• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENERAPAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOM"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA

RUANG WILAYAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR TAHUN 2012 –

2032 DALAM PELESTARIAN DAN BERKELANJUTAN

THE APPLICATION OF REGULATION REGION OF EAST LOMBOK REGENCY

NUMBER 2 IN 2012 TENTANG SPATIAL PLAN AREA OF EAST LOMBOK REGENCY IN 2012 – 2032 IN CONSERVATION AND SUSTAINABLE

I Gde Beni Yasa

Magister Ilmu Hukum Universitas Mataram email : casibenara@gmail.com

Naskah diterima : 07/07/2016; revisi : 28/08/2016; disetujui : 25/08/2016

Abstract

he implementation of local Law of the East Lombok district No. 2 of 2012 ind diiculties particularly in term of land conversion and its synchronization with development plan that has been set in the district. he issues are focused in the area of Implementation of local regulation of East Lombok district No. 2 of 2012 related to conservation and sustainable goals, obstacles to implement the regulation and the necessarily eforts to overcome the obstacles. One of the implementation obstacle is clash between particular provision of this local Law and the preservation and sustainable development principles which pursed into conlict of interest of the stakeholders whose are government, private sector and public. he other resistor factor is the rise of agricultural land conversion that resulted in the inefectiveness of development program as has been planned by the district east Lombok which already made in these regulation .herefore, there are some eforts that have been done to accommodate the interest of the parties and evaluation and inventory of programs that have been or are being implemented in order to accommodate each interest as planned in east Lombok district regulation No 2, in 2012 to run as expected.

Keywords: Implementation, Conservation and sustainable

Abstrak

Perda Kabupaten Lombok Timur No. 2 Tahun 2012 masih sulit untuk diterapkan, khususnya dalam hal alih fungsi lahan serta menyinkronkannya dengan rencana pembangunan yang telah ditetapkan di wilayah Kabupaten Lombok Timur. Permasalahan berfokus pada penerapan Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 2 Tahun 2012 dalam kaitannya dengan upaya pelestarian dan menjaga keberlanjutan, kendala dalam penerapan PERDA tersebut dan upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala penerapan Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 2 Tahun 2012 dalam pelestarian dan berkelanjutan. Salah satu hambatan penerapan Perda ini adalah jika terjadi benturan antara ketentuan dalam Perda ini dengan prinsip kelestarian dan berkelanjutan karena akan mengerucut pada benturan kepentingan pihak Pemerintah, swasta dan masyarakat. Faktor penghambat lainnya dalam penerapan perda tersebut adalah maraknya alih fungsi lahan pertanian yang mengakibatkan tidak berjalannya program pembangunan sebagaimana yang telah di rencanakan oleh pemerintah Kabupaten Lombok Timur sebagaimana diatur dalam perda tersebut. Oleh sebab itu ada beberapa upaya yang dilakukan oleh pemerintah yakni mengakomodir kepentingan para pihak serta evaluasi dan inventarisasi program yang telah atau sedang dilaksanakan dalam rangka mengakomodir masing-masing kepentingan sehingga apa yang telah direncanakan dalam perda Kabupaten Lombok Timur No 2 Tahun 2012 dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan.

(2)

PENDAHULUAN

Perencanaan tata ruang merupakan proses penyusunan rencana tata ruang wilayah yang mencakup wilayah adminis-tratif/pemerintahan (seperti provinsi, ka-bupaten dan kota) dan atau wilayah fung-sional/kawasan (seperti Daerah Aliran Sungai (DAS), kawasan lindung, kawasan perkotaan, dan kawasan perdesaan) yang tercermin dalam Dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Pemanfaatan ru-ang merupakan wujud operasionalisasi ren-cana tata ruang melalui penatagunaan ta-nah, sedangkan pengendalian pemanfaatan ruang tercermin dalam dokumen pengen-dalian pemanfaatan ruang yang mengatur mekanisme pengawasan dan penertiban terhadap pemanfaatan ruang berdasarkan mekanisme perijinan, pemberian insentif dan disinsentif, pemberian kompensasi, mekanisme pelaporan, mekanisme peman-tauan, mekanisme evaluasi dan mekanisme pengenaan sanksi.1

Tingginya tingkat pertumbuhan pen-duduk terutama yang disebabkan oleh arus urbanisasi mengakibatkan pengelolaan ru-ang semakin berat. Selain itu daya dukung lingkungan dan social yang ada juga menu-run, sehingga tidak dapat mengimbangi kebutuhan akibat tekanan penduduk. Ma-salah perekonomian yang menjadi pemicu didalam pembangunan nasional, menjadi-kan berbagai kegiatan pendukung ekonomi menjadi faktor utama di dalam kegiatan pembangunan.

