• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi pengembangan bisnis perbankan d

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Strategi pengembangan bisnis perbankan d"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Perkembangan di dunia perbankan yang sangat pesat serta tingkat kompleksitas yang tinggi dapat berpengaruh terhadap performa suatu bank. Kompleksitas usaha perbankan yang tinggi dapat meningkatkan risiko yang dihadapi oleh bank-bank yang ada di Indonesia. Bank merupakan industri yang dalam kegiatan usahanya mengandalkan kepercayaan masyarakat sehingga tingkat kesehatan bank perlu dipelihara. Pemeliharaan kesehatan bank antara lain dilakukan dengan tetap menjaga likuiditasnya sehingga bank dapat memenuhi kewajiban kepada semua pihak yang menarik atau mencairkan simpanannya sewaktu-waktu. Kesiapan memenuhi kewajiban setiap saat ini, menjadi semakin penting artinya mengingat peranan bank sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Di samping faktor likuiditas, keberhasilan usaha bank juga ditentukan oleh kesanggupan para pengelola dalam menjaga rahasia keuangan nasabah yang dipercayakan kepadanya serta keamanan atas uang atau asset lainnya yang dititipkan pada bank.

(2)

dalam kondisi sehat sehingga tidak akan merugikan masyarakat yang berhubungan dengan perbankan. Menurut Ponttie Prasnanugraha (2007) menyatakan bahwa “aturan tentang kesehatan bank yang diterapkan oleh Indonesia mencakup berbagai aspek dalam kegiatan bank, mulai dari penghimpunan dana sampai dengan penggunaan dan penyaluran dana”. Penilaian tingkat kesehatan bank mencakup penilaian terhadap faktor-faktor permodalan, kualitas asset, manajemen, rentabilitas, likuiditas, sensitivitas terhadap risiko pasar, yang dikenal dengan CAMEL.

Menurut sebuah kajian yang diselenggarakan oleh Bank Dunia, lemahnya implementasi sistem tata kelola perusahaan atau yang biasa dikenal dengan istilah corporate governance merupakan salah satu faktor penentu parahnya krisis yang terjadi di Asia Tenggara. Kelemahan tersebut antara lain terlihat dari minimnya pelaporan kinerja keuangan, kurangnya pengawasan atas aktivitas manajemen oleh dewan komisaris dan auditor, serta kurangnya intensif eksternal untuk mendorong terciptanya efisiensi di perusahaan melalui persaingan yang fair.

(3)

Sekuritas Indonesia yang dijual terselubung di Bank Century. Kedua, menyalurkan sejumlah kredit fiktif. Ketiga, menerbitkan letter of Credit ( L/C ) Fiktif. Modusnya yaitu pemilik Bank Century membuat perusahaan atas nama orang lain untuk kelompok mereka. Lantas mereka mengajukan permohonan kredit, tanpa prosedur semestinya serta jaminan yang memadai mereka dengan mudah mendapatkan kredit. Bahkan ada kredit Rp. 98 Milyar yang cair hanya dalam 2 (dua ) jam. Jaminan mereka tambahnya hanya surat berharga yang ternyata palsu. Selain itu Robert Tantular juga menyalahgunakan kewenangan memindah bukukan dan mencairkan dana deposito valas sebesar Rp. 18 Juta Dollar AS tanpa izin sang pemilik dana, Budi Sampoerna. Robert juga mengucurkan kredit kepada PT Wibowo wadah Rezeki Rp. 121 Milyar dan PT Accent Investindo Rp. 60 Milyar. Pengucuran dana ini diduga tidak sesuai prosedur. Robert Tantular juga melanggar Letter Of Commitmen dfengan tidak mengembalikan surat – surat berharga Bank Century di luar negri dan menambah modal Bank. Contoh kasus lainnya terjadi pada Citibank tahun pada tahun 2011. Dalam kasus tersebut dana 4 nasabah yang berniali triliunan dibobol oleh Inong Malinda yang merupakan pegawai dari Citibank. Imbasnya kepada bank-bank lain adalah kepercayaan nasabah yang sedikit pudar. Nasabah mulai bertanya-tanya tentang keamanan dana mereka. Terjadinya berbagai kasus perbankan yang banyak terjadi di Indonesia membuat banyak pihak yang mulai berpikir bahwa penerapan corporate governance menjadi suatu kebutuhan di dunia bisnis sebagai barometer akuntabilitas dari suatu perusahaan.

