• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perekonomian Indonesia Fakultas Program doc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Perekonomian Indonesia Fakultas Program doc"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

MODUL PERKULIAHAN

Perekonomian

Indonesia

Neraca

Pembayaran

Luar Negeri

Modul Standar untuk

digunakan dalam

(2)

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

FEB S1.Akuntansi

12

84041 Matsani, S.E, M.M

Abstract

Kompetensi

Mampu mengenal Perekonomian

Indonesia. Mampu menjelaskan mengenai neraca pembayaran LN

PENDAHULUAN

Neraca pembayaran suatu negara adalah catatan yang sistematis tentang transaksi ekonomi internasional antara penduduk Negara itu dengan penduduka Negara lain dalam jangka waktu tertentu. Atau suatu neraca pembukuan yang menunjukkan nilai berbagai transaksi (mutasi) keuangan yang dilakukan antara satu Negara dengan Negara-negara lain dalam satu tahun tertentu.

Pada dasarnya neraca pembayaran adalah sebuah catatan sistematis dari semua transaksi ekonomi internasional (perdagangan, investasi, dan pinjaman) yang terjadi antara penduduk dalam negeri pada suatu negara dengan penduduk luar negeri selama jangka waktu tertentu biasanya satu tahun dan dinyatakan dalam dolar AS.Neraca pembayaran mencakup pembelian dan penjualan barang dan jasa, hibah dari individu dan pemerintah asing, dan transaksi

Umumnya neraca pembayaran terbagi atas neraca transaksi berjalan dan neraca modal dan finansial, dan item-item financial. Selain itu, neraca pembayaran luar negeri atau balance of payment juga diidentifikasikan sebagai suatu ringkasan pernyataan atau laporan yang pada intinya menyebutkan semua transaksi yang dilakukan oleh penduduk negara lain, dan kesemuanya dicatat dengan menggunakan metode dan dalam waktu tertentu. Neraca pembayaran ini sangat berguna karena dapat menunjukan struktur dan komposisi transaksi ekonomi dan posisi keuangan internasional dari suatu negara dengan mengetahui secara terperinci. Lembaga keuangan seperti IMF, bank dunia dan negara-negara donor juga menggunakan pemberi bantuan keuangan kepada suatu Negara.

(3)

Adapun tujuan dari Neraca pembayaran yaitu sebagai berikut :

1. Sebagai bahan pertimbangna bagi pemerintah untuk mengambil langkah-langkah di bidang ekonomi. Bidang ekonomi disini termasuk ekspor dan impor, hubungan utang piutang, hubungan penanaman modal, dan hubungan lainnya yang menyangkut neraca pembayaran.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah untuk mengambil kebijkan di bidang moneter dan fiscal.

3. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah untuk mengetahui pengaruh hubungan ekonomi internasional terhadap pendapatan nasional.

4. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah untuk mengambil kebijakan di bidang politik perdagangan Internasional.

Neraca pembayaran internasional terdiri dari beberapa transaksi. Transaksi-transaksi dalam neraca pembayaran intenasional tersebut perlu dibedakan satu sama lain, yaitu: transaksi-transaksi mana yang merupakan transaksi kredit dan transaksi mana yang merupakan transaksi debet. Hal ini dilakukan karena tanpa adanya pembedaan ini suatu neraca pembayaran intenasional tidak akan mempunyai arti sama sekali. Dalam kita menggolong-golongkan transaksi-transaksi intenasional ke dalam transaksi kredit dan transaksi debet adapun prinsip-prinsip yang perlu kita perhatikan adalah:

a. Suatu transaksi merupakan transaksi kredit, apabila transaksi tersebut timbulnya atau bertambahnya hak bagi penduduk negara yang mempunyai neraca pembayaran internasional tersebut untuk menerima pembayaran dari negara lain. b. Suatu transaksi merupakan transaksi debit, apabila transaksi tersebut

mengakibatkan timbulnya atau bertambahnya kewajiban bagi penduduk negara yang mempunyai neraca pembayaran tersebut untuk mengadakan pembayaran kepada penduduk negara lain.

Transaksi internasional diartikan sebagi aktivitas pertukaran barang, jasa, atau asset antara penduduk dari suatu negara dengan penduduk dari negara lain. Istilah penduduk di sini tidak hanya menunjuk pada individu, namun juga perusahaan, unit-unit ekonomi pada umumnya, dan bahkan pemerintah. Namun, hadiah dan beberapa bentuk transfer (yang tidak disertai dengan pembayaran) juga dimasukkan dalam pencatatan neraca pembayaran dari suatu Negara.

KOMPONEN NERACA PEMBAYARAN LUAR NEGERI

(4)

nilai impor suatu barang. Neraca perdagangan yang mengalami surplus berarti bahwa ekspor barang lebih besar daripada impor barang. Akan tetapi jika negatif berarti nilai impor barang lebih besar daripada nilai ekspornya.

Sedangkan komponen kedua adalah neraca jasa yang merupakan selisih antara ekspor jasa dan impor jasa. Neraca jasa positif menunjukkan bahwa ekspor jasa lebih besar daripada impor jasa, dan jika bernilai negatif bila impor jasa lebih besar dari ekspornya. Apabila kedua komponen tersebut, yaitu neraca perdagangan dan neraca jasa digabung, maka akan diperoleh neraca transaksi berjalan atau current account

1. Neraca Transaksi Berjalan (Current Account)

Neraca transaksi berjalan merupakan gabungan dari neraca perdagangan dan neraca jasa. Neraca transaksi berjalan (current account) di dalamnya mencatat segenap arus perdagangan barang dan jasa serta transfer unilateral (satu arah).

Kategori utama dari transaksi atau perdagangan jasa adalah transaksi untuk jasa perjalanan dan transportasi, penerimaan dan pengeluaran atas investasi asing, serta transaksi-transaksi militer. Transfer unilateral umumnya mengacu pada kiriman atau pemberian dana dari individu dan pemerintah domestik kepada pihak asing, serta berbagai kiriman dari pihak asing (pemerintah maupun individu) kepada pihak domestik (pemerintah atau individu) pendapatan dari ekspor barang dan jasa, serta penerimaan transfer unilateral masuk kedalam neraca transaksi berjalan sebagai kredit (+) karena transaksi itu membawa penerimaan pembayaran dari pihak luar negeri. Sebaliknya, pengeluaran untuk impor barang dan jasa serta pengeluaran transfer unilateral masuk kedalam neraca transaksi berjalan sebagai debet (-) karena hal itu mengakibatkan kewajiban pembayaran pihak domestik kepada pihak luar negeri.

