• Tidak ada hasil yang ditemukan

Internalisasi Spirit Iqra dan Mahabbah d

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Internalisasi Spirit Iqra dan Mahabbah d"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Tema Esai : Membangkitkan Sastra Pesantren Judul Esai :

Internalisasi Spirit Iqra’ dan Mahabbah dalam Meningkatkan Eksistensi Sastra Pesantren

A.Sejarah Munculnya Karya-Karya Besar Sastrawan Muslim

Sastra lahir melalui sebuah tulisan yang dibuat sedemikian rupa sehingga memiliki nilai estetika sesuai dengan gendre karya sastra tersebut. Untuk melahirkan sebuah karya sastra yang tidak hanya indah namun memiliki makna serta pesan moral kepada penikmat satra (pembaca) haruslah melalui tahap membaca (iqra’) yang dalam serta luas. Hal ini tidak terlepas dari perintah pertama yang Tuhan turunkan dalam firmanNya, yakni Q.S. Al „Alaq ayat 1-5. Dimana pada ayat pertama surat tersebut adalah perintah untuk membaca, baik itu membaca secara harfiah mulai dari ayat-ayat Al-Quran hingga beragam tulisan lainnya. Ataupun diluar hal itu, seperti fenomena kebesaran Tuhan yang ada di alam semesta.

Kekuatan perintah membaca (iqra’) ini mampu menghasilkan begitu banyak karya-karya yang lahir dari ilmuwan dan sastrawan muslim pada masa kejayaan islam. Karya-karya sastra yang mereka hasilkan masih tetap dijadikan sebagai rujukan hingga sekarang. Karya-karya sastrawan muslim saat itu bermula dari semangat mereka untuk mengkaji makna tersirat dalam Al-quran, kemudian bertaqarrub kepada Allah memohon petunjuk dan ridhoNya. Sehingga dari tafakur panjang mereka lahirlah karya-karya sastra yang mahsyur tidak hanya pada zamannya bahkan hingga saat ini.

Seperti „Qashidah Burdah‟ yang berisikan bait-bait syair yang sangat

(2)

Rasulullah SAW. Berkat karya ini membuat beliau Imam Al-Busyiri dikenal sebagai penyair yang tak tertandingi sepanjang sejarah.

B.Kemukjizatan Al-Quran

Kalamullah, yakni Al-Quran merupakan satu-satunya karya sastra yang sangat monumetal dan sempurna serta tak ada yang mampu menyetarai keagungannya yang kekal abadi hingga akhir zaman. Dalam beberapa ayat dalam Al-Quran menjelaskan mengenai susunan bahasa yang indah dan seimbang serta tak tertandingi oleh karya sastra manapun, juga keaslian isinya yang terjaga sejak zaman Rasulullah hingga Akhir Zaman.

Dalam firmanNya Surah Al-Baqarah 2:23,yaitu:

Artinya: “Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al-Quran yang Kami

wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlahsatu surat (saja) yang semisal Al-Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.”

Dan pada ayat yang lain, Surah Al Hijr 15:9 yakni:

Artinya: “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Quran, dan

sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”1

(3)

C.Perkembangan Sastra Pesantren di Indonesia

Semangat menghasilkan karya, khususnya karya sastra pada kalangan umat muslim terus mengalami perkembangan dari generasi ke generasi selanjutnya dengan gaya bahasa dan jenis yang beragam. Penyebaran Islam sekitar abad ke-7 di Indonesia juga mempengaruhi budaya menulis yang ada didalamnya. Kegiatan menghasilkan karya berupan tulisan di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat, dengan adanya pesantren-pesantren. Yang tidak hanya sebagai tempat mendalami ilmu agama saja, namun juga sebagai wadah untuk mengembangkan kreatifitas yang telah ada pada setiap santri, salah satunya dalam bidang tulis-menulis. Hingga lahirlah sebuah gendre sastra baru yang lebih dikenal dengan istilah Sastra Pesantren.

Eksistensi sastra pesantren di Indonesia tak lepas dari karya-karya beberapa sastrawan yang terlahir dari kalangan pesantren (santri). Semisal, Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus), Emha Ainun Najib (Cak Nun), D. Zawawi Imron, Ahmadun Yosi Herfanda, Acep Zamzam Noor, Mohammad Fayyadl, Achmad Faqih Mahfudz, dan lainnya. Dari karya-karya merekalah sastra pesantren cukup diperhitungkan secara global di Indonesia.

