• Tidak ada hasil yang ditemukan

pamflet TECTONAUT ed perdana haha mungkin terakhir Petang Gila Kerumunan & puisi lain puisi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "pamflet TECTONAUT ed perdana haha mungkin terakhir Petang Gila Kerumunan & puisi lain puisi"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

pamflet

TECTONAUT

ed perdana haha mungkin terakhir Petang Gila Kerumunan & puisi lain puisi

(2)
(3)

9 judul dalam kumpulan ini ditulis dalam sebulan pertamaku meninggalkan bandung sejenak nyari angin (istilah di kampung halamanku untuk berjalan-jalan sore kalau mulai penat di rumah). Memang bandung sudah berasa seperti rumah sendiri di mana di minggu ketiga Aku ikut menyaksikan pentas-pentas tari di solo (Solo Menari 24 jam) yang Asep Sulaeman ikut jadi salah satu penari 24 jam. Dalam gerakan-gerakannya sepanjang satu hari penuh itu, Aku merindukan lagi bumi. Terdapat beberapa naskah yang kutulis dalam perhelatan itu, tetapi masih dalam fragmen-fragmen sehingga mungkin akan dibagikan nanti di edisi kedua pamflet

TECTONAUT.

Walaupun masih terdapat keraguan dalam batinku pada puisi-puisi ini yang masih belum cukup dewasa dan kuat untuk dilepas ke publik, Aku mesti merelakan mereka supaya Aku dapat beranjak dari teritori lain dimana mungkin ada hal-hal lain untuk diberi nama. Dalam sembilan judul di hadapan kawan-kawan sekalian, Aku lirik nampaknya hilang entak kemana, berganti atau bersembunyi di balik Kita. Dalam perjalanan ini, sangat sulit untuk menarik keluar apa yang hendak dikatakan Aku lirik sebab tiap menitnya adalah perpindahan, perjumpaan dengan yang lain sebelum yang ditinggalkan membekas dalam jalinan yang cukup kuat. Tentu, Aku lirik dapat saja berkata menyoal sunyi. Namun tidakkah itu sudah banyak disampaikan dalam keempat buklet sebelumnya.

(4)

Sehingga, menurutku si Aku lirik sebaiknya bersendiri dahulu entah dimana dan memberi kesempatan pada apa saja yang ia temui untuk berkata.

Sembilan judul ini terbilang ambisius dalam nada-nada yang dipilihnya untuk menyebut sesuatu yang tidak tergapai sama sekali. Keterikatanku pada mereka entah mengapa terbilang tidak cukup kuat. Mereka

benar-benar berada di teritori lain yang pernah

kujelajahi. Mereka banyak mengambil tema-tema sosial seperti kehidupan urban, keluarga kampung kota, anak-anak, dan benda-benda yang berserakan di sepanjang trotoar yang bukan trotoar itu. Dahulu aku benar-benar batasi diri mengatakan apa yang tidak kutahu terutama mengenai orang lain namun disini nampaknya tidak berlaku, sejak bahwa Aku lenyap dalam kerumunan.

Kerumunan adalah makhluk yang ajaib. Ketika Aku menjadi mereka, berjalan di sepanjang malioboro, pasar, dan festival-festival. Kepalaku menjadi ringan serasa ingin terbang. Ada yang hipnotik dalam kerumunan. Aku kehilangan fokus, tidak seperti saat berjalan di tengah malam atau menjelang pagi dimana indera tubuh dalam performa optimal. Namun anak-anak nampaknya senang berada di keramaian. Apalagi mereka bertemu musik live, gelembung sabun, bermain trompet, dan warna-warni yang dipajang sepanjang etalase-etalase. Di luar itu, aku merasa sedikit merasa terbebani dengan meletakkan mereka dalam posisi sulit seperti di ‘surgaku

(5)

di mana’ dan ‘kanak belajar tertawa’. Walaupun Aku merasa bahwa anak-anak tidaklah tidak-berdosa. Mereka adalah perwujudan kejahatan yang sebenarnya, dimana di saat mereka dewasa mereka mesti menebus apa-apa yang pernah dilakukan. Tetapi kanak bukanlah umur melainkan kondisi gelap mata dimana manusia sama sekali tidak tahu apa yang sedang dikerjakannya. Tetapi Aku mungkin mesti menunggu lagi untuk melihat itu sebagai kenyataan atau bayang-bayang saja.

Mengenai tema sosial, aku mesti bertanya lagi apa yang tidak sosial dalam tiap yang ditulis manusia. Apa yang tidak politik. Setelah kata terucap, tertulis, di sana kita telah menempatkan diri pada suatu tempat yang mana pihak telah dipilih dalam antagonisme yang bahkan belum dirumuskan. Menulis tentang cinta pun politis, soal penderitaan dan kematian pun tidak berbeda sama sekali. Namun sekali lagi, ini tak lebih sekadar

hampiran-hampiran yang belum ingin dikatakan lebih lanjut. Capek.

