• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor Sosial Ekonomi dan Demog

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisis Faktor Sosial Ekonomi dan Demog"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR SOSIAL EKONOMI DAN DEMOGRAFI PEKERJA LANJUT USIA DI WILAYAH JAWA TENGAH

(STUDI KASUS : DATA SAKERNAS 2015) Annisa Dewita Nugrahani

Sutomo

Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNS

Salah satu dampak dari keberhasilan pembangunan nasional terutama di bidang kesehatan adalah meningkatnya angka harapan hidup penduduk.Peningkatan angka harapan hidup tersebut mencerminkan makin bertambah panjangnya masa hidup penduduk.Implikasi ekonomi dari meningkatnya jumlah penduduk tersebut adalah angka beban ketergantungan lanjut usia akan semakin besar. Namun pada kenyataannya, masih banyak penduduk lanjut usia yang masih bekerja dapat menunjukkan bahwa penduduk lanjut usia masih aktif di pasar kerja. Penelitian inibertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yangmempengaruhi jam kerja pekerja lanjut usia di Jawa Tengah. Data yang digunakan adalah data mentah Sakernas 2015 dari Badan Pusat Statistik (BPS). Data tersebut kemudian di analisis dengan Model Regresi Linear Berganda.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tempat tinggal, pendidikan, dan umur berpengaruh signifikan dan negatif terhadap jam kerja pekerja lanjut usia di Jawa Tengah. Variabel pendapatan berpengaruh signifikan dan positif terhadap jam kerja pekerja lanjut usia di Jawa Tengah. Sedangkan variabel jenis kelamin dan status perkawinan tidak berpengaruh terhadap jam kerja pekerja lanjut usia di Provinsi Jawa Tengah.

Kata Kunci : pekerja lanjut usia, jam kerja, tempat tinggal, jenis kelamin, umur, pendapatan, status perkawinan, pendidikan, population ageing

(2)

Pembangunan merupakan salah suatu upaya untuk mencapai pertumbuhan kesejahteraan sosial yaitu berupa kegiatan - kegiatan yang dilakukan suatu negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf hidup masyarakat (Arsyad, 2004). Salah satu cara pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan sosial yang dilaksanakan adalah dengan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat seperti tercukupinya kebutuhan dasar yaitu pangan, sandang, kesehatan, pendidikan dan lapangan kerja. Apabila kebutuhan dasar masyarakat terpenuhi dengan baik maka hal tersebut dapat mencerminkan keberhasilan dari suatu pembangunan nasional.

Salah satu dampak dari keberhasilan pembangunan khususnya dalam bidang kesehatan adalah kualitas pelayanan kesehatan yang semakin membaik. Kualitas pelayanan kesehatan yang membaik artinya bahwakesehatan penduduk juga akan semakin baik juga. Hal itu berdampak pada angka harapan hidup yang meningkat. Peningkatan angka harapan hidup dari tahun ke tahun mencerminkan makin bertambah panjangnya usia penduduk. Angka harapan hidup yang meningkat pada suatu wilayah mengindikasikan terjadinya ageing population(Heryanah, 2015). Ageing population di tandai dengan laju pertumbuhan penduduk muda lebih lambat dibandingkan pertumbuhan penduduk usia tua. Lambatnya pertumbuhan penduduk usia muda disebabkan oleh penurunan tingkat kelahiran, sedangkan percepatan pertumbuhan penduduk usia tua disebabkan karena angka harapan hidup.Dengan bertambah panjangnya umur penduduk secara keseluruhan menimbulkan dampak peningkatan proporsi penduduk lanjut usia.