Transaksi ekspor meliputi ekspor barang dan ekspor jasa. Ekspor barang meliputi barang-barang yang bisa dilihat secara fisik seperti minyak, kayu, tembakau, timah dan sebagainya. Ekspor jasa misalnya penjualan jasa-jasa angkutan, tourisme, dan asuransi. Dalam transaksi jasa ini termasuk juga pendapatan dari investasi capital di luar negeri. Impor barang misalnya barang konsumsi, bahan mentah untuk industri. Sedangkan impor jasa meliputi pembelian jasa-jasa dari penduduk negara lain. Termasuk dalam impor jasa adalah pembayaran pendapatan (bunga, deviden, atau keuntungan) untuk modal yang ditanam di dalam negeri oleh penduduk negara lain.

(5)

mengalami akumulasi kekayaan valuta asing, sehingga mempunyai saldo (+) dalam investasi luar negeri. Sebaliknya defisit transaksi beijalan berarti impor lebih besar daripada ekspor, sehingga terjadi pengurangan investasi di luar negeri. Dengan demikian transaksi berjalan sangat erat hubungannya dengan pendapatan nasional, karena ekspor dan impor merupakan komponen penghasilan nasional.

2. Neraca Modal (Capital Account)

Pada dasarnya neraca modal merupakan bagian dari neraca pembayaran yang khusus mencatat arus masuk dan arus keluar dari pinjaman dan investasi asing, serta segenap pembayaran bunga dan cicilan hutang. Neraca modal menunjukkan perubahan dalam harta kekayaan (asset) negara di luar negeri dan asset luar negeri di negara itu, di luar asset cadangan pemerintah.

Kenaikan dalam aset negara di luar negeri dan pengeluaran dalam aset luar negeri di negara itu (selain daripada aset pemerintah) merupakan arus keluar modal (capital outflow) atau debet (-), karena hal itu menyebabkan pembayaran kepada pihak asing. Dilain pihak penurunan dalam asset negara tersebut di luar negeri dan kenaikan asset luar negeri di negara itu adalah arus masukan modal (capital) atau kredit karena hal itu menimbulkan penerimaan dari orang asing Transaksi modal dapat dibagi dua, yaitu:

1) Transaksi modal jangka pendek, meliputi:

a) Kredit untuk perdagangan dari negara lain (transaksi kredit) atau kredit perdagangan yang diberikan kepada penduduk negara lain (transaksi debet).

b) Deposito bank di luar negeri (transaksi debet) atau deposito bank didalam negeri milik penduduk negara lain (transaksi kredit).

c) Pembelian surat berharga luar negeri jangka pendek (transaksi debet) atau penjualan surat berharga dalam negeri jangka pendek kepada penduduk negara lain (transaksi kredit).

2) Transaksi modal jangka panjang, meliputi:

a) Investasi langsung di luar negeri (transaksi debet) atau investasi asing di dalam negeri (transaksi kredit).

(6)

c) Pinjaman jangka panjang yang diberikan kepada penduduk negara lain (transaksi debet) atau pinjaman jangka panjang yang diterima dari penduduk negara lain (transaksi kredit).

Jadi setiap transaksi modal yang menyebabkan kenaikan maupun penurunan kekayaan suatu negara di luar negeri merupakan aliran modal keluar (masuk) atau merupakan transaksi debet (kredit). Demikian juga setiap transaksi modal yang menyebabkan kenaikan (penurunan) kekayaan asing di dalam negeri merupakan aliran modal masuk (keluar) atau merupakan transaksi debet (kredit).

3. Cadangan Devisa

Cadangan devisa adalah sejumlah valuta asing yang dicadangkan dan dikuasai oleh bank sentral. Bank Sentral di Indonesia sampai saat ini diberi nama Bank Indonesia. Dana cadangan devisa ini digunakan untuk membiayai impor dan kewajiban lain kepada pihak asing, seperti pembayaran pinjaman luar negeri. Besar kecilnya cadangan devisa tergantung pada neraca pembayaran. Cadangan devisa berasal dari dua sumber, yaitu pendapatan ekspor bersih atau surplus neraca modal.

1. Devisa dan Valuta Asing Devisa (foreign exchange) menurut pasal 1 UU No. 32/1964 adalah :

a. Saldo bank resmi dari Bank Indonesia

b. Valuta asing lainnya tidak termasuk uang logam, yang mempunyai catatan kurs resmi dari BI

Dari ketentuan di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian devisa mencakup baik valuta asing dalam bentuk simpanan dibank maupun valuta asing dalam bentuk uang tunai tidak termasuk uang logam), yang kedua-duanya mempunyai catatan kurs resmi di Bank Indonesia.

Menurut UU No. 32/1964 dibedakan tiga jenis devisa :

1) Devisa ready, yaitu devisa yang telah dikreditkan ke dalam rekening bank dan siap untuk dipergunakan

(7)

3) Devisa tunai, yaitu devisa yang berupa uang kertas asing atau bank note yang mempunyai catatan kurs resmi pada Bank Indonesia.

Valuta Asing (foreign currency) atau valas tidak lain adalah jenis devisa tunai seperti dimaksud di atas.

2. Konsep Cadangan Devisa

Sesuai kesepakatan dengan IMF, konsep pencatatan cadangan devisa oleh Bank Indonesia perlu disesuaikan dengan metode yang dipakai secara internasional, yaitu balance of payment manual IMF dan program special Data dissemination Standard (SDDS) IMF.Maksudnya agar angka cadangan devisa Indonesia mudah dimengerti oleh semua pelaku pasar internasional dan dapat diperbandingkan dengan dta negara-negara lain sehinggga dapat memberi gambaran yang lengkap kondisi ekonomi Indonesia.

Sejak Januari 1998 Bank Indonesia mengubah konsep cadangan devisa resmi menjadi konsep aktiva luar negeri bruto (gross foreign assets = GFA). Di samping konsep GFA, Bank Indonesia juga mengumumkan posisi cadangan luar negeri bersih (net international reserve = NR).

Pengertian NIR adalah GFA dikurangi kewajiban-kewajiban BI dalam valuta asing, yaitu:

a. Utang dalam valuta asing dengan masa jatuh tempo sampai dengan 1 tahun (termasuk penggunaan dana pinjaman IMF)

b. Kewajiban bersih valuta asing dalam rangka transaksi forward (net forward position)

c. Simpanan valuta asing bank-bank di BI dalam rangka pemenuhan ketentuan GWM dalam valuta asing.

