BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Matematika merupakan pelajaran pokok yang harus diajarkan dalam pendidikan formal tingkat dasar dan menengah karena dianggap pelajaran yang esensial. Matematika merupakan salah satu sarana berpikir guna menumbuh kembangkan cara berpikir yang logis dan kritis. Matematika sebagaisalah satu ilmu dasar, baik aspek terapan maupun aspek penalarannya mendukung kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (Soedjadi, 2000). Matematika merupakan pelajaran penting karena matematika banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Pada umumnya siswa menghadapi permasalahan dalam menyelesaikan dengan cara praktis. Untuk mengatasi hal tersebut, salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah menggunakan metode mengajar yang sesuai dengan proses berpikir analogi siswa. Proses berpikir siswa dalam menyelesaikan masalah eksponen dapat dilihat dalam pemecahan atau penyelesaian masalah yang dilakukan siswa dalam mengerjakan soal eksponen. Untuk dapat memilih metode pembelajaran yang tepat tersebut diperlukan informasi tentang perkembangan proses berpikir analogi siswa dalam menyelesaikan masalah eksponen. Oleh karena itu seorang guru dituntut untuk mengetahui proses berpikir analogi siswa.
matematika di sekolah. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa mengetahui proses berpikir analogi siswa dalam menyelesaikan masalah eksponen sebenarnya sangat penting bagi guru. Dengan mengetahui proses berpikir analogi siswa, guru dapat mengetahui kelemahan siswa serta dapat dapat merancang pembelajaran yang sesuai dengan proses berpikir analogi siswa. Adanya kelemahan siswa dalam menyelesaikan masalah eksponen dipengaruhi oleh tingkat kemampuan matematika masing-masing siswa. Siswa yang memiliki kemampuan matematika rendah mungkin akan memiliki lebih banyak kelemahan dibanding siswa berkemampuan matematika tinggi. Sebagai akibatnya proses berpikir analogi masing-masing siswa dalam menyelesaikan masalah eksponen juga berbeda bergantung pada tingkat kemampuan matematika yang dimiliki.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan yang di ambil oleh peneliti ini adalah:
1. Bagaimana proses berpikir analogi siswa dalam menyelesaikan masalah eksponen?
2. Faktor apa yang mempengaruhi proses berpikir analogi siswa dalam menyelesaikan masalah eksponen?
C. Tujuan Penelitian
Setelah memperhatikan masalah yang dikemukakan diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk:
2. Mendeskripsikan faktor yang mempengaruhi proses berpikir analogi siswa dalam menyelesaikan masalah eksponen.
D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi: Secara teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumbangan untuk menambah dalam pengembangan ilmu pengetahuan tentang analisis proses berpikir analogi siswa.
Secara praktis a. Bagi sekolah
Dengan hasil penelitian ini diharapkan sekolah dapat menfasilitasi dalam mendukung guru memberikan cara untuk melatih proses berpikir analogi pada peserta didik, sehingga peserta didik dapat menyelesaikan masalah-masalah eksponen dengan tepat dan praktis ( menggunakan cara cepat ).
b. Bagi guru
Dapat menerapkan pelaksanaan pembelajaran matamatika dengan menggunakan kemampuan berpikir analogi siswa di sekolah khususnya. c. Bagi peserta didik
Siswa dapat menyelesaikan soal eksponen dengan menggunakan sifat-sifat eksponen yang telah di ketahui
d. Bagi peneliti
E. Definisi Operasional
1)
Proses berpikir adalah cara yang di lakukan siswa dalam menyelesaikanmasalah.
2)
Masalah adalah kesenjangan antara harapan dengan kenyataan.3)
Eksponen adalah bentuk perkalian berulang dengan bilangan yang sama.4)
Menyelesaian Masalah adalah suatu usaha yang dilakukan siswa denganmenggunakan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman yang telah
dimilikinya.
5)
Analogi adalah kesamaan sifat dari suatu hal yang baru dengan suatu halBAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat Matematika 1. Pengertian Matematika
Menurut Mustafa dalam (Tri Wijayanti, 2011) menyebutkan bahwa matematika adalah ilmu tentang kuantitas, bentuk, susunan, dan ukuran, yang utama adalah metode dan proses untuk menemukan dengan konsep yang tepat dan lambang yang konsisten, sifat dan hubungan antara jumlah dan ukuran, baik secara abstrak, matematika murni atau dalam keterkaitan manfaat pada matematika terapan.