Peningkatan laju penduduk lanjut usia di Indonesia akan menggeser struktur penduduk dari muda ke struktur penduduk tua. Strukstur usia muda memiliki alas yang relatif lebar dalam piramida penduduknya. Pada tahap selanjutnya, dimana tingkat kelahiran turun secara cukup berarti, maka strukstur usia penduduk berubah menjadi strukstur usia tua yang memiliki alas yang menyempit atau sama dengan batang piramida yang diatasnya. Suatu daerah dapat disebut berstruktur penduduk tua apabila persentase penduduk lanjut usia di atas tujuh persen. Jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia saat ini melebihi tujuh persen(BPS, 2011). Hal ini dapat dilihat dari data Sensus Penduduk menunjukkan persentase lanjut usia di Indonesia tahun 1990 mencapai 6,33 persen dan pada 1995 meningkat menjadi 6,93 persen. Pada tahun 2000 mengalami kenaikan menjadi 7,2 persen. Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 memperlihatkan persentase lansia kembali mengalami kenaikan menjadi 7,56 persen.

(3)

produktif(Kartika, 2014). Angka tersebut mencerminkan beban ekonomi yang harus ditanggung oleh penduduk usia produktif untuk membiayai penduduk lanjut usia dengan asumsi bahwa lanjut usia tersebut secara ekonomi bukanlah lanjut usia yang produktif. Semakin tinggi angka rasio ketergantungan lanjut usia, semakin langka tenaga kerja produktif. Rasio ketergantungan lanjut usia di Jawa Tengah sebesar 18,56 artinya bahwa setiap 100 orang penduduk usia produktif menanggung sekitar 18 orang penduduk lanjut usia. Hal yang menarik untuk dibahas dengan terjadinya peningkatan penduduk lanjut usia ini adalah masih adanya pandangan bahwa lanjut usia bergantung kepada bagian penduduk yang lain (Affandi, 2009). Hal ini karena dengan semakin menurunnya kondisi fisik dan psikis menyebabkan mereka kurang mampu terlibat dan menghasilkan pekerjaan yang produktif. Namun, pada kenyataannya masih banyak lanjut usia yang masih mampu bekerja untuk mencari nafkah. Data BPS Provinsi Jawa Tengah tahun 2015menunjukan jumlah penduduk usia 60 tahun keatas yang bekerja sebesar 2.039.498 jiwa. Hal tersebut menunjukkan bahwa umumnya lanjut usia masih dapat melakukan berbagai aktivitas dan masih banyak berperan dalam kehidupan keluarga maupun masyarakat.

Banyak penelitian sebelumnya menjelaskan faktor - faktor yang mempengaruhi penduduk lanjut usia bekerja antara lain pertama, penelitian dari Affandi (2009) menjelaskan bahwa lanjut usia bekerja ditunjang dengan kesehatan yang baik memungkinkan lanjut usia bekerja dan tidak sedikit lanjut usia masih menghidupi anak dan cucunya yang tinggal bersamanya karena lanjut usia memiliki status sebagai kepala rumah tangga. Kedua, penelitian dari Fitri dan Basri (2012) menjelaskan bahwa lanjut usia bekerja karena mereka hidup dalam keluarga dengan ekonomi yang rendah sehingga mereka harus bekerja untuk menambah penghasilan keluarga. Ketiga, penelitian dari Mandayanti (2012) menjelaskan bahwa selain faktor ekonomi dan faktor kesehatan, lanjut usia bekerja karena faktor pemuasan diri artinya ada perasaan puas tersendiri bagi lanjut usia untuk melakukan aktivitasnya secara mandiri.

(4)

METODE PENELITIAN

Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yang berbentuk asosiatif, dalam penelitian ini metode asosiatif digunakan untukmenganalisis pengaruh dari variabel sosial demografi dan sosial ekonomi terhadap jam kerja pekerja lanjut usia. Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi linear berganda untuk melihat pengaruh variabel yang digunakan.

Penelitian ini menggunakan dua macam variabel yaitu variabel terikat dan variabel bebas. variabel terikat dalam penelitian ini adalah jam kerja pekerja lanjut usia (Y) sedangkan, yang menjadi variabel bebas, yaitu: Tempat tinggal (X1), Jenis Kelamin (X2), Pendidikan (X3), Status Perkawinan (X4), Umur (X5), dan Pendapatan (X6).

Definisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah, yang pertama Jam Kerja adalah besarnya waktu yang di gunakan oleh pekerja untuk melakukan pekerjaan utama yang diukur dengan jumlah jam kerja yang digunakan dalam satu minggu. Selanjutnya, Tempat Tinggal menunjukkan daerah tempat tinggal yang ditempati oleh lanjut usia yang dikelompokkan dalam variabel dummy yaitu, 1 = Perkotaan dan 0 = Pedesaan. Jenis Kelaminyang dikelompokkan dalam variabel dummy yaitu, 1 = Laki - laki dan 0 = Perempuan. Pendidikan merupakan tamatan pendidikan terakhir lanjut usia. Status Perkawinan yang dikelompokkan dalam variabel dummy yaitu, 1 = Kawin dan 0 = Tidak/Belum Kawin. Umur yaitu usia lanjut usia yang di lihat dari tahun. Terakhir,Pendapatan menggambarkan besarnya penghasilan yang diperoleh lanjut usia yang dinyatakan dalam satuan rupiah.

Dalam penelitian ini menggunakan data mentah dari hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) tahun 2015 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh responden yang memiliki usia lebih besar atau sama dengan 60 tahun sejumlah 8066 responden. Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah seluruh responden yang memiliki usia lebih besar atau sama dengan 60 tahun yang bekerja dan menerima upah sejumlah 1578 responden. Penelitian ini menggunakan teknik penentuan sampelpurposive sampling.

Teknik Analisis Data

(5)

berganda digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel yang digunakan, yang dapat dinyatakan:

JAMKER = α0 + α1AREA + α2JK + α3PNDD+ α4STAT + α5UMUR + α6Y + ei...(1) Keterangan :

JAMKER = Jam kerjadalam seminggu AREA = Variabel dummy tempat tinggal JK = Variabel dummy jenis kelamin PNDD = Tingkat Pendidikan terakhir

STAT = Variabel dummy status perkawinan UMUR = Umur (tahun)

Y = Pendapatan (rupiah)

α = Intersep

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Deskriptif

Untuk mengetahui karakteristik pekerja lanjut usia, maka digunakan analisis crosstab analisis crostabb adalah analisis deskriptif dengan menggunakan tabulasi silang.Hasil dari analisis deskriptif menggambarkan bahwa sebagian besar pekerja lanjut usia di Provinsi Jawa Tengah menurut sampel Data Sakernas 2015 di dominasi oleh pekerja lanjut elderly (60 - 74 tahun) dan bekerja pada jam kerja yaitu dibawah jam kerja normal (<35 jam/minggu). Berdasarkan tingkat pendidikan pekerja dan pendapatan yang diterima oleh pekerja, sebagian besar pekerja di provinsi Jawa Tengah menurut sampel Data Sakernas 2015 memiliki latar belakang pendidikan yang rendah, yaitu di dominasi oleh pekerja dengan tamatan pendidikan <=SD dan menerima pendapatan <Upah Minimum (<Rp1.100.000). Berdasarkan jenis kelamin dan status perkawinan, pekerja lanjut usia laki - laki lebih banyak berstatus kawin sedangkan pekerja lanjut usia perempuan mempunyai status cerai mati.

Hasil Analisis Regresi Linear Berganda

Untuk mengetahui pengaruh variabel tempat tinggal, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan dan pendapatan terhadap jam kerja pekerja lanjut usia, maka digunakan analisis regresi linier berganda yang terdiri dari uji F (simultan) dan uji t (parsial). Persamaan regresi linier berganda yang terbentuk adalah sebagai berikut :

JAMKER = 71.5901 - 3.8385AREA - 1.1993JK - 0.6438PNDD- 0.5027STAT - 0.4301UMUR + 0.0000042 Y

(6)

Sig (t)=(0.0000) (0.0000)(0.1839)(0.0016) (0.5838) (0.0000) (0.0000)

F = 35.18555 Prob (F) =0.000000 R2 = 0.118462

Pengaruh Tempat Tinggal, Jenis Kelamin, Pendidikan, Status Perkawinan, Umur dan Pendapatan Terhadap Jam Kerja Pekerja Lanjut Usia Secara Simultan

Berdasarkan hasil analisis yang didapat nilai Fhitungsebesar 35,1855 dengan nilai signifikansi 0,000 maka terjadi penolakan H0. Hasil Uji F ini dapat disimpulkan bahwa secara bersama - sama variabel tempat tinggal, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, umur, pendapatan mempunyai pengaruh yang nyata terhadap jam kerja pekerja lanjut usia di Jawa Tengah pada tingkat signifikansi 5%.