Hal tersebut berdampak pada maraknya alih fungsi lahan yang dilakukan dalam rangka melangsungkan dan mendukung ke-giatan ekonomi. Kewenangan yang sudah banyak didelegasikan kepada Pemerintah Daerah melalui kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi memberikan kesempatan bagi daerah untuk mencari berbagai

sum-1 Siti Sundari Rangkuti, Hukum Lingkungan dan Kebijaksanaan Lingkungan Nasional Terhadap Rencana Tata Ruang, Airlangga University Press, cetakan ketiga. Surabaya. 2005. Hal. 95

ber pendapatan baru untuk meningkatkan pendapatan asli daerah melalui berbagai ke-giatan ekonomi, termasuk alih fungsi lahan tanpa memperhitungkan keberlanjutannya dalam jangka panjang. Salah satu upaya tersebut antara lain melalui pemberian per-izinan yang tidak sesuai dengan kaidah-kai-dah yang terdapat di dalam rencana tata ru-ang. Sebagai dampaknya, bentuk pelangga-ran-pelanggaran tata ruang semakin marak terjadi yang dapat mengganggu lingkungan dan pada akhirnya dapat mengakibatkan bencana yang tentunya merugikan bagi ma-syarakat.

Hal ini dapat dilihat dalam pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah melibatkan berbagai pihak yang diharapkan mampu mendukung kebijakan public berupa Perda Tata Ruang dalam tujuannya untuk menciptakan pembangunan yang berkelanjutan.

Dalam pelaksanaan, sebagaimana yang dijelaskan dalam pasal 3 Perda kabupaten Lombok Timur No. 2 Tahun 2012, RTRW Kabupaten Lombok timur di selenggarakan berdasarkan asas : a. Keterpaduan; b. keserasian, keselarasan, dan keseimbangan; c. Keberlanjutan; d. keberdayagunaan dan keberhasilgunaan; e. Keterbukaan; f. kebersamaan dan kemitraan; g. perlindungan kepentingan umum; h. kepastian hukum dan keadilan, dan i. akuntabilitas.

(3)

ekosistem wilayah tersebut sehingga apa yang dicita-citakan dalam beberapa tahun kedepan yakni selama masa perda RTRW tersebut dapat terwujud.

Tugas penataan ruang daerah diting-kat Kabupaten/Kota merupakan tang-gungjawab dari Bupati/Walikota. Dalam melaksanakan koodinasi penataan ruang di Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota mem-bentuk Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD) yang memiliki tugas yang mencakup perencanaan tata ruang, faatan tata ruang dan pengedalian peman-faatan ruang yang mengacu pada Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang serta mengacu pada Perda Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lombok Timur tahun 2012-2032.

Didalam pasal 35 ayat (4) Perda Tata Ruang Kabupaten Lombok Timur menyebutkan bahwa “Pengawasan pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan melalui kegiatan pelaporan, pemantauan dan evaluasi secara rutin oleh Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD) kabupaten yang dibentuk dengan Keputusan Bupati”. dan ayat (5) “BKPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (4) melakukan pengawasan pemanfaatan ruang yang berhubungan dengan program, kegiatan pembangunan, pemberian izin pemanfaatan ruang dan kebijakan yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang”.

Namun sekalipun telah dibentuk beberapa aturan untuk mengatur secara khusus tentang tata ruang di daerah masing-masing sekaligus memberikan kewenangan bagi pejabat setempat guna menata daerahnya, kondisi empiris menunjuKkan bahwa pemanfaatan ruang yang terjadi seringkali bertentangan dengan Perda nomor 2 tahun 2012 Kabupaten Lombok Timur tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lombok Timur tahun 2012-2032.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu sekiranya dirumuskan beberapa

permasalahan yakni : Bagaimanakah penerapan Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 2 Tahun 2012 dalam pelestarian dan berkelanjutan ?, Apakah yang menjadi kendala dalam penerapan Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 2 Tahun 2012 dalam pelestarian dan berkelanjutan ? dan Apakah upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala penerapan Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 2 Tahun 2012 dalam pelestarian dan berkelanjutan tersebut ?.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum empiris dengan beberapa pendekatan yakni : pendekatan konseptual (conseptual approach), pendekatan statuta atau peraturan perundangan (statute approach)

dan pendekatan sosiologis (socio legal approach). Adapun teknik pengumpulan data adalah dengan cara menggabungkan Data-data yang ada kemudian mengkaitkanya dengan kasus-kasus yang ada, kemudian data dan hasil penelitan lapangan yang diperoleh akan dianalisis secara kualitatif.

PEMBAHASAN

1. Penerapan Peraturan Daerah Kabu-paten Lombok Timur Nomor 2 Ta-hun 2012 Dalam Pelestarian Dan Berkelanjutan

(4)

Materi muatan peraturan daerah provinsi dan peraturan daerah Kabupaten/ Kota dimuat dalam pasal 14 UU No. 12 Tahun 2011 yang berbunyi :

“Materi muatan peraturan daerah provin-si dan peraturan daerah Kabupaten/Kota berisi materi muatan dalam rangka pe-nyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan serta menampung kondisi khusus daerah dan/atau penjabaran lebih lanjut peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi”

Berdasarkan materi muatan Peraturan Daerah (Perda) tersebut selain menampung mengenai kondisi daerah juga merupakan penjabaran dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Oleh karena itu pemerintah daerah kabupaten khususnya daerah Kabupaten Lombok Timur dalam penyusunan dan pembentukan peraturan daerah (Perda) harus mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Peraturan daerah Kabupaten Lombok Timur yang disusun dan dibentuk berdasarkan dan mengacu pada penjabaran peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi salah satunya yaitu Peraturan Daerah mengenai Penataan Ruang.