4. Selisih Perhitungan

Rekening ini merupakan rekening penyeimbang apabila nilai transaksi-transaksi kredit tidak persis sama dengan nilai transaksi-transaksi debit. Dengan adanya rekening selisih perhitungan ini maka jumlah total nilai sebelah kredit dan debit dari suatu neraca pembayaran internasional akan selalu sama (balance).

(8)

Kebijakan ekonomi internasional dalam arti luas adalah tindakan/ kebijakan ekonomi pemerintah yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi komposisi, arah serta bentuk dari pada perdagangan dan pembayaran internasional.

Dalam arti sempit kebijakan ekonomi internasional adalah tindakan/ kebijakan ekonomi pemerintah yang secara langsung mempengaruhi perdagangan dan pembayaran internasional.

Instrumen kebijakan ekonomi internasional meliputi : (1) kebijakan perdagangan internasional; (2) kebijakan pembayaran internasional; (2) kebijakan bantuan luar negeri.

1) KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL

a. Cakupan kebijakan meliputi tindakan pemerintah terhadap transaksi-transaksi dalam

b. TINDAKAN/ KEBIJAKAN PEMERINTAH :

(1) Mengundangkan UU No.5/ 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat: untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing usaha;

(2) Menurunkan tarif pajak ekspor (beberapa produk tertentu): untuk meningkatkan daya saing.

(3) Mendirikan PT. Bank Ekspor Indonesia (BEI): menyediakan pembiayaan, penjaminan, jasa konsultasi dan usaha lain untuk meningkatkan ekspor.

2)KEBIJAKAN PEMBAYARAN INTERNASIONAL

a. Kebijakan ini meliputi tindakan/ kebijakan pemerintah rekening modal (Modal di Luar Sektor Moneter): menyangkut lalu lintas modal masuk dan keluar.

b. Tindakan/ kebijakan pemerintah :

1. Penghapusan pembatasan penanaman modal asing (PMA): di bidang perkebunan kelapa sawit, perdagangan eceran dan grosir.

2. Pengesahan kerangka kerja sama investasi antar ASEAN

(9)

4. Peraturan BI, PBI No.1/9/PBI/1999: ketentuan mengenai kewajiban pelaporan lalu lintas (kegiatan) devisa melalui Bank dan LKBB.

3) KEBIJAKAN BANTUAN LUAR NEGERI

a. Kebijakan bantuan luar negeri adalah tindakan/ kebijakan pemerintah yang berhubungan dengan bantuan (grants), pinjaman (loans):

b. Tindakan/ kebijakan pemerintah : Pemerintah bersama bank Indonesia meneruskan upaya penyelesaian masalah utang luar negeri dan dalam negeri salah satu penyelesaian utang luar negeri adalah

1. Neraca Transaksi Berjalan (Current Account)

Neraca transaksi berjalan merupakan gabungan dari neraca perdagangan dan neraca jasa. Neraca transaksi berjalan (current account) di dalamnya mencatat segenap arus perdagangan barang dan jasa serta transfer unilateral (satu arah).

Kategori utama dari transaksi atau perdagangan jasa adalah transaksi untuk jasa perjalanan dan transportasi, penerimaan dan pengeluaran atas investasi asing, serta transaksi-transaksi militer. Transfer unilateral umumnya mengacu pada kiriman atau pemberian dana dari individu dan pemerintah domestik kepada pihak asing, serta berbagai kiriman dari pihak asing (pemerintah maupun individu) kepada pihak domestik (pemerintah atau individu) pendapatan dari ekspor barang dan jasa, serta penerimaan transfer unilateral masuk kedalam neraca transaksi berjalan sebagai kredit (+) karena transaksi itu membawa penerimaan pembayaran dari pihak luar negeri. Sebaliknya, pengeluaran untuk impor barang dan jasa serta pengeluaran transfer unilateral masuk kedalam neraca transaksi berjalan sebagai debet (-) karena hal itu mengakibatkan kewajiban pembayaran pihak domestik kepada pihak luar negeri.

(10)

Transaksi yang sedang berjalan mempunyai arti khusus. Surplus transaksi berjalan menunjukkan bahwa ekspor lebih besar daripada impor. Ini berarti bahwa suatu Negara mengalami akumulasi kekayaan valuta asing, sehingga mempunyai saldo (+) dalam investasi luar negeri. Sebaliknya defisit transaksi beijalan berarti impor lebih besar daripada ekspor, sehingga terjadi pengurangan investasi di luar negeri. Dengan demikian transaksi berjalan sangat erat hubungannya dengan pendapatan nasional, karena ekspor dan impor merupakan komponen penghasilan nasional.

2. Neraca Modal (Capital Account)

Pada dasarnya neraca modal merupakan bagian dari neraca pembayaran yang khusus mencatat arus masuk dan arus keluar dari pinjaman dan investasi asing, serta segenap pembayaran bunga dan cicilan hutang. Neraca modal menunjukkan perubahan dalam harta kekayaan (asset) negara di luar negeri dan asset luar negeri di negara itu, di luar asset cadangan pemerintah.

Kenaikan dalam aset negara di luar negeri dan pengeluaran dalam aset luar negeri di negara itu (selain daripada aset pemerintah) merupakan arus keluar modal (capital outflow) atau debet (-), karena hal itu menyebabkan pembayaran kepada pihak asing. Dilain pihak penurunan dalam asset negara tersebut di luar negeri dan kenaikan asset luar negeri di negara itu adalah arus masukan modal (capital) atau kredit karena hal itu menimbulkan penerimaan dari orang asing Transaksi modal

dapat dibagi dua, yaitu:

1) Transaksi modal jangka pendek, meliputi:

a) Kredit untuk perdagangan dari negara lain (transaksi kredit) atau kredit perdagangan yang diberikan kepada penduduk negara lain (transaksi debet).

b) Deposito bank di luar negeri (transaksi debet) atau deposito bank didalam negeri milik penduduk negara lain (transaksi kredit).

(11)

2)Transaksi modal jangka panjang, meliputi:

a) Investasi langsung di luar negeri (transaksi debet) atau investasi asing di dalam negeri (transaksi kredit).

b) Pembelian surat-surat berharga jangka panjang milik penduduk negara lain (transaksi debet) atau pembelian surat-surat berharga jangka panjang dalam negeri oleh penduduk asing (transaksi kredit).

c) Pinjaman jangka panjang yang diberikan kepada penduduk negara lain (transaksi debet) atau pinjaman jangka panjang yang diterima dari penduduk negara lain (transaksi kredit).