Dalam penelitian ini didapatkan besarnya nilai R2 sebesar 0,118 yang artinya 11,8 persen variabel jam kerja dapat dijelaskan oleh variasi variabel tempat tinggal, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, umur, pendapatan sedangkan sisanya yaitu sebesar 88,2 persen dijelaskan oleh variabel lain di luar model.

Pengaruh Tempat Tinggal, Jenis Kelamin, Pendidikan, Status Perkawinan, Umur dan Pendapatan Terhadap Jam Kerja Pekerja Lanjut Usia Secara Parsial

1) Tempat Tinggal

Berdasarkan hasil analisis yang didapat nilai thitungsebesar -3,838527dengan nilai signifikansi 0,0000 maka terjadi penolakan Ho. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel tempat tinggal berpengaruh negatif secara parsial terhadap jam kerja pekerja lanjut usia di Jawa Tengah, karena nilai thitung< ttabelyaitu sebesar -1,960 dan nilai signifikansi yang diperoleh dibawah 0,05. Koefisien regresi variabel tempat tinggal lanjut usia adalah negatif 3,838 yang berarti bahwa terdapat perbedaan jam kerja, antara pekerja lanjut usia yang memiliki tempat tinggal di perkotaan dengan pekerja yang tinggal di daerah pedesaan, dimana pekerja lanjut usia yang memiliki tempat tinggal di pedesaan mempunyai jam kerja yang lebih sedikit sebesar 3,838 jam/ minggu, dengan asumsi variabel lain adalah cateris paribus.

(7)

tergantung terhadap faktor alam seperti iklim, cuaca dan musim panen.Seperti ketika memasuki masa panen, pekerja lanjut usia yang bekerja di sektor pertanian akan bekerja dengan lebih banyak waktu namun apabila tidak memasuki masa panen, pekerja lanjut usia hanya bekerja dengan waktu kerja yang sedikit bahkan bisa sampai tidak bekerja sama sekali sedangkan untuk pekerja lanjut usia yang memiliki tempat tinggal di perkotaan cenderung bekerja di sektor industri yang memiliki jam kerja sedikit lebih panjang.

2) Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil analisis yang didapat nilai thitung sebesar -1,199345 dengan nilai signifikansi 0,1839 maka terjadi penolakan Ha. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel jenis kelamintidak berpengaruh secara parsial terhadap jam kerja pekerja lanjut usia di Jawa Tengah, karena nilai thitung> ttabel yaitu sebesar -1,960 dan nilai signifikansi yang diperoleh diatas 0,05.Koefisien regresi variabel jenis kelamin adalah negatif 1,1993 namun demikian berdasarkan uji t, variabel tersebut tidak signifikan (probabilitasnya sebesar0,1839) lebih besar dari α = 0,05 artinya tidak terdapat perbedaan jumlah jam kerja antara pekerja lanjut usia berjenis kelamin laki - laki dengan pekerja lanjut usia berjenis kelamin perempuan.

Hasil temuan penelitian dari Kiranasari(2011)memperlihatkan bahwaperbedaan respon antara laki-laki dan perempuan yang terjadi tidak begitu mempengaruhi terhadap curahan jam kerja. Responsivitas kerja antara laki-laki dan perempuan dalam dunia kerja cenderung tidak ada perbedaan. Perempuan juga memiliki partisipasi dalam dunia kerja walaupun masih ada pandangan konvensional bahwa perempuan harus mengatur rumah tangga dan sebagainya. Selain itu, perempuan juga menanggung beban untuk mencari nafkah untuk menambah pendapatan keluarganya apabila pendapatan suami yang kurang mencukupi dan jumlah tanggungan keluarga yang besar. Selain itu, kebanyakan pekerja lanjut usia perempuan berstatus sebagai cerai mati. Hal tersebut mengakibatkan lanjut usia perempuan harus bekerja untuk dapat memenuhi kebutuhannya dan keluarganya. Oleh karena itu, pekerja lanjut usia baik laki - laki maupun perempuan akan meningkatkan jam kerjanya untuk memperoleh pendapatan untuk mencukupi kebutuhan sehari hari.

