BAB I
Dana Sehat/Asuransi Kesehatan/JPKM. Dengan demikian, upaya untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan dalam menciptakan suatu kondisi
bagi kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat secara
berkesinambungan. Upaya ini dilaksanakan melalui pendekatan pimpinan
(Advokasi), bina suasana (Social Support) dan pemberdayaan masyarakat
(Empowerment). Dengan demikian masyarakat dapat mengenali dan mengatasi
masalahnya sendiri, terutama dalam tatanan masing-masing, dan masyarakat dapat
menerapkan cara-cara hidup sehat dengan menjaga, memelihara dan
meningkatkan kesehatannya (Depkes, 2005).
Sesuai dengan indikator sehat 2010, bahwa keberhasilan pembangunan
kesehatan yang diarahkan pada PHBS masyarakat dilihat dari indikator derajat
kesehatan dan target tahun 2010 yang telah menetapkan Standar Pelayanan
Minimal (SPM) Bidang Kesehatan Kabupaten/Kota yaitu persentase rumah
tangga yang berperilaku hidup bersih sehat sebesar 65 % dan Persentase Rumah
Sehat 80 %, persentase tempat-tempat umum sehat 80 %, persentase keluarga
yang memiliki akses terhadap air bersih 85 % (Depkes RI, 2007).
Adapun manfaat PHBS adalah terwujudnya rumah tangga yang derajat
kesehatannya meningkat dan tidak mudah sakit serta meningkatnya produktivitas
kerja setiap anggota keluarga yang tinggal dalam lingkungan sehat dalam rangka
mencegah timbulnya penyakit dan masalah-masalah kesehatan lain,
menanggulangi penyakit dan masalah-masalah kesehatan lain, meningkatkan
derajat kesehatan, dan memanfaatkan pelayanan kesehatan, serta mengembangkan
dan menyelenggarakan upaya kesehatan bersumber masyarakat (Depkes, 2006).
Penyakit yang muncul akibat rendahnya PHBS antara lain cacingan, diare,
mengakibatkan rendahnya derajat kesehatan indonesia dan rendahnya kualitas
hidup sumber daya manusia.
Gambaran kesehatan di Indonesia tahun 2004 yaitu persentase orang yang
merokok di Indonesia sebesar 35 %; persentase orang yang kurang yang aktivitas
fisik sebesar 72,9 %; persentase orang yang kurang serat sebesar 60 % begitu juga
dengan diare yang meningkat tiap tahunnya dan menyebabkan kematian (Depkes,
2007).
Dalam hal pemerataan pembangunan yang berwawasan kesehatan tentunya
mencakup semua golongan masyarakat, baik kelompok anak-anak maupun
kelompok orang dewasa. Hal inilah yang menyebabkan perlu dilakukan
penelitian, sejauh mana dampak program yang dicanangkan melalui Visi Sehat
2010 serta Indonesia sehat 2015. Hal ini dapat dilihat dari ruang lingkup
masyarakat dalam memahami tentang pengetahuan, sikap dan tindakan tentang
bagaimana Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di lingkungan bermasyarakat.
1.2 Tujuan
a. Membahas PHBS di lingkungan masyarakat
b. Menganalisa program-program perilaku hidup bersih dan sehat
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
2.1.1 Pengertian Hidup Bersih dan Sehat
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan wujud keberdayaan
masyarakat yang sadar, mau dan mampu mempraktekan PHBS. Dalam hal ini ada
5 program prioritas yaitu KIA, Gizi, Kesehatan Lingkungan, Gaya Hidup, Dana
Sehat/Asuransi Kesehatan/JPKM.
2.1.2 Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Program PHBS merupakan upaya untuk memberikan pengalaman belajar
atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan
masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan
melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui
pendekatan pimpinan (Advokasi), bina suasana (Social Support) dan
pemberdayaan masyarakat (Empowerment). Dengan demikian masyarakat dapat
mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, dan dapat menerapkan cara-cara
hidup sehat dengan menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya
(Notoadmodjo S., 2007).