Berdasarkan Elea Tinggih (Erman Suherman, 2001), matematika berarti ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar. Hal ini dimaksudkan bukan berarti ilmu lain diperoleh tidak melalui penalaran, akan tetapi dalam matematika lebih menekankan aktivitas dalam dunia rasio (penalaran), sedangkan dalam ilmu lain lebih menekankan hasil observasi atau eksperiment disamping penalaran.
2. Tujuan Dalam Mempelajari Matematika
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 22 Tahun 2006, dijelaskan bahwa tujuan pelajaran matematika di sekolah adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
a) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah;
b)Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika;
c) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan masalah eksponen. d)Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media
lain untuk memperjelas keadaan atau masalah;
e) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Sutarto Hadi (2006: 10) menyatakan bahwa masalah kontekstual dapat digali dari : 1). Situasi personal siswa, yaitu situasi yang berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari siswa, baik di rumah dengan keluarga,
dengan teman sepermainan, dan sebagainya; 2). Situasi sekolah atau
akademik, yaitu situasi yang berkaitan dengan kehidupan akademik di
3). Situasi masyarakat, yaitu situasi yang terkait dengan kehidupan dan
aktivitas masyarakat sekitar di mana siswa tinggal; dan 4). Situasi saintifik
atau matematik, yaitu situasi yang berkaitan dengan fenomena substansi
secara saintifik atau berkaitan dengan matematika itu sendiri.
Dalam proses belajar matematika juga terjadi proses berpikir, sebab
seseorang dikatakan berpikir apabila orang itu melakukan kegiatan mental,
dan orang yang belajar matematika mesti melakukan kegiatan mental.
Dalam berpikir, orang menyusun hubungan-hubungan antara
bagian-bagian informasi yang telah direkam dalam pikirannya sebagai
pengertian-pengertian. Dan terbentuklah pendapat yang pada akhirnya dapat ditarik
kesimpulan. Kemampuan berpikir seseorang dipengaruhi oleh tingkat
kecerdasannya. Sehingga, terlihat jelas adanya hubungan antara
kecerdasan dengan proses dalam belajar matematika.
B. Proses Berpikir
1. Pengertian Berpikir
Berpikir adalah merupakan aktivitas psikis yang intensional, dan
terjadi apabila seseorang menjumpai problema (masalah) yang harus
dipecahkan. Dalam berpikir seseorang menghubungkan pengetian satu
dengan pengertian lainnya dalam rangka mendapatkan pemecahan
persoalan yang dihadapi. Pengertian-pengertian itu merupakan bahan atau
materi yang digunakan dalam proses berpikir.
2. Macam-Macam Cara Berpikir
Berpikir berarti mengolah, mengorganisasikan bagian-bagian dari
tidak teratur menjadi tersusun merupakan kebulatan-kebulatan yang dapat
dikuasai atau dipahami. Dalam hal ini terdapat 3 cara berpikir, sebagai
berikut :
a) Berpikir induktif, ialah suatu proses dalam berpikir yang berlangsung dari khusus menuju kepada yang umum. Istilah ini dikenal dengan
generalisasi. Dimana seseorang mencari ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu
dari berbagai fenomena, Kemudian menarik kesimpulan-kesimpulan
bahwa ciri-ciri/sifat-sifat itu terdapat pada semua jenis fenomena.
b) Berpikir deduktif, ialah suatu proses dalam berpikir yang berlangsung dari yang umum menuju kepada yang khusus. Dalam cara berpikir ini,
orang bertolak dari suatu teori ataupun prinsip ataupun kesimpulan
yang dianggapnya benar dan sudah bersifat umum. Dalam logika, ini
disebut dengan silogisme.
c) Berpikir analogi, yaitu berpikir dengan jalan menyamakan atau membandingkan fenomena-fenomena yang biasa/pernah dialami.
Didalam cara berpikir ini, orang beranggapan bahwa kebenaran dari
fenomena-fenomena yang pernah dialaminya berlaku pula bagi
fenomena yang dihadapi sekarang.