(4)

perbankan dalam rangka mencitrakan sistem perbankan yang sehat. Corporate governance lebih condong pada serangkaian pola perilaku perusahaan yang diukur melalui kinerja, pertumbuhan, struktur pembiayaan, perlakuan terhadap para pemegang saham, dan stakeholders, sehingga dapat dijadikan sebagai dasar analisis dalam mengkaji corporate governance di suatu negara dengan memenuhi transparansi dan akuntabilitas dalam pengambilan keputusan yang sistematis yang dapat digunakan sebagai dasar pengukuran yang lebih akurat mengenai kinerja perusahaan dan bagaimana korelasi antar kebijakan tentang buruh dan kinerja perusahaan. Selain itu penerapan good corporate governance di dalam perbankan diharapkan dapat berpengaruh terhadap kinerja perbankan, dikarenakan penerapan corporate governance ini dapat meningkatkan kinerja keuangan, mengurangi risiko akibat tindakan pengelolaan yang cenderung 5 menguntungkan diri sendiri. Perusahaan yang menerapkan good corporate governance akan lebih efisien dan daya saingnya meningkat.

(5)

GCG mengandung lima prinsip utama, yaitu keterbukaan (transparancy), akuntabilitas (accountability), tanggung jawab (responsibility), independensi (independency) serta kewajaran (fairness). Prinsip tersebut diciptakan utuk dapat melindungi kepentingan semua pihak yang berkepentingan (stakeholders).

Pada dasarnya isu tentang corporate governance dilatarbelakangi oleh agency theory yang menyatakan permasalahan agency muncul ketika pengelolaan suatu perusahaan terpisah dari kepemilikannya. Pemilik sebagai pemasok modal perusahaan mendelegasikan wewenangnya atas pengelolaan perusahaan kepada professional managers. Akibatnya, kewenangan untuk menggunakan sumber daya yang dimliki perusahaan sepenuhnya ada di tangan eksekutif. Hal itu menimbulkan kemungkinan terjadinya manajemen tidak 6 bertindak yang terbaik untuk kepentingan pemilik karena adanya perbedaan kepentingan (conflict of interest). Manajer dengan informasi yang dimilikinya bisa bertindak hanya untuk menguntungkan dirinya sendiri dengan mengorbankan kepentingan pemilik karena manajer memiliki informasi perusahaan yang tidak dimiliki pemilik. Hal ini akan mempengaruhi kinerja perusahaan dan menghilangkan kepercayaan investor terhadap pengembalian (return) atas investasi yang telah mereka tanam pada perusahaan tersebut.

(6)
(7)
(8)

BAB II

PAPARAN KONSEP 2.1 Definisi Bank (menurut UU No.10 Tahun1998)

Badan usaha yang kegiatannya menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit guna meningkatkan taraf hidup masyarakat.

2.1.1 Pengelompokan Bank Umum 1) Aspek Fungsi

a. Bank Sentral, adalah bank yang merupakan badan hukum milik Negara yang tugas pokoknya membantu pemerintah, contoh : Bank Indonesia

b. Bank Umum, adalah bank yang sumber utama dananya berasal dari simpanan pihak ketiga, serta pemberian kredit jangka pendek dalam penyaluran dana, contoh : BNI, BRI, dll

c. Bank Pembangunan, adalah bank yang dalam pengumpulan dananya berasal dari penerimaan simpanan deposito serta commercial paper, contoh : Bank Jatim, Bank DKI, dll.

d. Bank Desa, adalah kantor bank di suatu desa yang tugas utamanya adalah melaksanakan fungsi perkreditan dan penghimpunan dana dalam rangka program pemerintah memajukan pembangunan desa.