2.1.3 Tatanan
Tatanan adalah tempat dimana sekumpulan orang hidup, bekerja, bermain,
berinteraksi dan lain lain. Dalam hal ini ada 5 tatanan PHBS yaitu Rumah Tangga,
Sekolah, Tempat Kerja, Sarana Kesehatan, dan Tempat Tempat Umum.
2.1.4 Kabupaten/Kota Sehat
Kabupaten/Kota Sehat adalah kesatuan wilayah administrasi pemerintah yang
terdiri dari desa desa, kelurahan, kecamatan yang secara terus menerus berupaya
wilayah yang memadai, dukungan kehidupan social, serta perubahan perilaku
menuju masyarakat aman, nyaman dan sehat secara mandiri.
2.1.5 Tujuan PHBS
Tujuan PHBS adalah untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan
kemauan masyarakat agar hidup sehat, serta meningkatkan peran aktif masyarakat
termasuk swasta dan dunia usaha, dalam upaya mewujudkan derajat hidup yang
optimal (Dinkes,2006).
2.2 Manajemen Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) 2.2.1 Manajemen
Manajemen adalah pengelolaan PHBS yang dilaksanakan melalui 4 tahap
kegiatan, yaitu; 1). Pengkajian 2). Perencanaan 3). Penggerakan pelaksanaan 4).
Pemantauan dan penilaian.
2.2.2 Manajemen Program PHBS
Untuk mewujudkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) ditiap tatanan;
diperlukan pengelolaan manajemen program PHBS melalui tahap pengkajian,
perencanaan, penggerakan pelaksanaan sampai dengan pemantauan dan penilaian.
Selanjutnya kembali lagi ke proses sebelumya. Untuk lebih jelasnya digambarkan
dalam bagan berikut ini :
Pengkajian dilakukan terhadap masalah kesehatan, yaitu masalah PHBS
dan sumber daya. Selanjutnya output pengkajian adalah masalah PHBS
rumusan masalah akan menghasilkan rumusan tujuan, rumusan intervensi
dan jadwal kegiatan, penggerak pelaksanaan yang merupakan
implementasi masalah terpilih, dimana penggeraknya dilakukan oleh
petugas promosi kesehatan, sedangkan pelaksananya bisa oleh petugas
promosi kesehatan atau lintas program dan lintas sector terkait (Depkes
RI, 2002).
Pemantauan dilakukan secara berkala dengan menggunakan format
pertemuan bulanan, sedangkan penilaian dilakukan pada enam bulan
pertama atau akhir tahun berjalan (Depkes RI, 2002).
Dalam setiap tahapan manajemen tersebut, petugas promosi kesehatan
tidak mungkin bisa bekerja sendiri, tetapi harus melibatkan petugas lintas
program dan lintas sector terkait terutama masyarakat itu sendiri (Depkes
RI, 2002)
Program promosi kesehatan dikenal adanya model pengkajian dan
penindaklanjutan (precede procced model) yang diadaptasi dari konsep
Lawrence Green. Model ini mengkaji masalah perilaku manusia dan faktor
faktor yang mempengaruhinya, serta cara menindaklanjutinya dengna cara
mengubah, memelihara atau meningkatkan perilaku tersebut ke arah yang
lebih positif.
Proses pengkajian mengikuti anak panah dari kanan ke kiri, sedang
proses penindakan dilakukan dari kiri ke kanan, seperti berikut ini :
Gambar 2. Bagan pengkajian dan penindaklanjutan program PHBS
Visi dan misi Promosi Kesehatan ditetapkan melalui Kepmenkes No.
1193/MENKES/SK/X/2004 tanggal 18 Oktober 2004 tentang Kebijakan
Nasional Promosi Kesehatan (PromKes).
Adapun program PromKes sekarang meliputi :
1. Peningkatan Pendidikan Kesehatan Kepada Masyarakat
2. Pengembangan Media Promosi Kesehatan dan Teknologi Komunikasi,
Informasi dan Edukasi (KIE)
3. Pengambangan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM)
(Depkes, 2004).