3. Proses-Proses Dalam Berpikir
Berpikir adalah daya jiwa yang dapat meletakkan
hubungan-hubungan antara pengetahuan. Berpikir merupakan proses yang dialektis
artinya selama berpikir, pikiran dalam keadaan tanya jawab, untuk dapat
akal. Hasil berpikir dapat diwujudkan dengan bahasa. Adapun proses yang
dilewati dalam berpikir antara lain :
a) Proses pembentukan pengertian, yaitu menghilangkan ciri-ciri umum dari sesuatu, sehingga tinggal ciri khas dari sesuatu tersebut.
b) Pembentukan pendapat yaitu pikiran menggabungkan (menguraikan) beberapa pengertian, sehingga menjadi tanda masalah itu.
c) Pembentukan keputusan yaitu hasil perbuatan akal untuk membentuk pendapat baru berdasarkan pendapat-pendapat yang telah ada.
d) Pembentukan kesimpulan yaitu pikiran menarik keputusan-keputusan dari keputusan yang lain. Secara kronologis, penarikan kesimpulan
keputusan meliputi:
1. Kesimpulan yang ditarik atas dasar analogi; yaitu apabila seseorang berusaha mencari hubungan dari peristiwa-peristiwa atas dasar
adanya persamaan-persamaan atau kemiripan-kemiripannya. Maka
pikiran tersebut disebut “berpikir analogis”. Dilihat dari jalannya
berpikir, kesimpulan ini ditarik dari khusus ke umum.
2. Kesimpulan yang ditarik atas dasar induksi sintetis, yaitu metode berpikir, bertolak dari pengertian yang lebih rendah melompat
kepada pengertian yang lebih rendah melompat kepada pengertian
yang lebih tinggi, disebut “induksi sintetis”. Sedangkan kesimpulan
menurut metode yang demikian ini disebut “kesimpulan induktif”.
Berangkat dari pengetahuan yang khusus dan fakta yang unik sampai
pada sampai pengertian yang lebih umum dengan ciri-ciri yang
3. Kesimpulan yang ditarik atas dasar deduksi analitis, yaitu metode berpikir yang bertolak dari pengertian lebih tinggi/ umum, melompat
kepada pengertian lebih rendah, dengan mana, seseorang berangkat
dari anggapan/ proposisi umum menuju pada anggapan yang lebih
khusus.
4. Model-Model Proses Berpikir
Pengertian berpikir mengacu pada serentetan proses-proses kegiatan
merakit, menggunakan, dan memperbaiki model-model simbolik internal.
Model-model itu dapat terbentuk tiga macam, yaitu :
a) Wujud ciptaan yang mewakili sesuatu kenyataan, seperti dalam hal ilmu pengetahuan, semua yang dinyatakannya berupa ekspresi hasil
pengamatan fakta.
b) Model kenyataan hasil membayangkan sesuatu peristiwa tertentu, seperti dalam hal cerita fiksi.
c) Model abstrak yang dilukiskan dalam pikiran dan perasaan, seperti dalam hal pelajaran matematika dan musik.
5. Peranan Bahasa Dalam Proses Berpikir
Salah satu fungsi alat berpikir manusia adalah keterampilan
menjabarkan objek atau ide ke dalam bagian-bagian yang spesifik.
Pembinaan keterampilan ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan
memahami objek atau ide secara utuh, kemampuan yang sangat berguna
bagi seseorang yang sedang mengikuti kegiatan ilmiah lainnya.39 Bahasa
sebagai alat yang digunakan dalam mengungkapkan ide-ide dalam pikiran
itu, Peranan bahasa amat erat sekali hubungannya dengan berpikir,
diantaranya:
a) Bahasa merupakan instrument dari pikiran, dalam arti menjadi alat bagi perkembangan pikiran.
b) Bahasa juga merupakan alat untuk menyatakan pengalaman-pengalaman dalam bentuk pengaturan dan pengertian tertentu.
c) Bahasa sebagai alat komunikasi dari sekumpulan manusia (masyarakat) bukan hanya merupakan produk dari masyarakat semata, melainkan
juga merupakan cermin atau refleksi dari pikiran dan mentalitas
masyarakat.
d) Bahasa memungkinkan daya tahan produk dari pikiran, karena dari pengetahuan yang dipeeroleh dituturkan dan diwujudkan dalam
perurutan kata-kata, dalam bentuk Bahasa.
. Berpikir Analogi
1. Pengertian Berpikir Analogi
Salah satu metode untuk bernalar adalah dengan menggunakan
analogi. Soekardijo mengatakan bahwa analogi adalah berbicara tentang
suatu hal yang berlainan, dan dua hal yang berlainan itu diperbandingkan.
