• Tidak ada hasil yang ditemukan

ETHICS AND THE AUDIT PROFESSION BAB 5

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ETHICS AND THE AUDIT PROFESSION BAB 5"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

Nama

: Diniari Marlina Antara

NIM/Kelas : 2014017007 /Akuntansi 3A1

RESUME BAB 5

ETHICS AND THE AUDIT PROFESSION

Perilaku Etis Dan Perilaku Tidak Etis Bagi Perorangan, Profesional Dan Konteks Bisnis. Etika (ethics) secara garis besar dapat didefinisikan sebagai serangkaian prinsip atau nilai moral. Prinsip dan nilai moral seseorang serta kepentingan relative prinsip tersebut bagi mereka pasti berbeda dengan orang-orang lainnya. Perbedaan ini merefleksikan pengalaman hidup, kesuksesan dan kegagalan yang dialami, serta pengaruh dari orang tua, guru dan teman. Perilaku etis sangat diperlukan oleh masyarakat agar dapat berfungsi secara teratur.

Kebutuhan akan etika dalam masyarakat cukup penting, sehingga banyak nilai etika yang umum dimasukkan ke dalam undang-undang. Namun, sebagian besar nilai etika tidak dapat dijadikan undang-undang, karena etika tersebut tidak dapat didefinisikan dengan cukup baik agar dapat diberlakukan. Contoh : dapat dipercaya, penghargaan, pertanggung jawaban, kelayakan, perhatian, kewarganegaraan. Ada 2 alasan utama mengapa seseorang bertindak tidak etis :

1. Standard etika seseorang berbeda dengan masyarakat umum 2. Orang memilih untuk bertindak mementingkan diri sendiri

Dilema Etika (Ethical Dilemma)

Adalah situasi yang dihadapi oleh seseorang di mana ia harus mengambil keputusan tentang perilaku yang tepat.

Merasionalkan perilaku tidak etis

Metode-metode rasionalisasi yang sering digunakan, yang dengan mudah dapat mengakibatkan tindakan tidak etis :

1. Setiap orang melakukannya

2. Jika sah menurut hukum, hal itu etis

3. Kemungkinan penemuan dan konsekuensinya Menyelesaikan dilema etika

6 langkah pendekatan untuk menyelesaikan dilemma etika : 1. Memperoleh fakta yang relevan

2. Mengidentifikasi isu-isu etis berdasarkan fakta tersebut

3. Menentukan siapa yang akan terpengaruh oleh akibat dari dilema tersebut dan bagaimana setiap orang atau kelompok itu terpengaruhi

4. Mengidentifikasi berbagai alternatif yang tersedia bagi orang yang harus menyelesaikan dilemma tersebut

5. Mengidentifikasi konsekuensi yang mungkin terjadi dari setiap alternative 6. Memutuskan tindakan yang tepat

(2)

Profesional adalah tanggung jawab untuk bertindak lebih dari sekadar memenuhi tanggung jawab diri sendiri maupun ketentuan hukum dan peraturan masyarakat. Akuntan publik, sebagai profesional, mengakui adanya tanggung jawab kepada masyarakat, klien, serta rekan praktisi, termasuk perilaku yang terhormat, meskipun itu pengorbanan diri. Alasan utama mengharapkan tingkat perilaku profesional yang tinggi oleh setiap profesi adalah kebutuhan akan kepercayaan publik atas kualitas jasa yang diberikan oleh profesi, tanpa memandang individu yang menyediakan jasa tersebut. Kepercayaan masyarakat atas kualitas jasa profesional akan semakin besar bila profesi mendorong standar kinerja dan perilaku yang tinggi di pihak seluruh praktisi.

Perbedaan Antara Kantor Akuntan Publik Dan Profesional Lainnya

Kantor akuntan publik (KAP) memiliki hubungan khusus dengan para pemakai laporan keuangan yang berbeda dengan bentuk hubungan antara profesional lain dengan para pemakai jasanya. Sangat penting bahwa pemakai laporan memandang kantor akuntan publik sebagai pihak yang kompeten dan objektif. Ada insentif yang cukup banyak bagi kantor akuntan publik untuk berperilaku pada tingkat profesionalisme yang tinggi.