Jadi setiap transaksi modal yang menyebabkan kenaikan maupun penurunan kekayaan suatu negara di luar negeri merupakan aliran modal keluar (masuk) atau merupakan transaksi debet (kredit). Demikian juga setiap transaksi modal yang menyebabkan kenaikan (penurunan) kekayaan asing di dalam negeri merupakan aliran modal masuk (keluar) atau merupakan transaksi debet (kredit).

3. Cadangan Devisa

Cadangan devisa adalah sejumlah valuta asing yang dicadangkan dan dikuasai oleh bank sentral. Bank Sentral di Indonesia sampai saat ini diberi nama Bank Indonesia. Dana cadangan devisa ini digunakan untuk membiayai impor dan kewajiban lain kepada pihak asing, seperti pembayaran pinjaman luar negeri. Besar kecilnya cadangan devisa tergantung pada neraca pembayaran. Cadangan devisa berasal dari dua sumber, yaitu pendapatan ekspor bersih atau surplus neraca modal. 1) Devisa dan Valuta Asing

Devisa (foreign exchange) menurut pasal 1 UU No. 32/1964 adalah :

a. Saldo bank resmi dari Bank Indonesia

b. Valuta asing lainnya tidak termasuk uang logam, yang mempunyai catatan kurs resmi dari BI

(12)

Menurut UU No. 32/1964 dibedakan tiga jenis devisa :

(1) Devisa ready, yaitu devisa yang telah dikreditkan ke dalam rekening bank dan siap untuk dipergunakan

(2) Devisa Ready, yaitu devisa yang belum dikreditkan ke dalam rekening bank dan masih dalam proses penagihannya atau masih menunggu jatuh tempo untuk dapat dipergunakan.

(3) Devisa tunai, yaitu devisa yang berupa uang kertas asing atau bank note yang mempunyai catatan kurs resmi pada Bank Indonesia.

Valuta Asing (foreign currency) atau valas tidak lain adalah jenis devisa tunai seperti dimaksud di atas.

2) Konsep Cadangan Devisa

Sesuai kesepakatan dengan IMF, konsep pencatatan cadangan devisa oleh Bank Indonesia perlu disesuaikan dengan metode yang dipakai secara internasional, yaitu balance of payment manual IMF dan program special Data dissemination Standard (SDDS) IMF.Maksudnya agar angka cadangan devisa Indonesia mudah dimengerti oleh semua pelaku pasar internasional dan dapat diperbandingkan dengan dta negara-negara lain sehinggga dapat memberi gambaran yang lengkap kondisi ekonomi Indonesia.

Sejak Januari 1998 Bank Indonesia mengubah konsep cadangan devisa resmi menjadi konsep aktiva luar negeri bruto (gross foreign assets = GFA). Di samping konsep GFA, Bank Indonesia juga mengumumkan posisi cadangan luar negeri bersih (net international reserve = NR).

Pengertian NIR adalah GFA dikurangi kewajiban-kewajiban BI dalam valuta asing, yaitu :

a. Utang dalam valuta asing dengan masa jatuh tempo sampai dengan 1 tahun (termasuk penggunaan dana pinjaman IMF)

b. Kewajiban bersih valuta asing dalam rangka transaksi forward (net forward position)

(13)

4.Selisih Perhitungan

Rekening ini merupakan rekening penyeimbang apabila nilai transaksi-transaksi kredit tidak persis sama dengan nilai transaksi-transaksi debit. Dengan adanya rekening selisih perhitungan ini maka jumlah total nilai sebelah kredit dan debit dari suatu neraca pembayaran internasional akan selalu sama (balance)

(1) Pemerintah melanjutkan kesepakatan Frankfrut 4 Juni 1998 mengenai restrukturisasi utang jangka pendek antar bank melalui pertemuan di London 29 Maret 1999. (2) Hasil kesepakatan pertemuan London: menukarkan utang luar negeri antar bank (exchange offer) yang jatuh tempo antara 1-4-1999 s/d 31-12-2001 dengan utang baru yang jatuh tempo antara tahun 2002 hingga tahun 2005.

(3) Fasilitas yang diberikan kepada para debitor dan kreditor untuk menyelesaikan masalahnya melalui PRAKASA JAKARTA dan INDRA (Indonesia Debt Restruturing Gency)

PENGARUH NERACA PEMBAYARAN LUAR NEGERI TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

Secara umum apabila kita ingin mengkaji lebih mendalam terkait pengaruh neraca pembayaran luar negeri bagi Indonesia, maka kita harus mengetahui terlebih dahulu mengenai proses penyeimbangan kembali neraca pembayaran, karena pengaruh dari pada neraca pembayaran terlihat secara jelas pada proses penyeimbangan kembali neraca pembayaran .Didalam proses penyeimbangan kembali neraca pembayaran tersebut terdiri dari 3 komponen, yaitu tingkat harga, tingkat kurs, dan sektor moneter.

1. Tingkat harga

(14)

yang beredar dinegara asing akan berkurang maka harga akan turun dan terjadi inflasi, berarti daya saing produsennya meningkat, terjadi peningkatan ekspor dan penurunan impor negara asing tersebut

2. Tingkat kurs

Dalam penyeimbangan melalui tingkat kurs ini adalah devaluasi untuk defisit dan revaluasi untuk surplus. Keberhasilan devaluasi untuk menghilangkan atau mengurangi ketidakseimbangan tergantung pada elastisitas permintaan dan penawaran valuta asing.

