• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGAMBILAN KEPUTUSAN REMAJA LAKI LAKI U

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGAMBILAN KEPUTUSAN REMAJA LAKI LAKI U"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PENGAMBILAN KEPUTUSAN REMAJA LAKI-LAKI UNTUK TERLIBAT DALAM BISNIS PROSTITUSI DI KAWASAN TRETES,

KELURAHAN PRIGEN, KABUPATEN PASURUAN

Oleh

Fanantika Wulandari Putri fanantika_wp@yahoo.co.id

Ari Pratiwi

ABSTRAK

Keadaan lingkungan memiliki pengaruh tersendiri terhadap perkembangan kognitif remaja khususnya perkembangan remaja laki-laki dalam mengambil keputusan. Seiring dengan bertambahnya usia, pengambilan keputusan pada individu akan semakin meningkat. Pada proses pengambilan keputusan individu akan melewati beberapa tahapan proses pengambilan keputusan dan dasar-dasar pengambilan keputusan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana proses pengambilan keputusan remaja laki-laki untuk terlibat dalam bisnis prostitusi. Penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi digunakan untuk memahami pengalaman subjektif subjek penelitian secara menyeluruh. Subjek sebanyak 4 orang remaja laki-laki yang terlibat dalam bisnis prostitusi, berusia 18-22 tahun, bertempat tinggal tetap di lingkungan prostitusi Tretes. Pemilihan subjek dilakukan dengan teknik snowball sampling. Metode pengumpulan data yaitu wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pengambilan keputusan setiap subjek akan dipengaruhi oleh dasar-dasar pengambilan keputusan, antara lain: intuisi, pengalaman, fakta, wewenang, dan rasional. Setiap subjek memiliki dasar-dasar pengambilan keputusan yang berbeda, perbedaan tersebut tergantung pengalaman, peluang dan pengetahuan yang dimiliki oleh masing-masing subjek.. Akan tetapi, kurangnya pengalaman dan peluang yang dimiliki oleh subjek mengakibatkan lemahnya keterampilan dalam melihat dan membuat pilihan. Sehingga dalam membuat keputusan subjek hanya melihat satu kesempatan atau peluang yang bisa diambilnya, yaitu terlibat dalam bisnis prostitusi.

Kata Kunci: Bisnis prostitusi, Pengambilan keputusan, Remaja laki-laki

ABSTRACT

(2)

the data collection consist of interview, observation, and documentation. The study discloses that on each research subjects have the different way and process of decision making. Moreover, in every decision making which is taken by the research subjects was influenced by the principal of decision making such as intuition, experience, fact, authority, and rationality. In which the phase of decision making depends on the basic concept, knowledge, experience, and opportunity which is owned by each research subjects. Regarding to the research subjects’ limitation on the experience and opportunity yielded the weakness toward the sense of decision making. Therefore, in the process of decision making the resarch subjects only focused on one goal that is join into prostitution business.

Key Words: Prostitution bussiness, Decision making, Young men

LATAR BELAKANG

Pengambilan keputusan menjadi suatu hal yang biasa diambil atau dilakukan dalam menghadapi berbagai permasalahan untuk dapat mempertahankan hidupnya. Pada masa remaja akhir permasalahan yang timbul semakin kompleks, sehingga mendorong remaja akhir untuk lebih meningkatkan kemampuannya dalam mengambil sebuah keputusan. Semakin bertambahnya usia dan semakin banyaknya kesempatan untuk mengambil keputusan secara mandiri, maka proses dalam pengambilan keputusan remaja akan semakin baik (Santrock, 2007).

Fokus dalam penelitian ini adalah remaja laki-laki yang berada pada tahap remaja akhir. Ekawati dan Wulandari (2011) menyatakan bahwa intelektual remaja laki-laki sangat agresif dan independen, lebih objektif, menyukai pengetahuan eksakta, dan lebih mampu berpikir logis. LaVoie (Santrock, 2007) menjelaskan bahwa pada remaja laki-laki persoalan-persoalan pekerjaan menjadi lebih sentral bagi identitas mereka sebagai remaja. Sesuai dengan tugas perkembangan remaja akhir yang dijelaskan oleh Havighurst (Hurlock, 1993) bahwa pada masa remaja akhir, seseorang akan mulai mempersiapkan karirnya. Oleh karena itu, pengambilan keputusan pada laki-laki yang berada pada fase remaja akhir akan semakin penting untuk menentukan karirnya. Untuk dapat mempraktikkan dan mendiskusikan pengambilan keputusan yang realistis, remaja laki-laki membutuhkan lebih banyak kesempatan, oleh karena itu remaja laki-laki perlu diberikan lebih banyak peluang untuk terlibat dalam permainan peran dan pemecahan masalah kelompok.