Selanjutnya ia mengatakan jika dalam perbandingan hanya diperhatikan
persamaan saja tanpa melihat perbedaan, maka timbullah analogi.
Diane mengatakan bahwa berpikir analogi adalah ketrampilan
berpikir tentang sesuatu hal yang baru yang diperoleh dari suatu hal yang
telah diketahui sebelumnya, dengan memperhatikan persamaan antara dua
permasalahan mudah dikenali, dianalisis hubungannya dengan
permasalahan lain, dan permasalahan yang kompleks dapat
disederhanakan. Berpikir Analogi adalah suatu proses penalaran dengan
menggunakan perbandingan dua hal yang berbeda dengan cara melihat
persamaan dari dua hal yang di perbandingkan tersebut, sehingga dapat
digunakan untuk memperjelas suatu konsep.
2. Macam-Macam Analogi
Secara umum, terdapat dua analogi yaitu:
a) Analogi Deklaratif.
Analogi deklaratif merupakan metode untuk menjelaskan atau
menegaskan sesuatu yang belum dikenal atau masih samar, dengan
sesuatu yang sudah dikenal. Sejak zaman dahulu analogi deklaratif
merupakan cara yang amat bermanfaat untuk menjelaskan masalah
yang hendak diterangkan.
b) Analogi Induktif
Analogi induktif adalah proses penalaran dari satu fenomena menuju
fenomena lain yang sejenis kemudian disimpulkan bahwa apa yang
terjadi pada fenomena yang pertama akan terjadi juga pada fenomena
yang lain.
3. Tahap-Tahap Proses Berpikir Analogi
Sternberg dalam menyatakan bahwa komponen dari proses berpikir
a) Encoding (Pengkodean)
Mengidentifikasi soal sebelah kiri (masalah sumber) dan soal yang di
sebelah kanan (masalah target) dengan mencari ciri-ciri atau struktur
soalnya.
b)Inferring (Penyimpulan)
Mencari hubungan yang terdapat pada soal yang sebelah kiri (masalah
sumber) atau dikatakan mencari hubungan “ rendah “ (low order).
c) Mapping (Pemetaan)
Mencari hubungan yang sama antara soal di sebelah kiri (masalah
sumber) dengan soal yang kanan (masalah target) atau membangun
kesimpulan dari kesamaan hubungan antara soal yang sebelah kiri
dengan soal yang di sebelah kanan. Mengidentifikasi hubungan yang
lebih tinggi.
d)Applying (Penerapan)
Melakukan pemilihan jawaban yang cocok. Hal ini dilakukan untuk
memberikan konsep yang cocok (membangun keseimbangan) antara
soal yang kiri (masalah sumber) dengan soal yang kanan (masalah
Gambar 2.1Berpikir dengan analogi dalam menyelesaikan masalah
4. Manfaat Berpikir Analogi
Menurut duet et.al. mengemukakan bahwa melalui pembelajaran
berpikir analogi siswa memperoleh beberapa keuntungan, diantaranya,
valuable (bernilai) dalam mempelajari konsep, siswa termotivasi karena
menarik perhatian mereka, dan mendorong guru untuk mengetahui
pengetahuan prasyarat siswa sehingga miskonsepsi pada siswa dapat
terungkap. Holyoak berpendapat bahwa inti dari penggunaan berpikir
analogi dalam pembelajaran untuk memecahkan masalah adalah siswa
menerapkan pengetahuan yang sudah diketahui untuk memecahkan
masalah yang baru.
Keuntungan proses berpikir analogi dalam pengajaran antara lain:
a) Dapat memudahkan siswa dalam memperoleh pengetahuan baru dengan cara mengaitkan atau membandingkan pengetahuan analogi yang
b) Pengaitan tersebut akan membantu mengintegrasikan struktur-struktur pengetahuan yang terpisah agar terorganisasi menjadi struktur kognitif
yang lebih utuh. Dengan organisasi yang lebih utuh akan
mempermudah proses pengungkapan kembali pengetahuan baru;
c) Dapat dimanfaatkan dalam menanggulangi salah konsep. D. Penyelesaian Masalah
1. Materi Eksponen
Perpangkatan bilangan adalah perkalian berulang atau berganda bilangan dengan faktor-faktor bilangan yang sama. Bentuk perpangkatan adalah sebagai berikut..
