• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENURUNAN STRUKTUR REL KERETA API DI ATAS TANAH LUNAK DENGAN PERKUATAN GEOSINTETIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENURUNAN STRUKTUR REL KERETA API DI ATAS TANAH LUNAK DENGAN PERKUATAN GEOSINTETIK"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

PENURUNAN STRUKTUR REL KERETA API

DI ATAS TANAH LUNAK

DENGAN PERKUATAN GEOSINTETIK

Railway Structure Settlement on Geosynthetic Reinforced Soft Soil

HALAMAN JUDUL

TUGAS AKHIR

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menempuh Ujian Sarjana Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Disusun Oleh :

ABDUL RAZAQ

NIM I 0107027

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)
(3)
(4)

commit to user

iv

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tugas akhir ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan

tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat

yang pernah diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Jika dalam perjalanan ditemui

karya lain yang mirip, maka hal itu menjadi sumber referensi tambahan bagi

penulis.

Surakarta, September 2011

(5)

commit to user

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Kebahagiaan itu sederhana, jangan berpikir terlalu rumit untuk

mendapatkannya. Rahasianya adalah ikhlas dan bersyukur.

(6)

commit to user

vi

ABSTRAK

ABDUL RAZAQ, 2011. Penurunan Struktur Rel Kereta Api di Atas Tanah

Lunak dengan Perkuatan Geosintetik. Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Sebagian besar konstruksi rel kereta api berada pada subgrade tanah dasar keras sampai sedang. Bagaimanapun, kebutuhan terhadap jalan rel meningkat secara signifikan dan mungkin akan dibangun pada tanah dasar lunak. Tanah lunak merupakan tanah kohesif dengan kapasitas daya dukung rendah dan kandungan kadar air tinggi sehingga dapat membahayakan struktur rel di atasnya akibat beban dari kereta api yang begitu besar. Penanganan bisa dilakukan dengan penambahan perkuatan pada tanah lunak sehingga dapat menopang dengan aman struktur rel kereta api di atasnya. Penelitian ini membahas penurunan yang terjadi pada struktur rel di atas subgrade tanah lunak menggunakan perkuatan geosintetik.

Penelitian dilakukan dengan membuat model tereduksi struktur rel kereta api di laboratorium dengan skala 1:10 terhadap ukuran asli. Pengamatan dilakukan

terhadap tiga kondisi subgrade yaitu tanah lunak, tanah lunak dengan perkuatan

geosintetik dan pada tanah pasir. Dari hasil pengamatan uji model kemudian dilakukan validasi menggunakan simulasi program PLAXIS 8.2. Hasil kedua metode tersebut menggambarkan perilaku dan besar penurunan yang terjadi pada

masing-masing kondisi subgrade akibat repetisi beban yang diberikan.

Hasil analisis dengan model tereduksi dan simulasi program PLAXIS menunjukkan perilaku penurunan yang sama. Pengaplikasian geosintetik mampu

mengurangi penurunan yang terjadi pada struktur rel diatas subgrade tanah lunak.

Pada pembebanan tepi struktur rel, geosintetik memberikan pengurangan penurunan rata-rata sebesar 52,5% berdasarkan pengujian model tereduksi. Sedangkan berdasarkan simulasi program PLAXIS 8.2, geosintetik memberikan pengurangan penurunan sebesar 19%. Pada pembebanan tengah struktur rel, geosintetik memberikan pengurangan penurunan rata-rata sebesar 60% berdasarkan pengujian model tereduksi. Sedangkan berdasarkan simulasi program PLAXIS 8.2, geosintetik memberikan pengurangan sebesar 34%.

(7)

commit to user

vii

ABSTRACT

ABDUL RAZAQ, 2011. Railway Structure Settlement on Geosynthetic

Reinforced Soft Soil. Thesis of Civil Engineering Department of Engineering Faculty Sebelas Maret University Surakarta.

Railway structure is commonly laid on hard soil. However, the demand of railway raise significantly and it maybe will be build on soft soil. Soft soil is cohesive soil with low bearing capacity and high water content that can endanger railway structure above as result of load from train and locomotive. This problem can be handled by giving reinforcement on soft soil so that it can support railway structure safely. This research was discussed about railway structure settlement on soft soil sub grade with geosynthetic reinforcement.

The research was held at laboratory by made reduced model of railway structure scaled 1:10 from its true size. Observation was done on three sub grade conditions those are soft soil, soft soil with geosynthetic reinforcement and on sand. The result from reduced model test was validated using PLAXIS 8.2 software. Outputs from these methods explain the behavior and settlement value that occurred on each sub grade conditions as result of load repetition those given.

Analysis result of reduced model and PLAXIS 8.2 simulation are indicate the same behavior. Geosynthetic application on soft soil is able to decreasing settlement of railway structure on soft soil sub grade. From loading on edge of Railway structure, geosynthetic can decrease the settlement for 52,5% according to reduced model and 19% according to PLAXIS 8.2 simulation. From loading on the middle of railway structure, geosynthetic can decrease the settlement for 60% according to reduced model and 34% according to PLAXIS 8.2 simulation.

(8)

commit to user

viii

KATA PENGANTAR

puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

Penurunan Struktur Rel Kereta Api di Atas Tanah

Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu

syarat meraih gelar sarjana pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

Pada pelaksanaannya, penulis telah banyak mendapatkan bantuan baik fasilitas,

bimbingan maupun kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan terimakasih kepada :

1. Pimpinan dan Staf Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Pimpinan dan Staf Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

3. Ir. Ary Setyawan, MSc, PhD, selaku Dosen Pembimbing I.

4. Bambang Setiawan, ST, MT, selaku Dosen Pembimbing II.

5. Ir. Suryoto, MT, selaku Dosen Pembimbing Akademik.

6. Tim dosen penguji.

7. Habib, Huda dan Bram atas semua bantuannya selama penelitian.

8. Teman-teman Teknik Sipil Angkatan 2007.

9. Seluruh pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan Tugas Akhir ini

(9)

commit to user

ix

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir ini masih ada

kekurangan, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran yang

membangun demi kesempurnaan Tugas Akhir ini.

Semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat yang sebesar-besarnya bagi penulis

secara khusus maupun seluruh pihak pada umumnya.

Surakarta, September 2011

(10)

commit to user

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL ... xx

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Batasan Masalah ... 2

1.4 Tujuan Penelitian ... 3

1.5 Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 LANDASAN TEORI ... 4

2.1 Tinjauan Pustaka ... 4

2.1.1 Struktur Rel Kereta Api dengan Subgrade Tanah Lunak ... 4

(11)

commit to user

xi

2.2.1.4. Bantalan ... 8

2.2.1.5. Balas... 10

2.2.1.6. Tanah Dasar ... 11

2.2.2 Pembebanan pada struktur rel ... 13

2.2.2.1. Gaya vertikal ... 14

2.2.2.2. Gaya horisontal tegak lurus sumbu sepur ... 16

2.2.2.3. Gaya horisontal membujur searah sumbu sepur ... 16

2.2.3 Metode Elemen Hingga... 16

2.2.3.1. Langkah-Langkah dalam Metode Elemen Hingga ... 16

2.2.3.2. Model Material dalam Metode Elemen Hingga ... 18

2.2.4 PLAXIS ... 19

2.2.4.1. Pengaturan Umum (General Setting) ... 19

2.2.4.2. Kontur Geometri (Geometri Contour) ... 20

2.2.4.3. Kondisi Batas (Boundary Conditions) ... 20

2.2.4.4. Set Data Material (Material Data Sets ) ... 21

2.2.4.5. Pembuatan Jaring-Jaring Elemen (Mesh Generations) ... 21

2.2.4.6. Kondisi Awal (Initial Conditions) ... 21

2.2.4.7. Perhitungan (Calculations) ... 22

2.2.4.8. Keluaran (Output) ... 22

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN... 23

3.1 Pendahuluan ... 23

3.4.2 Penyiapan Media Tanah ... 30

3.4.3 Persiapan Peralatan Pengujian ... 34

3.4.4 Pengujian Pembebanan Model ... 37

(12)