Oleh sebab itu, dibentukkan beberapa peraturan daerah baik di tingkat provinsi maupun kabupaten khususnya Kabupaten Lombok Timur. Secara umum, tujuan RTRW Provinsi Nusa Tenggara Barat sebagaimana dijelaskan dalam pasal 5 Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 3 Tahun 2010 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2009–2029 yakni mewujudkan ruang wilayah provinsi yang maju dan lestari melalui penataan ruang secara serasi, seimbang, terpadu dan berkelanjutan dalam rangka mendorong wilayah provinsi sebagai kawasan pengembangan agrobisnis dan pariwisata untuk meningkatkan daya saing daerah dengan tetap memperhatikan daya

dukung lingkungan hidup dan kelestarian sumberdaya alam.

Kemudian, untuk menjalankan amanat dari Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 3 Tahun 2010 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2009–2029, maka pemerintah Kabupaten Lombok Timur menerbitkan Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lombok Timur Tahun 2012-2032.

Pada umumnya, substansi pengaturan RTRW Perda kabupaten Lombok Timur tersebut mengadopsi ketentuan yang ada pada UU No 26 Tahun 2007 dan Perda Provinsi NTB No 3 Tahun 2010.

(5)

Dalam pelaksanaan perda Kabupaten Lombok Timur No. 2 Tahun 2012, tidak jarang ditemui berbagai hambatan dan tantangan, terlebih jika hal tersebut dibenturkan dengan persoalan Pelestarian Dan Berkelanjutan. Dari hasil pengamatan penulis di lapangan bahwa faktor utama tidak berjalannya RTRW sebagaimana yang sudah diatur dalam perda No 2 Tahun 2012 adalah karena adanya benturan kepentingan baik antara pemerintah, swasta dan masyarakat.

Adanya benturan kepentingan dalam penerapan perda Kabupaten Lombok Timur tersebut dikarenakan dalam proses penerapan kebijakan publik nya oleh pemerintah Kabupaten Lombok Timur kurang memperhatikan komunikasi dan koordinasi yang sempurna antar lembaga Negara, pihak swasta dengan masyarakat sebagaimana teori implementasi kebijakan publik yang penulis kemukakan.

Dari hasil wawancara penulis dengan Kepala Bappeda Kabupaten Lombok Timur, ada beberapa hal yang mempengaruhi penerapan Perda Kabupaten Lombok Timur No 2 Tahun 2012 khususnya jika dibenturkan dengan prinsip pelestarian dan berkelanjutan yakni :2

a) Pengaruh perbedaan kepentingan.

Secara teori, dalam kebijakan publik, setiap kepentingan yang akan di capai dalam impelementasi kebijakan publik haruslah berdasarkan kepentingan na-sional. Konsep kepentingan yang dianut harus bersifat nyata dan kongkrit sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang ada, dan yang terpenting adalah ke-pentingan tersebut harus dapat merang-kul kepentingan-kepentingan lainnya baik antara kepentingan pemerintah, pihak swasta maupun masyarakat.3 Oleh

2 Wawancara dengan kepala Bappeda pada tanggal 10 April 2016

3 Dahlan nasution, Politik Internasional (konsep dan teori). Airlannga. Surabaya. 1991. Hal. 6-7

sebab itu dalam hal ini Pemerintah Ka-bupaten Lombok Timur menganut nilai pemanfaatan tata Ruang sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku dan mengedepankan prinsip kelestarian dan berkelanjutan.

b) Lahan yang masih terbatas karena masalah pembebasan lahan, merupakan hal yang sangat identik dengan persoalan anggaran. Anggaran pemerintah Kabupaten Lombok Timur yang masih kurang untuk membeli lahan sebagai upaya penyediaan lahan sektor-sektor fital, menjadi persoalan yang sangat klasik dalam pembangunan di setiap daerah.

c) Partisipasi masyrakat.

Bhattacharyya mengartikan partisi-pasi sebagai pengambilan bagian dalam ke-giatan bersama, sedangkan Mubyarto juga menyebutkan bahwa partisipasi sebagai kesediaan untuk membantu berhasilnya setiap program sesuai kemampuan setiap orang tanpa berarti mengorbankan kepent-ingan diri sendiri.4 Wahyudi Kumorotomo

mengatakan bahwa partisipasi adalah berbagai corak tindakan massa maupun individual yang memperlihatkan adanya hubungan timbale balik antara pemerintah dengan warganya.5 oleh sebab itu, dapat

dikatakan bahwa, partisipasi mayarakat sangatlah penting dalam mengukur suatu kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Dalam hal kaitannya penerapan perda Ka-bupaten Lombok Timur tersebut, masyara-kat Lombok Timur masih bersifat apatis khususnya dalam mendukung penerapan program RTRW yang sudah di rencanakan sehingga perda tersebut tidak berjalan efek-tif. Oleh sebab itu, upaya mensosialisasikan perda sedang giat-giatnya di lakukan oleh Pemda Kabupaten Lombok Timur.

