• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PERAWAT DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSA (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERAN PERAWAT DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSA (1)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

ESSAI

PERAN PERAWAT DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIK DALAM KASUS ABORSI

Koordinator Mata Kuliah: Ns. Setyoadi, M.Kep, Sp.Kep.Kom Mata Kuliah Etika dan Hukum Keperawatan

O leh:

Dini Prastyo Wijayanti NIM. 166070300111019

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN PEMINATAN GAWAT DARURAT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

(2)

PERAN PERAWAT DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIK DALAM KASUS ABORSI

A. Paparan Masalah

(3)

Etika bagi perawat adalah suatu pedoman yang digunakan dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan etis baik dalam area praktek, pendidikan, administrasi maupun penelitian. Etika keperawatan menghasilkan informasi tentang moral, perawat yang peka terhadap masalah yang dihadapi, perawat yang bertanggung-gugat dan mempunyai kemampuan untuk mengambil keputusan etis dalam praktik keperawatan . Kemampuan untuk membuat suatu keputusan yang merupakan sesuatu yang esensial dalam praktik keperawatan profesional (Fry, 2002). Dalam praktiknya sehari-hari perawat berhubungan dengan pasien yang beraneka ragam dengan status kesehatan dan permasalahan yang berbeda-beda. Perawat juga kadangkala terlibat dalam sebuah permasalahan yang membingungkan untuk mengambil keputusan disebut dengan masalah etika atau dilema etik dimana dalam pembuatan keputusan tidak ada yang benar dan salah sehingga membuat perawat menjadi bingung. Beberapa dilema etik yang sering dialami perawat salah satunya adalah aborsi (Suhaemi, 2003).

Abortus telah menjadi salah satu masalah etika. Berbagai pendapat baik yang pro maupun kontra. Abortus secara umum dapat diartiakan sebagai penghentian kehamilan secara spontan. Pihak yang pro mengatakan bahwa aborsi adalah mengakhiri atau menghentikan kehamilan yang tidak diinginkan, sedangkan pihak antiaborsi cenderung mengartikan aborsi sebagai membunuh manusia yang tidak bersalah . Menurut hukum-hukum yang berlaku di Indonesia, aborsi atau pengguguran janin termasuk kejahatan, yang dikenal dengan istilah “Abortus Provocatus Criminalis” . Abortus provocatus adalah istilah Latin yang secara resmi dipakai dalam kalangan kedokteran dan hukum. Maksudnya adalah dengan sengaja mengakhiri kehidupan kandungan dalam rahim seseorang perempuan hamil. Karena itu abortus provocatus harus dibedakan dengan abortus spontaneus, dimana kandungan seorang perempuan hamil dengan spontan gugur. Jadi perlu dibedakan antara “ abortus yang disengaja” dan “abortus spontan” (Suhaemi, 2003)..

(4)
(5)
(6)

Perawat diasumsikan sebagai tenaga kesehatan yang mempunya tanggungjawab pada pekerjaannya dengan penyeleseian dilema etik yang sanagat sulit. Nilai dan sikap merupakan etika di dalam aturan klinik dengan konsen contemporary ethical. Di dunia, aspek profesional keperawatan mengadung, filosofi, nilai dan ideologi dapat dikombinasikan dengan aspek pekerjaan, dan nilai derived from this combination should promote the professional satisfaction of individualnurses and the public’s recognition of our values One’s professional role in nursing is inseparable . Dari paparan masalah diatas, maka penulis ingin mengungkapkan bagaimana peran perawat dalam mengambil keputusan etik dalam kasus aborsi dengan mempertimbangkan nilai dan moral.

B. Pembahasan

Prinsip etika adalah seperangkat peraturan yang dapat diaplikasikan pada segala situasi. Berbententuk kerangka kerja untuk membantu perawat dan lainnya mengevaluasi issue etik. Etik dan isuue sosial mempengaruhi pada kesehatan wanita hamil dan janinnya. Beberapa masalah yang lebih komplek muncul dari teknologi lanjutan di dalam teknologi reproduksi, perawatan melahirkan , perawatan bayi 0-28hari. Perawat professional memiliki otonomi yang mana membutuhkan etik dalam kompetensi perawatan. Beberapa prinsip etik dihubungkan dengan perawatan pasien. Prinsip etik sebagai penuntun aksi etik termasuk empat prinsip moral ; respect for beneficence, non-maleficence, justice, and autonomy yang menegakkan pilihan yang benar pada keluarga dan individu. Kuncinya yaitu secara otonom perawat menghormati dan mendukung anak yang dikandung oleh wanita termasuk wanita remaja .

(7)

masyarakat dan isu yang berkembang. Menurut Thompson dan Thompson (1985). dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit untuk diputuskan, dimana tidak ada alternative yang memuaskan atau suatu situasi dimana alternative yang memuaskan dan tidak memuaskan sebanding. Dalam dilema etik tidak ada yang benar atau salah. Dan untuk membuat keputusan etis, seseorang harus bergantung pada pemikiran yang rasional dan bukan emosional. Kerangka pemecahan dilema etik banyak diutarakan oleh beberapa ahli yang pada dasarnya menggunakan kerangka proses keperawatan dengan pemecahan masalah secara ilmiah (Kozier, 2004).

Kemampuan membuat keputusan masalah etis merupakan salah satu persyaratan bagi perawat untuk menjalankan praktek keperawatan professional dan dalam membuat keputusan etis perlu memperhatikan beberapa nilai dan kepercayaan pribadi, kode etik dalam praktik keperawatan (diadaptasi dari Fry, 2002)

.

(8)

Kemampuan membuat keputusan masalah etis merupakan salah satu persyaratan bagi perawat untuk menjalankan praktek keperawatan professional dan dalam membuat keputusan etis perlu memperhatikan beberapa nilai dan kepercayaan pribadi, kode etik keperawatan, konsep moral perawatan dan prinsip-prinsip etis (gambar 1)

Gambar 1: Unsur-unsur utama yang terlibat dalam pembuatan keputusan dan tindakan moral dalam praktik keperawatan (diadaptasi dari Fry, 2002)

Berbagai kerangka model pembuatan keputusan etis telah dirancang oleh banyak ahli etika, di mana semua kerangka tersebut berupaya menjawab pertanyaan dasar tentang etika, yang menurut Fry meliputi:

• Hal apakah yang membuat tindakan benar adakah benar? • Jenis tindakan apakah yang benar?

• Bagaimana aturan-aturan dapat diterapkan pada situasi tertentu? • Apakah yang harus dilakukan pada situasi tertentu?

Beberapa kerangka pembuatan keputusan etis keperawatan dikembangkan dengan mengacu pada kerangka pembuatan keputusan etika medis. Beberapa kerangka disusun berdasarkan posisi falsafah praktik keperawatan, sementara model-model lain dikembangkan berdasarkan proses pemecahan masalah seperti yang diajarkan di pendidikan keperawatan. Berikut ini merupakan contoh model yang dikembangkan oleh Thompson dan Thompson dan model oleh Jameton: Metode Jameton dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan etika keperawatan yang berkaitan dengan asuhan keperawatan pasien. Kerangka Jameton, seperti yang ditulis oleh Fry (2002), terdiri dari enam tahap:

(9)

b. Perawat harus mengumpulkan data tambahan. Informasi yang dikumpul-kan dalam tahap ini meliputi: orang-orang yang dekat dengan pasien yang terlibat dalam membuat keputusan bagi pasien, harapan/keinginan dari pasien dan orang yang terlibat dalam pembuatan keputusan. Perawat kemudian membuat laporan tertulis kisah dari konflik yang terjadi. Perawat harus mengindentifikasi semua pilihan atau alternatif secara terbuka kepada pembuat keputusan. Semua tindakan yang memung-kinkan harus terjadi termasuk hasil yang mungkin diperoleh beserta dampaknya. Tahap ini memberikan jawaban: Jenis tindakan apa yang benar?

c. Perawat harus memikirkan masalah etis secara berkesinambungan. Ini berarti perawat mempertimbangkan nilai-nilai dasar manusia yang pen-ting bagi individu, nilai-nilai dasar manusia yang menjadi pusat dari masalah, dan prinsip-prinsip etis yang dapat dikaitkan dengan masalah. Tahap ini menjawab pertanyaan: Bagaimana aturan-aturan tertentu diterapkan pada situasi tertentu?

d. Pembuat keputusan harus membuat keputusan. Ini berarti bahwa pem-buat keputusan memilih tindakan yang menurut keputusan mereka paling tepat. Tahap ini menjawab pertanyaan etika: Apa yang harus dilaku-kan pada situasi tertentu?

e. Tahap akhir adalah melakukan tindakan dan mengkaji keputusan dan hasil.

Tahap Model Keputusan Bioetis

Review situasi yang dihadapi untuk mendeterminasi masalah kesehatan, keputusan yang dibutuhkan, komponen etis individu keunikan.

Kumpulkan informasi tambahan untuk memperjelas situasi. Identifikasi aspek etis dari masalah yang dihadapi.

Ketahui atau bedakan posisi pribadi dan posisi moral profesional. Identifikasi posisi moral dan keunikan individu yang berlainan. Identifikasi konflik-konflik nilai bila ada.

Gali siapa yang harus membuat keputusan.

Identifikasi rentang tindakan dan hasil yang diharapkan. Tentukan tindakan dan laksanakan.

Evaluasi/review hasil dari keputusan/tindakan.

Pembuatan keputusan/pemecahan dilema etik menurut, Kozier, erb (2004), adalah sebagai berikut:

(10)

1) Mengembangkan data dasar; untuk melakukan ini perawat memerlukan pengumpulan informasi sebanyak mungkin, dan informasi tersebut meliputi: Orang yang terlibat, Tindakan yang diusulkan, Maksud dari tindakan, dan konsekuensi dari tindakan yang diusulkan.

2) Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi tersebut

3) Membuat tindakan alternative tentang rangkaian tindakan yang direncanakan dan mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi tindakan tersebut 4) Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah tersebut dan siapa

 Perawat harus menginformasikan secara lengkap mengenai aborsi dari legal etik dan hukum regulasi di negara tersebut.

 Perawat harus mengenalkan pada orang-orang ,aborsi adalah dilema etik yang menghasilkan kebingungan, ambivalen, stress personal

 Perawat harus memberikan masukkan bukan hanya tentang issu dan dilema tetapi pelanggaran pada agamaatau keyakinan tentang makna hidup

 Akhirnya perawat memiliki pengetahuan setulis hati dan pendirian yang kuat serta mengendalikan emosi terkait semua issu.

Peran perawat dalam pengambilan keputusan (Aderemia, 2016)  Mengidentifikasi issu etik dalam praktik keperawatan

 Membela pasien dan keluarga

 Memberikan informasi pada pasien termasuk keputusan etik  Berpartisipasi dalam proses formal dan informal terhadap issu etik  Mengevaluasi proses

(11)

C. Kesimpulan

Konflik etik terjadi pada pelayanan perawat, penghalang perkembangan pada profesi keperawatan, penelitian lebih lanjut yaitu perawat sangat sulit mengontrol emosinya sampai kepedulian pada aborsi yang merupakan dilema etik. Masalah abortus memang kompleks, namun perawat professional tidak diperkenankan memaksakan nilai-nilai yang ia yakini kepada pasien yang memiliki nilai berbeda termasuk pandangan terhadap abortus.Perawat memiliki beberapa tanggungjawab yang tidak bisa dihindari dalam konflik mengenai aborsi:

 Perawat harus menginformasikan secara lengkap mengenai aborsi dari legal etik dan hukum regulasi di negara tersebut.

