• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN IPTEK PADA KELOMPOK PENGRAJIN TAS TERATAI TEMANGGUNG Mardinawati

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENERAPAN IPTEK PADA KELOMPOK PENGRAJIN TAS TERATAI TEMANGGUNG Mardinawati"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN IPTEK PADA KELOMPOK PENGRAJIN TAS TERATAI TEMANGGUNG

Mardinawati 1), Ulfah Hidayati 1), Kunto Purbono 2)

1)

Jurusan Akuntansi, Politeknik Negeri Semarang, Jl. Prof Sudarto SH. Semarang 50275

2)

Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Semarang, Jl. Prof Sudarto SH. Semarang 50275

E-mail: watimardina@yahoo.co.id

Abstrak

Tujuan program Ipteks Bagi Masyarakat ini adalah meningkatkan jumlah dan kualitas hasil produk tas bambu dan kayu sehingga KUB mampu memenuhi permintaan yang ada. Omzet kelompok Kelompok Usaha Bersama (KUB) meningkat, serta tersusunnya laporan keuangan menentukan Harga Popok Produksi (HPP). Target khusus dari program Ipteks ini adalah memperlancar kegiatan produksi melalui penambahan pengadaan mesin jahit khusus tas, alat potong bambu, alat oven untuk mengeringkan bahan baku bambu, serta pembenahan administrasi pelaporan HPP. Metode yang digunakan adalah Kegiatan Praktek membuat produk tas menggunakan mesin potong bambu dan alat oven, serta praktek menyusun HPP, pendampingan Monitoring dan evaluasi. Output dari program ini adalah artikel ilmiah, laporan Harga Pokok Produksi (HPP), Mesin jahit khusus tas, Alat potong bambu, oven (Alat pengering). Hasinya adalah waktu pengeringan bahan baku hanya 30 menit, produksi tas meningkat 20% dan omzet rata-rata meningkat hingga 20%.

Keyword: Mesin jahit, Tas bambu, Tas kayu, HPP

Abstract

The purpose of science and technology for the Community program is to increase the number and quality of the production of bags of bamboo and wood, so that the Joint Enterprise Group (KUB) is able to meet customer demand, the turnover increased KUB, capable of making financial reports and calculate the cost of goods sold (CGS). Specific target of this science and technology program is to facilitate the production through the addition of a special provision of sewing machines used for sewing bags, bamboo cutting tools, tool oven used to dry the raw materials of bamboo. The method used is the practice of making the product bag using bamboo cutting machines and tools oven, as well as the practice of preparing CGS, mentoring monitoring, and evaluation. The output of this science and technology program are articles, reports Cost of Production (CGS), sewing machines bag, bamboo cutting tools, oven (dryer). The results of these activities is the raw material drying takes only 30 minutes, bag production increased by 20%, and the average turnover increased by 20%.

Keyword: sewing machine, bamboo bag, wood bag, CGS, handicraft.

PENDAHULUAN

(2)

utama dari KUB Teratai, dan dompet sebagai produk sampingan. Bahan baku kerajinan terbuat adalah dari kayu dan ranting bambu.

KUB Teratai memperoleh bahan baku kayu dan ranting bambu dari kota dan desa sekitar. Kayu tersebut berupa limbah kayu mahoni atau kayu nangka dari pabrik mebel, sedangkan ranting bambu diperoleh dari kebon yang berada di sekitar kota Temanggung. Proses pembuatan bahan baku tas dari ranting bambu adalah ranting bambu dipotong-potong sebesar 1 cm, 1.5 cm, dan 2 cm menggunakan mesin dipotong-potong manual. Mesin dipotong-potong manual yang telah dimiiki bergerigi satu, sehingga hanya dapat memotong ranting bambu dengan cara satu batang satu batang (kecepatan rendah). KUB Teratai membuat beraneka jenis warna tas dari bambu, yaitu putih, hitam, merah dan hijau . Untuk menghasilkan warna putih ranting bambu yang telah dipotong direbus selama 2 jam dan diberi pemutih. Untuk menghasilkan warna hitam, ranting bambu yang telah dipotong digoreng dengan minyak selama 1 jam, kemudian dicuci menggunakan sabun sampai bersih. Bambu yang telah direbus maupun digoreng, kemudian dicuci bersih dan dijemur selama 2 hari. Pada musim penghujan, bahan baku bambu akan kering selama 3 sampai 4 hari. Hambatan selama musin penghujan adalah, bahan baku bambu yang siap dibuat tas sering mengalami kekurangan, yang dapat mengganggu proses produksi. Selain membutuhkan waktu yang lama hasilnya terkadang bisa menjamur.

Bahan tas dari kayu berupa potongan kayu mahoni dan kayu nangka yang sudah dipotong tipis, kemudian dicetak bulat menggunakan alat cetak dari satu per satu. Bahan yang sudah dicetak, kemudian disemprot pewarna sesuai warna yang diinginkan dan ditunggu sampai kering. Setelah melalui proses pemotongan dan pencetakan, bahan tas dari ranting bambu dan kayu sudah siap dirangkai menjadi tas dan dompet. Bahan-bahan tersebut di rangkai dengan benang/senar sampai membentuk tas sesuai modelnya.

KUB Teratai memproduksi tas dari bambu dan kayu secara masa, setiap bulan hanya bisa menghasilkan 200 buah tas terdiri dari 120 tas bambu dan 80 tas kayu. Jumlah produksi tersebut belum bisa memenuhi permintaan yang ada. Hasil produksi hanya sebanyak 200 buah, dikarenakan terbatasnya kesiapan bahan baku yang siap dibuat tas, keterbatasan jumlah anggota yang hanya 17 orang. Untuk menambah jumlah anggota tidak mudah, perlu diberi motivasi serta pelatihan khusus kepada anggota baru. Terbatasnya kesiapan bahan baku terjadi terutama pada musim penghujan, karena bahan baku baru akan kering dalam waktu 3-4 hari. Selain itu, dikarenakan alat potong bambu dan alat cetak kayu yang hanya bisa menghasilkan satu per satu potong. Setiap 1 kg bahan bambu yang sudah dipotong, menghasilkan 4 buah tas, sedangkan 1 kg bahan kayu yang sudah dipotong bisa menghasilkan 2 tas.

Pemasaran hasil produk tas maupun dompet dari “KUB Teratai” melalui: konsumen yang datang langsung ke lokasi produksi, reseller yang dijual ke kota lain, paket yang dikirim ke Denpasar dan Yogyakarta, UKM Center Kabupaten Temanggung, serta melalui pameran. Pameran yang pernah diikuti adalah pada tahun 2013 di Kota Batam, tahun 2014 dan 2015 pameran Inacraft di Jakarta, dan pada tahun 2014 mengikuti pameran di PRJ Tandingan di Semarang.

(3)

pelanggan di Kota Yogyakarta, sisanya yang 50 buah dijual langsung oleh kosumen, dan di pameran. Sehingga rata-rata masih terdapat kekurangan produksi sebanyak 50 buah. Harga jual tas dari kayu Rp.90.000, tas dari bambu Rp 75.000.

KUB Teratai belum menghitung Harga Pokok Produk (HPP), maupun belum mencatat transaksi biaya produksi. Harga pokok produk digunakan untuk menetapkan harga jual, harga jual saat ini hanya ditetapkan dengan cara perkiraan biaya yang dikeluarkan. Harga dari barang dan jasa merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan oleh calon pembeli sebelum membeli produk yang dijual. Oleh karena itu, harga yang kita tentukan harus dapat bersaing dengan harga yang ditawarkan oleh kompetitor. Ada beberapa hal yang harus kita perhatikan dalam penentuan harga jual, diantaranya adalah besaran biaya produksi (harga pokok produksi) dan keuntungan yang diharapkan.

METODE PELAKSANAAN

Berdasarkan latar belakang di atas tentang berbagai permasalahan yang ada pada mitra, maka metode pelaksanaan adalah sebagai berikut:

Praktek meliputi:

Praktek menggunakan alat potong bambu, tim telah memberi alat potong bambu kepada mitra. Alat potong, didesain sehingga alat tersebut bisa memotong bambu lebih cepat dan lebih banyak.

Praktek mengeringkan bahan baku menggunakan alat pengering berupa oven.

Tim akan memberi pelatihan dan praktek menggoven bambu yang sudah dipotong-potong, sehingga jika musim penghujan bisa mengatasi beterlambatan bahan baku tas dari bambu. Dengan menggunakan bantuan mesin oven sebagai pengganti pengering menggunakan sinar matahari serta pengganti penggorengan, karena sebelum menggunakan oven, bambu harus digoreng terlebih dahulu sampai warna berubah kehitaman.

Praktek menghitung Harga Pokok Produki (HPP) menggunakan Ms Excel

Penentuan besarnya Harga pokok produk akan dijadikan dasar menentukan harga jual produk. Menurut Mulyadi; 2012, Biaya dikelompokkan menjadi biaya langsung dan tidak langsung. Mitra mempraktekkan cara memisahkan biaya-biaya tersebut, sehingga mitra bisa mengelompokkan dokumen biaya langsung dan biaya tidak langsung, yang akan dimasukkan dalam form yang disiapkan melalui aplikasi Microsoft Excel.

(4)

Pendampingan Usaha dilakukan selama kegiatan berlangsung sampai berakhirnya program ini. Pedampingan bermanfaat untuk mengoptimakan pemakaian mesin dan peralatan yang telah diberikan kepada mitra.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan awal dimulai dari berkoordinasi guna menyiapkan materi pelatihanan dan praktek serta rencana pengadaan peralatan produksi untuk mitra. Hasil koordinasi bersama dengan mitra, disepakati pelaksanaan pelatihan dan praktek menyusun harga pokok produksi dan praktek menggunakan peralatan yang berupa alat potong bambu dan alat pengering bahan tas menggunakan oven. Praktek yang akan dilaksanakan tergantung pengadaan alat produksi, oleh karena itu sebelum pelaksanaan praktek terlebih dahulu tim melakukan pengadaan alat produksi. Tahap selanjutnya adalah serah terima peralatan produksi yang berupa alat potong bambu, alat pengering oven, dan mesin jahit.

Cara Kerja Penggunaan Alat/Mesin Pemotong Bambu Untuk Bahan Tas

Nama-nama bagian Alat pemotong

Langkah Awal Penggunaan Alat / Mesin Pemotong:

1. Yakinkan bahwa semua bantalan sebagai landasan bambu dapat berputar 2. Yakinkan bahwa pisau pemotong kondisi sudah diasah (tajam)

3. Setting alat untuk menentukan ukuran panjang bambu yang diperlukan 4. Yakinkan semua komponen alat/mesin berfungsi dengan baik

Langkah Kerja Penggunaan Alat / Mesin Pemotong:

1. Pilih bambu yang mempunyai ukuran diameter sesuai dengan yang dikehendaki

(5)

3. Tempatkan bambu-bambu yang akan dipotong disebelah alat potong sehingga memudahkan dalam pengambilan saat akan memotong

4. Taruh bambu yang akan dipotong di atas bantalan

5. Arahkan pisau pemotong sehingga menempel bambu yang akan dipotongang

6. Gerakkan ke arah depan untuk memotong bambu (saat menggerakkan pisau agak diberi penekanan). Karena bambu ditempatkan pada bantalan, sedangkan bantalan dapat membantu memutar bambu saat pisau digerakkan ke depan, maka bambu dapat terpotong dengan halus dan cepat tanpa ada kerusakan.

7. Lakukan langkah 5 sampai dengan 6 terus menerus hingga bambu semuanya selesai terpotong.

Perawatan Alat / Mesin Pemotong:

1. Selesai menggunakan alat/mesin pemotong, bersihkan alat/mesin dari kotoran/air dan lain-lainnya yang dapat menyebabkan kerusakan atau alat/mesin berkarat

2. Lumasi bantalan agar selalu berfungsi dengan baik 3. Saat penyimpanan pisau hendaknya diberi pelumasan

4. Tempatkan alat/mesin ditempat yang aman jauh dari jangkauan anak-anak.

Kelompok pengrajin Teratai ini sebelumnya hanya menggunakan alat potong bambu yang memiliki 2 laker dengan kapasitas memotong 3,5 kg bambu per alat per hari. Kelompok pengrajin mepunyai alat potong sebanyak 3, sehingga setiap hari bisa menghasilkan 10,5 kg bambu potong. Alat potong bambu hasil desain dari tim ini, telah dikembangkan sehingga menambahkan jumlah laker menjadi 4 buah dan digunakan pisau potong yang lebih tajam. Alat potong bambu yang memiliki 4 buah laker ini, mampu menghasilkan 5 kg bambu setiap minggu, sehingga melalui penambahan alat potong yang baru dapat menambah jumlah bahan baku tas yang siap diproses.

Bahan baku bambu yang sudah dipotong kemudian akan diproses lebh lanjut dengan cara sebagai berikut: untuk menghasilkan warna tas putih kekuningan maka bahan direbus selama 2 jam dengan ditambahkan bahan pemutih (H2O2), kemudian bahan yang telah

direbus diriskan. Tahap selanjutnya adalah dijemur sampai bahan bambu menjadi kering dan siap dirangkai menjadi tas. Untuk menghasilkan bahan yang siap dirangkai biasanya membutuhkan waktu 2 hari dan jika musim penghujan bisa 3 sampai 4 hari. Untuk menghasilkan warna tas hitam maka bambu yang sudah dipotong kemudian di goring menggunakan minyak selama 1 jam. Setelah dingin bahan tersebut dicuci sampai minyaknya bersih dan tidak menempel di bahan tersebut. Tahap selajutnya dijemur hingga kering seperti yang warna putih kekuningan.

(6)

diselesaikan. Kedua peralatan tambahan tersebut cara penggunaan dan perawatan mudah yang tidak membutuhkan ketrampilan khusus.

Selain praktek menggunakan peralatan produksi, para pengrajin tas diberi pelatihan serta praktek membuat laporan Harga Prokok Produksi (HPP). Ah Kegiatan dilakukan pada kelompok usaha bersama Teratai yang memproduksi tas dari ranting bambu. Kegiatan serah terima alat dilakukan pada tanggal 12 Juli 2016,. Melalui pengadaan peralatan tersebut diharapkan dapat membantu dalam persiapan bahan baku sampai ke proses produksi menjadi barang jadi. Kelancaran dalam persediaan bahan baku akan memperlancar proses produksi.

Kegiatan berikutnya adalah pelatihan menghitung harga pokok produk serta harga jual. Selama ini harga jual yang ditetapkan hanya dengan perkiraan saja. Peserta mengelompokkan jenis bahan baku, bahan penolong, serta alat-alat yang digunakan dalam proses produksi membuat tas. Semua elemen bahan baku, bahan penolong serta data penyusutan alat, akan digunakan untuk menyusun harga pokok produk.

Ada dua pendekatan untuk menghitung harga pokok produksi yaitu full costing dan

variable costing. Full costing adalah metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ( biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead parbrik tetap maupun varaiabel) untuk perhitungan harga pokok produksi. Sedangkan variable costing adalah metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan hanya memperhitungkan biaya overhead variabel selain biaya biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.

Biaya bahan baku adalah biaya untuk bahan yang akan diolah menjadi produk jadi yang pemakainanya dapat diidentifikasi atau diikuti jejaknya atau merupakan bagian integral dari produk tertentu. Biaya tenaga kerja langsung menurut Mulyadi (2010), adalah semua balas jasa perusahaan yang diberikan kepada seluruh karyawan yang berhubungan langsung dengan proses produksi. Sedangkan biaya overhead pabrik adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung yang elemennya dapat digolongkan kepada; biaya bahan penolong, biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya depresiasi, biaya reparasi dan pemeliharaan, biaya listrik, air dan telepon dll.

(7)

Sumber : Data sekunder yang diolah, Tahun 2016

Tahap terakhir dalam kegiatan ini adalah monitoring hasil dan penggunanan alat yang telah diterima. Monitoring penggunaan alat potong bambu, dan oven diperuntukan agar penggunaan alat tersebut bisa dipantau apakah mempunyai perubahan dengan sebelumnya, baik kualitas maupun kuantitas produk. Selain memonitoring hasil kegiatan, tim telah melakukan pendampingan untuk melihat perkembangan hasil produksi serta pemasaran dan kenaikan omzet yang dihasilkan. Tidak kalah pentingnya pendampingn juga diakukan untuk melihat hasil laporan harga pokok yang telah disusun. Selain itu seberapa besar kenaikan omzet penjualannya dengan penabahan alat produksi baru tersebut. Kegiatan tim dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

(8)

Gambar 2. Proses mengoven bambu Gambar 3. Pelatihan memotong bambu

Gambar 4. Anggota Pengrajin tas Gambar 5. Praktek menyusun HPP

Gambar 6: Menjemur bahan bambu sebelum mempunyai open

(9)

SIMPULAN

Kelompok Usaha Bersama “Teratai” merasakan sangat terbantu dalam penyediaan bahan baku tas dari bambu, karena: alat potong bambu dapat memotong empat kali lebih cepat dari alat potong sebelumnya. Selain lebih cepat, hasil potongannya lebih halus dan tidak mudah pecah, sehingga tidak banyak yang rusak dalam proses pemotongan.

Setelah menggunakan pengering oven, maka bahan baku tas bambu dapat kering dalam waktu sekitar 15 menit. Sehingga setelah menggunakan kedua tambahan peralatan produksi berupa alat potong dan alat pengering maka kebutuhan bahan baku tas bambu sudah dapat terpenuhi. Hal ini berdampak pada produksi tas menjadi lebih lancar yang akan digunakan untuk memenui permintaan pelanggan. Secara keseluruhan produksi dan omzet bagi pengrajin tas meningkat sebesar 30%. Selain dari pada itu mitra telah mulai menghitung harga pokok produksi pada setiap produknya sebagai penentuan harga jual. .

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Johar. 2012. Eksplorasi Microsoft Excel untuk Simulasi Bisnis. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.

Fauzi A., Arifin, Johar. 2006. Aplikasi Excel Dalam Pivot Table Bisnis Terapan. PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia. Jakarta.

Mulyadi (2012). Akuntansi Biaya. Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN. Yogyakarta.

Gambar

Gambar Alat  Potong
Gambar 3. Pelatihan memotong bambu

Referensi

Dokumen terkait

2. Hilangnya adab di dalam umat. Bangkitnya pemimpin-pemimpin yang ticfak memenulii syarat kepemimpinan yang absah dalam umat I slam, yang tidak memiliki

Hal ini dikarenakan pada proses pembuatan kontur alur produk feed roll setelah perbaikan menggunakan mesin Lathe Manual yang memiliki biaya per menit lebih rendah

• Berperan dalam penyaringan komponen aneh (msl: molekul nonnutritif, alkohol dan racun lainnya), menyerap kelebihan glukosa dalam darah (diubah menjadi polisakarida glikogen

membuktikan bahwa plat tembaga yang digunakan sebagai material plat absorber untuk kolektor pemanas udara dapat menyerap energi radiasi lebih besar dibandingkan

Given that [ 50 % of epileptic seizures/SE occur in the first days after stroke [4, 5, 7–10, 13], a PVEEG recording, including ECG tracing, was implemented in all patients admitted

Interaksi antara pemberian dosis pupuk kandang kambing dan interval waktu aplikasi pupuk cair super bionik tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman selada,

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif

Sebagaimana telah disebutkan dalam uraian metodologi penelitian di atas bahwa tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui kinerja organisasi Badan Lingkungan Hidup