Haris Wirabrata, di warnet

(6)
(7)
(8)

Di Sebuah Taman Kota jangan bersedih

meletus balon hijau. lihat ke langit di balik awan-awan juga di sungai mengalir balonku di mana-mana dahulu kata ibu

beberapa tersangkut di gua selebihnya terhanyut ke laut bersama ikan-ikan dan kerang dijaga ratu pantai selatan balon merah itu ayahku kuning itu pakde

merah muda mbakyu yang biru bang ucok kalau kelabu,

sudahlah. ayo

kita sulap pecahan hijau jadi gelang, jadi pita

(9)
(10)

Dalam Kereta Yang Sama

dalam kereta yang sama berayun dudukan kita atas rel besi dan batu berdiri limbung dan rapuh rumah-rumah kardus

berkelubung lalat dan lumpur bocah lari kecil mendekat memanjat pagar penyekat duduk takjub berdecak kagum menjengking kereta *

mereka tutupkan telinga udara bergetaran mereka sedekap badan hampir kita melupa ke bandung surabaya naik dengan percuma percuma kemana

tumpah air kecil air besar

menguap di kolong rel dan kereta bertumbuh batang kembang nelangsa

(11)

geletar jahitan lempeng baja bertiup deresau semak dedaun kelebakkan diri mengapung

kita rindukan bumi, mengenang lagi mohonkan angin turut kembali kaca membeku, Kita terikut kaku bersama susuri selatan jawa tak senada jengking kereta langkahi lembah dan sungai tegak lurus pegunungan sejajar jalan raya

jelejug mesin tegangkan runduk padi bentangkan diri lebih tapak kaki belah bentara hutan, hunus pedesaan patah dedahan, prenjak berjatuhan dalam kereta yang sama

hari sebatas tinggi matahari tanah kering pantang bersemi genggam sementara, kini eratkan tambang pada bukit berbaris hari penuh, jalan belum separuh lorong gelapkan hati kian keruh jengking lainnya mesti ditunggu

(12)

di mana kita di mana benderang siluet ikutkan rumput bergoyang adakah kita kemana bertandang hantu-hantu merapat

berenang tenang di udara mengetuk dingin jendela lalu beranjak pergi mengira kita tak disini kereta api tetapi, mengapa redup mata kerutan dahi kita kita sendiri

masingnya terpagar jeruji persetan. kita beranjak jalan jelajah sebalik arah

abaikan pegal lutut kaki di gerbong 234 berhenti patung di kursi bertanya mana sebelah kepala baterai mati

siapa di layar ini kita duduk lagi. terjaga menyimak hantu menari lesap di gelap cakrawala

(13)

kita duduk lagi. siaga mencuriga hantu tiba-tiba pecahkan jendela mencekik kita kita duduk lagi. berkaca

dalam kereta yang sama menanti jelengking berikutnya

2017

* ) baris “menjengking kereta” dikutip dari puisi Chairil Anwar berjudul Dalam Kereta, yang saya temukan setelah naskah ini ditulis separuh dan bingung

onomatope apa yang bisa menunjuk bunyi sirene kereta. Oleh sebab itu, judul puisi ini pun saya posisikan

sebagai respon kepada Chairil. Saya bersyukur bertemu dengan puisi Chairil tersebut yang memiliki daya luar biasa dalam bentuk dan makna.

(14)
(15)

Kuda Kuda Ku

kuda-kuda ku larang toleh kiri kanan jalan lurus turut kendali kekang kuda kuda ku bawa pelancong cengar cengir berkaca sendu kuda-kuda ku kenakan sepatu tipis digerus jalan berbatu kuda-kuda ku larang terbang di garis tikung serong menyimpang koin tercemplung di pasar malam kuda-kuda ku berlari mengambang terus. dalam pesta riuh tawa putar keliling duka manusia jungkir lompat dan akrobat ah. lehermu patah. telentanglang rebah rata pada tanah.

(16)
(17)

Surgaku Dimana

surgaku di mana kita semua kanak-kanak terbahak lepas memanjat pohon khuldi

menggoda tuhan dengan bambu iblis gemetar cintanya bisu surgaku di mana kita semua kanak- kanak gembira. menyusun puing genteng bata dan kayu jadi piring, rumah, dan patung surgaku di mana kita semua kanak-kanak saling menggoda mengejek terus hantam baku menunjuk mana benda-benda melempar tanda tanya

ini penis ini vagina

surgaku di mana kita semua kanak-kanak mencelup jari pada mengabu bara batu bermain perang dengan lugu kau jenderal aku serdadu aku tertembak di garis depan bangkit lagi memburumu

