0 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERLAMBATAN PELAKSANAAN
FISIK PADA PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN DI KOTA PADANG
Artikel
MUSLIM
NPM : 1110018312008
Program Studi Teknik Sipil
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS BUNG HATTA
1
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERLAMBATAN PELAKSANAAN FISIK PADA PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN DI KOTA PADANG
Muslim¹, Alizar Hasan², Hendri Warman¹
²Program Studi Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Andalas 'Program Studi Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Bung Hatta
Muslim_infra@yahoo.co.id
ABSTRACT
The National Program of Independent Society Empowerment for Citzen (PNPM-Mandiri) which is a society empowerment program from federal as the effort to build the indefendent of society and local government in the handling of sustainable poverty in the city area. In Pada city this program was held from 2006 up to now, where the entire village had applied the national program of independent society empowerment for citizen, one of the work types in this program was infrastructure activities. The concept of applying of infrastructure facility to this program used the society participation; it aimed to stimulate the owning sense of people toward the facility had already been built. The activity that heldthe national program of independent society empowerment for citizen of Padang city was physical activites, for example contruct the bridge, road and toilet. The activity were planned in such away in order to run well. However, the phenomenon had happened in the field was the delay of finishing the physical construction activities. For that reason, this research explained the delay of physical work to the national of Independent Society Empowerment for citizen Padang city. Method used in this research consisted of two part: those are, collection the data and analysis method. The result of research showed that the factor analysis have been exracted 18 variables into five dominan which influence the Delay Of Physical Work To The National Program of Independent Society Empowerment for citizen Padang City those are, employer mobilization, equipment, implementation and ciplict in the stages of execution. The control of environmental impact and administration as well as the time of execution, supervision the volume of work and working quality, and providing equipment and raw material. The fund allocation in the first, second and third stages, evaluative meeting in the field and controlling the cost of the project. By knowing all influential factors mentioned above, this, can be done the effective handling to avoid the Delay of Physical Work to the National Program of Independent Society Empowerment In this Citizen for the future.
Key words: influential factor on the delay, physical activifites, society empowerment, national program of independent society empowerment for citizen
I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2
dikategorikan tidak mampu. Mereka cenderung tidak mendapat perhatian dari masyarakat sekitarnya. Keadaan tersebut membuat mereka memiliki tingkat perekonomian rendah, tingkat pendidikan rendah, kesehatan tidak terjamin dan kekurangan gizi. Oleh sebab itu, tujuan utama program pemberdayaan masyarakat adalah meningkatkan taraf kehidupan masyarakat.
Program PNPM Mandiri Perkotaan ini adalah suatu program membangun kapasitas komunitas bekerja sama dengan pemerintah daerah yang bertujuan memberdayakan masyarakat desa dan kelurahan untuk dapat berperan aktif dalam pembangunan daerah. Upaya pemberdayaan dilakukan melalui peningkatan akses masyarakat miskin terhadap layanan umum dasar, sekaligus menciptakan lapangan kerja dan mendorong aktifitas ekonomi pada tingkat daerah melalui pembangunan sarana dan prasarana dasar (pedoman Umum Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan, 2010).
Salah satu kegiatan pemberdayaan masyarakat yang sangat penting bagi masyarakat adalah pembangunan sarana dan prasarana. Misalnya, adanya pembangunan jembatan yang
menghubungkan antara desa yang satu dan yang lain. Dengan adanya jembatan tersebut, mobilitas masyarakat antar dua desa tersebut menjadi lancar. Masyarakat dapat membawa hasil alam atau produksi rumah tangga ke luar desa untuk dijual. Hal tersebut secara tidak langsung tujuan atau sasaran program pembedayaan dapat tercapai.
Pelaksanaan kegiatan sarana dan prasarana yang diprogramkan oleh PNPM Mandiri Perkotaan hendaknya dapat berjalan sesuai jadwal yang telah direncanakan. Akan tetapi, berdasarkan pengamatan penulis, ditemukan banyaknya keterlambatan kegiatan fisik di Kota Padang pada program tersebut. Misalnya, pembangunan jalan di kelurahan Koto Luar yang mengalami keterlambatan penyelesaiannya. Oleh sebab itu, penulis tertarik melakukan penelitian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan
pelaksanaan kegiatan fisik pada
program PNPM Mandiri Perkotaan di
Kota Padang.