(9)

2) Status Kepemilikan

a. Bank Milik Negara, adalah bank yang seluruh modalnya berasal dari kekayaan Negara yang dipisahkan dan pendiriannya di bawah UU tersendiri, contoh : BNI, BRI, BTN

b. Bank Milik Swasta Nasional, adalah bank milik swasta yang didirikan dalam bentuk perseroan terbatas, di mana seluruh sahamnya dimiliki oleh WNI dan/ atau badan-badan hukum di Indonesia, contoh : BCA, Bank Mega, Bank Danamon.

c. Bank Swasta Asing, adalah bank yang didirikan dalam bentuk cabang bank yang sudah ada di luar negeri atau dalam bentuk campuran antara bank asing dengan bank nasional yang sudah ada di Indonesia. Bank asing ini hanya diperkenankan menjalankan operasinya di lima kota besar di Indonesia, contoh : Citibank, HSBC.

d. Bank Pembangunan Daerah, adalah bank yang pendiriannya berdasarkan peraturan daerah propinsi dan sebagian besar sahamnya dimiliki oleh pemerintah kota dan pemerintah kabupaten, di wilayah yang bersangkutan, dan modalnya merupakan harta kekayaan pemerintah daerah yang dipisahkan, contoh : Bank Jatim.

e. Bank Campuran, adalah bank yang sebagian sahamnya dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional, contoh : Bank UOB Buana, ANZ Panin Bank.

3) Kegiatan Operasional

(10)

b. Bank Nondevisa, adalah bank yang operasionalnya hanya melaksanakan transaksi di dalam negeri, tidak melakukan transaksi valuta asing, dan tidak melakukan hubungan dengan bank asing di luar negeri.

a. Unit Banking System, adalah bank yang kegiatan operasionalnya hanya mempunyai satu kantor saja dan melayani masyarakat di sekitar wilayah itu. Contoh : BPR baik konvensional maupun syariah.

b. Branch Banking Syistem, adalah bank yang kegiatan operasionalnya di beberapa wilayah dan memiliki beberapa kantor cabang, di mana sistem organisasi, keuangan, dan sumber daya manusia terkait dengan kantor pusat. Contoh : Bank Danamon, Bank Mega, Bank BCA.

2.2 Fungsi Bank

Secara umum, fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan. Misalnya adalah :

a. Agent of Trust

(11)

dilandasi adanya unsur kepercayaan. Masyarakat percaya bahwa uangnya tidak akan disalahgunakan oleh bank, uangnya akan dikelola dengan baik, bank tidak akan bangkrut, dan pada saat yang telah dijanjikan simpanan tersebut dapat ditarik kembali dari bank.

b. Agent of development

Kegiatan perekonomian masyarakat di sektor moneter dan sektor riil tidak dapat dipisahkan. Sektor riil tidak akan dapat bekerja dengan baik apabila sektor moneter tidak bekerja dengan baik. Kegiatan bank berupa penghimpunan dan penyaluran dana sangat diperlukan bagi lancarnya kegiatan perekonomian sektor riil. Kegiatan bank tersebut dapat mendorong masyarakat melakukan kegiatan investasi, kegiatan distribusi, serta kegiatan konsumsi barang dan jasa. Dan kelancaran kegiatan investasi-distribusi-konsumsi ini tidak lain adalah kegiatan pembangunan perekonomian suatu masyarakat.

c. Agent of Service

Bank memberikan penawaran jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa yang ditawarkan bank ini erat kaitanya dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum. Berupa jasa pengiriman uang, penitipan barang berharga, pemberian jaminan bank, dan penyelesaian tagihan.

2.2.1 Arsitektur Perbankan Indonesia

(12)

Arsitektur Perbankan Indonesia merupakan suatu kerangka dasar sistem perbankan Indonesia yang bersifat menyeluruh dan memberikan arah, bentuk, dan tatanan industri perbankan untuk rentang waktu 5 sampai 10 tahun ke depan.

