• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Konflik dalam Keluarga (2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Manajemen Konflik dalam Keluarga (2)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1

Manajemen Konflik dalam Keluar ga

Oleh Agus Susanto

I

Pendahuluan

Kita semua sudah pernah melihat orang atau kelompok orang terlibat konflik. Dari

antara kita bukan saja pernah melihat tetapi juga mengalami konflik itu sendiri. Dalam

fenomena interaksi dan interelasi sosial antar individu maupun antar kelompok, terjadinya

konflik sebenarnya merupakan hal yang wajar. Pada awalnya konflik dianggap sebagai

gejala atau fenomena yang tidak wajar dan berakibat negatif, tetapi sekarang konflik

dianggap sebagai gejala alamiah yang dapat berakibat negatif maupun positif tergantung

bagaimana cara mengelolanya. Oleh sebab itu, persoalan konflik tidak perlu dihilangkan

tetapi perlu dikembangkan karena merupakan sebagai bagian dari kodrat manusia yang

menjadikan seseorang lebih dinamis dalam menjalani kehidupan.1

Adanya konflik terjadi akibat komunikasi yang tidak lancar, tidak adanya kepercayaan

serta tidak adanya sifat keterbukaan dari pihak-pihak yang saling berhubungan. Dalam

realitas kehidupan keragaman telah meluas dalam wujud perbedaan status, kondisi ekonomi,

realitas sosial. Tanpa dilandasi sikap arif dalam memandang perbedaan akan menuai

konsekuensi panjang berupa konflik dan bahkan kekerasan di tengah-tengah kita. Konflik

sangat erat kaitannya dengan perasaan manusia, termasuk perasaan diabaikan, disepelekan,

tidak dihargai, dan ditinggalkan, karena kelebihan beban kerja atau kondisi yang tidak

memungkinkan. Perasaan-perasaan tersebut sewaktu-waktu dapat memicu timbulnya

kemarahan. Keadaan tersebut akan mempengaruhi seseorang dalam melaksanakan

kegiatannya secara langsung, dan dapat menurunkan produktivitas kerja secara tidak

langsung dengan melakukan banyak kesalahan yang disengaja maupun tidak disengaja.

Keluarga adalah merupakan ikatan yang paling mendasar yang menjadi pondasi dalam

hidup sosial masyarakat. Tanpa keluarga namapaknya akan sulit untuk menciptakan

masyarakat yang seimbang.2 Peran yang dimiliki keluarga sangat signifikan terhadap perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat. Oleh sebab itu, jika terjadi persoalan atau

1

Drs. Agus M. Hardjana, Konflik di Tempat Kerja (Yogyakarta: Kanisius, 1994), hlm. 9.

2

(2)

2

konflik dalam keluarga akan sangat berpengaruh terhadap situasi yang terjadi dalam

masyarakat. Menurut teori kebutuhan manusia, konflik bisa terjadi jika ada kebutuhan yang

tidak terpenuhi. Termaksud akan kebutuhan dasar yang dibutuhkan setiap pribadi.

Konflik menyebabkan situasi dalam keluarga menjadi tidak harmonis dan tidak damai.

Oleh sebab itu, konflik tidak bisa dibiarkan begitu saja. Konflik dalam keluarga harus

diselesaikan. Konflik harus dimanagemen dengan baik. Sehingga konflik menghasilkan

sesuatu yang positif yang membangun keluarga menjadi lebih baik dari pada sebelumnya.

Karena bagaimanapun juga konflik tidak bisa dihindari. Jalan yang terbaik ialah

mengorganisir konflik atau biasa dikenal dengan istilah manajemen konflik.

Manajeman konflik merupakan reaksi antar pelaku dalam sebuah konflik. Manajeman

konflik merupakan suatu pendekatan yang berorintasi pada proses yang mengarahkan pada

bentuk komunikasi dari pada pelaku konflik. Hal ini dilakukan untuk menyelesaikan

perselisihan ataupun menghasilkan ketenangan diantara para pelaku konflik.

II

Keluar ga

A. Definisi Keluar ga

Menurut kamus besar bahasa Indonesia keluarga adalah bapak, ibu, anak dan seisi

rumah. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas Kepala Keluarga dan

beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah suatu atap dalam

keadaan saling ketergantungan.3 Keluarga adalah suatu kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang direkat oleh ikatan darah, perkawinan atau adopsi serta tinggal bersama.