2. Masalah
3
akan dianalisis melalui penelitian ini sebagai berikut:
a. Apakah faktor-faktor yang
mempengaruhi keterlambatan pelaksanaan kegiatan fisik pada Program PNPM Mandiri Perkotaan di Kota Padang?
b. Apa saja faktor dominan yang
mempengaruhi keterlambatan pelaksanaan kegiatan fisik pada Program PNPM Mandiri Perkotaan di Kota Padang?
3. Tujuan Penelitian
Rumusan tujuan dan manfaat suatu penelitian harus mengacu pada rumusan masalah penelitian. Oleh karena itu sesuai dengan masalah penelitian yang telah dirumuskan diatas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan pelaksanaan kegiatan fisik pada Program PNPM Mandiri Perkotaan di Kota Padang
b. Untuk mengetahui faktor dominan yang mempengaruhi keterlambatan pelaksanaan kegiatan fisik pada Program
PNPM Mandiri Perkotaan di Kota Padang
4. Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk :
a. Secara praktis hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan masukan dan sumbangan pemikiran bagi Direktorat Jendral Cipta karya, Kementrian Pekerjaan Umum, PNPM Mandiri Perkotaan, Konsultan Pendamping PNPM Mandiri Perkotaan, serta masyarakat Kota Padang.
b. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan sumbangan berbentuk data-data yang dapat digunakan kajian lebih dalam atau penelitian yang berkaitan.
c. Manfaat bagi peneliti adalah
memahami tentang pelaksanaan manajemen konstruksi khususnya mengenai keterlambatan pelaksanaan fisik pada kelurahan yang mendapatkan bantuan Program PNPM Mandiri Perkotaan yang terjadi di Kota Padang.
4
a.Pengertian Pemberdayaan Masyarakat
Pendapat dari Cook (1994) menyatakan pembangunan masyarakat merupakan konsep yang berkaitan dengan upaya peningkatan atau pengembangan masyarakat menuju kearah yang positif. Sedangkan Giarci (2001) memandang community development sebagai suatu hal yang memiliki pusat perhatian dalam membantu masyarakat pada berbagai tingkatan umur untuk tumbuh dan berkembang melalui berbagai fasilitasi dan dukungan agar mereka mampu memutuskan, merencanakan dan mengambil tindakan untuk mengelola dan mengembangkan lingkungan fisiknya serta kesejahteraan sosialnya. Proses ini berlangsung dengan dukungan collective action dan networking yang dikembangkan masyarakat.
Sedangkan Bartle (2003) mendefinisikan community development sebagai alat untuk menjadikan masyarakat semakin komplek dan kuat. Ini merupakan suatu perubahan sosial dimana masyarakat menjadi lebih komplek, institusi lokal tumbuh, collective power-nya meningkat serta terjadi perubahan secara kualitatif pada organisasinya.
Berdasarkan persinggungan dan saling menggantikannya pengertian community development dan community empowerment, secara sederhana, Subejo dan Supriyanto (2004) memaknai pemberdayaan masyarakat sebagai upaya yang disengaja untuk memfasilitasi masyarakat lokal dalam merencanakan, memutuskan dan mengelola sumberdaya lokal yang dimiliki melalui collective action dan networking sehingga pada akhirnya mereka memiliki kemampuan dan kemandirian secara ekonomi,
ekologi, dan sosial‖. Dalam pengertian
5
masyarakat sudah mampu melanjutkan kegiatannnya secara mandiri. Dalam operasionalnya inisiatif tim pemberdayaan masyarakat (PM) akan pelan-pelan dikurangi dan akhirnya berhenti. Peran tim PM sebagai fasilitator akan dipenuhi oleh pengurus kelompok atau pihak lain yang dianggap mampu oleh masyarakat.
b. Infrastruktur dalam Pemberdayaan
Masyarakat
Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan intervensi semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Namun penanganannya selama ini cenderung parsial dan tidak berkelanjutan. Peran dunia usaha dan masyarakat pada umumnya juga belum optimal. Kerelawanan sosial dalam kehidupan masyarakat yang dapat menjadi sumber penting pemberdayaan dan pemecahan akar permasalahan kemiskinan juga mulai luntur. Untuk itu diperlukan perubahan yang bersifat sistemik dan menyeluruh dalam upaya penanggulangan kemiskinan.