commit to user

xii

3.4.6 Pembahasan menggunakan Program PLAXIS... 38

3.4.7 Menganalisis hasil perbandingan data dari model uji dan software PLAXIS. ... 38

3.5 Simulasi Struktur Rel Kereta Api dengan PLAXIS 8.2 ... 39

3.5.1 Tahapan Memulai Program ... 39

3.5.1 Pengaturan Umum (General Setting) ... 39

3.5.2 Kontur Geometri (Geometri Contour) ... 40

3.5.3 Set Data Material (Material Data Sets) ... 41

3.5.5. Pembuatan Jaring-Jaring Elemen (Mesh Generations) ... 43

3.5.6. Kondisi Awal (Initial Conditions ) ... 44

3.5.7. Perhitungan (Calculations) ... 46

3.5.8. Keluaran (Output) ... 50

3.6 Diagram Alir Penelitian ... 52

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 53

4.1 Model Tereduksi Struktur Rel Kereta Api ... 53

4.1.1 Kriteria Perancangan ... 53

4.1.2 Pengujian Pendahuluan ... 54

4.1.2.1. Hasil uji tanah pasir ... 54

4.1.2.2. Hasil uji tanah lunak ... 54

4.1.3 Penurunan pada Model Struktur Rel dengan Variasi Kondisi Subgrade Dibawahnya ... 55

4.1.3.1. Pembebanan pada bidang A ... 56

4.1.3.2. Pembebanan pada bidang B ... 58

4.1.3.3. Pembebanan pada bidang C ... 61

4.1.3.4. Pembebanan pada bidang D ... 63

4.2 Validasi Model Tereduksi Struktur Rel Kereta Api dengan Menggunakan Program PLAXIS. ... 66

4.2.1 Parameter Uji ... 66

4.2.2 Simulasi penurunan struktur rel akibat pembebanan pada program PLAXIS 8.2. ... 67

4.2.2.1. Pembebanan pada bidang A ... 67

(13)

commit to user

xiii

4.2.2.3. Pembebanan pada bidang C ... 73

4.2.2.4. Pembebanan pada bidang D ... 76

4.2.3 Hubungan Perilaku Penurunan Struktur Rel Uji Pemodelan dengan Program PLAXIS Versi 8.2. ... 78

4.3 Analisis Penurunan Struktur Rel Kereta Api di Atas Tanah Lunak dengan Perkuatan Geosintetik. ... 85

4.3.1 Bidang Pembebanan A ... 85

4.3.2 Bidang Pembebanan B ... 86

4.3.3 Bidang pembebanan C ... 88

4.3.4 Bidang pembebanan D ... 89

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 92

5.1 Kesimpulan ... 92

5.2 Saran ... 93

DAFTAR PUSTAKA ... 94

(14)

commit to user

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Hubungan nilai N, konsistensi, dan kuat tekan bebas (qu) untuk tanah

lempung jenuh ... 4

Tabel 2. 2 Tipe rel yang digunakan pada jalan rel ... 7

Tabel 2. 3 Karakteristik Rel ... 7

Tabel 2. 4 Gradasi Lapisan Ballast Atas ... 10

Tabel 2. 5 Gradasi Lapisan Ballast Bawah ... 10

Tabel 2. 6 Ukuran-ukuran pada lapisan balas ... 11

Tabel 3. 1 Perbandingan dimensi struktur rel kereta api dalam skala asli dengan skala terduksi pada suatu model uji ... 35

Tabel 4. 1 Pengujian tanah pasir ... 54

Tabel 4. 2 Pengujian tanah lunak ... 54

Tabel 4. 3 Hasil pengamatan nilai penurunan yang terjadi pada model struktur rel diatas berbagai kondisi subgrade (dalam 0,01 mm). ... 56

Tabel 4. 4 Hasil pengamatan nilai penurunan yang terjadi pada model struktur rel diatas berbagai kondisi subgrade (dalam 0,01 mm). ... 58

Tabel 4. 5 Hasil pengamatan nilai penurunan yang terjadi pada model struktur rel diatas berbagai kondisi subgrade (dalam 0,01 mm). ... 61

Tabel 4. 6 Hasil pengamatan nilai penurunan yang terjadi pada model struktur rel diatas berbagai kondisi subgrade (dalam 0,01 mm). ... 63

Tabel 4. 7 Parameter material tanah ... 66

Tabel 4. 8 Parameter material pelat... 66

Tabel 4. 9 Hasil penurunan yang terjadi akibat pembebanan pada bidang A (dalam 0,01 mm). ... 68

Tabel 4. 10 Hasil penurunan yang terjadi akibat pembebanan pada bidang B (dalam 0,01 mm). ... 71

(15)

commit to user

xv

Tabel 4. 12 Hasil penurunan yang terjadi akibat pembebanan pada bidang D

(dalam 0,01 mm). ... 76

Tabel 4. 13 Hubungan besar penurunan yang terjadi pada struktur rel diatas

kondisi subgrade tanah pasir (dalam 0,01 mm)... 79

Tabel 4. 14 Selisih penurunan yang terjadi pada model struktur diatas kondisi

subgrade tanah pasir antara model tereduksi dengan program PLAXIS

8.2. ... 79

Tabel 4. 15 Hubungan besar penurunan yang terjadi pada struktur rel diatas

kondisi subgrade tanah lunak dengan perkuatan geosintetik (dalam

0,01 mm). ... 81

Tabel 4. 16 Selisih penurunan yang terjadi pada model struktur diatas kondisi

subgrade tanah lunak denan perkuatan geosintetik antara model

tereduksi dengan program PLAXIS 8.2. ... 81

Tabel 4. 17 Hubungan besar penurunan yang terjadi pada struktur rel diatas

kondisi subgrade tanah lunak (dalam 0,01 mm). ... 83

Tabel 4. 18 Selisih penurunan yang terjadi pada model struktur diatas kondisi

subgrade tanah lunak antara model tereduksi dengan program

(16)

commit to user

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Bogie K9 ... 5

Gambar 2. 2 Efek Pumping dan Fungsi Separasi (PT. Geoforce Indonesia ) ... 6

Gambar 2. 3 Lebar sepur pada rel kereta api ... 7

Gambar 2. 4 Potongan melintang pada jalan lurus ... 11

Gambar 2. 5 Contoh model-model elastic linear dan elastic plastic ... 18

Gambar 3. 1 Satu unit box uji 3 dimensi ... 25

Gambar 3. 2 Sketsa tampak atas alat model 3 dimensi (Subekti, 2009) ... 25

Gambar 3. 3 Sketsa potongan A-A alat model 3 dimensi (Subekti, 2009) ... 26

Gambar 3. 4 Sketsa potongan B-B alat model 3 dimensi (Subekti, 2009)... 26

Gambar 3. 5 Model geosintetik ... 27

Gambar 3. 6 Sketsa penempatan lembar model geosintetik dalam pengujian ... 27

Gambar 3. 7 Dial gauge ... 27

Gambar 3. 8 Nivo ... 28

Gambar 3. 9 Slotted Weights ... 28

Gambar 3. 10 Aplikasi geosintetik untuk jalan rel (Rankilor, 1981) ... 30

Gambar 3. 11 Penjemuran tanah di bawah sinar matahari ... 31

Gambar 3. 12 Penghancuran tanah dengan soil crusher ... 31

Gambar 3. 13 Penyaringan tanah dengan ayakan No. 4 ... 32

Gambar 3. 14 Pencampuran tanah dengan air ... 32

Gambar 3. 15 Pemadatan tanah dengan alat pemadat 5 kg ... 33

Gambar 3. 16 Pengujian kepadatan tanah dengan alat CBR ... 33

Gambar 3. 17 Sketsa konstruksi dan pembebanan pada rel kereta api dalam suatu model uji ... 34

Gambar 3. 18 Potongan melintang struktur rel kereta api skala tereduksi... 35

Gambar 3. 19 Set Up Pembebanan pada Media Pasir ... 36

Gambar 3. 20 Set Up Pembebanan pada Media Pasir dan Lempung dengan Perkuatan Geosintetik ... 36

Gambar 3. 21 Rangkaian tereduksi struktur rel kereta api ... 37

(17)

commit to user

xvii

Gambar 3. 23 Grafik hubungan besar penurunan pada saat beban ultimit ... 38

Gambar 3. 24 Splash Screen PLAXIS 8.2 ... 39

Gambar 3. 25 General Settings: (a) Project (b) Dimensions ... 40

Gambar 3. 26 Permodelan struktur rel kereta api ... 41

Gambar 3. 27 Set Data Material Tanah: (a) General (b) Parameters ... 42

Gambar 3. 28 Set Data Material Pelat ... 43

Gambar 3. 29 Set Data Material Geogrid... 43

Gambar 3. 30 Jaring-Jaring Elemen ... 44

Gambar 3. 31 Penentuan Berat Volume dari Air ... 44

Gambar 3. 32 Tampilan K0-procedure ... 45

Gambar 3. 33 Tekanan Awal Tanah ... 46

Gambar 3. 34 Perhitungan : (a) Umum (b) Parameter ... 47

Gambar 3. 35 Pengaktifan Material dan Pemberian Beban ... 48

Gambar 3. 36 Penentuan Titik Acuan ... 49

Gambar 3. 37 Proses Perhitungan ... 49

Gambar 3. 38 Deformed Mesh ... 50

Gambar 3. 39 Proses Pembuatan Kurva : (a) Penentuan Jenis Kurva (b) Kurva beban-perpindahan ... 51