Respon baik dari Kiai serta pengasuh pesantren juga turut andil dalam perkembangan sastra pesantren. Kondisi ini mampu membuat santri memiliki semangat untuk mengasah kreatifitas dalam hal tulis-menulis, yang akan melahirkan karya-karya sastra. Beberapa pesantren besar yang cukup terkenal dalam hal ini, antara lain: Pesantren Al-Amien (Madura), Pesantren Sidogiri (Pasuruan), Pesantren Langitan (Tuban), dan beberapa pesantren lainnya. Bahkan karya-karya santri dari pesantren-pesantren tersebut telah banyak dimuat di media masa hingga diterbitkan menjadi buku.3

(4)

jarang mereka-mereka dapat menghasilkan sebuah karya yang menjadi cerminan kepekaan mereka terhadap gejolak sosial di sekitar mereka. Melalui refleksi mereka, renungan yang dalam, dan tafakkur mereka selama menuntut ilmu di pesantren.4

D.Membangkitkan Sastra Pesantren dengan Spirit Iqra’dan Mahabbah

1. Internalisasi Spirit Iqradalam Membangkitkan Sastra Pesantren Merujuk kembali pada ayat pertama yang Allah SWT turunkan yakni Surah Al-‘Alaq 1-5,

Artinya: “ Bacalah! Dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan,....”5

Dari ayat tersebut Allah menghendaki Nabi Muhammad SAW dan umatnya untuk senantiasa membaca, dimana membaca tersebut dilandasi bismirabbika (atas nama Allah). Mempunyai makna bermanfaat untuk kemaslahatan sosial. Hal ini menuntut pembaca untuk memilih bacaan-bacaan yang tidak bertentangan dengan „nama Allah‟ itu.6

Sehingga sebagai umat muslim dipandang perlu untuk senantiasa membaca, karena membaca merupakan salah satu syarat utama untuk membangun peradaban. Dapat diakui bahwa semakin tinggi tingkat pembaca akan berdampak pada tingginya peradaban, begitu pula sebaliknya.

Membaca dapat dibagi menjadi dua jenis, yakni membaca ke dalam (Inner Journey) dan membaca keluar (Outer Journey). Jika kedua jenis membaca tersebut dikombinasikan secara seimbang akan melahirkan ilmu pengetahuan (Science). Dan jika diteruskan maka akan terlihat apa yang disebut hukum alam (Sunnatullah).7

(5)

Dengan pengetahuan yang luas akan membuat tulisan yang mereka buat akan terlihat esensinya, sehingga membuat pembaca dapat memetik amanat yang disisipkan di dalamnya. Dengan menanamkan kebiasaan iqra’ dalam rutinitas santri akan berdampak terhadap munculnya ide-ide baru yang lebih kreatif dan inovatif, dan tidak terkesan klise. Dengan ide-ide segar yang diperoleh dari proses iqra’

akan melahirkan karya-karya besar bahkan bestseller, seperti karya-karya beberapa penulis tenar, yang beberapa diantara mereka berasal dari kalangan pesantren

Dalam hal mengembangkan dan membangkitkan kembali sastra pesantren dikalangan santri-santri muda saat ini, diperlukan adanya perhatian besar pihak pengasuh pesantren, utamanya pesantren-pesantren yang telah lama menyisipkan ekstra sastra dan bahasa dalam kegiatan keseharian santri. Hal ini bertujuan agar antusiasme santri untuk menulis mengalami peningkatan.

Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh pihak pesantren untuk mendorong semangat menulis santri antara lain:

a. Menanamkan nilai-nilai Qur‟ani dalam keseharian santri b. Mengaplikasikan secara optimal prinsip iqra’ pada setiap

santri

c. Menyediakan literatur-literatur serta buku-buku sastra islam dan modern sebagai rujukan santri untuk mulai menulis

d. Menyediakan ruang dan waktu khusus bagi santri untuk mengasah kreatifitas utamanya dalam bidang tulis-menulis e. Memberikan apresiasi kepada santri yang berhasil

menghasilkan karya sastra. Salah satu caranya dengan diterbitkan menjadi buku, atau lainnya.

(6)

Dengan memaksimalkan prinsip iqra’ dalam pribadi santri akan berdampak terhadap, kembali meningkatnya sastra pesantren di kalangan sastra-sastra lainnya yang ada Indonesia. Melalui tulisan-tulisan yang telah di produksi oleh santri dari pesantren, islam akan lebih dikenal dan mudah dihayati. Bukankah umat muslim akan bangga, tatkala dunia pesantren menjadi benteng pertahanan, lantaran karya-karya yang dihasilkan oleh manusia-manusia di dalamnya kian bersemi. 2. Internalisasi Spirit Mahabbah dalam Membangkitkan Sastra

Pesantren

Mahabbah berasal dari bahasa arab yang memiliki arti rasa cinta, rasa cinta yang sangatdiutamakan adalah cinta kepada Sang Maha Cinta, Allah SWT dan juga kepada kekasihNya, Rasulullah SAW. Jika prinsip

iqra’ di atas telah tertanam kuat, maka langkah selanjutnya adalah dengan melandaskan segala yang kita kerjakan berasaskan mahabbah

kita kepadaNya. Karena segala yang kita niatkan hanya untuk mencapai RidhoNya maka kita akan mendapatkannya, sesuai dengan hadist Rasul yang isinya,

Artinya: “.... Segala amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya...”