Visi API adalah menciptakan sistem perbankan yang sehat, kuat, dan efisien guna menciptakan kestabilan sistem keuangan dalam rangka membantu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

Sistem perbankan yang sehat dibangun dengan permodalan yang kuat sehingga akan mendorong kepercayaan nasabah (stakeholder) yang pada akhirnya akan mampu memperkuat permodalan melalui pemupukan laba ditahan. Selanjutnya perbankan nasional yang beroperasi secara efisien akan mampu meningkatkan daya saingnya sehingga tidak hanya mampu bersaing di pasar domestik tetapi justru diharapkan produk dan jasa perbankan yang ditawarkan bank nasional mampu bersaing di pasar Internasional. Oleh karenanya, dalam 10-15 tahun ke depan, API menginginkan adanya 2 sampai 3 bank dengan skala bank internasional, 3 sampai 5 bank nasional, 30 sampai 50 bank yang kegiatan usahanya terfokus pada segmen usaha tertentu, dan BPR serta bank dengan kegiatan usaha terbatas.

2.2.2 Enam Pilar API

Guna mempermudah pencapaian visi API sebagaimana diuraikan di atas maka ditetapkan beberapa sasaran yang ingin dicapai, yaitu :

1. Menciptakan struktur perbankan domestik yang sehat yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat dan mendorong pembangunan ekonomi nasional yang berkesinambungan. 2. Menciptakan sistem pengaturan dan pengawasan bank yang efektif dan mengacu pada

(13)

3. Menciptakan industri perbankan yang kuat dan memiliki daya saing yang tinggi serta memiliki ketahanan dalam menghadapi risiko.

4. Menciptakan good corporate governance dalam rangka memperkuat kondisi internal perbankan nasional.

5. Mewujudkan infrastruktur yang lengkap untuk mendukung terciptanya industri perbankan yang sehat.

6. Mewujudkan pemberdayaan dan perlindungan konsumen jasa perbankan. 2.2.3 Tantangan ke Depan

1. Kapasitas Pertumbuhan Kredit Perbankan yang Masih Rendah

Kemampuan permodalan perbankan Indonesia saat ini mengindikasikan bahwa pertumbuhan kredit yang cukup tinggi tersebut sulit dicapai jika perbankan nasional tidak memperbaiki kondisi permodalannya.

2. Struktur Perbankan yang Belum Optimal

Belum optimalnya struktur permodalan di Indonesia ditandai dengan terkonsentrasinya struktur perbankan hanya pada 11 bank besar (yang menguasai 75% asset perbankan Indonesia).

3. Pemenuhan Kebutuhan Masyarakat Terhadap Pelayanan Perbankan yang Dinilai oleh Masyarakat Masih Kurang

Kurangnya pemenuhan kebutuhan masyarakat atas pelayanan ditandai dengan seringnya terdengar keluhan dari masyarakat mengenai kurangnya akses terhadap kredit dan tingginya suku bunga kredit serta masih banyak praktik penyediaan jasa keuangan yang informal.

4. Pengawasan Bank yang Masih perlu Ditingkatkan

(14)

SDM pengawasan yang belum optimal, dan pelaksanaan law-enforcement pengawasan yang belum efektif.

5. Kapabilitas Perbankan yang Masih Lemah

Hal ini ditandai dengan kurangnya corporate governance dan core banking skills pada sebagian besar perbankan sehingga diperlukan perbaikan yang cukup mendasar pada dua hal tersebut.

6. Profitabilitas dan Efisiensi Operasional Bank yang Tidak Suistainbel

Faktor tidak suistainbel-nya profitabiltas dan efisiensi karena lemahnya struktur aset produktif bank-bank dan sebagian pendapatan perbankan berasal dari aktivitas trading yang fluktuasi serta rendahnya rasio aset per nasabah.

7. Perlindungan Nasabah yang Perlu Ditingkatkan

Perlindungan terhadap nasabah merupakan tantangan perbankan yang berpengaruh terhadap sebagian masyarakat kita.

8. Perkembangan Teknologi Informasi

Perkembangan teknologi informasi menyebabkan makin pesatnya perkembangan jenis dan kompleksitas produk dan jasa bank sehingga resiko-resiko yang muncul menjadi lebih besar dan bervariasi.

