• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jenis Intervensi dan Layanan Konseling b

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Jenis Intervensi dan Layanan Konseling b"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

JENIS INTERVENSI DAN LAYANAN KONSELING BAGI SISWA SMA/MA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL

Bambang Suryadi

bangs1970@gmail.com

Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRACT

The purpose of this study is to identify the preparation made by high school students for the National Examination (UN) and their anxiety levels before and during the UN in academic year 2012/2013. This study also aims to identify the types of interventions and counseling services that school counselor should provide to high school students in facing the National Examination. This study used a quantitative method with sample size of 140 students aged between 18-20 years old. Data were collected through questionnaires and analyzed using frequencies and percentages. Results of this study indicate that the National Examination causing anxiety among high school students. To help the students in coping with the anxiety, school counselors are required to be more actively involved in providing various types of interventions and counseling services.

Keywords: counseling, anxiety, intervention, national examination, counselor’s role

© 2013 Published by Panitia Kongres XII dan Konvensi Nasional BK XVIII

PENDAHULUAN

Dalam proses pembelajaran, penilaian dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik sebagai hasil belajar yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Oleh karena itu, guru wajib melakukan penilaian selama dan setelah proses pembelajaran berdasarkan pada suatu kompetensi dasar atau standar kompetensi (Kemdikbud, 2012).

Ujian Nasional (UN) merupakan amanat undang-undang yang wajib dilaksanakan oleh Pemerintah. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 66 ayat (1) disebutkan bahwa Ujian Nasional adalah kegiatan pengukuran dan penilaian pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi.

Penyelenggara UN adalah Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)

yang dalam pelaksanaannya

bekerjasama dengan Kementerian

Pendidikan dan kebudayaan,

Kementerian Agama, kementerian Dalam Negeri, Kementerian Luar Negeri, Dinas Pendidikan, Perguruan Tinggi Negeri Koordinator Pengawasan, dan Satuan Pendidikan.

Dalam pelaksanaan UN tahun 2013, yang menjadi dasar dan acuan adalah Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2013 tentang Kriteria Kelulusan Peserta Didik dari Satuan Pendidikan

dan Penyelenggaraan Ujian

Sekolah/Madrasah/Pendidikan

(2)

Fenomena yang muncul menjelang pelaksanaan UN, banyak siswa yang mengalami kecemasan karena takut gagal dalam UN. Untuk itu banyak hal yang dilakukan siswa, diantaranya adalah mengikuti bimbingan belajar (Bimbel) baik yang diadakan oleh sekolah/madrasah maupun oleh pihak swasta, melakukan istighastah dan doa harga yang sangat mahal. Banyak siswa yang terpengaruh dengan tawaran tersebut dan sebagian lagi tidak terpengaruh. Mereka yang terpengaruh karena merasa tidak percaya diri dengan kemampuan yang dimiliki. Oleh sebab itu semakin tinggi ketidakpercayaan diri siswa dalam menghadapi ujian, akan murid-murid sekolah, konselor dituntut untuk memberikan layanan atau intervensi baik yang bersifat preventif maupun kuratif. Hal ini didasarkan pada paradigma bahwa layanan konseling sebagai bagian integratif dari keseluruhan program pendidikan perlu mendapat perhatian yang luas. Keberhasilan layanan konseling di sekolah akan menentukan keberhasilan program

pendidikan secara keseluruhan.

Sebaliknya, kegagalan layanan konseling di sekolah juga akan menentukan kegagalan program pendidikan dalam konteks makro dan mikro (Suryadi, 2010). Berdasarkan latar belakang masalah di atas, t

ujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui persiapan

siswa SMA/MA sederajat dalam

menghadapi Ujian Nasional (UN) dan

tingkat kecemasan yang mereka

hadapi menjelang UN tahun 2013.

Penelitian ini juga bertujuan untuk

mengidentifikasi jenis-jenis intervensi

dan layanan konseling yang diberikan

konselor kepada siswa SMA/MA

sederajat dalam menghadapi UN.

Hasil penelitian ini sangat bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis. Pada tataran teoritis, hasil penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan jenis layanan konseling sekolah dalam menangani kecemasan menghadapi UN. Sedangkan dari segi penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Populasi penelitian ini berjumlah 145 mahasiswa semester I Fakultas Psikologi UIN Jakarta yang sudah lulus Ujian Nasional tahun pelajaran 2012/2013. Sampel penelitian ini berjumlah 136 orang yang dipilih dengan cara non-probability sampling

technique. Dari jumlah tersebut 27

(19.85%0) adalah laki-laki dan 109 (80.15%) adalah perempuan, berusia dari 17 sampai dengan 19 tahun. Dari asal sekolah, sebanyak 107 orang (78.67%) lulusan SMA, 20 orang (14.70%) lulusan MA, dan 9 orang (6.61%) lulusan SMK. Dari segi jurusan, sebanyak 65 orang (47.79%) dari IPA, 60 orang (44.18%) dari IPS, 2 orang (1.47%) dari jurusan Bahasa, dan 9 orang (6.61%) dari berbagai program keahlian di SMK (akuntansi, perhotelan, pariwisata).

