KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan keridhoannya, kami bisa membuat suatu gagasan usaha yang Insya Allah akan bermanfaat bagi kami sebagai pemilik usaha, dan umumnya masyarakat. Payung Sejati ialah nama yang kami buat untuk kegiatan usaha ini, yang begerak di bidang produksi jamur tiram.
Kami sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung, memberi saran, dan masukan–masukannya untuk kelancaran usaha ini. Khususnya kepada dosen pengampu mata kuliah kewirausahaan, yang sangat berperan dalam penyusunan proposal ini.
Pringsewu, 15 – Mei – 2013
BAB I PENDAHULUAN
Berangkat dari niat untuk mendalami dunia usaha yang terbuka lebar serta keinginan untuk memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat maka dengan segenap pengalaman, pengetahuan, dan berbagai hasil survey serta konsultasi, penulis menyusun proposal pengembangan usaha jamur tiram ini. Pengembangan usaha ini dipilih atas beberapa pertimbangan diantaranya daya serap pasar yang masih sangat tinggi dan potensial, kebutuhan skill yang tidak begitu tinggi, biaya investasi yang relatif rendah serta telah tersedianya sarana dan prasarana utama sehingga investasi yang masuk akan dialokasikan untuk dana operasional usaha.
Sekilas Tentang Jamur Tiram.
Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jamur kayu yang sangat baik untuk dikonsumsi manusia. Selain karena memiliki cita rasa yang khas, jamur tiram juga memiliki nilai gizi yang tinggi. Jamur tiram mengandung protein sebanyak 19 – 35 % dari berat kering jamur, dan karbohidrat sebanyak 46,6 – 81,8 %. Selain itu jamur tiram mengandung tiamin atau vit. B1, riboflavin atau vit. B2, niasin, biotin serta beberapa garam mineral dari unsur-unsur Ca, P, Fe, Na, dan K dalam komposisi yang seimbang. Bila dibandingkan dengan daging ayam yang kandungan proteinnya 18,2 gram, lemaknya 25,0 gram, namun karbohidratnya 0,0 gram, maka kandungan gizi jamur masih lebih lengkap sehingga tidak salah apabila dikatakan jamur merupakan bahan pangan masa depan.
Selain itu juga jamur tiram juga bermanfaat dalam pengobatan yaitu : dapat menurunkan tingkat kolesterol dalam darah. Memiliki kandungan serat mulai 7,4 % sampai 24,6% yang sangat baik bagi pencernaan. Antitumor, antioksidan dan lain lain.
cukup tinggi, sehingga produksi jamur tiram mutlak diperlukan dalam skala besar.
Jamur tiram tumbuh pada serbuk kayu, khususnya yang memiliki serat lunak seperti jenis kayu albasiah. Suhu optimum untuk pertumbuhan tubuh buah jamur tiram adalah 20° – 28°C, dengan kelembaban 80 – 90 %.
A. Latar Belakang
Pemilihan bentuk usaha budidaya jamur tiram ini dilatarbelakangi oleh :
Budidaya jamur tiram memiliki prospek ekonomi yang baik. Pasar jamur tiram yang telah jelas serta permintaan pasar yang selalu tinggi memudahkan para pembudidaya memasarkan hasil produksi jamur tiram.
Merupakan salah satu jenis usaha yang memiliki tingkat kerumitan sederhana dan membutuhkan modal yang terjangkau.
B. Visi
Menjadi industri budidaya jamur tiram yang dapat bersaing, menghasilkan produk dengan kualitas baik serta memenuhi kebutuhan jamur tiram dalam negeri khususnya daerah Lampung sekitarnya dan Indonesia pada umumnya.
C. Misi
Meningkatkan taraf hidup petani dengan menghasilkan jamur berkualitas baik.
Memperkenalkan jamur tiram secara luas kepada masyarakat melalui pendekatan kualitas (cita rasa, mutu dan kesegaran) dan pendekatan pelayanan konsumen.
Membuka pelatihan budidaya jamur tiram kepada masyarakat secara luas.
BAB II ANALISIS PASAR
A. Deskripsi Produk
Produk jamur tiram yang dihasilkan berupa :
Menghasilkan berbagai jenis jamur tiram yang berkualitas baik.