(3)

nilai-nilai, norma-norma, dan kebudayaan yang dimiliki lingkungan tempat tinggalnya.

Berdasarkan fenomena yang terjadi di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui dasar-dasar dan tahapan proses pengambilan keputusan yang diambil oleh remaja laki-laki yang tinggal di lingkungan prostitusi Tretes.

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan penjelasan latar belakang di atas maka peneliti merumuskan rumusan masalah tentang bagaimana tahapan proses pengambilan keputusan dan dasar-dasar pengambilan keputusan remaja laki-laki untuk terlibat dalam bisnis prostitusi di kawasan Tretes.

TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini memiliki tujuan untuk dapat memahami dan menganalisis bagaimana proses pengambilan keputusan dan dasar-dasar pengambilan keputusan remaja laki-laki untuk terlibat dalam bisnis prostitusi.

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGAMBILAN KEPUTUSAN

1. Definisi Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan merupakan suatu proses pemilihan alternatif terbaik terbaik dari beberapa alternatif. Pengambilan keputusan dalam pemahaman luas dapat disamakan dengan pemecahan masalah. Sedangkan pendekatan pengambilan keputusan dalam konteks yang lebih sempit dinyatakan sebagai kegiatan- kegiatan internal (mental) dalam melakukan pilihan dan beberapa alternatif pilihan. Pengambilan keputusan dalam pengertian yang lebih lengkap mencakup pula penerapan atau konsekuensi secara nyata dari keputusan yang diambil (Moordiningsih, 2005).

Untuk mengembangkan kemampuan guna membuat keputusan- keputusan yang mantap dan handal, dibutuhkan beberapa bekal untuk melakukan hal tersebut. Pertama; dibutuhkan kemampuan nalar atau pertimbangan yang masak agar setelah meneliti semua faktor yang berhubungan dengan suatu masalah dan segenap alternatif pemecahannya, mampu menetapkan suatu pemecahan terbaik yang dapat dilaksanakan dengan lancar dan juga dituntut untuk memiliki wawasan yang jauh kedepan agar dapat mengantisipasi dan merencanakan aksi dan reaksi yang akan muncul akibat reaksi tersebut. Kedua; harus mempunyai watak kuat yang diperlukan untuk membuat keputusan terbaik pada waktu yang tepat, dan mengumumkannya juga pada waktu dan tempat yang tepat sehingga akan diperoleh hasil-hasil sesuai yang diharapkan (Sumaryanto, 2011).

2. Dasar - Dasar Pengambilan Keputusan

(4)

seringkali kurang baik karena mengabaikan dasar-dasar pertimbangan lainnya; b) Pengalaman, memiliki manfaat bagi pengetahuan praktis karena pengalaman seseorang dapat memperkirakan keadaan sesuatu, dapat memperhitungkan untung ruginya, baik buruknya keputusan yang akan diambil; c) Fakta, dapat memberikan keputusan yang sehat, solid, dan baik, tingkat kepercayaan terhadap pengambilan keputusan dapat lebih tinggi, sehingga dapat menerima keputusan-keputusan dengan lapang dada; d) Wewenang, biasa dilakukan oleh pimpinan terhadap bawahannya atau orang yang lebih tinggi kedudukannya kepada orang yang lebih rendah kedudukannya. Hasil keputusannya dapat bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama dan memiliki otentisitas, tetapi dapat menimbulkan sifat rutinitas, mengasosiasikan dengan praktek diktatorial. e) Rasional, pada pengambilan keputusan yang berdasarkan rasional, keputusan yang dihasilkan bersifat objektif, logis, lebih transparan, konsisten untuk memaksimalkan hasil atau nilai dalam batas kendala tertentu, sehingga dapat dikatakan mendekati kebenaran atau sesuai dengan apa yang diinginkan. Pengambilan keputusan secara rasional ini berlaku sepenuhnya dalam keadaan yang ideal.

3. Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan

Dijelaskan oleh Koentjoro (Sihaloho dan Nasution, 2012) menyatakan bahwa secara umum terdapat 5 faktor yang paling mempengaruhi seseorang untuk mengambil keputusan untuk terlibat dalam bisnis prostitusi, yaitu: materialisme. modeling, dukungan orang tua, lingkungan yang permisif, ekonomi.

4. Tahap- Tahap Pengambilan Keputusan

Cooke & Slack (Moordiningsih, 2005) menjelaskan 9 tahapan yang dilalui individu dalam mengambil keputusan, yaitu:

Gambar 1.1. Tahapan Proses Pengambilan Keputusan

(5)

1. Definisi Remaja

Istilah adolescence (remaja) berasal dari kata latin adolescere (kata bendanya, adolescentia) yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Akan tetapi saat ini istilah adolescence memiliki arti yang lebih luas, mecakup kematangan fisik, emosional, sosial, dan kognitif (Hurlock, 1993). Masa remaja dimulai sekitar usia 10 sampai 13 tahun dan berakhir pada sekitar usia 18 sampai 22 tahun, merupakan pribadi yang sedang berkembang dan tengah mencari jati diri (Santrock, 2007).

