• Tidak ada hasil yang ditemukan

17686839 Isi Makalah dan id. doc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "17686839 Isi Makalah dan id. doc"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Akhir milenium kedua ditandai dengan perubahan besar di Indonesia. Rejim Orde Baru yang telah berkuasa selama 32 tahun yang dipimpin oleh Soeharto akhirnya tumbang. Demokrasi Pancasila versi Orde Baru mulai digantikan dengan demokrasi dalam arti sesungguhnya. Hanya saja tidak mudah mewujudkan hal ini, karena setelah Soeharto tumbang tidak ada kekuatan yang mampu mengarahkan perubahan secara damai, bertahap dan progresif. Yang ada justru muncul berbagai konflik serta terjadi perubahan genetika sosial masyarakat Indonesia. Hal ini tak lepas dari pengaruh krisis moneter yang menjalar kepada krisis keuangan sehingga pengaruh depresiasi rupiah berpengaruh signifikan terhadap kehidupan ekonomi rakyat Indonesia. Inflasi yang dipicu kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) sangat berpengaruh kepada kualitas kehidupan masyarakat. Rakyat Indonesia sebagian besar masuk ke dalam sebuah era demokrasi sesungguhnya dimana pada saat yang sama tingkat kehidupan ekonomi mereka justru tidak lebih baik dibandingkan ketika masa Orde Baru.

Indonesia setidaknya telah melalui empat masa demokrasi dengan berbagai versi. Pertama adalah demokrasi liberal dimasa kemerdekaan. Kedua adalah demokrasi terpimpin, ketika Presiden Soekarno membubarkan konstituante dan mendeklarasikan demokrasi terpimpin. Ketiga adalah demokrasi Pancasila yang dimulai sejak pemerintahan Presiden Soeharto. Keempat adalah demokrasi yang saat ini masih dalam masa transisi.

(2)

Lain pula dengan masa demokrasi Pancasila pada kepemimpinan Soeharto. Stabilitas keamanan sangat dijaga sehingga terjadi pemasungan kebebasan berbicara. Namun tingkat kehidupan ekonomi rakyat relatif baik. Hal ini juga tidak terlepas dari sistem nilai tukar dan alokasi subsidi BBM sehingga harga-harga barang dan jasa berada pada titik keterjangkauan masyarakat secara umum. Namun demikian penyakit korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) semakin parah menjangkiti pemerintahan. Lembaga pemerintahan yang ada di legislatif, eksekutif dan yudikatif terkena virus KKN ini. Selain itu, pemasungan kebebasan berbicara ternyata menjadi bola salju yang semakin membesar yang siap meledak. Bom waktu ini telah terakumulasi sekian lama dan ledakannya terjadi pada bulan Mei 1998.

Selepas kejatuhan Soeharto, selain terjadinya kenaikan harga barang dan jasa beberapa kali dalam kurun waktu 8 tahun terakhir, instabilitas keamanan dan politik serta KKN bersamaan terjadi sehingga yang paling terkena dampaknya adalah rakyat kecil yang jumlahnya mayoritas dan menyebabkan posisi tawar Indonesia sangat lemah di mata internasional akibat tidak adanya kepemimpinan yang kuat. Namun demikian, demokratisasi yang sedang berjalan di Indonesia memperlihatkan beberapa kemajuan dibandingkan masa-masa sebelumnya. Pemilihan umum dengan diikuti banyak partai adalah sebuah kemajuan yang harus dicatat. Disamping itu pemilihan presiden secara langsung yang juga diikuti oleh pemilihan kepala daerah secara langsung adalah kemajuan lain dalam tahapan demokratisasi di Indonesia. Diluar hal tersebut, kebebasan mengeluarkan pendapat dan menyampaikan aspirasi di masyarakat juga semakin meningkat. Para kaum tertindas mampu menyuarakan keluhan mereka di depan publik sehingga masalah-masalah yang selama ini terpendam dapat diketahui oleh publik. Pemerintah pun sangat mudah dikritik bila terlihat melakukan penyimpangan dan bisa diajukan ke pengadilan bila terbukti melakukan kesalahan dalam mengambil suatu kebijakan publik.

(3)

Sebagai contoh, munculnya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dirasakan mampu menimbulkan efek jera para koruptor dengan dipenjarakannya beberapa koruptor. Namun di sisi lain, para pengemplang dana bantuan likuiditas bank Indonesia (BLBI) mendapat pengampunan yang tidak sepadan dengan ”dosa-dosa” mereka terhadap perekonomian.

Namun demikian, masih ada sisi positif yang bisa dilihat seperti lahirnya undang-undang sistem pendidikan nasional yang mengamanatkan anggaran pendidikan sebesar 20 persen. Demikian pula rancangan undang-undang anti pornografi dan pornoaksi yang masih dibahas di parlemen. Rancangan undang-undang ini telah mendapat masukan dan dukungan dari ratusan organisasi Islam yang ada di tanah air. Hal ini juga memperlihatkan adanya partisipasi umat Islam yang meningkat dalam perkembangan demokrasi di Indonesia. Sementara undang-undang sistem pendidikan nasional yang telah disahkan parlemen juga pada masa pembahasannya mendapat dukungan yang kuat dari berbagai organisasi Islam.

Sementara itu, ekonomi di era demokrasi ternyata mendapat pengaruh besar dari kapitalisme internasional. Hal ini menyebabkan dilema. Bahkan di tingkat pemerintah, ada kesan mereka tunduk dibawah tekanan kapitalis internasional yang tidak diperlihatkan secara kasat mata kepada publik namun bisa dirasakan.

B. Hubungan Antara Demokrasi dan Kesejahteraan

Amartya Sen, penerima nobel bidang ekonomi menyebutkan bahwa demokrasi dapat mengurangi kemiskinan. Pernyataan ini akan terbukti bila pihak legislatif menyuarakan hak-hak orang miskin dan kemudian pihak eksekutif melaksanakan program-program yang efektif untuk mengurangi kemiskinan. Sayangnya, dalam masa transisi ini, hal itu belum terjadi secara signifikan.

(4)

Demokrasi dalam arti sebenarnya terkait dengan pemenuhan hak asasi manusia. Dengan demikian ia merupakan fitrah yang harus dikelola agar menghasilkan output yang baik. Setiap manusia memiliki hak untuk menyampaikan pendapat, berkumpul, berserikat dan bermasyarakat. Dengan demikian, demokrasi pada dasarnya memerlukan aturan main.

Aturan main tersebut sesuai dengan nilai-nilai Islam dan sekaligus yang terdapat dalam undang-undang maupun peraturan pemerintah. Di masa transisi, sebagian besar orang hanya tahu mereka bebas berbicara, beraspirasi, berdemonstrasi. Namun aspirasi yang tidak sampai akan menimbulkan kerusakan. Tidak sedikit fakta yang memperlihatkan adanya pengrusakan ketika terjadinya demonstrasi menyampaikan pendapat. Untuk itu orang memerlukan pemahaman yang utuh agar mereka bisa menikmati demokrasi.

Demokrasi di masa transisi tanpa adanya sumber daya manusia yang kuat akan mengakibatkan masuknya pengaruh asing dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ini adalah tantangan yang cukup berat juga dalam demokrasi yang tengah menapak. Pengaruh asing tersebut jelas akan menguntungkan mereka dan belum tentu menguntungkan Indonesia. Dominannya pengaruh asing justru mematikan demokrasi itu sendiri karena tidak diperbolehkannya perbedaan pendapat yang seharusnya menguntungkan Indonesia. Standar ganda pihak asing juga akan menjadi penyebab mandulnya demokrasi di Indonesia.

Anarkisme yang juga menggejala pasca kejatuhan Soeharto juga menjadi tantangan bagi demokrasi di Indonesia. Anarkisme ini merupakan bom waktu era Orde Baru yang meledak pada saat ini. Anarkisme pada saat ini seolah-olah merupakan bagian dari demonstrasi yang sulit dielakkan, dan bahkan kehidupan sehari-hari. Padahal anarkisme justru bertolak belakang dengan hak asasi manusia dan nilai-nilai Islam. Harapan dari adanya demokrasi yang mulai tumbuh adalah ia memberikan manfaat sebesar-besarnya untuk kemaslahatan umat dan juga bangsa. Misalnya saja, demokrasi bisa memaksimalkan pengumpulan zakat oleh negara dan distribusinya mampu mengurangi kemiskinan. Disamping itu demokrasi diharapkan bisa menghasilkan pemimpin yang lebih memperhatikan kepentingan rakyat banyak seperti masalah kesehatan dan pendidikan.

(5)

Harapan rakyat banyak tentunya adalah pada masalah kehidupan ekonomi mereka serta bidang kehidupan lainnya. Demokrasi membuka celah berkuasanya para pemimpin yang peduli dengan rakyat dan sebaliknya bisa melahirkan pemimpin yang buruk. Harapan rakyat akan adanya pemimpin yang peduli di masa demokrasi ini adalah harapan dari implementasi demokrasi itu sendiri.

Di masa transisi ini, implementasi demokrasi masih terbatas pada kebebasan dalam berpolitik, sedangkan masalah ekonomi masih terpinggirkan. Maka muncul kepincangan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Politik dan ekonomi adalah dua sisi yang berbeda dalam sekeping mata uang, maka masalah ekonomi pun harus mendapat perhatian yang serius dalam implementasi demokrasi agar terjadi penguatan demokrasi.