Sasaran dan Siklus Proyek Konstruksi
Sasaran atau parameter yang biasanya menjadi ukuran keberhasilan suatu proyek adalah anggaran, jadwal dan mutu (Soeharto, 1995:2).
Anggaran
Proyek harus di selesaikan dengan biaya yang tidak melebihi anggaran. Untuk proyek-proyek yang melibatkan dana dalam jumlah besar san jadwal pengerjaan bertahun-tahun, anggarannya tidak hanya ditentukan secara total proyek, tetapi di pecah atas komponen-komponennya atau per periode tertentu (misalnya, per kuartal) yang jumlahnya disesuaikan dengan keperluan. Dengan demikian, penyelesaian bagian-bagian proyek pun harus memenuhi sasaran anggaran per periode.
Jadwal
Proyek harus dikerjakan sesuai dengan kurun waktu dan tanggal akhir yang telah ditentukan. Bila hasil akhir adalah produk baru, maka penyerahannya tidak boleh melewati batas waktu yang di tentukan.
Mutu
6
kegiatan proyek tersebut berupa instalasi pabrik, maka kriteria yang harus dipenuhi adalah pabrik harus mampu beroperasi secara memuaskan dalam kurun waktu yang telah di tentukan. Jadi, memenuhi persyaratan mutu berarti mampu memenuhi tugas yang dimaksudkan.
Ketiga batasan tersebut bersifat tarik=menarik. Artinya, jika ingin meningkatkan kinerja
produk yang telah disepakati dalam kontrak, maka umumnya harus di ikuti dengan meningkatkan mutu. Hal ini selanjutnya berakibat pada naiknya biaya sehingga melebihi anggaran. Sebaliknya, bila ingin menekan biaya, maka biasanya harus berkompromi dengan mutu atau jadwal seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini :
Biaya
Anggaran
Jadwal Mutu
Waktu Kinerja
Tabel 1: Faktor-faktor yang menpengaruhi keterlambatan pelaksanaan
kegiatan fisik pada Program PNPM Mandiri Perkotaan di Kota Padang.
Faktor Variabel Referensi
7
Faktor Variabel Referensi
Dana
(1)
Gray, 2006 X2
Pencairan Dana Tahap Kedua
Lubis, 2008, Soeharto, 1997, F.
Gray 2006 X3
Pencairan Dana Tahap Ketiga
Lubis, 2008, Soeharto, 1997, F.
Gray 2006
Mobilisasi Tenaga Kerja
Lubis, 2008, Soeharto, 1997, F.
Gray, 2006
Pengadaan Bahan dan Alat
Lubis, 2008 Soeharto, 1997
Faktor Praktek
(4)
X8
Praktek pekerjaan lapangan Lubis, 2008
Faktor Pelaksanaan Konstruksi Fisik
(5)
X9
Pelaksanaan Konstruksi Fisik
Lubis, 2008 Soeharto, 1997
X10
Metode Kerja Lubis, 2008 Soeharto, 1997 Faktor Supervisi
Pelaksanaan Konstruksi
(6)
X11
Pengawasan Volume Pekerjaan
Lubis, 2008 Soeharto, 1997
X12
8
Faktor Variabel Referensi
Pelaksanaan Soeharto, 1997
Faktor Rapat
Rapat Evaluasi Kemajuan Lapngan
Pemantauan Dampak Lingkungan
Perubahan Pekerjaan di Lapangan
Konflik atau perselisihan
F. Gray, 2006 Soeharto, 1997
II. PEMBAHASAN
4.1.1 Data Responden
Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data dari kuesioner yang disebarkan pada keemapat unsur yang tersebar di Kota Padang.