Cara-Cara Akuntan Publik Didorong Untuk Memperlakukan Diri Mereka Secara Profesional Dua faktor yang paling berpengaruh :

Kode Perilaku Profesional berarti memberikan standar perilaku kepada semua anggota AICPA. PCAOB berwenang untuk menetapkan standar etika dan independensi bagi auditor perusahaan publik, dan SEC juga memainkan peran yang penting dalam menetapkan standar independensi bagi auditor perusahaan publik.

Tujuan Dan Isi Kode Perilaku Profesional Dari AICPA.

Kode Perilaku Profesional AICPA menyediakan baik standar umum perilaku yang ideal maupun peraturan perilaku khusus yang harus diberlakukan. Kode etik ini terdiri dari 4 bagian :

1. Prinsip-prinsip perilaku profesional

 Tanggung jawab

 Kepentingan publik

 Integritas

 Objektivitas dan independensi

 Keseksamaan

 Ruang lingkup dan sifat jasa

Kelima prinsip pertama diterapkan secara merata keseluruh anggota AICPA. Satu pengecualian adalah dalam kalimat terakhir dari prinsip objektifitas dan independensi hanya berlaku bagi para anggota yang bekerja bagi publik, dan hanya jika mereka menyediakan jasa-jasa atestasi seperti audit. Prinsip keenam, ruang lingkup dan sifat jasa-jasa, hanya diterapkan pada para anggota yang bekerja bagi publik.

(3)

Mereka yang memegang sertifikat akuntan publik tetapi tidak berpraktik sebagai akuntan publik harus memetuhi sebagian besar, tetapi tidak semua, ketentuan tersebut. Peraturan perilaku ini dinyatakan dalam ungkapan yang lebih spesifik daripada ungkapan yang tercantum dalam bagian prinsip. Apabila para praktisi berperilaku pada tingkat minimum, maka hal itu tidak menyiratkan perilaku yang tidak memuaskan. Profesi telah menyusun standar yang cukup tinggi agar standar perilaku yang minimum pun dapat memuaskan.

3. Interpretasi peraturan perilaku

Komite Eksekutif Etika Profesional AICPA menyiapkan setiap interpretasi berdasarkan konsensus komite yang terdiri dari para praktisi akuntan publik. Interpretasi ini secara formal tidak dapat diberlakukan, tetapi pemyimpangan dari interpretasi itu akan sulit dan bahkan mustahil untuk dijustifikasi oleh seorang praktisi dalam dengar pendapat disipliner.

4. Kaidah etika

Kaidah (ruling) adalah penjelasan oleh komite eksekutif dari divisi etika profesional tentang situasi faktual khusus(specific factual circumstance). Sejumlah besar kaidah etika dipublikasikan dalam versi yang diperluas dari Kode Perilaku Profesional AICPA.

Independen, Integritas Dan Objektifitas Dalam Hubungannya Dengan Kode Etik.

Independensi dalam audit berarti mengambil sudut pandang yang tidak bias. Independensi dalam fakta (independen in fact) ada bila auditor benar-benar mampu mempertahankan sikap yang tidak bias sepanjang audit. Independensi dalam penampilan(independence in appearance) adalah hasil dari interpretasi lain atas independensi ini.

Ketentuan sarbanes-oxley act dan SEC yang membahas independesi auditor

1. Jasa Nonaudit  Sarbanes-Oxley Act dan peraturan SEC yang direvisi lebih lanjut membatasi, tetapi tidak benar-benar menghilangkan, jenis jasa nonaudit yang dapat diberikan kepada klien audit yang merupakan perusahaan terbuka.