4 Bhattacharyya, Dalam Taliziduhu Ndraha, Ma-syarakat : Mempersiapkan MaMa-syarakatTinggal landas, Jakarta: Rineka Cipta, 1990. hal. 102.

(6)

d) Pejabat pemerintah dalam hal ini yang berkaitan dengan penerapan RTRW kurang memahami isi dari ketentuan perda Kabupaten Lombok Timur No. 2 Tahun 2012 tersebut sehingga penerapan perda kurang optimal.

Persoalan dalam penerapan perda tersebut menurut penulis dikarenakan pemda Kabupaten Lombok Timur tidak secara cermat merumuskan dan menganalisa apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi suatu penerapan kebijakan publik. Hal ini tentu sangat berdampak pada ketidakefektifan berjalannya perda Kabupaten No. 2 Tahun 2012 tersebut karena berbagai persoalan sebagaimana yang penulis jelaskan diatas.

Secara teori, sebagaimana yang dikemukakan oleh Budi Winarno, bahwa ada beberapa faktor yang harus diperhatikan pemerintah dalam penerapan kebijakan publik yakni :6

1. Dalam implementasi, tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran suatu program yang akan dilaksanakan harus diidentifikasi dan diukur karena implementasi tidak dapat berhasil atau mengalami kegagalan bila tujuan-tujuan itu tidak dipertimbangkan

2. Komunikasi antar organisasi dan kegiatan-kegiatan pelaksanaan Implementasi dapat berjalan efektif bila disertai dengan ketepatan komunikasi antar para pelaksana.

3. Karakteristik badan-badan pelaksana erat kaitannya dengan struktur birokrasi. Struktur birokrasi yang baik akan mempengaruhi keberhasilan suatu implementasi kebijakan.

Dalam memperhatikan faktor-faktor tersebut, pemerintah Kabupaten Lombok Timur tidak hanya sekedar merumuskan

6 Budi Winarno. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta: Media Pressindo 2002. hal. 143

perda No. 2 Tahun 2012 kemudian didiamkan dan tidak dilaksanakan atau diimplmentasikan, tetapi kebijakan tersebut benar-benar dilaksanakan atau diimplementasikan agar tercapai tujuan sebagaimana yang diinginkan.

2. Kendala Penerapan Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 2 Tahun 2012 Dalam Pelestarian Dan Berkelanjutan

Karakterisktik Kabupaten Lombok Timur sebagaimana yang telah penulis jelaskan diatas, tentu berimplikasi pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lombok Timur yang kemudian regulasinya dituangkan dalam Perda Kabupaten Lombok Timur No 2 Tahun 2012. Karakteristik tersebut juga berpengaruh pada bentuk program serta jangka waktu dalam penyelesaian program tersebut.

Tentunya program-program RTRW yang akan dilaksanakan tersebut mengacu pada sebesar-besarnya kemakmuran rakyat sebagaimana amanat dalam pasal 33 ayat 3 UUD 1945 yang menitik beratkan pada prinsip pelestarian dan berkelanjutan. Sebagaimana penulis telah jelaskan dalam bab sebelumnya, bahwa ada beberapa hal yang mempengaruhi pelaksanaan dari penerapan Perda Kabupaten Lombok Timur No 2 Tahun 2012 tersebut. yakni : perbedaan kepentingan, lahan yang terbatas dan peran serta masyarakat. Ketiga faktor ini tidak dapat dipungkiri banyak melahirkan kendala-kendala dalam pelaksanaan penerapan perda tersebut.

(7)

Kabupaten Lombok Timur dari beberapa sektor yang telah di rencanakan :7

a). Pertanian

Dalam pemanfaatan lahan khususnya lahan pertanian terdapat beberapa masalah-masalah yang berkaitan dengan perkembangan Ekonomi Wilayah, diantaranya, Pertama, masalah pada kawasan pertanian. Permasalahan pemanfaatan lahan pertanian khususnya tanaman pangan dihadapkan pada tingginya tekanan penduduk dan ketergantungan kehidupan terhadap tanah pertanian sehingga timbul pemanfaatan lahan tanpa memperhatikan segi kemampuan tanah dan pemanfaatan ruang, memperhatikan kaidah-kaidah konservasi tanah, hal ini dapat mempercepat penurunan daya dukung tanah dan kualitas lingkungan. Kedua, masalah pada kawasan perkebunan. Dalam pengembangan kawasan perkebunan di Kabupaten Lombok Timur dalam peningkatan produksi perkebunan ada yang bersifat teknis dan sosial ekonomis. Dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan yang dihadapi adanya akibat sampingan dari kegiatan perkebunan yang mempengaruhi keadaan sumber daya alam. Masalah yang dihadapi yaitu mengenai pemanfaatan lahan yang cocok untuk lahan perkebunan, yang tentu saja yang sesuai dengan peruntukannya dalam peraturan pemanfaatan ruang. Ketiga, masalah yang berkaitan dengan kawasan perikanan. Potensi perikanan di Kabupaten Lombok Timur sangat besar dan merupakan salah satu sector pengembangan yang dapat meningkatkan pemasukan daerah. Perikanan tersebut banyak terdapat di Keruak, Jerowaru, Pringgabaya, dan Labuhan haji. Adapun permasalahan yang ada timbul yaitu sulitnya penentuan lokasi pembudidayaan