Menurut Backer, (1979) yang dikutip Notoatmodjo, (2007) membuat
klasifikasi tentang perilaku hidup sehat ini, yaitu sebagai berikut :
1. Makan dengan menu seimbang (appropriate diet). Menu seimbang disini
dalam arti kualitas (mengandung zat zat yang diperlukan tubuh) dan
kuantitas dalam arti jumlahnya cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh
(tidak kurang, tetapi juga tidak lebih).
2. Olah raga yang teratur mencakup kualitas (gerakan) dan kuantitas dalam
arti frekuensi dan waktu yang digunakan untuk olah raga. Dengan
sendirinya kedua aspek ini akan tergantung dari usia, dan status kesehatan
yang bersangkutan.
3. Tidak merokok. Merokok adalah kebiasaan jelek yang mengakibatkan
berbagai macam penyakit. Namun kenyataannya, kebiasaan merokok ini
khususnya di indonesia seolah membudaya hampir 50% penduduk
indonesia usia dewasa merokok. Bahkan dari hasil penelitian, sekitar 15%
remaja telah merokok.
4. Tidak minum minuman keras dan narkoba. Kebiasaan minum miras dan
mengkonsumsi NARKOBA (Narkotik dan bahan bahan berbahaya
lainnya), juga cenderung meningkatkan sekitar 1% penduduk indonesia
dewasa ini diperkirakan sudah mempunyai kebiasaan minum minuman
5. Istirahat yang cukup. Dengan meingkatkan kebutuhan hidup akibat
tuntutan akibat penyesuaian dengan lingkungan modern mengharuskan
orang untuk bekerja keras dan berlebihan, sehingga waktu istirahat
menjadi berkurang. Hal ini juga membahayakan kesehatan.
6. Mengendalikan stres. Stres akan terjadi pada siapa saja, lebih sebagai akibat
tuntutan hidup yang keras seperti diatas. Kecenderungan stres meningkat pada
setiap orang. Stres tidak dapat kita hindari, yang penting dijaga agar stres tidak
menyebabkan gangguan kesehatan. Kita harus dapat mengendalikan stres atau
mengelola stres dengan kegiatan kegiatan yang positif.
7. Perilaku atau gaya hidup yang positif bagi kesehatan. Misalnya, tidak berganti
ganti pasangan dalam hubungan seks, penyesuaian diri kita dengan lingkungan
dan sebagainya.
1. Tahap Pengkajian
Tujuan pengkajian adalah untuk mempelajari, menganalisis, dan
merumuskan masalah perilaku yang berkaitan dengan PHBS. Kegiatan
pengakajian meliputi pengkajian PHBS secara kuantitatif, pengkajian
PHBS secara kualitatif dan pengkajian sumber daya (dana, sarana dan
tenaga).
a. Pengkajian masalah PHBS secara kuantitatif. Langkah-langkah kegiatan sebagai berikut :
1) Pengumpulan Data Sekunder
Kegiatan ini meliputi data perilaku dan bukan perilaku yang
berkaitan dengan 5 program prioritas yaitu KIA, Gizi, Kesehatan
Lingkungan, Gaya hidup dan JPKM dan data lainnya sesuai dengan
kebutuhan daerah. Data tersebut dapat diperoleh dari Puskesmas,
Rumah Sakit, dan sarana pelayanan kesehatan lainnya. Data yang
diperoleh dianalisis secara deskriptif sebagai informasi pendukung
untuk memperkuat permasalahan PHBS yang ditemukan
dilapangan. Selanjutnya dibuat simpulan hasil analisis data
sekunder tersebut.