3. Sektor moneter

Pendekatan sektor moneter neraca pembayaran menganggap bahwa timbulnya ketidakseimbangan neraca pembayaran karena ketidakseimbangan portopolio yaitu saldo kas yang terjadi berbeda dengan saldo kas yang diinginkan masyarakat. Menyamakan saldo kas yang terjadi dengan yang diinginkan inilah yang menyebabkan timbulnya ketidakseimbangan neraca pembayaran dan berfluktuasinya kurs valuta asing. Ketidakseimbangan neraca pembayaran adalah semata-mata merupakan gejala moneter, oleh karena itu mengendalikan jumlah uang yang beredar dalam sistem kurs tetap tidak akan ada hasilnya. Mempengaruhi jumlah uang secara efektif akan dapat dilakukan dalam sistem kurs bebas, dalam penyeimbangan neraca pembayaran. Pengaruh timbal balik antara kebijaksanaan moneter dinegara-negara lain hanya akan berpengaruh kepada kurs dan tidak pada neraca pembayaran

Perkembangan ULN Indonesia

Kebijakan pinjaman luar negeri pemerintah

(15)

a) Mengurangi secara bertahap pembiayaan pembangunan dalam memakai ULN, yang merupakan selilsih antara pencairan pinjaman baru dan pembayaran pokok utang. Sejalan dengan peningkatn penerimaan dalam negeri,tingkat ULN diupayakan menurun setiap tahunnya.

b) Membenahi mekanisme dan prosedur pelaksanaan PLN, termasuk perencanaan, proses seleksi, pemanfaatan dan pengawasannya. ULN pemerintah harus dikelola secara transparan dan selalu dikonsultasikan dengan DPR dan diatur dengan Undang-Undang. Dalam kaitan itu perlu disusun peraturan-peraturan perundang-undangan yang melandasi dan memayungi berbagai PLN, khususnya yang terkait dengan pinjaman pemerintah, langsung ataupun memalalui jaminan, baik pemerintah pusat maupun daerah;

c) Memanfaatkan pinjaman secara optimal sesuai dengan prioritas pembangunan dan dilaksanakan secara transparan, efektif, dan efisien; d) Mengkaji secara menyeluruh kemampuan secara proyek dan mempertajam

prioritas pengeluaran anggaran denagn memperkuat pengawasan yang sistemik, utamanya bagi proyek-proyek yang dibiayai dari ULN.

e) Meningkatkan kemampuan diplomasi dan negoisasi PLN untuk memperoleh jangka waktu dan pola persyaratan yang memudahkan proses pencairan dan memperinagn beban pembayaran;

f) Memalakukan restrukturisasi ULN, termasuk permohonan pemotongan utang dan penjadwalan kembali ULN dengan para donor secara transparan dan dikonsultasikan denagn DPR.

Di dalam Undang-undang No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Peraturan Pemerintah No.23 Tahun 2003 tentang pengendalian jumlah komulatif defisit APBN dan APBD (anggarn pendapatan dan belanja daerah) serta jumlah komulatif pinjaman pemerintah pusat dan pemerintah daerah juga diatur bahwa defisit anggaran juga dibatasi maksimal 3 persen dari PDB dan pinjaman (jumlah koulstif pinjaman pemerintah pusat dan pemerintah daerah) dibatasi paling besar 60% dari PDB.

(16)

Biaya ULN

Masalah ULN yang dialami oleh banyak NB, termasuk Indonesia, yang sering diperdebatkan oleh masyarakat dan pemerintah sebenarnya bukan persoalan jumlah atau tingkat ketergantungan ULN, melainkan beban atau biaya yang harus dibayar ULN tersebut. Andaikan tidak perlu membayar bunga pinjaman atau bunganya sangat rendah dan waktu pengembaliannya panjang, mungkin ULN tidak pernah akan dipersoalkan sebagai masalah serius,. Pembayaran bunga ULN selama ini memang menjadi penyebab utama besarmya biaya yang harus ditanggung oleh negara-negara peminjam. Biaya ini semakin besar saat penghasilan devisa (dari ekspor atau arus masuk investasi asing) dari negara tersebut semakin kecil.

Biaya PLN/ULN bisa di ukur secara langsung dan tidak langsung. Pendekatan secara langsung dilakukan dengan cara membandingkan antara jumlah ULN dari suatu negara dengan kekayaan atau liquiditas negara tersebut. Jadi, misalnya ULN dibandingkan dengan jumlah cadangan internasional (CI) atau dengan cadangan devisa (CD). Cadangan internasional disini (CI) terdiri dari emas (penilaian nasional), CD, posisi cadangaghn Indonesia di IMF, dan Special Drawing Rights (SDRs). Dapat dilihat bahwa perkembangan kedua rasio tersebut selama periode 1981-2005 menunjukkan tren-tren yang menurun.

Sementara itu, pendekatan langsung adalah menganalisis biaya dalam nilai moneter (rupiah) yang sebenarnya harus ditanggung, yang dapat dikelompokkan kedalam dua kategori, yakni: (1) biaya pinjaman itu sendiri dan (2) biaya yang muncul akibat penyelewengan penggunaan ULN atau biaya yang muncul dari pelaksanaan proyek PLN. Jadi, kategori kedua ini termasuk biaya korupsi yang muncul akibat terjadimya penyelewengan dalam pengunaan ULN, atau dana ULN yang di korup, dan biaya akibat penyerapan ULN yang rendah.

Manfaat dan dampak ULN

Kasus Indonesia

(17)

Tetapi dalam jangka panjang, ternyata utang luar negeri pemerintah tersebut dapat menimbulkan berbagai persoalan ekonomi di Indonesia. Pada masa krisis ekonomi, utang luar negeri Indonesia, termasuk utang luar negeri pemerintah, telah meningkat drastis dalam hitungan rupiah. Sehingga, menyebabkan pemerintah Indonesia harus menambah utang luar negeri yang baru untuk membayar utang luar negeri yang lama yang telah jatuh tempo. Akumulasi utang luar negeri dan bunganya tersebut akan dibayar melalui APBN RI dengan cara mencicilnya pada tiap tahun anggaran. Hal ini menyebabkan berkurangnya kemakmuran dan kesejahteraan rakyat pada masa mendatang, sehingga jelas akan membebani masyarakat, khususnya para wajib pajak di Indonesia..

Terakhir, Sugema dan Chowdury (2005) mengkaji dampak arus ULN terhadap pengeluaran pemerintah. Untuk ini mereka memakai analisis “fungsi dorongan melakukan respons” (IR), dan ULN diklisifikasikan kedalam dua kategori: pinjaman proyek dan pinjaman program. Setiap kategori akan mempunyai dampak yang berbeda terhadap tipe yang berbeda dari pengeluaran pemerintah. Pinjaman proyek biasanya diarahkan untuk membiayai pengeluaran pembangunan, misalnya pembangunan infrastruktur. Oleh karena itu, dapat diharapkan bahwa suatu kenaikan dalam pencarian pinjaman proyek akan cenderung membuat tingkat yang lebih tinggi dari pengeluaran pembangunan. Dampak pinjaman proyek terhadap pinjaman rutin pemerintah akan sangat tergantung apakah pinjaman itu fungible atau tidak. Pinjaman program, disisi lain biasanya adalah fungible karena digunakan pada saat-saat krisis/kesulitan.