3) Pendidikan

(8)

bahwa setiap peningkatan 1 tingkat pendidikan bagi pekerja lanjut usia maka akan menurunkan jam kerja pekerja lanjut usia sebesar 0,6438 jam per minggu, dengan asumsi variabel lain adalah cateris paribus.

Hasil temuan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Affandi (2009) yang menemukan bahwa penduduk lanjut usia apabila dilihat berdasarkan pendidikan yang ditamatkan, semakin tinggi tingkat pendidikan lanjut usia maka persentase lanjut usia yang bekerja cenderung semakin rendah. Hal ini dikarenakan pada umumnya lanjut usia yang telah mencapai tingkat pendidikan tinggi adalah lanjut usia yang pada masa usia produktifnya dulu mempunyai pekerjaan yang baik dengan pendapatan yang cukup tinggi dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka dan keluarganya pada saat itu. Selain itu, pekerja lanjut usia juga dapat menyisihkan pendapatannya dalam bentuk tabungan, saham, properti dan sebagainya.

Ketika pekerja lanjut usia sudah memasuki umur pensiun, pendapatan yang disisihkan tersebut dan jaminan pensiun yang mereka miliki sangat mencukupi untuk keberlangsungan hidup dimasa tuanya, sehingga pada masa tuanya tidak perlu lagi bekerja karena sudah mampu untuk menghidupi dirinya sendiri atau bahkan keluarganya. Hal ini yang membuat pekerja lanjut usia yang mempunyai pendidikan yang tinggi memiliki kecenderungan untuk mengurangi jam kerja bahkan dapat berhenti atau tidak bekerja lagi di masa pensiunnya.

Berbeda dengan lanjut usia yang berpendidikan rendah, lanjut usia tersebut terpaksa harus bekerja hanya untuk memenuhi kebutuhannya saat itu saja, tanpa memikirkan adanya jaminan hari tua. Ketika memasuki masa pensiun individu lanjut usia tersebut tidak memiliki tabungan yang dapat menjamin hari tuanya. Oleh sebab itu, lanjut usia harus tetap bekerja pada masa tuanya (Leonesia dalam Kartika, 2014)

4) Status perkawinan

Berdasarkan hasil analisis yang didapat nilai thitung sebesar -0,514479 dengan nilai signifikansi 0,6070 maka terjadi penolakan Ha. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel status perkawinan tidak berpengaruh secara parsial terhadap jam kerja pekerja lanjut usia di Jawa Tengah, karena nilai thitung> ttabel yaitu sebesar -1,960 dan nilai signifikansi yang diperoleh diatas 0,05. koefisien regresi variabel status perkawinan adalah negatif 0,6070, namun demikian berdasarkan uji t, variabel tersebut tidak signifikan (probabilitasnya sebesar 0,925) lebih besar dari α = 0,05 artinya tidak terdapat perbedaan jumlah jam kerja, antara pekerja lanjut usia yang berstatus kawin dengan pekerja lanjut usia yang berstatus belum/tidak kawin.

(9)

berstatus tidak/belum kawin akan masuk ke dalam pasar kerja karena faktor ekonomi yang pas-pasan memaksa pekerja untuk mau ataupun tidak mau bekerja tanpa menghiraukan adanya status perkawinan. Oleh karena itu, pekerja lanjut usia baik yang berstatus kawin ataupun belum/tidak kawin akan meningkatkan jam kerjanya untuk memperoleh pendapatan untuk mencukupi kebutuhan sehari - hari. Hal ini pun sejalan dengan hasil penelitian Fitri dan Basri (2012) yang mengemukakan bahwa bahwa faktor utama yang mempengaruhi lanjut usia bekerja karena mayoritas penduduk lanjut usia berada pada kondisi ekonomi yang rendah sehingga mengakibatkan penduduk lanjut usia tetap berperan dalam mememenuhi kehidupannya

5) Umur

Berdasarkan hasil analisis yang didapat nilai thitung sebesar -6,311567 dengan nilai signifikansi 0,0000 maka terjadi penolakan Ho. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel umur berpengaruh secara parsial terhadap jam kerja pekerja lanjut usia di Jawa Tengah, karena nilai thitung< ttabel yaitu sebesar -1,960 dan nilai signifikansi yang diperoleh dibawah 0,05. koefisien regresi variabel umur adalah negatif 0,4301 yang berarti bahwa setiap tambahan 1 tahun umur maka akan menurunkan jam kerja pekerja lanjut usia sebesar 0,4301 jam per minggu, dengan asumsi variabel lain adalah cateris paribus.

Hal ini diperkuat dengan penelitian Shultz dalam Sumarsono (2015) bahwa semakin tua umur seseorang, maka memiliki kecenderungan untuk tidak bekerja. Hal ini terjadi karena semakin tua umur seseorang, kondisi fisik semakin berkurang sehingga kemampuan untuk bekerja juga akan menurun. Oleh karena itu, semakin tua umur seseorang maka kemungkinan untuk menurunkan jam kerjanya semakin besar.Hal ini juga sama dengan temuan yang ditemukan oleh Murtiningsih (2005) yang menunjukkan bahwa umur mempunyai pengaruh negatif terhadap jam kerja, artinya pekerja dengan kelompok umur tua mempunyai jam kerja yang lebih rendah dibanding pekerja dengan kelompok umur yang lebih muda. Hal ini diduga kemungkinan karena para pekerja dengan kelompok umur yang lebih tua, umumnya mereka lebih berpengalaman sehingga jenis pekerjaan yang sama dapat diselesaikan dengan waktu yang lebih singkat. Selain itu juga kemungkinan karena semakin tua semakin berkurang tenaganya.

6) Pendapatan

(10)

variabel pendapatan berpengaruh secara parsial terhadap jam kerja pekerja lanjut usia di Jawa Tengah, karena nilai thitung< ttabel yaitu sebesar 1,960 dan nilai signifikansi yang diperoleh dibawah 0,05. koefisien regresi variabel pendapatan adalah positif 0,00000429 yang berarti bahwa setiap penambahan sebesar 100.000 rupiah maka akan meningkatkan jam kerja pekerja lanjut usia sebesar 0,429 jam per minggu, dengan asumsi variabel lain adalah cateris paribus.

Hal ini bisa saja terjadi seperti hasil penelitian dari Ananta dalam Setyawati (2009) yang menunjukkan bahwa tidak semua pekerja lanjut usia mengalami kemunduran karena adanya tambahan jumlah jam kerja, akan tetapi mereka semakin bekerja dengan giat dengan menambah jumlah jam kerja mereka untuk mendapatkan pendapatan yang lebih besar dari sebelumnya. Hal ini terjadi karena kebiasaan bekerja keras yang dilakukan penduduk lanjut usia di desa Kalisari Jawa Tengah.Namun demikian, hampir semua pekerja lanjut usia tidak mau lagi menambah jam kerja. Hal ini terjadi karena kemungkinan faktor umur dan kelelahan fisik. Selain itu, tambahan pendapatan yang relatif sedikit menyebabkan lanjut usia tidak mau menambah jam kerjanya.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil analisis regresi dapat disimpulkan bahwa tidak semua variabel independen mempengaruhi jam kerja pekerja lanjut usia secara langsung. Variabel Independen yang mempengaruhi yaitu : variabel tempat tinggal, pendidikan, umur, dan pendapatan. Penjelasan secara rinci adalah sebagai berikut :

a. Tempat tinggal berpengaruh signifikan dan negatif terhadap jam kerja pekerja lanjut usia di Provinsi Jawa Tengah. Hal ini menunjukkan bahwa adanya perbedaan pengaruh variabel tempat tinggal terhadap jam kerja. Artinya, rata-rata jam kerja per minggu pekerja lanjut usia di Jawa Tengah yang tinggal di perkotaan terdapat perbedaan secara signifikan dengan pekerja yang tinggal di pedesaan.

