• Tidak ada hasil yang ditemukan

am dan khas sumatera adim .docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "am dan khas sumatera adim .docx"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH USHUL FIQIH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ushul Fiqih Dosen Pengampuh

Dr. H. Miftahul Huda, M. H.

DISUSUN OLEH:

Muhammad Adiem

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI AL-FATAH

JURUSAN SYARIAH PRODI AHWALUL SYAHSIAH

JAYAPURA

(2)

MAKALAH USHUL FIQIH...i

DAFTAR ISI...2

BAB I...1

PENDAHULUAN...1

Latar Belakang...1

Rumusan Masalah...2

BAB II...3

PEMBAHSAN...3

Pengertian lafaz’ Amm dan lafaz’ Khas...3

Pengertian lafaz’ Khas...5

Pembagian lafaz amm...6

Pembagian lafaz khas...8

Dilalah lafad Khas...10

BAB III...12

PENUTUP...12

Kesimpulan...12

Saran...12

DAFTAR PUSTAKA...13

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum islam menghadapi tantangan lebih serius, terutama pada abad kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk menjawab berbagai permasalahan baru yang berhubungan dengan hukum islam, para ahlinya sudah tidak bisa lagi hanya mengandalkan ilmu tentang fiqih, hasil ijtihad di masa lampau. Alasanya, karena ternyata warisan fiqih yang terdapat dalam kitab klasik, bukan saja terbatas kemampuannya dalam menjangkau masalah-masalah baru yang belum ada sebelumnya, tetapi juga disana sini mungkin terdapat pendapat-pendapat yang tidak atau kurang relevan dengan abad kemajuan ini. Oleh karena itu, ummat islam perlu mengadakan penjegaran kembali terhadap warisan fiqih, dan yang paling penting lagi agar menemukan rumusan-rumusan baru fiqih dalam rangka memberikan jawaban terhadap masalah-masalah sekarang yang belum ada jawabannya dalam buku fiqih masa silam.1

Nash-nash al qur’an dan sunnah adalah dalam bahasa Arab, pemahaman-pemahaman hukum dari nash hanyalah menjadi satu pemahaman yang benar apabila diperhatikan konotasi uslub dalam bahasa Arab dan cara-cara dalalahnya serta apa yang ditunjuki lafazh-lafazhnya, baik dalam bentuk mufrad maupun murakkab (susunan), oleh karena inilah ulama ushul fiqih menaruh perhatian serius tentang susunan dan kata-kata mufradnya, kaidah- kaidah dan dhabit-dhabit tersebut adalah kebahasaan (lugawiyyah), ia merupakan berbagai kaidah untuk memahami susunan kalimat dengan suatu kalimat yang benar.2

1 Satria Effendi, Ushul Fiqih. Hlm: viii

2 Abdul Wahhab Khallaf, ushul fiqih. Hlm: 208.

(4)

Setiap lafazh yang digunakan dalam teks hukum mengandung sesuatu pengertian yang mudah dipahami oleh orang yang menggunakan lafazh itu. Adapula yang mengandung beberapa pengertian yang merupakan bagian dari lafazh itu. Bila hukum berlaku untuk lafazh itu maka hukum tersebut berlaku untuk semua pengertian yang terkandung di dalamnya. Di samping itu adapula uatu lafazh yang hanya mengandung pengertian tertentu, sehingga hukum itu hanya berlaku untuk pengertian tertentu sja. Lafazh yang mengandung beberapa pengertian itu secara sederhana disebut am atau umum, sedangkankan yang hanya mengandung satu pengertian tertentu, disebut khash atau khusus.3

Untuk menggali hukum terutama hukum syariah, tidak terlepas dari pembahasan kebahasaan karena penggalian hukum syariat menyangkut lafazh. Dalam kenyataannya lafazh-lafazh yang terdapat dalam nash syara’ itu beraneka ragam, para ulama telah menyusun semacam sistematik yang akan digunakan dalam peraktik dalam penalaran fiqih. Untuk itu, para ahlinya telah membuat beberapa kategori lafazh atau redaksi , diantaranya yang sangat penting dan akan dikemukakan disini adalah: lafazh am dan khas.4

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian lafaz’ Amm dan lafaz’ Khas ? 2. Apa saja pembagian lafaz’ Amm ?

