PEMANFAATAN BIOREMEDIASI UNTUK MENGATASI
TUMPAHNYA MINYAK PADA LAUT
Bioteknologi mungkin sudah tak asing lagi ditelinga kita apalagi bioteknologi dalam bidang pangan seperti tempe yang menjadi makanan pokok kita sehari-hari. Namun, apakah kalian mengetahui bioteknologi kelautan? Apa saja yang termasuk dalam bioteknologi kelautan? Untuk lebih mengenal bioteknologi bidang kelautan kita perlu mengerti definisinya terlebih dahulu. Bioteknologi kelautan adalah teknik penggunaan biota laut atau bagian dari biota laut (seperti sel atau enzim) untuk membuat atau memodifikasi produk, memperbaiki kualitas genetik atau fenotip tumbuhan dan hewan, dan mengembangkan (merekayasa) organisme untuk berbagai keperluan sesuai dengan kebutuhan.
minyak), sehingga lingkungan tersebut menjadi bersih, tidak lagi tercemar. Teknik pembersihan pencermaran lingkungan semacam ini lazim dinamakan sebagai bioremediasi (bioremediation).
Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air) atau dengan kata lain mengontrol, mereduksi atau bahkan mereduksi bahan pencemar dari lingkungan. Bioremediasi merupakan pemanfaatan mikroorganisme (jamur, bakteri) untuk membersihkan senyawa pencemar (polutan) dari lingkungan. Bioremediasi juga dapat dikatakan sebagai proses penguraian limbah organik/anorganik polutan secara biologi dalam kondisi terkendali. Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air) atau dengan kata lain mengontrol, mereduksi atau bahkan mereduksi bahan pencemar dari lingkungan.
agar polutan dapat dikurangi dan salah satunya dengan cara bioremediasi. Bioremediasi sebagai teknologi yang dapat digunakan untuk membersihkan berbagai jenis polutan bukan berarti tanpa keterbatasan. Bioremediasi tidak dapat diaplikasikan untuk semua jenis polutan, misalnya untuk pencemaran dengan konsentrasi polutan yang sangat tinggi sehingga toksik untuk mikroba atau untuk pencemar jenis logam berat misal kadmium dan Pb.
melekat, dan turbulensi air akan menyebabkan emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Ketika semua terjadi, reaksi fotokimia dapat mengubah karakter minyak dan akan terjadi biodegradasi oleh mikroba yang akan mengurangi jumlah minyak.
Biodegradasi minyak bumi di lingkungan laut sebagian besar dilakukan oleh populasi bakteri yang beragam, termasuk berbagai spesies seperti Pseudomonas. Populasi biodegradasi hidrokarbon menyebar secara luas di samudera seluruh dunia; Survei bakteri laut menunjukkan bahwa mikroorganisme yang mampu membuat kadar hidrokarbon rendah tersebar di lingkungan laut. Umumnya, di lingkungan yang masih asli, bakteri penghasil hidrokarbon terdiri dari <1% dari total populasi bakteri. Bakteri ini diduga memanfaatkan hidrokarbon yang secara alami diproduksi oleh tumbuhan, alga, dan organisme hidup lainnya. Mereka juga memanfaatkan substrat lainnya, seperti karbohidrat dan protein. Bila lingkungan terkontaminasi minyak bumi, proporsi mikroorganisme yang mampu menurunkan kadar hidrokarbon meningkat dengan cepat. Secara khusus, di lingkungan laut yang terkontaminasi dengan hidrokarbon, terjadi peningkatan proporsi populasi bakteri dengan plasmid yang mengandung gen untuk pemanfaatan hidrokarbon (Atlas, 1995).
tricarboxylic). Cincin hidrokarbon aromatik umumnya didetoksilasi untuk membentuk diol, Cincin kemudian dibelah dengan pembentukan katekol yang kemudian terdegradasi menjadi zat antara dari siklus asam tricarboxylic. Karena bakteri adalah degradasi hidrokarbon yang dominan di lingkungan laut, biodegradasi hidrokarbon aromatik menghasilkan detoksifikasi dan tidak menghasilkan karsinogen potensial. Biodegradasi lengkap (mineralisasi) hidrokarbon menghasilkan produk akhir yaitu karbondioksida yang tidak beracun dan air, serta biomassa sel (sebagian besar protein) yang dapat berasimilasi dengan aman ke dalam jaring makanan.
Berdasarkan studi lapangan lain yang dikemukakan oleh Bragg et al., (1994), Pada studi kasus yang berkonsentrasi pada efek penambahan pupuk, ditemukan bahwa tingkat biodegradasi bergantung pada konsentrasi nitrogen di dalam garis pantai, pemuatan minyak, dan sejauh mana biodegradasi alami telah terjadi. Semakin banyak minyak telah terdegradasi, bioremediasi yang dilakukan mungkin telah terbukti efektif. Namun, karena heterogenitas garis pantai dan kadar tumpahnya minyak yang berbeda, jumlah pupuk optimal yang digunakanpun akan bervariasi sesuai lokasi, dan dosis terbaik tidak dapat diprediksi secara tepat.
kontak dengan minyak terlarut. 3) Dispersi, formasi emulsi minyak-air memperluas permukaan butir minyak sehingga memudahkan mikroba untuk memproses minyak. Formasi emulsi ini merupakan proses penting dalam penghilangan hidrokarbon oleh bacteria dan fungi. Tetapi emulsi minyak-air dengan penambahan dispersan tidak efektif untuk proses biodegradasi minyak, karena adanya tambahan zat organic dispersan. 4) Emulsifikasi, pembentukan chocolate mousse akan mengurangi luas permukaan minyak sehingga menurunkan proses biodegradasi. Butir tar sebagai agregat besar akan menghambat akses mikroba (Leahy and Colwell, 1990).
DAFTAR PUSTAKA
Atlas, Ronald M. (1995). Petroleum Biodegradation and Oil Spill Bioremediation.
Marine Pollution Bulletin 31, 178-182.
Bragg, James R., Prince, Roger C., Harner, E. James., dan Atlas, Ronald M. (1994). Effectiveness of bioremediation for the Exxon Valdez oil spill. Nature 368, 413-418.
Coma, Marta dan S. Puig. 2013. Bioelectrochemical Treatment of Contaminated Groundwater. Journal of Bioremediation & Biodegradation. 4(5):1-2.
Kim, Jong-Shik dan David E. Crowley. 2007. Microbial Diversity in Natural Asphalts of the Rancho La Brea Tar Pits. Department of Environmental Sciences, University of California
TUGAS PENGANTAR ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
MEMBUAT ARTIKEL BIOTEKNOLOGI KELAUTAN
PEMANFAATAN BIOREMEDIASI UNTUK MENGATASI
TUMPAHNYA MINYAK PADA LAUT
DISUSUN OLEH:
WANDA LARAS FARAHDITA
26040117140117
ILMU KELAUTAN D
SEMESTER I