Beberapa ahli beranggapan bahwa masa remaja merupakan masa penyempurna dari perkembangan pada tahap-tahap sebelumnya. Hal ini terlihat dalam teori Piaget tentang perkembangan kognitif. Menurut Eric Ericson menjelaskan bahwa pada masa remaja berada pada tahap identity vs role diffusion, pada masa ini individu menghadapi tugas perkembangan untuk menonjolkan identitas dirinya, akan tetapi masih terperangkap oleh masih kaburnya peran individu dalam lingkungan asalnya. (Sarwono, 2012).

2. Karakteristik Remaja

Dijelaskan karakteristik seseorang memasuki masa remaja oleh Ahmadi dan Sholeh (2005) sebagai berikut:

a. Menemukan Kepribadiannya b. Menentukan Cita-Cita

c. Menggariskan Jalan Hidupnya d. Bertanggung Jawab

e. Menghimpun Norma-Norma Sendiri

3. Masa Perkembangan Remaja

Definisi mengenai remaja tidak hanya mengenai usia namun juga pengaruh sosio-historis: ingatan kembali mengenai pandangan invensionis mengenai remaja. Berdasarkan mempertimbangkan konteks sosio-historis, Santrock (2007) membagi perkembangan remaja dalam dua tahap perkembangan:

a. Masa Remaja Awal (early adolescence)

Pada masa ini kurang lebih berlangsung di masa sekolah menengah pertama atau sekolah menengah akhir dan perubahan pubertal terbesar terjadi di masa ini. Usia remaja pada masa ini kurang lebih 10 samapai 13 tahun.

b. Masa Remaja Akhir (late adolescence)

Masa remaja akhir terjadi pada usia 18 sampai 22 tahun. Pada masa ini minat, karir, pacaran, dan eksplorasi identitas seringkali lebih menonjol di masa remaja akhir dibadingan pada masa remaja awal. Masa puncak perubahan emosi. Dalam tahap ini terjadi perubahan dari kecenderungan mementingkan diri sendiri kepada kecenderungan memperhatikan orang lain dan kecenderungan memperhatikan harga diri. Gejala lain yang timbul dalam tahap ini adalah bangkitnya dorongan seks.

(6)

Tugas perkembangan remaja tersebut dijelaskan oleh (Mutiara, W., Komariah, M., Karwati. 2008) dan didukung pleh Havighurst (Hurlock, 1993) sebagai berikut:

a. Mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita

b. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab c. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa

lainnya.

d. Mempersiapkan karir ekonomi

e. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga

5. Perkembangan Remaja Laki-Laki

Dalam kehidupan sosialnya menurut LaVoie persoalan-persoalan pekerjaan lebih sentral bagi identitas remaja laki-laki. Bagi remaja lak-laki pembentukan identitas mengawali tahap keakraban, dan masalah otonomi dan prestasi adalah persoalan yang penting menurut Gilligan (Santrock, 2007). Ekawati dan Wulandari (2011) menyatakan bahwa perkembangan emosi dan intelektual remaja laki-laki sangat agresif dan independen, lebih objektif, menyukai pengetahuan eksakta, dan lebih mampu berpikir logis.

6. Pengambilan Keputusan Remaja

Menurut Sternberg (2008), terdapat 6 karakteristik yang membedakan pengambilan keputusan remaja, yaitu:

a. Remaja sangat sensitif terhadap penghargaan/ hadiah termasuk stimulus penghargaan dan tersebut, status sosial atau merasa dikagumi dan dihargai.

b. Orientasi yang lemah dalam memprediksi masa depan mempengaruhi remaja dalam melihat kerugian dalam pengambilan keputusan.

c. Keputusan remaja tentang pengambilan resiko lebih mudah digoyahkan daripada orang dewasa, hal ini sangat dipengaruhi oleh kelompok sebaya mereka, pengaruh kelompok sebaya sangat tinggi dalam pengambilan keputusan.

d. Ketidak matangan yang terkait bagian otak dengan kontrol kognitif. Pengambilan keputusan pada remaja lebih mudah terganggu oleh rangsangan emosi dan sosial dibandingkan dengan orang dewasa.

C. PROSTITUSI

1. Definisi Prostitusi

Sebagai salah satu bisnis tertua dalam sejarah dunia, bisnis prostitusi tetap bertahan seiring perkembangan zaman. Di Indonesia bisnis prostitusi bukan merupakan fenomena asing. Mulai dari bentuk yang dilegalisasi oleh pemerintah sebagai sebuah wilayah yang khusus untuk tempat prostitusi (Issabela dan Hendriani, 2010).