Hasil yang diharapkan pada tahap pengkajian ini antara lain :
b)Dikembangkannya pemetaan PHBS pertatanan
c) Teridentifikasinya masalah lain yang berkaitan dengan masalah
kesehatan, faktor penyebab perilaku, masalah pelaksanaan dan
sumber daya penyuluhan, masalah kebijakan, administrasi,
organisasi dan lain lain.
b.Pengkajian PHBS secara Kualitatif
Setelah ditentukan prioritas masalah perilaku, selanjutnya dilakukan
pengkajian kualitatif. Tujuanya utnuk memperoleh informasi yang lebih
mendalam tentang kebiasaan, kepercayaan, sikap, norma, budaya perilaku
masyarakat yang tidak terungkap dalam kajian kuantitatif PHBS.
Ada dua metode untuk melakukan pengkajian PHBS secara kualitatif,
yaitu :
1) Diskusi Kelompok Terarah (DKT)
DKT adalah diskusi informal bersama 6 s/d 10 orang, tujuannya untuk
mengungkapkan informasi yang lebih mendalam tentang masalah
perilaku PHBS
2) Wawancara Perorangan Mendalam (WPM)
WPM adalah wawancara antara pewawancara yang terampil dengan
perorangan selaku sumber informasi kunci, melalui serangkaian
tanya-jawab (dialog) yang bersifat terbuka dan mendalam
c. Pengkajian sumber daya (dana, tenaga, sarana)
Pengkajian sumber daya dilakukan mark mendukung pelaksanaan program
PHBS, bentuk kegiatannya :
1) Kajian tenaga pelaksana PHBS, secara kuantitas (jumlah) dan
pelatihan yang pernah diikuti oleh lintas program maupun lintas sektor.
2) Penjajagan dana yang tersedia dilintas program dan lintas sektoral
dalam jumlah dan sumbernya.
3) Penjajagan jenis media dan sarana yang dibutuhkan dalam jumlah dan
2. Tahap Perencanaan
Penyusunan rencana kegiatan PHBS gunanya untuk menentukan tujuan,
dan strategi komunikasi PHBS. Adapun langkah langkah perencanaan sebagai
berikut :
a. Menentukan tujuan
Berdasarkan kegiatan pengkajian PHBS dapat ditentukan klasifikasi PHBS
wilayah maupun klasifikasi PHBS tatanan, maka dapat ditentukan masalah
perilaku kesehatan masyarakat ditiap tatanan dan wilayah. Selanjutnya,
berdasarkan masalah perilaku kesehatan dan hasil pengkajian sumber daya PKM,
ditentukan tujuan yang akan dicapai untuk mengatasi masalah PHBS yang
ditemukan.
b. Menentukan jenis kegiatan intervensi
Setelah ditentukan tujuan, selanjutnya ditentukan jenis kegiatan dengan
mengembangkan berbagai alternatif intervensi kemudian dipilih intervensi mana
yang bisa dilakukan terkait dengan sumber daya.
3. Tahap Penggerakan dan Pelaksanaan
a. Advokasi (pendekatan pada para pengambil keputusan)
1) Ditingkat keluarga/rumah tangga. Strategi ini ditunjukan kepada para kepala keluarga. Tujuannya agar para pengambil keputusan
ditingkat keluarga dapat meneladani dalam berperilaku sehat.
Memberikan dukungan, kemudahan,pengayoman dan bimbingan
kepada anggota keluarga dan lingkungan disekitarnya.
2) Ditingkat petugas, strategi ini ditunjukan kepada para pimpinan atau pengambil keputusan, seperti kepala puskesmas, pejabat
ditingkat kabupaten/kota, yang secara fungsional maupun structural
Pembina program kesehatan diwilayahnya. Tujuannya adalah agar
para pemimpin atau pengambil keputusan mengupayakan kebijakan,
program atau peraturan yang berorientasi sehat, seperti adanya
peraturan tertulis, dukungan dana, komitmen, termasuk memberikan
b.Mengembangakan dukungan suasana
1) Ditingkat keluarga/RT, strategi ini ditunjukan kepada para kepala keluarga. Tujuannya adalah agar kelompok ini dapat
mengembangkan atau menciptakan suasana yang mendukung
dilaksanakannya PHBS dilingkungan keluarga
2) Ditingkat petugas, strategi ini ditunjukan kepada kelompok sasaran sekunder, seperti petugas kesehatan, kader lintas program,. Lembaga
Swadaya Masyarakat yang peduli kesehatan dan media masa.