7 Wawancra dengan kepala seksi di Tata Pemerintah Pemda Kabupaten Lombok Timur pada tanggal 11 April 2016

perikanan atau budidaya mutiara, rumput laut, karena harus disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik obyek yang dibudidayakan dan tidak mengganggu kelestarian lingkungan. Keempat, masalah yang berkaitan dengan kawasan permukiman. Kawasan permukiman di wilayah Kabupaten Lombok Timur cendrung memusat di ibukota kabupaten tepatnya di Selong dan Masbagik yang lainnya tersebar pada pusat ibu kota kecamatan. Pada umumnya permukiman cenderung mengarah pada sepanjang jalan utama dengan pola linier, sehingga dalam perkembangannya disekitar jalan tersebut terdapat lahan-lahan pertanian maka dalam waktu singkat akan berubah menjadi kawasan terbangun, sehingga dikhawatirkan akan mempersempit lahan pertanian potensial.

1. Kehutanan

(8)

pemahaman antara lahan yang telah ditetapkan sebagai Kawasan lindung dengan hutan Kawasan produksi, sehingga tidak sedikit masyarakat yang membuka hutan guna perluasan lahan pertanian. (d) Belum berkembangnya sistem tebang pilih, sehingga berdampak terjadinya bahaya tanah longsor yang disebabkan tindakannya tanaman penguat sebagai penyangga tanah terhadap air.

2. Pemanfaatan energi Air

Masalah yang ada kaitannya dengan pelestarian sumber daya air antara lain : (a) Menurunnya fungsi hutan sebagai sumber cadangan dan penahan terjadinya erosi, banjir sebagai akibat dari penebangan hutan atau pencurian kayu yang berlebihan. (b) Berubahnya peralihan fungsi kawasan lindung untuk kepentingan pembangunan sehingga menyebabkan hilangnya sumber air. (c) Kurang adanya pengembangan/ pembuatan Dam ataupun semacam waduk untuk penampungan air, sehingga pada waktu musim kemarau air tersebut dapat digunakan sebagai pengairan irigasi cadangan. (d) Kurang terkoordinasinya pemanfaatan sumber mata air, sehingga air yang keluar tidak akan terbuang percuma dan dapat dimanfaatkan untuk irigasi pertanian. seperti yang yang penulis jelaskan bahwa Ketersediaan air Kabupaten Lombok Timur ditunjang dengan adanya 10 sungai yang tersebar di wilayah Kabupaten Lombok Timur, selain sungai banyak sekali terdapat sumber mata air yang tersebar diseluruh wilayah dengan jumlah 259 titik sumber air baik yang masih aktif ataupun sudah tidak aktif mengeluarkan air. Namun tetap tidak bisa menunjang kebutuhan air di Kabupaten Lombok Timur secara optimal.

3. Ketidakserasian Pola Penggunaan Ta-nah (Land Use Conflicts).

Dalam pengembangan tata ruang wilayah aspek yang perlu diperhatikan

(9)

Sesuai dengan fungsi wilayahnya, maka tata guna lahan yang baik adalah upaya lahan yang sesuai dengan fungsinya dan telah ditetapkan sebelumnya.

4. Dari sisi partisipasi masyarakat.

Faktor-faktor yang menyebabkan anggota masyarakat tidak mematuhi dan melaksanakan suatu kebijakan publik, yaitu : (1) Adanya konsep ketidakpatuhan selektif terhadap hukum,dimana terdapat beberapa peraturan perundang-undangan atau kebijakan public yang bersifat kurang mengikat individu- individu: (2) Karena anggota masyarakat dalam suatu kelompok atau perkumpulan dimana mereka mempunyai gagasan atau pemikiran yang tidak sesuai atau bertentangan dengan peraturan hukum dan keinginan pemerintah: (3) Adanya keinginan untuk mencari keuntungan dengan cepat diantaranya anggota masyarakat yang mencenderungkan orang bertindak dengan menipu atau dengan jalan melawan hukum: (4) Adanya ketidakpastian hukum atau ketidakjelasan “ukuran” kebijakan yang mungkin saling bertentangan satu sama lain, yang dapat menjadi sumber ketidak patuhan orang pada hokum atau kebijakan publik: (5) Apabila suatu kebijakan ditentang secara tajam (bertentangan) dengan system nilai yang dianut masyarakat secara luas atau kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat.