Bentuk umumnya adalah aⁿ, di mana a disebut bilangan pokok atau bilangan dasar, sedangkan n disebut pangkat atau eksponen.
Contoh :
• 2³ (dibaca dua pangkat tiga) = 2 x 2 x 2 =8 • 5² (dibaca lima pangkat dua0 = 5x 5 = 25
Perpangkatan bilangan sangat berguna untuk meringkas bentuk perkalian berulang dalam jumlah besar. Selanjutnya kita akan mempelajari babarapa sifat yang berlaku dalam perpangkatan.
Terdapat 6 sifat operasi perpangkatan yaitu : 1. (a x b)ⁿ = aⁿ x bⁿ
5. (a)ⁿ = amxn
Pada perpangkatan, bilangan pokok dapat berupa bilangan bulat maupun pecahan, demikian juga untuk pangkat atau eksponen. Pangkat juga dapat berupa bilangan nol. Dalam perpangkatan, kedua komponen (bilangan pokok dan pangkat) sama dengan pentingnya. Namun demikian, perubahan hasil perpangkatan terutama ditentukan oleh nilai pangkatnya. Kuadrat atau pangkat dua suatu bilangan adalah mengalikan suatu bilangan dengan bilangan itu sendiri. Lebih lanjut, perpangkatan suatu bilangan artinya perkalian berulang dengan bilangan yang sama.
a) Perhatikan Perpangkatan bilangan pokok 2 berikut:
2¹ = 2
2² = 2 x 2= 4
2³ = 2 x 2 x2= 8
2n=2x2x2x … x2
n kali (2
n
dibaca2pangkat n)
Secara umum dapat dituliskan sebagai berikut.
Untuk sebarang bilangan bulat pdan bilangan bulat positif n, berlaku
Pn
= pxpxpx … xp
sebanyak n faktor
1) Tentukan hasil perpangkatan bilangan-bilangan berikut ini.
Perhatikan perkalian bilangan bulat berpangkat berikut:
32x33
Jika m, n bilangan bulat positif dan bilangan bulat maka
pmx pn=(p x p x … x p)
Perhatikan pembagian bilangan bulat berpangkat berikut.
55:53=(5x5x5x5x5)
5faktor :
(5x5x5)
Jika m,n bilangan bulat positif dan pbilangan bulat maka
Perhatikan perpangkatan bilangan bulat berpangkat berikut.
(22
Jika m,n bilangan bulat positif dan pbilangan bulat positif maka
¿(p x p x … x p x p x p x … x p x p x p x … x p)
(m x n)faktor
¿pmxn
(pm)n=pm xn
e) Sifat Perpangkatan Suatu Perkalian dan Pembagian. Perhatikan uraian berikut.
(5 x 2)³= 10³= 10 x 10 x 10 = 1.000 (5 x 2)³= 5³ x 2³= 125 x 8 = 1.000 (2 x 3)2= 6²= 36
(2 x 3)2= 2² x 3²= 4 x 9 = 36
Berdasarkan uraian di atas, dapat kita tuliskan sebagai berikut. Jika m
bilangan bulat positif dan p,q bilangan bulat maka
(p x q)m=(p x q)x(p x q)x … x(p x q) mfaktor
¿(p x q x …x p)
m faktor
x
(q x q x … x q) m faktor
¿pmx qm
(p x q)m=pmx qm
Contoh Soal :
Sederhanakan bentuk pangkat berikut. a. 4³ x 4²: 4³ b. 8³ x 4²: 2³
a. 4³ x 4²: 4³ = 43+2−3 = 4²
b. 8³ x 4²: 2³ = (2³)³ x (2²)² : 2³ = 2(3x3)+(2x2)−3
=66+4−3
=27
BAB III
METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif-kualitatif, yaitu penelitian yang menggunakan data kualitatif dan dideskripsikan untuk menghasilkan gambaran yang jelas dan terperinci mengenai proses berpikir analogi siswa kelas VIII – C SMP Negeri 4 Wewewa Timur dalam menyelesaikan masalah eksponen.
B. Subyek Penelitian
peneliti mengambil enam orang siswa berdasarkan hasil tes berpikir analogi matematika yang dibagi menjadi tiga kelompok yakni kelompok siswa yang berkemampuan analogi tinggi, kelompok siswa yang berkemampuan analogi sedang dan kelompok siswa yang berkemampuan analogi rendah untuk ditelusuri lebih mendalam kemampuan berpikir analogi siswa dalam menyelesaikan masalah eksponen.