(6)

II. INDONESIA DAN KEPEMIMPINAN ISLAM

Semenjak kemerdekaan 17 agustus 1945, Undang Undang Dasar 1945 memberikan penggambaran bahwa Indonesia adalah negara demokrasi.Dalam mekanisme kepemimpinannya Presiden harus bertanggung jawab kepada MPR dimana MPR adalah sebuah badan yang dipilih dari Rakyat. Sehingga secara hirarki seharusnya rakyat adalah pemegang kepemimpinan negara melalui mekanisme perwakilan yang dipilih dalam pemilu. Indonesia sempat mengalami masa demokrasi singkat pada tahun 1956 ketika untuk pertama kalinya diselenggarakan pemilu bebas di indonesia, sampai kemudian Presiden Soekarno menyatakan demokrasi terpimpin sebagai pilihan sistem pemerintahan. Setelah mengalami masa Demokrasi Pancasila, sebuah demokrasi semu yang diciptakan untuk melanggengkan kekuasaan Soeharto, Indonesia kembali masuk kedalam alam demokrasi pada tahun 1998 ketika pemerintahan junta militer Soeharto tumbang. Pemilu demokratis kedua bagi Indonesia terselenggara pada tahun 1999 yang menempatkan Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan sebagai pemenang Pemilu.

A. Hukum Islam tentang Kepemimpinan

Pada 8 Juli mendatang akan diselenggarakan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2009. Pemilihan presiden dan wakilnya, dalam Islam termasuk dalam pasal pengangkatan kepada negara (nashb al-ra’is), yang hukumnya terkait dengan dua konteks, yaitu person dan sistem.

Dalam kaitannya dengan person, Islam menetapkan bahwa seorang kepala negara harus memenuhi syarat-syarat pengangkatan (syurutul in’iqadz), yaitu sejumlah keadaan yang akan menentukan sah dan tidaknya orang menjadi kepala negara. Syarat-syarat itu adalah (1) Muslim; (2) Baligh; (3) Berakal; (4) Laki-laki; (5) Merdeka; (6) Adil atau tidak fasik; dan (7) Mampu melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai kepala negara. Tidak terpenuhinya salah satu saja dari syarat-syarat di atas, cukup membuat pengangkatan seseorang menjadi kepala negara menjadi tidak sah.

(7)

Hanya dengan cara itu sajalah, segala tujuan mulia dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara akan tercapai. Memimpin dengan sistem yang lain, selain Islam sudah terbukti tidak pernah menghasilkan kebaikan, malah kerusakan dan bencana. Lebih jauh al-Qur’an menyatakan:

”Dan, siapa saja yang tidak memerintah berdasarkan apa yang diturunkan oleh Allah, maka mereka itu adalah orang-orang kafir.” (Q.s. al-Maidah [05]: 44)

”Dan, siapa saja yang tidak memerintah berdasarkan apa yang diturunkan oleh Allah, maka mereka itu adalah orang-orang dzalim.” (Q.s. al-Maidah [05]: 45)

”Dan, siapa saja yang tidak memerintah berdasarkan apa yang diturunkan oleh Allah, maka mereka itu adalah orang-orang fasik.” (Q.s. al-Maidah [05]: 47)

Nash-nash tersebut merupakan peringatan yang keras dari Allah kepada siapa saja yang berkuasa dan memerintah bukan dengan hukum Allah.

Selain itu, al-Quran surah an-Nisa ayat 59, Allah SWT memerintahkan orang beriman untuk taat kepada ulil Amri. Ayat itu juga menegaskan, adanya waliyul amri tidak lain adalah demi tegaknya syariat Islam. Sebab, perintah taat kepada ulil amri tersebut mengiringi perintah taat kepada Allah dan Rasul-Nya.

(8)

B. Kepemimpinan Islam

Kerahmatan Islam sebagaimana dijanjikan oleh Allah juga hanya mungkin bila syariat Islam tersebut dilaksanakan secara kaffah, menyeluruh dan konsisten. Kepala negara yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, pasti akan memimpin negara dan masyarakatnya dengan melaksanakan syariat-Nya dengan penuh taat pula. Dia juga akan mendorong setiap Muslim untuk tekun beribadah, menjaga makanan dan minuman halal, menutup aurat dan berakhlak mulia serta bermuamalah secara Islami.

Dengan syariat, dia akan memimpin negara untuk mewujudkan kehidupan masyarakat yang berakhlak mulia, aman, damai, sejahtera; menyediakan pelayanan pendidikan, kesehatan dan infrastruktur transportasi dan komunikasi, air dan listrik kepada masyarakat dengan sebaik-baiknya melalui aparat birokrasi pemerintah yang bertindak jujur, sungguh-sungguh dan amanah sehingga apa yang disebut good governance dan clean government benar-benar dapat diwujudkan.

Disamping itu, dengan syariat pula kepala negara akan menyelesaikan berbagai persoalan di tengah masyarakat. Dia dengan tegas melarang pornografi, pornoaksi dan perjudian; menghukum setimpal para koruptor dan para penjahat lain; mengatasi kemiskinan dengan menumbuhkan ekonomi, menggiatkan sektor usaha dan investasi sehingga lapangan kerja terbuka, melarang penimbunan uang dan praktek ribawi dalam segala jenisnya agar uang terus berputar dan ekonomi juga terus tumbuh.

(9)

Dalam Islam, karena yang berhak membuat hukum hanyalah Allah SWT, bukan rakyat ataupun kepala negara. Maka, kepala negara yang dipilih rakyat berkewajiban melaksanakan hukum Allah dengan cara mengadopsi syariat Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan al-Sunnah yang dinilai sebagai pendapat terkuat untuk dijadikan undang-undang negara, dan dengan undang-undang itu kepala negara mengurus segala kepentingan masyarakat.

Dengan demikian, kepala negara dalam sistem politik Islam merupakan perwujudan dari kekuasaan di tangan rakyat guna mewujudkan kedaulatan syariat, bukan kedaulatan rakyat. Di sini, umat atau rakyat melalui momen Pilpres ini sebenarnya ikut menentukan, apakah hukum yang diterapkan nantinya adalah hukum Islam ataukah hukum thaghut?

Apakah kedaulatan tetap berada di tangan manusia, seperti selama ini? Ataukah akan berubah di tangan syariat, sebagaimana yang dituntut oleh Allah? Berangkat dari kenyataan di atas, maka dalam memilih kepala negara, setiap Muslim harus memperhatikan hal berikut:

1) Memilih kepala negara yang memenuhi syarat-syarat pengangkatan (surutu al-in’iqadz), yakni Muslim (haram mengangkat kepala negara non-Muslim), laki-laki (haram mengangkat kepala negara wanita), baligh, berakal, adil (konsisten dalam menjalankan aturan Islam), merdeka dan mampu melaksanakan amanat sebagai kepala negara. Selain syarat-syarat tadi, diutamakan kepala negara memiliki syarat afdhaliyah (keutamaan) seperti mujtahid, pemberani dan politikus ulung.

2) Bersedia mengubah sistem sekuler yang ada, dan melaksanakan syariat Islam secara kaffah, menyeluruh dan konsisten. Kepala negara memiliki seluruh otoritas yang diperlukan untuk melaksanakan hukum, maka tidak alasan untuk menunda apalagi menolak melaksanakan syariat Islam.

(10)

III. DEMOKRASI DAN PILPRES

A. Demokrasi

1. Makna Demokrasi

Pengkajian politik yang sesungguhnya mulai dilakukan pada waktu orang yakin dapat membentuk pemerintahan sendiri sesuai dengan asas-asas yang dapat dipahami akal. Penemuan itu terjadi pada masa Yunani kuno, tatkala untuk pertama kalinya, alam semesta tidak lagi merupakan daerah kekuasaan para dewa. Kenyataan-kenyataan dunia fisik mulai dapat dipahami sebagai ilmu pengetahuan. Mula-mula Plato, kemudian Aristoteles, mengemukakan gagasan bahwa dengan menerapkan beberapa asas nalar tertentu dalam tindakan yang menyangkut masalah-masalah kemanusiaan, manusia dapat memerintah dirinya sendiri. Sejak itu dalam politik hubungan antara ilmu pengetahuan dan nalar senantiasa penting.

Istilah "demokrasi" berasal dari Yunani Kuno yang diutarakan di Athena kuno pada abad ke-5 SM. Negara tersebut biasanya dianggap sebagai contoh awal dari sebuah sistem yang berhubungan dengan hukum demokrasi modern. Namun, arti dari istilah ini telah berubah sejalan dengan waktu, dan definisi modern telah berevolusi sejak abad ke-18, bersamaan dengan perkembangan sistem "demokrasi" di banyak negara.

Kata "demokrasi" berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, dan kratos/cratein yang berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Konsep demokrasi menjadi sebuah kata kunci tersendiri dalam bidang ilmu politik. Hal ini menjadi wajar, sebab demokrasi saat ini disebut-sebut sebagai indikator perkembangan politik suatu negara.

Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut.