Tabel 2 . Rekapitulasi Pengambilan
Data
No Unsur Jumlah Hasil Interview / Kuisioner
9
yang terlibat dalam kegiatan fisik PNPM Mandiri Perkotaan di Kota Padang, yaitu Fasilitator, BKM, UPL, dan KSM. Jumlah responden pada penelitian ini adalah 103 orang. Persentase responden dapat terlihat pada grafik di bawah ini.
Grafik 1. Jumlah Responden
A. Hasil Pengujian Validasi
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan
instrumen penelitian. Uji ini dilakukan untuk menguji apakah item-item pertanyaan dalam kuesioner telah mencerminkan apa yang diteliti atau mampu mengukur elemen faktor dalam penelitian. Uji validitas yang digunakan adalah construct validity dimana korelasi yang tinggi menunjukkan bahwa alat ukur mampu mencerminkan faktor dalam penelitian. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan korelasi product moment Pearson. Pada korelasi Pearson, apabila nilai r >0,250, ini berarti item pertanyaan dinyatakan valid dan mampu mencerminkan faktor dalam penelitian. Hasil pengujian validitas kuesioner dilakukan dengan menggunakan SPPS 15.0. Berdasarkan hasil uji validasi ditemukan satu elemen variabel yang dinyatakan tidak valid, yaitu P35 dan P36. Hal itu terlihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3. Hasil Uji Validitas Kuesioner (X9—X10)
Faktor Var Elemen Faktor r Ket.
Pelaksa
naan
(X9)
P31 Kesesuaian konstruksi fisik dengan
rencana .249
Tidak
Valid
P32 Cuaca
.515
10
Faktor Var Elemen Faktor r Ket.
P33 Penyediaan lahan
.411
Valid
P34 Lahan bermasalah
.402
Valid
Metode
Kerja
(X10)
P35
Gotong-royong
.085
Tidak
Valid
P36 Semi gotong –royong
.313
Valid
P37 Kerja sama dengan pihak lain
.424
Valid
P38 Metode kerja yang tidak sesuai dengan
rencana .336
Valid
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)
B. Pengujian Reliabilitas
Kuesioner
Reliabilitas adalah indeks untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhdadap gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama pula. Pengujian reliabilitas instrument dilakukan dengan menggunakan
cronbach’s alpha. Jika cronbach’s alpha
besar atau sama dengan 0,6 (Siregar, 2012:175) maka item pertanyaan tersebut
memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi. Berdasarkan analisis reabilitas ternyata dari 19 varibel, tenyata 1 varibel yang dinyatakan tidak reliabel, yaitu X10. Dengan demikian variabel lainnya dinyatakan realibel, yaitu X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7, X8, X9, X11, X12, X13, X14, X15, X16, X17, X18, X19. Berikut ini adalah tabel hasil pengujian reliabilitas terhadap dua puluh variabel yang dianalisis. Hal itu terlihat pada tabel berikut ini.
11
Uji reliabelitas menunjukkan angka 0,377. Dengan demikian variabel tersebut dinyatakan tidak reliabel. Pada tahap berikutnya varibel ini tidak dimasukkan atau tidak diikutkan lagi.
C. Analisis Faktorial
Variabel yang didapatkan setelah uji validitas dan reliabilitas kemudian dilanjutkan ke analisis faktor. Menurut Dillon dan Goldstein, penyederhanaan jumlah variabel yang cukup besar menjadi beberapa kelompok yang lebih kecil dilakukan dengan analisis faktor, yaitu berdasarkan faktor yang sama dengan tetap mempertahankan sebanyak mungkin informasi aslinya.