5. Lemahnya penegakan hukum

Lemahnya penegakan hukum ter-hadap pelanggaran membuang sampah sembarangan dan yang bersifat merusak lingkungan seperti illegal logging mengaki-batkan semakin banyak warga yang tidak peduli dengan kebiasaan membuang sam-pah pada tempatnya dan semakin meng-gilanya para cukong kayu membabat habis hutan. Tidak ada penindakan sama sekali terhadap “para pembuang sampah semba-rangan” dan pelanggar hukum lingkungan

lainnya yang notabene seharusnya sudah memahami arti penting kelestarian ling-kungan.

6. Pertambangan

(10)

menanggungnya sepanjang masa tanpa ada kewajiban apapun dari perusahaan yang melakukan pengerukan pasir pantai. Terlebih faktanya, setiap kegiatan pertambangan selama ini, akibat yang ditimbulkan terhadap kerusakan alam tidak mudah dan jarang dapat diperbaharui kembali seperti keadaan lingkungan semula.

Dari kendala-kendala tersebut, pen-ulis menyimpulkan bahwa Pemanfaatan ruang di Kabupaten Lombok Timur um-umnya belum dilakukan secara optimal sesuai dengan fungsi Kawasan, baik un-tuk Kawasan lindung, budidaya maupun pertambangan. Hal tersebut menyebabkan produktivitas pada tiap kawasan relatif kurang. Seringkali terjadi penyimpangan pemanfaatan ruang karena kegiatan yang dilakukan tidak sesuai dengan fungsi ru-ang Kawasan yru-ang telah ditetapkan. Seb-agaimana teori pemanfaatan yang penulis kemukakan bahwa pemanfaatan ruang haruslah digunakan sebagaimana mesti-nya, sehingga hasilnya bisa bernilai positif khususnya yang berkaitan bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Apabila tidak dilakukan upaya pengendalian pemanfaatan ruang secepatnya maka akan terjadi ketidakteraturan ruang wilayah akibat semakin meningkatnya kebutuhan terhadap ruang dan terjadi benturan antara berbagai kepentingan sehingga masalah-masalah baru juga akan timbul dan berdampak negatif efektifitas penerapan perda Kabupaten Lombok Timur tesebut.

3. Upaya-Upaya Yang Dilakukan Dalam Mengatasi Kendala Penerapan Per-aturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 2 Tahun 2012 Dalam Pelestarian Dan Berkelanjutan

Pada hakekatnya perencanaan Tata Ruang baik Provinsi, kabupaten maupun kota adalah proses untuk menentukan

tindakan di masa depan yang sesuai melalui suatu urutan (tahapan) pilihan-pilihan. Dengan demikian perencanaan

(planning) mempunyai dua pengertian yang tidak terpisahkan, yaitu sebagai produk (keadaan akhir yang dikehendaki) dan sebagai manajemen (pola pengarahan dalam pencapaian pembangunan). Saat ini Kabupaten Lombok Timur sedang dan akan berkembang dalam rangka mengimbangi percepatan pembangunan diberbagai sector termasuk sector pertanian dan pariwisata.

Oleh sebab itu, Pemda Kabupaten Lombok Timur sedang mengupayakan peningkatan kemampuan lahan (land capability) yang saat ini kurang produktif menjadi lebih produktif. Caranya adalah dengan menata kembali kawasan tersebut agar didapatkan nilai tambah yang lebih memadai dan sesuai dengan potensi serta nilai ekonomi yang dimilikinya. Dengan kata lain, upaya peningkatan kemampuan lahan tersebut dimaksudkan agar lahan dapat dimanfaatkan sesuai dengan potensi yang dimiliki.

Dengan demikian, RTRW yang sudah diatur dalam perda Kabupaten Lombok Timur No 2 Tahun 2012 serta program-program yang telah direncanakan pemda Kabupaten Lombok timur dapat berjalan secara efektif dan efisien.

Dari hasil wawancara penulis dengan kepala seksi di Tata Pemerintah Pemda Kabupaten Lombok Timur, ada beberapa upaya yang saat ini sedang dilaksanakan pemerintah Kabupaten Lombok Timur dalam menanggulangi kendala-kendala penerapan perda Kabupaten Lombok Timur No 2 Tahun 2012 sebagaimana mana yang telah penulis jelaskan sebelumnya yakni :8

1. Mengakomodir secara efektif dan efisien kepentingan antara pemerintah, swasta dan masyarakat khususnya

(11)

dalam penggunaan lahan. Hal ini perlu diperhatikan khususnya dalam pemberian izin penggunaan lahan pertanian. Sebagaimana dijelaskan dalam pasal 46 perda Kabupaten Lombok Timur menyebutkan bahwa :

1) Ketentuan perizinan sebagaimana dimaksud dalam pasal 35 ayat (2) huruf b adalah izin pemanfaatan ruang terdiri atas :

a. izin lokasi/izin prisip;

b. izin penggunaan pemanfaatan ta-nah;

c. izin mendirikan bangunan; dan

d. izin lain berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2) Setiap kegiatan yang memanfaatkan ruang di wilayah kabupaten wajib dilengkapi dengan izin pemanfaatan ruang.