Gambar 3. 40 Diagram Alir Penelitian ... 52

Gambar 4. 1 Sketsa tampak atas posisi bidang pembebanan dan dial gauge. ... 53

Gambar 4. 2 Grafik penurunan akibat repetisi beban pada bidang pembebanan A. ... 57

Gambar 4. 3 Grafik penurunan akibat repetisi beban pada bidang pembebanan B. ... 60

Gambar 4. 4 Grafik penurunan akibat repetisi beban pada bidang pembebanan C. ... 62

Gambar 4. 5 Grafik penurunan akibat repetisi beban pada bidang pembebanan D. ... 65

(18)

commit to user

xviii

Gambar 4. 7 Grafik penurunan akibat pembebanan pada bidang B berdasarkan

simulasi program PLAXIS 8.2... 72

Gambar 4. 8 Grafik penurunan akibat pembebanan pada bidang C berdasarkan

simulasi program PLAXIS 8.2... 75

Gambar 4. 9 Grafik penurunan akibat pembebanan pada bidang D berdasarkan

simulasi program PLAXIS 8.2... 77

Gambar 4. 10 Hubungan penurunan berdasarkan model tereduksi dan program

PLAXIS pada tanah pasir dengan perkuatan geosintetik. ... 80

Gambar 4. 11 Hubungan penurunan berdasarkan model tereduksi dan program

PLAXIS pada tanah lunak dengan perkuatan geosintetik. ... 82

Gambar 4. 12 Hubungan penurunan berdasarkan model tereduksi dan program

PLAXIS pada tanah lunak dengan perkuatan geosintetik ... 84

Gambar 4. 13 Penurunan maksimal pada model tereduksi akibat variasi beban

pada bidang pembebanan A ... 85

Gambar 4. 14 Penurunan maksimal pada simulasi program PLAXIS akibat variasi

beban pada bidang pembebanan A ... 86

Gambar 4. 15 Penurunan maksimal pada struktur rel akibat variasi beban pada

bidang pembebanan B ... 87

Gambar 4. 16 Penurunan maksimal pada simulasi program PLAXIS akibat variasi

beban pada bidang pembebanan B ... 87

Gambar 4. 17 Penurunan maksimal pada struktur rel akibat variasi beban pada

bidang pembebanan C ... 88

Gambar 4. 18 Penurunan maksimal pada simulasi program PLAXIS akibat variasi

beban pada bidang pembebanan C ... 89

Gambar 4. 19 Penurunan maksimal pada struktur rel akibat variasi beban pada

bidang pembebanan D ... 90

Gambar 4. 20 Penurunan maksimal pada simulasi program PLAXIS akibat variasi

(19)

commit to user

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Data Hasil Uji Pendahuluan

Moisture Content Test

Bulk Density Test

Specific Gravity Test

Grain Size Analysis Test

Atterberg Limit Test Test

Direct Shear Test

Unconfined Compression Strength Test

California Bearing Ratio Test

Standard Proctor Test

Lampiran B Data Hasil Penelitian

Uji Pembebanan

Output Plaxis

Lampiran C Dokumentasi Penelitian

(20)

commit to user

xx

DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL

[N] = matriks fungsi interpolasi

{q} = global stiffness matrix

{r} = global nodal displacement vector

{R} = global nodal force vector

{u} = perpindahan suatu node

B = lebar bantalan

K0 = kondisi tekanan awal pada tanah

K1 = lebar permukaan balas bawah (m)

K2 = lebar dasar balas bawah (m)

kx = permeabilitas arah horisontal

ky = permeabilitas arah vertikal

L = panjang pantalan dibawah rel

Ø = sudut geser tanah (°)

OCR = overconsolidation ratio

Pa = tekanan kontak rerata antara bantalan dengan balas (kPa)

pa = tekanan yang didistribusikan oleh bantalan kepada balas (psi)

(21)

commit to user

xxi

pd = gaya dinamis (ton)

POP = pre-overburden pressure

Pr = tekanan rerata di bawah dudukan rel (kPa)

ps = gaya statis (ton)

qu = kuat tekan bebas (kN/m2)

V = kecepatan kereta api

w = berat

Wlok = beban lokomotif

z = kedalaman tanah dasar (m)

sat = berat isi tanah di bawah garis freatik

unsat = berat isi tanah di atas garis freatik

= angka Poisson

= tekanan vertikal pada kedalaman z (kPa)

(22)

commit to user

PENDAHULUAN

TUGAS AKHIR

PENURUNAN STRUKTUR REL KERETA API DI ATAS TANAH LUNAK

DENGAN PERKUATAN GEOSINTETIK

Railway Structure Settlement on Geosynthetic Reinforced Soft Soil

(23)

commit to user

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah

Kegiatan transportasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

keberlangsungan hidup manusia. Dalam kaitannya dengan kehidupan manusia,

transportasi berperan penting dalam aspek-aspek sosial, politik, ekonomi, dan

keamanan. Hal tersebut dapat berfungsi baik jika didukung dengan adanya

keseimbangan antara sarana dan prasarana transportasi.

Salah satu prasarana transportasi yang terus berkembang di Indonesia adalah jalan

rel kereta api atau biasa disebut dengan rel kereta api (UK : Railway Tracks, US :

Railroad Tracks). Rel kereta api merupakan prasarana utama dalam

perkerataapian dan menjadi ciri khas moda transportasi kereta api.

Pada umumnya, teknologi kereta api di Indonesia masih menggunakan teknologi

konvensional. Teknologi ini dikenal dengan Teknologi Dua Rel Sejajar. Dalam

hal ini, struktur rel kereta api dikelompokkan menjadi 2 bagian, meliputi:

1. Bagian atas sebagai lintasan terdiri dari rel, penambat rel, dan bantalan.

2. Bagian bawah sebgai pondasi terdiri atas balas dan tanah dasar.

Sebagian besar konstruksi rel kereta api berada pada tanah dasar yang keras

sampai sedang. Untuk kasus tanah dasar yang lunak jarang sekali terpikirkan.

Meninjau beban dari kereta api yang begitu besar, sulit rasanya struktur rel dapat

bertahan lama jika berada pada tanah lunak. Tanah ini merupakan tanah kohesif

dengan kapasitas daya dukungnya rendah. Di lain hal, kandungan kadar air yang

cukup tinggi juga dapat membahayakan struktur rel di atasnya.

Sebagai engineer kiranya perlu untuk membuat solusi terhadap struktur rel dengan

tanah lunak sebagai tanah dasar (subgrade). Perlu adanya penambahan perkuatan

pada tanah lunak sehingga dapat menopang dengan aman struktur rel kereta api di

(24)

commit to user

Beberapa bangunan yang berada pada tanah lunak telah memnfaatkan geosintetik

sebagai perkuatan. Geosintetik ini biasanya berbentuk anyaman atau non-anyam.

Adapun hasilnya, bangunan ternyata dapat berdiri kuat dan bertahan lama.

Berangkat dari pemahaman sebelumnya, pemanfaatan geosintetik pada tanah

lunak di bawah struktur rel kereta api sangat menarik untuk diteliti. Penelitian ini

diharapkan dapat sebagai solusi dalam pembangunan konstruksi rel kereta api

yang berada pada tanah lunak.

1.2

Rumusan Masalah

Permasalahan-permasalahan yang ada dalam penelitian ini, meliputi :

1. Bagaimana penurunan struktur rel kereta api pada tanah lunak?

2. Bagaimana penurunan struktur rel kereta api di atas tanah lunak dengan

perkuatan perkuatan geosintetik?

3. Bagaimana perbandingan penurunan struktur rel kereta api pada tanah baik

dan pada tanah lunak dengan perkuatan geosintetik, ditinjau menggunakan

program PLAXIS?

1.3

Batasan Masalah

Untuk memfokuskan agar penelitian dapat terarah, maka perlu

batasan-batasan masalah, antara lain :

1. Penelitian berupa permodelan yang dilakukan di laboratorium.

2. Tanah yang digunakan adalah tanah baik (pasir) dan tanah lunak (lempung).

3. Susunan struktur rel kereta api disiapkan dengan model tereduksi (small

size models) dari kondisi aslinya.

4. Geosintetik yang digunakan adalah karung pupuk berbentuk anyaman.

5. Beban berupa beban statis dengan perulangan tertentu dan titik pembebanan

yang bervariasi.

6. Program PLAXIS V.8.2 digunakan untuk validasi model struktur rel kereta

(25)

commit to user

1.4

Tujuan Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan ini memiliki beberapa tujuan, antara lain :

1. Membuat model tereduksi dari struktur rel kereta api diatas tanah lunak

tanpa perkuatan dan dengan perkuatan geosintetik.

2. Validasi model tereduksi struktur rel kereta api diatas tanah lunak tanpa

perkuatan dan dengan perkuatan geosintetik menggunakan program

PLAXIS V.8.2.

3. Menganalisis perilaku penurunan struktur rel kereta api di atas tanah lunak

dengan perkuatan geosintetik.