Tujuannya adalah agar kelompok ini dapat mengembangkan atau
menciptakan suasana yang mendukung dilaksanakannya PHBS.
c. Gerakan Masyarakat
1) Ditingkat keluarga/RT, Strategi ini ditunjukan kepada anggota keluarga yang mempunyai tanggung jawab sosial untuk
lingkungannya dengan cara menjadi kader posyandu, aktif di LSM
peduli kesehatan dll. Tujuannya adalah agar kelompok sasaran
meningkat pengetahuannya kesadaran maupun kemampuannya,
sehingga dapat berperilaku sehat caranya dengan penyuluhan
perorangan, kelompok, membuat gerak perilaku hidup bersih dan
sehat.
2) Ditingkat petugas, Strategi ini ditunjukan kepada sasaran primer, meliputi pimpinan puskesmas, kepala dinas kesehatan, pemuka
masyarakat. Tujuannya adalah meningktakan motivasi petugas untuk
membantu masyarakat menolong dirinya sendiri dibidang kesehatan.
Caranya antara lain melalui penyuluhan kelompokm lokakaryam
seminar, studi banding, pelatihan, dan lain lain.
4. Tahap Pemantauan dan Penilaian a. Pamantauan
Untuk mengetahui program PHBS telah berjalan dan memberikan hasil
atau dampak seperti yang diharapkan, maka perlu dilakukan
Waktu pemantauan dapat dilakukan secara berkala atau pada
pertemuan bulanan, topic bahasannya adalah kegiatan yang telah dan
akan dilaksanakan dikaitkan dengan jadwal kegiatan yang telah
disepakati bersama. Selanjutnya kendala kendala yang muncul perlu
dibahas dan dicari solusinya.
Cara pemantauan dapat dilakukan dengan melakukan kunjungan
lapangan ke tiap tatanan atau dengan melihat bku kegiatan/laporan
kegiatan intervensi.
b. Penilaian
Penilaian dilakukan dengan menggunakan instrumen yang sudah
dirancang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Penilaian
dilaksanakan oleh pengelolah PHBS lintas program dan lintas sektor.
Penilaian PHBS meliputi masukan, proses dan iuran kegiatan.
Misalnya jumlah tenaga terlatih PHBS media yang telah
dikembangkan, frekuensi dan cakupan penyuluhan.
Waktu penilaian dapat dilakukan pada setiap tahun atau setiap dua
tahun. Caranya dengan membandingkan data dasar PHBS
dibandingkan degan data PHBS hasil evaluasi selanjutnya menilai
kecenderungan masing masing indikator apakah mengalami
peningkatan atau penurunan, mengkaji penyebab masalah dan
melakukan pemecahannya, kemudian merencanakan intervensi
berdasarkan dan hasil evaluasi PHBS.
Cara Melakukan penilaian melalui : 1) Pengkajian ulang tentang PHBS
2) Menganalisis data PHBS oleh kader/koordinator PHBS
3) Melakukan analisis laporan rutin di DInas Kesehatan
Kabupaten/Kota (SP2TP).
4) Observasi. Wawancara mendalam. Diskusi kelompok terarah
Hasil yang dicapai pada tahap pemantauan dan penilaian adalah :
1) Pelaksanaan program PHBS sesuai dengan rencana
2) Adanya pembinaan untuk mencegah terjadinya penyimpangan
3) Adanya upaya jalan keluar apabila terjadi kemacetan/hambatan
4) Adanya peningkatan program PHBS.
2.3 Indikator PHBS
Menurut Depkes RI (2002) menetapkan indikator yang ditetapkan pada
program PHBS berdasarkan area / wilayah, ada tiga bagian yaitu sebagai berikut :
I. Indikator Nasional
Ditetapkan 3 indikator, yaitu:
a. Presentase penduduk tidak merokok
b. Presentase penduduk yang memakan sayur sayuran dan buah buahan.
c. Presentase penduduk melakukan aktifitas fisik/olah raga.