Pemilihan dilakukan dengan memperhatikan kemampuan tes berpikir analogi siswa dalam menyelesaikan masalah eksponen. Untuk itu peneliti meminta pertimbangan guru kelas matematika untuk memastikan bahwa siswa yang dipilih mampu mengkomunikasikan ide-idenya.
C. Metode Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tes Tertulis
Tes tulis dilakukan untuk mengetahui kemampuan berpikir analogi siswa dalam menyelesaikan masalah eksponen dan hasil tes obyektif digunakan untuk menentukan subyek penelitian yang akan diwawancarai dan mengetahui proses berpikir analogi siswa dalam menyelesaikan masalah eksponen, karena tes obyektif ini dirancang untuk mengharuskan siswa melakukan berpikir analogi dalam mengerjakannya.
2. Wawancara
matematika. Proses wawancara dilakukan di ruang kelas VIII C SMP NEGERI 4 WEWEWA TIMUR. Wawancara dilakukan perkelompok terhadap subjek penelitian dengan lancar. Kegiatan wawancara ini dilakukan terhadap keenam subjek penelitian dan direkam dengan menggunakan alat perekam (tape recorder) untuk meminimalisir kesalahan dalam penulisan wawancara.
Pedoman wawancara disusun berdasarkan komponen proses berpikir analogi dalam menyelesaikan masalah eksponen, meliputi Encoding, Inferring, Mapping, dan Applying. Wawancara dengan pertanyaan yang sama diuji lagi untuk butir tes yang lain sehingga proses berpikir analogi dari subjek yang sama dapat diperoleh. Dan hasil dari wawancara dapat dideteksi kecenderungan proses berpikir analogi subjek.
Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara dengan langkah -langkah sebagai berikut:
a. Siswa diminta untuk membaca langkah-langkah yang telah diberikan. b. Siswa diwawancara berdasarkan jawaban yang sudah dikerjakan pada saat
tes tulis.
c. Pada saat wawancara peneliti melakukan pengamatan dan membuat catatan dari hasil proses berpikir analogi siswa untuk mendapatkan data tentang proses berpikir analogi siswa.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini adalah: 1. Soal Tes
digunakan untuk mengelompokkan siswa yang memiliki kemampuan berpikir analogi tinggi, sedang dan rendah dalam penyelesaian masalah eksponen sekaligus digunakan untuk memperoleh data proses kemampuan berpikir analogi siswa dalam menyelesaikan masalah eksponen dan menentukan subjek penelitian yang akan diwawancara dengan pemberian soal sebanyak 6 butir soal.
Setelah dilakukan validasi dan dinyatakan valid, maka soal tersebut merupakan soal yang layak digunakan, akan tetapi mengalami perbaikan dalam redaksi dan penulisan bahasa agar sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk memperoleh data kualitatif tentang hasil respon siswa dalam menyelesaikan masalah eksponen dengan menggunakan metode wawancara terstruktur dimana peneliti sudah mempersiapkan pertanyaan tertulis yang ditujukan untuk memperoleh informasi yang diinginkan oleh peniliti. Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama dan pewawancara mencatat data hasil wawancara tersebut.
Pedoman pewawancara dibuat berdasarkan penjelasan dari tiap tahapan dalam proses berpikir analogi siswa dalam menyelesaikan lembar tugas penyajian soal. Pedoman ini dibuat peneliti dikonsultasikan dengan dosen pembimbing setelah itu divalidasi.
Langkah-langkah yang dilakukan untuk menganalisis data dari hasil tes proses berpikir analogi siswa yang diberikan sebagai berikut:
a) Menyeskor hasil tes proses berpikir analogi siswa berdasarkan kriteria penilain yang sudah berlaku.
Tabel 3.1 Kriteria Penyekoran untuk Tiap Butir Tes
Skor Pilihan Jawaban Alasan
3 Benar Benar
2 Benar Salah
1 Benar Tidak ada
0 Salah Salah
b) Mengelompokkan hasil tes proses berpikir analogi siswa berdasarkan kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
Tabel 3.2 Kriteria pengelompokan Kempuan Berpikir Analogi Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Eksponen
Skor Kelompok Kemampuan Penalaran Analogi
21 ≤ s ≤ 30 Tinggi
11 ≤ s ≤ 10 Sedang
0 ≤ s ≤ 10 Rendah
Keterangan: s : skor total siswa
c) Menyimpulkan kemampuan berpikir analogi siswa dalam menyelesaikan masalah eksponen.
d) Memlih dua orang siswa dari kelompok berkemampuan berpikir analogi tinggi, sedang dan rendah.
a) Menganalisis hasil wawancara untuk mendeskripsikan hasil respon siswa dalam tes berpikir analogi siswa pemecahan masalah eksponen yang diberikan. Wawancara dilakukan kepada keenam siswa yang terpilih berdasarkan hasil tes berpikir analogi siswa sehingga diperoleh data hasil wawancara yang disimpan dalam alat perekam (tape recorder). Hasil wawancara berupa data kualitatif yang sudah diperiksa keabsahannya kemudian dianalisis dengan cara mereduksi data.
b) Mereduksi data dilakukan setelah membaca, mempelajari hasil wawancara. Reduksi data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kegiatan yang mengacu pada proses menajamkan, mengelompokkan, menggabungkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data mentah yang diperoleh dari lapangan. Semua data yang dipilih sesuai dengan kebutuhan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Data yang diperoleh dari wawancara dituangkan secara tertulis dengan cara sebagai berikut:
1) Merekam semua penjelasan yang dituturkan subyek selama wawancara.
2) Memutar hasil rekaman secara berulang kali agar dapat menulis dengan tepat apa yang telah dijelaskan oleh subyek penelitian.
3) Mentranskip hasil wawancara.
c) Penyajian data merupakan sekumpulan infomasi yang terorganisasi dan terkategori sehingga memungkinkan untuk menafsirkan, memberikan makna dan pengertian, serta menarik kesimpulan. Pemaparan data dari penelitian ini adalah proses berpikir analogi siswa dalam menyelesaikan masalah eksponen.
d) Berdasarkan pemaparan data terebut, selanjutnya dilakuan penarikan kesimpulan tentang proses berpikir analogi siswa dalam penyelesaian masalah eksponen sehingga mendapatkan hasil kemampuan berpikir analogi siswa.
. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang dilakukan terdiri dari tiga tahapan: 1. Tahap Persiapan
a) Meminta izin kepada kepala sekolah SMP Negeri 4 Wewewa Timur untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut.
b)Membuat kesepakatan dengan guru mata pelajaran matematika mengenai waktu yang akan digunakan untuk penelitian.
c) Menyusun instrumen penelitian. d)Validasi instrumen.
e) Revisi instrumen berdasarkan masukan dari validator 2. Tahap Pelaksanaan
a) Menyiapkan instrument penelitian berupa tes tertulis dan pedoman wawancara. Instrument yang digunakan berupa 3 soal uraian dan 3 pertanyaan wawancara.
b) Melakukan validasi instrument. Sebelum soal tes diberikan kepada responden, soal tersebut dilakukan validasi oleh 2 dosen dan I guru mata pelajaran matematika SMP Negeri 4 Wewewa Timur . Tujuan dari validasi tersebut agar soal tes yang diberikan benar-benar layak untuk diujikan.
c) Menentukan subjek penelitian yang akan diwawancarai berdasarkan nilai raport dan hasil mid semester siswa.
d) Memberikan tes tertulis. Tes diberikan untuk memperoleh data mengenai pekerjaan siswa tentang pokok bahasan eksponen kepada siswa sekolah SMP Negeri 4 Wewewa Timur.
e) Melakukan wawancara kepada 3 siswa yang mewakili kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 2 orang siswa.
f) Mengolah data untuk menentukan kesamaan cara penyelesaian soal yang dilakukan siswa berdasarkan jawaban tes tertulis.
g) Mengumpulkan data. Pengumpulan data dari lapangan berupa dokumentasi maupun pengamatan (observasi) langsung pada waktu penelitian berlangsung, termasuk hasil wawancara.
h) Deskripsikan data keseluruhan. Data yang sudah terkumpul dianalisis agar dapat ditarik suatu kesimpulan.
a) Meminta surat bukti telah melakukan penelitian dari pihak sekolah yaitu SMP Negeri 4 Wewewa Timur
b) Penulisan laporan penelitian
Tahap ini merupakan tahap akhir dari tahapan penelitian yang penulis lakukan. Tahap ini dilakukan dengan membuat laporan tertulis dan hasil penelitian yang telah dilakukan. Laporan ini akan ditulis dalam bentuk skripsi.