(18)

surgaku di mana kita semua kanak-kanak mengingat mimpi melupa dengan bernyanyi bertanding nyali dengan gundu lanjut kelahi lempar batu surgaku di mana kita semua kanak-kanak takut hantu

menangis berteriak dalam gelap saling memeluk berjalan pelan jangan tengok belakang

ingat ibu menunggu di halaman surgaku di mana kita semua kanak-kanak masih takjub akan gajah dan jerapah kita jamah semak belukar rupa lain bentara hutan surgaku di mana kita semua kanak-kanak basah kuyup buah mencelup diri di waduk keruh pesing tai dan pejuh surgaku di mana kita semua kanak-kanak bertaruh nomor tak tembus lalu merajuk sorenya kejar layangan putus sampai sungai, kebun pisang, lesu di depan pagar pekarangan

(19)

surgaku di mana kita semua kanak-kanak sengit adu jangkrik mengumpan ulat pada itik terbelah ia berdarah. Kita panik surgaku di mana tepat disini kanak-kanak tidak mungkin

mengenang mimpi. selagi dan pasti kita riang bermain api

(20)
(21)

Mei satu

bertemu dan besok mei satu tiada kita terganggu deras hujan merontokkan genting dan kelambu angin mengoyak dinding berlepasan tiada kita terganggu ikan-ikan

kita berenang campur keringat menggenang kasur kapuk resap rindu yang tumpuk kita tahankan napas, memburu gegas biarkan malam berkerut-kelupas

cemas akan maut ditangguhkan dahulu pada poster kalender yang luruh

pada struk bon yang gaduh pada bias rembulan yang jauh di balik awan gelap penuh kita teruskan cumbu

(22)
(23)

Gagak

aku terjaga koak gagak, membatu di ranjang papan, memandang langit menguning rintik buramkan jendela

dan Aku gemetar terpaku atas petir per detik melantun di sela gelap sebanjar genting melintas tangisan kanak pasutri menyoal siapa-beranak wajah-wajah berdesakan tiada bersahut kokok ayam. ini masih tengah malam

sekejap jelas mimpi yang tadi putus napas lengang panjang meluruh aku mematung

dengar lonjak degub jantung

(24)
(25)

Laron

laron kembangkan sayap tipis menerawang gelap di lapis tanah melembab hujan merembes celah-celah ia tunggukan hari menua lantas melesat kitari lentera

(26)
(27)

Kanak Belajar Tertawa kanak menyusun yang tersisia terbangkan canda sembunyi duka atas rumah tua tinggal rangka dinding dan kayu berikat rapuh tiada menyangga apa. Selain mentari kemarau di lantai berpasir pecahan bata, kawat berlilit tanaman perdu, lumutan kering di sini kanak belajar tertawa dipapar debu puing kota dilagu tongeret yang dahaga, dirilah dapur mengebul rumah dan gunung jauhlah harap termangu

(28)
(29)

Lakalantas

masih di etalase memanjang berdesakan belum henti terbahak, petang gila kerumunan walaupun sekejap aspal mengerut dan retak sirene polisi dan ambulan mengamankan mayat segar lakalantas mengapung di angkasa kini tersisa berkeping hamburan plastik dan kaca berkelip pantulkan sorot hidung kendaraan makin malam bergegas, putar ban dipercepat ke rumah lapang luas udara pegunungan. komedi alam raya tertawa makin keras

seiring bentang pendar ekstatik bohlam-bohlam rayuan sendu kerumunan tak berkepala, kepada badut tua cemberut ingin pulang

gita tergagap menyeberang jalan pengangggur tersedak kulit kacang

dan sekomplot bocah menemu belalang, untuk riuhkan parade menghanyutkan hari

kepada pagi. terus begitu dan lagi

(30)
(31)
(32)

Referensi

Dokumen terkait

Prinsip utama pengadaan tanah adalah bahwa semua langkah yang diambil harus dilakukan dengan kesepakatan kedua belah pihak terutama terkait dengan ganti rugi atau ganti untung

Sistem Pengelolaan Air Limbah Tidak Sesuai dengan Standar Teknis yang Berlaku: Sistem pengelolaan air limbah tidak sesuai dengan standar teknis yang berlaku merupakan

Analisis Sidik Level Leukokrit Ikan Kerapu Tikus Hari Ke-10 .... Analisis Sidik Level Leukokrit Ikan Kerapu Tikus Hari

Keanggotaan MKDKI terdiri atas 3 (tiga) orang dokter dan 3 (tiga) orang dokter gigi dari organisasi profesi masing-masing, seorang dokter dan dokter gigi

Untuk penulisan buku ini ditambahkan satu hal lagi yakni masalah kewarganegaraan yang merupakan sumbangan Siauw Giok Tjhan dalam sejarah Indonesia dan diakhiri dengan epilog

(2014) yang menggambarkan efektivitas model RPS terhadap capaian hasil belajar siswa. Mengacu pada keunggulan karakteristik model tersebut, maka penerapan model

Pada penderita yang berusia 14 tahun (termasuk dalam usia anak-anak), benda asing didapatkan pada bronkus kiri yang masuk saat menggigit jarum pentul sambil berbicara

Maksud pekerjaan ini adalah penyusunan dokumen Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) bidang Cipta Karya di Kota Padangsidimpuan dengan mengacu