pendekatan untuk merumuskan sebab-sebab yang membantu untuk
menjelaskan kejadian-kejadian saat ini, dengan mengumpulkan sumber-sumber secara
efektif dan hasil-hasil yang dicapai dalam bentuk tertulis.
Penelitian yang berjudul Tradisi Pernikahan Mabang Handak di Suku Kayu
Agung Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) Pada Tahun 2000-2008, termasuk jenis
penelitian Deskriptif Kualitatif.
Jenis penelitian yag digunakan adalah deskritif kualitatif. Djam’an Satori
(2011:23) mengungkapkan bahwa penelitian kualitatif dilakukan karena peneliti ingin
mengeksplor fenomena-fenomena yang tidak dapat di kuantifikasikan yang bersifat
deskriptif seperti proses suatu langka kerja, formula suatu resep, pengertian-pengertian
tentang suatu konsep yang beragamm karakteristik suatu barang dan jasa,
gambar-gambar, gaya-gaya, tata cara suatu budaya, model fisik suatu artifak dan lain
sebagainya.
Menurut sugiyono (2010:33) penelitian deskriptif kualitatif adalah “jenis
penelitian yang dilakukan pada kondisi objek alami, peneliti sebagai instrumen, tehnik
pengumpulan data dilakukan secara gabungan, data yang di hasilkan bersifat deskritif
dan analisis data di lakukan secara kualitatif.
Sedangkan menurut Margono (2009:39) deskriptif kualitatif adalah “suatu
proses dalam suatu penelitian yang datanya diperoleh kata-kata, gambar, perilaku, yang
tidak dituangkan dalam bentuk bilangan atau angka statistik (analisis nonstatistik)
melainkan dalam bentuk kualitatif, dalam bentuk kualitatif mengungkapkan fakta-fakta
dan jawaban tentang apa, siapa, kapan, dimana, dan bagaimana”. Jadi dapat
disimpulkan bahwa penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang
mengungkapkan tentang suatu proses penelitian dengan gambar dan dilakukan dengan
37
C.Lokasi Penelitian
Untuk mendapatkan data tentang Tradisi Pernikahan Mabang Handak Di Suku
Kayu Agung Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) Pada Tahun 2000-2018, penulis
melakukan penelitian di Kayu Agung Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI). Selain itu
melengkapi data yang berhubungan dengan ruang lingkup skripsi ini, penulis
mengadakan studi pustaka dengan cara mengunjungi beberapa pustaka, antara lain :
1. Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Palembang
2. Perpustakaan Universitas PGRI Palembang
3. Perpustakaan Daerah Provinsi Sumatera Selatan
4. Perpustakaan Daerah Kabupaten OKI
D.Kehadiran Peneliti
Untuk memperoleh sumber data yang akurat, penulis mengumpulkan data
dengan mengadakan kunjungan dan observasi Kewilayah Kayu Agung Kabupaten
Ogan Komering Ilir. Peneliti mengawali penelitian dari bulan oktober sampai akhir
bulan november, berkenaan dengan itu peneliti mewawancarai dua nara sumber yaitu
pertama mewawancarai Bapak Yuzrizal (62) dan Ibu Nila Maryati S.Pd. MM (27).
E.Sumber Data
Salah satu pertimbangan dalam memilih masalah penelitian adalah ketersediaan
sumber data. Sumber data dalah sumber subyek dari tempat mana data didapatkan.
Menurut Suhaidi (2010:112) “Sumber data adalah sebagai kenyataan yang ada
berfungsi sebagai bahan sumber untuk menyusun suatu pendapat, keterangan yang
Dalam penulisan skripsi ini penulis mengumpulkan beberapa sumber primer
maupun sumber sekunder.
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah “cerita atau penuturan, atau catatan dari para saksi
mata tentang terjadinya suatu peristiwa, dokumen atau catatan yang ditulis oleh saksi
mata berkenaan dengan suatu peristiwa” (Nurul, 2005:56). Sedangkan menurut Effendi
(2012:23) “ sumber primer adalah suatu dokumen atau sumber informasi yang di
ceritakan pada sekitar waktu yang sedang terjadi, kata primer merujuk pada kenyataan
bahwa sumber tersebut di dapat dari pelaku primer atau orang yang sedang mengalami
langsung dalam suatu peristiwa”.
Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa sumber primer adalah data
yang di peroleh langsung dari sumber asli dari hasil pengujian yang sesuai dengan
peristiwa.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah “cerita atau penuturan suatu peristiwa yang tidak
di saksikan langsung oleh pelapor, melainkan semata-mata melaporkan apa yang
dituturkan atau ditulis orang yang menyaksikan peristiwa tersebut” (Nurul, 2005:56).
Sedangkan menurut Effendi (2012:24) “ sumber sekunder merupakan sumber data
penelitian yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara, data sekunder
umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang tersusun dalam arsip (data
39
Dari kedua pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa data sekunder adalah
catatan atau penuturan dari seseorang yang tidak menyaksikan suatu peristiwa secara
langsung, berupa catatan, arsip atau buku.
