• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Konduktivitas Termal dengan Pyromete

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Uji Konduktivitas Termal dengan Pyromete"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

FISIKA LABORATORIUM 1

Abstrak Percobaan Uji Konduktivitas Termal dengan Pyrometer pada Kayu, Karet, dan Arang memiliki tujuan untuk menentukan nilai konduktivitas termal beberapa material serta mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi nilai konduktivitas termal pada beberapa meterial. Percobaan ini menggunakan prinsip perpindahan panas secara konduksi. Percobaan ini dilakukan dengan memanaskan kompor listrik dengan susunan bawah keatas yaitu besi -bahan-besi selama 10 menit. Pada percobaan ini didapatkan data diameter dan tinggi dari masing-masing bahan, serta temperature antar permukaan bahan (T1, T2, T3, T4). Dari hasil percobaan dapat

disimpulkan bahwa factor-faktor yang mempengaruhi nilai konduktivitas termal pada bahan yang digunakan adalah adalah kandungan uap air, suhu, kepadatan, dan porositas. Pada percobaan ini didapatkan nilai konduktivitas termal untuk Berdasarkan hasil perhitungan, didapatkan nilai konduktivitas listrik dari kayu 230,48 W/moC, karet 233,78 W/moC, arang 246,34 WS/moC.

Kata Kunci: Arang, karet, kayu, konduksi, Kondukstivitas termal.

I. PENDAHULUAN

alam kehidupan sehari-hari tak pernah terlepas dari panas atau kalor, setiap material memiliki sifat termal yang berbeda-beda tergantung jenis material. Pada umumnya yang kita tahu material yang dapat menghantarkan panas hanyalah logam, namun sebenarnya material non logam juga dapat menghantarkan panas meskipun nilainya kecil.

Konduksi termal adalah suatu fenomena transport di mana perbedaan temperatur menyebabkan transfer energi termal dari satu daerah benda panas ke daerah yang lain dari benda yang sama pada temperatur yang lebih rendah. Koefisien konduktivitas termal k didefinisikan sebagai laju panas pada suatu benda dengan suatu gradien temperatur . Dengan kata lain konduktivitas termal menyatakan kemampuan bahan menghantarkan kalor. Nilai konduktivitas termal penting untuk menentukan jenis dari penghantar yaitu konduksi panas yang baik (good conductor) untuk nilai koefisien konduktivitas termal yang besar dan penghantar panas yang tidak baik (good insulator) untuk nilai koefisien panas yang kecil [1].

Konduktivitas thermal dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu suhu, kepadatan dan porositas, serta kandungan uap air. Pengaruh suhu terhadap konduktivitas thermal kecil. Namun secara umum dapat dikatakan bahwa konduktivitas thermal akan meningkat apabila suhu meningkat. Keadaan pori-pori bahan akan mempengaruhi konduktivitas thermal. Semakin besar rongga akan semakin buruk konduktivitasnya. Kandungan uap air juga mempengaruhi konduktivitas thermal. Berikut adalah tabel

nilai konduktivitas suatu bahanBerikut adalah tabel nilai konduktivitas suatu bahan [1].