Dalam hal ini keluarga merupakan kelompok primer yang terpenting dalam masyarakat.

Pembicaraan mengenai keluarga akan dibatasi pada keluarga batih. Keluarga batih terdiri

dari suami atau ayah, istri atau ibu dan anak-anak yang belum menikah. Dalam hal ini

keluarga batih merupakan unit pergaulan hidup yang terkecil dalam masyarakat. Sebab, di

samping keluarga batih terdapat pula unit-unit pergaulan hidup lainnya, misalnya keluarga

luas (“extended family’), komunitas (“comunitas”) dan sebagainya.

3

(3)

3

B. Per kawinan dalam Keluarga

Tujuan hidup manusia adalah mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan. Sebagai pilihan

hidup, perkawinan dilindungi oleh hukum. Perkawinan menurut UU No. 1 tahun 1974 pasal 1

adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai seorang suami istri dengan

tujuan membentuk keluarga. Sudah menjadi kodrat alam, bahwa manusia dengan jenis

kelamin yang berlainan, seorang perempuan dan seorang laki-laki ada daya saling menarik

satu sama lain untuk hidup bersama. Dalam hal ini alam pikiran manusia tidak mesti atau

tidak selalu ditujukan pada hal bersetubuh antara manusia tadi.

Ada pepatah yang mengatakan “ kasih bukan hanya terdapat dalam pernikahan, tetapi

dalam pernikahan harus ada kasih”. Pernikahan tidak menjamin adanya kasih, tetapi kasih

memberi segala sesuatu untuk menjamin pernikahan. Cinta adalah dasar dan jiwa keluarga.

Keluarga ada suatu persekutuan pribadi-pribadi yang mendasarkan eksistensinya atas kasih.

Kasih sejati yang menjadi dasar dan tujuan keluarga adalah kasih yang membahagiakan orang

lain.4

Allah memanggil manusia untuk saling mewujudkan cinta kasih dalam keluarga.

Manusia adalah ciptaan Tuhan yang bercorak jasmani dan rohani. Maka manusia dipanggil

untuk mengasihi secara rohani dan jasmani. Kasih secara rohani itu seperti yang telah

dijelaskan oleh St. Paulus “Kasih itu sabar, kasih itu murah hati; ia tidak cemburu; ia tidak

memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari

keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain” (1Kor

13:4-7).5

Dalam arti umum, perkawinan pada hakikatnya adalah persekutuan hidup antara pria

dan wanita atas dasar saling mencintai untuk membentuk hidup bersama secara tetap dan

4

Ign. Wignyasumarta, dkk, Panduan Rekoleksi Keluarga (Yogyakarta: Kanisius, 2000), hlm.32.

5

(4)

4

memiliki tujuan yang sama, yaitu saling membahagiakan.6 Dalam hal ini cinta sebagai elemen dasar dalam memilih pasangan hidup. Artinya cinta sangat dibutuhkan dalam

hubungan suami – istri.7

C. Ciri-ciri Keluar ga

1. Har monis

Keharmonisan menurut kamus bahasa Indonesia adalah keadaan yang selaras atau

serasi dalam rumah tangga perlu dijaga.8 Keluarga dapat didefinisikan sebagai suatu kelompok dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan-ikatan perkawinan, darah, atau

adopsi, merupakan susunan rumah tangga sendiri, berinteraksi dan berkomunikasi satu sama

lain yang menimbulkan peranan-peranan sosial bagi suami istri, ayah dan ibu, putra dan putri,

saudara laki-laki dan perempuan dan merupakan pemelihara kebudayaan bersama.9 Dari pengertian keharmonisan dan pengertian keluarga maka keharmonisan dalam kehidupan

keluarga adalah bilamana seluruh anggota keluarga merasa bahagia yang ditandai oleh

berkurangnya ketegangan, kekecewaan dan puas terhadap seluruh keadaan dan keberadaan

dirinya (eksistensi dan aktualisasi diri) yang meliputi aspek fisik, mental, emosi dan sosial.

Ciri-ciri keluarga yang harmonis adalah sebagai berikut :

a. Tercipta suasana keimanan di dalam keluarga.

b. Mengadakan pertemuan antar anggota keluarga.

c. Sopan santun antar anggota keluarga.10

2. Sejahter a

Ciri-ciri keluarga sejahtera sebagai berikut11:

a. Adanya ketenangan jiwa yang dilandasi oleh ketakwaan kepada Tuhan

Yang Maha Esa.

6

Carolus Suharyanto, Kursus Persiapan Hidup Berkeluarga, ( Yogyakarta : Kanisius, 2007), hlm. 17.

7

William J. Goode, Sosiologi Keluarga, ( Jakarta : Bumi Aksara, 2004), hlm. 83.

8

Kamus Besar Bahasa Indonesia, ... hlm. 299.

9

H. Khairuddin, Sosiologi Keluarga,( Yogyakarta : Liberty, 2002), hlm. 7.

10

Muhamad Al-Munajid, Empat Puluh Cara Mencapai Keluarga Bahagia. (Jakarta : Gema Insani, 1998), hlm. 19.

11

(5)

5

b. Hubungan yang harmonis antara individu yang satu dengan individu

yang lain dalam keluarga dan masyarakat.

c. Terjamin kesehatan jasmani, rohani dan sosial.

d. Cukup sandang, pangan dan papan.

e. Adanya jaminan hukum terutama hak asasi manusia.

f. Tersedianya pelayanan pendidikan yang wajar.

g. Ada jaminan dihari tua, sehingga tidak perlu khawatir terlantar dimasa

tua.

D. Fungsi Keluar ga

Salah satu pendekatan melihat keluarga secara pragmatis. Karenanya keluarga dilihat

dari peran atau fungsinya, yaitu sebagai (a) tempat atau lokasi, (b) proses, (c) sasaran, dan (d)

norma. Peran keluarga sebagai suatu tempat sering dicampur dengan pengertian rumah

tangga. Pengertian rumah tangga pada umumnya mengacu pada kategori spasial di mana

sekelompok orang terikat dalam satu tempat yang disebut rumah. Di sini tidak harus ada

ikatan keluarga baik perkawinan maupun keturunan. Keluarga dapat berbentuk rumah tangga,

namun rumah tangga tidak harus berbentuk keluarga. Perbedaan ini dapat untuk menjelaskan

pergeseran fungsi keluarga seperti yang sekarang dialami. Meskipun keluarga memiliki

fungsi tempat seperti perlindungan bagi orang tua dan anak-anak, tetapi sekarang banyak

keluarga yang lebih mirip berbentuk rumah tangga.

Peran tempat yang mirip ajang bisnis (didefiniskan sebagai ‘satu dapur’) pada sebuah

keluarga berkaitan erat dengan fungsinya sebagai suatu proses. Peran ini sesungguhnya

didominasi oleh sosialisasi anak dalam rangka adopsi nilai -nilai orangtua. Sayangnya proses

dalam keluarga yang terjadi sekarang cenderung mekanistis sehingga peran tersebut

menyusut. Aktivitas orangtua yang sangat sibuk meminimalisir proses sosialisasi anak. Pada

waktu yang bersamaan muncul lembaga non keluarga seperti tempat penitipan anak,

kelompok bermain, taman kanak-kanak dan sekolah telah menyedot sebagian kehidupan

anak dari proses di dalam keluarga. Salah satu peran keluarga yang sekarang menonjol adalah

sebagai sasaran. Begitu banyak program dan proyek yang menjadikan keluarga sebagai

sasaran. Rasanya terlalu banyak untuk menyusun daftar program atau proyek dengan sasaran

keluarga. Tidak berlebihan kiranya kalau dikatakan bahwa tidak ada departemen atau

kementrian yang tidak memiliki program atau proyek dengan sasaran keluarga. Dari satu sisi

(6)

6

kualitas keluarga. Pada sisi lain, dan ini lebih mendekati kenyataan, ketidak seriusan

implementasi program-program yang ada menyebabkan semua itu seperti angin lalu.

Fungsi normatif keluarga sering diasosiasikan sebagai legitimasi hubungan seksual

yang sah antara suami istri dan hak serta tanggung jawab antar anggota keluarga. Fungsi

inipun mengalami pergeseran yang sangat besar. Hubungan seks sebelum nikah (premarital

sex), di luar nikah (penyelewengan, extramarital sex), tanpa nikah (prostitusi, kumpul kebo),

sejenis (homo dan lesbian), serta selibat permanen (tanpa nikah) telah mengurangi peran

normatif keluarga.. Hal ini juga ditandai oleh maraknya kekerasan ( violence) dan perlakuan

salah (abused) dalam keluarga, terutama terhadap anak dan istri (perempuan). Pendekatan

pragmatis tersebut kiranya perlu dilengkapi dengan pendekatan lain yang lebih menitik

beratkan pada anggota keluarga sebagai unsur pokok yang paling penting dan subjek yang

berperan aktif. Pendekatan psikologi tampaknya memenuhi tuntutan ini.