2. Pilar Demokrasi

(11)

ini diperlukan agar ketiga lembaga negara ini bisa saling mengawasi dan saling mengontrol berdasarkan prinsip checks and balances.

Ketiga jenis lembaga-lembaga negara tersebut adalah lembaga-lembaga pemerintah yang memiliki kewenangan untuk mewujudkan dan melaksanakan kewenangan eksekutif, lembaga-lembaga pengadilan yang berwenang menyelenggarakan kekuasaan judikatif dan lembaga-lembaga perwakilan rakyat (DPR, untuk Indonesia) yang memiliki kewenangan menjalankan kekuasaan legislatif. Di bawah sistem ini, keputusan legislatif dibuat oleh masyarakat atau oleh wakil yang wajib bekerja dan bertindak sesuai aspirasi masyarakat yang diwakilinya (konstituen) dan yang memilihnya melalui proses pemilihan umum legislatif, selain sesuai

hukum dan peraturan.

3. Kedaulatan Rakyat

Selain pemilihan umum legislatif, banyak keputusan atau hasil-hasil penting, misalnya pemilihan presiden suatu negara, diperoleh melalui pemilihan umum. Pemilihan umum tidak wajib atau tidak mesti diikuti oleh seluruh warganegara, namun oleh sebagian warga yang berhak dan secara sukarela mengikuti pemilihan umum. Sebagai tambahan, tidak semua warga negara berhak untuk memilih (mempunyai hak pilih).

Kedaulatan rakyat yang dimaksud di sini bukan dalam arti hanya kedaulatan memilih presiden atau anggota-anggota parlemen secara langsung, tetapi dalam arti yang lebih luas. Suatu pemilihan presiden atau anggota-anggota parlemen secara langsung tidak menjamin negara tersebut sebagai negara demokrasi sebab kedaulatan rakyat memilih sendiri secara langsung presiden hanyalah sedikit dari sekian banyak kedaulatan rakyat. Walapun perannya dalam sistem demokrasi tidak besar, suatu pemilihan umum sering dijuluki pesta demokrasi. Ini adalah akibat cara berpikir lama dari sebagian masyarakat yang masih terlalu tinggi meletakkan tokoh idola, bukan sistem pemerintahan yang bagus, sebagai tokoh impian ratu adil. Padahal sebaik apa pun seorang pemimpin negara, masa hidupnya akan jauh lebih pendek daripada masa hidup suatu sistem yang sudah teruji mampu membangun negara. Banyak negara demokrasi hanya memberikan hak pilih kepada warga yang telah melewati umur tertentu, misalnya umur 18 tahun, dan yang tak memiliki catatan kriminal (misal, narapidana atau bekas narapidana).

(12)

Selepas kejatuhan Soeharto, selain terjadinya kenaikan harga barang dan jasa beberapa kali dalam kurun waktu 8 tahun terakhir, instabilitas keamanan dan politik serta KKN bersamaan terjadi sehingga yang paling terkena dampaknya adalah rakyat kecil yang jumlahnya mayoritas dan menyebabkan posisi tawar Indonesia sangat lemah di mata internasional akibat tidak adanya kepemimpinan yang kuat.

Namun demikian, demokratisasi yang sedang berjalan di Indonesia memperlihatkan beberapa kemajuan dibandingkan masa-masa sebelumnya. Pemilihan umum dengan diikuti banyak partai adalah sebuah kemajuan yang harus dicatat. Disamping itu pemilihan presiden secara langsung yang juga diikuti oleh pemilihan kepala daerah secara langsung adalah kemajuan lain dalam tahapan demokratisasi di Indonesia. Diluar hal tersebut, kebebasan mengeluarkan pendapat dan menyampaikan aspirasi dimasyarakat juga semakin meningkat. Para kaum tertindas mampu menyuarakan keluhan mereka di depan publik sehingga masalah-masalah yang selama ini terpendam dapat diketahui oleh publik. Pemerintah pun sangat mudah dikritik bila terlihat melakukan penyimpangan dan bisa diajukan ke pengadilan bila terbukti melakukan kesalahan dalam mengambil suatu kebijakan publik.

Jika diasumsikan bahwa pemilihan langsung akan menghasilkan pemimpin yang mampu membawa masyarakat kepada kehidupan yang lebih baik, maka seharusnya dalam beberapa tahun ke depan Indonesia akan mengalami peningkatan taraf kesejahteraan masyarakat. Namun sayangnya hal ini belum terjadi secara signifikan. Hal ini sebagai akibat masih terlalu kuatnya kelompok yang pro-KKN maupun anti perbaikan.

1. Dasar Hukum Pemilihan Presiden Langsung

Sebagai acuan dalam penyelenggaraan pemilihan presiden secara langsung maka Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Presiden Republik Indonesia mengeluarkan Undang-Undang Tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden. Yakni Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008.

(13)

Selain itu ada Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2009 tentang penetapan hari pemilihan umum presiden dan wakil presiden tahun 2009 sebagai hari libur nasional. Upaya ini dilakukan dengan harapan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penyaluran aspirasinya dengan mencontreng pada hari yang telah ditetapkan yakni tanggal 8 Juli 2009.

Dan untuk mengaplikasikan perundang-undangan tersebut, sebagai komisi yang menyelenggarakan pemilihan presiden dan wakil presiden, Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menerbitkan berbagai peraturan-peraturan teknis guna mensukseskan terselenggaranya pilpres yang langsung, umum, bebas dan rahasia serta jujur dan adil.

2. Peserta Pilpres 2009

Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia Tahun 2009 (biasa disingkat Pilpres 2009) diselenggarakan untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden Indonesia periode 2009-2014. Terdapat tiga pasangan calon presiden dan wakil presiden yang menjadi peserta, yaitu Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto, Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono, dan Muhammad Jusuf Kalla-Wiranto. Pemungutan suara diselenggarakan pada 8 Juli 2009.

(14)

Pada kenyataannya, sampai dengan batas akhir masa pendaftaran pada 16 Mei 2009, hanya 3 bakal pasangan calon presiden dan wakil presiden yang mendaftarkan keikutsertaannya kepada Komisi Pemilihan Umum. Pada 29 Mei 2009, ketiga bakal pasangan calon tersebut kemudian ditetapkan sebagai pasangan calon presiden dan wakil presiden peserta Pilpres 2009.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 42 Tahun 2008, pengajuan pasangan calon presiden dan wakil presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat 2009 yang memperoleh minimal 20% dari jumlah kursi DPR atau 25% dari jumlah suara sah nasional.

Di bawah ini adalah gambar dan nama-nama para kontestan yang akan berlaga di pilpres untuk memperebutkan RI-1 dan RI -2 beserta partai-partai koalisi yang mengusung mereka sesuai dengan nomor urut.

Gambar capres dan cawapres serta partai pendukung

No.

urut presidenCalon Calon wakilpresiden

Partai politik pengusul

Partai politik Persentasesuara sah Persentasekursi DPR

(15)

Berdasarkan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 45 Tahun 2009 yang berisi tentang Perubahan terhadap Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Tahapan, Program dan Jadual Penyelenggaraan Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2009 sebagaimana diubah dengan peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 32 Tahun 2009. Disebutkan bahwa tahapan pelaksanaan pilpres terbagi menjadi beberapa tahap, diantaranya :

a. Persiapan

Pada tahap ini dilakukan kegiatan-kegiatan meliputi :

- Penyusunan dan pembahasan peraturan penyelenggaraan pemilu presiden dan wakil presiden. Tahap ini dijadualkan mulai tanggal 01 Januari 2009 sampai dengan tanggal 30 Mei 2009

- Sosialisasi informasi atau pendidikan pemilih kepada masyarakat dilakukan mulai tanggal 01 Pebruari 2009 sampai dengan 20 Oktober 2009.

- Simulasi pengolahan data dan perhitungan suara secara manual dan elektronik di tingkat TPS tanggal 01 Mei 2009 sampai dengan 30 Mei 2009.

- Rapat kerja / bintek KPU propinsi dan tim pembina pemilu luar negeri dilaksanakan pada tanggal 01 Pebruari 2009 sampai tanggal 30 Mei 2009.

- Rapat kerja atau bintek regional KPU, KPU propinsi dan KPU kabupaten/kota dilaksanakan pada tanggal 10 Pebruari 2009 sampai tanggal 30 Mei 2009.

- Pembentukan PPK, PPS dan PPDP serta PPLN, KPPSLN dan PPDPLN tanggal 01 Pebruari 2009 sampai 30 April 2009.

- Pembentukan KPPS dan KPPSLN tanggal 15 Juni 2009 sampai 15 Juli 2009.

b. Pelaksanaan

Fase pelaksanaan ini meliputi :

- Pemutakhiran dan penyusunan daftar pemilih, dilakukan mulai tanggal 10 April 2009 sampai tanggal 31 Mei 2009.

(16)

pasangan calon oleh parpol atau gabungan parpol dan pengambilan formulir pencalonan di KPU sampai pada tahap pengundian dan penetapan nomor urut serta pengumuman pasangan calon.

- Pengadaan, pencetakan dan distribusi mulai tanggal 01 Pebruari 2009 sampai pada tanggal 07 Juli 2009.

- Kampanye calon, dimulai tanggal 28 Mei 2009 sampai pada Masa tenang yakni tanggal 07 Juli 2009.