Alasan dipilihnya ke tiga indikator tersebut berdasarkan issue global dan
regional, seperti merokok telah menjadi issue global, karena selain
mengakibatkan penyakit seperti jantung, kanker paru-paru juga berpotensi
menjadi entry point untuk narkoba. Pola makan yang buruk akan berakibat
buruk pada semua golongan umur, bila terjadi pada usia balita akan
menjadikan generasi yang lemah/generasi yang hilang dikemudian hari.
Demikian juga bila terjadi pada ibu hamil akan melahirkan bayi yang kurang
sehat, bagi usia produktif akan mengakibatkan produktifitas menurun. Kurang
aktifitas fisik dan olah raga mengakibatkan metabolisme tubuh terganggu,
apabila berlangsung lama akan menyebabkan berbagai penyakit, seperti
jantung, paru-paru, dan lain-lain (Depkes RI, 2002)
II. Indikator Lokal Spesifik
Indikator nasional ditambah indikator lokal spesifik masing-masing daerah
sesuai dengan situasi dan kondisi daerah. Dengan demikian Ada 16 indikator yang
1. Ibu hamil memeriksakan kehamilannya.
2. Ibu melahirkan ditolong oleh tenaga kesehatan.
3. Pasangan usia subur (PUS ) memakai alat KB.
4. Balita ditimbang.
5. Penduduk sarapan pagi sebelum melakukan aktifitas.
6. Bayi di imunisasi lengkap.
7. Penduduk minum air bersih yang masak.
8. Penduduk menggunakan jamban sehat.
9. Penduduk mencuci tangan pakai sabun.
10.Penduduk menggosok gigi sebelum tidur.
11.Penduduk tidak menggunakan NAPZA.
12.Penduduk mempunyai Askes/ tabungan/ uang/ emas.
13.Penduduk wanita memeriksakan kesehatan secara berkala dan SADARI
(Pemeriksaan Payudara Sendiri).
14.Penduduk memeriksakan kesehatan secara berkala untuk mengukur
hipertensi.
15.Penduduk wanita memeriksakan kesehatan secara berkala dengan Pap Smear.
16.Perilaku seksual dan indikator lain yang diperlukan sesuai prioritas masalah
kesehatan yang ada didaerah.
III. Indikator PHBS di setiap Tatanan
Indikator tatanan sehat terdiri dari indikator perilaku dan indikator
lingkungan di 5 (lima) tatanan, yaitu tatanan rumah tangga, tatanan tempat kerja,
tatanan tempat umum, tatanan Sekolah, tatanan sarana kesehatan.
1. Indikator tatanan rumah tangga : a. Perilaku :
1) Tidak merokok
2) Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
3) Imunisasi
4) Penimbangan balita
5) Gizi Keluarga/sarapan
7) Mencuci tangan pakai sabun
8) Menggosok gigi sebelum tidur
9) Olah Raga teratur
b. Lingkungan : 1) Ada jamban
2) Ada air bersih
3) Ada tempat sampah
4) Ada SPAL(Saluran Pengaliran Air Limbah)
5) Ventilasi
6) Kepadatan
7) Lantai
2. Indikator tatanan tempat kerja : a. Perilaku
1) Menggunakan alat pelindung
2) Tidak merokok/ada kebijakan dilarang merokok
3) Olah raga yang teratur
4) Bebas NAPZA
5) Kebersihan lingkungan kerja
6) Ada Asuransi Kesehatan
b.Lingkungan 1) Ada jamban
2) Ada air bersih
3) Ada tempat sampah
4) Ada SPAL (Saluran Pengaliran Air Limbah)
5) Ventilasi
6) Pencahavaan
7) Ada K3 (Kesehatan Keselamatan Kerja)
8) Ada kantin
10) Ada klinik
3. Indikator tatanan tempat umum a. Perilaku
1) Kebersihan jamban
2) Kebersihan lingkungan
b. Lingkungan 1) Ada jamban
2) Ada air bersih
3) Ada tempat sampah
4) Ada SPAL(Saluran Pengaliran Air Limbah)
5) Ada K3 (Kesehatan Keselamatan Kerja)
4. Indikator tatanan sekolah : a. Perilaku
1) Kebersihan pribadi
2) Tidak merokok
3) Olah raga teratur
4) Tidak menggunakan NAPZA
b. Lingkungan 1)Ada jamban
2)Ada air bersih
3) Ada tempat sampah