3) Izin pemanfaatan ruang diberikan oleh pemerintah kabupaten melalui instansi yang berwenang setelah dikoordinasikan, dikaji oleh instansi terkait dan diproses oleh lembaga add Hoc tata ruang (BKPRD) kabupaten yang selanjutnya ditetapkan oleh Bupati.

4) Izin prinsip / izin lokasi sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a dan b diberikan berdasarkan peraturan daerah kabupaten berdasarkan rencana tata ruang wilayah kabupaten tahun 2012-2032

5) Izin penggunaan pemanfaatan tanah sebagimana dimaksud ayat (1) huruf c diberikan berdasarkan izin lokasi

6) Izin mendirikan bangunan

sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf d diberikan berdasarkan rencana detail tata ruang dan peraturan zonasi.

7) Izin pemanfaatan ruang menjadi dasar penerbitan izin-izin selanjutnya.

8) Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur perolehan Izin Pemanfaatan Ruang. dan perizinan lainnya diatur dengan Peraturan Bupati.

2. Program Penyelamatan Hutan, Tanah dan Air. Program ini bertujuan untuk melestarikan fungsi dan kemampuan sumber alam hayati dan non hayati serta lingkungan hidup melalui penyelamatan hutan, tanah dan air yang merupakan sumber alam dan sekaligus pula lingkungan hidup.

3. Program Inventarisasi dan Evaluasi Sumber Alam dan Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Timur khususnya yang berkaitan dengan tata guna tanah. Program ini pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan pengenalan terhadap jumlah dan mutu sumber daya alam serta mengembangkan neraca dan tata guna sumber alam dan lingkungan hidup untuk mengetahui daya dukung dan menjamin ketersediaan sumber alam yang berkelanjutan. Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui sejauhmana kelangsungan tata ruang dan lingkungan hidup di Kabupaten Lombok Timur. Dengan demikian kita dapat mengetahui dan mengevaluasi kondisi tata ruang dan lingkungan hidup di Kabupaten Lombok Timur.

4. Pengendalian Ketidakserasian Pola Penggunaan Tanah

5. Pengendalaian pola penggunaan tanah ini sangat erat kaitannya dengan persoalan pemberian izin penggunaan tanah. Oleh sebab itu, pemerintah Kabupaten Lombok Timur sangat memperhatikan pola-pola penggunahan lahan produktif yang boleh atau tidak boleh diberi izin untuk pembangunan di daerah tersebut.

(12)

hap perencanaan tata ruang wilayah dapat dirasakan manfaatnya bagi masyarakat. Oleh sebab itu, jika pemerintah Kabupaten Lombok Timur ingin perda No 2 Tahun 2012 tersebut dapat berjalan secara efektif, maka perlu ada tindakan yang tegas dari aparat pemerintah khususnya dalam mem-berikan sangsi bagi setiap yang melanggar ketentuan dalam perd Kabupaten Lombok Timur No 2 Tahun 2012 tersebut.

8. Penanggulangan permasalahan penam-bangan pasir

Sampai saat ini pelaksanaan penambangan pasir di Lombok Timur dalam rangka reklamasi Teluk Benoa masih berlangsung sehingga sebagian masyarakat Lombok Timur dan berbagai LSM yang tidak setuju dengan kegiatan tersebut terus melakukan perlawanan terhadap tindakan pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat yang telah memberikan izin. Berbagai mediasi telah dilakukan antara pemerintah daerah, pihak investor dan masyarakat guna mencari solusi terbaik. Namun masing-masing pihak tetap mempertahankan kehendaknya sehingga sampai hari ini belum ada solusi kongkrit dalam proses penyelesaian pengerukan pasir tersebut.

SIMPULAN

Ada beberapa hal yang mempengaruhi pelaksanaan Penerapan Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 2 Tahun 2012 dalam pelestarian dan berkelanjutan, yakni : pengaruh perbedaan kepentingan antara pihak pemerintah dengan swasta dan masyarakat, lahan yang terbatas, culture/budaya masyarakat yang apatis atau kurang responsif terhadap kebijakan RTRW di kabupaten Lombok Timur serta pejabat yang kurang memahami substansi dari pengaturan perda No. 2 Tahun 2012 tersebut.

Adapun kendala-kendala yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Lombok Timur Dalam kegiatan penataan ruang

masyarakat berhak antara lain Pertama, berperan serta dalam proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang Kabupaten. Kedua, mengetahui secara terbuka rencana tata ruang wilayah, rencana tata ruang kawasan, rencana rinci tata ruang kawasan, termasuk tata letak dan tata bangunan Kabupaten Lombok Timur. Ketiga, menikmati manfaat ruang dan atau pertambahan nilai ruang sebagai akibat dari penataan ruang Kabupaten Lombok Timur. Keempat, memperoleh penggantian yang layak atas kondisi yang dialami sebagai akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang Kabupaten Lombok Timur.

