Hukum Perbankan
MAKALAH
PERKEMBANGAN PERBANKAN DI INDONESIA
PASCA TERJADINYA KRISIS MONETER
Disusun Oleh:
N I K S O N
D 101 11 471
UNIVERSITAS TADULAKO FAKULTAS HUKUM
KATA PENGANTAR
Puji syukur patut kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya, dengan judul
“PERKEMBANGAN PERBANKAN INDONESIA PASCA TERJADINYA KRISIS MONETER”.
Makalah ini berisikan tentang langkah-langkah yang diambil oleh
pemerintah Indonesia untuk menstabilkan dunia perbankan di Indonesia
pasca terjadinya krisis moneter yang melanda.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,
baik dalam segi bentuk maupun isi yang terkandung didalamnya, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
selalu saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini
Akhir kata, Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
semua pihak yang telah berperan serta di dalam penyusunan makalah ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberkati segala usaha kita.
PENYUSUN
DAFTAR ISI
SAMPUL MAKALAH...
KATA PENGANTAR ...
DAFTAR ISI ...
BAB I PENDAHULUAN ...
A. LATAR BELAKANG ... B. RUMUSAN MASALAH ... C. RUANG LINGKUP PEMBAHASAN ...
BAB II PEMBAHASAN ...
A. Perkembangan Perbankan Di Indonesia Pasca Terjadinya Krisis Moneter ...
BAB III PENUTUP ...
A. KESIMPULAN ...
DAFTAR PUSTAKA ...
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Krisis Finansial yang terjadi pada Juli 1997 mempengaruhi mata uang, bursa saham dan harga aset lainnya di beberapa negara Asia, termasuk Indonesia. Beberapa negara yang paling merasakan dampak dari krisis finansial ini adalah Indonesia, Korea Selatan, dan Thailand.
Sebelumnya, pada Juni 1997, Indonesia terlihat jauh dari krisis. Tidak seperti Thailand, Indonesia memiliki inflasi yang rendah, perdagangan surplus lebih dari 900 juta dolar, persediaan mata uang luar yang besar, lebih dari 20 miliar dolar, dan sektor bank yang baik. Tapi banyak perusahaan Indonesia yang meminjam dolar AS. Pada tahun berikut, ketika rupiah menguat terhadap dolar, praktisi ini telah bekerja baik untuk perusahaan tersebut level efektifitas hutang mereka dan biaya finansial telah berkurang pada saat harga mata uang lokal meningkat. Pada Juli, Thailand megambangkan baht, Otoritas Moneter Indonesia melebarkan jalur perdagangan dari 8 persen ke 12 persen.
Suharto memecat Gubernur Bank Indonesia, tapi ini tidak cukup. Presiden Suharto dipaksa mundur pada pertengahan 1998 dan B.J Habibie menjadi presiden. Mulai dari sini krisis moneter Indonesia memuncak.
Gejolak krisis moneter inilah yang membuat penulis tertarik untuk
membuat makalah dengan judul “PERKEMBANGAN PERBANKAN DI
INDONESIA PASCA TERJADINYA KRISIS MONETER”.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka
permasalahan yang akan dibahas pada makalah ini adalah bagaimana
perkembangan dunia perbankkan di Indonesia pasca krisis moneter yang
terjadi di akhir tahun 1990an.
C. RUANG LINGKUP PEMBAHASAN
Ruang lingkup dari pembahasan masalah dalam makalah ini
adalah segala langkah perubahan yang diambil pemerintah Indonesia
pasca terjadinya krisis moneter yang melanda Indonesia.
A. Perkembangan Perbankan Di Indonesia Pasca Terjadinya Krisis Moneter
•
Tahun 1999
Pemerintah telah mengambil keputusan untuk melakukan likuidasi terhadap 38 bank pada Maret 1999 ini. Keputusan pemerintah pada 13 Maret 1999 tersebut juga menetapkan 9 bank yang tetap beroperasi dengan mengikuti rekapitalisasi dan 7 bank yang diambil alih pemerintah serta 73 bank yang tetap beroperasi tanpa rekapitalisasi.