Tujuan dilakukannya analisis faktor ini adalah untuk penyederhanaan jumlah variabel yang didapatkan sebanyak 19 variabel sehingga memudahkan untuk melakukan analisis dan mendapatkan faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan pelaksanaan kegiatan fisik pada program
PNPM Mandiri Perkotaan di Kota Padang. Analisis faktor dilakukan dengan metode Principal Component Analysis dan metode rotasi Varimax dengan kriteria dari Kaiser yaitu mengambil komponen yang mempunyai Eigen Value > 1. Sebelum dilakukan analisis faktor perlu diuji kelayakan dari masing-masing variabel untuk membentuk faktor sehingga memberikan hasil yang lebih significan.
a. Analisis KMO and Bartlett’s Test
Nilai KMO-MSA dan Bartlett’s Test berguna untuk menentukan apakah variabel-variabel yang digunakan sudah layak atau tidak untuk dianalisis lebih lanjut. Indikator yang digunakan adalah nilai KMO-MSA dan tingkat signifikansi di bawah 0,005. Dari output itu terlihat bahwa nilai KMO-MSA sudah pada tingkat signifikansi di bawah 0,005, yaitu 0,000. Untuk itu analisis KMO-MSA tidak perlu diulang kembali. Hal itu terlihat pada tabel berikut ini.
KMO and Bartlett's Test
12
Sphericity Square
Df 153
Sig. .000
b. Analisis Anti Image Correlation
Analisis anti image correlation merupakan model yang digunakan untuk
mengetahui layak atau tidaknya sebuah variable untuk dapat diproses dalam analisis faktor riabel yang diikutsertakan adalah variable yang memiliki nilai
koefisien korealasi ≥ 0.50. Rekapitulasi
hasil pengujian anti image correlation dapat dilihat pada Tabel dibawah ini.
Tabel 4. Hasil Pengujian Anti Image Correlation
Var Elemen Faktor r
X1 Pencairan Dana Tahap 1 0,517
X2 Pencairan Dana Tahap Kedua 0,533
X3 Pencairan Dana Tahap Ketiga 0,708
X4 Mobilisasi Tenaga Kerja 0,699
X5 Bahan 0,636
X6 Alat 0,767
X7 Pengadaan Bahan dan Alat 0,726
X8 Praktek Pekerjaan Lapangan 0,723
X9 Pelaksanaan 0,790
X11 Pengawasan Volume Pekerjaan 0,824 X12 Pengawasan Mutu/Kualitas Pekerjaan 0,834
X13 Waktu Pelaksanaan 0,834
X14 Pengawasan Biaya 0,703
13
Tabel (4) memperlihatkan bahwa dari 18 variabel yang diuji ternyata tidak ada variabel yang memiliki nilai korelasi lebih kecil dari 0,5. Kedelapan belas variabel tersebut dapat dimasukkan dalam pengujian selanjutnya sehingga variabel yang diuji analisis faktor selanjutnya sebanyak 18.
c. Analisis Communalities
Tahapan selanjutnya dalam analisis factor adalah analisis communalities. Menurut Santoso (2003), communalities merupakan model yang digunakan untuk mengetahui factor yang pertama kali terbentuk dalam menjelaskan variance dari sebuah variable. Jika masing-masing variable penelitian saling berkorelasi, tentunya akan mempengaruhi akurasi hasil pengujian analisis factor. Variabel dikatakan berkorelasi apabila nilai communalities besar dari 0.5. hasil analisis communalities pada Tabel dibawah memperlihatkan bahwa terdapat 1 variabel dengan nilai <0.5, yaitu X5 dengan nilai communalities 0,425. Hal ini berarti variable tersebut tidak bisa dilanjutkan untuk analisis factor
berikutnya, sehingga untuk analisis factor berikutnya hanya digunakan 17 variabel penelitian. Beikut ini adalah hasil akhir
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)
Berikut ini adalah hasil akhir uji communalities.