(11)

c. Pendidikan berpengaruh signifikan dan negatif terhadap jam kerja pekerja lanjut usia di Provinsi Jawa Tengah. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikanpekerja lanjut usia maka akan mengurangi jumlah jam kerja per minggu pekerja lanjut usia.

d. Status perkawinan tidak berpengaruh signifikan terhadap jam kerja pekerja lanjut usia di Provinsi Jawa Tengah. Hal ini menunjukkan bahwa variabel status perkawinan tidak menunjukkan adanya perbedaan pengaruh terhadap jam kerja. Artinya, rata-rata jam kerja per minggu pekerja lanjut usia di Jawa Tengah yang berstatus kawin tidak ada perbedan secara signifikan dengan pekerja lanjut usia yang berstatus tidak/belum kawin.

e. Umur berpengaruh signifikan dan negatif terhadap jam kerja pekerja lanjut usia di Provinsi Jawa Tengah. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat umurpekerja lanjut usia maka akan mengurangi jumlah jam kerja per minggu pekerja lanjut usia.

f. Pendapatan berpengaruh signifikan dan positif terhadap jam kerja pekerja lanjut usia di Provinsi Jawa Tengah. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan yang diterimapekerja lanjut usia maka akan menambah jumlah jam kerja per minggu pekerja lanjut usia.

Saran

Berdasarkan analisis faktor - faktor sosial ekonomi dan demografi yang mempengaruhi pekerja lanjut usia di provinsi Jawa Tengah Tahun 2015, maka penulis memberikan beberapa saran, antara lain :

1. Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian pekerja lanjut usia pada masa tuanya masih aktif bekerja. Oleh karena itu, diperlukan bantuan pemerintah untuk dapat menciptakan kondisi pasar kerja yang sesuai bagi pekerja lanjut usia misalnya tidak ada pengaturan waktu yang ketat (jam kerja fleksibel) seperti dapat bekerja dengan paruh waktu.

2. Seiring bertambahnya umur kondisi kesehatan pekerja lanjut usia mengalami penurunan akibat gangguan kesehatan. Maka perlu dilakukan peningkatan pelayanan

kesehatan yang sudah ada seperti memaksimalkan kinerja Posyandu Lansia untuk

memberikan pelayanan kesehatan secara rutin bagi pekerja lanjut usia.

(12)

ini, pemerintah telah meningkatkan akses jaminan sosial masa tua dengan adanya BPJS Ketenagakerjaan yaitu Program Jaminan Hari Tua (PJHT) dan Program Jaminan Pensiun (PJP) tetapi pelaksanaannya kurang berjalan dengan baik akibat kesadaran pekerja masih sangat rendah. Oleh karena itu, perlu adanya sosialisasi yang masif kepada seluruh pekerja mengenai pentingnya ikut jaminan sosial hari tua dan manfaatnya bagi pekerja di masa tuanya.

4. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa latar belakang tingkat pendidikan pekerja lanjut usia dapat digolongkan rendah. Maka diperlukan bantuan pemerintah untuk mengadakan kesempatan pelatihan kerja yang sesuai dengan lanjut usia seperti pelatihan ketrampilan atau memberikan kesempatan untuk wirausaha bagi lanjut usia. 5. Semakin tua umur seseorang, maka kondisi kesehatan juga ikut menurun sehingga

rentan untuk mendapatkan diskriminasi. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan untuk mencengah adanya diskriminasi atas dasar umur seperti dalam hal perekrutan misalnya menggunakan perekrutan dengan lebih mempertimbangkan kemampuan dan keahliannya.