7. Penegakan hukum

Menurut Soerjono Soekanto ada beberapa faktor yang mempengaruhi penegakan hukum, yaitu :9

1) Hukumnya sendiri.

2) Penegak hukum.

3) Sarana dan fasilitas.

4) Masyarakat.

5) Kebudayaan.

Kelima faktor tersebut sangatlah menunjang bagaimana efektifitas kebi-jakan publik itu dapat berjalan sebagaima-na mestinya. Dalam kaitannya dengan penyusunan rencana tata ruang wilayah haruslah berpedoman pada lima hal po-kok tersebut. Namun perlu difahami, hal yang paling penting dalam suatu penera-pan aturan rencana tata ruang agar apa yang dicita-citakan dapat terwujud adalah bagaimana aturan itu ditegakkan secara menyeluruh dan sistematis agar setiap

(13)

dalam pelaksanaan penerapan Perda Kabupaten Lombok Timur No 2 Tahun 2012 adalah berkaitan dengan pertanian, kehutanan, pelestarian sumber daya air, masalah Tata Guna Tanah, ketidakserasian Pola Penggunaan Tanah, partisipasi masyarakat, masalah penegakan hukum dan pertambangan. Kendala-kendala tersebut sangat berdampak pada ketidakefektifan penerapan perda Kabupaten No 2 Tahun 2012 tersebut sehingga perlu ada solusi kongkrit untung menanggulanginya.

Upaya-upaya dilaksanakan pemerintah Kabupaten Lombok Timur dalam menanggulangi kendala-kendala penerapan perda Kabupaten Lombok Timur No 2 Tahun 2012 adalah sebagai berikut : mengakomodir secara efektif dan efisien kepentingan antara pemerintah, swasta dan masyarakat khususnya dalam penggunaan lahan, program inventarisasi dan evaluasi sumber alam dan lingkungan hidup, program penyelamatan hutan, tanah dan air, program pembinaan dan pengelolaan lingkungan hidup, program pengendalian pencemaran lingkungan hidup, program rehabilitasi lahan kritis serta penegakan hukum.

DAFTAR PUSTAKA

Siti Sundari Rangkuti, 2005. Hukum Lingkungan dan Kebijaksanaan Lingkungan Nasional Terhadap Rencana Tata Ruang, Airlangga University Press, cetakan ketiga. Surabaya.

Dahlan nasution, 1991. Politik Internasional (konsep dan teori). Airlannga. Surabaya.

Bhattacharyya, Dalam Taliziduhu Ndraha, 1990. Masyarakat : Mempersiapkan MasyarakatTinggal landas, Jakarta: Rineka Cipta.

Budi Winarno. 2002. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta: Media Pressindo

Wahyudi Kumorotomo, 1999. Etika Administrasi Negara, Rajawali Pers.

Peraturan Perundang-undangan

Indonesia, Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Indonesia, Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia Nomor 2034)

Indonesia, Undang-Undang Nomor. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembar Negara Nomor 68 tahun 2007, tambahan lembar Negara Nomor 4725)

Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

Indonesia, Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 3 Tahun 2010 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2009–2029.

Indonesia, Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lombok Timur Tahun 2012 – 2032.

Internet

Referensi

Dokumen terkait

(3) Harga Satuan Standar BATAN yang berfungsi sebagai estimasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan besaran biaya yang dapat dilampaui dalam

a. Diberhentikan sebelum jangka waktunya berakhir karena sesuatu yang harus dipenuhi oleh pemegang haknya yang bersangkutan dengan statusnya. Dilepaskan oleh pemegang

Secara keseluruhan, maturasi oosit selama 20 jam baik dengan maupun tanpa penambahan LIF menunjuk- kan persentase yang lebih tinggi baik pada oosit yang membelah maupun yang

Kesimpulan dari penelitian ini adalah konsentrasi larutan asam asetat (CH 3 COOH) sampai 1 - 7% menghasilkan karakteristik gelatin kulit kaki ayam yang sama

Adapun responden dalam penelitian ini tentunya ditentukan secara Purposive Purposive yaitu yaitu penentuan responden yang di dasar atas suatu pertimbangan tujuan

Hasil studi pendahuluan di wilayah RW 11 Bedahan Kota Depok Provinsi Jawa Barat menunjukkan lima dari bayi baru lahir dua atau 40% diantaranya mendapat ASI eksklusif dan tiga atau

Berdasarkan penelitian distribusi pada penderita dengan lesi tunggal berjenis kelamin laki-laki adalah sebanyak 31 orang terkena pada area scalp , 3 orang pada area

Diabetes melitus juga berkaitan dengan proliferasi sel otot polos dalam pembuluh darah arteri koroner ( sintesis kolesterol, trigliserida, dan fosfolipid), peningkatan