14
Var Elemen Faktor r
X1 Pencairan Dana Tahap 1 0,517
X2 Pencairan Dana Tahap Kedua 0,533
X3 Pencairan Dana Tahap Ketiga 0,708
X4 Mobilisasi Tenaga Kerja 0,699
X6 Alat 0,767
X7 Pengadaan Bahan dan Alat 0,726
X9 Pelaksanaan 0,790
X11 Pengawasan Volume Pekerjaan 0,824 X12 Pengawasan Mutu/Kualitas Pekerjaan 0,834
X13 Waktu Pelaksanaan 0,834
X14 Pengawasan Biaya 0,703
X15 Pengawasan Administrasi Pelaksanaan 0,814 X16 Rapat Evaluasi Kemajuan Lapangan 0,828 X17 Pemantauan Dampak Lingkungan 0,729 X18 Perubahan Pekerjaan di Lapangan 0,842 X19 Konflik/perselisihan pada tahap Pelaksanaan 0,855 Sumber: Pengolahan data 2013
Penentuan komponen-komponen pembentuk masing-masing faktor didapatkan dari hasil Rotated Component Matrix. Pengelompokan didasarkan pada nilai loading faktor yang memberikan
konstribusi terbesar pada faktor yang dibentuknya. Hasil Rotated Component Matrix dapat dilihat pada Tabel dibawah ini.
Rotated Component Matrix(a)
Component
1 2 3 4 5
15
X9 .796 .114 -.057 .183 -.116 X11 .043 .227 .828 .078 .180 X12 .090 .398 .805 .025 .049 X13 .208 .760 .228 -.039 .150 X14 .486 .244 .379 -.140 .539 X15 -.084 .795 .395 -.073 .147 X16 -.079 .417 .263 .163 .687 X17 .026 .853 -.002 .270 .042 X18 .752 -.012 .293 -.286 -.069 X19 .614 .070 .467 -.118 .193 Extraction Method: Principal Component Analysis.
Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization. a Rotation converged in 6 iterations.
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2013)
Berdasarkan hasil Rotated Component Matrix dilakukan pengelompokan variable
ke masing-masing factor yang dibentuknya. Hasil akhir analisis factor dapat dilihat pada
Tabel (19) di bawah ini.
Tabel 6. Pengelompokan variable pembentuk faktor
Faktor Variabel Faktor
Loading
Faktor 1.
X4 Mobilisasi Tenaga Kerja 0,822
X6 Alat 0,665
X9 Pelaksanaan 0,796
X18 Perubahan Pekerjaan di Lapangan 0,752 X19 Konflik/perselisihan pada tahap Pelaksanaan 0,614
Faktor 2
X13 Waktu Pelaksanaan 0,760
X15 Pengawasan Administrasi Pelaksanaan 0,795 X17 Pemantauan Dampak Lingkungan 0,853
Faktor 3
X7 Pengadaan Bahan dan Alat 0,527 X11 Pengawasan Volume Pekerjaan 0.828 X12 Pengawasan Mutu/Kualitas Pekerjaan 0,805 Faktor
4
X1
16
Faktor Variabel Faktor
Loading
X2 Pencairan Dana Tahap Kedua 0,891 X3 Pencairan Dana Tahap Ketiga 0,628 Faktor
5
X14
Pengawasan Biaya 0,539
X16 Rapat Evaluasi Kemajuan Lapangan 0,687 Sumber: Hasil Pengolahan Data 2013
Faktor 1. Mobilisasi tenaga kerja, alat, Pelaksanaan, serta Konflik/Perselisihan pada Tahap
Pelaksanaan
Tabel 7. Faktor 1 dan variable pembentuknya
Faktor Variabel
Faktor 1.
X4 Mobilisasi Tenaga Kerja X6 Alat
X9 Pelaksanaan
X18 Perubahan Pekerjaan di Lapangan
X19 Konflik/perselisihan pada tahap Pelaksanaan
Tabel (7) memperlihatkan bahwa dari 5 variabel yang membangun faktor 1, yaitu pelaksanaan (X9), mobilisasi tenaga kerja (X4), alat (X6), perubahan pekerjaan di lapangan (X18) , dan konflik atau perselisihan pada tahap pelaksanaan (X19). Berdasarkan hal tersebut maka faktor ini diberi nama Mobilisasi tenaga
kerja, alat, Pelaksanaan, serta
Konflik/Perselisihan pada Tahap
Pelaksanaan.