2.2.4 Program Kegiatan Api

1. Program penguatan struktur perbankan nasional

Hal ini dilakukan dengan cara memperkuat permodalan bank, memperkuat daya saing BPR, meningkatkan akses kredit.

(15)

Dalam tahap ini memformalkan proses indikasi dalam membuat kebijakan perbankan dan juga implementasi secara bertahap 25 basel core principles for effective banking supervision. 3. Program Peningkatan Fungsi Pengawasan

Dalam tahap ini meningkatkan koordinasi antar lembaga pengawas, melakukan konsilidasi sektor perbankan Bank Indonesia, meningkatkan kompetensi pemeriksa bank, mengembangkan sistem pengawasan berbasis resiko, meningkatkan efektivitas enforcement. 4. Program Peningkatan Kualitas Manajemen dan Operasional Perbankan

Dalam tahap ini meningkatkan good corporate governance, meningkatkan kualitas manajemen resiko perbankan, meningkatkan kemampuan operasional bank.

5. Program Pengembangan Infrastruktur Perbankan

Dalam tahap ini mengembangkan biro kredit, mengoptimalkan penggunaan badan pemeringkat kredit.

6. Program Peningkatan Perlindungan Nasabah

(16)

PEMBAHASAN 3.1 Perkembangan Perbankan di Indonesia

3.1.1 Situasi perbankan Indonesia praderegulasi

Pada periode tahun 1974-1982 perekonomian Indonesia berkembang cukup baik karena ditopang oleh ekspor migas yang cukup tinggi. Tingginya harga minyak pada saat itu memengaruhi penerimaan dalam negeri sehingga dana pembangunan cukup tersedia untuk menunjang kegiatan investasi. Pada saat itu masyarakat yang belum menemukan sasaran investasi yang tepat menyimpan dana nya di bank sehingga terjadi kelebihan likuiditas yang cukup besar. Di samping itu juga Bank Indonesia (central bank) menyediakan kredit likuiditas dengan syarat yang mudah dan lunak untuk membiayai pengembangan sektor yang potensial.

3.1.2 Situasi perbankan Indonesia pascarederegulasi

Perkembangan perbankan di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup pesat beberapa tahun terakhir ini. Hal itu disebabkan oleh adanya serangkaian langkah deregulasi di bidang perbankan. Ada beberapa deregulasi di bidang perbankan dan moneter yang secara kronologis dapat dikemukakan sesuai urutan waktu pengumuman kebijaksanaan deregulasi.

b. kebijaksanaan pemerintah tanggal 1 Juni 1983

(17)

c. Kebijaksanaan 27 Oktober 1988 (Pakto 88)

Latar belakang kebijaksanaan ini dilandasi oleh kebijaksanaan 1 Juni 1983 yang ternyata mendapat penghimpunan dana untuk investasi swasta. Selanjutnya pihak swasta berpartisipasi lebih besar dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan menciptakan iklim yang memungkinkan bank-bank beroperasi lebih efisien dan perluasan jaringan kantor bank.

d. Kebijaksanaan Pemerintah 25 Maret 1989

Kebijaksanaan ini merupakan penyempurnaan Pakto 88 yang berisikan tentang penyempurnaan pendirian BPR. Dalam kebijaksanaan baru ini usaha BPR tidak boleh menerima simpanan dalam bentuk giro, tidak diperkenankan pindah wilayah dan membuka kantor cabang dan tidak perlu penyesuaian modal bagi BPR baru tetapi disesuaikan dengan kebutuhan modal. BPR yang akan meningkatkan usahanya untuk menjadi bank umum harus mempunyai modal sebesar Rp. 10 miliar.

e. Kebijaksanaan Pemerintah 29 Januari 1990

Latar belakang kebijaksanaan ini untuk mendukung pembangunan yang makin efisien. Untuk itu perlu disempurnakan aturan tentang Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) yang jumlahnya masih relatif tinggi dan menyempurnakan sistem perkreditan.