- Pemungutan dan perhitungan suara yang dimulai dari persiapan pada tanggal 03 Mei 2009 sampai pidato ketua KPU menjelang pemungutan suara pada tanggal 07 Juli 2009. Selanjutnya adalah pelaksanaan yang meliputi pemungutan suara dan perhitungan suara pada tanggal 08 Juli 2009 sampai pada penetapan dan pengumuman hasil pemilu tahap I secara nasional oleh KPU yang dijadwalkan berakhir pada tanggal 27 Juli 2009.

- Perselisihan hasil pemilu presiden dan wakil presiden dijadualkan dilaksanakan mulai pada tanggal 28 Juli sampai pada penyelesaian pada tanggal 11 Agustus 2009.

- Penetapan hasil pemilu pasca putusan Mahkamah Konstitusi dialokasikan waktu dari tanggal 01 Agustus 2009 sampai tanggal 12 Agustus 2009.

- Pelantikan dan sumpah / janji presiden dan wakil presiden terpilih pada tanggal 20 Oktober 2009.

Demikian alokasi waktu sebagaimana yang telah dijadualkan pihak KPU untuk melaksanakan pemilihan presiden dan wakil presiden secara langsung dalam sekali putaran.

Sebenarnya sebagaimana termaktub dalam peraturan KPU dengan nomor dan tanggal yang sama telah ditetapkan juga jadual untuk antisipasi pilpres ini dalam dua kali putaran. Namun, kenyataannya pilpres selesai dalam waktu satu kali putaran, sebagaimana nanti akan dibahas oleh penulis pada bab selanjutnya.

(17)

Pada tanggal 29 Mei 2009, KPU mengumumkan jumlah harta kekayaan calon presiden dan wakil presiden peserta Pilpres 2009. Berikut adalah jumlah yang diumumkan KPU:

 Megawati Soekarnoputri: Rp256.447.223.594

 Prabowo Subianto: Rp1.579.376.223.359 dan US$7.572.916

 Susilo Bambang Yudhoyono: Rp6.848.049.611 dan US$246.359

 Boediono: Rp22.067.815.019 dan US$15.000

 Muhammad Jusuf Kalla: Rp314.530.794.307 dan US$25.668

 Wiranto: Rp81.748.591.938 dan US$378.625

5. Penerimaan Dana Kampanye

Sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Pasal 99 ayat (3) yang menjelaskan bahwa KPU mengumumkan penerimaan dana kampanye calon kepada KPU, KPU Propinsi dan KPU Kabupaten/Kota.

Maka pada Senin malam, tanggal 6 Juli 2009 Ketua KPU, Abdul Hafiz Anshary didampingi oleh Anggota KPU Endang Sulastri, dan I Gusti Putu Artha di Ruang Rapat Lanti II KPU, Jalan Imam Bonjol No. 29 Jakarta Pusat menyatakan penerimaan dana kampanye tiap pasangan calon yang tercatat sampai tanggal 5 Juli 2009 dengan perincian; 1. Pasangan Capres dan Cawapres Megawati Soekarnoputri dan Prabowo Subianto adalah sebesar Rp. 257. 600.050.000,-. 2. Pasangan Capres dan Cawapres Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono berjumlah Rp. 200. 470. 446. 232,-. 3. Pasangan Jusuf Kalla dan Wiranto sebesar 83. 327. 864. 390,-.

6. Kampanye Capres dan Cawapres

Kampanye Pilpres 2009 diselenggarakan pada 2 Juni hingga 4 Juli 2009 dalam bentuk rapat umum dan debat calon (sebelumnya dijadualkan pada 12 Juni hingga 4 Juli 2009). Materi kampanye meliputi visi, misi, dan program pasangan calon. Kampanye dalam bentuk rapat umum berlangsung selama 24 hari dalam 3 putaran, mulai dari 11 Juni hingga 4 Juli 2009.

(18)

i. Megawati-Prabowo

 Visi: "Gotong royong membangun kembali Indonesia raya yang berdaulat, bermartabat, adil, dan makmur"

 Misi:

o Menegakkan kedaulatan dan kepribadian bangsa yang

bermartabat.

o Mewujudkan kesejahteraan sosial dengan memperkuat ekonomi kerakyatan.

o Menyelenggarakan pemerintahan yang tegas dan efektif.

ii. SBY-Boediono

 Visi: "Terwujudnya Indonesia yang sejahtera, demokratis, dan berkeadilan"

 Misi:

o Melanjutkan pembangunan menuju Indonesia yang sejahtera. o Memperkuat pilar-pilar demokrasi.

o Memperkuat dimensi keadilan di semua bidang.

iii. JK-Wiranto

 Visi: "Indonesia yang adil, mandiri, dan bermartabat"

 Misi:

o Tercapainya ekonomi bangsa yang mandiri, berdaya saing,

dan berkeadilan demi terwujudnya kesejahteraan masyarakat.

o Mewujudkan pemerintahan yang bersih, berwibawa, demokratis dengan pengambilan keputusan yang cepat dan tepat.

o Mewujudkan kesejahteraan sosial, ketahanan budaya dan

otonomi daerah yang sehat, efisien dan efektif untuk lebih memantapkan integrasi nasional yang lebih menjamin kebhinnekaan.

o Mewujudkan bangsa yang aman, tenteram dan damai dengan

penegakan hukum dan hak asasi manusia.

o Mewujudkan Indonesia yang dihormati dan disegani oleh

bangsa-bangsa lain dalam bidang ekonomi dan politik.

(19)

 Megawati-Prabowo: Rp15,5 miliar

 SBY-Boediono: Rp20,075 miliar

 JK-Wiranto: Rp10 miliar

Berikutnya, penerimaan dana kampanye masing-masing pasangan calon adalah:

 Megawati-Prabowo: Rp257.600.050.000 per 5 Juli pukul 18.35 WIB

 SBY-Boediono: Rp200.470.446.232 per 5 Juli pukul 11.30 WIB

 JK-Wiranto: Rp83.327.864.390 per 5 Juli pukul 20.30 WIB

7. Debat Calon Presiden dan Wakil Presiden

Debat calon presiden diselenggarakan sebanyak 3 kali, sedangkan debat calon wakil presiden diselenggarakan sebanyak 2 kali. Total alokasi waktu untuk setiap debat adalah 2 jam, dengan konten debat 90 menit yang terdiri dari pemaparan visi, misi, dan program calon selama 7 hingga 10 menit, pertanyaan oleh moderator dan jawaban calon selama 30 menit, pertanyaan oleh moderator dan jawaban calon serta tanggapan calon lain selama 30 menit, serta pernyataan penutup dari masing-masing calon selama 5 menit.

Setiap debat diselenggarakan oleh stasiun televisi nasional yang telah ditentukan oleh KPU. Berikut adalah rincian debat capres dan cawapres Pilpres 2009.

Bagan Debat Capres dan Cawapres 2009

Waktu Peserta Materi Moderator penyelenggaraStasiun TV

Kamis, 18

Juni 2009 Cawapres Pembangunan Jati Diri Bangsa

Komaruddin Hidayat (Rektor UIN Syarif

Hidayatullah) SCTV

Kamis, 25

Juni 2009 Capres Mengentaskan Kemiskinan dan Pengangguran Aviliani (Ekonom INDEF) MetroTV Selasa, 30

Juni 2009 Cawapres Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia Fahmi Idris (Ketua IDI) tvOne Kamis, 2

Juli 2009 Capres NKRI, Demokrasi, dan Otonomi Daerah Pratikno (Dekan Fisipol UGM) RCTI

(20)

ξ Isu ambalat

1. Megawati-Prabowo menyatakan bahwa akan segera membenahi anggaran pertahanan, agar kekuatan TNI disegani di kawasan ASEAN seperti masa lalu.

2. SBY-Boediono berjanji untuk segera memulihkan anggaran pertahanan agar pertahanan nasional ke depan lebih siap dan tanggap menghadapi segala macam perubahan.

3. Sementara JK-Wiranto akan menambah anggaran pertahanan dan kekuatan TNI lebih berdaya guna.

ξ Ekonomi Neoliberal

1. Megawati-Prabowo menyatakan bahwa haluan ekonomi yang selama ini gagal memakmurkan rakyat Indonesia perlu diubah ke ekonomi yang lebih pro rakyat tetapi tetap membuka investasi asing.

2. Sedang SBY-Boediono berjanji untuk tidak sepenuhnya menyerahkan perekonomian kepada pasar, intervensi pemerintah diperlukan untuk mendukung perekonomian dengan aturan yang jelas dan adil.

3. Sementara JK-Wiranto akan mengembalikan amanat konstitusional yang menciptakan ekonomi yang bermartabat dan mandiri serta memanfaatkan kemampuan sumber daya alam dan sumber daya manusia Indonesia.

ξ Pejabat berbisnis

1. Sebut saja pemerintahan yang mana? Sebab dari pemerintah Soeharto sampai Megawati roda pemerintahan disusun berdasarkan GBHN. Sedang pada masa SBY hanya berdasarkan janji politik yang dituangkan dalam rencana pembangunan jangka menengah dan jangka panjang selama lima tahun memerintah. Demikian kira-kira pernyataan Megawati.

2. Sedang menurut SBY kerajaan dan gurita bisnis keluarga pejabat di pemerintahan masa lalu membuat negara semakin jatuh.

(21)

merupakan tindakan diskriminatif dan melanggar HAM sebab setiap orang mempunyai hak dan kesempatan yang sama.

ξ Jilbab

1. Megawati mengatakan bahwa demokrasi merupakan jalan yang damai, jangan menyinggung ras dan agama. Abad 21 masih ngomong itu? Memalukan. Pakai jilbab, silahkan!

2. “Isu jilbab kita biarkan saja berjalan alamiah, masak kalau isu itu muncul lantas kita ikut-ikutan pakai jilbab?” demikian kata SBY.

3. Terakhir JK memaparkan bahwa dia tidak terpikir menjadikan penggunaan jilab sebagai isu kampanye apalagi keinginan untuk mempolitisasi agama.

Selama masa kampanye ini masing-masing calon telah menyiapkan tim ekonomi yang mendampingi mereka dalam menyikapi soal ekonomi yang menjadi agenda utama dari pertanyaan calon pemilih. Mega-Pro menjadikan Hendrawan, Irwan Sugema, Sri Adiningsih dan Endang Thahari sebagai pakar ekonominya. SBY-Boediono menggandeng Raden Pardede, Chatib Basri dan Dawin Zahedy Saleh. Sementara calon terkhir, JK-Win menjadikan Fahmi Idris, Fuad Bawazir, Kwik Kian Gie, Sofyan Wanandi, Tadjudin Noer said, Aviliani, Drajad Wibowo, Fadhil Hasan, Erani Yustika serta Ichsan Modjo sebagai penjaga gawang rancangan ekonomi mereka.

9. Kampanye Hitam

Hal ini perlu diangkat karena penulis menganggap realita ini penting sebagai salah satu fenomena bahwa masih adanya indikasi black campaign, kampanye hitam di sela-sela bangunan egaliterian yang dibawa oleh konsep demokrasi. Selanjutnya kenyataan ini akan tetap menjadi catatan sejarah perjalanan demokratisasi yang terjadi di negeri ini.

(22)

Sebagai bagian dari dukungan kepada SBY-Boediono, Denny J.A., Direktur Eksekutif Lingkaran Survei Indonesia (LSI) dan Lembaga Studi Demokrasi (LSD), mengumumkan memimpin gerakan "Pilpres Satu Putaran Saja". Hal ini memicu protes dari kedua pasangan calon pesaing yang selama ini mengharapkan pilpres dapat berlangsung dalam dua putaran agar dapat mengalahkan SBY-Boediono yang dalam berbagai hasil survei hampir selalu memperoleh dukungan di atas 50%. Meresponnya, JK menyatakan bahwa ia optimis JK-Wiranto juga punya peluang untuk menang dalam satu putaran, sementara Prabowo mengatakan bahwa pilpres satu putaran boleh saja dilakukan asalkan dilaksanakan secara demokratis.

Din Syamsudin, Ketua Umum PP Muhammadiyah yang secara terbuka menyatakan dukungannya kepada JK-Wiranto, mengatakan bahwa ia kecewa pada tim kampanye capres tertentu yang menyerukan pilpres satu putaran, apalagi ada salah satu lembaga survei mendukung wacana tersebut. Ia juga mewanti-wanti agar jangan sampai ada orang KPU yang ikut menyuarakan hal tersebut, apalagi dengan alasan dana. Dalam debat capres putaran terakhir pada tanggal 2 Juli 2009, JK menanyakan kepada SBY mengenai keberadaan iklan-iklan kampanye pilpres satu putaran yang dianggapnya sebagai tidak demokratis.

SBY membalas dengan menyatakan bahwa iklan-iklan pilpres satu putaran bukan merupakan iklan resmi yang dikeluarkan oleh tim kampanyenya, sehingga JK pun kembali mempertanyakan legalitas dari iklan-iklan kampanye tersebut. Denny J.A. sendiri membenarkan bahwa iklan tersebut bukan merupakan bagian dari iklan resmi tim kampanye SBY, tetapi ia menolak untuk dikatakan sebagai iklan kampanye ilegal karena menurutnya masih merupakan hak setiap warga negara untuk menyatakan pendapatnya meskipun dilaksanakan pada saat masa kampanye pilpres.

(23)

setiap material kampanye tanpa persetujuan kandidat dapat disebut sebagai kampanye ilegal. Megawati sendiri mendukung pendapat tersebut dan menyayangkan sikap SBY yang tidak segera menarik iklannya.

 Isu agama isteri Boediono

Sebuah kampanye gelap atau kampanye hitam berawal pada kampanye JK-Wiranto di Sumatera Utara (telah dibantah oleh Tim Kampanye Nasional JK-Wiranto sebagai bukan bagian dari kampanyenya serta mengatakan berasal dari pihak pendukung kandidat lain) beredar selebaran yang berisi fotokopi wawancara dengan Presiden Ikhwanul Muslimin Indonesia (IMI) Habib Husein Al Habsyi pada Tabloid Monitor dalam rangkaian artikel antara lain Apa PKS Tidak Tahu Istri Boediono Katolik ?

Hal ini dibantah pula oleh pihak PKS dengan mengatakan bahwa Boediono dan Herawati adalah murid ngaji dari salah satu kader PKS yang kemudian malahan beredar secara luas di masyarakat bahkan selebaran kampanye gelap ini menyebar hampir sampai disemua pelosok Sumenep, Madura dan menurut Ketua DPD PKS Kabupaten Sumenep, Moh Readi bahwa "selebaran yang isinya mengkafirkan seseorang sangat tidak dibenarkan dalam ajaran Islam. Sebab, yang mengkafirkan orang berarti yang bersangkutan yang tergolong orang-orang kafir." Dan Hal ini pun kemudian menjadi polemik antara Rizal Mallarangeng, sebagai bagian dari Tim Kampanye Nasional SBY-Boediono, dengan Jusuf Kalla.

(24)

anaknya berjilbab ? Jawabannya adalah tidak ada (yang berjilbab, red)".

 Pernyataan anggota tim kampanye SBY-Boediono yang

mengatakan bahwa etnis Arab tidak punya kontribusi apapun terhadap perkonomian Indonesia. Reaksi yang timbul kemudian adalah demonya para Habaib se Jabodetabek di depan markas pemenangan SBY-Boediono. Orang tersebut adalah Ruhut Sitompul.

 Pada saat mendampingi Boediono dalam lawatan kampanyenya ke Makasar, Andi Mallarangeng yang juga adalah putera daerah setempat malah membuat pernyataan yang menyinggung perasaan orang Makasar. “Belum saatnya putera Sulawesi Selatan menjadi pemimpin negeri ini”. Begitu kira-kira pernyataan Andi saat itu. Kontan saja tidak sampai 24 jam dari pernyataan tersebut dilansir terjadi demo yang dilakukan ribuan massa Sulawesi Selatan yang tidak terima atas pernyataan tersebut, bahkan diantara mereka mengharamkan Mallarangeng bersaudara menginjakkan kakinya ke Makasar.

Peristiwa ini mengundang reaksi dari forum rektor Sulawesi Makasar yang mencoba menjembatani kedua belah pihak. Forum ini bertindak sesuai dengan permintaan dari pemerintah dan KPU agar forum rektor se-Indonesia ikut serta mengamankan pemilu dan memberikan pembelajaran politik yang sehat kepada masyarakat.

Sayang, masalah ini tidak menemukan jalan keluar dengan bantahan Andi yang merasa dirinya tidak salah dalam berkata, begitu juga masyarakat Makasar yang tidak surut mengajukan tuntutan agar Andi meminta maaf. Masalah berakhir tanpa ending yang jelas.

10.Fenomena Survey dan Hitung Cepat (Quick Count)

Sejak Pemilu Legislatif digelar, sebenarnya telah terjadi kontorversi perihal survey yang dilakukan banyak pihak. Survei yang pada umumnya dipergunakan untuk keperluan penelitian dalam kampanye pilpres 2009 mendapat tuduhan digunakan sebagai alat

(25)

lembaga saya. Tapi kalau nanti Pilpresnya dua putaran mereka juga (LSI) harus berani menutup lembaga mereka"

Survei dan hitung cepat dilakukan oleh lembaga survei yang terdaftar ataupun tidak terdaftar di KPU. Lembaga survei yang terdaftar di KPU yaitu Lembaga Survei Indonesia, Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis (Puskaptis), Jaringan Suara Indonesia, Cirus Surveyors Group, Pusat Studi Nusantara, Lingkaran Survei Indonesia, Jaringan Isu Publik (JIP), Lingkaran Survei Kebijakan Publik (LSKP), LP3ES, dan Lembaga Survei Nasional (LSN).

o Survey

Survei dilakukan untuk mengetahui preferensi publik terhadap (bakal) (pasangan) calon presiden. Berikut adalah sejumlah hasil survei yang dilakukan sebelum hari pemungutan suara Pilpres 2009.

Daftar Lembaga Survey, Metode dan Perkiraan Hasil

Penyelenggara dan metode Waktu Hasil

Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis Metode: Survei kuantitatif

Sampel: 2.600

Batas kesalahan: Tidak disebutkan

2 - 4 Juli 2009 SBY-Boediono 51,95%, Megawati-Prabowo 22,25%, JK-Wiranto 18,27%

Strategic Indonesia Metode: Survei kuantitatif Sampel: 18.439

Batas kesalahan: Tidak disebutkan

1 - 3 Juli 2009 SBY-Boediono 46,86%, JK-Wiranto 32,46%, Megawati-Prabowo 20,34%

Lembaga Survei Indonesia Metode: Survei kuantitatif Sampel: 3.100

Batas kesalahan: Tidak disebutkan

30 Juni - 2 Juli2009SBY-Boediono 63%, Megawati-Prabowo 21%, JK-Wiranto 11%, belum tahu 5%

Lembaga Survei Indonesia Metode: Survei kuantitatif

Sampel: 2.000 (Multistep random sampling)

Batas kesalahan: 2,8%

(26)

Pusat Kajian Strategi

2009 SBY-Boediono 37,05%,Megawati-Prabowo 31,50%, JK-Wiranto 26,60%

Lembaga Survei Indonesia Metode: Survei kuantitatif Sampel: 2.999

Batas kesalahan: 1,8%

15 - 29 Mei

2009 SBY-Boediono 70%, Megawati-Prabowo 18%, JK-Wiranto 7%, belum tahu 5% Lembaga Survei Nasional

Metode: Survei kuantitatif Sampel: 1.230

Batas kesalahan: 2,8%

15 - 21 Mei

2009 SBY-Boediono 67,1%, Megawati-Prabowo 11,8%, JK-Wiranto 6,7%, belum tahu 13%, tidak memilih 1,6% Pusat Kajian Strategi

Mei2009 Prabowo: 32 orang, SBY: 30 orang, Megawati: 16 orang,JK: 14 orang

Lembaga Survei Indonesia

Alternatif 1 (2 pasangan): SBY-Boediono 72,5%, Megawati-Prabowo 21,5%

Alternatif 2 (3 pasangan): SBY-Boediono 70%, Megawati-Prabowo 21%, JK-Endriartono Sutarto 3%, belum tahu 6%

Alternatif 1: SBY-Hidayat Nur Wahid 36,2%, JK-Wiranto 27,6%, Megawati-Prabowo 19,1%

Alternatif 2: SBY-Boediono 32,1%, JK-Wiranto 27,3%, Megawati-Prabowo 20,2%, belum tahu 20,4%

2008 Megawati 16,7%, SBY 16,4%, JK 9,2%, belum tahu 31,3% Lembaga Survei Indonesia

Metode: Survei kuantitatif Sampel: 1.200

Batas kesalahan: Tidak disebutkan

Januari 2008 SBY 34%, Megawati 24,2%, Abdurrahman Wahid 4,4%, Wiranto 4,1%, Hamengkubuwono XAmien Rais 6,6%,

3%, JK 1,9%.

2007 SBY 49,5%, JK 21,7%, Hamengkubuwono X 14,7%

Pusat Studi Demokrasi dan

Hamengkubuwono X 17,1%, Hidayat Nur Wahid 11,7%,

Sutrisno Bachir 8,7%, Yusril Ihza Mahendra 8,6%, Anas Urbaningrum 3,9%

o Hitung Cepat (Quick Count)

(27)

setelah berakhirnya waktu pemungutan suara. Berikut adalah hasil hitung cepat pemungutan suara Pilpres 2009 yang dilakukan oleh beberapa lembaga, dimana seluruhnya menghasilkan SBY-Boediono sebagai pemenang dengan persentase suara sekitar 60%.

Sistem pesan singkat (SMS) yang akan digunakan KPU dalam tabulasi nasional, pada Pilpres 8 Juli mendatang, dinilai akan lebih cepat ketimbang sistem Intelligent Character Recognition (ICR).

Saya belum tahu pasti. Tapi kalau menurut pengalaman, IFFES lebih cepat. ICR memang cepat, tapi penggiriman dengan alat itu bermasalah,” ujar anggota KPU Abdul Aziz di kantornya Jalan Imam Bonjol, Jakarta, Rabu (03/06/2009).

Namun kenyataannya Komisi Pemilihan Umum (KPU) gagal mengelola Tabulasi Nasional untuk Pemilu Presiden 2009. Target merekapitulasi suara dari 104 ribu Tempat Pemungutan Suara (TPS) atau 20 persen dari 451 ribu TPS di seluruh provinsi Indonesia dengan sistem SMS tidak tercapai.

Peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Ikrar Nusa Bhakti, mempertanyakan bagaimana bisa data strategis seputar proses dan hasil pemilihan umum presiden (Pilpres) 2009 kemarin bisa sepenuhnya dikuasai dan dikelola oleh lembaga swadaya masyarakat (LSM) asing macam IFES. Namun begitu, Ikrar mendesak Komisi Pemilihan Umum (KPU), sebagai pihak yang seharusnya memiliki otoritas menyelenggarakan pilpres, untuk segera membuka kontrak kerja mereka dengan IFES sebenarnya.

Badan Pengawas Pemilu telah mengirimkan undangan kepada Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dan provider telepon Telkomsel untuk dimintai keterangan perihal kerjasama Komisi Pemilihan Umum dan International Foundation of Electoral System (IFES) dalam proses penghitungan suara Pemilihan Presiden.

Berikut adalah hasil quick count dari beberapa lembaga survey

Pasangan

calon Lembaga SurveiIndonesia

Lingkaran Survei

(28)

Megawati-Prabowo 26,56% 27,36% 27,40% 28,16% 27,49% 27,02% 26,32%

SBY-Boediono 60,85% 60,15% 60,28% 57,95% 60,20% 61,11% 58,51%

JK-Wiranto 12,59% 12,49% 12,32% 13,89% 12,31% 11,87% 15,18%

11.Kisruh DPT

Mungkinkah ada pemilu ulang? Tiba-tiba pertanyaan ini menyeruak akhir-akhir ini di tengah publik seiring dengan semakin banyaknya muncul penyimpangan dan kecurangan dalam penyelenggaraan pemilu legislatif 2009 yang lalu. Munculnya pertanyaan yang menyoal keabsahan pemilu 2009 dan menuntut pemilu ulang muncul secara pelan, tidak tiba-tiba. Tuntutan itu menjadi kalimat akumulasi kekecewaan publik yang sesungguhnya tidak menduga bahwa ketidakberesan pelaksanaan pemilu tidak seakut saat ini. Bahkan kalimat yang paling sering muncul adalah; Inilah pemilu yang terburuk sepanjang pelaksanaan pemilu pasca reformasi.

(29)

Pertama, dari sudut pandang akses isu, gejala ketidakberesan KPU dan Pemerintah dalam menyiapkan data pemilih terkontrol atau terkondisikan oleh public, khususnya media. Sejak tanggal 5 April 2008, yakni ketika Depdagri menyerahkan Data Penduduk Potesial Pemilih Pemilu (DP4) kepada KPU, public dan media sudah memperingatkan bahwa DP4 Depdagri harus akurat dan up to date karena menyangkut akurasi DPS serta DPT. Namun ketika itu, Mendagri begitu percaya diri yaknin bahwa DP4 versi Depdagri adalah akurat dan tidak bermasalah. Meskipun pada hari berikutnya dan hari ini kita menyaksikan bahwa karena DP4 Depdagri inilah yang menjadi awal musabab kisruh DPT. Kontrol dan perhatian publik soal daftar pemilih ini semakin terkonsentrasi setelah muncul kasus DPT pilkada Jawa Timur. Bahkan 2 pekan jelang hari H pencontrengan, isu DPT sudah menjadi focus media, publik bahkan partai politik. Sehingga ketika ketidakberesan DPT benar-benar terjadi, maka focus public kemudian bermuara pada delegitimasi pemilu. Konteks ini berbeda dengan kasus pendataan pemilih pada pilkada yang mana proses penyerahan DP4 sampai dengan pemutakhiran DP4 tidak terkaskses secara luas. Biasanya isu DPT hanya muncul ketika hari H saja.

Kedua, besarnya perhatian terhadap kasus DPT ini karena adanya kesalahan pendataan yang akhirnya memakan korban puluhan juta warga yang akhirnya tidak bisa mencoblos. Karena skala pemilu yang cukup besar, maka korban ketidakuratan DPT pun mencapai angka jutaan calon pemilih. Banyaknya warga yang tidak memilih inilah yang kemudian menjadi bola liar yang menggelinding yang seolah mereduksi kemenangan partai yang sudah merasa menang. Bahkan hilangnya hak memilih akibat kesalahan DPT dianggap oleh Komnas HAM sebagai pelanggaran HAM. Beberapa pihak pun akhirnya menggugat KPU lewat mekanisme hukum formil. Hal ini yang membedakan dengan kasus DPT pada pilkada yang tidak banyak “menelan” korban dan belum pernah ada kasus DPT yang akhirnya berujung pada mekanisme hukum di pengadilan.

(30)

pencontrengan tanggal 9 April, komentar warga yang tidak terdaftar di DPT nyaris sama; “ Dulu saya terdaftar dan bisa mencoblos di Pilkada, kenapa pemilu tidak terdaftar?. Jawabannya karena sejak awal di DP4 Depdagri mereka memang tidak terdaftar. Kedua, setali tiga uang kinerja Depdagri, maka kinerja KPU/KPUD yang memutakhirkan DP4 menjadi Daftar Pemilih Sementara (DPS) dan Daftar Pemilih Tetap (DPT) juga sama amburadulnya. Karena model pemutakhiran data pemilih saat ini menganut asas stelsel pasif, maka kunci awalnya adalah Sosialisasi dari KPU. Tidak mungkin mengharapkan warga datang mengecek statusnya ketika tahapan pengecekan mereka tidak ketahui. Ketika warga dikonfirmasi apakah sudah mengecek status-nya di DPT, lagi-lagi jawabannya nyaris sama; “Memang sudah diumumkan dan dimana? Pengecekannya harus kapan?? Dll. Yang paling rawan dan memicu kekisruhan dalam pemutakhiran adalah; kemampuan tekhnis aparat KPUD dalam menggunakan system program pemutakhiran data di computer dan perbedaan persepsi soal status kependudukan; misalnya istilah pindah penduduk atau pindah domisili. Kedua hal inilah yang melahirkan data yang aneh, misalnya 1 desa data yang pemilih semuanya terdiri dari laki-laki dst. Pembiaran yang paling nyata oleh KPU dan pemerintah adalah ketika adanya laporan soal ketidakberesan DPT sebulan sebelum hari H, namun KPU dengan percaya diri mengatakan tidak ada masalah soal DPT. Bahkan Mendagri sepertinya ingin cuci tangan dengan menyebut bahwa soal DPT adalah domain KPU. Entah disadari atau tidak oleh Mendagri bahwa sesungguhnya depdagri lah yang menanam saham ketidakberesan DPT ini.

(31)

netralnya KPU dalam soal daftar pemilih adalah; Tidak maksimalnya pemutakhiran data pemilih di wilayah yang menjadi rival kepentingan politik yang dibela oleh KPU, Penggelembungan data pemilih di wilayah potensial parpol tertentu. Mencermati kasus DPT pileg 2009 yang menunjukkan meratanya perosalan DPT semakin menunjukkan adanya ketidaknetralan KPU. Modus lain adalah, menghentikan atau setidaknya menunda proses distribusi undangan memilih. Kasus tidak terdistribusikannya Undangan memilih adalah dipengaruhi oleh faktor tekhnis dan non tekhnis. Soal mepetnya waktu dan kendala geografis sedangkan kendala non tekhnis adalah memihaknya distributor (baca; aparat KPU) terhadap kepentingan politik tertentu. Sepertinya faktor non tekhnis inilah yang dominant muncul pada pelaksanaan pileg 2009 yang lalu. Potensi ketidaknetralan penyelenggara sangat besar terjadi mengingat model kompetisi pemilu saat ini sangat terbuka dan cair dengan mekanisme yang berbasis caleg bukan partai. Artinya setiap individu dan kelompok begitu mudah membangun relasi pragmatis dengan para peserta pemilu yang berbasis caleg, termasuk penyelenggara pemilu.

(32)

Menurut Irvan Mawardi (JPPR), diganti tidaknya KPU menuju pilpres tidak memiliki pengaruh signifikan apabila konsep pendataan pemilih belum memiliki arah yang jelas. Mengingat terbatasnya waktu, maka beberapa tawaran untuk perbaikan data pemilih untuk pilpres yang akan datang adalah;

Pertama, KPU segera mensosialisasikan secara intensif adanya kesempatan bagi warga yang tidak terdaftar DPT pada pileg untuk menjadi pemilih pada pilpres. Sosialisasi intensif yang dimaksud adalah kuantitas informasi yang tinggi dan materi informasi yang lengkap detail tentang mekanisme mendaftar . Prinsipnya KPU harus menjemput bola atau mengambil inisiatif menyelematkan hak-hak warga yang tidak bisa memilih pada pileg.

Kedua, untuk mengantipasi masih adanya warga yang tidak terdaftar sebagai pemilh di DPT, maka KPU harus mengeluarkan Surat Edaran atau kebijakan yang pada intinya memberi rekomendasi kepada KPUD untuk mengambil langkah-langkah strategis serta solutif apabila terjadi kondisi yang memang harus dilakukan untuk menyelamatkan hak warga sebagai pemilih. Hal ini untuk mengantisipasi apabila karena tidak maksimalnya kerja KPU sebelum mendaftar dan ternyata masih ada juga yang belum terdaftar, maka KPUD diberi kebijaksanaan untuk mengambil langkah strategis.

Ketiga, KPU seharusnya menghapus atau meniadakan Surat Panggilan untuk memilih. Penghapusan ini untuk mengantisipasi ketidakmaksimalan distribusi Undangan tersebut. Daripada tidak terdistribusi secara baik, maka lebih baik dihapus saja. Solusi gantinya adalah, pemilih cukup membawa tanda pengenal ke TPS, baik KTP, SIM, Pasport dll. Namun yang pasti dan tetap menjadi basis data acuan adalah Daftar Pemilih Tetap. Artinya, selama warga terdaftar di DPT, maka warga ketika datang ke TPS cukup membawa identitas diri.

Keempat, dalam situasi yang sangat krusial, seperti yang diminta oleh oleh beberapa kalangan maka, penggunaan KTP untuk memilih mungkin menjadi alternatif terakhir. Penggunaan KTP dalam hal ini adalah seorang warga yang secara jelas adalah berdomisili di suatu daerah dan memiliki KTP asli, namun tetap saja tidak tercantum dalam DPT, maka yang bersangkutan boleh memilih dengan menggunakan KTP.

(33)

saat ini belum tepat menggunakan KTP dalam memilih mengingat, Depdagri belum berhasil melaksanakan mandat Undang-undang Ni 23 tahun 2006 tentang administrasi Kependudukan. Undang-undang ini meinstruksikan kepada pemerintah untuk mewujudkan sistem KTP Nasional yang tidak lagi memungkin warga memiliki KPT lebih dari satu. Pasal 63 ayat 3 menyebut; KTP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) berlaku secara nasional. Kemudian ayat pasal 63 ayat 6 berbunyi; (6) Penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) hanya diperbolehkan memiliki 1 (satu) KTP. Artinya apabila Depdagri melaksanakan mandat undang-undang ini, dipastikan pendataan pemilih tidak serumit sekarang, karena dengan KTP seseorang sudah bisa memilih. Sebab tidak ada lagi kekhawatiran adanya KTP ganda. Semoga pemilu 2014 semua warga Indonesia sudah bisa memilih dengan cukup memiliki KTP saja.

12.Menyikapi Kecurangan Pemilu

Pengamat Hukum Tata Negara Indonesia Legal Roundtable, Irmanputra sidin, mengatakan berbagai temuan yang ada dalam pemilu 2009 kemungkinan besar tidak signifikan dengan hasil pilpres. “Toh masyarakat sudah membuktikan secara rasional memilih capres-cawapres dan pemilu berjalan lancar, aman serta tertib. Kalaupun ada temuan kecurangan tidak signifikan,” katanya, Jum’at 17 Juli 2009 sebagaimana dilansir oleh Tvone.

Diakui Dosen Universitas Indonesia Esa Unggul ini, untuk membangun sebuah demokrasi yang utuh dan bulat, apalagi pemilu presiden 2009 secara langsung memang sangat tidak mungkin. “Di dunia manapun, memang tidak mungkin membangun demokrasi secara utuh tanpa kekurangan.” Tambahnya.

Yang jelas, lanjut Irman, kekurangan dan kelemahan pemilu presiden 2009 itu pasti ada. Hanya saja, katanya, selama kekurangan-kekurangan itu tidak signifikan dan tidak mempengaruhi kemenangan satu pasangan capres. Maka dianggap selesai dengan sendirinya. “Lho, kalau memang memiliki bukti-bukti adanya kecurangan, lebih baik disampaikan bukti-bukti itu ke Mahkamah Konstitusi,” ungkapnya.

(34)

kecurangan itu ke MK dan jangan bermain opini di media massa,” paparnya.

(35)

IV. PENUTUP

A. KESIMPULAN

Akhirnya kita lampaui bersama beberapa tahapan pemilu, proses panjang dan sangat melelahkan. Kini tinggal menunggu sebentar lagi pengumuman resmi dari KPU setelah ada keputusan dari Mahkamah Konstitusi. Dari data yang telah kita baca tadi terlihat betapa besar biaya yang kita keluarkan untuk menegakkan demokrasi. Biaya tersebut bukan hanya materi tapi juga biaya sosial. Anggaran yang begitu besar dengan masih tersisanya carut marut di sana-sini membuat masyarakat lapis bawah tercengang dan bergumam, apa untungnya bagi kita ?

Sebagaimana telah dipaparkan oleh beberapa pakar memang ada korelasi positif antara demokratisasi dan kesejahteraan, namun rasanya masih jauh panggang dari api. Biaya yang dikeluarkan partai politik dan pihak-pihak swasta yang mendanai, biaya yang dikeluarkan dari kocek pribadi para capres dan cawapres tentu mau tidak mau harus “menghasilkan” atau dalam istilah dagangnya cari untung. Itu semua wajar, hari gini berkorban sia-sia? Itu telah menjadi analisa umum dari rakyat kita. Kita telah gembar-gembor untuk menghindari money politic tapi realita di lapangan masih banyak berseliweran uang-uang panas, bahkan sampai ada istilah serangan fajar.

Memang sebagian dari negative list tersebut dapat dimeja hijaukan namun tidak sedikit yang menguap begitu saja dan kemudian menyeruak di tengah-tengah masyarakat menebarkan bau tidak sedap akan makna demokrasi itu sendiri. Demokrasi itu suara terbanyak dari rakyat, sedang suara rakyat itu bisa di beli dengan uang, dengan bantuan lansung, dengan pencitraan diri lewat media massa dan bahkan gerakan penanganan korupsi yang belum tuntas ini juga tak ubahnya sebuah sinetron yang turut mendongkrak nama kandidat. Akhirnya yang dipahami kalangan bawah adalah hanya mereka yang mampu secara finansial saja yang akan memenangkan pertarungan dalam pentas demokrasi dan itu berarti kaum kapitalis.

Seorang tokoh seperti Pitut Soeharto yang juga adalah veteran 45, mengkritik tajam diberlakukannya sistem banyak partai dengan konsep pemilihan langsung ini, menurut dia keadaan ini tak ubahnya apa yang terjadi pada tahun 1955 lalu. Dengan lantang dia menyerukan kepada kita untuk kembali kepada UUD 1945 yang asli dan menentang amandemen terhadapnya.

(36)

Soebijanto serta seorang mantan anggota dewan periode 1992-2004 lainnya, Amin Aryoso.

Bagi sebagian kalangan Ummat Islam, terutama mereka yang masih teguh perpendirian untuk menegakkan khilafah, demokrasi tentu bukanlah nilai akhir. Sebab walaupun demokrasi memang pada tataran tertentu telah sanggup mewakili sebagian dari apa yang diamanatkan konsep khilafah, tapi masih adanya kapitalisme yang membonceng demokrasi itu tetap mencederai semua warga negara.

Dengan tetap berharap esok akan lebih baik lagi dengan mengambil pelajaran dari kesalahan pada hari ini, kita harus yakin pada pilihan kita untuk menegakkan konsep-konsep demokrasi itu sebenar-benarnya. Demokrasi yang egaliter, adil tidak kapitalis, jujur dan mampu menghasilkan output yang solutif terhadap permasalahan bangsa, bukan demokrasi yang malah menjerumuskan bangsa ini kedalam jurang kesengsaraan yang makin dalam.

B. SARAN

Pada saat debat calon presiden terakhir yang digelar KPU dan disiarkan langsung oleh hampir semua Televisi swasta tanah air, Pratikno, Dekan FISIP UGM, selaku moderator bertanya kepada masing-masing calon tentang apa yang akan mereka lakukan jika tidak terpilih menjadi presiden. Pernyataan Megawati jelas akan terus berjuang untuk rakyat, tanpa memberikan perincian lebih lanjut mengenai apa yang dimaksud dengan berjuang tersebut. Sedang SBY menyatakan dengan berbesar hati akan memberikan ucapan selamat kepada pemenang dan mengajak para pendukungnya untuk memberikan dukungannya kepada pemerintah yang sah tersebut. Yang terakhir dan yang paling menarik menurut hemat penulis adalah ungkapan JK, calon presiden dengan nomor urut 3 ini dengan segala kepercayaan dirinya bilang bahwa pemenangnya tentu adalah yang terbaik diantara mereka, dan untuk itu ada kemungkinan dirinyalah yang terbaik itu. Namun, andaikan keadaan berkata lain, maka Jusuf Kalla akan pulang ke kampung halamannya, meneruskan bisnis, menghidupkan masjid serta membangun lembaga-lembaga pendidikan.

(37)

sebagai upaya menyehatkan psikis, rohani kita. Seberat apapun harus kita lakukan, dikarenakan jika tidak kita berlatih maka kekecewaan itu akan terus membayangi selama hidup kita dan akan menggerogoti semua karunia Tuhan, hingga kenikmatan yang berlimpahpun rasanya hambar dan takkan tersyukuri.

Menjadi presiden, wakil presiden dan anggota dewan tujuan sebenarnya adalah berjuang untuk rakyat, kalau ada tujuan-tujuan lain sebaiknya tidak kita bahas di sini, amanat rakyat itu tidak ringan. Allah SWT pernah menyindir bahwa kita ini Dloluuman Jahuula, sangat aniaya dan teramat bodoh, sebab amanat yang tujuh langit dan bumi serta makhluk Tuhan yang lebih hebat dari kita saja enggan dan tidak mampu membawanya, kita malah berebut memiliki, betapa memang bodoh kita ini. Amanat tidak hanya harus kita pertanggung jawabkan kepada yang memberikan mandat, tapi lebih dari itu amanat akan dipertanggung jawabkan di hadapan Sang Kholik, belum lagi mengemban amanat berarti harus merelakan hampir semua waktunya untuk menjalankan mandat itu sebaik-baiknya dan seadil-adilnya. Hilang sudah waktu yang mestinya dapat kita manfaatkan untuk membenahi diri, memperkaya hati dan menajamkan pisau pengetahuan serta mengasah kepekaan rasa. Sirna pula saat yang begitu berharga untuk berasyik mesra dengan Sang Kekasih, memuji dan mengingat nama-Nya, kita terlampau berat memikul amanat.

Kembali kepada apa yang kita sebut perjuangan, membela kepentingan rakyat. Tidak harus seseorang itu menjadi pemimpin, public figure baru sebuah perjuangan dapat dilakukan, tidak. Darimanapun sebenarnya kita dapat membela kepentingan rakyat. Tidak harus dari jalur birokrasi pemerintahan. Janji-janji manis semasa kampanye dulu, kontrak-kontrak politik dengan kaum jelata bisa diwujudkan walau memang tidak segampang ketika kita berkuasa. Sebut saja salah satunya dengan memberikan modal kepada anak-anak muda yang putus sekolah, lepas dari sekolah menengah atas, alumni pondok pesantren dan mereka yang masih pengangguran untuk kemudian dapat dimanfaatkan berwirausaha. Ide ini cukup cemerlang dan tidak butuh sentuhan birokratik, tinggal kemauan untuk menjalankannya dengan baik, kalau perlu menggandeng pihak lain yang juga punya kepedulian yang sama.

(38)

Selain itu sebagaian dari para capres dan cawapres yang adalah pengusaha juga bisa memanfaatkan jalur usahanya ini untuk meningkatkan kepedulian mereka terhadap sesama. Corporate Social Responsibility (CSR) bisa mereka tingkatkan dengan menekan biaya pencitraan produk lewat iklan media yang glamour, namun bisa dialihkan dengan memberikan santunan, memberikan jaminan pendidikan dan kalau perlu memberikan suntikan modal dan pelatihan-pelatihan usaha mandiri.

Banyak acara relity show di televisi yang bertujuan membangun kepedulian terhadap sesama, ini fakta yang baik untuk kita tingkatkan. Dan sebagai seorang muslim, kita tentu tahu bahwa pada kadar tertentu ada hak orang miskin dalam harta kita, tapi sampai saat ini kita sulit untuk memberikan zakatnya, kita terlampau pelit untuk bersodakoh apalagi infak. Kita lebih enjoy kalau harta kita berlebih mending naik haji saja, walaupun sudah lebih dari satu kali melakukannya. Entahlah apa yang sebenarnya kita yakini dari amal yang tidak dianjurkan Nabi ini.

Atau mungkin karena dengan predikat haji itu kemudian kita punya tempat yang lebih tinggi dalam strata sosial masyarakat kita? kalau benar begitu tentu kita telah jauh menyelewengkan ajaran Islam, sebab dalam Agama Allah ini tidak ada derajat yang lebih tinggi dari yang lain kecuali hanya taqwanya kepada Tuhan, sementara taqwa itu sendiri yang berhak menilai adalah hanya Dia SWT. Tidak ada kasta dalam Islam, semuanya sama dihadapan Allah dan manusia, Islam menganjurkan sikap egaliter.

Gambar

Gambar capres dan cawapres serta partai pendukung

Referensi

Dokumen terkait

luas dan asri, namun demikian kenyataan yang ada tidak mampu memberikan ruang bagi anak untuk sekedar bermain, justru mereka harus bermain ditempat yang

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemeriksaan residu antibiotika dalam air susu berasal dari Pagar Air dan Saree dengan satu kali pengambilan pada sapi yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan pengaruh Pesan Iklan terhadap Keputusan Pembelian.Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Isi Pesan

Aspek sosiolinguistik pada meme dalam proses analisis di artikel ini disajikan sesuai dengan teori yang telah dikutip dari beberapa sumber tentang semua aspek atau variabel sosial

Dalam tugas akhir ini akan digunakan antarmuka dengan komputer menggunakan port parallel.. Port parallel merupakan tipe soket pada PC ( personal computer ) untuk antarmuka dengan

Pada zaman modern yang semakin maju ini komputer telah mengalami evolusi sehingga sudah mencapai generasi kelima yang telah melahirkan generasi baru yaitu

The birth of the Constitutional Court as part of the institution of judicial power in addition to the MA who specializes in administrative or judicial justice of

Tugas Dinas Kebudayaan dan Pariwisata sebagai Organisasi Perangkat Daerah (OPD) adalah melaksanakan urusan pemerintah daerah di bidang Kebudayaan dan Pariwisata