Faktor 2. Pemantauan Dampak
Lingkungan dan
adminisrasi, serta waktu
Pelaksanaan
17
Tabel 8. Faktor 2 dan variable pembentuknya
Faktor Variabel
Faktor 2
X13 Waktu Pelaksanaan
X15 Pengawasan Administrasi Pelaksanaan X17 Pemantauan Dampak Lingkungan Tabel (8) memperlihatkan bahwa faktor 2
terbentuk dari 3 faktor, yaitu pemantauan dampak lingkungan (X17), pengawasan administrasi pelaksanaan (X15), dan waktu pelaksanaan (X13). Berdasarkan hasl tersebut maka faktor 2 ini dinamakan
Pemantauan Dampak Lingkungan,
Pengawasan adminisrasi dan waktu
Pelaksanaan.
Faktor 3. Pengawasan Volume
Pekerjaan dan
Mutu/Kualitas Pekerjaan,
serta Pengadaan Bahan dan
alat
Hasil analisis factor memperlihatkan bahwa Faktor 3 terbentuk dari 3 variabel seperti yang terlihat pada Tabel di bawah ini.
Tabel 9 . Faktor 3 dan variable pembentuknya
Faktor Variabel
Faktor 3
X7 Pengadaan Bahan dan Alat X11 Pengawasan Volume Pekerjaan X12 Pengawasan Mutu/Kualitas Pekerjaan
Tabel (9) memperlihatkan bahwa faktor 3 terbentuk dari 3 faktor, yaitu pengawasan volume (X11) dan mutu pekerjaan (X12), serta pengawadaan Bahan dan Alat (X15), dan waktu pelaksanaan (X17). Berdasarkan hasil tersebut maka faktor 2 ini dinamakan Pengawasan Volume
Pekerjaan dan Mutu/Kualitas
Pekerjaan, serta Pengadaan Bahan dan
18
Faktor 4 . Pencairan Dana Tahap
Pertama, Kedua, dan
Ketiga
Hasil analisis factor memperlihatkan bahwa Faktor 4
terbentuk dari 3 variabel seperti yang terlihat pada Tabel di bawah ini.
Tabel 10 . Faktor 4 dan variable pembentuknya
Faktor Variabel
Faktor 4 X1 Pencairan Dana Tahap 1 X2 Pencairan Dana Tahap Kedua X3 Pencairan Dana Tahap Ketiga
Tabel (10) memperlihatkan bahwa faktor 4 terbentuk dari 3 faktor, yaitu pencairan dana pertama (X1), pencairan dana tahap kedua (X2), dan pencairan dana tahap ketiga (X3). Berdasarkan hasil tersebut maka faktor ini dinamakan pencairan tahap pertama, dua, dan tiga.
Faktor 5 Rapat Evaluasi Kemajuan
lapangan dan Pengawan Biaya
Hasil analisis factor memperlihatkan bahwa Faktor 5 terbentuk dari 2 variabel seperti yang terlihat pada Tabel di bawah ini.
Tabel 11 . Faktor 5 dan variable pembentuknya
Faktor Variabel Faktor
Loading
Faktor 5
X14
Pengawasan Biaya 0,539
19
Tabel (11) memperlihatkan bahwa faktor 5 terbentuk dari 2 faktor, yaitu Rapat Evaluasi Kemajuan Lapangan (X16) dan Pengawasan Biaya (X14). Berdasarkan hasil tersebut maka faktor ini dinamakan Rapat Evaluasi Kemajuan lapangan dan Pengawan Biaya.