(7)

dan bangsa Indonesia. Menurut Gave Jones, pelacuran adalah tidak lebih dari pengeksploitasian wanita sebagai pemuas nafsu seks oleh seorang laki-laki dan untuk itu diberikan imbalan sejumlah uang sesuai dengan tarif atau kesepakan bersama (Sitepu, 2004).

2. Jenis- Jenis Prostitusi

Kartono (1992) membagi prostitusi menurut jumlahnya, jenis prostitusi tersebut diantaranya:

a. Single Operator merupakan prostitusi yang beroprasi secara individual

b. Prostitue adalah bisnis pristitusi yang bekerja dengan bantuan organisasi dan “sindikat” yang teratur rapi.

Selain itu bisnis prostitusi dan lokalisasi juga dibagi menurut aktivitasnya oleh Kartono (1992), jenis prostitusi dan lokalisasi tersebut antaranya sebagai berikut:

a. Prostitusi yang Terdaftar

Pelaku dalam prostitusi yang terdaftar diawasi oleh bagian control dari kepolisian yang dibantu dan bekerja sama dengan jawatan sosial dan jawatan kesehatan.

b. Prostitusi yang Tidak Terdaftar

Pelaku yang berperan dalam bisnis prostutusi yang tidak terdaftar ini termasuk dalam kelompok orang yang melakukan prostitusi secara gelap-gelapan dan liar, baik secara perorangan maupun kelompok.

3. Faktor- Faktor Penyebab Prostitusi

Dijelaskan oleh Koentjoro (2009) penyebab pelacuran adalah tingginya aspirasi material dan dukungan budaya, meski peranan kemiskinan tidak diabaikan, oleh karenanya jika dicermati penyebab pelacuran itu bersifat universal. Berikut disebutkan oleh Sitepu (2004) beberapa faktor penyebab timbulnya prostitusi:

a. Kurangnya pengertian penduduk, pendidikan, dan buta huruf sehingga menghalalkan pelacuran untuk menghindarkan diri dari kesulitan hidup dan mendapatkan kemewahan dengan jalan singkat. b. Adanya nafsu-nafsu seks yang abnormal, tidak terintegrasi dalam

kepribadia, keroyalan seks, histeris, dan hiperseks sehingga merasa tidak puas dengan relasi seks dengan pria/suami.

c. Kompensasi terhadap perasaan-perasaan imferior. Jadi ada adjusment yang negatif terutama terjadi pada masa puber dan remaja.

d. Rasa ingin tahu gadis-gadis cilik dan anak-anak puber pada masalah seks yang kemudian tercebur dalam dunia pelacuran oleh bujukan bandit-bandit seks.

e. Pada masa kanak-kanak pernah melakukan relasi seks atau suka melakukan hubungan seks sebelum perkawinan sehingga ketagihan atau terbiasa melakukan banyak relasi seks secara bebas.

(8)

g. Banyak stimulasi seksual dalam bentuk film-film biru, gambar-gambar porno, bacaan cabul, gang-gang anak muda yang mempraktikkan relasi seks.

h. Aspirasi materi yang tinggi daripada wanita dan kesenangan, ketamakan terhadap pakaian-pakain yang indah dan perhiasan mewah, ingin hidup bermewah-mewah tetapi malas bekerja.

i. Disorganisasi dan disintegrasi dari kehidupan keluarga, broken home, ayah atau ibu menikah lagi atau hidup bersama dengan partner lain, sehingga anak gadis merasa sangat sengasara batinnya, tidak bahagia, memberontak lalu menghibur diri dengan terjun ke dunia pelacuran j. Anak-anak gadis dan wanita-wanita muda yang kecanduan narkotika

dan minuman dengan kadar alkohol tinggi, banyak yang menjadi pelacur untuk membeli obat-obat tersebut dan lain-lain.

Selain itu Kartono (1992) juga menyebutkan beberapa peristiwa sosial yang menyebabkan timbulnya aktivitas prostitus, diantaranya sebagai berikut:

a. Tidak adanya undang-undang yang melarang pelacuran. Selain itu juga tidak ada larangan terhadap orang-orang yang melakukan relasi seks di luar pernikahan.

b. Adanya keinginan dan dorongan manusia untuk menyelurkan kebutuhan seks, khususnya diluar pernikahan.

c. Komersialisasi dari seks, baik di pihak wanita maupun germo-germo dan oknum-oknum tertentu yang memanfaatkan pelayanan prostitusi. d. Dekadensi moral, merosotnya norma-norma susila dan keagamaan

pada saat masyarakat mangalami kesejahteraan hidup.

e. Semakin menurunnya penghormatan terhadap harkat dan martabat kaum wanita sebagai manusia.

f. Kebudayaan eksploitasi pada zaman modern ini, khususnya mengekploitir kaum lemah atau wanita untuk tujuan-tujuan komersil. g. Bertemunya bermacam-macam kebudayaan asing dan kebudayaan

setempat di daerah-daerah perkotaan ibu kota, mengakibatkan perubahan-perubahan sosial yang cepat dan radikal, sehingga masyarakat menjadi stabil.

D. BISNIS PROSTITUSI

Dalam bisnis prostitusi yang ada di lingkungan Tretes, ada beberapa pekerjaan yang merupakan bagian dari bisnis tersebut dan memiliki peranan yang penting dalam menunjang bisnis prostitusi tersebut. Dijelaskan oleh Setyawan (2012) jenis-jenis pekerjaan yang berkaitan dengan bisnis prostitusi sebagai berikut:

1. Mucikari atau germo

2. Pekerja Seks Komersial (PSK) 3. Menyewakan Vila dan Penjaga Vila 4. Makelar

5. Tukang Ojek 6. Toko atau Warung

(9)

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan model pendekatan fenomenologi. Lokasi penelitian berada di lingkungan Tretes, Kabupaten Pasuruan, Kecamatan Prigen, Kelurahan Prigen. Teknik pemilihan subjek menggunakan teknik snowball. Pada penelitian ini mengkategorikan tiga macam informan penelitian yaitu informan kunci, informan utama, informan tambahan:

a. Informan kuncil yang bernama DAS, berfungsi membantu peneliti dalam memberikan informasi kepada peneliti berkaitan dengan subjek penelitian yang mengetahui dan memahami kehidupan para remaja di lingkungan Tretes.

b. Informan utama adalah adalah remaja laki-laki yang tinggal dan terlibat dalam bisnis prostitusi di kawasan Tretes, dengan kisaran usia 18 sampai 22 tahun, berjumlah empat orang yang bernama ADK, TL, TKS, DB. c. Informan tambahan adalah informan yang memiliki hubungan tertentu

dengan informan utama. Dalam penellitian ini antaralai orang tuang keempat subjek dan temanterdekat subjek.

Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara depth interview dengan menggunakan dengan alat bantu seperti perekam (Handphone), observasi dengan metode anecdotal record dan dokumentasiTeknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik interaktive model menurut Miles & Huberman dan uji keabsahaan data yang digunakan adalah dengan menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik (Sugiyono, 2012).

PEMBAHASAN

Dasar-dasar pengambilan keputusan yang dijelaskan oleh Terry (Sumaryanto, 2011) bahwa dalam proses pengambilan keputusan pada remaja dipengaruhi oleh beberapa dasar-dasar pengambilan keputusan yang terjadi karena adanya interaksi antara subjek dengan keluarga, subjek dengan teman-teman sebaya, subjek dengan masyarakat umum dapat mempengaruhi kemampuan individu dalam mengambil keputusan. Berikut penjelasan terhadap dasar-dasar pengambilan keputusan subjek:

a. Intuisi: dalam penelitian ini telah menunjukkan subjek TL dan DB yang mengambil sebuah keputusan berdasarkan intuisi tanpa mempertimbangkan hal-hal yang lain. Sedangkan subjek ADK dan TKS mengambil sebuah keputusan tanpa dasar intuisi yang di karenakan dalam proses pengambilan keputusan subjek ADK dan TKS masih mempertimbangkan atau berpikir lebih rasional.

b. Pengalaman: Dalam proses pengambilan keputusan keempat subjek mengambil keputusan berdasarkan pengalaman, hal tersebut dikarenakan tempat tinggal keempat subjek yang berada dalam lingkungan prostitusi telah mengenalkan aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan bisnis prostitusi kepada keempat subjek.

(10)

d. Wewenang: Dalam hal ini keempat subjek tidak membuat keputusan berdasarkan wewenang karena pada proses pengambilan keputusan keempat subjek mengaku tidak pernah mendapatkan paksaan atau memutuskan untuk terlibat dalam bisnis prostitusi tanpa perintah siapa pun. Keempat sunjek memutuskan untuk terlibat dalam bisnis prostitusi atas dasar pemikiran dan keinginan masing-masing tanpa adanya perintah dari orang-orang disekitarnya.

e. Rasional: Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pada proses pengambilan keputusan subjek ADK, TL, TKS menggunakan dasar pengambilan keputusan rasional, sedangan subjek DB tidak, hal tersebut dikarenakan, dalam prosesnya subjek DB tidak membuat dan melakukan penilaian terhadap pilihan-pilihan yang tersedia. Menunjukkan disini bahwa subjek DB tidak berpikir lebih komplek mengenai keuntungan dan kerugian yang akan didapat dari keputusannya tersebut.

Perjalanan remaja untuk sampai pada suatu keputusan perlu melalui beberapa tahapan yaitu:

a. Observasi: Keempat subjek memperhatikan segala aktifitas yang dilakukan oleh teman-teman dan sebagian besar masyarakat di lingkungannya seperti menjadi penjaga vila, makelar PSK, tukang ojek, germo dan PSK. Selain itu subjek TL dan DB juga memperhatikan pekerjaan orang tua mereka yang menyewakan vila kamaran dan melayani para tamu.

b. Mengenali masalah: Keempat subjek memiliki kesamaan permasalahan dalam hal ekonomi keluarga yang cenderung menengah ke bawah, yang mana subjek TL dan DB hanya menggantukan keuangan keluarga dengan

menyewakan vila-vila kamaran. Sedangkan subjek ADK juga memiliki saudara laki-laki yang sedang dalam masa tahanan dikarenakan mencuri sepeda motor.

c. Memahami masalah: Keempat subjek memahami bahwa keadaan ekonomi keluarga yang menengah kebawah memaksa keempat subjek untuk berusaha mencari pekerjaan yang dapat membantu keuangan keluarga mereka masing-masing. Sedangkan subjek ADK memahami bahwa setelah kakak laki-lakinya di penjara makan subjek ADK yang menjadi satu-satunya harapan bagi kedua orang tuangnya.

d. Menetapkan tujuan: Subjek ADK, TL, dan TKS memiliki tujuan untuk segera mendapatkan pekerjaan dan bisa membantu keuangan keluarga. Sedangkan subjek DB yang lebih berpikir recara sepontan tanpa meihat dan membuat pilihan dari kesempatan-kesempatan yang ada, DB lebih memilih untuk meneruskan usaha keluarganya.

e. Menentukan alternatif pilihan: Subjek ADK, TL, TKS membuat pilihan untuk tidak menerima pekerjaan sebagai penjaga vila dan berusaha mencari pekerjaan yang lain atau ketiga subjek memilih untuk menerima kesempatan yang ada sebagai penjaga vila dan makelar PSK. Sedangkan subjek DB tidak membuat alternatif pilihan.

(11)

banyak bagi mereka masing- masing. Sedangkan subjek DB tidak mengevaluasi alternatif pilihan di karenakan subjek DB tidak membuat alternatif pilihan.

g. Memilih: Keempat subjek memutuskan untuk menjadi penjaga vila dan mekelar PSK. Subjek ADK dan TL memutuskan untuk menjaga vila milih temannya. ADK memutuskan menjaga vila pada awalnya, dengan alasan, ADK memerlukan uang dan pada saat itu hanya pekerjaan sebagai penjaga vila lah yang tersedia, setelah beberapa bulan menjadi penjaga vila, ADK mendapatkan pekerjaan yang lebih baik di sebuah perusahaan di Prigen. Sedangkan TL memutuskan menjaga vila karena dengan menjaga vila TL merasa bisa mendapatkan uang lebih tanpa harus meminta uang kepada kedua orang tuanya.

Subjek TKS memutuskan untuk menjaga vila milik saudaranya dengan alasan meniru kakak laki-lakinya yang dahulu juga berprofesi sebagai penjaga vila dan dengan menadi penjaga vila, TKS dapat menghasilkan uang sendiri tanpa harus banyak meminta kepada kedua orang tuanya. Sedangkan subjek DB memutuskan untuk menjaga vila milik keluarganya sendiri dengan alasan bahwa subjek tidak menginginkan mecari pekerjaan lain yang akan membuatnya susah. Subjek DB merasa bahwa pekerjaan sebagai penjaga vila sudah cukup dapat menghasilkan banyak uang dan tidak perlu bersusah payah bekerja keras.

Selama menjadi penjaga vila, keempat subjek juga merangkap sebagai makelar PSK dan terkadang menjadi tukang ojek untuk tamu-tamu yang datang ke vila.

h. Menerapkan: Selama subjek ADK dan TL menjadi penjaga vila dan mekelar PSK, mereka juga mencoba untuk menaruh lamaran pekerjaan ke perusahaan- perusahaan atau pabrik. Sedangkan subjek TKS yang masih duduk di bangku sekolah SMA masih belum berusaha mencari pekerjaan yang lain, jadi subjek TKS bersekolah sambil bekerja sebagai penajag vila dan makelar PSK. Berbeda dengan subjek ADK dan TL, subjek DB tidak berusaha mencari pekerjaan lain karena subjek memutuskan untuk meneruskan usaha keluarganya tersebut.

i. Memonitor: Setelah keempat subjek memutuskan untuk menjadi penjaga vila dan makelar PSK , keempat subjek selanjutnya juga memonitor apakah pekerjaan yang sedang dilakukan oleh keempat subjek dapat memberikan keuntungan sesuai dengan tujuan mereka.

Langkah-langkah di atas merupakan rangkaian proses yang dilalui oleh individu sampai mengambil sebuah keputusan dan memonitor keputusan yang individu ambil.

Pada tahapan proses pengambilan keputusan setiap individu akan dipengaruhi oleh dasar-dasar pengambilan keputusan. Selain itu, ditemukan juga bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan pada keempat subjek yaitu :

(12)

b. Faktor modeling memberi pengaruh terhadap keempat subjek, keadaan masyarakat yang permisif terhadap adanya bisnis prostitusi membuat subjek merasa tidak masalah jika harus bekerja sebagai penjaga vila ataupun makelar PSK. Akan tetapi bagi subjek ADK dan TKS menggunakan pekerjaan sebagai penjaga vila dan makelar PSK hanya sementara hingga bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih layak, hal tersebut dipengaruhi oleh faktor modeling terhadap teman dan keluarga kedua subjek yang mampu memdapatkan pekerjaan yang lebih baik di luar lingkungan prostitusi Tretes.

c. Faktor dukungan orang tua juga memotivasi subjek DB untuk meneruskan usaha keluarganya yang menyewakan vila, menjadi makelar PSK.

d. Subjek TL mengambil keputusan untuk menjadi penjaga vila karena adanya faktor pengaruh lingkungan yang permisif dan dukungan orang tua dimana subjek TL yang sudah sering membantu kedua orang tuanya di vila sejak kecil.

Hasil penelitian ini menemukan adanya perbedaan cara pandang seseorang dalam memandang nilai-nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Jika sebagian besar masyarakat umum memiliki pandangan negatif terhadap hadirnya bisnis pelacuran atau bisnis prostitusi di suatu kawasan, tidak demikian dengan masyarakat di lingkungan Tretes. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar warga di lingkungan Tretes menggantungkan kehidupan perekonomian keluarga dari adanya bisnis pelacuran (Setyawan, 2012). Hal tersebut telah menunjukkan bahwa sikap dari masyarakat lingkungan Tretes telah terhabituasi dengan adanya praktek bisnis prostitusi.

Menurut Erik Erikson (Sarwono, 2012) masa remaja akhir berada pada tahap identity vs role diffusion, pada masa ini individu menghadapi tugas perkembangan untuk menonjolkan identitas dirinya, akan tetapi masih terperangkap oleh masih kaburnya peran individu dalam lingkungan asalnya. Subjek ADK, TL, TKS dan DB nampak memiliki kemampuan untuk mengeksplor dan mencari identitas budayanya. Keempat subjek mampu untuk mengeksplor kemampuan mereka dalam menjalankan peran-peran baru, baik itu dalam hal pekerjaan ataupun romantisme. Keempat subjek mampu mengatasi dan menerima peran-peran baru yang saling berkonflik satu sama lain dengan sebuah penghayatan mengenai jati diri yang baru, yang menyegarkan, dan dapat diterima oleh sosialnya.

(13)

Proses pengambilan keputusan setiap subjek akan dipengaruhi oleh dasar-dasar pengambilan keputusan, antara lain: intuisi, pengalaman, fakta, wewenang, dan rasional. Setiap subjek memiliki dasar-dasar pengambilan keputusan yang berbeda, perbedaan tersebut tergantung pengalaman, peluang dan pengetahuan yang dimiliki oleh masing-masing subjek. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa keempat subjek tidak mengambil keputusan berdasarkan wewenang, hal tersebut dikarenakan subjek mengambil keputusan atas dasar pemikiran masing-masing tanpa adanya perintah dari orang-orang disekitarnya.

Proses pengambilan keputusan individu melewati beberapa tahapan sebagai berikut: observasi, mengenali masalah, menetapkan tujuan, memahami masalah, membuat alternatif pilihan, mengevaluasi alternatif-alternatif pilihan, menentukan pilihan, menerapkan pilihan, dan memonitor pilihan yang telah diambil. Pada setiap subjek memiliki tahapan proses pengambilan keputusan yang berbeda tergantung pada dasar-dasar pengambilan keputusan yang digunakannya.

Pada proses pengambilan keputusan subjek memiliki kesamaan dalam menggunakan dasar pengalaman yang dimiliki masing-masing subjek tentang bagaimana menghadapi dan bertahan hidup di lingkungan prostitusi Tretes. Akan tetapi, kurangnya pengalaman dan peluang yang dimiliki oleh subjek mengakibatkan lemahnya keterampilan dalam melihat dan membuat pilihan. Sehingga dalam membuat keputusan subjek hanya melihat satu kesempatan atau peluang yang bisa diambilnya.