B. Prospek Pasar
Budidaya jamur tiram di Kecamatan Pringsewu telah memiliki pasar yang jelas. Hampir semua petani jamur tiram memiliki hubungan dengan pedagang yang siap menerima hasil produksi jamur tiram dari petani dengan harga yang cukup tinggi bila dibandingkan dengan tanaman sayuran lainnya.
hari yang dibutuhkan , dengan begitu petani sangat besar kemungkinan untuk membesarkan usahanya untuk memenuhi permintaan pasar.
2. Masyarakat semakin sadar pentingnya mengkonsumsi jamur untuk tujuan kesehatan.
3. Jamur saat ini dikonsumsi sebagai pengganti daging selain dari beralihnya pola makan masyarakat kepada bahan pangan organik.
C. Kebutuhan dan Kecenderungan Pasar
Target ‘market’ usaha ini adalah konsumen jamur dari ‘house need’ sehingga kebutuhan akan jamur tiram masih tergolong tinggi dan pemenuhannya masih terbatas pada pasar tradisional pada umumnya dan beberapa ‘retail’ pada beberapa kota besar.
Sementara itu kecenderungan pasar akan jamur tiram masih tergolongkan pada secondary goods, namun permintaan pasar masih tinggi. Sebaliknya pada segmen hotel dan restoran yang kebutuhan akan jamur tiramnya cukup tinggi ‘suppliers’ jamur tiram masih
minim dan masih sangat dibutuhkan.
D. Target Pasar
Pada tahun-tahun awal, pemasaran produk difokuskan pada pasar domestik, ‘traditional market’, dan ‘house need’.
Produk jamur segar yang dihasilkan akan dipasarkan ke / melalui : 1. Agen baik dalam skala besar maupun kecil, yang selanjutnya
akan dikirim ke berbagai wilayah di Lanpung dan sekitarnya. 2. Pasar Terminal Pringsewu dan sekitarnya. Sebagai gambaran,
permintaan pasar induk seperti pasar Pringsewu, pasar Baru
3. Pringsewu, pasar Sukoharjo permintaan atas produk jamur tiram ini sangat tinggi sehingga untuk skala produksi yang direncanakan dalam proposal ini pemasarannya sudah cukup melalui pasar induk.
4. Pasar swalayan, restoran, dan hotel. Pemasaran direncanakan akan dilaksanakan melalui sektor tersebut apabila produksi telah stabil serta sarana dan prasarana telah memadai.
E. Proyeksi Pengembangan Usaha
industri menengah. Penjelasan mengenai ketiga tahap industri tersebut adalah sebagai berikut :
1. Tahap Industri Kecil Awal
Tahap ini merupakan langkah awal menuju terbentuknya industri padat karya yang kuat dan kokoh.
Menerapkan standar produksi yang tepat untuk mengoptimalkan hasil budidaya jamur.
Penyempurnaan sistem produksi, keuangan dan distribusi.
Penambahan tenaga kerja.
Pencarian investor (guna penambahan modal usaha yang di orientasikan perkembangan perusahaan).
Tahap industri kecil awal ini merupakan jembatan menuju berdirinya industri kecil yang kokoh.
2. Tahap Industri Kecil Lanjut.
jembatan menuju berdirinya industri menengah yang mampu menghasilkan jamur tiram hingga 75 % kebutuhan pasar.
3. Tahap Industri Menengah Nasional.
Secara umum, tahap industri menengah adalah perluasan dari industri kecil, mulai dari sistem, kapasitas produksi hingga ekspansi distribusinya. Tidak tertutup kemungkinan untuk melakukan ekspor. Tahap ini diharapkan dapat menyerap menyerap tenaga kerja lebih banyak.
BAB III
FAKTOR PENGHAMBAT DAN PENDUKUNG
Setiap usaha yang dijalankan, pasti ada yang sukses dan ada yang belum sukses seperti halnya usaha ini. Ada beberapa hal yang menurut kami akan menghambat dan sangat mendukung dalam menjalankan usaha ini.