Langkah mendasar dalam rangka penyehatan perbankan tersebut masih menghadapi iklim usaha yang kurang sehat seperti tingkat suku bunga deposito yang lebih tinggi dari pada suku bunga kredit (negative spread). Suku bunga antar-bank juga relatif tinggi sekitar 37 persen untuk overnite pada akhir Maret 1999, yang mengindikasikan ketatnya kondisi likuiditas perbankan. Berdasarkan laporan mingguan dari Bank Indonesia (BI), menurunnya jumlah uang kartal pada minggu III Maret 1999 sebesar Rp 1,4 triliun dari posisi minggu II Maret 1999 mengindikasikan kembali tenangnya masyarakat setelah proses restrukturisasi perbankan diumumkan pemerintah. Sementara itu, perkembangan besaran moneter yang lain hingga akhir Maret 1999 menunjukkan posisi aktiva domestik bersih maupun cadangan devisa bersih berada pada tingkat memenuhi adjusted target yang ditetapkanoleh IMF. Sedangkan dari laporan harian BI, transaksi devisa bank Indonesia menunjukkan surplus sebesar 9,3juta USD dalam bulan Maret 1999. Posisi surplus ini tercapai berkat penerimaan devisa dari ekspor sebesar 134,8juta USD, sementara penjualan devisa tercatat sebesar 125,5 juta USD. Dengan perkembangan ini diperkirakan cadangan devisa netto di akhir bulan Maret akan sedikit di atas 14,51milliar USD yang tercatat pada minggu III Maret 1999.
•
Tahun 2009-2010
Indonesia. Perbaikan tersebut ditopang oleh meningkatnya optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi domestik dan global, serta terjaganya kestabilan makro ekonomi domestik. Pertumbuhan ekonomi tahun 2009 diprakirakan tumbuh 4,3%, inflasi tercatat sebesar 2,78%, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) mencatat surplus, dan nilai tukar secara point-to-point menguat sebesar 15,65% dibandingkan dengan tahun lalu. Di tengah-tengah krisis global, berbagai kinerja yang cukup positif tersebut tidak terlepas dari daya tahan permintaan domestik yang kuat, sektor perbankan yang tetap sehat dan stabil, ekspektasi pemulihan ekonomi global yang semakin optimis, serta respons kebijakan fiskal dan moneter yang akomodatif dalam mendukung terjaganya perekonomian domestik. Di sisi domestik, konsumsi rumah tangga masih tumbuh pada level tinggi, didorong oleh stabilnya daya beli masyarakat serta keyakinan konsumen yang masih terjaga. Membaiknya ekspor dan tetap tingginya konsumsi mendorong optimisme pelakuusaha untuk meningkatkan investasi, terutama sejak pertengahan tahun 2009. Pada triwulan IV-2009, investasi diperkirakan tumbuh lebih tinggi yang tercermin antara lain pada peningkatan konsumsi semen dan perbaikan pertumbuhan impor barang modal. Dengan semakin membaiknya kondisi perekonomian tersebut, pertumbuhan ekonomi secara tahunan di kuartal IV-2009 diperkirakan akan mencapai sebesar 4,4%. Secara keseluruhan tahun 2009, perekonomian diperkirakan akan tumbuh sebesar 4,3%. Kebijakan moneter Bank Indonesia untuk mencapai sasaran inflasi sebesar 5±1% di tahun 2010 akan didukung oleh implementasi serangkai langkah kebijakan.
komoditas bahan pokok. Untuk itu, Tim Pengendalian Inflasi yang merupakan tim lintas departemen yang terkait dengan pengendalian inflasi akan terus diefektifkan baik di pusat maupun di daerah.
Dengan mempertimbangkan bahwa tingkat BI Rate 6,5% masih konsisten dengan sasaran inflasi tahun 2010 sebesar 5% ±1% dan arah kebijakan moneter saat ini juga dipandang masih kondusif bagi proses pemulihan perekonomian dan berlangsungnya intermediasi perbankan, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 6 Januari 2010 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada level 6,5% dengan koridor suku bunga yang juga tetap sebesar +/-50 bps di sekitar BI Rate, yaitu suku bunga repo sebesar 7% dan suku bunga FASBI sebesar 6%.
A. Kesimpulan
Kondisi perbankan di Indonesia semakin membaik meski tekanan krisis keuangan global semakin terasa. Hal tersebut terlihat dari berkurangnya keketatan likuiditas perbankan dan tumbuhnya total kredit perbankan. Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Mulyaman D Hadad mengatakan, berdasarkan data perkembangan terakhir, keketatan likuiditas sudah berkurang. Dalam 2 bulan terakhir likuiditas mulai berkurang, tapi masih menjadi perhatian. Bertambahnya likuiditas perbankan tersebut karena ada pelonggaran ketentuan Giro Wajib Minimum (GWM) dan peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK), sedangkan total kredit tahun per tahun tumbuh 37,1 persen.
http://m.bi.go.id/web/id/Publikasi/Kebijakan+Moneter/Tinjauan+Kebijakan+ Moneter/TKM_0110.htm
http://www.bappenas.go.id/node/45/723/perkembangan-moneter-/