Sesuai dengan prinsip mahabbah ini, kisah Imam Al-Busyiri yang telah dipaparkan diatas merupakan salah satu contoh konkret, dimana rasa cinta yang besar kepada Allah dan RasulNya mampu menghasilkan karya yang besar pula. Selain itu dengan kita menjadikan mahabbah

sebagai landasan dalam menghasilkan sebuah karya berupa tulisan, akan membuat nilai-nilai yang terkandung di dalamnya tidak melenceng dari koridor keislaman, sehingga melalui tulisan tersebut kita turut andil dalam mendakwahkan islam.

Untuk kembali membangkitkan sastra pesantren juga diperlukan adanya mahabbah yang tinggi pula terhadap sastra pesantren itu sendiri

(7)

pada masing-masing santri. Dengan mencintai suatu hal mereka akan senantiasa ingin membuat hal tersebut tambah baik. Prinsip mahabbah

juga diperlukan selama proses iqra’ serta menulis. Hal ini dikarenakan jika kita tidak memiliki rasa cinta terhadap apa yang kita kerjakan maka hasil yang akan diperoleh juga tidak akan maksimal seperti yang diharapkan. Prinsip iqra’ jika tidak disandingkan dengan prinsip

mahabbah akan menimbulkan rasa bosan dan jenuh pada setiap santri, yang akan berdampak pada menurunnya produktifitas santri dalam melahirkan karya-karya sastra sebagai salah satu syi‟ar agama.

E.Kesimpulan

Kedua prinsip yang telah dipaparkan di atas yakni, prinsip iqra’ dan

mahabbah haruslah ditanamkan pada setiap pribadi santri khususnya mereka-mereka yang memiliki kemauan untuk menulis dan menghasilkan karya sastra. Dengan memasukkan dua prinsip di atas akan berdampak terhadap meningkatnya mutu serta eksistensi Sastra Pesantren di Indonesia. Selain itu kemauan kuat pada diri santri dipandang perlu, karena tanpa ada kemauan dari dalam diri mereka sendiri akan terasa sulit untuk kembali meningkatkan eksistensi sastra pesantren di dunia literasi Indonesia. Dan yang terakhir niatkan segala yang kita perbuat lillah karena dengan hanya mengharap kepadaNya kita akan memperoleh segla yang kita inginkan.

1

Al-Quran Al Karim dan Terjemahannya.

2

Prof. Dr. Muhammad Quraish Shihab, MA. Membumikan Al-Quran: Fungsi dan Peran

Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat. (Bandung: Penerbit Mizan, 1998), hal. 30

3

Machsum Toha. Kepengayoman Terhadap Sastra Pesantre di Jawa Timur. (Maluku: Kantor

Bahasa Provinsi Maluku, 2013), hal. 95. 4

http://www.kompasiana.com/alifraungfirdaus/sastra-dan-pesantren_552c2ba76ea8344e038b4581,

diakses pada 27 Mei 2016, jam 10.15 WIB.

5

Ary Ginanjar Agustina, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ,

Referensi

Dokumen terkait

desentralisasi asimetris, negara telah memberikan otonomi yang tidak seragam melalui pengaturan lebih lanjut mengenai kekhususan Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta,

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui pengaruh lag volume impor, volume produksi domestik, harga domestik, harga impor, nilai tukar dan PDB terhadap

Aktivitas antikanker ekstrak etanolik tanaman sarang semut dilakukan dengan menguji kemampuannya menekan ekspresi p53 mutan dari sel kanker payudara T47D 9 serta

Penelitian diawali dengan me- ngumpulkan sediaan pap smear berbasis cairan (liqui prep TM , thin prep TM ) yang berasal dari berbagai rumah sakit di Jakarta dan yang

secara gratis kepada masyarakat terdapat anggota masyarakat (Rumah Tangga Atau Usaha Mikro)yang tidak memenuhi persyaratan diatas, akan tetapi sesuai kriteria

P.1/VI, BPPHH/2015 tentang Standar dan Pedoman Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL) dan Verifikasi Legalitas Kayu (VLK Kinerja Pengelolaan

The accuracy of classification obtained using TFPC is, however, relatively sensitive to the choice of support and confidence thresholds used when mining the classification rules.. We

TK Negeri Kintelan Semarang hanya digunakan oleh keluarga besar TK Negeri Kintelan Semarang dan tidak ada sekolah lain yang menggunakan untuk melakukan kegiatan