(18)

dalam membayar kembali utangnya termasuk bunga pinjaman tersebut tidak membuat pemasukan bagi pemerintah.

Upaya Mengurangi Beban ULN Pemerintah

Sasaran pokok kebijakan fiskal setelah krisis ekonomi adalah mengurangi ketergantungan pemerintah pada ULN atau menurunkan rasio utang terhadap PDB. Tahun 2000, rasio ULN terhadap PDB Mendekati 100 persen, tahun 2004 menjadi 55,99persen, tahun 2005 turun menjadi 47,05 persen, dan lagi menjadi 37,5 persen tahun 2006. Bahkan pemerintah berusaha menjadikan rasio utang maksimum 35 persen.

Sudah cukup banyak simulasi ekonometri yang menunjuikkan bahwa pengurangan /pengampunan utang di negara-negara dengan jumlah ULN yang sangat besar memberi dampak positif bagi ekonomi mereka. Misalnya, Iyoha, (1999) dengan memakai ekonomi makro dengan data dari negara-negara Afrika sub-sahara untuk periode 1970-1994 melakukan simulasi kebijakan untuk meneliti dampak skenario dari alternatif pengangguran stok utang (paket penggangguran utang sebesar 5, 10, 20 dan 50 persen) yang dilakukan pada tahun 1986 terhadap investasi dan pertumbuhan ekonomi dalam tahun-tahu berikutnya. Hasilnya menunjukkan bahwa pengangguran stok ULN akan mempunyai efek 20 persen, rata-rata, akan menaikkan investasi sebesar 18 persen dan kenaikan PDB 1 persen untuk periode 1987-1994. Jadi, hasil ini mendemonstrasikan bahwa penghapusan ULN bisa memberikan stimulus yang dibutuhkan untuk pemulihan investasi dan pertumbuhan ekonomi di kawasan tersebut yang memang sangat dibutuhkan.

Upaya mengurangi beban ULN bisa dilakukan denagan empat cara : (1) pengurangan/peemotongan, penundaan, penjadwalan ulang pembayaran cicilan pokok, dan bunga utang (2) konversi utang (3) melunasi lebih awal utang jangka pendek, dan atau (4) meminta penghapusan utang yang masih ada. 1 s.d 3 merupakan strategi jangaka pendek, sementara cara (4) adalah mengurangi ketergantungan pada ULN atau mengurangi perbutan utang baru. Ini merupakan strategi jangka panjang, karena mengurangi ketergantungan pada ULN memerlukan waktu yang tidak pendek. Hal ini disebaabkan mencari sumber-sumber alternatif bukan hal mudah.

(19)

oleh negara yang bersangkutan dari Bank Dunia. Dalam persyratan ini, keringanan hanya diberikan kepada negara yang bisa menunjukkan perlunya keringanan tersebut dan negara yang selama itu hanya mampu meminjam dari IDA (International Devolepment Assocition) (Nasution, 2004).

Pemerintah Indonesia sudah melakukan permohonan keringanan melalui Paris Club sebanyak tiga kali berturut-turut selama periode Agustus 1998 hingga Desember 2003. Pertama (PC-I), September 1998 penjadwalan ulang publik 4,5 miliar dolar AS yang jatu tempo antara Agustus 1998 dan maret 2000. Pinjaman ODA (3 miliar dolar AS) dijadwal ulang hingga 20 tahun yang ksenjangan waktu 5 tahun. Untuk pinjamann non ODA (1,5 miliar dolar AS), penjadwalan ulang hingga 11 tahun dengan kesenjangan waktu 3 tahun. Penjadwalan ulang yang lebih besar diberikan melaluli PC-II, April 2000, sebesar 5,8 miliar sementara itu, melalui PC-III sebesar 5,4 miliar dolar AS (pokok dan bunga) untuk periode antara April 2002 dan Desember 2003.

Pada tahun 2005, seperti yang diberitakan di kompas (finansial, kamis, 10 Maret 2005), pemerintah Indonesia berharap mendapatkan moratium atau penundaan pembayaran utang minimal sekitar Rp 3,4 triliun dari Paris Club. Moraorium utang itu akan mengurangi defisit dalam proyeksi perubahan APBN (APBN-P) 2005, dari Rp 32,6 triliun atau sekitar 1,3 persen dari PDB menjadi Rp 28,0 triliun atau 1,07 persen dari PDB. Selanjutnya, tebitan kompas berikutnyya (sabtu, 12 maret 2005, halamn 13) memberitakan bahwa negara-negara kreditor ysng tergabung dalam Paris Club memberikan maratorium utang pada tahun yang sama pada negara Indonesia senilai 2,6 miliar dolar AS dengan alasan Indonesia sedang membutuhkan dana yang besar akibat bencana tsunami. Negara-negara kreditor sepakat tidak mengharapkan pembayaran dari Negara-negara-Negara-negara korban tsunami (Indonesia, Thailand, Maladewa, Sri Langka, India, Somalia) selama Bank Dunia dan IMF melakukan penilaian atas keperluan atas pembiayaan korban tsunami. Paris Club juga sepakat pada waktu itu bahwa bunga utang yang tidak dibayar selama tahun 2005 tersebut akan direkap dan ditambah menjadi utang pokok. Pembayarannya dilakukan dalam waktu 5 tahun dengan masa tenggang 1 tahun. Artinya, maratorium bunga dan utang tahun iutu baru dibayar pada tahun 2007.

(20)

keharusan menerapkan program IMF pemerintah Indonesia memegang selalu mengkaji sulu setiap ada tawaran atau kesempatan mendapatkan maratorium, apakah fasilitas itu terkait dengan persyratan tertentu, terutama keharusan ikut dalam program IMF dan mengenai asas perlakuan yang sama terhadap kreditor . sebenarnya pemerintah khawatir apabila kedua persyratan tersebut diberlakukan, maka itu dapat menurunkan peringkat Indonesia dipasar modal internasional. Khususnya persyartan asas perlakukan yang sama terhadap kreditor akan membuat sektor swasta kesulitan dalam mencari pendanaan di Psar modal internasional, karena persyratan tersebut terkait dengan penundaaan pembayaran utang kepada bank-bank asing, atau dalam kata lain, bank-bank asing juga dipersyratkan untuk ikut memberikan maratorium utang kepada Indonesia.