Tabel 1. Nilai konduktivitas terman beberapa bahan

Bahan Konduktivitas

termal (k) W/m

Logam

Perak(murni) 410

Tembaga(murni) 385

Alumunium (murni) 202

Nikel(murni) 93

Besi(murni) 73

Baja karbon,1% 43

Timbal (murni) 35

Baja krom - nikel(18%Cr,8%Ni) 16.3

Bukan logam

Kuarsa(sejajar sumbu) 41.6

Magnesit 4.15

Marmar 2.08-2.94

Batu pasir 1.83

Kaca, jendela 0.78

Kayu, maple atau ek 0.17

Serbuk gergaji 0.059

Wol kaca 0.038

Zat Cair

Air Raksa 8.21

Air 0.556

Ammonia 0.540

Minyak Lumas, SAE 50 0.147

Freon 12 0.073

Gas

Hidrogen 0.175

Helium 0.141

Udara 0.024

Uap air 0.0206

Karbon dioksida 0.0146

Kalor didefinisikan sebagai energi panas yang dimiliki oleh suatu zat. Secara umum untuk mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu benda yaitu dengan mengukur suhu benda tersebut. Jika suhunya tinggi maka kalor yang dikandung oleh benda sangat besar, begitu juga sebaliknya jika suhunya rendah maka kalor yang dikandung sedikit. Besar kecilnya kalor yang dibutuhkan suatu benda (zat) bergantung pada 3 faktor yaitu: massa zat, jenis zat (kalor jenis), dan perubahan suhu [2].

Perpindahan kalor merupakan ilmu yang mempelajari tentang bagaimana kalor berpindah/mengalir dari tempat yang bertemperatur tinggi ke temperatur lebih rendah jadi panas

Uji Konduktivitas Termal dengan Pyrometer pada

Kayu, Karet, dan Arang

Sulistiyawati Dewi K., Dina Mardiana, Anita Dwi A., Zainuri Jurusan Fisika, Fakultas Ilmu Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111

e-mail

: dinamardiana241@gmail.com

(2)

FISIKA LABORATORIUM 2

dapat berpindah karena adanya beda temperatur. Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa yang namanya kalor itu adalah berupa suatu energi. Dimana berdasar hukum kekekalan energi, energi dapat berpindah dari suatu tempat ke tempat lain dan dapat pula berubah bentuk, dari bentuk energi satu ke energi lain. Apabila ditinjau dari perpindahannya kalor dapat berpindah dengan tiga cara, yaitu: konduksi (hantaran), konveksi (aliran), dan radiasi (pancaran) [2].

Konduksi adalah Bila panas yang di transfer tidak diikuti dengan perpindahan massa dari benda. Konduksi diakibatkan oleh tumbukan antar molekul penyusun zat. Ujung benda yang panas mengandung molekul yang bergetar lebih cepat. Ketika molekul yang bergetar cepat tadi menumbuk molekul di sekitarnya yang lebih lambat, maka terjadi transfer energi ke molekul disebelahnya sehingga getaran molekul yang semula lambat menjadi lebih cepat. Molekul ini kemudian menumbuk molekul lambat di sebelahnya dengan disertai transfer energi. Demikian seterusnya sehingga pada akhirnya energi sampai pada ujung benda yang lainnya. Untuk perpindahan panas konduksi ini digunakan Hukum Fourier, yang dinyatakan secara matematis sebagai berikut:

q = - kA

dimana q adalah laju perpindahan kalor konduksi (Watt), A adalah luas penampang (m2), k adalah konduktivitas bahan (W/moC). Konveksi terjadi karena gerakan massa molekul dari satu tempat ke tempat lain. Konveksi terjadi perpindahan molekul dalam jarak yang jauh. Radiasi adalah perpindahan panas tanpa memerlukan medium [3].

Pirometer adalah sebuah termometer yang sangat akurat yang mengukur suhu benda dengan jalan mengukur besarnya radiasi total atau radiasi pada salah satu panjang gelombang. Pirometer dapat mengukur suhu yang sangat tinggi (kira-kira 500oC – 3000oC). Secara teori, suatu benda yang panas akan memancarkan radiasi dan cahaya disekelilingnya, semakin tinggi suhu benda tersebut maka makin besar radiasi dan intensitas cahaya yang dipancarkan. Besarnya radiasi dan intensitas cahaya ini tergantung dari suhu benda dan dari warna atau panjang gelombang sinar yang dipancarkan. Dengan mengukur radiasi total atau radiasi pada salah satu panjang gelombang maka temperature benda akan dapat ditentukan tanpa menyentuh benda tersebut, bahkan jika Anda berdiri agak jauh dari benda tersebut [4].