Adapun buku-buku yang berkaitan dengan judul penelitian yang dapat dijadikan
sebagai sumber data yaitu :
1. Buku Arsip data Masyarakat Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) 2002
2. Ahmad. R.A. 2002 Himpunan adat dan sistem upacara Morge Siwe. Kayu Agung :
Pembina adat Kabupaten Ogan Komering Ilir
3. Berlian, Saudi, 2003. OKI Ogan Komering Ilir dalam Lintas Sejarah. Kayuagung :
Pemkab Ogan Komering Ilir
F.Prosedur Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data penelitian, maka peneliti melakukan tehnik
pengumpulan data kualitatif yang memfokuskan pada penelaan terhadap kasus. Dalam
kegiatan pengumpulan data sumber penelitian, peneliti menempuh metode observasi,
wawacara, dan dokumentasi.
1. Observasi
Observasi merupakan “suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun
dari berbagai pengamatan dan ingatan” (Daryanto,2001:216). Sedangkan menurut
Arikunto (2010:58), observasi adalah suatu jenis proses yang bertitik tolak pada
Berdasarkan pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa observasi adalah
suatu proses yang tersusun berdasarkan titik tolak pada pengamatan.
2. Wawancara
Menurut Nazir (2003:193) “Wawancara adalah proses memperoleh keterangan
untuk tujuan kajian penelitian dengan tanya jawab, tatap muka antara si penanya dan
nara sumber”. Sedangkan menurut Kartodirjo (2004:160) metode wawancara adalah
“suatu cara untuk mengumpulkan data dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
langsung kepada seseorang informan. Seseorang ahli atau berwewenang dalam suatu
masalah”.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa wawancara adalah
suatu proses memperoleh keterangan berdasarkan pertanyaan yang diajukan kepada
narasumber. Metode wawancara sengaja penulis lakukan untuk mengetahui Tradisi
Pernikahan Mabang Handak Di Suku Kayu Agung Ogan Komering Ilir (OKI) Pada
Tahun 2000-2008. Dalam penulisan ini penulis mewawancarai Yuzrizal (62) Sebagai
Pensiunan Seketaris Pembina Adat dan Budayawan. Dan kedua penulis melakukan
wawancara dengan Nila Maryati S.Pd.MM (41) selaku Kabid Kebudayaan yang ada di
dinas kebudayaan dan pariwisata.
3. Dokumentasi
Tehnik dokumentasi menurut menurut Priyadi (2012:112) adalah “suatu cara
kongret yang dilakukan peneliti sebagai hasil nyata tetang fakta-fakta yang di selidiki,
atau bukti dari catatan peristiwa yang sudah berlaku”. Sedangkan menurut
41
sumber-sumber yang sudah tercatat. Jadi dapat disimpulkan bahwa dokumentasi adalah
mencari data dengan berdasarkan buku-buku dan data-data lainnya.
Dalam hal tehnik dokumentasi peneliti akan mengumpulkan data-data beserta
foto-foto dan tempat-tempat yang berhubungan langsung dengan judul peneliti ini.
Tujuan dari dokumentasi adalah untuk mencari kebenaran dari perjalanan suatu
peristiwa.
G.Teknik Analisi Data
Menurut Suryabrata (2001:26) tehnik analisis data adalah “sebagai upaya
mengelolah data menjadi informasi, sehingga karakteristik atau sifat-sifat data tersebut
mudah di pahami dan bermanfaat untuk menjawab masalah-masalah yang berkaitan
dengan kegiatan penelitian. Kemudian dijelaskan oleh Sugiono (2011:17) tehnik
analisis data adalah “cara melaksanakan analisis terhadap data, dengan tujuan
mengolah data tersebut menjadi informasi, sehingga dapat menjawab masalah-masalah
dalam suatu penelitian.
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan tehnik analisis data yaitu kegiatan
dalam mengelolah data agar menjadi informasi yang mudah di pahami. Setelah penulis
berhasil menemukan dan mengumpulkan sumber-sumber dalam penelitian, penulis
tidak begitu saja menerima apa yang tercantum dan tertulis pada sumber data tersebut.