Ada beberapa peran psikologis keluarga. Di bawah ini dikemukakan beberapa yang

dianggap penting. Pertama, keluarga seharusnya memiliki peran yang besar dalam

pengembangan personal (personal growth). Ada beberapa unsur penting dalam diri individu

yang perlu dikembangkan dalam keluarga. Di antaranya adalah intelektualitas yang

berorientasi pada kebudayaan, moral keagamaan, kemandirian, orientasi pada prestasi dan

produkvitivitas, serta kemandirian. Bila unsur-unsur tersebut berkembang dengan baik maka

ia akan dapat memecahkan berbagai masalah yang dihadapi, mampu mencukupi diri ,

kompetitif, adaptif dan dapat memajukan lingkungan sosial dan budayanya, serta berperilaku

etis. Kedua, keluarga merupakan jaringan sosial paling kecil. Di era seperti sekarang ini

jaringan sosial memegang peranan sangat penting. Karenanya, keluarga juga harus berperan

sebagai arena menjalin hubungan dan arena belajar untuk mengembangkan jaringan sosial.

Ini dapat terpenuhi bila di dalamnya ada kohesivitas yang tinggi dan ekspresif dalam

berhubungan satu dengan lainnya. Artinya, pola relasi dalam keluarga menjadi progresif dan

tidak monoton. Dengan demikian masalah-masalah hubungan interpersonal seperti konflik

tidak akan tidak terpecahkan secara berlarut-larut, demikian juga dengan kebosanan dalam

keluarga. Ketiga, di dalam keluarga tentu ada sistem yang mengorganisir, mengontrol dan

memelihara keberlangsungan hidup keluarga. Peran ini tampaknya terkikis paling awal di

masa perubahan seperti yang sekarang ini. Padahal, sistem inilah mempersatukan individu

dalam bentuk keluarga.

Struktur dan fungsi merupakan hal yang berhubungan erat dan terus berinteraksi satu

sama lain. Struktur didasarkan pada organisasi, yaitu anggota keluarga dan pola hubungan

(7)

7

istri, sebagai ibu menantu, dll yang semua itu mempunyai kebutuhan, peran dan harapan yang

Pola hubungan itu akan membentuk kekuatan dan struktur peran dalam Struktur keluarga

dapat diperluas dan dipersempit tergantung dari kemamkeluarga tersebut untuk merespon

stressor yang ada dalam keluarga. Struktur yang sangat kaku atau sangat fleksibel dapat

mengganggu atau merupakan keluarga.

Fungsi keluarga yang berhubungan dengan struktur:

a. Struktur egalisasi : masing-masing keluarga mempunyai hak yang sa

menyampaikan pendapat (demokrasi)

b. Struktur yang hangat, menerima dan toleransi

c. Struktur yang terbuka, dan anggota yang terbuka : mendorong kej

kebenaran (honesty and authenticity)

d. Struktur yang kaku : suka melawan dan tergantung pada peraturan

e. Struktur yang bebas : tidak adanya aturan yang memaksakan (permisiven

f. Struktur yang kasar : abuse (menyiksa, kejam dan kasar)

g. Suasana emosi yang dingin (isolasi, sukar berteman)

h. Disorganisasi keluarga (disfungsi individu, stress emosional)

Keluarga Kristiani dipanggil untuk meniru keluarga Kudus Nazaret. Ada peran-peran

dalam keluarga yang tidak bisa digantikan oleh lembaga apapun yaitu; (1) Membentuk

kesatuan antar pribadi, (2) untuk melahirkan dan membentuk keluarga, (3) Demi kebaikan

masyarakat, (4) Untuk mengembangkan iman.12

III

Konflik

A. Definisi Konflik

Konflik dapat berupa perselisihan (disagreement), adanya ketegangan (the presence of

tension), atau munculnya kesulitan-kesulitan lain di antara dua pihak atau lebih. Konflik

sering menimbulkan sikap oposisi antara kedua belah pihak, sampai kepada tahap di mana

12

(8)

8

pihak-pihak yang terlibat memandang satu sama lain sebagai penghalang dan pengganggu

tercapainya kebutuhan dan tujuan masing-masing13.

Perbedaan pendapat tidak selalu berarti perbedaan keinginan. Oleh karena konflik

bersumber pada keinginan, maka perbedaan pendapat tidak selalu berarti konflik. Persaingan

sangat erat hubungannya denga konflik karena dalam persaingan beberapa pihak

menginginkan hal yang sama tetapi hanya satu yang mungkin mendapatkannya. Persaingan

tidak sama dengan konflik namun mudah menjurus ke arah konflik, terutuma bila ada

persaingan yang menggunakan cara-cara yang bertentangan dengan aturan yang disepakati.

B. Ciri-ciri dan Faktor Penyebab Konflik

Konflik merupakan situasi yang wajar dalam masyarakat bahkan dalam keluarga

tanpa disadari juga mengalami konflik. Konflik sering dilatar belakangi oleh perbedaan

ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. Dalam berorganisasi, ini sangat mungkin

untuk terjadi adanya konflik baik individu ataupun kelompok. Ciri-ciri terjadinya konflik

adalah sebagai berikut:

1. Paling tidak ada dua pihak secara perorangan maupun kelompok terlibat

dalam suatu interaksi yang saling berlawanan.

2. Saling adanya pertentangan dalam mencapai tujuan.

3. Adanya tindakan yang saling berhadap-hadapan akibat pertentangan.

4. Akibat ketidak seimbangan.14

C. Akibat Konflik

13

Drs. Agus M. Hardjana, Konflik di Tempat Kerja, ... hlm. 9.

14

(9)

9

Dampak konflik dalam kehidupan masyarakat adalah meningkatkan solidaritas sesama

anggota masyarakat yang mengalami konflik dengan masyarakat lainnya dan mungkin juga

membuat keretakan hubungan antar masyarakat yang bertikai. Konflik dapat berakibat

negatif maupun positif tergantung pada cara mengelola konflik tersebut.

1. Akibat negatif

Menghambat komunikasi.

Menghambat perkembangan

Mengganggu kohesi (keeratan hubungan).

Mengganggu kerjasama atau “team work”.

Individu atau personil mengalami tekanan (stress), mengganggu

konsentrasi, menimbulkan kecemasan, mangkir, menarik diri, frustrasi,

dan apatisme.

2. Akibat Positif dari konflik:

Membuat organisasi tetap hidup dan harmonis.

Berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan.

Melakukan adaptasi, sehingga dapat terjadi perubahan dan perbaikan

dalam sistem dan prosedur, mekanisme, program, bahkan tujuan

organisasi.

Memunculkan keputusan-keputusan yang bersifat inovatif.

Memunculkan persepsi yang lebih kritis terhadap perbedaan pendapat.

D. Pengelolaan Konflik15

Mengatasi dan menyelesaikan suatu konflik bukanlah suatu yang sederhana.

Cepat-tidaknya suatu konflik dapat diatasi tergantung pada kesediaan dan keterbukaan pihak-pihak

yang bersengketa untuk menyelesaikan konflik, berat ringannya bobot atau tingkat konflik

tersebut. Langkah langkah yang harus dilakukan sebelum menyelesaikan konflik adalah

sebagai berikut:

1. Usahakan memperoleh semua fakta mengenai keluhan itu,

2. Usahakan memperoleh dai kedua belah pihak,

15

(10)

10

3. Selesaikan problema itu secepat mungkin.

Menyelesaikan konflik ada beberapa cara yang harus dilakukan antara lain:

1. Disiplin

Mempertahankan disiplin dapat digunakan untuk mengelola dan mencegah konflik.

Seseorang harus mengetahui dan memahami peraturan-peraturan yang ada dalam organisasi.

Jika belum jelas, mereka harus mencari bantuan untuk memahaminya.

2. Pertimbangan pengalaman dalam tahapan kehidupan Konflik dapat dikelola dengan

mendukung perawat untuk mencapai tujuan sesuai dengan pengalaman dan tahapan

hidupnya.

3. Komunikasi

Suatu komunikasi yang baik akan menciptakan lingkungan yang terapetik dan kondusif.

Suatu upaya yang dapat dilakukan manajer untuk menghindari konflik adalah dengan

menerapkan komunikasi yang efektifdalam kegitan sehari-hari yang akhirnya dapat

dijadikan sebagai satu cara hidup.

4. Mendengarkan secara aktif

Mendengarkan secara aktif merupakan hal penting untuk mengelola konflik. Untuk

memastikan bahwa penerimaan seseorang telah memiliki pemahaman yang benar, mereka

(11)

11

Sedangkan dalam penanganan konflik16, ada lima tindakan yang dapat kita lakukan diantaranya:

1. Berkompetisi

Tindakan ini dilakukan jika kita mencoba memaksakan kepentingan sendiri di atas

kepentingan pihak lain. Pilihan tindakan ini bisa sukses dilakukan jika situasi saat itu

membutuhkan keputusan yang cepat, kepentingan salah satu pihak lebih utama dan pilihan

kita sangat vital. Hanya perlu diperhatikan situasi menang – kalah (win-win solution) akan

terjadi disini. Pihak yang kalah akan merasa dirugikan dan dapat menjadi konflik yang

berkepanjangan. Tindakan ini bisa dilakukan dalam hubungan atasan – bawahan, dimana

atasan menempatkan kepentingannya (kepentingan organisasi) di atas kepentingan bawahan.

2. Menghindari konflik

Tindakan ini dilakukan jika salah satu pihak menghindari dari situsasi tersebut secara

fisik ataupun psikologis. Sifat tindakan ini hanyalah menunda konflik yang terjadi. Situasi

menag kalah terjadi lagi disini. Menghindari konflik bisa dilakukan jika masing-masing pihak

mencoba untuk mendinginkan suasana, mebekukan konflik untuk sementara. Dampak kurang

baik bisa terjadi jika pada saat yang kurang tepat konflik meletus kembali, ditambah lagi jika

salah satu pihak menjadi stres karena merasa masih memiliki hutang menyelesaikan

persoalan tersebut.

3. Akomodasi

Yaitu jika kita mengalah dan mengorbankan beberapa kepentingan sendiri agar pihak

lain mendapat keuntungan dari situasi konflik itu. Disebut juga sebagai self sacrifying

behaviour. Hal ini dilakukan jika kita merasa bahwa kepentingan pihak lain lebih utama atau

16

(12)

12

kita ingin tetap menjaga hubungan baik dengan pihak tersebut. Pertimbangan antara

kepentingan pribadi dan hubungan baik menjadi hal yang utama di sini.

4. Kompromi

Tindakan ini dapat dilakukan jika ke dua belah pihak merasa bahwa kedua hal tersebut

sama–sama penting dan hubungan baik menjadi yang utama. Masing-masing pihak akan

mengorbankan sebagian kepentingannya untuk mendapatkan situasi menang-menang

(win-win solution)

5. Berkolaborasi

Menciptakan situasi menang-menang dengan saling bekerja sama.

IV

Manajemen Konflik dalam Keluarga

A. Pengertian Manajemen Konflik

Istilah manajemen berasal dari bahasa Italia Maneggiare yang berarti melatih

kuda-kuda atau secara harfiah to handle yang berarti mengendalikan, sedangkan dalam kamus

Inggris Indonesia Echols dan Shadily management berarti pengelolaan dan istilah manager

berarti tindakan membimbing atau memimpin. Menurut kamus besar bahasa Indonesia

manajemen adalah proses penggunaan sumber daya secara efektif dan efisien untuk mencapai

Spiritual tujuan.17 Manajemen merupakan proses penting yang menggerakkan organisasi karena tanpa manajemen yang efektif tidak akan ada usaha yang berhasil cukup lama.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen sebuah

tindakan yang berhubungan dengan usaha tertentu dan penggunaan sumber daya secara

efektif untuk mencaSpiritual tujuan. Setelah memahami pengertian manajemen, selanjutnya

adalah pengertian konflik. Menurut kamus bahasa Indonesia konflik berati percekcokan,

17

(13)

13

pertentangan, atau perselisihan.18 Konflik juga berarti adanya oposisi atau pertentangan pendapat antara orang-orang atau kelompok-kelompok. Setiap hubungan antar pribadi

mengandung unsur-unsur konflik, pertentangan pendapat, atau perbedaan kepentingan.

Dalam keluarga sangat rentan dengan konflik. Kapan saja bisa terjadi konflik yang bisa

menyebabkan keluarga rapuh atau pecah. Disini manajeman konflik dalam keluarga

sangatlah diperlukan. Mengapa sangatlah penting? Dalam keluarga telah terikat janji

perkawinan yang dalam perspektif Katolik tidak terceraikan. Konflik suami-istri biasanya

disebabkan oleh kurangnya rasa” saling” antara keduanya,:

1. Kurangnya saling pengertian terhadap kelebihan dan kekuranganmasing-masing

2. Kurangnya saling percaya

3. Kurangnya salingterbuka

4. Kurang komunikasi yang efektif

Dalam kehidupan berkeluarga, kepala keluarga memiliki peran yang sangat penting

dalam pengelolaan konflik ini (Manajemen Konflik). Peran kepala keluarga disini sebagai

manajer yang koordinir atau yang memimpin keluarga.

B. Gaya Menajemen Konflik

Ada beberapa pendekatan dalam menajeman konflik atau yang biasa dikenal dengan

gaya yang bisa digunakan dalam manajeman konflik dalam keluarga antara lain19;

(1) Mengikuti kemauan orang lain adalah gaya yang menilai orang lain lebih tinggi

dibandingkan dengan diri sendiri.

(2) Mendominasi (Menonjolkan kemauan sendiri) adalah gaya yang menitikberatkan

pada kepentingan priadi.

18

Kamus Besar Bahasa Indonesia, ... hlm. 799.

19

(14)

14

(3) Menghindari, gaya ini bersifat negatif karena melemparkan persoalan kepada orang

lain.

Daftar Pustaka

Pujosuwarno, Sayekti ,Bimbingan dan Konseling keluarga. (Yogyakarta : Menara mas,

1994).

Hardjana, Drs. Agus M., Konflik di Tempat Kerja (Yogyakarta: Kanisius, 1994).

Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2008).

Wignyasumarta, Ign,. dkk, Panduan Rekoleksi Keluarga (Yogyakarta: Kanisius, 2000).

Sujoko, Albertus, Teologi Keluarga: Memahami Rencana Allah bagi Keluarga menurut

Familiaris Consortio, (Yogyakarta: Kanisius, 2011).

Suharyanto, Carolus, Kursus Persiapan Hidup Berkeluarga, ( Yogyakarta : Kanisius, 2007).

William J. Goode, Sosiologi Keluarga, ( Jakarta : Bumi Aksara, 2004).

H. Khairuddin, Sosiologi Keluarga,( Yogyakarta : Liberty, 2002)

Al-Munajid ,Muhamad, Empat Puluh Cara Mencapai Keluarga Bahagia. (Jakarta : Gema

Insani, 1998)

Pujosuwarno, Sayekti, Bimbingan dan Konseling keluarga. (Yogyakarta : Menara mas, 1994)

W, Hendrick., Bagaimana Mengelola Konflik. Diterjemahkan Oleh : Arif Santoso, (Jakarta :

Bumi Aksara, 1992)

Peg Pickering, How to Manage Conflict : Kiat Menangani Konflik, jadikan Konflik sebagai

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian yang dilakukan oleh Anandia Zelvina (2012) yang berjudul ”Perancangan Aplikasi Pembelajaran Kriptografi Kunci Publik ElGamal untuk Mahasiswa”

[r]

Berdasarkan dari hasil analisis diversitas dan kelimpahan Arthropoda yang diperoleh bahwa terdapat suatu perbedaan kelimpahan Arthropoda tanah antar lokasi dengan

Diketahui dari Tabel 5 dan 6 bahwa jumlah kalor yang terbuang tidak dapat sepenuhnya diserap oleh penukar kalor, untuk posisi katup (1) dimana kalor terbuang

Pernyataan ini didukung oleh pendapat Walle (2001) yang menyatakan bahwa sebagian besar siswa SMP berada pada antara tingkat 0 (visualisasi) sampai tingkat 2

‘Tata bahasa’ ini kemudian banyak dianggap sebagai dasar penting kerangka analisa multimodality , dan bersandar pada kerangka ini banyak kajian telah dilakukan

Saya percaya sambutan Hari Anugerah pada hari ini adalah selari dengan matlamat memberi dorongan dan memotivasikan para murid agar terus berusaha untuk mencapai

Berhubung hasil simulasi perancangan antena Yagi-Uda Cohen- Minkowski belum memenuhi parameter yang diinginkan, maka tahap selanjutnya yang akan dilakukan adalah