Pirometer dibagi menjadi 2, yaitu: Pirometer Radiasi dan pirometer optik. Prinsip kerja pirometer radiasi yaitu dengan mengukur radiasi total yang dipancarkan oleh benda yang diukur. Pengukuran radiasinya dilakukan dengan menggunakan sensor panas seperti termokopel, radiasi yang datang diubah menjadi panas dan akan menaikkan temperature sensor atau sebuah sel peka cahaya mengubah energy cahaya menjadi besaran listrik. Sedangkan prinsip kerja pirometeroptik yaitu dengan mengukur radiasi pada salah satu warna (panjang gelombang). Pirometer optic bekerja berdasarkan pengukuran radiasi pada suatu panjang gelombang tertentu. Radiasi ini dinyatakan oleh terang benda tersebut pada warna yang sesuai dengan panjang gelombang. Pengukuran terang benda ini dilakukan dengan cara

Gambar 1. Prinsip kerja pyrometer

membandingkan dengan suatu lampu standard yang terangnya dapat diatur. Dengan mengatur arus yang melalui lampu, filamen dari lampu dapat dibuat sama terang dengan benda yang akan diukur suhunya. Bila terang filament dan benda telah sama maka keduanya akan terlihat baur menjadi satu. Bila suhu salah satu lebih tinggi maka akan terlihat berbeda. Besarnya arus yang melalui filamen lampu dapat langsung dikalibrasi menjadi temperature dari benda tersebut. Faktor yang mempengaruhi ketelitian pengukuran adalah jarak dan ukuran dari target area, penyerapan radiasi oleh media udara, lensa dan lain-lain, sensivitas dari mata dalam membedakan terang [5].

II. METODOLOGI

Metodologi pada percobaan ini, yaitu: a. Alat dan bahan

Pada percobaan ini alat dan bahan yang digunakan yaitu : satu buah kompor listrik sebagai sumber kalor, penggaris sebagai alat pengukur ketinggian dan diameter, penjepit bahan sebagai alat penjepit bahan ketika diukur temperaturnya, pyrometer sebagai alat pengukur suhu bahan, stopwatch sebagai penghitung mundur waktu pemanasan bahan yang diuji. Sedangkan bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah dua buah aluminium sebagai objek percobaan, dan kayu, karet, arang sebagai objek percobaan. b. Skema Alat

Skema alat pada percobaan ini dapat dilihat pada gambar 2 dibawah.

c. Cara kerja

(3)

FISIKA LABORATORIUM 3

Gambar 2. Skema percobaan

atas (T4), temperatur bawah dari aluminium atas (T3), temperatur atas aluminium bawah (T2) dan temperature bawah aluminium bawah (T1) dengan menggunakan pyrometer sehingga diketahui nilai temperatur pada setiap sisi bahan. Lalu percobaan diulangi sebanyak tiga kali, dan diulangi menggunakan sampel yang lain. Data yang diperoleh pada percobaan ini antara lain panjang bahan, luas penampang bahan, temperatur sesudah pemanasan,dan waktu pemanasan. d. Rumus

Adapun pada percobaan ini, digunakan rumus berikut: qaluminium = qsampel

e. Flowchart

Adapun Flowchart pada percobaan ini dapat dilihat pada gambar 3.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Analisa Data

Setelah dilakukan percobaan diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 2. Data Percobaan

Bahan r (m) t(m) T1(oC) T2(oC) T3(oC) T4(oC)

Kayu 0,019 0,017 71 67 37 36

75 69 40 36

79 71 41 39

rata -

rata 75 69 39,33 37

Karet 0,0189 0,014 82 71 35 32

85 74 37 33

89 75 42 39

rata -

rata 85,33 73,33 38 34,66

Arang 0,02 0,016 57 48 45 34

61 56 36 35

88 81 40 39

rata-rata 68,66 61,66 40,33 36

b.