 Perawat harus mengenalkan pada orang-orang ,aborsi adalah dilema etik yang menghasilkan kebingungan, ambivalen, stress personal

 Perawat harus memberikan masukkan bukan hanya tentang issu dan dilema tetapi pelanggaran pada agamaatau keyakinan tentang makna hidup

 Akhirnya perawat memiliki pengetahuan setulis hati dan pendirian yang kuat serta mengendalikan emosi terkait semua issu.

. D. Saran

(12)

E. Referensi

1. Aderemi. (2016). Ethical Issues in Maternal and Child Health Nursing: Challenges Faced By Maternal and Child Health Nurses and Strategies for Decision Making International Journal of Medicine and Biomedical Research, vol 5(2), 68-76.

2. Fry, S.T & Johnstone. 2002. Ethics in nursing practice. Oxford: blackwell

3. Gold, Chambers &Dvorak. (1995). Ethical dilemmas in the lived experience of nursing practice. Nursing ethics, 2(2) p:373-385.

4. Ganz FD, Wagner N and Toren O. (2014). Nurse middle manager ethical dilemmas and moral distress. Nurs Ethics, 21, 1–9.

5. Harman, Elizabeth. (2000). Creation Ethics: The Moral Status of Early Fetuses and The Ethics of Abortion. Philosophy and Public Affairs;, 28(4), 310.

6. Kiera, Jones. (2007). Ethic of abortion: the argumenst for and against. Health & Medical Collection, 27(37), 45-48.

7. Kim, Kyunghee. (2015). Korean Nurses’ Ethical Dilemmas, Professional Values and Professional Quality of Life. Nursing Ethics, Vol.22(4), 467-478.

8. Park HJ. (2009). Ethical dilemma of nurses. J Korean Acad Nurs Admin; 15, 128–135. 9. Pitilin, Erica. (2016). Nursing Care In Situations Of Induced Ccaused Abortion:

An Integrative Literature Review. Enfemarial Global, 43, 467-479. 10. Suhaemi, M. E. (2003). Etika Keperawatan: Aplikasi pada Praktik. Jakarta: EGC

Gambar

Gambar 1: Unsur-unsur utama yang terlibat dalam pembuatan keputusan dan tindakan moraldalam praktik keperawatan (diadaptasi dari Fry, 2002)

Referensi

Dokumen terkait

partai dan agar mereka memilih sesuai kesetiaan itu; kedua , ada kegiatan untuk menjajagi warga negara yang tidak terikat pada partai dan menurut istilah Burke ( dalam Venus,

mendukung kelancaran perjalanan kereta api dibutuhkan sistem telekomunikasi yang andal antara Pusat Kendali (PK) perkeretaapian dan stasiun kereta maupun

integritas dan memiliki kepribadian transformatif landasannya ialah IESQ. Landasan ini menghasilkan sikap positif, mindset esensi, komitmen normatif dan kompetensi

Menurut Qodri Azizy, selama ini telah terjadi anggapan negatif terhadap pelaksanaan pendidikan agama (Islam) di lembaga pendidikan. Anggapan yang kurang menyenangkan itu

Adapun desain pembelajaran dikembangkan dengan memanfaatkan fitur-fitur; lesson page, forum diskusi, penugasan (assignment) dan pengintegrasian animasi,, simulasi

4.1 Mempraktikkan pola gerak dasar lokomotor sesuai dengan (seperti konsekuiwensi anggota tubuh yang digunakan: arah, ruang gerak, hubungan, dan usaha) dalam berbagai

Jon Rohtuahson Sinaga, Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Pelayaan Air Bersih: Studi Pada Masyarakat Kota Medan Pelanggan PDAM Tirtanadi Cabang Medan ,

rapkan dampak positif yang diperoleh oleh anak-anak mereka. Lantas bagaimana de- ngan film kartoon Shinchan? Sebuah poll- ing media massa, menunjukkan bahwa tingkat