1.5

Manfaat Penelitian

Penelitian ini mempunyai beberapa manfaat, antara lain :

1. Manfaat teoritis

Memperoleh nilai penurunan pada struktur kereta api dengan perkuatan

geosintetik di bawah struktur rel kereta api.

2. Manfaat Praktis

Setelah memperoleh nilai penurunan, maka dapat digunakan untuk

(26)

commit to user

LANDASAN TEORI

TUGAS AKHIR

PENURUNAN STRUKTUR REL KERETA API DI ATAS TANAH LUNAK

DENGAN PERKUATAN GEOSINTETIK

Railway Structure Settlement on Geosynthetic Reinforced Soft Soil

(27)

commit to user

4

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1

Tinjauan Pustaka

2.1.1 Struktur Rel Kereta Api dengan Subgrade Tanah Lunak

Dalam dunia konstruksi, tanah lunak merupakan salah satu permasalahan. Tanah

ini memiliki daya dukung yang rendah sehingga dapat terjadi penurunan jika

terjadi beban yang berlebihan.

Tanah lunak digolongkan dalam tanah kohesif yang identik dengan tanah

lempung. Berikut ini adalah tabel yang menghubungkan nilai N-SPT, konsistensi,

dan kuat tekan bebas (qu) untuk tanah lempung jenuh.

Tabel 2. 1 Hubungan nilai N, konsistensi, dan kuat tekan bebas (qu) untuk tanah lempung jenuh

Sumber : Terzaghi dan Peck (1948)

Sasanti (2008) menyatakan bahwa tanah lunak merupakan tanah yang memilki

beberapa syarat, meliputi :

1. Moisture Content 40 %

2. Plasticity Index 20 %

Berdasarkan fungsinya sebagai pondasi, tanah dasar harus mampu menopang

(28)

commit to user

terdiri atas gaya vertikal, gaya horisontal tegak lurus sumbu sepur, dan gaya

horisontal membujur searah sumbu sepur. Sedangkan sepur sendiri adalah

susunan rel, penambat rel, dan bantalan yang terangkai kokoh dan bersambungan

secara memanjang dan membentuk jalur memanjang.

Gaya vertikal merupakan beban yang paling besar dan berasal dari berat kereta

2001). Jarak antara roda depan dan belakang adalah 2200 mm.

Gambar 2. 1 Bogie K9

2.1.2 Geosintetik

Penurunan tak seragam atau penetrasi dari batuan ballast ke tanah dasar, dapat

mengurangi umur komponen jalan rel maupun kenyamanan penumpang dan

keamanan kereta. Penanganan masalah ini adalah dengan memasang geosintetik

di bawah batuan ballast.

Seperti penggunaannya untuk jalan raya, geosintetik yang digunakan di bawah

(29)

commit to user

1. Memberikan tambahan kekuatan tanah dasar.

2. Menyebarkan beban ke area yang lebih luas, sehingga mereduksi tegangan.

3. Mereduksi regangan yang terjadi di dalam tanah, dan menjaga tanah dasar

terhadap retak akibat tarik.

4. Memberikan pemisah antara tanah dasar dan sub-ballast, atau sub-ballast

dan ballast, sehingga mencegah pemompaan butiran halus tanah.

5. Memberikan tambahan fasilitas filtrasi, permeabilitas searah bidang

geosintetik.

Gambar 2. 2 Efek Pumping dan Fungsi Separasi (PT. Geoforce Indonesia )

2.2

Landasan Teori

2.2.1 Struktur Jalan Rel

2.2.1.1. Beban gandar

Beban gandar direncanakan pada satu macam beban gandar 18 ton agar efisien

dan efektif dalam pengangkutan baik penumpang maupun barang.

2.2.1.2. Lebar sepur

Lebar sepur (rail gauge) adalah jarak terpendek sisi dalam diantara dua kepala rel.

(30)

commit to user

Gambar 2. 3 Lebar sepur pada rel kereta api (Jalan Rel, 2010)

2.2.1.3. Rel

Rel pada jalan rel mempunyai fungsi sebagai pijakan menggelindingnya roda

kereta api dan untuk meneruskan beban dari roda kereta api kepada bantalan. Rel

ditumpu oleh bantalan-bantalan, sehingga rel merupakan batang yang ditumpu

oleh penumpu-penumpu. Pada sistem tumpuan yang sedemikian, tekanan tegak

lurus dari roda menyebabkan momen lentur pada rel di antara bantalan-bantalan.

Selain itu, gaya arah horisontal yang disebabkan oleh gaya angin, goyangan kereta

api, dan gaya sentrifugal (pada rel sebelah luar) menyebabkan terjadinya momen

lentur arah horisontal.

Tabel 2. 2 Tipe rel yang digunakan pada jalan rel

Kelas Jalan Rel Tipe Rel

(Sumber: Jalan rel, 2010)

Tabel 2. 3 Karakteristik Rel

Karakteristik Rel Tipe Rel

(31)

commit to user

Tabel 1.3(lanjutan)

Karakteristik Rel Tipe Rel

Karakteristik Notasi

horizontal dari pusat kelengkungan

badan rel

G (mm) 72,00 76,00 74,97 80,95

Jari-jari kelengkungan badan rel R (mm) 320,00 500,00 508,00 120

Luas penampang A (cm2) 54,26 64,20 69,34 76,86 (Sumber: Jalan rel, 2010)

2.2.1.4. Bantalan

Bantalan jalan rel mempunyai fungsi sebagai berikut:

1. Mendukung rel dan meneruskan beban dari rel ke balas dengan bidang sebaran

beban lebih luas sehingga memperkecil tekanan yang dipikul balas,

2. Mengikat/memegang rel (dengan penambat rel) sehingga gerakan rel arah

horisontal tegak lurus sumbu sepur ataupun arah membujur searah sumbu sepur

dapat ditahan, sehingga jarak antara rel dan kemiringan kedudukan rel dapat

dipertahankan,

3. Memberikan stabilitas kedudukan sepur di dalam balas (lihat uraian tentang

(32)

commit to user

4. Menghindarkan kontak langsung antara rel dengan air tanah.

Dari fungsi tersebut di atas maka bantalan harus kuat menahan beban dan kuat

dalam mengikat penambat rel.

Bantalan dapat terbuat dari kayu, baja, atau beton. Pemilihan jenis bantalan yang

digunakan adalah berdasarkan atas kelas jalan rel menurut peraturan konstruksi

jalan rel yang berlaku. Bantalan kayu digunakan pada jalan rel di Indonesia karena

selain mudah dibentuk juga bahannya mudah didapat. Agar dapat memenuhi

fungsinya, maka bantalan kayu harus cukup keras sehingga mampu menahan

tekanan. Penambat rel yang dipasang pada bantalan harus tidak mudah lepas, dan

tahan lama. Untuk itu maka bahan kayu yang digunakan selain harus kuat

menahan beban yang bekerja padanya, juga harus memenuhi persyaratan sebagai

berikut:

1. Utuh dan padat,

2. Tidak terdapat mata kayu,

3. Tidak mengandung unsur kimia yang tidak baik bagi komponcn \jalan rel yang

terbuat dari logam,

4. Tidak ada lubang bekas ulat atau binatang lainnya,

5. Tidak ada tanda-tanda permulaan terjadi pelapukan dan apabila kayu

diawetkan, pengawetan harus merata dan sempurna.

Sesuai dengan persyaratan bahan kayu dan fungsi bantalan maka tidak semua

jenis kayu dapat digunakan. Bantalan kayu harus dari kayu mutu A, dengan

dengan kelas kuat I atau II dan kelas awet I atau II. Jenis kayu yang biasa

digunakan oleh PT. Kereta Api (persero) untuk bantalan ialah kayu jati dan kayu

besi. Bantalan dengan jenis kayu jati dapat tahan 16 sampai 20 tahun (bahkan ada

yang lebih dari 20 tahun). Kayu besi dapat digunakan karena keras, tapi mudah

pecah dan kadang-kadang terdapat kandungan asam yang tidak baik bagi logam

(33)

commit to user

2.2.1.5. Balas

Lapisan balas terletak di atas lapisan tanah dasar. Lapisan balas mengalami

tagangan yang besar akibat lalulintas kereta api, sehingga bahan pembentuknya

harus baik dan pilihan. Balas mempunyai fungsi sebagai berikut:

1. Meneruskan dan menyebarkan beban yang diterima bantalan ke tanah dasar,

2. Mencegah/menahan bergesernya bantalan dan rel baik arah membujur maupun

melintang,

3. Meloloskan air sehinga tidak terjadi genangan air di sekitar bantalan dan rel,

4. Mendukung bantalan dengan dukungan yang kenyal.

Gradasi pada ballast atas ditampilkan pada Tabel 2.4, sedangkan gradasi pada

ballast bawah ditampilkan pada Tabel 2.5.

Tabel 2. 4 Gradasi Lapisan Ballast Atas Ukuran

Sumber : Suryo Hapsoro Tri Utomo (2010)

Keterangan : untuk jalan rel kelas I dan II digunakan ukuran minimal 2,5 0,75 inci

: untuk jalan rel kelas III digunakan ukuran minimal 1 inci

Tabel 2. 5 Gradasi Lapisan Ballast Bawah

Ukuran Saringan (inci) 2 1 3/8 No. 10 No. 40 No. 200

% Lolos (optimum) 100 95 67 38 21 7

1,5 0,75 100 90-100 50-84 26-50 12-30 0-10

(34)

commit to user

Bentuk dan dimensi lapisan balas

Gambar 2. 4 Potongan melintang pada jalan lurus

Tabel 2. 6 Ukuran-ukuran pada lapisan balas Kelas Jalan Rel

(Sumber: Jalan rel, 2010)

2.2.1.6. Tanah Dasar

Tanah dasar (subgrade) jalan rel mempunyai fungsi sebagai berikut:

1. Mendukung beban yang diteruskan oleh balas kepada tanah dasar,

2. Meneruskan beban ke lapisan di bawahnya, yaitu badan rel, dan

3. Memberikan landasan yang rata pada kedudukan/ketinggian/elevasi di tempat

balas akan diletakkan.

Tanah dasar jalan rel merupakan lapisan yang terbuat dari bahan geoteknik, yang

(35)

commit to user

Sesuai dengan fungsinya, dari sudut pandang teknik tanah dasar harus mampu

menopang beban di atasnya dan kuat menahan tegangan yang terjadi padanya.

Beban yang harus ditopang oleh lapisan tanah dasar ialah berat lapisan balas,

sedangkan tegangan yang terjadi padanya ialah tegangan yang terjadi akibat dari

gaya yang diteruskan oleh bantalan kepada balas yang kemudian diteruskan dan

didistribusikan oleh balas kepada lapisan tanah dasar. Menurut Clarke, 1957

(diambil dari lu of Transport Economics, 1980), dengan asumsi bahwa beban

didistribusikan dengan kemiringan 1:1, tekanan vertikal tanah dasar dapat

ditentukan dengan persamaan pendekatan sebagi berikut:

= 2 × ×

+2. ( +2. ) ... (1.1) dengan:

z = tekanan vertikal pada kedalaman z ( kPa ),

Pa = tekanan kontak rerata antara bantalan dengan balas ( kPa ),

z = kedalaman tanah dasar (dalam hal ini sama dengan tebal lapisan balas,

diukur dari bidang kontak antara bantalan dan balas ( m ),

B =lebar bantalan ( m ),

L = panjang bantalan di bawah rel ( m ).

Tekanan vertikal pada permukaan atas tanah dasar dapat juga dihitung dengan

cara yang disampaikan oleh Schramm (1961), yaitu bahwa tekanan vertikal yang

terjadi ditentukan oleh tekanan rerata di bawah dudukan rel (rail seat), panjang

bantalan, lebar rel, jarak antara bantalan, tebal lapisan balas, dan sudut gesek

internal bahan balas, yang diwujudkan dalam persamaan sebagai berikut:

(36)

commit to user

Menurut Schramm (1961) sudut gesek internal pada bahan balas berbutir kasar,

berpermukaan kasar dan kering adalah sekitar 40°. Sedangkan pada bahan balas

yang berbutir halus, berpermukaan halus dan basah adalah sekitar 30°.

Berdasarkan pendekatan yang digunakan oleh AREA (1997), tekanan yang terjadi

pada tanah dasar dapat dihitung dengan persamaan:

pc = 16,8pa/h1,25 ... (1.3)

dengan :

pc = tekanan yang terjadi pada tanah dasar ( psi),

pa = tekanan yang didistribusikan oleh bantalan kepada balas (psi),

h = tebal lapisan balas (inches ).

Dari tiga persamaan tersebut di atas terlihat bahwa perancangan tanah dasar

selalu harus dikaitkan dengan perancangan balas yang merupakan lapisan yang

terletak di atasnya. Bahkan Salem dan Hay, 1966 (dalam Bureau of Transport

Economics, 1980), menyatakan bahwa untuk mendapatkan distribusi tekanan yang

lebih seragam pada tanah dasar yang tidak hanya antara bantalan tetapi juga

sepanjang bantalan, dibutuhkan lapisan balas yang lebih tebal, sehingga mampu

mencegah terjadinya penurunan diferensial (differential settlement) yang

berlebih pada tanah dasarnya dan akan mencegah pula terjadinya cekungan

pada tanah dasar di bawah bantalan.

Sesuai dengan fungsi tanah dasar dan melihat letak/kedudukan serta

distribusi beban oleh lapisan di atasnya (balas), maka tanah dasar harus

mempunyai kuat dukung yang cukup. Menurut ketemuan yang digunakan oleh

PT.Kereta Api (persero), kuat dukung tanah dasar (yang dalam hal ini ialah nilai

CBR) minimum ialah sebesar 8%. Tanah dasar yang harus memenuhi syarat

minimum CBR 8% tersebut ialah tanah dasar setebal minimum 30 cm.

2.2.2 Pembebanan pada struktur rel

Gaya yang ditimbulkan oleh kereta api yang melintas di alas jalan rel harus

(37)

commit to user

1. Gaya vertikal,

2. Gaya horisontal tegak lurus sumbu sepur, dan

3. Gaya horisontal membujur searah sumbu sepur.

Gaya vertikal akan diterima oleh kedua rel, diteruskan kepada balas melalui

perantaraan bantalan dan oleh balas diteruskan kepada tanah dasar berdasarkan

prinsip penyebaran beban. Selanjutnya beban yang diterima oleh tanah dasar ini

akan diteruskan kepada badan jalan rel juga dengan prinsip penyebaran beban.

Dengan demikian maka tekanan spesifik pada badan jalan rel akan menjadi kecil,

sehingga diharapkan tidak melebihi kuat dukung badan jalan relnya. Untuk itu

maka ketebalan balas secara teknis harus mencukupi. Sedangkan gaya horisontal

terutama akan ditahan oleh balas, karena itu maka peletakan bantalan pada balas

harus sedemikian sehingga balas dapat menahan gaya horisontal yang harus

ditahannya.

2.2.2.1. Gaya vertikal

Gaya vertikal berasal dari berat kereta api dan merupakan beban yang paling besar

yang diterima oleh struktur jalan rel. Gaya vertikal ini dapat menyebabkan

terjadinya defleksi vertical. Besar dan asal beban vertikal diuraikan berikut ini.

a. Gaya lokomotif

Lokomotif yang sekarang digunakan PT. Kereta Api persero ialah

lokomotif yang ditumpu oleh 2 bogie. Berdasarkan atas jumlah gandar (satu

gandar terdiri atas 2 roda) pada masing-masing bogie, secara garis besar

lokomotif yang digunakan dapat dikelompokkan atas 2 jenis, yaitu:

Lokomotif BB yang masing-masing bogie terdiri atas 2 gandar, dan

Lokomotif CC yang masing-masing bogie terdiri atas 3 gandar.

Perhitungan beban gandar (axle load) dan beban roda pada lokomotif dapat

dijelaskan sebagai berikut.

lokomotif BB. Jika beban lokomotif (Wlok) = 56 ton, maka:

Gaya pada bogie (Pb) = Wlok/2 = 56/2 ton = 28 ton

(38)

commit to user

Gaya roda statis (Ps) = Pg/2 = 14/2 ton = 7 ton.

lokomotif CC. Jika beban lokomotif (Wlok) = 84 ton, maka:

Gaya pada bogie (Pb) = Wlok/2 = 84/2 ton = 42 ton,

Gaya gandar (Pg) = Pb/3 = 42/3 ton = 14 ton,

Gaya roda statis (Ps) = Pg/2 = 14/2 ton = 7 ton.

Pada lokomotif CC terdapat 2 kelompok berat, yaitu: Lokomotif CC-201 dan

CC-203, dengan berat 84 ton, sehingga beban gandarnya 14 ton, dan

Lokomotif CC-202 dengan berat 108 ton atau beban gandar 18 ton.

b. Gaya Kereta (Car, Coach)

Kereta dipakai untuk angkutan penumpang. Kereta mempunyai

karakteristik kenyamanan dan kecepatan yang tinggi. Berat kereta (berisi

penumpang) ialah sekitar 40 ton. Kereta ditumpu oleh 2 bogie (Pb=20 ton),

masing-masing bogie terdiri atas 2 gandar, sehingga Pg = 10 ton, dan Ps = 5

ton.

c. Gaya Gerbong (Wagon)

Gerbong digunakan untuk angkutan barang. Prinsip beban ialah sama dengan

lokomotif dan kereta. Satu gerbong dapat tcrdiri atas 2 gandar (tanpa bogie)

atau 4 gandar (dengan bogie).

d. Faktor dinamis

Akibat dari beban dinamik kendaraan jalan rel, maka timbul faktor dinamik.

Untuk mentransformasi gaya statis ke gaya dinamis digunakan faktor dinamis

sebagai berikut:

Ip = l +0.01 (V/1,609-5)

dengan: Ip : faktor dinamis,

V : kecepatan kereta api ( km/jam ).

Selanjutnya gaya dinamis dapat dihitung sebagai berikut:

Pd = Ps x Ip

dengan: Pd : gaya dinamis (ton ),

Ps : gaya statis (ton),

(39)

commit to user

2.2.2.2. Gaya horisontal tegak lurus sumbu sepur

Gaya ini disebabkan oleh "snake motion" kereta api, gaya angin yang bekerja

pada kereta api (sisi kanan/kiri) dan gaya sentrifugal sewaktu kereta api melintasi

tikungan.

2.2.2.3. Gaya horisontal membujur searah sumbu sepur

Gaya ini disebabkan oleh gaya akibat pengereman, gesekan antara roda kereta api

dengan kepala rel, gaya akibat kembang susut rel dan gaya berat jika jalan rel

berupa tanjakan/penurunan.

2.2.3

Metode Elemen Hingga

2.2.3.1. Langkah-Langkah dalam Metode Elemen Hingga

Prinsip dasar dari Metode Elemen Hingga adalah diskretisasi yaitu prosedur

dimana problem kompleks yang besar dibagi-bagi menjadi satu ekivalen yang

lebih kecil atau komponen. Secara garis besar ada 5 langkah dasar :

1. Diskretisasi

Yaitu pembagian suatu continuum menjadi sistem yang lebih kecil yang

disebut sebagai finite element. Pertemuan antara nodal line disebut nodal

point (Gambar 2.5). Pada metode elemen hingga, masing-masing elemen

dianalisis secara tersendiri menggunakan persamaan konstitutif sehingga

persamaan sifat dan kekakuan masing-masing elemen diformulasi.

Kemudian secara berurutan, setiap elemen dirakit untuk mendapatkan

persamaan secara keseluruhan. Untuk 1D digunakan elemen garis, untuk 2D

digunakan elemen segitiga dan segiempat (quadrilateral), sedangkan untuk

(40)

commit to user

Gambar 2. 5 Diskretisasi

2. Pemilihan fungsi aproximasi

Langkah ini digunakan untuk menentukan perpindahan setiap elemen

menggunakan polynomial berderajat n. Semakin tinggi n, semakin tinggi

ketelitiannya. Perpindahan sutu node dituliskan sebagai

{u} = [N] {q}

Dimana [N] = matriks fungsi interpolasi, {q} = {u1,u2,...,v1,v2,...}T

3. Penurunan persamaan elemen

Menggunakan metode variational atau residual (misal metode Galerkin).

Persamaan elemen dapat ditulis sebagai

[k] {q} = {Q}

Dimana [k] adalah matriks properti elemen, dan {Q} vektor gaya node

4. Assembling properti elemen ke persamaan global

Persamaan-persamaan eleman pada langkah 3 dikombinasi sehingga

menghasilkan stiffness relation untuk seluruh elemen. Langkah ini dibuat

untuk mendapatkan kompatibilitas displacement setiap node.

Stiffness relation ditulis :

[K] {r} = {R}

Dimana

[K] = global stiffness matriks

{r} = global nodal displacement vector

{R} = global nodal force vector

5. Komputasi strain dan stress

Persamaan yang telah ada diselesaikan/dipecahkan untuk mendapatkan

besaran-besaran yang tidak diketahui, baik primer (perpindahan) maupun node

(41)

commit to user

sekunder (regangan, tegangan, momen, dan geser), dengan menggunakan

rumus tambahan:

}

2.2.3.2. Model Material dalam Metode Elemen Hingga

Salah satu hal yang sangat penting dalam permodelan menggunakan elemen

hingga adalah menentukan model material. Model material adalah sekumpulan

persamaan matematika yang menjelaskan hubungan antara tegangan-regangan.

Suatu material harus dimodelkan secara mekanis menggunakan persamaan

konstitutif. Penentuan model suatu material dibuat sesuai dengan kondisi material

yang ditinjau serta derajat keakuratan yang diinginkan .

Beberapa model material yang digunakan dalam material tanah dan batuan adalah

Isotropic Elasticity ( ), Mohr-Coulomb atau Elastic Plastic (MC),

Hardening-Soil (HS), Soft-Soil-Creep (SSC), Cam Clay (CC), Modified Cam Clay

(MCC), Nonlinier Elasticity (Hiperbolic), Strain Softening, Slip Surface, Soft Soil

(SS), Jointed Rock (JR).

Model material tanah yang dipakai untuk verifikasi data di antaranya, yaitu model

tanah Isotropic Elasticity ( ) dan Mohr-Coulomb atau Elastic-Plastic

(MC).

(42)

commit to user

Masing-masing modal di atas memiliki parameter tersendiri serta memiliki

kelebihan dan kekurangan. Keakuratan permodelan menggunakan metode elemen

hingga sangat tergantung pada :

1. Keahlian memodelkan

2. Pemahaman terhadap model serta keterbatasannya

3. Pemilihan parameter dan model material tanah

4. Kemampuan menilai hasil komputasi

2.2.4 PLAXIS

PLAXIS adaiah program elemen hingga untuk aplikasi geoteknik dimana

digunakan model-model tanah untuk melakukan simulasi terhadap perilaku dari

tanah. Program PLAXISdan model-model tanah didalamnya telah dikembangkan

dengan seksama. Walaupun pengujian dan validasi telah banyak dilakukan, tetap

tidak dapat dijamin bahwa program PLAXIS bebas dari kesalahan. Simulasi

permasalahan geoteknik dengan menggunakan metode elemen hingga sendiri

telah secara implisit melibatkan kesalahan pemodelan dan kesalahan numerik

yang tidak dapat dihindarkan. Akurasi dari keadaan sebenarnya yang

diperkirakan sangat bergantung pada keahlian dari pengguna terhadap pemodelan

permasalahan, pemahamanan terhadap model-model tanah serta keterbatasannya,

penentuan parameter-parameter model, dan kemampuan untuk melakukan

interpretasi dari hasil komputasi.

2.2.4.1. Pengaturan Umum (General Setting)

PLAXIS versi 8.2 dapat digunakan untuk melakukan analisis elemen berupa Plain

strain maupun axi-simetry. Model Plain strain digunakan untuk model geometri

dengan penampang melintang kurang lebih seragam dengan kondisi tegangan dan

kondisi pembebanan yang cukup panjang dalam arah tegak lurus terhadap

penampang tersebut. Model axi-simetry digunakan untuk struktur berbentuk

lingkaran dengan penampang radial yang kurang lebih seragam dengan kondisi

(43)

commit to user

2.2.4.2. Kontur Geometri (Geometri Contour)

Pembuatan sebuah model elemen hingga dimulai dengan pembuatan geometri dari

model, yang merupakan representasi dari masalah yang akan dianalisis. Sebuah

model geometri terdiri dari titik-titik, garis-garis dan klaster-klaster.

Input dasar dari pembuatan model geometri adalah geometry line.

Geometry line dapat dipilih melalui simbol yang muncul atau melalui

sub menu geometry.

Pelat adalah struktur tipis di tanah dengan kekakuan tertentu. Pada

model geometri pelat tampak sebagai garis vertikal biru. Pelat dapat

dipilih melaluisimbolyang muncul atau melalui sub menu geometry.

Geogrid adalah struktur tipis di tanah dengan kekakuan tertentu. Pada

model geometri geogrid tampak sebagai garis horizontal kuning.

Geogrid dapat dipilih melalui simbol yang muncul atau melalui sub

menu geometry.

Model pembebanan pada analisis ini adalah beban titik dalam gaya per

panjang (kN/m).

2.2.4.3. Kondisi Batas (Boundary Conditions)

Kondisi standard fixities yang terdapat pada PLAXIS dapat digunakan

dengan cepat dan mudah untuk berbagai aplikasi praktis yang sering

dijumpai. Secara otomatis, maka di samping kanan dan kiri luasan akan

muncul garis sejajar yang menandakan kemungkinan pergerakan

vertikal saja. Sedangkan untuk bagian bawah, muncul garis sejajar yang

bersilangan yang menandakan bahwa tidak ada pergerakan baik

(44)

commit to user

2.2.4.4. Set Data Material (Material Data Sets )

Model material pada tanah yang umum digunakan adalah

Mohr-Coulomb karena model ini relatif sederhana dengan material input yang

hampir sama dengan metode keseimbangan batas, selain itu model

material Mohr Coulomb juga paling banyak dikenal. Tipe material

dipilih undrained karena tanah yang dijadikan model adalah tanah yang

memiliki nilai permeabilitas sangat kecil, sehingga dianggap tidak

terjadi aliran air.

2.2.4.5. Pembuatan Jaring-Jaring Elemen (Mesh Generations)

Setelah model geometri sudah ditentukan dan material sudah

dimasukkan ke semua cluster dan struktur, geometri harus dibagi

menjadi finite element dengan tujuan menampilkan perhitungan finite

element. PLAXIS memberikan fasilitas automesh yang dapat dipilih

melalui melalui simbol yang muncul atau melalui sub menu mesh.

2.2.4.6. Kondisi Awal (Initial Conditions)

Setelah model geometri sudah dibuat dan elemen mesh

sudah ditentukan, kondisi awal dari tanah harus ditentukan.

Ada dua pilihan kondisi awal pada PLAXIS, yaitu kondisi

awal dengan tekanan air dan kondisi awal tanpa tekanan air.

Dalam analisis ini muka air tanah dianggap jauh di bawah

dasar model sehingga tekanan air tidak diperhitungkan.

Maka kondisi awal tanpa tekanan air yang kita pilih.

Dengan memilih bagian kanan dari dua pilihan initial

condition.

Icon di samping digunakan untuk menentukan tegangan

awal dari tanah. Setelah kita pilih simbol di samping maka

(45)

commit to user

2.2.4.7. Perhitungan (Calculations)

Pada jendela calculations tipe perhitungan yang dipilih adalah

tipe plastic, karena tujuan dari analisis ini adalah untuk

menghasilkan perpindahan secara elastik-plastik.

Langkah selanjutnya adalah penentuan titik acuan perhitungan.

Dengan memilih simbol select point for curve, kemudian akan

muncul jendela baru berupa geometri setelah itu titik acuan

kita letakkan pada bagian tengah pondasi.

Setelah penentuan titik acuan, pemilihan simbol update akan

menutup jendela pemilihan titik acuan dan akan kembali ke

jendela perhitungan.

Dengan pemilihan simbol calculate maka proses perhitungan

dimulai.

2.2.4.8. Keluaran (Output)

Setelah proses perhitungan, maka simbol calculate otomatis

berganti dengan simbol output. Dengan memilih simbol output,

akan muncul jendela output berupa deformed mesh.

Untuk memunculkan kurva beban-perpindahan, dipilih simbol

curves yang akan memunculkan jendela baru untuk memilih

(46)

commit to user

METODOLOGI PENELITIAN

TUGAS AKHIR

PENURUNAN STRUKTUR REL KERETA API DI ATAS TANAH LUNAK

DENGAN PERKUATAN GEOSINTETIK

Railway Structure Settlement on Geosynthetic Reinforced Soft Soil

(47)

commit to user

23

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1

Pendahuluan

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan penurunan struktur rel dan

subgrade pada tanah lunak tanpa perkuatan geosintetik dibandingkan dengan

perkuatan geosintetik. Pengujian pendahuluan dilakukan terhadap tanah lunak

sebagai subgrade untuk mengetahui nilai parameter tanah subgrade tersebut.

Setelah pengujian pendahuluan dilakukan kemudian model struktur rel dibuat

didalam kotak berukuran 1m x 1m x 0,6m. Model rel dibatasi hanya sepanjang

satu bagian ruas rel diantara sambungan dan telah direduksi dari ukuran aslinya.

Pengujian dilakukan terhadap struktur rel dengan pemberian beban berulang

(repetisi) untuk menggambarkan beban kereta api yang berkali-kali membebani

struktur rel tersebut. Pada saat pengujian dilakukan pengamatan terhadap perilaku

struktur rel yang meliputi besar penurunan struktur rel dan subgrade saat

menerima beban dan kenaikan yang terjadi saat beban itu dihilangkan.

Pengamatan dilakukan sesuai jumlah repetisi beban yang diberikan pada struktur

rel tersebut. Pengamatan lain yang dilakukan adalah mengenai letak/posisi

penurunan yang terjadi.

Pengujian pertama dilakukan terhadap struktur rel diatas tanah pasir sebagai

gambaran perilaku struktur rel diatas subgrade yang kuat. Pengujian kedua

dilakukan terhadap struktur rel diatas tanah lunak tanpa perkuatan .Pengujian

ketiga dilakukan seperti pengujian kedua dengan perbedaan pada perkuatan

struktur rel menggunakan geosintetik. Selanjutnya digunakan program PLAXIS

sebagai analisa pembanding terhadap tiga pengujian model yang telah dilakukan

Program PLAXIS menggunakan nilai parameter tanah secara lengkap sebagai

input datanya, sehingga diperlukan data uji pendahuluan. Dalam program ini

(48)

commit to user

letak/posisi penurunan yang terjadi pada struktur rel. Dari percobaan terhadap

kedua model struktur rel dan analisanya dengan program PLAXIS diharapkan

penurunan struktur rel di lapangan akibat menerima beban kereta api yang terus

menerus dapat diketahui.

3.2

Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data-data antara lain:

1. Data primer

Data-data yang dikumpulkan terdiri atas data indeks properti tanah,

parameter geser tanah, dan data pengujian utama berupa nilai

penurunan dan kapasitas dukung geosintetik. Untuk mengatahui

nilai-nilai tersebut terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap tanah

subgrade dimana dalam hal ini adalah tanah lunak.

Setelah semua pengujian tersebut dilaksanakan, kemudian selakukan

pengujian untuk mencari nilai penurunan pada struktur rel dan pada

tanah dasar.

2. Data sekunder

Data sekunder meliputi data mengenai ukuran struktur rel, panjang satu

bagian rel, bantalan, jarak antar bantalan, ketebalan balas dan lebar

sepur yang nantinya akan dibuat permodelan. Data ini didapatkan dari

literatur yang ada dan juga dari pengamatan langsung dilapangan.

3.3

Alat dan Bahan

3.3.1 Alat

Alat-alat uji pembebanan yang terdiri dari :

1. Satu unit box uji 3 dimensi

Box uji ini berukuran panjang 100 cm; lebar 100 cm dan tinggi 60 cm.

(49)

commit to user

Gambar 3. 1 Satu unit box uji 3 dimensi

(50)

commit to user

Gambar 3. 3 Sketsa potongan A-A alat model 3 dimensi (Subekti, 2009)

Gambar 3. 4 Sketsa potongan B-B alat model 3 dimensi (Subekti, 2009)

2. Geosintetik

Model geosintetik yang digunakan dalam penelitian merupakan bahan

yang terbuat dari kain anyam bekas karung pupuk. Pemilihan bahan

didasarkan pada kemiripan sifat dengan salah satu produk geosintetik yaitu

geosintetik yang terbuat dari bahan polymer polypropylene. Gambar

(51)

commit to user

Gambar 3. 5 Model geosintetik

Gambar 3. 6 Sketsa penempatan lembar model geosintetik dalam pengujian

3. Dial gauge

Alat ini digunakan untuk mengetahui besarnya deformasi permukaan tanah

pada saat uji pembebanan. Dial gauge yang digunakan berjumlah 10 buah

(kanan dan kiri) dengan ketelitian 0,01 mm (Gambar 3.7).

(52)

commit to user

4. Nivo

Alat ini digunakan untuk mengukur permukaan bantalan maupun rel

terhadap tanah agar benar-benar rata secara horizontal.

Gambar 3. 8 Nivo

5. Alat Pembebanan (Slotted Weights)

Alat pembebanan yang digunakan dalam pengujian utama dalam penelitian

ialah berupa 10 unit besi coak yang masing-masing bobotnya sebesar 8

Kg.

Gambar 3. 9 Slotted Weights

6. Alat Pendukung

Satu unit alat pembebanan dan alat pendukung lainnya, seperti palu,

(53)

commit to user

3.3.2 Bahan

1. Tanah

Tanah yang digunakan sebagai media uji pada penelitian ini merupakan

tanah lunak yang diambil dari daerah Sumberlawang, Kabupaten

Purwodadi, Jawa Tengah. Sedangkan untuk tanah pasir telah tersedia di

laboratorium Mekanika Tanah Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri

Sebelas Maret Surakarta.

2. Air

Air yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari laboratorium

Mekanika Tanah Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Sebelas Maret

Surakarta.

3. Kayu Bantalan

4. Besi Rel

Besi rel yang digunakan terbuat dari besi siku yang di potong dua bagian

masing-masing panjangnya 90 cm.

5. Ballast

Ballast yang digunakan untuk melengkapi model sistem struktur rel kereta

api terbuat dari batu pecah yang keras dengan diameter antara 28 50 mm

yang nantinya akan disaring sesuai ukuran yang telah ditentukan.

3.4

Metode Penelitian

3.4.1 Penyiapan Benda Uji

Benda uji terbuat dari lembaran kain anyam ex karung pupuk yang

dianalogikan sebagai geosintetik yang umumya terbuat dari polymer

(54)

commit to user

Gambar 3. 10 Aplikasi geosintetik untuk jalan rel (Rankilor, 1981)

Benda uji menggunakan ukuran 51 cm x 100 cm, sesuai dengan luasan alas

ballast. Benda uji tersebut akan dipasang di bawah batuan ballast dan tepat di

atas tanah dasar.

3.4.2 Penyiapan Media Tanah

a. Tanah baik (dominan pasir)

Media tanah pertama yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah baik

(termasuk tanah dominan pasir) yang diambil dengan sistem pengambilan

terganggu (disturbed sample). Persiapan media tanah ini dilakukan dengan

langkah-langkah sebagai berikut :

Menjemur tanah di bawah sinar matahari atau pengeringan di udara

hingga kering untuk mendapatkan tanah yang dapat disaring (Bowles,

1984).

Menyaring tanah dengan lolos ayakan No. 4 (diameter 4,75 mm).

Mencampur tanah dengan air menggunakan rasio air tanah yang

diperhitungkan terlebih dahulu menggunakan uji standard proctor.

Dalam penelitian ini rasio yang didapatkan saat kadar air optimum ialah

360 ml / 2 kg.

Memasukkan tanah ke dalam kotak uji.

Menumbuk tanah dan memadatkannya dengan tinggi jatuh 20 s/d 30 cm

sebanyak 1/3 tinggi kotak uji..

Memasukkan tanah lagi hingga mencapai 2/3 tinggi kotak uji,

kemudian melakukan pemadatan.

(55)

commit to user

Menguji kepadatan tanah pasir dengan alat uji CBR pada 3 titik yang

berbeda.

b. Tanah Lunak.

Media tanah kedua yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah lunak

dengan sistem pengambilan terganggu (disturbed sample). Persiapan media

tanah ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

Menjemur tanah di bawah sinar matahari hingga kering ditunjukkan

pada gambar .

Gambar 3. 11 Penjemuran tanah di bawah sinar matahari

Menghancurkan tanah dengan soil crusher (Gambar 3.12).

(56)

commit to user

Menyaring tanah yang sudah hancur dengan spesifikasi lolos ayakan

No. 4 (diameter 4,75 mm) (Gambar 3.13).

Gambar 3. 13 Penyaringan tanah dengan ayakan No. 4

Mencampur tanah dengan air menggunakan rasio air tanah yang

diperhitungkan terlebih dahulu menggunakan uji standard proctor.

Dalam penelitian ini rasio yang didapatkan saat kadar air optimum ialah

620 ml / 2 kg. Setelah rasio air diketahui, tanah dicampur dengan air

dengan rasio air yang lebih atau dengan kadar yang membuat tanah

tersebut menjadi lebih lunak (bukan kepadatan maksimum) (Gambar

3.14).

(57)

commit to user

Mengganti separuh tinggi dari media tanah pasir dengan memasukkan

tanah lempung tersebut di atasnya.

Memasukkan tanah ke dalam kotak uji.

Menumbuk tanah dan memadatkannya dengan tinggi jatuh 20 s/d 30 cm

sebanyak 1/3 tinggi kotak uji. (Gambar 3.15)

Gambar 3. 15 Pemadatan tanah dengan alat pemadat 5 kg

Memasukkan tanah lagi hingga mencapai 2/3 dari separuh tinggi kotak

uji, kemudian melakukan pemadatan.

Memasukkan tanah hingga penuh, kemudian dilakukan pemadatan.

Menguji kepadatan pasir dengan alat uji CBR pada 3 titik yang berbeda.

(Gambar 3.15)

(58)

commit to user

3.4.3 Persiapan Peralatan Pengujian

Alat pengujian terdiri dari statif dan alat pembebanan aksial. Cara

pembebanan alat dijelaskan sebagai berikut :

a. Alat uji dibuat dalam bak uji berukuran 100 x 100 x 60 cm.

b. Pembebanan kereta api terhadap badan rel bertumpu pada bogie kereta api.

Tiap bogie pada umumnya terdapat 2 gandar (depan dan belakang) dan

setiap gandar terdapat dua roda (kanan dan kiri). Oleh sebab itu,

pendekatan pembebanan pada model uji ini dapat dilihat pada gambar

3.17.

Gambar 3. 17 Sketsa konstruksi dan pembebanan pada rel kereta api dalam suatu model uji

c. Struktur rel kereta api dibuat dengan skala tereduksi (small size) dari

(59)

commit to user

Tabel 3. 1 Perbandingan dimensi struktur rel kereta api dalam skala asli dengan skala terduksi pada suatu model uji

No Faktor Skala Asli

d. Balas berupa kerikil / batu pecah yang keras dan tidak mudah pecah, serta

berdiameter antara 28 50 mm. Sedangkan rel kereta api terbuat dari besi

siku. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.18

Gambar 3. 18 Potongan melintang struktur rel kereta api skala tereduksi

e. Beban aksial yang akan diberikan berupa lempengan besi yang dicoak

(Slotted Weights). Beban beserta perlengkapan lainnya dapat dilihat pada

(60)

commit to user

Gambar 3. 19 Set Up Pembebanan pada Media Pasir

Gambar 3. 20 Set Up Pembebanan pada Media Pasir dan Lempung dengan

(61)

commit to user

3.4.4 Pengujian Pembebanan Model

Pengujian pembebanan dilakukan untuk mengetahui penurunan model

sistem rel kereta api skala tereduksi. Pekerjaan yang dilakukan pada tahap

pengujian ini meliputi :

Melakukan pembebanan dengan metode beban tertahan (maintained

load) sesuai ASTM D1143-57T dalam Hardiyatmo (2010).

Metode ini dilakukan secara bertahap. Beban awal yang akan diberikan

adalah 16 kg dan menerus dari ujung ke ujung rel per jarak 22,5 cm.

Setelah bacaan berhenti (stabil), kemudian dilakukan pembacaan

penurunan pada dial., penambahan beban selanjutnya dengan kelipatan

16 kg hingga maksimal 80 kg dapat diterapkan. (Gambar 3.21 dan

gambar 3.22)

Gambar 3. 21 Rangkaian tereduksi struktur rel kereta api

(62)

commit to user

3.4.5 Pelaksanaan Pengujian dan Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan dengan membaca dial gauge yang

dipasang merata pada masing-masing sisi rel sebanyak 5 buah.

Pembacaan dilakukan apabila dial gauge sudah tidak mengalami

pergerakan lagi (kondisi stabil).

Data yang diambil berupa bacaan dial gauge

Beban (kg)

Gambar 3. 23 Grafik hubungan besar penurunan pada saat beban ultimit

3.4.6 Pembahasan menggunakan Program PLAXIS.

Membuat model pada software PLAXIS

Menganalisis model yang sudah dibuat dan mencari data hubungan

tegangan-perpindahan model tanah

Membandingkan hasil data output software PLAXIS dengan hasil uji

3.4.7 Menganalisis hasil perbandingan data dari model uji dan software

PLAXIS.

Gambar

Tabel 4. 15 Hubungan besar penurunan yang terjadi pada struktur rel diatas
Tabel 2. 1 Hubungan nilai N, konsistensi, dan kuat tekan bebas (qu) untuk tanah
Gambar 2. 1 Bogie K9
Gambar 2. 2 Efek Pumping dan Fungsi Separasi (PT. Geoforce Indonesia )
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pekerjaan yang dilakukan pembantu pemanen (kenek) adalah membantu tenaga panen inti dalam membersihkan dan merawat areal ancaknya, khususnya pendongkelan gulma di gawangan

Praharesti Eryani, M.Si selaku dosen Pembimbing Utama dan dosen wali pembimbing akademik yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan bimbingan, perhatian, dukungan dan

Perhitungan waktu pemesinan disimpulkan bahwa jumlah mesin dan fasilitas yang dibutuhkan untuk memproduksi 100 unit alat pelepas mur roda mobil yang efektif adalah 7 unit

Pengaruh Pemberian Tepung Cangkang Udang (Karapas) sebagai Sumber Khitin dalam Ransum Terhadap Kadar LDL (Low Density Lipoprotein), HDL (High Density Lipoprotein), dan

Dari tabel 3 (hasil belajar afektif minat siswa) dapat dilihat bahwa setelah dilakukan pembelajaran menggunakan pendekatan CTL pada siklus 1 dan siklus 2, nilai

Dari hasil pengabdian Masyarakat ini dapat disimpulkan bahwa telah terjadi transper teknologi dalam desain animasi yang menggunakan flash yang selama ini rumit

Berdasarkan permasalahan di atas penulis membuat sebuah aplikasi penjualan yang akan mempercepat proses pencatatan produk yang akan dipesan oleh customer, yang mana pada

Tingginya populasi di daerah yang tidak alami ini diduga disebabkan ka r en a kondisi habitat hutan ini memberikan kesempatan yang lebih tinggi untuk be r kem - bang (diduga a.