(18)

f. Paket Kebijakan Pemerintah Februari 1991

Inti kebijaksanaan ini meliputi beberapa aspek penting yang terdiri dari :

1. penyempurnaan persyaratan perizinan, kepemilikan dan kepengurusan bank, yang meliputi beberapa aspek antara lain pemilik dan pengelola bank harus memenuhi persyaratan tertentu sesuai dengan fungsinya untuk melindungi kepentingan masyarakat sehingga kesehatan sebuah bank harus diupayakan secara kontinuitas sejak berdiri, pembukaan kantor cabang atau perwakilan dan penyertaan bank di luar negeri, pendirian kantor bank, dan persyaratan pembukaan kantor BPR dan merger. 2. Ketentuan yang berkaitan dengan prinsip kehati-hatian (prudential regulation) yang

meliputi permodalan bank, jaminan pemberian kredit, kredit untuk pembelian saham dan pemilikan saham oleh bank, batas maksimum pemberian kredit, kredit untuk pembelian saham dan pemilikan saham oleh bank, batas maksimum pemberian kredit (BMPK) atau legal lending limit, dan garansi bank.

Langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk meningkatkan pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia.

1. Memperluas Jaringan

Perbankan Syariah dinilai belum menjangkau secara luas. Dari Desember 2012 hingga September 2013, tidak ada jumlah penambahan Bank Umum Syariah, jumlah Unit Usaha Syariah malah turun dari 24 UUS pada Desember 2012, menjadi 23 UUS, dan hanya ada penambahan 2 BPR Syariah. Dari sisi pertumbuhan jaringan kantor, terdapat

(19)

2. Revitalisasi Sinergi dengan Bank Induk

Kendala lain yang sering dihadapi oleh perbankan syariah, adalah sinergi dengan bank induknya. Hal ini khususnya sering dialami oleh Unit Usaha Syariah. Bank Indonesia sebagai regulator memang juga telah menekankan hal ini. Bentuk sinergi antara Bank Syariah dengan Bank induknya dapat dilakukan dalam berbagai hal seperti kebijakan untuk terus

melaksanakan cross selling, ataupun penyetaraan produk dengan dukungan infrastruktur seperti perluasan jaringan kantor ataupun melalui peningkatan jumlah office channeling, pengembangan infrastruktur teknologi dan kebijakan sumber daya manusia.

3. Pengembangan Produk

Untuk produk perbankan syariah yang selama ini dinilai baru sebatas menjadi follower dari produk perbankan konvensional, atau dalam kata lain perbankan syariah jangan hanya mengeluarkan produk versi syariah dari produk perbankan konvensional. Perbankan syariah harus lebih kreatif dalam mencari celah-celah bisnis supaya bisa bersaing dengan bank konvensional dan berinovasi menciptakan produk baru serta memanfaatkan momentum-momentum khusus untuk pemasaran produk syariah, seperti saat Tahun Baru Islam, bulan Ramadhan ataupun Idul Adha. Namun tidak hanya untuk kalangan muslim saja, produk perbankan syariah sebaiknya juga dapat ditujukan untuk nasabah non muslim misalnya.

(20)

ini sering kali tidak mendapatkan akses terhadap perbankan, karena seringkali karena kebijakan dan peraturan yang ada disuatu bank itu sendiri, menyebabkan pelaku usaha sektor riil sering di klaim “unbankable”. Industri perbankan sendiri relatif nyaman dengan sektor konsumtif melalui bermacam produk seperti Kredit Tanpa Agunan, ataupun kartu kredit yang memang didorong oleh daya konsumsi masyarakat Indonesia yang semakin meningkat. Margin keuntungan yang ditawarkan oleh kredit konsumtif yang lebih besar ketimbang kredit produktif seharusnya tidak menjadi ganjalan bagi perbankan, khususnya perbankan syariah. Memberikan kredit kepada sektor produktif akan mendorong pertumbuhan ekonomi.

5. Edukasi dan Komunikasi

Edukasi dan sosialisasi serta komunikasi perbankan syariah perlu ditingkatkan lagi. Karena masyarakat umumnya relatif belum terlalu memahami mengenai produk perbankan syariah. Jangan sampai permasalahan seperti sengketa antara perbankan syariah dengan nasabahnya menyeruak seperti ketika permasalahan gadai emas suatu bank syariah misalnya terjadi kembali. Bank Indonesia beberapa waktu lalu pernah mengkomunikasikan iB atau Islamic Banking, melalui berbagai media komunikasi seperti iklan di radio, di media massa dan online. Setiap Bank Syariah, Unit Usaha Syariah dan BPR Syariah bahkan diwajibkan mencantumkan logo iB pada setiap materi komunikasinya.

6. Peningkatan Kompetensi SDM Perbankan Syariah

(21)

Masih banyak SDM perbankan syariah yang berasal dari perbankan konvensional. Faktor SDM di perbankan syariah memang masih menjadi momok dari perbankan syariah, baik dari sisi kuantitas dan kualitasnya. Kerjasama dengan dunia pendidikan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas SDM Perbankan syariah perlu terus menerus disinergikan. Selain itu kebijakan mengenai pelatihan, peningkatan kompetensi, pemberian reward perlu diperhatikan juga oleh Bank Induk.

7. Mendirikan Bank BUMN Syariah

Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Firdaus Jaelani menyatakan Indonesia perlu memiliki bank BUMN Syariah untuk memacu pertumbuhan ekonomi syariah di negeri ini. Dengan adanya bank BUMN Syariah, pemerintah dapat menjadikan bank tersebut sebagai bank persepsi untuk sejumlah program ekonomi nasional.

8. Pengawasan Semua Pihak

Pengawasan terhadap perbankan syariah juga menjadi salah satu hal yang diperhatikan oleh Bank Indonesia dan kedepan juga nantinya oleh Otoritas Jasa Keuangan. Pengawasan ini pun sebaiknya turut melibatkan Majelis Ulama Indonesia, dan dunia akademisi, agar perbankan syariah tetap menjalankan pengelolaannya sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.

(22)

berfungsi sebagai bank sentral. Namun demikian, sejalan dengan terjadinya perubahan dalam sistem keuangan terutama yang terkait dengan kelembagaan perbankan sebagai dampak dikeluarkannya undang-undang di bidang keuangan dan perbankan.

(23)
(24)

https://fakhrurrojihasan.wordpress.com/2013/11/28/8-langkah-mengembangkan-perbankan-syariah-di-indonesia/

Referensi

Dokumen terkait

c.) guru dalam kegiatan pembelajaran sangat terbantu dengan adanya buku paket Kewirausahaan. d.) adanya metode pembelajaran observasi yang mana tujuan dari kegiatan ini

Hal demikian secara kontinuitas tetap d ij aga oleh masyarakat Pariaman, sehingga kesenian indang dapat tampil dalam berbagai aktivitas masyara- kat, seperti dalam acara

8 Nama Surga dan 8 Nama Surga dan 7 Nama Neraka 7 Nama Neraka Beserta Beserta Penjelasanya Penjelasanya DOWNLOAD DOWNLOAD KITA KITAB B HADITS 9 IMAM HADITS 9 IMAM Download

 Cansever Turgut, Ev ve Şehir, 1994, İnsan Yayınları, İstanbul.  Cansever Turgut, İslam’da Şehir ve Mimari, 1997, İz

Pada pembelajaran matematika dengan model penemuan terbimbing tipe MInDS, peserta didik memiliki ruang untuk dapat mengembangkan pemahamannya untuk memahami konten

I Dari segi intensitas pembimbingan terhadap anak, pada umumnya I masvarakat pada pedesaan miskin di Tilatang Kamang, tidak.. Baik

Listed next is a shell script that uses the select command to query the contents of the /var/ opt/oracle/oratab file and set your Oracle operating system variables depending

tentang nilai-nilai pendidikan agama Islam oleh anak didik dalam kegiatan cinta alam. dan menumbuhkan bakat-minat dalam olahraga alam bebas serta wacana