1
Pendidikan sangat penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan harus
tersalurkan secara merata ke seluruh daerah, mulai daerah yang strategis misalnya
daerah yang dekat dengan kota sampai ke daerah yang terpencil yakni daerah yang
letaknya sulit untuk dijangkau. Penyaluran pendidikan tidak diperbolehkan adanya
suatu diskriminasi yaitu tindakan yang membeda-bedakan. Pendidikan harus
tersampaikan dengan baik secara efektif dan efisien, sehingga mutu pendidikan yang
ada semakin berkembang menjadi lebih baik. Pendidikan mengangkut arti yang luas
misalnya seperti pendidikan matematika, sejarah dan yang lain sebagainya. Kita
dapat mempelajari matematika secara menyeluruh mulai dari yang umum sampai
yang spesifik. Mulai tingkat Sekolah Dasar sampai kejuruan. Misalnya matematika
diajarkan di Sekolah Dasar agar siswa mampu mengenali konsep dan ilmu
matematika itu dengan baik.
Matematika adalah salah satu ilmu yang penting bagi kehidupan manusia.
Karena dalam kehidupan sehari – hari matematika selalu melekat tidak dapat di
pisahkan dari tindakan manusia. Setiap waktu setiap menit matematika selalu
berguna tanpa di sadari oleh orang yang mengaplikasikanya. Hal ini berarti bahwa
siswa yang ada di Sekolah Dasartidak akan bisa terlepas dari ilmu yang selalu kita
dengar dengan sebutan matematika. Oleh karena itu, matematika sangat penting.
Penerapan matematika mempunyai tujuan yang baik agar siswa tahu apa sebenarnya
konsep dari matematika itu sendiri. Pembelajaran matematika di Sekolah
Dasardiharapkan dapat menyajikan pembelajaran yang efektif dan efisien sesuai
dengan kurikulum dan pola pikir siswa sehingga siswa dengan mudah menyelesaikan
masalah matematika yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari (Wahyudi dan
Kriswandani, 2013). Dimana kita tahu bahwa pembelajaran matematika tidak akan
bisa dipisahkan dengan kegiatan yang konkrit. Karena siswa akan lebih mudah dalam
anak serta pola pikirnya. Tingkatan dan pola pikir anak sangat berpengaruh dalam
proses pembelajaran, maka guru harus pandai untuk menciptakan suatu
pembelajaran yang efektif dan efisen bagi siswa. Selain itu, kurikulum juga
berpengaruh dalam kegiatan pembelajaran. Setiap saat kurikulum akan mengalami
perkembangan, dengan kata lain dalam pembelajaran matematika guru tidak boleh
hanya mengajar seperti zaman dahulu (teacher oriented) . Guru juga harus mengikuti
perkembangan zaman , jika dilihat saat ini guru setidaknya menggunakan pendekatan
dan teknik tertentu dalam pembelajaran. Walaupun Sekolah Dasar tersebut masih
menggunakan kurikulum KTSP seharusnya guru tetap menggunakan suatu
prosespembelajaran yang kreatifdan inovatif. Misalkan dengan menggunakan
berbagai model pembelajaran dan menggunakan suatu media yang kreatif dan
inovatif. Kenyataannya proses pembelajaran yang efektif dan efisien ini belum
terlaksana sesuai dengan yang di harapkan karena matematika dipandang sebagai
mata pelajaran yang sulit bagi siswa.
Melalui sedikit permasalahan diatas kita dapat melihat hasil penelitian dari
Yunita Nurmilasari tahun 2015 Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) dengan judul
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Dengan Model Kooperatif Tipe TGT Di
Kelas IV SDN Paraksari. Hasil penelitiannya yaitu menjelaskan bahwa aktivitas
siswa dalam pembelajaran matematika dengan model koperatif tipe TGT, persentase
aktivitas rata-rata kelas yang diperoleh pada siklus I yaitu 66,38% dan berada pada
kategori baik. Kemudian dilakukan tindakan pada siklus II, persentase aktivitas
rata-rata kelas mengalami peningkatan menjadi 88,05% dan berada pada kategori sangat
baik. Persentase tersebut sudah memenuhi kriteria keberhasilan yang ditetapkan yaitu
sebesar 80%. Hal tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran yang telah dilakukan
yaitu pembelajaran dengan model kooperatif tipe TGT pada pelajaran matematika
materi simetri dan pencerminan bangun datar di kelas IV SD N Paraksari dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa. Oleh karena itu, model ini dapat dikatakan
berhasil.
Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa matematika merupakan mata
pelajaran yang tidak sulit untuk dipahami, hal ini dikarenakan siswa mampu
sebagian besar guru belum mengajak siswa untuk menentukan atau membuat
kreativitas dalam pembelajaran matematika. Sehingga siswa kurang memahami
materi. Banyak yang beranggapan bahwa matematika itu sulit untuk dipahami, akan
tetapi, jika guru menggunakan pembelajaran yang efektif maka pembelajaran akan
bermakna bagi siswa dan akan menumbuhkan keaktifan siswa dalam belajar. Selain
itu, siswa akan belajar matematika dengan gembira dan semangat sehingga
matematika bukan lagi menjadi mata pelajaran yang menakutkan dan menjadi
momok bagi siswa tetapi berubah menjadi mata pelajaran yang ditunggu dan
disenangi oleh siswa (Wahyudi dan Kriswandani, 2013).
Pada dasarnya bukan matematika yang sulit, namun dalam penyampaian dan
bentuk pembelajarannyalah yang kurang tepat sehingga perlu adanya inovasi
pembelajaran matematika harus di desain oleh guru secara tepat, hal ini sangat
penting dalam proses pembelajaran. Melalui pendekatan dan model yang tepat maka
pembelajaran matematika akan tersampaikan dengan baik. Siswa akan mampu
menerima pembelajaran dengan baik juga. Ada banyak pendekatan, model dan
teknik pembelajaran namun belum tentu guru mampu memilih salah satu yang tepat
untuk di terapkan ke kelas yang ia ajar. Adanya kegiatan pembelajaran matematika
yang kurang efektif dan efisien salah satunya dapat di gunakan pendekatan yaitu
model TGT (Teams Games Tournamen) (selanjutnya disingkat TGT). Model
pembelajaran sangat penting dalam kegiatan guru mengajar setiap hari. Model ini
mempunyai keunggulan dari pendekatan yang lainnya yaitu model ini lebih
menekankan pada suatu kerja sama. Pembelajaran matematika menekankan pada
proses kerja sama, sehingga cocok dengan kegiatan pembelajaran jika di gunakan.
Model TGT jika digunakan dengan maksimal pembelajaran akan berjalan dengan
lancar. Adanya suatu masalah maka penyelesaiannya dapat di pecahkan dengan
kerjasama, karena pembelajarannya berbentuk kelompok apakah itu kelompok kecil
maupun kelompok besar.
Sesuai dengan pendapat ahli TGT adalah teknik pembelajaran yang hampir
sama seperti STAD dalam setiap hal kecuali satu sebagai ganti kuis dan sistem skor
perbaikan individu, TGT menggunakan turnamen permainan akademik (Trianto,
didik mempunyai tanggungjawab masing-masing dalam suatu turnamen
pembelajaran. Misalkan ada salah satu anak yang tidak bisa bekerja sama maka
akibatnya yang rugi adalah dirinya sendiri serta akan berakibat pada teman
sekelompoknya juga. Oleh karena itu, penekanan pada proses tanggung jawabnya
lebih tinggi. Melalui bekerja sama di dalam kelas menjadikan peserta didik
melakukan beberapa kegiatan seperti, langsung tatap muka dan saling interaksi. Hal
ini dapat meningkatkan kemampuannya sendiri dan sambil mengembangkan
pengetahuan satu sama lain di dalam kelompoknya. Selain itu, untuk model TGT ini
adalah salah satu teknik yang diangkut oleh teori Dienes. Menurut Dienes, permainan
matematika sangat penting sebab operasi matematika dalam permainan tersebut
menunjukkan aturan secara kongkret dan lebih membimbing dan menajamkan
pengertian matematika pada anak didik. Dapat dikatakan bahwa objek-objek
kongkret dalam bentuk permainan mempunyai peranan sangat penting dalam
pembelajaran matematika jika dimanipulasi dengan baik. Menurut Dienes (dalam
Ruseffendi, 1992). Matematika jika di bawakan dengan konsep permainan yang
bagus maka akan tercipta kegiatan yang menyenangkan tidak membosankan. Ketika
permainan menggunkan benda yang kongkret, maka anak akan lebih paham dengan
cepat. Karena bahan pembelajaran yang digunakan semua adalah benda yang konkrit
atau nyata. Usia anak yang masih kecil akan lebih paham dengan adanya sesuatu
yang nyata yang mereka mudah jumpai dalam kehidupan sehari- hari. Dengan seperti
itu pembelajaran akan terlaksana dengan baik dan siswa tidak merasa bosan dan
malas.
Berdasarkan angket dan wawancara guru kelas Ibu Rukamti S.Pd dari SDN
Blotongan 01 Salatiga serta beberapa siswa Sekolah Dasar pada tanggal 13
September 2016. Banyak siswa yang kurang memahami pelajaran matematika
khususnya materi pecahan, baik pecahan biasa maupun campuran. Pelajaran pecahan
merupakan pelajaran yang membuat siswa bingung karena saat menyusun bilangan,
harus ada bilangan pembilang dan penyebut. Siswa masih belum paham mana yang
termasuk bilangan pembilang dan bilangan penyebut. Materi ini terkesan
membosankan sehingga siswa menjadi malas dalam mengerjakan soal yang
beliau masih menggunakan pendekatan dan teknik yang kurang tepat dalam proses
pembelajaran oleh karena itu siswa masih malas dalam pembelajaran. Siswa masih
banyak yang kurang aktif dalam pembelajaran sehingga mengakibatkan siswa
mengantuk dan malas. Nilai siswa pun menjadi salah satu hal yang penting untuk
memperoleh perhatian yang lebih, karena nilai siswa masih kurang maksimal.