Individu pada fase remaja akhir berada pada tahap perkembangan identity vs role diffusion, memiliki kemampuan untuk mengeksplor kemampuan mereka dalam menjalankan peran-peran baru, baik itu dalam hal pekerjaan ataupun romantisme. Keempat subjek mampu mengatasi dan menerima peran-peran baru yang saling berkonflik satu sama lain dengan sebuah penghayatan mengenai jati diri yang baru, yang menyegarkan, dan dapat diterima oleh sosialnya.

DISKUSI

Pada penelitian ini terdapat beberapa hal yang perlu untuk didiskusikan lebih lanjut yang nantinya dapat berguna bagi penelitian selanjutnya antara lain sebagai berikut:

(14)

peneliti dan informan kunci mengajak keempat subjek “nongkrong” di warung-warung kopi. Setelah bisa mendapatkan kepercayaan keempat subjek, peneliti dapat melakukan wawancara, observasi, dan dokumentasi dengan subjek aman tanpa merasa khawatir akan adanya rasa canggung. 2. Selain itu untuk mengambil dokumentasi tentang lingkungan prostitusi yang

banyak digunakan sebagai tempat menjual wanita-wanita PSK juga menjadi hambatan, karena tidak semua warga di sana mau jika diambil dukumentasinya, karena masyarakat di lingkungan tersebut merasa privasinya akan terganggu jika harus diambil dokumentasinya. Oleh karena itu peneliti hanya bisa mengambil foto dari kejauhan.

DAFTAR PUSTAKA

Ekawati, A., dan Wulandari, S. 2011. Perbedaan Jenis Kelamin Terhadap Kemampuan Siswa Dalam Mata Pelajaran Matematika. Jurnal Socioscientia Kopertis Wilayah XI Kalimantan. Volume 3 Nomor 1 Hurlock, E. B. 1993. Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga

Issabela, N., dan Hendriani, W. 2010. Resiliensi pada Keluarga yang Tinggal di Lingkungan Lokalisasi Dupak, Bangunsari. Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Airlangga: Surabaya. INSAN Vol. 12 No. 03

Moordiningsih. 2005. Proses Pengambilan Keputusan Dokter. Tesis. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada

Mutiara, W., Komariah, M., dan Karwati. 2008. Gambaran Perilaku Seksual Dengan Orientasi Mahasiswa Kos Di Kecamatan Jatinangor – Sumedang. Jurnal Vol. 10 No. XVIII, Hal 14.

Santrock, J. W. 2007. Remaja, Edisi 11, Jilid 1. Jakarta: Erlangga

Sarwono, S. W. 2012. Psikologi Remaja. Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada, Rajawali Pers

Setyawan, D. A. 2012. Pola Komunikasi Remaja di Lingkungan Prostitusi. Skripsi. Malang: Jurusan Komunikasi Universitas Brawijaya

Sitepu, Abdi. 2004. Dampak Lokalisasi Prostitusi Terhadap Perilaku Remaja Di Sekitarnya. USU Institutional Repository: USU e-Journal (UJ) Pemberdaya Komunitas Vol.3 No. 3

Sihaloho, N., dan Nasution, I. K. 2012. Tahapan Pengambilan Keputusan Menjadi Pekerja Seks Komersial Pada Remaja Putri. Jurnal. Predicara, Fakultas Psikologi Universitas Sumatra Utara. Vol. 1, No. 1

Sternberg, R. J. 2008. Psikologi Kognitif, Edisi Keempat. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Referensi

Dokumen terkait

modal kepada orang lain dengan akad mudharabah atau dengan kata lain mengoper modal untuk akad mudharabah. 4) Hasil usaha dibagi sesuai dengan persetujuan dalam akad

keabuan dan mempunyai pertumbuhan yang lambat sehingga tidak dapat tumbuh mencapai ukuran yang besar seperti lele dumbo.. Secara biologis, patil lele dumbo tidak

Wartawan merupakan sebuah profesi, dimana untuk menjadi seorang wartawan yang professional, dia harus mematuhi yang dinamakan kode etik jurnalistik. Disebutkan oleh Bill Kovach dan

Pengaturan syarat-syarat kerja melalui pembuatan peraturan perusahaan sangat strategis karena diwajibkan kepada semua perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja 10

Judul Penelitian : PEMANFATAAN JARINGAN KOMPUTER TANPA HARDDISK ( DISKLESS ) DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM OPERASI LINUX FEDORA CORE 2.. Jangka Waktu

Untuk pegawai non-darurat : Tidak boleh melakukan tindakan yang menyangkut risiko pribadi atau tanpa pelatihan yang sesuai.. Evakuasi

PT Bank Tabungan Negara dalam memberikan kredit Agunan Rumah (KAR) kepada calon debitur memiliki pelaku pada bagian-bagian yang telah ditetapkan oleh perusahaan

kujelajahi. Mereka banyak mengambil tema-tema sosial seperti kehidupan urban, keluarga kampung kota, anak-anak, dan benda-benda yang berserakan di sepanjang trotoar yang