III. PENUTUP
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat ditarik beberapa kesimpulan untuk menjawab tujuan penelitian ini. Kesimpulan penelitian adalah sebagai berikut:
Hasil pengujian analisis faktor didapatkan bahwa dari 19 faktor yang dinyatakan valid dan reliabel hanya terdapat 18 faktor yang bisa digunakan untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan pelaksanan fisik pada program PNPM Mandiri Praktek Pekerjaan Lapangan, i) Pelaksanaan , j) Pengawasan Volume
Pekerjaan, k) Waktu Pelaksanaan, l) Pengawasan Biaya, m) Pengawasan Administrasi Pelaksanaan, n) Rapat Evaluasi Kemajuan Lapangan, o) Pemantauan Dampak Lingkungan, p) Perubahan Pekerjaan di Lapangan, q) Konflik/perselisihan pada tahap Pelaksanaan
Hasil analisis faktor mengekstrasi 18 variabel ke dalam 5 faktor dominan yang mempengaruhi kinerja kualitas sarana infrastruktur pada program PNPM Mandiri Perkotaan di Kota Padang yaitu :
a) Mobilisasi tenaga kerja, alat, Pelaksanaan, serta Konflik/Perselisihan pada Tahap Pelaksanaan
b) Pemantauan Dampak Lingkungan dan adminisrasi, serta waktu Pelaksanaan
c) Pengawasan Volume Pekerjaan dan Mutu/Kualitas Pekerjaan, serta Pengadaan Bahan dan alat
d) Pencairan Dana Tahap Pertama, Kedua, dan Ketiga
e) Rapat Evaluasi Kemajuan lapangan dan Pengawasan Biaya
20 Alie, Asmawi. 2006. ―Identifikasi
Kebijakan dalam Pembiayaan Pemeliharaan Jalan Kabupaten dalam Kota Sungailiat di
Kabupaten Bangka.‖
Semarang:Pascasarjana Universitas Dipenogoro.
Brannen, Julia. 2002. Memadu Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Bunghin, Burhan. 2006. Analisis Data Kualitatif. Yakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Chaer, Abdul. 2007. Kajian Bahasa. Jakarta: Rineka Cipta.
Cook, James B. 1994 . Community Development Theory, Community Development Publication, Dept. of Community Development, University of Missouri-Columbia.
Deliveri. 2004. Pemberdayaan
Masyarakat dalam Praktek.
(http://www.deliveri.org)
Danim, Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia.
Dipohusodo, Istiawan. 1996. Manajemen Proyek dan Konstruksi. Yogyakarta: Kanisius.
Direktorat Jenderal Cipta Karya. 2010. Petunjuk Teknis Infrastruktur PNPM Mandiri Perkotaan ,– Kementrian Pekerjaan Umum.
Evrianto, Wulfam I. 2003. Manajemen Proyek Konstruksi, Yogyakarta; Penerbit Andi.
Gay R lorrie, Airasian Peter. 1987. Educational Research : Competencies for Analysis and Application. Merril Publishing Company, Colombus:Ohio
Gray, Clifford dan Erik W. Larson. Manajemen Proyek; Proses Manajerial. Yogyakarta: ANDI
Hotter, Robby. 2011. ‖Identifikasi
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas sarana Infrastruktur pada Program PNPM Mandiri Perkotaan di Kota
Padang‖. Padang: Universitas
Bung Hatta.
Nahor, Josmar Lambok Banjar. 2010.
―Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kegagalan dan Keberhasilan Pengelolaan Sistem Penyediaan Air Minum di Desa Wuran dan Tarinsing Kabupaten
barito Timur.‖ Semarang:
Pascasarjana Universitas Dipenogoro.
Neuman, Lawrence. 1997. Sosial Research Methods: Qualitative dan Quantitave Approaches. America: A Viacom Company.
Moleong, Lexy J., 2006, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung. PT Remaja Rosda Karya.
Musttaqim, Adi Yusuf. 2006. ―Kinerja
21 Kabupaten Karanganyar)‖.
Semarang: Pascasarjana.
Nasir, M, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2003
Lubis, Jossair. 2008. Pelaksanaan kegiatan Pembangunan Sarana dan Prasarana. Jakarta: PU
Siregar, Syofian. 2012. Statika Deskriptif untuk Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers
Suharto, Imam, Manajemen Proyek, Jilid 2, Edisi kedua, Jakarta ; Penerbit Erlangga, Tahun 2001.
Tim Pengendali PNPM Mandiri Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Pedoman Umum Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat ( PNPM) Mandiri , Tahun 2007.