Pembelajaran matematika materi bilangan pecahan menggunakan model
pembelajaran tujuannya adalah merangsang siswa dalam proses pembelajaran
sehingga siswa tidak bosan serta malas dalam pembelajaran. Siswa tertarik dengan
pembelajaran, karena siswa akan bekerja sama dengan siswa yang lain serta dengan
adanya kerjasama maka siswa akan aktif dalam proses pembelajaran. Siswa lebih
terampil dalam memecahkan suatu masalah yang di hadapi. Selain itu siswa mampu
mengaplikasikan dalam kehidupan sehari- hari, ini adalah hal yang terpenting dari
tujuan pembelajaran pecahan. Maka dari itu, perlu adanya model TGT berbantuan
permainan kipas pecahan untuk materi pecahan. Penggunaan permainan yang berupa
kipas pecahan bertujuan untuk membantu siswa memahami pecahan. Jika melihat
satu kipas pasti ada beberapa bagian dari kipas terebut. Hal inilah yang dimaksudkan
bahwa kipas dapat membantu siswa menguasai materi, ditambah lagi menjadi suatu
permainan yang mana permainan atau turnamen dengan kipas siswa akan
bersemangat karena menggunakan suatu media yaitu kipas. Permainan kipas pecahan
ini dibuat sendiri oleh peneliti belum ada yang membuat sebelumnya. Permainan
kipas pecahan ini belum ada di teori. Peneliti hanya mengangkut teori Dienes tahap
ke 2 yaitu pemainan dengan aturan. Permainan kipas pecahan yang dibuat oleh
peneliti juga dengan aturan sehingga menganut teori tersebut. Sehingga permainan
kipas pecahan digunakan untuk materi pecahan. Permainan kipas pecahan bisa juga
digunakan untuk materi yang lain. Namun, alangkah lebih baiknya digunakan untuk
materi pecahan karena untuk mempermudah siswa menguasai dasar materi yaitu
pengertian pecahan itu sendiri.
Siswa Kelas 4 SDN Blotongan 01 Salatiga Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017 ”.
1.2Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah ada hal yang menjadi permasalahan siswa
yaitu sebagai berikut :
1. Siswa masih pasif dalam pembelajaran
2. Siswa bosan dengan pembelajaran
3. Pembelajaran masih berpusat pada guru
4. Siswa mengantuk dan malas
5. Mata pelajaran matematika adalah pelajaran yang menakutkan
6. Model pembelajaran kurang mengajak siswa untuk aktif.
1.3Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan, masalah penelitian ini yaitu:
Bagaimana penerapan model pembelajaran TGT berbantuan permainan kipas
pecahan dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar matematika siswa kelas 4
SDN Blotongan 01 Salatiga?
1.4Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran TGT berbantuan permainan
kipas pecahan yang dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar matematika
siswa kelas IV SDN Blotongan 01 Salatiga.
1.5Manfaat Penelitian
Dari uraian latar belakang sampai dengan tujuan penelitian, peneliti berharap
1.5.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
tentang materi pecahan bagi pembaca. Peneliti berharap hasil penelitian ini, nantinya
dapat menjadi salah satu sumber dan referensi belajar. Harapannya model TGT
berbantuan permainan permainan kipas pecahan dapat meningkatkan keaktifan serta
hasil belajar siswa kelas 4 untuk mata pelajaran matematika khususnya materi
pecahan.
1.5.2 Manfaat Praktis
a. Bagi guru, memperoleh teknik dan model mengajar yang efektif serta menarik dalam pembelajaran matematika khususnya untuk materi pecahan, sehingga
siswa tidak bosan dalam proses pembelajaran;
b. Bagi siswa, memperoleh suatu cara yang baru dalam proses pembelajaran matematika sehingga tidak malas dan bosan melainkan pembelajarannya
menyenangkan dan siswa tertarik untuk belajar pecahan. Disini siswa juga aktif
dalam proses pembelajaran tidak hanya diam mendengarkan namun mereka juga
akan mengemukakan suatu pendapat.
c. Bagi sekolah, untuk memperoleh suatu wawasan dan pengetahuan baru bagi guru tentang berbagai model pembelajaran. Sebagai wacana dalam upaya
meningkatkan mutu pengajaran dan hasil pembelajaran sehingga sekolah mampu