3. Bagaimana dilalah lafaz ‘Amm dan lafaz Khas?

3 Amir Syarifuddin, ushul fiqih 2. Hlm: 45,

(5)

BAB II

PEMBAHSAN

A. Pengertian lafaz’ Amm dan lafaz’ Khas

a. Pengertian lafaz’ Amm dan bentuk- bentuk lafaz Umum

Seperti disimpulkan Muhammad Adib Saleh, lafaz umum adalah lafaz yang diciptakan untuk pengertian umum sesuai dengan pengertian lafal itu sendiri tanpa dibatasi dengan jumlah tertentu.5

Banyak kata yang menunjukkan makna umum, seperti:

1) Kata kull (setiap) dan jami’ (semua). Misalnya Ayat 21 Surat at- Tur:

ننىههرربرسركر امربه ئئرهمما لللكل

Artinya:

Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang ia kerjakan.

اععيمهجر ضهرمارلما يف امر ممكللر قرلرحر يذللا ورهل

Artinya:

Dialah Allah yang menjadikan untukmu segala yang ada di bumi secara keseluruhan (jami’an). (Q.s. Al-Baqarah: 29).

2) Kata jama’ yang disertai alif dan lam di awalnya, seperti kata al-walidat (para ibu) dalam Q.s. Al – Baqarah ayat: 233:

نهيلرمه اكر نهيلرومحر نرهلدرلر ومار نرعمضهرميل تلادرلاورلاور

Artinya:

Para ibu (hendaklah) menyusukan anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi orang yang ingin menyempurnakan penyususan.

5 Satria effendi, ushul Fiqih. Hlm: 196.

(6)

3) Kata benda tunggal yang di ma’rifah kan dengan alif lam. Contohnya, kata al- insan dalam Q.s. Al- Ashr ayat: 2:

اونلمراءر نريذهللرااللاهرئسمخل يفهلر نراسرنمله نلراه

Artinya:

Sesungguhnya manusia (al insan) dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman.

4) Isim syarat (kata benda untuk mensyaratkan), seperti kata man, Q.s. An-Nisa ayat: 92:

اللرإه ههلههرأر ىلرإه ةنمرللرسرمل ةنيردهور ةعنرمهؤممل ةعبرقررر رليمرهحمترفر أعطرخر انعمهؤممل لرترقر نممرور

اوقلدلرصرير نمأر

Artinya:

Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin karena tidak disengaja (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diyat yang diserahkan kepada keluarganya si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah.

5) isim maushul (kata ganti penghubung), misalnya kata al ladzina la junaha, Q.s. An-Nisa ayat: 10.

رعانر ممههنهوطلبل يفه نروللكلامير امرنلرإه امعلمظل ىمراتريرلا لراورممأر نروللكل امير نريذهلا نلاه

ارعيعهسر نرولرصميرسرور

Artinya:

Sesungguhnya orang-orang yang (al ladzina) memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuhnya perut dan mereka akan masuk kedalam api yang menyala-nyala.6

(7)

5

B. Pengertian lafaz’ Khas

Seperti dikemukakan Adib Shalih, lafaz khas adalah lafal yang mengandung satu pengertian secara tunggal atau beberapa pengertian yang terbatas. Para ulama ushul fiqih sepakat, seperti disebutkan Abu Zahrah, bahwa lafaz khas dalam nash syara’, menunjuk pada pengertiannya yang khas secara qat’i (pasti) dan hukum yang dikandungnya bersifat pasti selama tidak ada indikas yang menunjukkan pengertian lain7.

Contoh lafal khas adalah Q.s. Al- Maidah ayat: 89:

وار مكليلههمأر نروملعهطمتل امر طهسروأر نم نريكه اسرمر ةهررشرعر ملاعرطمإه هلتلررافلركرفر

ممهلتلورسمكه

Artinya:

Maka kaffarat (melanggar) sumpah itu, ialah memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi pakaian kepada mereka.

Kata asyarah dalam ayat tersebut diciptakan hanya untuk bilangan sepuluh, tidak lebih dan tidak pula kurang. Arti sepuluh itu sendiri sudah pasti tidak ada kemungkinan pengertian lain. Begitulah dipahami setiap lafaz khas dalam al qur’an, selama tidak ada dalil yang memalingkannya kepada pengertian lain seperti makna majazi (metafora).

Jika terdapat indikasih yang menunjukkan bahwa yang dimaksud bukan makna hakikatnya, tetapi makna majazinya, maka terjadilah apa yang dinamakan ta’wil, yaitu pemalingan arti lafal dari makna hakikinya kepada makna majazi.

(8)

C. Pembagian lafaz amm

Berdasarkan penelitian terhadap nash telah diperoleh ketetapan bahwa lafaz yang umum ada tiga macam, yaitu:8

1) Lafaz amm yang dimaksudkan keumumannya secara pasti. Yaitu lafaz amm yang disertai oleh qarinah yang menghilangkan kemungkinan pentakhshishannya, seperti lafaz yang umum pada firman Allah SWT:

اهرقلزمره هللا ىلعرللراه ضهرمالما يفه ةهبلرادر نمه امرور

Artinya:

Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi ini melainkan Allah lah yang memberikan rezkinya.(Q.s. Hud: 6).

يلئحر ءئيشر للركل ءهامرلا نرمه انرلمعرجرور

Artinya:

Dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. (Q.s. al anbiya: 30).

Pada setiap ayat dari kedua ayat tersebut terdapat penetapan sunnah ilahiyyah yang bersifat umum pada kedua ayat tersebut adalah qath’i dalalahnya terhadap keumuman, dan tidak mengandung kemungkinan bahwa ia dimaksudkan sebagai suatu yang khusus.

(9)

7

3) Lafaz amm yang ditakhshiskan, yaitu lafaz yang umum yang besifat mutlak, dan tidak ada qarinah yang menyertainya yang meniadakan kemungkinan pengtakhshisannya, maupun qarinah yang menghilangkan dalalah umumnya. Misalnya ialah kebanyakan nash yang didalamnya terdapat shigat umum, yang bebas dari berbagai qarinah lafzhiyyah (tekstual), atau Aqliyyah (rasional), atau urfiyyah yang menentukan keumuman atau kehususan. Lafaz ini adalah zhahirnya umum, sehinggah ada dalil yang mentakhshiskannya, misalnya:

نلرههسهفلنماربه نرصمبلرررترير تلاقرللرطرمللاور

Artinya:

Wanita-wanita yang ditalak hendaklah menahan diri.

(10)

اهربلهرررهممأربه ءئىشر للركل رلملهدرتل

Artinya:

Yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah tuhannya. (Q.s. Al Ahqaf: 25).

Adapun lafaz amm yang dapat ditakhshis, yaitu lafaz umum yang tidak disertai oleh qarinah yang menunjukkan bahwa yang dimaksudkan adalah sebagian satuan-satuannya. Lafaz ini adalah zhahir dalam dalalanya terhadap keumumannya, sehingga ada dalil yang mentakhshiskannya.9

D. Pembagian lafaz khas Allah (membunuhnya) melainkan dengan suatu yang benar. (QS. Al-An’am : 151).

(11)

9

Maksud dari ayat tersebut ialah janganlah kamu membunuh suatu jiwa yang diharamkan Allah untuk membunuhnya, itu menunjukkan umum artinya tidak boleh membunuh siapapun. “Melainkan dengan jalan yang benar”, yaitu qishas atau di dalam pertempuran.

Dan malam serta minumlah tetapi jangan berlebih-lebihan.” (QS. Al-A’raf : 31)

Perkataan “Makanlah...” itu umum, yakni boleh makan apa saja yang kita kehendaki, tetapi keumuman ini telah dibatasi oleh Allah dengan firmannya juga, sebagai berikut :

menyebut nama selain Allah. (QS. Al-Baqarah : 173)

(12)

E. Dilalah lafad Khas

Lafadz khas ditemui dalam nash diartikan sesuai dengan arti sebenarnya, selama tidak titemukan dalil yang memalingkannya pada arti lain. Contohnya, hukuman yang dijatuhkan kepada orang yang menuduh berbuat zina adalah delapan puluh kali jera. Tidak boleh lebih dan tidak boleh kurang. Namun apabila ditemukan dalil yang dapat memalingkan arti lain.maka hukuman tersebut dilaksanakan sesuai dengan dilalah dari arti bukti itu.

Kalau lafadz khas dalam bentuk amar atau berita yang mengandung arti amar maka perintah itu atau berita mengandung arti wajib.seperti firman Allah SWT:

ممكليردهيمار اومعلطرقم ارف

Artinya :

potonglah tangan keduanya (QS.Al-Maidah:38).

Dalam bentuk berita yang mengandung arti amar seperti dalam firman Allah SWT

نلرههسهفلنماربه نرصمبلر ررترير تلقرللرطرمللماور

Artinya:

wanita yang ditalak hendaknya menahan dirinya (QS.Al-Baqarah:228)

(13)

11

Artinya:

apabila am dating karena sebab khas, mmaka yang dianggap adalah umumnya lafal, bukan khususnya sebab.

Hal tersebut karena perintah ibadah kepada seluruh hamba Allah hanya dengan lafal yang dating dari syar’I, padahal lafal ini umum. Jika menjumpai suatu hadis nabi SAW yang merupakan jawaban atas suatu pertanyaan tiba-tiba kita lihat bahwa itu menggunakan perkataan (lafal) yang memberikan pengertian umum maka kita tidak usah mengembalikan pada sebab timbulnya hadis tersebut. Dalam hal ini, kita mengambil kesimpulan hokum dari hadis tersebut.

Contoh seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW.

padahal kita hanya membawa air sedikit saja, dan bila kita berwudhu dengan air ini, tentu kita akan kehausan apakah kita boleh berwudhu dengan air laut ? maka Nabi SAW, bersabda, “laut itu airnya suci dan binantangnya halal dimakan). (HR. Tirmidzi )

(14)

A. Kesimpulan

Lafas amm adalah suatu perkataan yang memberi pengertian umum dan meliputi segala sesuatu yang terkandung dalam perkataan itu dengan tidak terbatas, misalnya al insan yang berarti manusia,

sedangkan lafaz khas adalah lafal yang mengandung satu pengertian secara tunggal atau beberapa pengertian yang terbatas.

B. Saran

Demikian maklah yang dapat ditulis sampaikan, tentu masih banyak kekurangan dan kesalahan serta jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu. Saran, kritik dan evaluasi dari pembaca sangat kami harapkan demi perkembangan karya selanjutnya.

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. H. Satria Effendi, M.A, 2005, ushul fiqih, (Jakarta; kencana, Cet I ).

Prof. Abdul Wahhab Khallaf, 1994, Ilmu ushul Fiqih, (Semarang; Dina Utama, Cet I ).

(16)

Referensi

Dokumen terkait

Aplikasi yang memanfaatkan teknologi Android ini diharapkan dapat memberikan informasi terhadap penyebaran guru yang telah bersertifikasi pada Sekolah Dasar Negeri Provinsi

Dan di Bulan Oktober dimana kita menyambut hari Reformasi, maka memulai suatu kegiatan baru yaitu mengajak dan menghimbau seluruh anggota jemaat yang sudah dan belum membaca

Dalam melakukan permusyawaratan tersebut anggota badan permusyawaratan desa, berhak menyatakan pendapat atas penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan

Berdasarkan data Tabel warna kuning telur diatas, perlakuan yang menampakkan pengaruh dari kromium terhadap warna kuning telur, dimana R0 berbeda nyata dengan R2

Kedua, variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan baku, modal, dan energi yang digunakan dalam proses produksi industri mobil serta memasukan pengaruh

Pendugaan tidak langsung tingkat kemiskinan pada area kecil menggunakan model pengaruh acak dua-bagian menghasilkan dugaan yang lebih baik dibandingkan penduga

Pada tahun 1875 Darboux berhasil memodifikasi Integral Riemann dengan mendefinisikan integral atas dan integral bawah sehingga terdefinisi suatu integral baru

Tetapi data dari Dinas Pengairan Kabupaten Purworejo per 31 Agustus 2015 yang merupakan data terakhir MT2, menunjukkan bahwa wilayah gagal panen ( puso) mencapai 560