Hasil perhitungan

Gambar 3. Flowchart Percobaan

Dari data hasil percobaan, dapat dihitung nilai konduktivitas termal pada bahan seperti contoh berikut: Diketahui :

Laluminium = 0.015 m

Lkaret = 0.014 m

K aluminium = 220 W/moC

A aluminium = 0,00311 m2

A karet = 0,00311 m2

T1 = 85,33ºC

T2 = 73,33ºC

T3 = 38ºC

T4 = 34,66ºC

Ditanya : k (karet) ? Jawab:

Untuk mengukur konduktivitas termal dari sempel digunakan persamaan di bawah ini :

Q Aluminium = Q karer

=

=

-2303,796 = -9,8545 Kkaret

Kkaret= 233,7811 W/moC

Dengan menggunakan perhitungan seperti diatas, maka didapatkan nilai konduktivitas termal pada kayu, karet, arang seperti pada tabel 3 berikut ini:

Tabel 3. Hasil perhitungan START

Disiapkan Alat dan Bahan

Kompor listrik dinyalakan

Disusun sampel seperti gambar 2

Dipanaskan sampel selama 10 menit

Diukur suhu T1, T2, T3, T4

Dilakukan pengulangan sebanyak 3x

Variasi bahan sudah dipakai

semua?

FINISH

Sampel diganti

(4)

FISIKA LABORATORIUM 4

C. Pembahasan

Percobaan Uji Konduktivitas Termal dengan Pyrometer pada Kayu, Karet, dan Arang memiliki tujuan untuk menentukan nilai konduktivitas termal beberapa material serta mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi nilai konduktivitas termal pada beberapa meterial. Percobaan ini menggunakan prinsip perpindahan panas secara konduksi.. Percobaan dilakukan guna menentukan besar nilai konduktivitas termal dari suatu bahan yang nantinya akan dibandingkan dengan literaturnya. Metode singkat dari percobaan ini adaah dengan mengalirkan panas pada logam uji yang telah disusun. Kemudian suhu pada masing-masing persambungannya di ukur dengan menggunakan pyrometer. Percobaan dilakukan dengan melakukan pengambilan data T(C) pada persambungan masing-masing bahan. Seharusnya T4<T3<T2<T1. Hal ini dikarenakan T1 yang paling dekat dengan sumber panas.

Dari data yang didapatkan, tampak terukur nilai suhu T1, T2, T3, dan T4 yang berbeda-beda. Hal ini termasuk pengaruh dari bahan yang digunakan. Tampak bahwa kadar alir energi kalor adalah berbeda. Hal ini disebabkan karena susunan molekul dan juga atom di dalam setiap bahan adalah berbeda. Setiap zat baik berbentuk padat, cair maupun gas tersusun dari partikel-partikel. Yang mempunyai kecenderungan selalu bergetar. Sifat bergetar partikel partikel zat tergantung pada jarak partikel pada zat sangat berbeda. Jarak antar partikel pada zat padat sangat dekat; jarak partikel pada zat fluida lebih jauh dibandingkan dengan jarak antar partikel pada zat padat; sedangkan pada gas, jarak antar partikel berjauhan. Hal inilah yang menyebabkan gaya tarikmenarik antar partikel atau kohesi pada zat padat lebih besar daripada kohesi zat cair. Karena itu gerak partikel-partikel pada zat padat sangat terbatas, dan hanya bergetar pada tempat tertentu.

Pada bahan logam perpindahan panasnya melalui dua media yaitu melalui gelombang getaran kisi (fonon) dan melalui elektron bebas. Pada saat dipanaskan maka didalam bahan akan timbul getaran kisi (fonon) sekaligus adanya elektron bebas yang saling menumbuk elektron-elektron didekatnya sehingga terjadi transfer energy dalam bentuk panas. Berbeda dengan kayu dan karet, karena bahan tersebut non logam, maka perpindahan panasnya hanya melalui gelombang getaran kisi (fonon). Hal tersebut terjadi, karena di

karet dan kayu, tidak memiliki elektron bebas, jadi tak ada pergerakan elektron yang menumbuk. Namun pada percobaan yang telah dilakukan, nilai konduktivitas dari aluminium lebih kecil daripada kayu, karet, dan arang. Hal ini mungkin terjadi suatu kesalahan dalam peletakan T1, T2, T3, dan T4 selama percobaan.