Daftar Pustaka

Affandi, Moch. 2009. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Penduduk Lanjut Usia Memilih untuk Bekerja.Journal of Indonesian Applied Economics Vol. 3 No. 2. Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya: Surabaya

Aini, Khurul. 2011. Analisis Faktor Sosial dan Ekonomi Yang Mempengaruhi Pendapatan Pekerja Wanita. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Sebelas Maret: Surakarta

Arsyad, Lincoln. 2004. Ekonomi Pembangunan. Edisi Keempat. STIE YKPN

Badan Pusat Statistik. 2011. Statistik Penduduk Lanjut Usia Indonesia 2011.Jawa Tengah: Badan Pusat Statistik Jawa Tengah.

Fitri, Hanna dan Basri. 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Lanjut Usia Bekerja Di Kelurahan Simpang Baru. Pekanbaru

Heryanah. 2015.Ageing Population Dan Bonus Demografi Kedua di Indonesia. Jurnal

Populasi Volume 23 Nomor 2 2015. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta Kartika, Rusmala dan Sudibia. 2014. Pengaruh Variabel Sosial Demografi dan Sosial

Ekonomi Terhadap Partisipasi Kerja Penduduk Lanjut Usia. Jurnal EkonomiPembangunan Universitas Udayana vol 3 No. 6.Denpasar: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

Kiranasari, Yhosinta. 2011. Pengaruh Upah Per Bulan, Umur, Jenis Kelamin, danJumlah Tanggungan Keluarga Terhadap Curahan Jam Kerja Sektor Informal DiKabupaten Tegal. Fakultas Ekonomi Universitas Dipenogoro. Semarang

(13)

Sumarsono, Fathin Safirah. 2015. Analisis Partisipasi Kerja Penduduk Lanjut Usia diIndonesia. Jurnal Ilmiah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya: Malang

Mandayati, Sri. 2012. Lansia di sektor informal (Studi aktivitas ekonomi perempuan di Pasar

Terong kecamatan Bontala kota Makasar.Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanudin. Makassar

Murtiningsih. 2005. Analisis Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Jam Kerja Di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2003.Skripsi. Tidak dipublikasikan. FE UNS; Surakarta

Nurmaini, Muktiratih. 2016. Analisis Pengaruh Produktivitas Tenaga Kerja, Upah Minimum, Dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja (Di 35 Kabupaten/Kota

Provinsi Jawa Tengah Pada Tahun 2010-2014).Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Referensi

Dokumen terkait

Festival Bunga dan Buah Unggul Nusantara pada kegiatan FBBN 2013 di lapangan kampus IPB Baranangsiang mulai tanggal 17 Mei s/d 19 Mei 2013 serta bersedia mematuhi segala

Berdasarkan DAK2 (Data Agregat Kependudukan per Kecamatan) yang diterbitkan oleh Direktorat Jendral Kependudukan dan Catatan Sipili Kementerian Dalam Negeri, Kota Surakarta

Atas dasar hasil penilaian oleh Tim mutu asuhan keperawatan RSUD Cengkareng pada tahun 2010 yang menilai mutu dokumentasi asuhan keperawatan di ruang rawat inap masih di

Tujuan dari pembelajaran di dalam tugas ini adalah untuk menambah pengetahuan tentang komponen-komponen listrik yang ada pada alat elektronik  rumah tangga terutama

Leadership Philosophy to be the Best adalah keyakinan dasar (basic belief) yang berisi filosofi-filosofi dasar bagi Telkomers untuk menjadi pemimpin yang terbaik.. Keyakinan

Dari grafik tersebut (gambar 24) dapat dilihat bahwa pada penggunaan gliserol dengan level tinggi dan level rendah, semakin banyak jumlah CMC-Na yang digunakan maka

Ada tiga bagian dengan pada cutting sticker, yaitu cutting sticker sendiri, kertas dasar untuk sticker menempel, dan masking bening diatas sticker yang akan dilepaskan

Sedangkan analisis koefisien determinasi diketahui bahwa pengaruh penerapan standar akuntansi pemerintahan terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah sebesar