4)Ada SPAL(Saluran Pengaliran Air Limbah)
5)Ventilasi
6)Kepadatan
7)Ada warung sehat
8)Ada UKS (Unit Kesehatan Sekolah)
5. Indikator tatanan sarana kesehatan a. Perilaku
1) Tidak merokok
2) Kebersihan lingkungan
3) Kebersihan kamar mandi
b. Lingkungan 1) Ada j amban
2) Ada air bersih
3) Ada tempat sampah
4) Ada SPAL(Saluran Pengaliran Air Limbah)
5) Ada IPAL(Saluran Pengaliran Air Limbah) rumah sakit
6) Ventilasi
7) Tempat cuci tangan
8) Ada pencegahan serangga
2.4 Visi dan Misi Rencana Strategis Kementerian Kesehatan
2.4.1 Visi Kementerian Kesehatan
“Masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan”
2.4.2 Misi Kementerian Kesehatan
Untuk mencapai masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan ditempuh
melalui misi sebagai berikut:
1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan
masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani.
2. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya
kesehatan yang paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan.
3. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumberdaya kesehatan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan secara umum
PHBS (Perilaku Hidup Bersih Sehat) adalah semua perilaku kesehatan yang
dilakukan atas kesadaran, sehingga keluarga beserta semua yang ada di dalamnya
dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam
kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat. Kesehatan lingkungan adalah
hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungan yang berakibat atau
mempengaruhi derajat kesehatan manusia PHBS kesehatan lingkungan adalah
perilaku kesehatan yang menciptakan hubungan antara manusia dan
lingkungannya yang berakibat mempengaruhi derajat kesehatan manusia.
Indikator kesehatan lingkungan :
1.
Perumahan bersih dan sehat2.
Penyediaan air bersih3.
Penanganan air limbah4.
Penanganan sampah5.
Pembuangan kotoran manusia (Tinja) PHBS Kesehatan Lingkungan diIndonesia masih diirasakan belum memenuhi kebutuhan sanitasi dasar, yaitu
sanitasi minimal yang diperlukan agar dapat memenuhi criteria kesehatan
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI, 2004. Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan.
Jakarta : Pusat Promosi Kesehatan Depkes RI.
Departemen Kesehatan RI, 2005. Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan
Daerah. Pusat Promosi Kesehatan. Jakarta: Depkes RI
Departemen Kesehatan RI, 2001. Buku Pedoman Pembinaan Program
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Tatanan Rumah Tangga. Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Depkes RI
Departemen Kesehatan RI, 2002. Panduan Manajemen PHBS Menuju
Kabupaten/Kota Sehat. Jakarta: Depkes RI
Departemen Kesehatan RI, 2004. Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan di Kabupaten/Kota. Jakarta : Depkes RI
Departemen Kesehatan RI, 2006. Pengembangan Promosi Kesehatan Didaerah
Melalui Dana Dekon 2006. Jakarta: Depkes RI
Departemen Kesehatan RI, 2007. Informasi Pengendalian Penyakit Menular
dan Penyehatan Lingkungan. Jakarta: Depkes RI 2007
Departemen Kesehatan RI, 2006. Laporan Tahunan Promkes Tahun 2006.
Jakarta: Depkes RI
Departemen Kesehatan RI, 1999. Keputusan Menteri Kesehatan RI
Kementerian Kesehatan RI, 2010. Renstra Kementerian Kesehatan 2010-2014.
Jakarta: Kemkes RI 2010.
Notoadmodjo S., 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka