• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proposal Budidaya Jamur Di Bantaeng

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Proposal Budidaya Jamur Di Bantaeng"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang

Salah satu kegiatan yang meningkatkan kemampuan usaha baik dalam teknologi, diverisfikasi produk, manajerial maupun pengembangan kelompok usaha adalah bidang hortikultura yang diharapkan mampu menggerakkan ekonomi kerakyatan. Salah satu bidang hortikultura yang banyak ditekuni petani untuk meningkatkan pendapatannya adalah budidaya jamur tiram. Jamur tiram menjadi bahan pangan yang sangat diminati oleh masyarakat Indonesia karena mempunyai kandungan gizi yang tinggi (Pasaribu dkk, 2002).

Jamur tiram merupakan salah satu jamur yang cukup dikenal dan digemari oleh masyarakat karena dapat dikonsumsi dalam keadaan mentah dan segar dalam bentuk masakan maupun dalam bentuk olahan. Jamur tiram ini memiliki tekstur daging yang lembut dan rasanya hampir menyerupai daging ayam serta memiliki kandungan gizi yang tinggi dan berbagai macam asam amino essensial, protein, lemak, mineral, dan vitamin (Martawijaya & Nurjayadi 2010).

Jamur tiram memiliki nilai gizi paling tinggi dibandingkan dengan jenis komoditas jamur lainnya maupun komoditas hewani hal ini dapat terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Perbandingan Kandungan Gizi Jamur dengan Bahan Makanan Lain (dalam %)

Bahan Makanan Protein Lemak Karbohidrat

Jamur merang 1,8 0,3 4,0

Jamur tiram putih 27 1,6 58,0

Jamur kuping 8,4 0,5 82,8

Daging sapi 21 5,5 0,5

Bayam - 2,2 1,7

Kentang 2,0 - 20,9

Kubis 1,5 0,1 4,2

Seledri - 1,3 0,2

Buncis - 2,4 0,2

Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura, 2006.

Terlihat bahwa jamur tiram memiliki kandungan protein dan karbohidrat yang lebih tinggi dari pada daging sapi, namun kandungan lemaknya jauh lebih rendah. Jamur tiram juga memiliki kandungan asam amino hampir sama dengan kandungan asam amino pada telur ayam (Direktorat Jenderal Hortikultura, 2006).

(2)

terpenuhi 13.825 ton/tahun, dan pada tahun 2015 diperkirakan kebutuhan pasar sekitar 17.500 ton. (Masyarakat Agribisnis Jamur Indonesia, MAJI, 2014).

Tingginya permintaan pasar di Indonesia dialami juga di daerah Sulawesi Selatan seperti yang terjadi di Kota Makassar. Permintaan pasar jamur tiram di Kota Makassar mencapai 100-150 kilogram/hari, namun jika digabungkan hasil produksi dari petani jamur tiram yang berada pada daerah Kabupaten Gowa, Maros dan Kota Makassar hanya bisa memenuhi sebanyak 60-70 kilogram/hari. (Murti Agrointi Mandiri, 2015).

Rendahnya hasil produksi pembudidaya jamur di beberapa daerah di Sulawesi Selatan khususnya Kota Makassar, disebabkan masih rendahnya masyarakat yang tertarik untuk melakukan usaha budidaya jamur tiram, Berdasarkan data yang diperoleh pelaku usaha budidaya jamur tiram di daerah di Sulawesi Selatan untuk sementara hanya tersebar di 3 (tiga) wilayah yakni Kota Makassar, Kabupaten Maros dan Gowa. Hal ini dapat terlihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Populasi Pelaku Usaha Serta Hasil Produksi Jamur Tiram Di Kabupaten Gowa, Maros dan Kota Makassar

Kota/Kabupaten Pelaku Usaha (orang) Produksi (Kg)

Maros 24 35

Makassar 4 15

Gowa 6 20

Jumlah 34 70

Sumber: Murti Agrointi Mandiri, 2015

Data diatas menunjukkan bahwa rendahnya pelaku pembudidaya jamur tiram menyebabkan kebutuhan pasar jamur tiram di Kota Makassar tidak dapat terpenuhi hal ini dikarenakan dengan rendahnya jumlah pelaku usaha budidaya jamur tiram maka hasil produksi jamur tiram menjadi tetap tergolong sangat rendah.

(3)

Berdasarkan hal tersebut maka akan diusulkan sebuah perencanaan program pelatihan usaha budidaya jamur tiram kepada masyarakat yang akan dilakukan di 3 (tiga) wilayah Kabupaten/Kota yakni Soppeng, Pare-Pare dan Palopo. Untuk itu dengan ini kami mengajukan proposal perencanaan program pelatihan usaha budidaya jamur tiram di Sulawesi Selatan.

B. Alasan Dasar Pemilihan Fokus Usaha

Program pelatihan usaha budidaya jamur tiram di Sulawesi Selatan ini dipilih atas beberapa pertimbangan diantaranya daya serap pasar yang masih sangat tinggi terhadap produk jamur tiram di Sulawesi Selatan. Peluang usaha budidaya jamur tiram sangat terbuka lebar bagi masyarakat serta modal yang disiapkan dalam usaha budidaya jamur tiram yang relatif rendah. Selain itu dengan terstimulusnya masyarakat yang nantinya akan melakukan usaha budidaya jamur tiram maka akan tercipta sebuah lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitar usaha karena kegiatan usaha ini membutuhkan tenaga kerja.

C. Target dan Luaran 1. Target:

Program usaha ini mempunyai target terjadinya peningkatan efektivitas dan efisiensi dalam:

a) Menciptakan manajemen usaha tani jamur tiram pola kemitraan pada kelompok usaha tani,

b) Produksi dan penjualan jamur tiram segar serta media tanam jamur (baglog) 2. Luaran:

Luaran program usaha ini adalah berupa jasa dan produk/barang:

a) Jasa berupa pelatihan manajemen usaha bertani jamur tiram (usaha baglog, jamur) bagi petani-petani plasma agar administrasi, manajemen usaha taninya lebih teratur, produksi jamurnya meningkat dan neraca keuntungannya lebih baik serta demonstrasi penggunaan alat

(4)

D. Keunggulan dan Peluang Usaha

1. Tingginya gaya konsumsi masyarakat yang sadar Gizi

2. Produk bisa sebagai obat yg memiliki manfaat bagi kesehatan

3. Budidaya tidak membutuhkan lahan luas melainkan dapat dilakukan di lahan sempit

4. Modal yang dibutuhkan relative kecil 5. Pendapatan yang diterima setiap hari

6. Produk jamur tiram bisa diolah menjadi produk olahan yang bisa dijadikan tambahan unit bisnis

7. Permintaan Pasar yang sangat tinggi 8. Cepat kembali modal

9. Harga Jamur selalu stabil

10.Keuntungan yang didapat tergolong tinggi 11.Tidak perlu skill khusus

12.Budidaya tetap bisa dilakukan didataran rendah dan dimusim apa saja 13.Membuka lapangan kerja untuk masyarakat

14.Sebagai alternative makanan pengganti daging

15.Pemanfaatan limbah budidaya digunakan sebagai pakan ternak cacing, ikan lele, ternak ruminansia serta digunakan sebagai pupuk tanaman.

E. Jenis Produk Usaha

(5)

F. Analisis Pasar

1. Analisis Permintaan

a) Untuk wilayah Sulawesi Selatan khususnya Kota Makassar, harga jamur segarnya Rp.30.000 - 40.000/Kg.

b) Permintaan pasar jamur tiram khususnya di Kota Makassar mencapai 100-150 kilogram/hari, namun hasil produksi dari petani jamur tiram yang berda pada daerah Kabupaten Gowa, Maros dan Kota Makassar hanya bisa memenuhi sebanyak 60-70 kilogram/hari.

c) Permintaan pasar didominasi masyarakat, selebihya pasar pedagang pengumpul, pasar tradisional dan modern, klinik, rumah sakit, restoran, catering dan hotel.

2. Segmentasi Pasar

Penetapan segmentasi pasar pada penjualan produk Jamur tiram yaitu: a) Masyarakat

b) Usaha kuliner olahan menengah dan atas c) Pasar Modern dan tradisional

d) Klinik dan Rumah Sakit

e) Pedagang pengumpul besar & pengecer 3. Target Pasar

Penetapan target pasar pada penjualan produk jamur tiram yaitu: a) Konsumen Rumah Tangga

b) Konsumen Vegetarian

c) Konsumen Peduli kesehatan d) Pelaku usaha kuliner dan jasa e) Pasien Rumah sakit & klinik f) Pedagang pengumpul

g) Pedagang yang berjualan di pasar tradisional & modern 4. Posisi Pasar (Positioning)

a) Budidaya jamur yang ramah lingkungan dan tidak memakai pupuk kimia dan bahan pengawet.

(6)

c) Produk dikemas dengan baik dan bersih d) Pelayanan delivery order

5. Analisis Pesaing

Dalam dunia usaha, selalu ada persaingan antar pelaku usaha. Namun berbeda dalam lingkup usaha budidaya jamur para pelaku usaha jamur khususnya di Kota Makassar dan sekitarnya kecendrungan menjadi mitra/rekan kerja hal ini disebabkan karena makin tingginya permintaan jamur di Sulawesi Selatan khususnya Kota Makassar yang tidak bisa terpenuhi setiap hari sehingga para pelaku usaha lebih menjalin kerjasama dalam memasok pemenuhan permintaan pasar di Kota Makassar dan sekitarnya.

G. Analisis Teknis

1. Skala Usaha Usaha

Dalam pelaksanaan usaha budidaya jamur tiram direncanakan Skala Usaha sebanyak 5000 baglog (Media Tanam) per Kelompok Usaha

2. Alur Tahapan Pelaksanaan Produksi

(7)

Gambar 2. Skema Alur Tahapan Produksi Pelaksanaan Budidaya Jamur Tiram

3. Pembuatan Kumbung (Rumah Jamur)

Kumbung adalah bangunan tempat pelaksanaan usaha budidaya jamur tiram yang terbuat dari bilik berbahan kayu dan bambu. Didalamnya tersusun rak-rak tempat media tumbuh/log jamur tiram.

4. Pembuatan Ruang Produksi Baglog, Inkubasi dan Inokulasi

Pembuatan ruang produksi baglog, inkubasi dan inokulasi adalah bangunan tempat pelaksanaan produksi pembuatan dan pembibitan media tanam jamur, bangunan ini dibuat satu tempat terbagi 3 ruangan dengan variasi ukuran ruangan yang berbeda.

5. Bahan Baku Media Tanam Jamur Tiram (Baglog)

Baglog merupakan media tanam tempat meletakkan bibit jamur tiram nantinya baglog akan berfungsi sebagai media yang akan ditumbuhi buah jamur tiram.

Gambar 3. Contoh Baglog dan Model Peletakannya di Dalam Kumbung Dalam pembuatan Baglog. Bahan dan peralatan yang digunakan yaitu:

- Serbuk geragaji, - Dedak padi, - Dedak jagung,

(8)

- Gypsum, - Plastik pp, - Kertas/kapuk,

- Cap/ring/pipa paralon (berfungsi sebagai penutup baglog). - Air,

- Tabung gas,

- Drum/tangki pemasakan.

Sebagahagian besar bahan baku yang digunakan dalam pembuatan bibit dan budidaya sangat banyak tersedia disulawesi selatan dan tidak begitu termanfaatkan dengan baik oleh masyarakat setempat sehingga harga yang relatif murah. Seperti dedak padi diperoleh dari limbah pabrik pengolahan padi, Dedak jagung diperoleh dari limbah pabrik pengolahan pakan ternak, Jagung diperoleh dari sentra-sentra jagung Sulawesi selatan seperti bantaeng, bulukumba dan maros.

6. Peralatan Yang Di Gunakan Dalam Pelaksanaan Budidaya Jamur Tiram Di Kumbung

Setelah pembuatan kumbung dan rak jamur telah rampung maka yang harus dipersiapkan adalah kelengkapan peralatan dalam melaksanakan budidaya pemeliharaan jamur tiram sebagai berikut:

a) Mesin Pompa air

b) Penerangan lampu min 10 watt c) Sprayer (nozzle)

d) Selang air min 5 meter e) Pisau cutter

f) Thermometer Suhu & Kelembapan H. Analisa Biaya Usaha

Modal pertama untuk mengembangkan budidaya jamur tiram yaitu dengan meningkatkan tempat dan alat-alat yang memadai. Jenis Alat – alat yang diperlukan dan bantuan sarana serta biaya yang diperlukan dalam melakukan budidaya jamur tiram adalah sebagai berikut :

Catatan:

a) Produksi yang di rencanakan di mulai dari Kegiatan produksi Baglog (F3) hingga pasca panen budidaya jamur tiram

b) Skala Usaha = 4000 baglog c) 1 Periode Usaha = 4,5 bulan

1. Biaya Investasi:

(9)

Rincian Volume Harga Satuan (Rp) Jumlah (Rp) Ruang Produksi Baglog3 x 4 m 1 Unit 3000000 3000000 Ruang Inokulasi Baglog dan Inkubasi 4x6 m 1 Unit 8000000 8000000 Drum Stainless Steam Sterilisasi Baglog 2 Unit 1500000 3000000 Alat Press (E log) Media baglog 1 Unit 1500000 1500000

Drum bekas 240 lt 1 Unit 400000 400000

Tungku Kaki Besi 2 Buah 300000 600000

Peralatan kompor gas 2 Unit 250000 500000

Timbangan 5 kg 2 Unit 200000 400000

Sekop 5 Buah 75000 375000

Cangkul 2 Buah 50000 100000

Ember 6 Buah 5000 30000

Terpal 4x4m 3 Buah 10000 300000

Thermoeter ruang inkubasi 6 Buah 20000 120000

Ayakan Serbuk 2 Buah 100000 200000

Peralatan Inokulasi 2 Paket 250000 500000

Baju Lab 2 Buah 100000 200000

Kulkas 1 pintu 1 Unit 1000000 1000000

Rak Besi untuk penyimpanan bibit F2 1 Unit 1000000 1000000 Rak Baglog di Ruang Inkubasi 8 Buah 300000 2400000 Mesin pencampur bahan baglog (molen) 1 Unit 4500000 4500000

Penerangan (lampu) 8 Buah 50000 400000

Gerobak kecil 3 roda 3 Unit 250000 750000

Gerobak Besar Pengangkut Baglog 2 Unit 400000 800000

Tabung Gas 3 Kg 2 Buah 75000 150000

TOTAL BIAYA INVESTASI I 30.225.000

INVESTASI II (BUDIDAYA JAMUR )

Rincian Volume Harga Satuan (Rp) Jumlah (Rp)

Rumah jamur (kumbung) 6x12 m 1 Unit 800000 8000000

Rak Baglog 8 Unit 300000 2400000

Mesin Pompa air dan Instalasinya 1 Unit 750000 750000

Pisau cutter 4 Buah 10000 40000

Gunting 5 Buah 5000 25000

Keranjang Panen 20 Buah 20000 400000

Timbangan 5 kg 1 Unit 200000 200000

Karung Goni 100 Lembar 5000 500000

Selang 20 Meter 5000 100000

Nozle/ Mata Pengkabut 1 Buah 50000 50000

TOTAL BIAYA INVESTASI II 12.465.000

(10)

2. Biaya Operasional:

BIAYA OPERASIONAL I (PRODUKSI BAGLOG Kapasitas 4000 baglog)

Rincian Volume Harga Satuan (Rp) Jumlah (Rp)

Pembelian Bahan Serbuk 3200 kg 160 Karung 1000 160000

Pembelian Dedak 720 Kg 720 kg 1500 1080000

Pembelian Kapur 80 Karung 4000 320000

Plastik PP Kemasan Baglog 40 Pak 8000 320000

Tali Rapiah 10 Kg 20000 200000

Kapas/Kapok 5 Karung 40000 200000

Upah mengemas dan Inokulasi baglog 4000 bag 250 1000000 Gaji Pekerja Sortir, steam Baglog 2 0rang 300000 600000 Transportasi Pengambilan Bahan Baglog 1 Truk 1500000 1500000

Pulsa Handphone 1 Orang 50000 50000

Listrik 1,5 bulan 35000 52000

Gas Elpiji 3 Kg 14 Kali Isi 17000 238000

TOTAL BIAYA OPERASIONAL I 5.720.000

BIAYA OPERASIONAL II (Budidaya Jamur Tiram Skala 4000 baglog)

Rincian Volume Harga Satuan (Rp) Jumlah (Rp)

Tenaga Kerja Pengelolah 1 0rang 300000 300000

Plastik Kemasan Panen 1 Kg 40 Pak 12000 480000

Pembelian Kapur 80 Karung (2Kg) 4000 480000

Transportasi Pemasaran Motor1 Unit 500000 500000

Listrik 1 Periode (3bulan) 50000 150000

TOTAL BIAYA OPERASIONAL II 1.910.000

TOTAL KESELURUHAN BIAYA OPERASIONAL 7.630.000

3. Total Biaya Usaha:

NoRincian Jumlah (Rp)

1 Total biaya investasi 42.690.000 2 Total Biaya operasional 7.630.000

TOTAL 50.320.000

G. Analisis Pendapatan 1. Estimasi Produksi:

(11)

 Produkktivitas jamur per baglog =0.100 gram x 5 kali tumbuh = 0.500 gr

 Total Produksi Jamur 1 periode (3 bulan) = 0.500 gram x 4000 baglog = 2.000 kg

2. Estimasi Penerimaan:

 Harga jual jamur tiram = Rp 30.000 / Kg

 Produksi sebanyak = 2.000 Kg

Maka total penerimaan = Rp 30.000 x 2.000 kg = Rp. 60.000.000 3. Estimasi Keuntungan:

Jadi, Laba bersih selama 1 periode =

Total Penerimaan – Total Biaya Operasional

NoRincian Jumlah (Rp)

1 Total Penerimaan 60.000.000 2 Total Biaya Operasional 7.630.000

Total 52.370.000

Maka laba bersih yang diterima dalam usaha budidaya jamur tiram selama 1 periode adalah Rp 52.370.000

H. Analisis Kelayakan Usaha 1. Break Even Point (BEP)

a. BEP Produksi

BEP Produksi = Total biaya operasional / Harga satuan jamur per Kg

Maka perhitungan BEP produksi yaitu Rp 7.630.000 : Rp 30.000 = 254,4 Kg. Artinya budidaya jamur tiram tidak mendapat untung dan juga tidak mengalami kerugian (titik impas) bila jumlah produksi sebesar 254,4 Kg.

b. BEP Harga

BEP Harga = Total biaya operasional / Jumlah Produksi

(12)

2. R/C Ratio:

R/C merupakan perbandingan antara jumlah total penerimaan dengan jumlah total biaya yang dikeluarkan selama satu periode. Suatu usaha dinilai layak untuk dikembangkan jika R/C rasio:

- R/C Ratio > 1, usaha layak dikembangkan - R/C Ratio < 1, usaha tidak layak dikembangkan - R/C Ratio = 1, usaha impas.

Rumus perhitungan:

R/C Ratio = Total Penerimaan / Total Biaya Usaha

Maka perhitungan R/C Ratio pada usaha budidaya jamur tiram adalah Rp 60.000.000 : Rp 50.320.000= 1.19. Artinya dengan hasil perhitungan R/C sebesar 1.19 maka usaha budidaya jamur tiram ini layak untuk dikembangkan dan dapat memberikan keuntungan. Dimana Setiap modal Rp1.00 akan kembali sebanyak Rp 1.19.

3. Benefit Cost Ratio (B/C).

B/C rasio merupakan perbandingan antara tingkat keuntungan yang diperoleh dengan total biaya yang dikeluarkan selama pemeliharaan satu periode. Suatu usaha dinilai layak atau memberikan manfaat bila nilai B/C rasio:

- B/C Ratio > 0, usaha menguntungkan - B/C Ratio < 0, usaha tidak menguntungkan - B/C Ratio = 0, usaha impas

Rumus perhitungan:

B/C = Keuntungan/Total biaya usaha

(13)

4. Payback Period

Payback period adalah kemampuan suatu usaha didalam mengembalikan semua modal/investasi yang ditanam. Payback Period dinyatakan dalam satuan waktu.

Payback period digunakan sebagai salah satu pertimbangan yang melengkapi dalam menganalisis kelayakan suatu usaha, karena dari payback period dapat diketahui jangka waktu pengembalian seluruh modal investasi. Semakin pendek waktu pengembalian maka semakin layak suatu usaha, hal ini berarti pula karena semakin besar laba bersih yang diperoleh perusahaan.

Maka, tingkat pengembalian biaya investasinya adalah: Total Biaya Investasi / Keuntungan

NoRincian Jumlah (Rp)

1 Total Biaya Investasi 42.690.000

2 Keuntungan 52.370.000

Jumlah 0,81

- Jadi, keuntungan bersih yang di dapatkan dalam 1 periode dapat mengembalikan biaya investasi sebesar 0,81 x 100 % = 81 %.

- Untuk mengembalikan sejumlah 100 % biaya investasi yang dikeluarkan diperlukan waktu 100 : 81 = 1.23 periode. Sehingga pada periode ke 2 pelaku usaha budidaya jamur tiram sudah bisa memperoleh keuntungan.

PENUTUP

Demikian proposal ini kami susun, besar harapan kami usaha ini mendapatkan

Gambar

Tabel 1. Perbandingan Kandungan Gizi Jamur dengan Bahan Makanan Lain (dalam %)
Tabel 2. Populasi Pelaku Usaha Serta Hasil Produksi Jamur Tiram Di Kabupaten Gowa,Maros dan Kota Makassar
Gambar 1. Jamur Tiram Putih ((Pleurotus Ostreatus)
Gambar 3. Contoh Baglog dan Model Peletakannya di Dalam Kumbung

Referensi

Dokumen terkait

Pelatihan budidaya jamur tiram merupakan upaya memfasilitasi peserta pelatihan agar dapat mengembangkan kemandirian berwirausahanya dengan cara diberikan pengetahuan dan

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat berupa pelatihan budidaya jamur tiram di Desa Belanga ini dapat terlaksana dengan baik dengan melihat indikator keberhasilan petani antara

Perencanaan partisipatif dilakukan untuk mengikutsertakan masyarakat dalam pelatihan budidaya jamur tiram putih dengan teknologi tepat guna yang sederhana dan pengolahan

Bisnis Sampingan Budidaya Jamur Tiram, Jamur tiram ialah salah satu jamur yang bisa dimakan karena tidak mengandung toksin atau racun, selain itu rasanya yang khas dan

Selain pemeliharaan baglog, dalam budidaya jamur tiram juga perlu dilakukan perawatan untuk mencegah atau mengendalikan hama dan penyakit yang mungkin bisa menyerang jamur tiram..

Banyak manfaat yang bisa diambil dari budidaya jamur tiram, tidak hanya bisnis intinya yaitu budidaya Jamur Tiram, namun limbah baglog Jamur dapat dimanfaatkan sebagai media tanam

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kelayakan pendirian usaha budidaya jamur tiram melalui aspek pasar, aspek teknis, aspek legal dan lingkungan,

Biaya Produksi, Nilai Produksi Penerimaan, dan Keuntungan Usaha Budidaya Jamur Tiram Biaya produksi dalam penelitian ini adalah jumlah biaya yang dikeluarkan budidaya jamur tiram