(3)

Puspendik Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Secara teoritis dan empiris, ada hubungan yang erat antara pendidikan, bimbingan, dan konseling. Pendidikan tidak bisa dipisahkan dari bimbingan dan konseling. Demikian juga sebaliknya, bimbingan dan konseling tidak bisa dipisahkan dari pendidikan. Hubungan yang bersifat timbal balik ini diilustrasikan dalam gambar sebagai berikut (Gunawan, 1992).

Ujian Nasional merupakan sub-sistem pendidikan nasional. Dalam konteks ini, bimbingan dan konseling yang juga merupakan bagian tidak terpisahkan dari proses pendidikan secara keseluruhan. Oleh sebab itu bimbingan dan konseling mesti memberikan konstribusi dalam kaitannya dengan persiapan siswa menghadapi Ujian Nasional.

Berdasarkan hasil kajian literatur dan temuan empiris di lapangan dapat dikatakan bahwa pelaksanaan UN tahun 2013 merupakan pelaksanaan yang terburuk dalam sejarah pendidikan nasional. Hal ini disebabkan terjadinya keterlambatan distribusi soal oleh pihak percetakan dan kurangnya naskah soal ujian di berbagai provinsi yang berakibat pada penundaan pelaksanaan UN. Karena pelaksanaan UN ditunda, siswa yang sudah mempersiapkan diri sejak awal, dapat dipastikan dirugikan dari segi mental, waktu, dan materi. Sebagai akibat

dari ’ambur adulnya’ pelaksanaan UN dilakukan siswa untuk menghadapi UN?”, hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh (55.15%) mengerjakansoal-soal UN tahun sebelumnya, mengikuti bimbingan belajar di luar sekolah (27.20%), menambah jam belajar (14.70%), dan mendatangkan guru private ke rumah (2.94%).

Terkait dengan alasan mereka

Mengenai kondisi psikologis siswa dalam menghadapi UN, hasil penelitian

Dari segi tingkat kecemasan, lebih dari separuh responsen (53.67%) memiliki tingkat kecemasan sedang, dan 15.44% dari responden memiliki tingkat kecemasan tinggi, dan 7.35% dari responden memiliki tingkat kecemasan rendah.

Adapun alasan yang membuat mereka cemas sangat bervariasi. Alasan tertinggi adalah karena mereka belum menguasai mata pelajaran yang diujikan dengan persentase 44.33%, diikuti dengan alasan kedua karena takut tidak lulus UN dengan persentase 35.57%. Alasan lain adalah karena jumlah paket soal 20 paket dengan persentase 20.19%.

(4)

bahwa pelaksanaan UN masih sarat dengan aksi ketidakjujuran atau kecurangan.

Konselor sekolah memiliki peran yang sangat penting dan strategi untuk meningkatkan tingkat kejujuran siswa dalam mengikuti UN. Dalam konteks ini, sebagian besar responden (69.11%) mengatakan bahwa peran konselor sekolah sangat membantu siswa dalam menghadapi UN. Hanya sebagian kecil (30.88%) dari responden yang mengatakan peran konselor sekolah tidak membantu siswa dala menghadapi UN.

Ketika siswa-siswa menghadapi kesulitan dalam belajar, pihak yang pertama kali dimintai pertolongan oleh siswa adalah guru mata pelajaran dan teman sebaya dengan persentase masing-masing 41.17%. Sedangkan orang tua menduduki peringkat ketiga dengan persentase 4.41%, kemudian konselor sekolah dengan persentase 2.94%, dan wali kelas dengan persentase 1.47%, serta lain-lain (ustadh, guru private, guru bimbel) dengan persentase 8.82%.

Data di atas menarik untuk dianalisis lebih mendalam, mengapa teman sebaya dan orang tua menduduki peringkat tertinggi. Dari segi psikologi perkembangan, masa remaja merupakan masa pencarian indentitas diri dan dalam proses pencarian ini pengaruh teman sebaya sangat signifikan (Santrock, 2009). Sedangkan orang tua, karena siswa sekolah menengah mayoritas masih tinggal bersama orang tua mereka. Oleh karena itu ketika mereka menentukan sekolah pun, dicari sekolah yang memiliki jarak tempuh tidak jauh dari rumah. Dengan demikian, mereka tidak perlu tinggal secara terpisah (kost) dari rumah sendiri. Kondisi seperti ini sangat berbeda dengan mahasiswa yang cenderung mencari perguruan tinggi yang berkualitas meskipun jauh dari rumah

tidak benar dan harus diubah. Pandangan yang benar adalah bahwa konselor sekolah harus mampu membangun kemitraan dengan orang tua murid dan memberdayakan murid-murid sekolah dengan melibatkan mereka dalam program konseling. Dengan pengertian lain, murid-murid sekolah merupakan

potential helpers yang perlu

dipertimbangkan oleh konselor sekolah. Apakah langkah-langkah konkrit yang dilakukan oleh konselor sekolah untuk membantu siswa dalam menghadapi UN? Terhadap pertanyaan ini, hampir semua responden (94.11%) mengatakan perlu diadakan pelatihan cara belajar yang efektif, dan hanya 5.88% yang mengatakan tidak perlu. Responden juga mengatakan bahwa perlu diadakan kelas tambahan dengan persentase 90.44% dan sisanya (9.55%) mengatakan tidak perlu diadakan kelas tambahan. Selain itu, seluruh responden (100%) mengatakan perlu diadakan try out UN.

Selanjutnya, setelah berusaha keras dengan pelatihan cara belajar yang efektif, kelas tambahan, dan try out UN, para responden menganggap perlu diadakan doa bersama dengan persentase 98.52% dan hanya 1.47% yang mengatakan tidak perlu doa bersama. Kecenderungan siswa untuk melakukan doa bersama ini perlu melakukan pendekatan spiritual melalui doa bersama tersebut.

Untuk membantu siswa

(5)

mereka tidak lagi perlu mengikuti bimbingan belajar di luar sekolah.

PENUTUP

Salah satu subsistem pendidikan

nasional adalah penilaian yang di

dalamnya ada Ujian Nasional (UN).

UN sebagai subsistem pendidikan

nasional telah menimbulkan dampak

yang negatif kepada siswa,

diantaranya adalah munculnya

kecemasan (

anxiety

). UN juga telah

mencederai citra sekolah/madrasah

sebagai lembaga pendidikan yang

menjunjung tinggi nilai-nilai moral

dengan adanya sikap ketidakjujuran

siswa dalam mengikuti UN. Dalam

konteks inilah peran konselor sekolah

dituntut untuk memberikan intervensi

dan layanan konseling untuk

membantu siswa sekolah/madrasah

dalam menghadapi UN. Konselor

sekolah memiliki peran yang sangat

penting dan strategi untuk

meningkatkan tingkat kejujuran siswa

dalam mengikuti UN.

Untuk mengatasi rasa cemas yang dirasakan siswa dalam menghadapi UN, konselor perlu memberikan intervensi dan layanan konseling. Dalam pemberian intervensi dan layanan konseling ini, konselor perlu bekerjasama dengan guru mata pelajaran, wali kelas, dan orang tua. Diantara jenis intervensi dan layanan konseling adalah memberikan pelatihan cara belajar yang efektif, mengadakan kelas tambahan, try out UN, dan doa bersama.

(6)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2013). Peraturan Badan Standar Nasional Pendidikan, Nomor: 0020/P/BSNP/I/2013 Tentang Prosedur Operasi Standar Penyelenggaraan Ujian Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah, Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa, Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah, Sekolah Menengah Atas Luar Biasa, Sekolah Menengah Kejuruan, Serta Pendidikan Kesetaraan Program Paket A/Ula, Program Paket B/Wustha, Program

Paket C, dan Program Paket C Kejuruan Tahun Pelajaran 2012/2013. Jakarta:

BSNP.

Gunawan, Yusuf. (1992). Pengantar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT. Gramedia

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2012). Buku Saku Tanya Jawab UN. Jakarta: Kemdikbud.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaa. (2013). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2013 tentang Kriteria Kelulusan Peserta Didik dari Satuan Pendidikan dan Penyelenggaraan Ujian

Sekolah/Madrasah/Pendidikan Kesetaraan dan Ujian Nasional. Jakarta: Kemdikbud.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Santrock, J.W. (2009). Psikologi Pendidikan. Edisi 3 Buku 1.Terjemahan oleh Diana Angelica.Jakarta: Salemba Humanika.

Suryadi, Bambang. (2010). The Role of Public Senior Secondary School Counselors in

East Java, Students’, Teachers’, and Counselors’ Perceptions. Germany: VDM

Referensi

Dokumen terkait

Kontribusi dari penambahan jumlah wajib pajak orang pribadi baru hasil kegiatan ekstensifikasi pada penerimaan pajak penghasilan orang pribadi KPP Pratama Kepanjen yaitu

Analisis dengan membandingkan volume arus kendaraan hasil pembebanan (volau) terhadap volume arus kendaraan data sekunder sebagai data masukan (ul2) untuk setiap

[r]

berupa silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Analisis data hasil tes uraian adalah sebagai berikut: Setelah satu siklus tindakan selesai, kepada siswa diberikan

Hasil wawancara data yang diperoleh sebagai berikut: 28 informan dari 30 orang memberikan.. jawaban bahwa PGMB memiliki

memperhatikan serta siaga terhadap perkembangan baru dalam menjalankan tugas; (e) Persamaan, yakni pemberian perlakuan, pelayanan dan pengabdian yang sama kepada

Analisis Jalur Untuk Riset Bisnis dengan SPSS. Yogyakarta:

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui energi listrik yang dihasilkan oleh generator termoelektrik dengan menggunakan berbagai jenis limbah organik (tatal kayu akasia, tatal