Berdasarkan teori yang ada konduktivitas termal dipengaruhi oleh kandungan uap air, suhu, kepadatan dan porositas. Konduktivitas termal air 25x konduktivitas udara tenang. Oleha karena itu apabila suatu benda berpori diiisi air maka akan berpengaruh terhadap konduktivitas termal. Konduktivitas termal yang rendah pada bahan insulasi adalah selaras dengan kandungan udara dalam bahan tersebut. Pengaruh suhu terhadap konduktivitas termal suatu bahan adalah kecil. Namun secara umum, dapat dikatakan bahwa konduktivitas termal bahan akan meningkat bila suhu meningkat. Konduktivitas termal juga berpengaruh terhadap pori-pori, apabila pori-pori semakin banyak, maka konduktivitas termal rendah. Perbedaan konduktivitas termal dengan kepadatan yang sama, akan tergantung kepada perbedaan struktur yang meliputi : ukuran, distribusi, hubungan pori/lubang.

Berdasarkan hasil perhitungan, didapatkan nilai konduktivitas listrik dari kayu 230,48 W/moC, karet 233,78 W/moC, arang 246,34 WS/moC.

IV. KESIMPULAN

Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi nilai konduktivitas termal pada bahan yang digunkan adalah dipengaruhi oleh kandungan uap air, suhu, kepadatan dan porositas. Dan pada percobaan ini didapatkan nilai konduktivitas termal untuk Berdasarkan hasil perhitungan, didapatkan nilai konduktivitas listrik dari kayu 230,48 W/moC, karet 233,78 W/moC, arang 246,34 WS/moC.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah melancarkan pembuatan laporan ini. Tak lupa juga ucapan terima kasih kepada Dina Mardiana dan Anita Dwi A. selaku asisten praktikum ini dan teman-teman, yang telah membantu proses penyelesaian laporan ini.

DAFTAR

PUSTAKA

[1] Kreith,Frank dan Arko prijono.prinsip-prinsip perpindahan panas.Edisi ketiga. Erlangga:Jakarta.1997.

[2] Holman, J.P., dan jasjfi. Perpindahan Kalor.Edisi keenam.Erlangga:Jakarta.1997

[3] Incropera, F.P., dan Dewitt, D.P., Fundamental of Heat and Mass Transfer, John Wiley & Sons, 2002.

Gambar

Tabel 1. Nilai konduktivitas terman beberapa bahan
Gambar 1. Prinsip kerja pyrometer
Gambar 3. Flowchart Percobaan

Referensi

Dokumen terkait

Bagaimana karakteristik perpindahan panas, faktor gesekan dan rasio peningkatan perpindahan panas pada penukar kalor pipa konsentrik dengan penambahan regularly

Pada prinsipnya refrigerasi adalah terapan dari mata kuliah Perpindahan Panas dan Thermodinamika, dimana kalor akan mengalir atau berpindah dari

Perpindahan panas secara konduksi adalah perpindahan panas dimana molekul-molekul dari zat perantara tidak ikut berpindah tempat tetapi molekul- molekul tersebut

Proses perpindahan panas secara radiasi (pancaran) adalah suatu proses perpindahan energi panas yang terjadi dari benda yang bertemperatur tinggi menuju benda dengan temperatur

Dari ketiga grafik hubungan antara laju perpindahan panas dengan temperatur larutan diatas terlihat bahwa laju perpindahan kalor mempengaruhi temperatur larutan ammonia-air

Perpindahan kalor secara konduksi adalah proses perpindahan kalor dimana kalor mengalir dari daerah yang bertemperatur tinggi ke daerah yang

Konduksi termal merupakan suatu fenomena transport di mana perbedaan temperatur menyebabkan transfer energi termal dari satu daerah benda panas ke daerah yang lain dari benda yang

Kalor adalah salah satu bentuk energy yang mengalir daru suatu benda bersuhu tinggi kebenda dengan suhu yang berpindah dari benda dengan suhu yang lebih rendah atau energi