Sejauh ini konversi ULNp Indonesia baru dilakukan oleh pemerintah Jerman, salah satu anggota Paris Club, menurut Hadar(2006b) secara nominal mencapai 96 jutaeuro(RP 1,033 triliun), atau menurut berita di kompas (jumat, 4 Agustus, halaman 21 ) sebanyak 93,57 juta euro (Rp 1,09 triliun). Nilai ini jauh lebih kecil dibandingkan ULNp yang berjumlah 1,1, miliar euro. Namun, sekecil apapun penghapusan utang perlu di apresiasi sambil mengupayakan duplikasi dan multiplikasi (Hadar, 2006b, hal.6 ).

Upaya penurunan beban atau stok ULNp memang hal positif karena dengan sendirinya akan mengurangi tekanan terhadap APBN. Hasil penelitian dari Chowdhury dan Sugema (2003) menunjukkan bahwa penjadwalan ulang melalui PC-I hingga PC-IIImewakili sekitar 65 persen dan 54 persen dari pengeluaran pembangunan, masing-masing, tahun 2001 dan 2002. Dengan membiayai pengeluaran pembangunan, hasil study mereka itu menunjukkan bahwa pengeluaran pembangunan selama 2000-2002 akan naik mendekati 4 persen dari PDB ini sekitar dua kali lipat jumlah tanpa PC-I s,d PC-III tersebut.

(21)

Pada pertengahan tahun 2006 terjadi perdebatan cukup sengit tentang pembayaran ULNp kepada IMF. Persoalannya adalah, disatu pihak, Bank Indonesia (BI) ingin melunasi utang kepada lembaga moneter internasional tersebut sesegera mungkin, sementara, di pihak lain, pemerintah tampaknya agak ragu. Menurut Sadewa (2006), alasan BI mempercepat pelunasan utang ke IMF adalah beban bunga semakin berat. Disi lain, pemerintah punya perjanjian dengan Japan Bank for Indonesia Cooperation (JBIC) yang mengharuskan pemerintah membayar lunas utangnya ke Bank Jepang tersebut yang tercatat sebesar 700 juta dolar AS jika utang ke IMF dilunasi. Padahal dana untuk kewajiban kepada JBIC itu tidak di anggarkan dalam APBN 2006. Juga beberapa pejabat pemerintah mengatakan bahwa pelunasan utang kepada IMF dapat memancing para spekulan untuk menarik dana mereka di Indonesia. Jika jumlah dana yang tertarik sangat besar, dikhawatirkan bisa terjadi krisis rupiah yang selanjutnya mengakibatkan krisis ekonomi seperti sebelumnya. Namun demikian, setelah perdebatan yang cukup ramai, Indonesia akhirnya melunasi seluruh utangnya kepada IMF setelah pembayaran tahap kedua sebanyak 3,2 miliar dolar AS pada bulan Oktober 2006. Dengan demikian, berakhir pula post program monitoring yang selama ini dicurigai oleh masyarakat Indonesia sebagai mekanisme intervensiIMF terhadap kebijakan ekonomi Indonesia (Prasetyantoko 2006).

Seperti ysng telsh dibahas sebelumnya, fungsi utama dari pinjaman IMF hanya untuk “berjaga-jaga” dan sebagai alat untuk menjaga atau meningkatkan kepercayaan pasar terhadap rupiah dan sistem keuangan Indonesia, tetapi biaya yang harus di tanggung pemerintah Indonesia tidak kecil. ULNp ke IMF pada akhir 2005 mencapai 7,9 miliar dolar AS. Menurut Ramli (2002), pemerintah Indonesia membayar 2,3 nilai dolar AS ke IMF, yang terdiri dari 1,8 miliar dolar AS dalam pokok utang dan 500 juta dolar AS dalam bunganya. Sementara seperti yang dijelaskan di Sadewa (2006b), total pembayaran ke IMF tahun 2005mencapai hampir 1,46 miliar dolar AS, dan diperkirakan akan naik menjadi 1,6 miliar dolar AS tahun 2006 dan akan terus naik hingga tahun 2008. Dari total pembayaran pada tahun 22006 itu, 323 juta dolar AS (atau sekitar Rp 3,06 triliun dengan asumsi kurs Rp 9.500 per satu dolar AS ) mengikuti jadwal yang ditetukan oleh IMF, utang pemerintah, ke IMF akan lunas pada tahun 2011, total bunga yang harus dibayar Indonesia akan mencapai 1,08 miliar dolar AS (sekitar Rp 10 triliun), atau rata-rata 180 juta dolar (sekitar Rp 1,7 triliun) per tahun. Jumlah tidak ini tidak kecil, hampir sama dengan subsidi pupuk Rp 2,0 triliun yang di anggarkan APBN 2006.

Peran World Bank Dan IMF Dalam Akumulasi Utang

(22)

ekonomi Indonesia yang terpuruk, serta menarik investor asing ke Indonesia, maka dimulailah serangkaian pertemuan ke arah itu, yakni Tokyo Club (Tokyo, September 1966), Paris Meeting (Paris, Desember 1966), diikuti dengan pertemuan Amsterdam bulan Februari 1967, pertemuan terakhir di Belanda itulah yang menghasilkan yang konsorsium negara-negara yang memberikan pinjaman bagi Indonesia yang dikenal dengan IGGI (Inter-Governmental Group on Indonesia). Pinjaman negara-negara itu diberikan kepada Indonesia lewat Bank Dunia. Awalnya, IGGI mencakup 16 negara, diantaranya: Belanda, Jepang (pemberi pinjaman terbesar bagi Indonesia), Amerika Serikat, Inggris, Jerman, dan beberapa negara lainnya. Pada tahun 1992 pemerintah RI membubarkan IGGI dan membentuk CGI (Consultative Group on Indonesia), dengan tujuan mengeluarkan Belanda dari konsorsium, karena dianggap terlalu campur tangan terhadap pembangunan dalam negeri Indonesia.

Peran Bank Dunia sebagai fasilitator negara-negara kreditor dalam memberikan pijaman ke Indonesia memiliki peranan yang sangat penting. Oleh karena itu, perilaku lembaga multilateral ini perlu dilihat lebih dalam lagi. Perilaku Bank Dunia dalam menjalankan misinya dipengaruhi peran gandanya dimana kedua peran itu sesunguhnya saling bertolak belakang (Winters 1996). Pertama, peran Bank Dunia merupakan agen pembangunan bagi negara-negara peminjam. Kedua, peran Bank Dunia sebagai Bank komersil dan profesional atas dana yang diterima dan dana yang salurkan.peran kedua inilah yang lebih berkaitan dengan kelangsungan hidup dari Bank Dunia sendiri, karena dari keuntungan selisih bunga pinjaman dan bunga simpanan Bank Dunia memperoleh penghasilannya yang di gunakan untuk membayar (dengan mahal) para pegawainya dan deviden bagi para negara pemegang saham.