Namun terlebih dahulu penulis melakukan analisis data yang meliputi: Kritik sumber,
1. Kritik Sumber
Setelah semua sumber dan bukti sejarah diperoleh melalui pengumpulan data,
maka tahap berikutnya adalah kritik sumber. Kritik sumber adalah usaha
mempertanyakan apakah data-data yang diperoleh sesuai dengan ruang lingkup
masalah peneliti (Abdurrahman, 2008:12). Sedangkan menurut Harnojoyo (2010)
kritik sumber adalah usaha yang meliputi ruang lingkup suatu penelitian. Jadi dapat
disimpulkan bahwa kritik sumber adalah usaha untuk memproleh data-data yang
meliputi ruang lingkup suatu penelitian. Kritik sumber terbagi menjadi dua macam,
antaranya :
a. Kritik Ekstern
Menurut Harnojoyo (2010) Kritik ekstern adalah penelitian asli tidaknya satu
dokumen, dan apakah sumber-sumber yang diperoleh tersebut otentik, artinya bukan
sumber-sumber sejarah yang ragu, sehingga relevan dengan penelitian. Sedangkan
menurut Sutarmi (2008:12) Kritik ekstern adalah penelitian yang berpacu pada suatu
dokumen yang otentik. Jadi dapat disimpulkan bahwa kritik ekstern kritik yang berpacu
pada satu sumber yang datanya otentiksehingga relevan dengan penelitian. Setelah
melakukan penelitian terhadap data-data yang penulis peroleh adalah benar-benar asli
dan otentik yaitu antara lain data-data tentang Tradisi Pernikahan Mabang Handak Di
43
b. Kritik Intern
Kritik intern adalah “Penentuan dapat tidaknya keterangan dalam dokumentasi
digunakan sebagai fakta sejarah. Sedangkan kritik ekstern adalah penentuan asli atau
tidaknya suatu dokumen” (Syair, 2006:63). Sedangkan menurut Sutarsemi (2008:13)
Kritik intern adalah kritik yang berdasarkan fakta sejarah. Jadi dapat disimpulkan
bahwa kritik intern adalah penentuan dapat atau tidaknya suatu data berdasarkan
sejarah. Kritik intern yang dilakukan oleh penulis adalah yang berkaitan dengan sumber
yang di peroleh melalui wawancara yang berikatan dengan Tradisi Pernikhan Mabang
Handak Di Suku Kayu Agung Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI).
2. Interprestasi
Menurut Louis Gottschalk dalam Abdurrahman (2007:73) menyatakan
interprestasi adalah “penyusunan suatu data yang dapat di percaya, sehingga menjadi
suatu kisah atau kajian berarti”. Sedangkan menurut Abdurrahman (2010) Interprestasi
atau penafsiran data sejarah, merupakan usaha untuk mereka-reka atau merekontruksi
jalan cerita sejarah dengan fakta-fakta dari sumber-sumber sejarah yang telah
dikumpulkan. Interprestasi atau penafsiran sejarah sering disebut juga dengan analisis,
berarti menguraikan data secara terminologis berada dalam sintesis yang menyatukan
analisis dari sintesis, hal ini dipandang sebagai metode utama dalam interprestasi.
Dalam suatu penulisan, peneliti berusaha merangkai data-data yang diperoleh untuk di
jadikan jalan ceritanya, sehingga mengandung arti atau makna.
3. Historigrafi
Historigrafi merupakan tahap akhir dalam metode historis. Menurut
Abdurrahman (2007:67) Historigrafi adalah “cara penulisan laporan hasil penelitian
sejarah yang sudah diadakan, dari penulisan itu akan memberikan gambaran yang jelas
mengenai proses penelitian sejak awal sampai akhir”. Jadi pada tahap ini seluruh
jalinan kisah sejarah disajikan secara utuh sesuai dengan waktu berlangsungnya
peristiwa, adapun uraian singkat mengenai isi penelitian yang berjudul Tradisi
Pernikahan Mabang Handak Di Suku Kayu Agung Kabupaten Ogan Komering Ilir
(OKI) Tahun 2000-2018. Adapun sistematika isi laporan penelitian adalah sebagai
berikut:
Bab Satu, merupakan bagian pendahuluan yang berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, pembatasan masalah,tujuan penelitian, kegunaan peneliti dan daftar
istilah.
Bab Dua, merupakan bagian dari kajian pustaka yang berisi tentang definisi Tradisi, Pernikahan, Mabang Handak, Suku¸Kayu Agung¸Kabupaten Ogan Komering
Ilir (OKI).
Bab tiga, merupakan bagian dari metode penelitian yang yang berisi tentang metode penelitian, pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran penelitian, lokasi
penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, dan tehnik analisis data dan
tahap-tahap penelitian.
45
handak di suku kayu agung, dan dampak dari adat pernikahan mabang handak di suku
kayu agung.
Bab lima, merupakan merupakan penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran.
H.Tahap-Tahap Penelitian
Menurut Gottschalk dalam Abdurrahman (2007:164) ada empat tahap kegiatan
penelitian, yaitu :
1. Pengumpulan objek yang berasal dari suatu zaman dan pengumpulan bahan-bahan
tertulis dan lisan yang relevan.
2. Menyingkirkan bahan-bahan yang tidak otentik.
3. Menyimpulkan kesaksian yang dapat di percaya berdasarkan bahan-bahan yang
otentik.
4. Penyusunan keselesaian yang dapat di percaya itu menjadi suatu kisah atas
penyajian yang berat.
Adapun tahap-tahap yang penulis lakukan sebagai berikut, yaitu : mengajukan
usulan judul pada bulan Maret 2018, mendapatkan SK pembimbing I pada bulan Maret
2018, Seminar Proposal Bab I, II, dan III pada bulan Mei 2018. Mendapatkan SK
pembimbing ke II bulan mei 2018, bimbingan skripsi Bab 1 Acc pada bulan Oktober
Tabel 3.1 Tahap-tahap Penelitian
Bulan
Uraian Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt
2018 2018 2018 2018 2018 2018 2018 2018
1.Usulan Judul Bab I-III
2.Usulan Pembimbing I
3. Proposal
4.Seminar Proposal
5.Usulan Pemimbing II
6.Bimbingan Skripsi
Bab I
Bab II
X
X
X
X
X
X
13 BAB IV PEMBAHASAN
A.Latar Belakang Timbulnya Pernikahan Mabang Handak di Suku Kayu Agung Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI)
Sebelum penulis membahas membahas tentang Latar Belakang Timbulnya
Pernikahan Mabang Handak di Suku Kayu Agung Kabupaten Ogan Komering Ilir
(OKI), maka penulis akan menguraikan terlebih dahulu tentang pengertian pernikahan.
Adapun pengertian pernikahan adalah “bentuk didalam sebuah perjanjian untuk
membentuk ikatan antara laki-laki dengan seorang perempuan yang bersumpah
sehidup semati didepan penghulu dalam ikatan pernikahan”. (Widjayanto,2010:28)
Menurut Bachtiar (2004) definisi pernikahan adalah pintu bagi bertemunya dua
hati dalam nauangan pergaulan hidup yang berlangsung dalam jangka waktu yang
lama, yang di dalamnya terdapat berbagai hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan
oleh masing-masing pihak untuk mendapatkan kehidupan yang layak, bahagia,
harmonis, serta mendapat keturunan. Pernikahan itu merupakan ikatan yang didasari
oleh perasaan cinta yang sangat mendalam dari masing-masing pihak untuk hidup
bergaul guna memelihara kelangsungan manusia di bumi.
Berdasarkan pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa pernikahan adalah
sebuah ikatan yang dilakukan antara laki-laki dan perempuan dalam sebuah perjanjian
yang bersumpah sehidup semati dan mewujudkan suatu kebahagian hidup berkeluarga
yang diliputi rasa kasih sayang dan ketentraman dengan cara di ridhai Allah SWT.
Salah satu pernikahan yang penulis bahas yaitu Pernikahan Mabang Handak.
Dengan adanya pernikahan Mabang Handak ini, masyarakat Suku Kayu Agung
menetapkan bahwa pola pada pernikahan semacam ini, di anggap sebagai pernikahan
yang termewah yaitu “Mabang Handak” dinamakan Mabang Handak karena artinya
burung putih yang melambangkan sebuah keindahan dan kesucian yang bisa di artinya
suci dalam ikatan pihak pengantin dan masyarakat karena dalam pernikahan tersebut
melibatikan berbagai tradisi adat yang harus di penuhi untuk dilaksanakan baik hukum
adat sampai pada permintaan dan persyaratannya harus di jalani oleh pihak pengantin
laki-laki.
Adanya pernikahan Mabang Handak ini di awali pada abad ke-15 di ceritakan
adanya kisah dua orang antara “Bastari” dan “Juliah”. Juliah adalah anak seorang
keturunan ningrat yang jatuh cinta kepada bastari anak orang miskin dan melarat.
Kedua pasangan ini menjalin hubungan dan ingin melangsungkan pernikahan namun
hubungan ini di tentang oleh orang tua juliah, untuk merestui hubungan putrinya juliah
dengan bastari maka sang ayahnya pun memberikan persyaratan yang cukup berat pada
calon mantunya.
Persyaratan yang di berikan orang tua juliah untuk bastari seperti pesta yang
mewah dan meminta bawaan-bawaan seperti barang benda dan makanan. Untuk itu
orang tua juliah memberikan persyaratan kepada bastari hakikat orang tua julia ingin
pernikahan anaknya penuh akan adat istiadat keindahan dan kesucian dalam
membangun rumah tangga yang baik. Maka dari itu masyarakat suku Kayu Agung
menetapkan pernikahan Mabang Handak ini sebagai pernikahan yang termewah dari
49
Karena persyaratan dari orang tua juliah ini pada hakikatnya untuk menolak
secara halus jika tidak mampu di pe nuhi. Namun Allah SWT melimpahkan derajat
pada bastari orang-orang iba dengan kehidupannya, dengan bantuan orang-orang yang
menolongnya maka dengan seluruh itu persyaratan yang di maksud dapat terpenuhi
atas dukungan dan sumbangan moril maupun materil jiron tetangga.
Menurut hasil wawancara dengan dua nara sumber tentang latar belakang
timbulnya Pernikahan Mabang Handak di Suku Kayu Agung Kabupaten Ogan
Komering Ilir (OKI) Pada Tahun 2000-2008. Menurut Yusrizal “Pernikahan Mabang
Handak dalam masyarakat suku Kayu Agung merupakan sistem pernikahan tingkat
tertinggi, di katakan tingkat tertinggi karena pernikahan ini banyak melakukan berbagai
proses dan rangkaian lengkap adat dan tradisi pernikahan tersebut”
(Yusrizal,Wawancara: 14 oktober 2018) Sedangkan menurut Kabid Kebudayaan
pernikahan mabang handak adalah acara yang elite dan tidak sembarangan orang atau
masyarakat suku kayu Agung yang dapat melaksanakan sistem pernikahan ini, dalam
pelaksanaannya pernikahan ini dan seluruh rangkaian adat tradisi di lakukan dalam
tempo 7 hari 7 malam. (Nila Maryati, S.Pd, MM, wawancara: 07 November 2018).
Berdasarkan hasil wawanacara bersama bapak Yuslizal,.S.Pd.M.Pd selaku
budayawan OKI dapat disimpulkan pernikahan mabang handak adalah pernikahan
yang termewah dari empat tingkatan pernikahan ada di suku kayu agung, pernikahan
ini di laksanakan dengan acara yang mewah dengan pelaksanaannya memakai seluruh
B.Prosesi Pelaksanaan Pernikahan Mabang Handak di Suku Kayu Agung Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) PadaTahun 2000-2008
Pengertian pernikahan menurut Undang-undang Pernikahan Republik
Indonesia No. 1 Th.1974 adalah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dengan
seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)
yang bahagia dan kekal berdasarkan Tuhan Yang Maha Esa. Masih menurut UU No. 1
Th. 1974, pernikahan dianggap sah apabila di lakukan menurut hukum masing-masing
agama atau kepercayaan yang di anut sesuai dengan Undang-undang Dasar 1945.
Pernikahan menurut Aisyah (1979:56) adalah akad antara calon suami istri
untuk hidup bersama sebagai pertalian yang suci anatar pria dan wanita dengan tujuan
menyelenggarakan hidup yang akrab guna mendapatkan keturunan yang sah dan
membina keluarga dan rumah tangga yang bahagia. Sedangkan menurut Mulyadi
(1994:59) pernikahan merupakan suatu ikrar yang dinyatakan oleh seorang laki-laki
dan seorang perempuan untuk melangsungkan sebuah kehidupan rumah tangga
dengan tujuan yang baik karena ikrar tersebut harus di pertangung jawabkan kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan bapak
Yuslizal selaku Budayawan OKI tentang prosesi dalam pernikahan mabang handak ada
dibawah ini.
Dan ini adalah tahapan-tahapan prosesi Pernikahan Mabang Handak di Suku
Kayu Agung adalah sebagai berikut :
51
Nyelabar atau bertamu merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh pihak calon
laki-laki mengutus dua orang laki-laki dan perempuan dewasa untuk membawa pesan
dari pihak laki-laki yang berkeinginan untuk meminang calon mempelai perempuan.
2. Manjaouw Lamaran
Manjaouw Lamaran merupakan proses lanjutan dari proses nyelabar guna
melanjutkan hasil dari jawaban keluarga calon mempelai perempuan. Calon mempelai
laki-laki sudah membawaa bawaan seperti kain songket, kebaya, tas, dan lain-lain.
3. Lamaran Masak Matah
Maksud dari masak matah adalah bawaan saat lamaran ini berupa
tumbuh-tumbuhan atau rempah-rempah yang di sertai pula dengan masakan kue-kue dan bolu
serta lauk-pauk yang sudah di masak.
4. Betorang atau Bertunang
Maksud dari bertorang atau bertunang adalah melakukan lamaran terakhir
dengan tujuan melakukan kelanjutan tentang hari pernikahan sekaligus menerangkan
kepada masyarakat bahwa proses muda-mudi tersebut resmi untuk di nikahkan dengan
di tandai adanya prosesi tukar cincin.
5. Ningkuk atau Berkumpul
Masing-masing pihak keluarga mengumpulkan sanak famili serta jiron tetangga
untuk membahas sekaligus membagi tugas kepanitian dalam melakukan acara
selanjutnya.
Calon mempelai laki-laki dan calon mempelai perempuan untuk mengundang
orang-orang serta jiron tetangga dan muda-mudi untuk hadir dalam acara pelaksanaan
hajatan dan untuk acara midang
7. Nutu Bumbu
Suatu proses yang di lakukan oleh pihak keluarga untuk meracik bumbu
rempah-rempah sebagai pelengkap gulai sayur-mayur dalam hajatan. Hal ini di lakukan
dua hari sebelum acara pelaksanaan hajatan.
8. Midang
Pelaksanaan midang merupakan arak-arakan untuk melepas status masa lajang
kedua calon mempelai dengan diringi bujang gadis baik dari kedua pihak keluarga
maupun muda-mudi jiron tetangga, yang di ketuai oleh cap dalom dan mas ayu (ketua
bujang gadis) berjalan menelusuri pinggiran sungai Komering dari ujung dusun ke
ujung dusun dengan tujuan untuk menerangkan kepada masyarakat bahwasanya
pasangan kedua mempelai resmi akan di nikahkan.
9. Malam Mulah
Malam mulah merupakan pesta bagian dari muda-mudi berkumpul bersama
calon mempelai laki-laki dan calon mempelai perempuan yang di sertai adanya
orkestra. Malam mulah ini dilakukan di dua tempat yaitu di tempat calon mempelai
laki-laki dan di tempat calon mempelai perempuan.
10. Begorok
Begorok merupakan pelaksanaan pesta dari acara Mabang Handak yang di
53
11. Kungayan
Kungayan adalah ketika pihak keluarga calon mempelai perempuan di undang
ke tempat pengantin laki-laki untuk menghadiri sekaligus melaksanakan proses Akad
nikah (ijab qobul). Untuk tempatnya sendiri tergantung dengan keputusan kedua
keluarga mempelai ingin melaksanakan akad nikah di tempat keluarga laki-laki
ataupun keluarga perempuan.
12. Manjouw Kahwen
Manjouw Kahwen merupakan prosesi setelah kungayan atau akad nikah dimana
pihak keluarga laki-laki (bapak-bapak) kerumah keluarga mempelai perempuan
dengan tujuan memberitahukan kepada pihak keluarga perempuan bahwa sudah
dilaksanakannya akad nikah dan kedua mempelai sudah berikan julukan (gelar).
Setelah dilakukannya silahtuhrahmi antara kedua belah pihak, sekaligus pihak keluarga
laki-laki membawa barang bawaan dari pihak perempuan seperti lemari, ranjang, meja
makan, kursi, barang pecah belah dan lain-lain.
13. Malam Ritarian
Malam ritarian adalah pelaksanaan terakhir dari pesta resepsi Mabang Handak
yang di gelar di halaman rumah pengantin laki-laki yang dilakukan sampai larut
malam. Makna dari malam ritarian melakukan hiburan dan tari-tarian dan bernyanyi
Adapun hal-hal yang berhubungan dengan tantanan adat istiadat dalam
pernikahan Mabang Handak adalah sebagai berikut :
1. Tantanan adat istiadat pernikahan harus lengkap
Dalam prosesi Pernikahan Mabang Handak tantannya harus lengkap dari proses
lamaran sampai hari pernikahan yang menghabisi waktu 7 hari 7 malam.
2. Menimbang kedua tubuh pengantin
Maksud dari menimbang berat tubuh kedua pengantin adalah untuk mengetahui
ada nasib keberuntungan atas pernikahan tersebut.
3. Adanya tari cang-cang dalam prosesi Manjaouw Kahwin
Tari cang-cang merupakan tarian untuk menyambut pihak laki-laki dari pihak
perempuan yang di lakukan oleh laki-laki dari kedua belah pihak untuk memberi kesan
saling menjatuhkan atau meremehkan antar keluarga.
4. Adanya kereta hias “Juli”
Kereta hias “Juli” bermakna sebagai lambang keningratan keluarga dari sebelah
pihak laki-laki.
5. Adanya kungayan bai-bai
Kungayan bai-bai adalah sekumpulan bapak-bapak yang memakai jas dan kain
dari tempat mempelai laki-laki ke tempat mempelai wanita untuk bersilatuhrahmi dan
untuk mengambil atau mengangkat barang bawaan mempelai wanita seperti lemari,
meja makan, kursi dan perlengkapan rumah tangga yang lain.
55
Tanjidor bertujuan untuk memberikan kesan ketabuhan yang menandakan
bahwa arak-arakan dari pihak perempuan pada saat itu di lakukan pada malam hari.
Makna dari mengarak obor anan tuwoi yaitu melambangkan bahwa yang melakukan
persedekahan atau pernikahan akan mengadakan perkenalan dari pihak perempuan ke
pihak laki-laki khususnya kaum bapak-bapak dan ibu-ibu yang di lakukan secara
besar-besaran dan penuh dengan kemeriahan. (Yurziral, wawancara: 14 Oktober 2018)
Uraian di atas merupakan tahapan-tahapan dari proses Pernikahan Mabang
Handak dan hal-hal yang berhubungan dengan adat istiadat dalam Pernikahan Mabang
Handak.
Dalam Pernikahan Mabang Handak ini, untuk busana pengantinnya pun
berbeda dari busana pengantin yang lainnya, karena setiap busana pengantin dalam
adat pernikahan di Suku Kayu Agung berbeda-beda sesuai dengan tingkatan adat itu
sendiri. Untuk pakaian Mabang Handak sendiri sering disebut :
a. Jas Rojung Mabang Handak
Yaitu busana untuk mempelai laki-laki dengan memakai jas panjang sampai
dibawah lutut memakai kain Bumpak (Rumpak) dilengkapi dengan kepudangnya
(hiasan kepala untuk mempelai laki-laki) yang satu stel dengan kainnya atau yang
disebut dengan Bengiyan Mabang Handak.
b. Maju Mabang Handak
Sebutan untuk busana pengantin wanita yaitu Angkinan beringin pitu. Yang
Sedangkan perbedaan busana Pernikahan Mabang Handak dengan busana
Pernikahan lain dalam masyakarat Suku Kayu Agung ialah :
a. Untuk mempelai laki-laki hanya memakai setelan jas pendek tanpa aksesoris kris
yang di sematkan di depan perut. Tidak menggunakan kalung bunga melati asli.
b. Untuk mempelai wanita hanya menggunakan beringin maksimal 5 tangkai. Tidak
menggunakan rumbai sampiran telinga dengan rangkaian melati asli.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa busana pengantin di
Pernikahan Mabang Handak dan Pernikahan adat lainnya sangat berbeda dengan
busana yang di pakaikan kepada kedua mempelai laki-laki dan wanita di dalam
pernikahan Mabang Handak.
C.Dampak dari Pernikahan Mabang Handak Bagi Masyarakat Suku Kayu Agung
1. Dampak Dalam Kehidupan Sosial Masyarakat Suku Kayu Agung
Dampak dalam kehidupan sosial bagi masyarakat Suku Kayu Agung terhadap
adanya Tradisi Pernikahan Mabang Handak membawa dampak positif, tidak berbeda
dari tahun 2000-2008 masih tetap sama masyarakat memiliki peran penting dalam
pernikahan mabang handak karena dapat menjalin silatuhrahmi antar masyarakat.
Dan merupakan interaksi dalam nilai sosial. Dalam pernikahan Mabang
Handak sendiri masyarakatnya terlibat dalam pelaksanaan tersebut, karena pernikahan
Mabang Handak dapat menjadi nilai budaya dan dapat pembelajaran budaya serta
57
Menurut Kabid Kebudayaan (Nila Maryati, S.Pd, MM, wawancara: 07
November 2018) Pernikahan Mabang Handak ini merupakan pernikahan termewah
dilaksanakan oleh keluarga yang perekonomiannya di atas, dan hanya bagi orang yang
mampu melaksanakan pernikahan tersebut. Dampak dari pelaksanaan Pernikahan
Mabang Handak masyarakat suku Kayu Agung terlibat dalam acara tersebut untuk
meramaikan acara yang diadakan secara besar-besaran oleh kedua belah pihak
keluarga.
Sedangkan menurut (Yuzrisal, wawancara:14 oktober 2018) Pernikahan
Mabang Handak di anggap Masyarakat Kayu Agung adalah acara pernikahan yang di
lakukan secara besar-besaran yang di laksanakan oleh keluarga elit. Maksud dari
keluarga elit di sini di lihat dari segi strata sosial seseorang atau keluarga tersebut,
pengelompokan anggota masyarakat dalam lapisan-lapisan secara bertingkat yaitu
seperti: 1) ukuran kekayaan. 2) ukuran kekuasaan. 3) ukuran kehormatan. 4) ukuran
ilmu pengetahuan. Oleh karena itu tidak sembarang keluarga mampu melaksanakan
pernikahan semacam ini. Karena pernikahan ini banyak melakukan proses dan
tahapan-tahapan adat istiadat pernikahan dalam melancarkan acara proses pernikahan mewah
yang di laksanakan dalam tempo 7 hari 7 malam.
Dalam Pernikahan Mabang Handak ini ada Midang yaitu arak-arakan para
pengantin dan keluarga kedua belah pihak. Dengan adanya acara Midang ini
masyarakat Kayu Agung beramai-ramai melihat arak-arakan tersebut. Dapat di lihat
Kayu Agung karena dari adanya pernikahan dengan adat istiadat yang beradat ini dapat
masyarakat menilai besarnya nilai budaya yang adat di Suku Kayu Agung.
Dengan adanya budaya yang ada di Suku Kayu Agung ini, dapat masyarakat
kembangkan atau menulis menceritakan bahwa Suku Kayu Agung ini banyak adat dan
budaya yang dapat di jadikan sumber buku atupun yang lainnya. Berdasarkan uraian
ini dapat penulis jealaskan bahwa banyaknya adat yang ada di Suku Kayu Agung ini
membawa dampak yang positif bagi masyarakat Suku Kayu Agung maupun
masyarakat luar lainnya.
2. Dampak Dalam Budaya Dari Pernikahan Mabang Handak di Suku Kayu Agung
Budaya pernikahan dan aturannya yang berlaku pada suatu masyarakat pada
atau pada suatu bangsa tidak terlepas dari pengaruh budaya, lingkungan tempat
masyarakat itu berada serta pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, dan keagamaan
yang dianut oleh masyarakat tersebut. Seperti halnya pernikahan di Indonesia, bukan
saja di pengaruhi oleh peraturan undang-undang maupun agama tetapi juga di
pengaruhi oleh adat istiadat dan kebudayaan yang berlaku dalam kehidupan
masyarakat.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, dampak merupakan pengaruh kuat
yang mendatangkan akibat, baik negatif maupun positif. Dampak secara sederhana bisa
diartikan sebagaikan pengaruh dan akibat. Dampak juga merupakan proses lanjutan
59
Dampak positif dari pernikahan Mabang Handak ini adalah dapat menjadi aset
budaya untuk generasi berikutnya, dengan adanya budaya dari pernikahan Mabang
Handak ini dapat dikembangkan lagi oleh generasi muda selanjutnya agar di ketahui
masyarakat luar. Sedangkan dampak negatif dari pernikahan Mabang Handak ini
sendiri adanya persegeran budaya dari luar dengan campuran adat modern. (Nila
Maryati, S.Pd, MM, wawancara: 07 November 2018)
Menurut (Hasan Alwi dkk 1990:361) dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
Edisi Ketiga, pergeseran merupkan peralihan, perpindahan, pergantian. Definisi dari
pergeseran juga memiliki arti yang universal (keseluruhan). Sedangkan menurut
Kamus besar Bahasa Indonesia (1990:130) Budaya dari segi bahasa adalah pikiran,
akal budi, adat istiadat sesuatu mengenai kebudayaan yang sudah berkembang (maju)
dan sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sukar diubah. Budaya juga merupakan
suatu kebiasaan yang di lakukan oleh masyarakat secara turun temurun.
Berdasarkan pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa pergeseran budaya
adalah peralihan pikiran atau suatu peralihan kebiasaan masyarakat secara turun
temurun yang terjadi oleh berkembang dan kemajuan zaman pada saat ini.
3. Dampak Dalam Bidang Agama Dari Pernikahan Mabang Handak di Suku Kayu Agung
Pernikahan atau nikah artinya adalah terkumpul dan menyatu. Menurut istilah
lain juga dapat berarti Ijab Qobul (akad nikah) yang mengharuskan perhubungan antara
sepasang manusia yang di ucapkan oleh kata-kata yang ditujukan untuk melanjutkan
dalam Al-Qur’an artinya adalah pasangan yang dalam penggunaannya pula juga dapat
di artinya sebagai pernikahan , menjadikan manusia itu saling berpasangan,
menghalalkan pernikahan dan mengharamkan zina.
Menurut pandangan islam, pernikahan merupakan jalan yang paling afdhal dan
paling bermanfaat dalam upaya untuk menjaga kehormatan diri. Karena hukum
pernikahan dapat menghindari dari hal-hal yang di larang dan di haramkan Allah SWT.
Dengan pernikahan, gejolak biologis dalam diri manusia dapat tertuntaskan. Selain itu,
pernikahan juga dapat mengangkat cita-cita luhur yaitu untuk menghasilkan keturunan
yang nantinya berperan dalam kemakmuran di bumi dan menjadikannya lebih semarak.
Adapun tujuan dari suatu pernikahan menurut syariat islam adalah: 1) Memenuhi
tuntunan naluri manusia yang asasi. 2) Sebagai benteng yang kokoh bagi akhlaq
manusia. 3) Menegakkan rumah tangga islam. 4) Meningkatkan ibadah kepada Allah.
5) Memperoleh keturunan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Dampak merupakan pengaruh kuat
yang mendatangkan akibat baik negatif maupun positif. Dampak secara sederhana bisa
diartikan sebagaikan pengaruh dan akibat. Dampak juga merupakan proses lanjutan
dari sebuah pelaksanaan pengawasan internal. Agama berarti sistem mengatur tata
keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata
kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia serta lingkungan yang terjadi
61
Berdasarkan pengertian di atas dapat kesimpulan dari dampak agama
merupakan pengaruh kuat yang mendatangkan akibat baik negatif dan positif sistem
kepercayaan yang berhubungan dengan pergaulan manusia serta lingkungan yang
terjadi di sekitar.
Dalam bidang agama pernikahan Mabang Handak ini berdampak positif karena
dalam pernikahan ini adanya prosesi do’a sebelum melaksanakan akad nikah dan
prosesi ceramah atau pecerahan setelah akad nikah. Dalam nilai religius pernikahan
ialah ikatan antara laki-laki dan perempuan yang melangsungkan pernikahan untuk
membangun rumah tangga yang lebih baik kedepannya. Sedangkan dampak negatif
dari bidang agama dalam pernikahan Mabang Handak ini prosesnya yang banya k dan
13 A.Kesimpulan
Berdasarkan dari penelitian tentang Tradisi Pernikahan Mabang Handak di
Suku Kayu Agung (OKI) Ogan Komering Ilir Pada Tahun 2000-2