2. Komite audit  adalah sejumlah anggota dewan direksi perusahaan yang tanggung jawabnya termasuk membantu auditor agar tetap independen dari manajemen. Sarbanes-Oxley Act mewajibkan semua anggota komite audit bersikap independen, dan perusahaan harus mengungkapkan apakah dalam komite audit paling sedikit ada satu pakar keuangan. Selanjutnya mensyaratkan komite audit perusahaan publik bertanggung jawab atas penunjukkan, kompensasi, dan pengawasan atas pekerjaan auditor.

(4)

4. Rotasi partner  mengharuskan pimpinan dan partner audit merotasi penugasan audit sesudah 5 tahun. Partner audit lainnya yang memiliki keterlibatan yang cukup besar pada audit harus dirotasi sesudah 7 tahun dan terkena periode time-out selama 2 tahun.

5. Kepentingan kepemilikan  melarang setiap kepemilikan oleh orang-orang yang terlibat dalam audit dan keluarga dekat mereka, termasuk (a) anggota tim penugasan audit, (b) mereka yang dapat mempengaruhi penugasan audit dalam rantai komando perusahaan, (c) partner dan para manajer yang memberikan lebih dari 10 jam jasa nonaudit kepada klien, (d) partner dalam kantor partner yang terutama bertanggungjawab atas penugasan audit.

Integritas dan Objektivitas.

Dalam menjalankan tugasnya anggota KAP harus mempertahankan integritas dan objektivitas, harus bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest) dan tidak boleh membiarkan faktor salah saji material (material misstatement) yang diketahuinya atau mengalihkan (mensubordinasikan) pertimbangannya kepada pihak lain.

Dengan mempertahankan integritas ia akan bertindak jujur, tegas, tanpa pretensi. Dengan mempertahankan objektivitas ia akan bertindak adil, tanpa dipengaruhi tekanan atau permintaan pihak tertentu atau kepentingan pribadi.

Aturan-Aturan Kode Etik Perilaku.

Kantor akuntan publik harus independen ketika memeberikan jasa tertentu, tetapi tidak untuk jasa lainnya. Independensi juga diwajibkan dalam jenis jasa atestasi lainnya, seperti jasa review dan audit atas laporan keuangan prospektif. Akan tetapi, sebuah kantor akuntan publik dapat memeberikan jasa SPT pajak dan jasa manajemen tanpa harus berlaku independen.

Peraturan perilaku lainnya :

 Integritas dan objektivitas

 Standar teknis

 Kerahasiaan

 Fee kontinjen

 Tindakan yang dapat didiskreditkan

 Iklan dan permohonan

 Komisi dan fee referal

 Bentuk dan nama organisasi

Sumber :

Alvin A. Arens, Randal J. Elder, Mark S. Beasley., Auditing dan Jasa Assurance : Pendekatan Terintegrasi Jilid 1.Penerbit Erlangga, Jakarta. 2008

Referensi

Dokumen terkait

Abstract: Penerapan Model Problem Based Learning Menggunakan Index Card Macht Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Kelas X. Penelitian ini bertujuan

Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa kekuasaan budaya- wan yang telah merenggangkan secara ekstrim antara tradisi Ngarak panjang mulud dengan profan ialah bertentangan

mastery using task. The researcher gave an individual task to each student and asked the students to do it individually. The task consist of two parts: fill in

Akhirnya, terdapat beberapa kritikan solidaritas yang muncul dari dalam tradisi masyarakat internasional sendiri yang memfokuskan pada keterbatasannya sebagai teori

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan bentuk studi kasus. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII A SMP Negeri 03 Pontianak

Jadi perjanjian yang dalam teori statuta dari Bartolus masuk dalam statuta realita menurut Charles Dumoulin harus masuk dalam ruang lingkup statuta personalia , karena

PPL 2 dapat terlaksana dengan baik karena hal-hal sebagai berikut, yaitu: Dosen Pembimbing yang memberikan pengarahan-pengarahan dalam perencanaan pembelajaran,

Hak cipta dalam pandangan Islam adalah hak kekayaan yang harus mendapat perlindungan hukum sebagaimana perlindungan hukum terhadap harta