2. Harga bahan baku yang tidak stabil.
Tapi kami sudah merencanakan untuk memecahkan masalah faktor penghambat tersebut diantaranya yaitu dengan berhati–hati dalam mengelola setiap anggaran dana yang akan dikeluarkan. Sedangkan untuk mengatasi faktor yang kedua, yakni harga bahan baku tidak stabil, kami menyiasatinya dengan membeli bahan baku langsung kepada petani setempat agar memperoleh harga yang lebih murah.
B. Faktor Pendukung Usaha Ini Diantaranya : 1. Kondisi tempat, dan peralatan yang memadai. 2. Higienis dan harga yang relatif terjangkau.
3. Merupakan salah satu bagian produk yang banyak dibutuhkan oleh masyarakat.
BAB IV
ANALISIS OPERASIONAL
A. Lokasi Produksi
Lokasi usaha terletak Satria Kuncup Pringsewu Utara Kabupaten Pringsewu.
B. Kapasitas Produksi
panen dilakukan 3 kali dalam 1 minggu penanaman tersebut hanya mampu memenuhi 75 % kebutuhan pasar.
C. Proses Produksi
Proses produksi dijelaskan dalam bagan sebagai berikut. D. Investasi Yang Dibutuhkan.
Investasi awal yang dibutuhkan adalah sebesar 70 juta rupiah. Investasi diperoleh dari uang yang terkumpul pada setiap pendiri usaha.
E. Rancangan Produksi
Sebagai gambaran, sarana dan prasarana utama seperti bangunan kumbung dan kelengkapannya dalam pengembangan usaha ini telah tersedia sehingga investasi yang ada akan difokuskan untuk biaya operasional usaha.
F. Profil dan Struktur Kepengurusan.
Struktur kepengurusan dibuat sesederhana mungkin sehingga selama tahap industri rumah tangga, tiap pengurus memegang jabatan rangkap. Susunan kepengurusannya adalah sebagai berikut : Satu orang Manajer Utama merangkap Manager Pemasaran
negosiasi bisnis dan memastikan produk dipasarkan dengan baik dan sampai ke konsumen tanpa masalah.
Satu orang Manajer Operasional Harian merangkap Manager Produksi. Direktur Operasional dan Manajer Produksi bertanggung jawab terhadap kelancaran produksi secara keseluruhan, melakukan pengembangan bibit, memastikan produk berada dalam kondisi baik.
Satu orang Manajer Keuangan. Manajer Keuangan bertugas melakukan analisis keuangan dan memiliki pertanggungjawaban penuh pada pengaturan arus pengembalian modal dan pembagian keuntungan pada investor. Bersama dengan manajer lainnya juga berkordinasi dalam melakukan pengembangan dan ekspansi skala produksi secara bertahap.
BAB V
A. Analisis Modal Yang Di Butuhkan (Skala Produksi 3750 log)
1. Modal tetap
Lahan (10 m x 7 m) = Rp. 25.000.000 2. Biaya Penyusutan
Biaya pembuatan Gubuk = Rp. 10.000.000 3. Modal kerja (Biaya operasional)
a. Bahan baku untuk 3750 log
Biaya 3750 baglog = Rp. 7.500.000 b. Gaji pegawai
Jumlah total per musim = Rp.3.000.000 c. Operasional = Rp. 500.000
4. Total Modal = Modal tetap + modal Penyusutan + Modal Kerja
= Rp. 25.000.000 + Rp. 10.000.000 + Rp. 11.000.000 = Rp. 46.000.000
B. Modal Yang Terkumpul
Diperoleh dari 3 orang pendiri Usaha :
3 orang x Rp. 10.000.000 = Rp. 30.000.000
C. Tambahan Modal Yang Dibutuhkan
Rp. 30.000.000 = Rp. 16.000.000 D. Perhitungan Pendapatan
1. Pendapatan kotor
Produksi jamur (kegagalan 20%) = (3750 x 20%)log x 0,25 kg
= 750 kg 750 kg x 7000 = Rp. 5.250.000/hari
2. Biaya Produksi 1 kali penanaman = Biaya bahan baku + Biaya
Pekerja + operasional
= Rp. 7.500.000 + Rp. 3.000.000 + Rp. 500.000 = Rp. 11.000.000
3. Pendapatan bersih (Net Profit) = pendapatan kotor – biaya produksi
= Rp. (5.250.000 x 7) – Rp. 11.000.000 = Rp.25.750.000
4. Break Event Point
BEP Produksi = Total biaya produksi / harga satuan = 11.000.000 / 7000
= 1571,4 kg
sebesar 1571,4 kg
BEP Harga = Total biaya produksi / jumlah produksi = 11.000.000 / 3750
= Rp. 2933,33
Artinya usaha ini tidak mendapatkan untung dan juga tidak mengalami kerugian bila harga jual Rp. 2933,33 per kilo 5. Benefit Cost Ratio
BC Ratio = Rp. 25.750.000/ Rp. 11.000.000 = 2,34
Artinya pendapatan bersih yang diperoleh dalam usaha pembibitan bibit jamur adalah 2,34 di atas total biaya. 6. Masa Pengembalian Modal
dengan penghasilan bersih sebanyak Rp. 25.750.000 dalam setiap 1 kali penanaman jamur dihitung modal usaha dapat diperkirakan akan kembali pada 2 kali penanaman jamur tiram dengan waktu kurang lebih 1 bulan 1 minggu. 7. Pembagian keuntungan
Pembagian keuntungan bersih direncanakan adalah sebagai berikut:
Kepentingan sosial : 5% (zakat 2,5% + kepentingan sosial 2,5%)
profit
Dividen investor : 50 % profit (20% profit share ; 30% pengembalian modal)
BAB VI
ANALISIS MANAJEMEN
A. Manajemen Pengelolaan
Dalam kurun waktu tahun 2013 sampai dengan 2014 difokuskan pada pemantapan produksi. Maksudnya adalah membuat usaha perdagangan jamur tiram tersebut menjadi dikenal dan tersosialisasi dengan baik untuk seluruh lapisan masayarakat, bahwasannya jamur tiram yang dikembangkan ternyata dapat diterima dengan baik oleh masyarakat.
minim untuk kualifikasinya, sehingga banyak sebagai tenaga kasar pada bagian produksi.
Pada awal usaha ini memang tidak memiliki manejemen yang baik, apalagi tentang keuangan. Pembukuan masih sangat sederhana, bahkan bisa dikatakan tidak ada. Baru dirintis pembukuan sederhana pada awal tahun 2012. Tetap dikemas secara sederhana namun minimal bisa
mulai dipilah tentang pembukuan keluarga dan usaha itu sendiri. Strategi marketing juga dilakukan melalui blog-blog di internet dan Home page berupa Website resmi dan khusus tentang Profil usaha dan marketingnya. Bahkan yang sudah berjalan adalah konsultasi mengenai budi daya jamur melalui email yang sudah berjalan sejak tahun 2000.
untuk keuangan sudah lebih tertata rapi dan terpilah antara
keuangan keluarga dan usaha.
Sedangkan legalitas usaha berubah nama dan lebih difokuskan pada
perdagangan Jamur Tiram dan agrobisnis.
BAB VII PENUTUP
A. Antisipasi Masa Depan
Sebagai wirausahawan yang baik, kami tidak akan membiarkan usaha ini berjalan secara mendatar. Kami akan terus mencoba memperbaiki kualitas pekerjaan kami, agar para peminat dan konsumen puas atas kue yang kami buat. Karena apabila kualitas jamur tiram kami tidak kami tingkatkan kemungkinan besar usaha ini tidak akan maju, dan terancam bangkrut.
B. Kesimpulan
keberhasilan. Kami sangat yakin bahwa usaha ini akan maju dan terus berkembang karena dilakukan oleh orang–orang yang mempunyai kualitas dalam menjalankan setiap pekerjaan. Kami sadar bahwa usaha ini tak akan langsung berkembang pesat tapi kami akan terus berjuang untuk terus menjalankan dan
mengembangkan usaha ini. C. Saran
Demikian proposal pengembangan usaha jamur tiram ini penulis susun. Dari hasil analisis penulis mengenai peluang pemasaran, operasional, dan keuangan, penulis optimis bahwa budidaya jamur tiram ini layak dan berpotensi tinggi untuk