Posisi yang berlawanan dari kedua peran itu adalah bahwa sebagai agen pembangunan, Bank Dunia wajib mengawasi pelaksanaan proyek mulai dari proses identifikasi sampai dengan pelaksanaan akhir proyek tersebut. Denga possisi dan wibawanya, Bank Dunia berhak dan wajib memberhentikan pelaksanaan dan pembiayaan suatuproyek apabila pelaksanaan proyek itu dianggap menyimpang dari ketentuan Bank Dunia sebagai agen pembangunan. Akan tetap, apabila hal itu dilakukan, akan memnimbulkan ketegangan hubungan antara Bank Dunia dengan pemerintah negara yang bersangkutan dan bisa menyebabkan si penguasa enggan meminjam kembalo ke Bank Dunia.

(23)

selanjutnya. Sepertinay Bank Dunia sebagai sumber mata air pinjaman yang tidak pernah kering. Bila pemerintahnya merupalkan rezim yang korup, pinjaman yang terus-menerus itu merupakan sumber korupsi bagi mereka, sedangkan bagi Bank Dunia hal ini berarti keterjaminan bahwa merekan akan memperoleh keuntungan lewat bunga pinjaman sebagai keterjaminan sumber pendapatan mereka.

Bank Dunia sangat memiliki kepentingan tehadap pembangunan Indonesia kerana Indonesia adalah klien yang baik yang selalu membayar pinjaman dan bunganya tepat waktu, sehingga bagi Bank Dunia meminjamkan dana kepada Indonesia merupakan hal yang menguntungkan. Perlu diketahui bahwa kriteria perhitungan kelayakan proyek bagi Bnak dunia adalah Economics Rate of Return (ERR), tanpa memperhitungkan aspek distributf dan proyek tersebut. Dengan kondisi demikian, sulit untuk mengharapkan bahwa Bank dunia akan mengkritik atau menghentikan di tengah jalan proyeknya sendiri dijalankan oleh pemerintah Indonesia, meskipun proyek itu dalam prosesnya menyebabkan kerugian yang harus ditanggung oleh masyarakat banyak, seperti proyek pembangunan Bendungan Kedung Ombo.

Sikap Bank Dunia, seperti digambarakan diatas, pada akhirnya cenderung memberikan korupsi atau kebocoran yang terjadi pada proyek-proyek. Bahkan, Bank Dunia sebelum korupsi banyak dipermasalahkan beranggapan bahwa korupsi bagi minyak pelumas bagi bisnis dan tanpa korupsi tidak akan ada transaksi dan itu berarti tidak ada pertumbuhan. Korupsi adalah minyak pelumas mesin birokrasi jika korupsi dihilangkan, maka birokrasi tidak bekerja. Laporan Bank Dunia sendiri pada bulan Oktober 1997 memperkirakan bahwa sekitar 20 persen sampai 30 persen pinjaman untuk Indonesia telah digelapkan oleh beberapa pejabat dan politisi pemerintah. Keprihatinan terus meluas karena, walaupun era Orde Baru telah berakhir, praktik penggelapan dana ini masih terus berlangsung. Bahkan, menurut laporan terakhir Bank Dunia pada tanggal 17 Desember 1998, sebagian dana gelap itu dicurigai digunakan untuk mempengaruhi jalannya pemilihan umum pertama pada era sesudah kejatuhan Soeharto yang akan dilaksanakan pada bulan juni 1999.

(24)

yang semakin dalam dan pada akhirnya memerlukan dana (utang baru) sehingga akumulasi yang bertambah besar.

Akibatnya, pemerintah harus mengeluarkan obligasi untuk merekapitalisasi bank-bank tersebut dan bunganya ditanggung oleh APBN. Hal ini belum lagi ditambah permasalahan pengembalian aset-aset yang dijaminkan atas pemberian BLBI tersebut. Kesalahan lain adalah pengaitan masalah politik dalam pencairan pinjaman. Walaupun pinjaman yang diberikan IMF tidak signifikan mempengaruhi cash flow keuangan pemerintah. Namun, dampak psikologis membuat ketidakpastian semakin tinggi yang pada akhirnya memperlambat pemulihan ekonomi itu sendiri.

Daftar Pustaka

1. Santosa, Iwan.(2013). Perekonomian Indonesia: Masalah, Potensi, dan

Alternatif Solusi. Graha Ilmu.

2. Tambunan, Tulus.(2012). Perekonomian Indonesia: Kajian Teoritis dan

analisis empiris. Ghalia Indonesia.

3. Basri, Faisal.(2010). Perekonomian Indonesia. Erlangga. Indonesia.

4. Boediono, Dr. (1994). Ekonomi Internasional, Edisi Pertama, BPFE,

Yogyakarta.

5.

www.bps.co.id

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian yang dilakukan tentang pengaruh iklan layanan iklan layanan KB versi dua anak lebi baik terhadap perilaku, terdapat indikator variabel iklan layanan

I Dari segi intensitas pembimbingan terhadap anak, pada umumnya I masvarakat pada pedesaan miskin di Tilatang Kamang, tidak.. Baik

Pengaruh Kerapatan Teki terhadap Parameter Tinggi Tanaman, Jumlah Daun, dan Diameter Batang Wijen Bercabang dan Tidak

Moving Picture Expert Group (MPEG) Surround, an international standard developed based on spatial audio coding, specifies Reverse Two-To-Three (R-TTT) module to extend stereo

 Cansever Turgut, Ev ve Şehir, 1994, İnsan Yayınları, İstanbul.  Cansever Turgut, İslam’da Şehir ve Mimari, 1997, İz

Aspek yang diamati pada aktivitas peneliti, yaitu: (1) membuka pembelajaran dan mengajak siswa berdoa, (2) mengecek kehadiran siswa dan menyiapkan siswa untuk

Sa Seksyon 10 naman ay nakapaloob ang pagbuo ng Solid Waste Management Committee para sa mga barangay sa matagumpay na pagpapatupad ng mga programa sa segregasyon, koleksyon,

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya-sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan