• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PROYEKSI TENAGA KERJA DAERAH DI KABUPATEN MAGETAN TAHUN 2011-2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS PROYEKSI TENAGA KERJA DAERAH DI KABUPATEN MAGETAN TAHUN 2011-2014"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

ANALISIS PROYEKSI TENAGA KERJA DAERAH

DI KABUPATEN MAGETAN TAHUN 2011-2014

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh :

RATNA TANJUNG KUMALASARI F0108166

UNI VE RSITAS SEB ELAS MARET SURAKARTA

(2)

commit to user

ii ABSTRAKSI

ANALISIS PROYEKSI TENAGA KERJA DAERAH DI KABUPATEN MAGETAN TAHUN 2011-2014

Ratna Tanjung Kumalasari F0108166

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tipologi daerah, perkiraan penawaran tenaga kerja berdasarkan Metode Ekstrapolasi, perkiraan permintaan tenaga kerja berdasarkan Metode Simple E dan Metode Geometri, serta perkiraan pengangguran yang ada di Kabupaten Magetan.

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis tipologi daerah, metode ekstrapolasi, metode Simple E, metode geometri, serta perkiraan pengangguran.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan proporsi PDRB dan penyerapan tenaga kerja Kabupaten Magetan bertipologi pertanian. Perkiraan penawaran tenaga kerja dengan menggunakan metode ektrapolasi menunjukkan bahwa perkiraan penawaran tenga kerja Kabupaten Magetan pada tahun 2011-2014 mengalami kenaikan dan penurunan yang berfluktuatif. Perkiraan permintaan tenaga kerja dengan menggunakan metode Simple E dan metode geometri diperoleh hasil yang sama yaitu perkiraan permintaan tenaga kerja Kabupaten Magetan tahun 2011-2014 mengalami kenaikan dan penurunan yang berfluktuatif. Perkiraan pengangguran dihitung secara sederhana sebagai selisih antara penawaran tenaga kerja dan perkiraan permintaan tenaga kerja untuk tahun yang sama, perkiraan pengangguran Kabupaten Magetan tahun 2011-2014 mengalami kenaikan dan penurunan.

Mengacu pada hasil penelitian, saran yang dapat diberikan adalah pemerintah Kabupaten Magetan diharapkan meningkatkan produktifitas dan kualitas hasil pertanian yang berfungsi membuka kesempatan lapangan pekerjaan. Untuk angkatan kerja diperlukan menciptakan dan memeratakan kesempatan kerja dengan pelatihan tenaga kerja agar terwujud angkatan kerja yang terampil dan tangguh. Untuk penyerapan tenaga kerja dengan membuka kesempatan berusaha melalui penumbuhan wirausaha baru dan pengembangan UMKM. Untuk mengurangi tingkat pengangguran Pemerintah Daerah Kabupaten Magetan memperluas kesempatan kerja kepada masyarakat dengan meningkatkan kualitas dan perluasan program Antar Kerja Antar Negara, meningkatkan kualitas dan jangkauan informasi pasar kerja, serta meningkatkan peranan bursa kerja

(3)

commit to user

(4)

commit to user

(5)

commit to user

v

Motto

Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalatmu

Sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang

sabar”

(Al-Baqarah: 153)

Jadilah seperti karang di lautan yang kuat dihantam ombak

dan kerjakanlah hal yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain karena hidup hanyalah sekali. Ingat hanya

pada Allah apapun dan di manapun kita berada kepada Dia-lah tempat meminta dan memohon.

Segala yang indah belum tentu baik namun

segala yang baik sudah tentu indah

Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang

tidak menyadari betapa

dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah.

(6)

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan judul “Analisis Proyeksi Tenaga Kerja Daerah Di Kabupaten

Magetan Tahun 2011-2014”.

Skripsi ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu syarat

dalam menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

Selama menyusun skripsi ini penulis tidak lepas dari beberapa pihak,

maka dari itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih

kepada:

1. Dr. Wisnu Untoro M.S selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

2. Drs. Supriyono selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas

Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Drs. Sutomo MS selaku dosen pembimbing yang dengan sabar telah

membimbing penulis. Terimakasih atas saran, kritik, dan perhatiannya selama

penulis menyelesaikan skripsi.

4. Tri Mulyaningsih SE, M.Si dan Malik Cahyadin SE, M.Si selaku dosen

(7)

commit to user

vii

pengarahan selama studi kepada penulis serta memberi kesempatan untuk

diskusi kepada penulis

5. Bapak dan Ibu dosen pengampu yang telah memberikan ilmunya selama

penulis menuntut ilmu di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

6. Seluruh Staf Karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret, yang

telah memberikan bantuan selama penulis menuntut ilmu di Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

7. Bapak dan Ibu pegawai BPS yang telah membantu penulis mencari data

selama penelitian.

8. Bapak dan Ibu pegawai disnakertans yang telah membantu penulis mencari

data selama penelitian.

9. Bapak, Ibu, Kakak dan Keponakan yang telah memberikan segala kasih

sayang dan doa yang tiada terputus kepada penulis sehingga penulis mampu

menyelesaikan kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

10.Fandy Akbar Sanusi yang tak kenal lelah memberi dukungan dan semangat

kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

11.Teman-teman jurusan Ekonomi Pembangunan angkatan 2008 khususnya

(Desy Rifqya Arifiani, Devinta Primasari, Ira Amanda, Istiana, Rizky Adi,

Juniuz Nanda, Aria Sejahtera, Dimas Aryo, Eby Febriansyah, Ari Hidayanto,

Aris Prasojo, Putra dan Argo) yang telah menjadi rekan yang menyenangkan

selama penulis menuntut ilmu di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret

(8)

commit to user

viii

12.Kakak tingkat jurusan Ekonomi Pembangunan angkatan 2007 khususnya

Anton Prabowo dan Imam Nalendra terima kasih atas semua dukungan dan

semangat kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

13.Pihak-pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu per satu yang telah

membantu terselesaikannya skripsi ini baik secara langsung maupun tidak

langsung.

Akhirnya, segala kekurangan, kesalahan dan ketidaksempurnaan skripsi

ini adalah tanggung jawab penulis. Namun apabila kebenaran dalam skripsi

semata hanya keridhoan Allah SWT sang Maha Sempurna. Semoga penelitian ini

bermanfaat bagi kita semua. Amin

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surakarta, 10 April 2012

(9)

commit to user

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Kajian Teori ... 7

1. Permintaan Tenaga Kerja ... 7

2. Penawaran Tenaga Kerja ... 17

3. Perencanaan Tenaga Kerja ... 19

4. Pengangguran ... 26

B. Penelitian Terdahulu ... 30

(10)

commit to user

x

D. Hipotesis ... 36

BAB III METODE PENELITIAN ... 37

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 37

B. Jenis dan Sumber Data ... 37

C. Metode Pengumpulan Data ... 38

D. Definisi Operasional Variabel ... 38

E. Metode Analisis Data ... 40

1. Analisis Tipologi Daerah ... 40

2. Metode Ekstrapolasi ... 44

3. Metode Simple E ... 43

4. Metode Geometri ... 47

5. Perkiraan Pengangguran ... 48

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 49

A. Gambaran Umum ... 49

1. Kondisi Geografis dan Luas Wilayah ... 49

2. Kependudukan ... 52

B. Hasil Analisis dan Interprestasi Hasil ... 53

1. Tipologi Kabupaten Magetan ... 53

2. Metode Ekstrapolasi ... 57

3. Metode Simple E ... 58

4. Metode Geometri ... 67

5. Perkiraan Pengangguran ... 71

BAB IV PENUTUP ... 73

(11)

commit to user

xi

B. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA

(12)

commit to user

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin

Kabupaten Magetan Tahun 2008-2010 ... 3

Tabel 4.1 Keadaan Penduduk Kabupaten Magetan Tahun 2005-2010

Menurut Kelompok Umur ... 52

Tabel 4.2 Rata-rata proporsi PDRB/PDB dan Tenaga Kerja Nasional/ Kabupaten

Menurut Lapangan Usaha , Tahun 2006-2009 ... 53

Tabel 4.3 Perkiraan Penduduk, Tenaga Kerja, dan Angkatan Kerja Kabupaten

Magetan Tahun 2011-2014 ... 58

Tabel 4.4 Perkiraan PDRB dan NTB Kabupaten Magetan

Tahun 2011-2014 (Milyar Rupiah) ... 64

Tabel 4.5 Perkiraan Kebutuhan Tenaga Kerja di Kabupaten Magetan

Menurut Lapangan Usaha Besar, Tahun 2011-2014 ... 67

Tabel 4.6 Elastisitas Kesempatan kerja Kabupaten Magetan ... 68

Tabel 4.7 Perkiraan Kebutuhan Tenaga Kerja

di Kabupaten Magetan Tahun 2011-2014 ... .. 70

(13)

commit to user

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kurva Elastisitas Harga Permintaan………... .. 12

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran ... 34

Gambar 3.1 Kuadran dalam tipologi tenaga kerja ... 41

Gambar 4.1 Kabupaten Magetan Pada Tipologi Pertanian ... 54

Gambar 4.2 Kabupaten Magetan Pada Tipologi Industri ... 55

(14)

commit to user

ABSTRAKSI

ANALISIS PROYEKSI TENAGA KERJA DAERAH DI KABUPATEN MAGETAN TAHUN 2011-2014

Ratna Tanjung Kumalasari F0108166

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tipologi daerah, perkiraan penawaran tenaga kerja berdasarkan Metode Ekstrapolasi, perkiraan permintaan tenaga kerja berdasarkan Metode Simple E dan Metode Geometri, serta perkiraan pengangguran yang ada di Kabupaten Magetan.

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis tipologi daerah, metode ekstrapolasi, metode Simple E, metode geometri, serta perkiraan pengangguran.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan proporsi PDRB dan penyerapan tenaga kerja Kabupaten Magetan bertipologi pertanian. Perkiraan penawaran tenaga kerja dengan menggunakan metode ektrapolasi menunjukkan bahwa perkiraan penawaran tenga kerja Kabupaten Magetan pada tahun 2011-2014 mengalami kenaikan dan penurunan yang berfluktuatif. Perkiraan permintaan tenaga kerja dengan menggunakan metode Simple E dan metode geometri diperoleh hasil yang sama yaitu perkiraan permintaan tenaga kerja Kabupaten Magetan tahun 2011-2014 mengalami kenaikan dan penurunan yang berfluktuatif. Perkiraan pengangguran dihitung secara sederhana sebagai selisih antara penawaran tenaga kerja dan perkiraan permintaan tenaga kerja untuk tahun yang sama, perkiraan pengangguran Kabupaten Magetan tahun 2011-2014 mengalami kenaikan dan penurunan.

Mengacu pada hasil penelitian, saran yang dapat diberikan adalah pemerintah Kabupaten Magetan diharapkan meningkatkan produktifitas dan kualitas hasil pertanian yang berfungsi membuka kesempatan lapangan pekerjaan. Untuk angkatan kerja diperlukan menciptakan dan memeratakan kesempatan kerja dengan pelatihan tenaga kerja agar terwujud angkatan kerja yang terampil dan tangguh. Untuk penyerapan tenaga kerja dengan membuka kesempatan berusaha melalui penumbuhan wirausaha baru dan pengembangan UMKM. Untuk mengurangi tingkat pengangguran Pemerintah Daerah Kabupaten Magetan memperluas kesempatan kerja kepada masyarakat dengan meningkatkan kualitas dan perluasan program Antar Kerja Antar Negara, meningkatkan kualitas dan jangkauan informasi pasar kerja, serta meningkatkan peranan bursa kerja

(15)

commit to user

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masalah ketenagakerjaan adalah masalah yang sangat kompleks dan

besar. Kompleks karena masalahnya mempengaruhi sekaligus dipengaruhi

oleh banyak faktor yang saling berinteraksi dengan pola yang tidak selalu

mudah dipahami, besar karena menyangkut jutaan jiwa. Untuk

menggambarkan masalah tenaga kerja dimasa yang akan datang tidaklah

mudah karena disamping mendasarkan pada angka tenaga kerja dimasa

lampau harus juga diketahui prospek produksi dimasa mendatang.

Kebijakan perluasan kesempatan kerja merupakan suatu kebijakan

penting dalam pelaksanaan pembangunan, karena salah satu tolak ukur untuk

menilai keberhasilan ekonomi suatu negara atau bangsa menurut Suharno

Sagir dalam makalahnya yang berjudul Rangka Kebijakan Perluasan

kesempatan kerja Dalam dasawarsa 1983–1993 adalah kesempatan kerja yang

diciptakan oleh adanya pembangunan ekonomi.

Pembangunan ketenagakerjaan sangat erat kaitannya dengan

pembangunan ekonomi sehingga bila membicarakan bidang ketenagakerjaan

dalam hal ini tidak dapat dipisahkan dengan bidang ekonomi. Untuk

memperoleh hasil yang optimal dalam hal tenaga kerja yang berkualitas yang

sesuai dengan kebutuhan maka diperlukan suatu perencanaan dalam hal

ketenagakerjaan. Menurut Undang-Undang No.13 tahun 2003, perencanaan

(16)

commit to user

2 program pembangunan ketenagakerjaan yang berkesinambungan (Saleh,

2005:3).

Salah satu langkah mendasar dan strategis yang dapat ditempuh

pemerintah kabupaten/kota dalam mengatasi masalah ketenagakerjaan dan

pengangguran ini adalah dengan menyusun dan mengimplementasikan

Perencanaan Tenaga Kerja Kabupaten/ kota (PTKK). Perencanaan Tenaga

Kerja Kabupaten/ kota (PTKK) itu sendiri adalah proses penyusunan rencana

ketenagakerjaan secara sistematis yang dijadikan dasar dan acuan dalam

kebijakan, strategi, dan pelaksanaan program pembangunan ketenagakerjaan

yang berkesinambungan di kabupaten/kota. Pertumbuhan jumlah penduduk di

Kabupaten Magetan dari tahun ketahun mengalami suatu kenaikan dan

penurunan secara signifikan. Kenaikan dan penurunan jumlah penduduk di

Kabupaten Magetan dapat dilihat pada tabel 1.1

Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat jumlah penduduk menurut

golongan umur dan jenis kelamin Kabupaten Magetan dimana Kabupaten

Magetan adalah sebuah Kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Timur.

Dengan luas wilayah sebesar 688.85km2. Pada tahun 2008 jumlah penduduk

Kabupaten Magetan sebanyak 693.860 jiwa dengan proporsi jumlah

penduduk laki-laki sebanyak 335.513 jiwa dan jumlah penduduk wanita

sebanyak 358.347 jiwa jumlah angkatan kerja 15 tahun keatas sebanyak

558.028 jiwa dengan proporsi tenaga kerja usia muda 15-24 sebanyak

115.061 jiwa tenaga kerja dewasa 25-59 sebanyak 442.967 jiwa dan tenaga

kerja lanjut 60 keatas sebanyak 106.412 jiwa. Pada tahun 2010 jumlah

penduduk Kabupaten Magetan sebanyak 693.346 jiwa dengan proporsi

(17)

commit to user

3 wanita sebanyak 357.943 jiwa jumlah angkatan kerja 15 tahun keatas

sebanyak 559.229 jiwa dengan proporsi tenaga kerja usia muda 15-24

sebanyak 107.025 jiwa tenaga kerja dewasa 25-59 sebanyak 452.204 jiwa dan

tenaga kerja lanjut 60 keatas sebanyak 108.117 jiwa.

Tabel 1.1

Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin

Kabupaten Magetan Tahun 2008-2010

JUMLAH 335.513 358.347 334.935 357.814 335.403 357.943

(18)

commit to user

4 Berdasarkan hal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pada tahun

2008-2010 jumlah tenaga kerja usia dewasa di Kabupaten Magetan besarnya

sangat tinggi dibandingkan dengan tenaga usia muda dan tenaga kerja usia

lanjut. Pada tahun 2008-2010 jumlah penduduk angkatan kerja 15 tahun

keatas mengalami kenaikan.

Sasaran pokok pembangunan di bidang ketenagakerjaan pada

akhirnya ditentukan oleh kemampuan pemerintah dalam mempengaruhi sisi

permintaan dan penawaran. Kesesuaian antara sisi permintaan dan penawaran

tenaga kerja yang berarti tercapainya kesesuaian antara sejumlah orang yang

diminta dan yang tersedia dan dapat digunakan untuk melaksanakan

pekerjaan pada tingkat upah tertentu. Dalam hal ini peneliti menggunakan

istilah kebutuhan dan penyediaan tenaga kerja. Dengan demikian kesesuaian

antara sisi kebutuhan dan penyediaan tenaga kerja merupakan masalah yang

mendasar dalam perencanaan ketenagakerjaan.

Perencanaan ketenagakerjaan akan lebih diorientasikan pada

permintaan tenaga kerja yang hakekatnya berupa perencanaan kesempatan

kerja. Sedangkan tujuan akhir dari perencanaan tenaga kerja adalah

mendukung adanya pertumbuhan ekonomi yang memadai yang diukur

dengan PDB. Secara makro permintaan akan tenaga kerja dapat diperkirakan

dengan mengetahui laju pertumbuhan dan daya serap masing-masing sektor

ekonomi. Konsep elastisitas kesempatan kerja dapat dipergunakan untuk

menyusun perkiraan kebutuhan tenaga kerja dan menyusun simulasi

perumusan kebijakan pembangunan untuk ketenagakerjaan ( Simanjuntak

(19)

commit to user

5 Berdasarkan uraian permasalah diatas maka peneliti mencoba untuk

melakukan penelitian mengenai “ANALISIS PROYEKSI TENAGA KERJA

DAERAH DI KABUPATEN MAGETAN TAHUN 2011-2014”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, dapat dirinci

beberapa pokok permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan, meliputi:

1. Apakah tipologi Kabupaten Magetan?

2. Berapakah jumlah penawaran tenaga kerja di Kabupaten Magetan selama

kurun waktu 2011-2014?

3. Berapakah jumlah permintaan tenaga kerja di Kabupaten Magetan

berdasarkan Metode Simple E selama kurun waktu 2011-2014?

4. Berapakah jumlah permintaan tenaga kerja di Kabupaten Magetan

berdasarkan Metode Geometri selama kurun waktu 2011-2014?

5. Berapakah jumlah pengangguran yang ada di Kabupaten Magetan selama

kurun waktu 2011-2014?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan perumusan diatas maka

tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui tipologi Kabupaten Magetan.

2. Untuk memperkirakan jumlah penawaran tenaga kerja di Kabupaten

Magetan selama kurun waktu 2011-2014.

3. Untuk memperkirakan jumlah permintaan tenaga kerja di Kabupaten

(20)

commit to user

6 4. Untuk memperkirakan jumlah permintaan tenaga kerja di Kabupaten

Magetan berdasarkan Metode Geometri selama kurun waktu 2011-2014.

5. Untuk memperkirakan jumlah pengangguran yang tercipta di Kabupaten

Magetan selama kurun waktu 2011-2014.

D. Manfaan Penelitian

Dari hasil penelitian yang dilakukan, diharapkan dapat memberi

manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun manfaat yang

diberikan yaitu :

1. Pribadi Penulis

Dapat memperoleh pengetahuan tentang model penghitungan kebutuhan

tenaga kerja berbasis kabupaten/kota dengan pendekatan tipologi sektor

ekonomi. Disamping itu penulis juga memperoleh pengetahuan tentang

perencanaan ketenagakerjaan suatu kabupaten/kota.

2. Pembaca

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pemikiran

atau bahan pembanding bagi penelitian-penelitian lain yang berkaitan

dengan permasalahan yang diungkap dalam penelitian ini.

3. Pemerintah

Hasil penenlitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan

sumbangan informasi yang berguna bagi pihak yang berwenang dalam

(21)

commit to user

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Permintaan Tenaga Kerja

Permintaan tenaga kerja (demand for labor ) adalah sejumlah

orang (jam orang atau jam kerja) yang diterima untuk melaksanakan

suatu pekerjaan pada tingkat tertentu. Permintaan tenaga kerja dibedakan

dengan kebutuhan tenaga kerja (man power needs) yang tanpa

memperhatikan tingkat upah (Swasono, 1987:20). Jadi kebutuhan tenaga

kerja merupakan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan

untuk menghasilkan sejumlah produk masyarakat dalam satuan waktu

tertentu dengan tidak memperhatikan faktor upah (Suroto,1992:23).

Permintaan pengusaha atas tenaga kerja berlainan dengan

permintaan konsumen terhadap barang dan jasa. Orang membeli barang

karena barang itu memberikan nikmat (utility) kepada si pembeli. Akan

tetapi pengusaha memperkerjakan seseorang itu membantu memproduksi

barang atau jasa untuk dijual kepada masyarakat konsumen. Dengan kata

lain, pertambahan permintaan pengusaha terhadap tenaga kerja

tergantung dari pertambahan permintaan masyarakat terhadap barang

yang diproduksinya. Permintaan akan tenaga kerja yang seperti itu

(22)

commit to user

8 Untuk dapat memperkirakan permintaan tenaga kerja, tidak

lepas dari metode perhitungan proyeksi yang juga digunakan untuk

memperkirakan atau memproyeksikan suatu keadaan, baik keadaan

tenaga kerja maupun perekonomian, proyeksi jumlah pekerja meliputi:

a. Metode Regresi Simultan (Simultaneous Regresion)

Penggunaan regresi simultan dengan Simple E, Simple E

adalah salah satu perangkat lunak yang dapat digunakan untuk

menghitung pertumbuhan ekonomi. Dengan adanya program Simple

E para pembuat model dapat melakukan persiapan data dan

spesifikasi model dalam software Excel dan proses simulasi

proyeksinya dibuat secara otomatis. Simple E mencakup proses input

data, pembuatan model, pengujian dan simulasi proyeksi.

Simple E sebagai metode dalam perencanaan kebutuhan

tenaga kerja bisa dikatakan actual pada saat ini. Penyusunan model

ini dengan model ekonometrika dimaksudkan untuk dapat

menjelaskan pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap penyerapan

tenaga kerja dimana formula model ini terdiri dari 2 blok utama,

yaitu : blok ekonomi dan blok tenaga kerja. Dari 2 blok utama

tersebut, model dibangun melalui 5 persamaan perilaku (stokastik)

dan 2 persamaan identitas (deterministik). Persamaan ini

berdistribusi masing-masing pada blok ekonomi: 2 persamaan

stokastik (NTBm dan NTBs) dan 1 persamaan identitas (NTBa),

(23)

commit to user

9 (La, Lm, Ls) serta 1 persamaan deterministik (Lt). Secara detail,

formula model dinyatakan dalam beberapa persamaan berikut :

1) Metode Ekonomi

a) NTB Lapangan Usaha Pertanian (Agriculture)

NTBa,t = PDRB – NTBm,t– NTBs,t

b) NTB Lapangan Usaha Industri (Industry/Manufacture)

NTBm,t = f(NTBm,t-1)

c) NTB Lapangan Usaha Jasa (Service)

NTBs,t = f(NTBs,t-1)

2) Blok Tenaga Kerja

a) Tenaga Kerja Lapangan Usaha Pertanian (Agriculture)

La,t = f(La,t-1,NTBa,t)

b) Tenaga Kerja Lapangan Usaha Industri (Industry/

Manufacture)

Lm,t = f(Lm,t-1, NTBm,t)

c) Tenaga Kerja Lapangan Usaha Jasa (Service)

Ls,t = f(Ls,t-1, NTBs,t)

Sementara itu pemodelan dilakukan dalam tiga tahap.

Pertama, meramalkan PDRB secara keseluruhan berdasarkan asumsi

ekonomi makro. Kedua, berdasarkan PDRB hasil perkiraan itu

diperkirakan NTB untuk masing-masing kelompok lapangan usaha.

(24)

commit to user

10 NTB dan jumlah tenaga kerja sektor bersangkutan tahun

sebelumnya.

Ketiga tahap tersebut dapat dilakukan dengan

menggunakan Simple E, dimana secara keseluruhannya dapat

dilakukan secara otomatis. Simple E memuat proses input data,

pembuatan model, pengujian dan simulasi proyek.

b. Elastisitas Jumlah Pekerja (Employment Elasticity)

Elastisitas jumlah pekerja (Employment Elasticity) atau

elastisitas kesempatan kerja adalah rasio antara perubahan (dalam

persen) jumlah pekerja dengan perubahan (dalam persen) output.

Metode elastisitas ini mengasumsikan bahwa perubahan jumlah

pekerja disebabkan oleh perubahan output. Tanpa ada perubahan

output tidak akan ada perubahan jumlah pekerja. Dengan kata lain

metode ini mengasumsikan permintaan sebagai derive demand

permintaan barang dan jasa.

Misalkan akan memperkirakan jumlah pekerja menurut

lapangan pekerjaan di tahun 1990 berdasarkan data tahun 1985.

Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

1) Hitung sasaran pertumbuhan (dalam persen) output menurut

lapangan pekerjaan pada periode 1985-1990.

2) Buat asumsi elastisitas pekerjaan menurut lapangan pekerjaan

(25)

commit to user

11 3) Kalikan elastisitas tersebut dengan sasaran pertumbuhan, untuk

memperoleh angka pertumbuhan (dalam persen) jumlah pekerja

menurut lapangan pada periode 1985-1990.

4) Dengan angka pertumbuhan tersebut dapat dihitung jumlah

pekerja menurut lapangan pekerjaan pada tahun 1990.

Permintaan pekerja secara keseluruhan diperoleh dengan

menjumlahkan permintaan di tiap lapangan pekerjaan.

5) Penawaran pekerja secara menyeluruh diperoleh dari proyeksi

angkatan kerja.

6) Jumlah angkatan kerja (hasil proyeksi) dikurangi jumlah

permintaan pekerja (dari angka 4) sama dengan jumlah

pengangguran di tahun 1990.

Metode elastisitas jumlah pekerja ini juga mengasumsikan

bahwa jumlah pekerja disebabkan oleh perubahan output tanpa ada

perubahan jumlah pekerja. Dengan kata lain metode ini

mengasumsikan permintaan tenaga kerja sebagai derived demand

permintaan barang dan jasa. Metode ini juga mengasumsikan bahwa

tidak ada lowongan pekerjaan yang tidak terisi. ( Ananta, 1990 :

209-210).

c. Elastisitas Permintaan

Permintaan tenaga kerja pada dasarnya adalah tergantung

pada output perusahaan/industri dalam konstek mikro, artinya

(26)

commit to user

12 menciptakan permintaan input diantaranya adalah tenaga kerja.

Sedangkan dalam tataran makro, produksi nasional (PDB) sangat

menentukan laju tambah kesempatan kerja pada suatu

perekonomian, artinya kalau ekonomi suatu negara tumbuh

(tercermin pada pertumbuhan PDB) maka akan dapat menciptakan

kesempatan kerja baru. Elastisitas permintaan atau price elasticity of

demand (PED) adalah ukuran kepekaan perubahan jumlah

permintaan barang terhadap perubahan harga.

Gambar 2.1

Kurva Elastisitas Harga Permintaan

Pada Gambar 2.1, P menunjukkan harga barang saat ini dan

Q jumlah permintaan pada harga tersebut. P menujukkan

perubahan kecil dalan harga saat ini dan perubahan hasil dalam

jumlah permintaan ditunjukkan oleh Q. P/P kemudian akan

ditetapkan untuk perbandingan dengan perubahan harga dan Q/Q

akan ditetapkan untuk kesesuaian perbandingan dengan perubahan

(27)

commit to user

13 jumlah. Dua pernyataan ini, sesuai dengan definisi mengenai

elastisitas harga permintaan. Rumus untuk elastisitas harga :

Elastisitas harga =  = ΔP/P

ΔQ/Q………. 1

Salah fitur menarik dari formula ini adalah bahwa ini

memiliki interpretasi grafis yang mudah. Jadi, jika kita ingin

menghitung elastisitas harga permintaan pada titik A pada kurva

permintaan yang ditunjukkan dalam Gambar 2.1, kita dapat mulai

dengan menulis ulang sisi kanan dari Persamaan 2.1 menjadi (P/Q) x

(P/Q). Dan karena kemiringan kurva permintaan adalah sama

dengan P/Q, Q/P adalah kebalikan dari kemiringan: Q/P =

1/kemiringan. Elastisitas harga permintaan pada titik A,

dilambangkan A, oleh karena itu memiliki formula sederhana (

Frank/Bernanke, 2009 : 113-114) sebagai berikut :

………. 2

atau

……….. 3

d. Elastisitas Kesempatan Kerja

Untuk menganalisis seberapa besar kepekaan perubahan

(28)

commit to user

14 dipakai rumus Elastisitas Kesempatan Kerja (Ekk) yang merupakan

rasio pertumbuhan output dengan pertumbuhan kesempatan kerja.

EKK bisa dihitung secara sektoral berdasarkan lapangan usaha

dalam perekonomian. Di Indonesia misalnya ada 9 sektor/lapangan

usaha dari pertanian hingga jasa, atau juga bisa dikelompokan

menjadi 3 sektor besar seperti pertanian, industri dan jasa,

penjumlahan semuanya akan menjadi Ekk total. Ekk dapat pula

dipergunakan sebagai data awal untuk proyeksi ketenagakerjaan

melalui beberapa skenario dalam membuat perencanaan untuk

kebijakan baik makro maupun mikro.

Langkah-langkah yang digunakan untuk menghitung

elastisitas kesempatan kerja adalah :

a) Menghitung laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) persektor dan total sektor kegiatan ekonomi.

b) Menghitung laju kesempatan kerja per sektor kegiatan ekonomi.

c) Menghitung koefisien Elastisitas Kesempatan Kerja (Ekk) per

sektor kegiatan ekonomi yang dihitung dengan formula

e. Rasio Jumlah Pekerja –Output

Rasio jumlah pekerja mengansumsikan adanya hubungan

proporsional yang tidak berubah antara output dan jumlah pekerja.

Dengan demikian, bila kita mengetahui rasio tersebut dan

mengetahui tingkat output, maka kita dapat mengetahui jumlah

(29)

commit to user

15 Karena rasio tersebut diasumsikan tidak berubah, maka

rasio untuk lapangan pekerjaan dapat pula dihitung dengan membagi

perubahan jumlah pekerja dengan perubahan nilai tambah dalam tiap

lapangan pekerjaan. Dengan kata lain, diasumsikan bahwa marginal

employment-output ratio sama dengan average employment-output

ratio. Metode ini mengansumsikan tidak ada kemungkinan kemajuan

teknologi ataupun substitusi antara pekerja dan modal fisik (Ananta,

1990 : 209-210).

f. Metode Pendekatan Kebutuhan Tenaga Kerja

Metode ini adalah salah satu pendekatan untuk menduga

permintaan dan penawaran pekerja, dan keseimbangan antara

keduanya dimasa depan. Pendugaan ini dilakukan secara rinci

menurut lapangan pekerjaan, pendidikan dan keterampilan. Dimana

langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai berikut :

1) Uraikan Produk Domestik Bruto (PDB) di tahun dasar

diberbagai sektor perekonomian.

2) Jumlah pekerja yang diminta di setiap sektor pada tahun dasar

diperoleh dengan menjumlahkan jumlah pekerja di setiap sektor

dengan lowongan pekerjaan di setiap sektor.

3) Tentukan target atau suatu asumsi pertumbuhan PDB di setiap

sektor untuk periode perencanaan.

4) Buat asumsi mengenai rasio jumlah pekerja-output atau

elastisitas jumlah pekerja di setiap sektor selama periode

(30)

commit to user

16 5) Kalikan rasio atau elastisitas di atas dengan angka pertumbuhan

produksi di setiap sektor, sehingga diperoleh permintaan pekerja

atau angka pertumbuhan permintaan pekerja di setiap sektor

selama periode perencanaan.

6) Permintaan pekerja menurut sektor ini kemudian diterjemahkan

ke permintaan akan pendidikan dengan menggunakan suatu

pendidikan macam apa dan berapa banyak yang diperlukan

untuk suatu sektor pekerjaan.

7) Hasil ini kemudian dibandingkan dengan proyeksi jumlah

pekerja menurut sektor dan tingkat pendidikan selama periode

perencanaan.

8) Perbandingan tersebut akan memperlihatkan ada tidaknya

surplus atau defisit pekerja menurut tingkat pendidikan di suatu

sektor.

9) Hasil dari Point 8 digunakan untuk membuat suatu kebijakan

dibidang pendidikan dan perekonomian untuk mencegah

terjadinya surplus atau defisit pekerja menurut pendidikan dan

sektor.

Namun, metode ini mengandung beberapa kelemahan antara lain :

1) Masalah perubahan harga (balas jasa) untuk pekerja belum

diperhitungkan.

2) Tidak ada subtitusi antara satu keterampilan dengan

(31)

commit to user

17 3) Asumsi jumlah pekerja merupakan fungsi perekonomian perlu

dipertanyakan relevansinya untuk negara berkembang seperti

Indonesia.

4) Data yang dibutuhkan sangat rinci (Ananta, 1900 : 211-219).

2. Penawaran Tenaga Kerja

Penawaran tenaga kerja (supplyof labor ) adalah sejumlah orang

(jam orang atau jam kerja) yang tersedia dan dapat dipergunakan

untuk melaksanakan pekerjaan pada tingkat upah tertentu. Pengertian

penawaran tenaga kerja, dimana artinya sama, tetapi persediaan tenaga

kerja tidak mempertimbangkan tingkat upah (Swasono, 1987:21). Jadi

penyediaan tenaga kerja merupakan sejumlah orang yang tersedia,

mampu dan bersedia untuk melakukan pekerjaan dengan

tidak memperhatikan faktor upah (Suroto,1992:22).

Karena tenaga kerja merupakan bagian penduduk, maka

perencanaan ketenagakerjaan tidak terlepas dari perencanaan

kependudukan. Jumlah penduduk menurut susunan umur dan jenis

kelamin dapat dikatakan sebagai proksi determinan penawaran pekerja.

Untuk mengetahui persediaan/penawaran tenaga kerja dapat diketahui

dengan metode proyeksi penduduk dan angkatan kerja meliputi, Metode

Aritmatis, Geometris dan Exponensial.

Ketiga metode ini merupakan metode yang sangat sederhana

untuk suatu perencanaan kependudukan pada umumnya dan

(32)

commit to user

18 Metode Aritmatis mengasumsikan bahwa pertumbuhan

penduduk (atau angkatan kerja atau jumlah pekerja) selalu terjadi dalam

jumlah (absolut) yang tetap. Dimana rumusnya adalah sebagai berikut :

Pt = Po + t.b

Dimana :

Pt = jumlah penduduk /angkatan kerja di tahun t (suatu masa depan)

Po = jumlah penduduk/angkatan kerja ditahun dasar

t = jarak waktu (jumlah tahun) dari Po ke Pt

b = kenaikan absolut tiap tahun yang mengasumsikan konstan

Metode Geometris dan Exponensial merupakan perbaikan dari

metode Aritmatis. Kedua metode ini tidak mengasumsikan bahwa

kenaikan absolut selalu sama dari tahun ke tahun. Kedua metode ini

mengasumsikan bahwa angka pertumbuhan tidak berubah dari tahun ke

tahun. Asumsi kedua metode ini seringkali lebih sesuai dengan kenyataan

dibandingkan dengan asumsi metode Aritmatis. Namun bila metode

aritmatis tidak mempersoalkan dari mana menghitung pertumbuhan

absolute yang konstan, kedua metode ini tidak mempersoalkan dari mana

menghitung angka pertumbuhan yang konstan. Dimana rumusnya adalah

sebagai berikut :

Pt = Po . (1 + r)t

Dimana :

Pt = jumlah penduduk /angkatan kerja di tahun t (suatu masa depan)

(33)

commit to user

19 r = angka pertumbuhan (dalam desimal) per tahun yang diasumsikan

konstan

t = jarak waktu (tahun) dari Po ke Pt.

3. Perencanaan Tenaga Kerja

a. Pengertian Perencanaan Tenaga Kerja

Perencanaan tenaga kerja dapat mempunyai definisi

berbagai macam, dimana kesemuanya pada dasarnya memiliki

pengertian yang sama. Menurut undang-undang No.13 Tahun 2003,

perencanaan tenaga kerja didefinisikan sebagai proses penyusutan

rencana ketenagakerjaan secara sistematis yang dijadikan dasar dan

acuan dalam penyusunan kebijakan, strategi, dan pelaksanaan

program ketenagakerjaan yang berkesinambungan (Saleh, 2005:3).

Menurut LE Richter (dalam Swasono dan Sulistyaningsih,

1987:7) yang dimaksud dengan perencanaan tenaga kerja adalah

suatu proses pengumpulan informasi secara regular, dan analisis

situasi dan trend untuk masa kini dan masa depan dari permintaan

dan penawaran tenaga kerja, termasuk faktor-faktor yang

menyebabkan ketidakseimbangan, dan penyajian pilihan

pengambilan keputusan kebijakan dan program aksi, sebagai bagian

dari proses perencanaan (pembangunan) untuk mencapai suatu

tujuan tertentu. Definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa

perencanaan tenaga kerja mengandung beberapa unsur sebagai

(34)

commit to user

20 1) Pengumpulan informasi secara reguler untuk pembuatan suatu

assessment (penilaian keadaan);

2) Pembuatan perkiraan tenaga kerja yang dibutuhkan dan tenaga

kerja yang tersedia di masa depan;

3) Membuat analisis identifikasi adanya ketidakseimbangan antara

tenaga kerja yang dibutuhkan dan yang tersedia;

4) Identifikasi beberapa alternatif pemecahan masalah

ketidakseimbangan tersebut;

5) Adanya integrasi dari rencana tersebut dengan rencana

pembangunan ekonomi untuk merencanakan tenaga kerja makro

dan perencanaan tenaga kerja mikro.

Dengan demikian, proses perencanaan tenaga kerja

menyangkut berbagai kegiatan mulai dari pengumpulan data

pembuatan analisa dan perumusan saran kebijakan/program untuk

memecahkan masalah-masalah yang timbul. Kegiatan pengumpulan

data dan analisa itu sendiri adalah merupakan kegiatan yang

dilaksanakan secara terus menerus dibidang ketenagakerjaan,

sedangkan analisa dilaksanakan dengan menggunakan teori-teori dan

model-model berikut dengan menggunakan data yang dikumpulkan.

Kegiatan analisa ketenagakerjaan (manpower analysis) yang

berusaha untuk mengamati, menganalisa dan memuat

kesimpulan-kesimpulan adalah termasuk dalam kegiatan perencanaan tenaga

(35)

commit to user

21 b. Jenis Perencanaan Tenaga Kerja

1) Perencanaan Tenaga Kerja Mikro

Perencanaan tenaga kerja mikro adalah perencanaan

tenaga kerja yang dilaksanakan dalam kesatuan unit organisasi

seperti perusahaan, lembaga pemerintahan atau swasta dan

lain-lain dimana unit organisasi tersebut mempunyai tujuan yang

akan dicapai seperti suatu tingkat penjualan tertentu, pengisian

suatu struktur organisasi dan lain-lain dan untuk mencapainya

diperlukan tenaga kerja. Masalah yang timbul biasanya adalah

kekurangan pegawai, kekurangan keterampilan, kebutuhan

penggantian dan lain-lain (Swasono dsn Sulistyaningsih,

1987:8-9).

2) Perencanaan Tenaga Kerja Makro

Perencanaan tenaga kerja mikro adalah perencanaan

tenaga kerja yang dilakukan dengan jalan membuat agregasi

menurut sector atau menurut jenis jabatan dan lain-lain,

biasanya untuk wilayah tertentu seperti Negara, provinsi atau

kabupaten/kota. Perencanaan ini biasanya merupakan bagian

yang integral dari pada perencanaan social ekonomi daripada

wilayah tersebut dan karenanya merupakan bagian dari

perencanaan pembangunan. Masalah yang hendak dipecahkan

(36)

commit to user

22 jabatan dan wilayah tertentu (Swasono dsn Sulistyaningsih,

1987:8-9).

c. Tujuan Perencanaan Tenaga Kerja

Tujuan perencanaan tenaga kerja terdiri dari tujuan

konvensional dan tujuan pemerataan. Tujuan konvensional

perencanaan tenaga kerja yang terdapat pada litelatur PTK, terutama

adalah untuk mendukung pembangunan. Hal ini timbul karena

adanya anggapan yang muncul pada tahun 50-an, bahwa pendidikan

adalah salah satu investasi dalam proses ekonomi. Kemudian pada

tahun 60-an berkembang suatu perencanaan yang berdasarkan

alokasi optimal sumber daya dan hampir pada waktu yang sama

timbul pendekatan social demand. Kemudian tahun 70-an bersamaan

dengan perkembangan pendekatan kebutuhan dasar timbul

pendekatan baru dalam PTK, yaitu tujuan pemerataan dan perluasan

kesempatan kerja. Selain tujuan-tujuan tersebut masih ada tujuan

yang sifatnya merupakan tanggapan pada masalah yang timbul pada

waktu tertentu disuatu negara, seperti untuk menggantikan tenaga

kerja asing, meningkatkan partisipasi pendidikan dan lain-lain

(Swasono dan Sulistyaningsih, 1987:17-18).

Pendekatan perencanaan tenaga kerja, pemenuhan

kebutuhan pembangunan ekonomi dan pendekatan aplikasi sumber

daya manusia sering tidak cocok satu sama lain. Bagi kebutuhan

(37)

commit to user

23 mekanik, tetapi dari pendekatan alokasi optimal mungkin akan lebih

baik menggunakan dana pendidikan yang terbatas itu untuk melatih

anak-anak putus sekolah atau bahkan yang tidak pernah mengenyam

bangku pendidikan. Tujuan pembangunan tenaga kerja ini

dimaksudkan sebagai upaya untuk mempekerjakan atau

menggunakan angkatan kerja secara penuh dan secara produktif

sehingga meningkatkan kemakmuran bangsa dan mengurangi angka

kemiskinan.

Tujuan lainnya dari perencanaan tenaga kerja ini adalah

mendukung adanya pertumbuhan ekonomi yang memadai yang

diukur dengan Produk Regional Bruto (Sutomo dalam Sukma,

2001). Dimana kita ketahui bahwa PDB merupakan salah satu

ukuran suatu negara.

d. Peranan Perencanaan Tenaga Kerja

Menurut Yaman (2004:35-37) perencanaan tenaga kerja

tidak dapat dipisahkan dengan peranan pemerintah dalam

melaksanakan kebijakan ketenagakerjaan. Dimana kita ketahui

tujuan Negara secara nasional tercapainya masyarakat adil dan

makmur, adapun tujuan dalam bidang ketenagakerjaan termuat

dalam pasal 27 ayat 2 Undang-undang Dasar 1945 yaitu “tiap-tiap

warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak

(38)

commit to user

24 Perencanaan ketenagakerjaan dapat memberikan informasi

mengenai prospek mendatang pada pasar kerja (labor market) untuk

masa sektor swasta adalah keadaan pasar kerja secara umum atau

beberapa jenis jabatan dan keahlian di wilayah tertentu. Lebih jauh

dapat memberikan informasi pengangguran. Pengangguran

merupakan salah satu masalah paling mendasar didalam pelaksanaan

pembangunan, sehingga kebijaksanaan dan program pembangunan

perlu diarahkan untuk perluasan kesempatan kerja. Kebijaksanaan

perluasan kesempatan kerja merupakan bagian integral dari

kebijaksanaan pembangunan secara keseluruhan. Dari beberapa

tujuan, maka perencanaan tenaga kerja harus menjangkau hal-hal

sebagai berikut :

1) Kebutuhan Tenaga Kerja

a) Menentukan kebutuhan tenaga kerja untuk mencapai target

pembangunan dalam sektor tertentu.

b) Menentukan kebutuhan tenaga kerja yang terampil untuk

proyek-proyek prioritas.

c) Mencari kemungkinan ketidakseimbangan antara

permintaan dan penawaran tenaga kerja sebagai bahan

pemecahan masalah.

2) Pelatihan perencanaan kejuruan dan pendidikan

a) Memperkirakan kebutuhan tenaga kerja yang terampil masa

(39)

commit to user

25 b) Menentukan kapasitas lembaga latihan.

c) Menetukan kebutuhan latihan untuk pedesaan.

3) Pelaksanaan antar kerja ( Employment service)

a) Membuat evaluasi situasi kerja dipasar lokal.

b) Memberi informasi pada pencari kerja mengenai prospek

pekerjaaan diwilayah tersebut.

c) Membuat identifikasi persoalan yang timbul di pasar kerja

lokal.

4) Kebijakan Perluasan Kesempatan Kerja

a) Identifikasi proyek/kegiatan yang dapat menyerap tenaga

kerja.

b) Indentifikasi sektor regional yang dapat menyerap tenaga

kerja.

Dalam melaksanakan hal tersebut terdapat beberapa dimensi

yang perlu diperhatikan, yaitu:

1) Dimensi waktu, perencanaan tenaga kerja harus dapat

memberikan indikasi untuk masa kini dan masa datang.

2) Dimensi nasional, dalam arti bahwa perencanaan tenaga kerja

harus dapat memberikan indikasi ketenagakerjaan secara

nasioanal.

3) Dimensi regional, perencanaan tenaga kerja harus dapat

(40)

commit to user

26 e. Tahap-Tahap Pelaksanaan Perencanaan Tenaga Kerja Makro

Penelitian ini dapat dikatagorikan sebegai perencanaan

tenaga kerja makro. Adapun tahapan pokok dalam perencanaan

tenaga kerja ini menurut Yudo dan Endang (1983:13-14) yaitu :

1) Penentuan tujuan

2) Penentuan klasifikasi

3) Pembuatan perkiraan kebutuhan tenaga kerja

4) Pembuatan perkiraan persediaan tenaga kerja

5) Pembuatan revisi

6) Perhitungan ketidakseimbangan

7) Penentuan strategi

8) Pembuatan program aksi

4. Pengangguran

a. Pengertian Pengangguran

Pengangguran adalah masalah yang seringkali menghantui

baik negara maju maupun negara berkembang. Tingkat

pengangguran yang terlalu tinggi tidak hanya dapat mengganggu

stabilitas keamanan, namun juga stabilitas politik dan juga ekonomi.

Oleh karena itu, setiap pemerintah disemua negara selalu berusaha

agar pengangguran terjadi berada pada tingkat yang wajar.

Mengacu pada Sensus Penduduk 1971 dalam Simanjuntak

(1998:5), pengangguran didefinisikan sebagai orang yang tidak

(41)

commit to user

27 seminggu sebelum pencacahan dan berusaha memperoleh pekerjaan.

Sedangkan tingkat pengangguran adalah perbandingan jumlah

penganggur dengan jumlah angkatan kerja, yang dinyatakan dalam

persen. Dimana rumusnya adalah :

Angkatan Kerja = Pekerja + Pengangguran

Sedangkan tingkat pengangguran dirumuskan :

Tingkat Pengangguran =

b. Penganggur dan Setengah Penganggur

Pendekatan angkatan kerja yang membedakan orang yang

bekerja dan menganggur pada dasarnya menimbulkan tiga pokok

masalah pokok yaitu :

1) Menyangkut penentuan batas jam kerja yang berbeda. Dalam hal

ini belum dapat dirumuskan dasar konseptual untuk memilih

batas jam kerja yang tepat.

2) Pembedaan tenaga kerja atas dua golongan yang bekerja dan

yang menganggur tidak menggambarkan masalah tenaga kerja

yang sebenarnya.

3) Pembedaan atas orang yang bekerja dan menganggur tidak

menunjukkan apa-apa mengenai tingkat pendapatan dan

produktivitas seseorang.

Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut dikembangkan

(42)

commit to user

28 Dengan pendekatan ini dibedakan angkatan kerja dalam tiga

golongan yaitu orang yang :

1) Menganggur, yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan

berusaha mencari pekerjaan.

2) Setengah menganggur, yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan

dalam bekerja dilihat dari segi jam kerja, produktivitas kerja dan

pendapatan.

3) Bekerja penuh atau cukup dimanfaatkan, yaitu bekerja yang

bekerja sesuai dengan jam kerja yang semestinya (biasanya 8

jam kerja).

Sedangkan setengah pengangur sendiri dapat

dikelompokkan berdasarkan jumlah jam kerja, produktivitas kerja

dan pendapatan menjadi dua kelompok :

1) Setengah penganggur kentara yakni mereka yang bekerja kurang

dari 35 jam seminggu.

2) Setengah penganggur tidak kentara atau penganggur

terselubung, yakni mereka yang produktivitas kerja dan

pendapatannya rendah (Simanjuntak, 1998:15-16).

c. Jenis-Jenis Pengangguran

Menurut sebab terjadinya, ada beberapa masalah yang

dianggap sebagi penyebab timbulnya pengangguran. Dari penyebab

pengangguran tersebut timbul beberapa istilah tentang

pengangguran. Menurut Simanjuntak (1998:10-5) dan Susanti,

(43)

commit to user

29 1) Pengangguran Friksional

Pengangguran Friksional adalah pengangguran yang

terjadi karena kesulitan temporer dalam mempertemukan

pencari kerja dan lowongan kerja yang ada. Kesulitan temporer

ini dapat berbentuk waktu yang diperlukan selama preosedur

pelamaran dan seleksi atau terjadi karena faktor jarak atau

kurang informasi. Dapat pula terjadi karena kurangnya mobilitas

pencari kerja dimana lowongan pekerjaan justru terdapat bukan

disekitar tempat tinggal si pencari kerja. Dapat pula para pencari

kerja tidak mengetahui dimana adanya lowongan pekerjaan dan

begitu pula dengan pengusaha tidak mengetahui dimana

tersedianya tenaga-tenaga yang sesuai. Jenis pengangguran ini

bersifat sementara, dan waktu pengangguran ini dapat

dipersingkat denga penyediaan informasi pasar kerja yang

lengkap.

2) Pengangguran Struktural

Pengangguran struktural timbul karena adanya

perubahan struktural dalam perekonomian. Perubahan dalam

stuktur perekonomian ini menimbulkan kebutuhan akan tenaga

kerja dengan jenis atau tingkat keterampilan yang berbeda.

Keadaan ini menyebabkan keterampilan yang dimiliki oleh para

pencari kerja tidak sesuai dengan tuntutan yang ada. Untuk

mengatasinya diperlukan adanya suatu program tambahan

(44)

commit to user

30 tersebut. Umumnya jagka waktu yang diperlukan untuk

mengatasi masalah ini lebih lama dibanding dengan

pengangguran friksional.

3) Pengangguran Musiman

Pengangguran musiman terjadi karena pergantian

musim. Sebagai contoh adalah petani. Di luar waktu menanam

dan panen mereka menganggur untuk menunggu waktu panen

berikutnya. Biasanya penganggur jenis ini tidak banyak disoroti.

B. PenelitianTerdahulu

Sukma (2001) dalam penelitiannya yang berjudul “Proyeksi

Penyediaan Tenaga Kerja Kota Surakarta pada Tahun 2001-2003” dengan

menggunakan data : Surakarta Dalam Angka tahun 1999-2000, Susenas tahun

1999-2000, dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 1999-2000

dengan metode proyeksi menunjukkan bahwa sektor jasa memiliki elastisitas

kesempatan kerja yang lebih tinggi dibanding dengan sektor industri dan

sektor pertanian. Proyeksi kebutuhan dan penyediaan tenaga kerja Kota

Surakarta pada tahun 2001-2003 menunjukkan adanya ketidak keseimbangan

antara sisi kebutuhan dan penyediaan tenaga kerja. Kebutuhan kerja sektor

formal proporsinya lebih besar dibandingkan dengan sektor informal.

Yaman (2004) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis

Perencanaan Tenaga Kerja di Jawa Tengah Tahun 2003-2006” dengan

menggunakan analisis trend, menyebutkan bahwa jumlah penduduk Jawa

(45)

commit to user

31 ekonominya sektor pertanian proporsi kesempatan kerjanya 40,3%.

Manufaktur 22,3% dan servis 37,4%. Berdasarkan status pekerjaan utamanya

proporsi kesempatan kerja untuk sektor informal 61,5% dan sektor formal

38,5%. Angka ketergantungan 2003-2006 mengalami penurunan.

Indrawan (2007) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis

Ekonomi Ketenagakerjaan Kabupaten Klaten Menurut Tipologi Sektor

Ekonomi Tahun 2005-2009” menyebutkan bahwa dengan metode rasio

proporsi PDB PDRB dan proporsi tenaga kerja nasional/kabupaten atau kota

untuk menjawab tipologi Kabupaten Klaten. Untuk masalah persediaan

tenaga kerja digunakan metode Ekstrapolasi, sedangkan kebutuhan tenaga

kerja dengan menggunkan regresi simultan (Simple E) didapatkan hasil :

Kabupaten Klaten bertipologi jasa persedian tenaga kerja selalu meningkat

dari tahun 2005-2009, kebutuhan tenaga kerja selalu berfluktuasi dari tahun

2005-2009, sedangkan jumlah penganggurannya senantiasa meningkat pada

akhr proyeksi tahun 2009.

Kartikasari (2007) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis

Deskriptif dan Perencanaan Tenaga Kerja Di Kota Surakarta” dengan

menggunakan analisis deskriptif menggambarkan kondisi ketenagakerjaan

Kota Surakarta, pada tahun 2000-2005 jumlah penduduk menurut kelompok

usia share paling besar yaitu kelompok usia produktif dengan share rata-rata

sebesar 65%. Kenaikan jumlah penduduk tahun 2000-2005 diikuti oleh

kenaikan jumlah angkatan kerja. Dimana tiap tahunnya mengalami fluktuasi

(46)

commit to user

32 bahwa baik pada tahun 2009 maupun 2005 Kota Surakarta bertipologi jasa.

Dimana pada sektor jasa Kota Surakarta terdapat dikuadran I yang bearti

bahwa baik PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) maupun penyerapan

tenaga kerjanya lebih besar dari PDB (Produk Domestik Bruto) dan

penyerapan tenaga kerja nasional.

Dinas Tenaga Kerja Kota Surakarta dalam penelitiannya yang

berjudul “Perencanaan Tenaga Kerja Daerah (PTKD) Kota Surakarta 2007

-2010” menyebutkan bahwa Kota Surakarta termasuk tipologi jasa, elastisitas

kesempatan kerja Kota Surakarta sektor pertanian 0,56%; sektor industri

0,20%;sektor jasa 0,45% dan elastisitas total 0,32%, dari model simple E

sampai tahun 2010 masih terdapat pengangguran di Kota Surakarta, perkiraan

angkatan kerja Kota Surakarta pada tahun 2007 sebanyak 258.147 dan

mengalami kenaikan pada tahun akhir proyeksi 2010 sebnyak 272.982,

perkiraan penyerapan tenaga kerja Kota Surakarta pada model 1 tahun 2007

sebanyak 242.258 dan mengalami kenaikan pada tahun akhir proyeksi 2010

sebanyak 256.796 pada model 2 perkiraan penyerapan teanaga kerja Kota

Surakarta tahun 2007 sebanyak 238.565 dan pada tahun akhir proyeksi

mengalami kenaikan sebanyak 262.444, sektor industri dan jasa masih

merupakan sektor potensial untuk menyerap tenaga kerja guna mengurangi

pengangguran.

Pemerintah Kabupaten Sukoharjo, Badan Pusat Statistik Kabupaten

Sukoharjo dan LPPM UNS Surakarta (2011) dalam penelitiannya yang

(47)

commit to user

33 Tahun 2011-2015” menyebutkan bahwa dengan metode rasio proporsi PDB

PDRB dan proporsi tenaga kerja nasional/kabupaten atau kota untuk

menjawab tipologi Kabupaten Sukoharjo. Untuk masalah persediaan tenaga

kerja digunakan metode Ekstrapolasi, sedangkan kebutuhan tenaga kerja

dengan menggunkan regresi simultan (Simple E) didapatkan hasil :

Kabupaten Sukoharjo bertipologi industri dan jasa, namun berdasarkan tahun

2009 adalah jasa sedangkan industri mempunyai nilai PDRB lebih rendah

dibandingkan nasional dan penyerapan tenaga kerja lebih tinggi dibandingkan

dengan rata-rata nasional. Persedian tenaga kerja selalu meningkat dari tahun

2011-2015, Kebutuhan tenaga kerja selalu berfluktuasi dari tahun 2011-2015.

C. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran adalah landasan peneliti dalam

mengembangkan penelitiannya dengan menggunakan berbagai konseptual

yang telah diuraikan sebelumnya. Berdasarkan tinjauan pustaka yang

dikemukakan sebelumnya, maka kerangka pemikiran yang peneliti gunakan

(48)

commit to user

34 Gambar 2.2

Kerangka Pemikiran

Proyeksi Penduduk 2011-2014

Permodelan TK Permodelan NTB Proporsi TK

MGT & NAS

Proporsi PDB & PDRB MGT & NAS

Proyeksi TPAK 2011-2014

Proyeksi Kebutuhan Tenaga Kerja MGT 2011-2014

Pengangguran Proyeksi

Angkatan Kerja 2011-2014

(49)

commit to user

35 Analisis ekonomi ketenagakerjaan secara umum terdiri dari dua

aspek yaitu penawaran tenaga kerja (proyeksi angkatan kerja) dan permintaan

tenaga kerja yang dapat diserap oleh pertumbuhan ekonomi (proyeksi tenaga

kerja). Dari tinjauan persediaan tenaga kerja perhitungan diawali dengan

proyeksi penduduk mengingat tenaga kerja merupakan bagian dari penduduk.

Setelah itu tahap berikutnya adalah melakukan proyeksi angkatan kerja.

Selama periode proyeksi, pola pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja

diasumsikan linear.

Sedangkan dari prespektif kebutuhan tenaga kerja, perhitungan

dilakukan melalui tiga tahapan pokok. Pertama, melakukan terlebih dahulu

perkiraan total PDRB berdasarkan asumsi parameter total PDB Indonesia dan

menggunakan model ekonometrik. Kedua, melakukan prakiraan NTB

kelompok lapangan usaha sesuai dengan tipologi kabupaten/kota yang

bersangkutan. Untuk kabupaten/kota yang bertipologi pertanian terlebih

dahulu melakukan prakiraan NTB sektor pertanian dan jasa sedangkan untuk

industri manufaktur merupakan residual dari PDRB. Sementara yang

bertipologi lain NTB pertanian ditempatkan sebagai residual. Tahap terakhir

adalah meramalkan kebutuhan tenaga kerja yang didasarkan pada NTB

kelompok lapangan usaha yang diperoleh dari tahap kedua. Penentuan

tipologi suatu kabupaten/kota dilakukan dengan membandingkan variabel

PDRB dan penyerapan tenaga kerja kabupaten/kota terhadap PDB dan

penyerapan tenaga kerja nasional dimasing-masing lapangan usaha. Perkiraan

angka pengangguran dihitung secara sederhana sebagai selisih antara

proyeksi angkatan kerja dengan kebutuhan tenaga kerja untuk tahun yang

(50)

commit to user

36 D. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian dan

manfaat penelitian, maka hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:

1. Diduga Kabupaten Magetan bertipologi pertanian.

2. Diduga jumlah penawaran tenaga kerja di Kabupaten Magetan selama

kurun waktu 2011-2014 meningkat.

3. Diduga jumlah permintaan tenaga kerja di Kabupaten Magetan

berdasarkan Metode Simple E selama kurun waktu 2011-2014 meningkat.

4. Diduga jumlah permintaan tenaga kerja di Kabupaten Magetan

berdasarkan Metode Geometri selama kurun waktu 2011-2014 meningkat.

5. Diduga jumlah pengangguran yang tercipta di Kabupaten Magetan selama

(51)

commit to user

37 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang berbentuk analisis

kuantitatif mengenai proyeksi perencanaan tenaga kerja dengan menggunakan

data deret waktu (time series) antara tahun 1999-2010. Sedangkan lokasi yang

diambil untuk penelitian ini adalah Kabupaten Magetan.

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

yang bersifat runtun waktu atau juga disebut time series. Data sekunder

adalah data yang diperoleh dari hasil pengamatan dan pencatatan pada

departemen atau instansi terkait yaitu Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten

Magetan dan Dinas Sosial Tenagakerja dan Transmigrasi (Disnakertrans)

Kabupaten Magetan, jurnal dan data penelitian lainnya. Data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah data tahunan dari tahun 1999-2010.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari

beberapa sumber dengan mengambil data statistik yang telah ada yang

diterbitkan oleh beberapa instansi terkait, yaitu Badan Pusat Statistik (BPS)

Kabupaten Magetan dan Dinas Sosial Tenagakerja dan Transmigrasi

(52)

commit to user

38 C. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah menggunakan

teknik kepustakaan, dimana data yang digunakan adalah data sekunder.

Pencarian data terutama pada berbagai sumber atau instansi yang terkait pada

penelitian ini.

D. Definisi Operasional Variabel

Sebelum masuk kedalam pokok permasalahan, terlebih dahulu akan

diketengahkan beberapa pengertian pokok yang digunakan dalam penelitian

ini.

1. Tenaga Kerja

Tenaga kerja (manpower) adalah seluruh penduduk dalam usia

kerja (berusia 15 tahun atau lebih) yang potensial dapat memproduksi

barang dan jasa.

2. Angkatan Kerja

Angkatan kerja adalah penduduk usia kerja yang selama

seminggu yang lalu mempunyai pekerjaan, baik yang bekerja maupun

yang sementara tidak bekerja karena suatu sebab. Di samping itu mereka

(penduduk usia kerja) yang tidak mempunyai pekerjaan tetapi sedang

mencari/mengharap pekerjaan juga termasuk dalam angkatan kerja.

3. Tingkat Pastisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja ( TPAK ) adalah ukuran

(53)

commit to user

39 penduduk usia kerja dan dihitung dari jumlah angkatan kerja dibagi

jumlah penduduk 15 tahun ke atas dikali 100.

4. Pengangguran

Pengangguran adalah orang yang tidak bekerja sama sekali atau

bekerja kurang dari dua hari selama seminggu sebelum pencacahan dan

berusaha memperoleh pekerjaan.

5. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Produk Domestik Regional Bruto menurut pendekatan produksi

adalah jumlah nilai tambah bruto dari barang dan jasa yang dihasilkan

oleh beberapa unit produksi didalam satu region/wilayah dalam jangka

waktu tertentu (biasanya satu tahun) yang dinyatakan dalam rupiah per

tahun.

6. Produk Domestik Bruto

Produk Domestik Bruto adalah nilai barang dan jasa dalam suatu

negara yang diproduksi oleh faktor-faktor produksi milik warga negara

tersebut dan negara asing yang dinyatakan dalam rupiah per tahun

(Sukirno, 1999:33).

7. Nilai Tambah Bruto (NTB)

Nilai tambah bruto adalah nilai produksi (output) dikurangi

dengan biaya antara (intermediate cost). NTB mencakup

komponen-komponen faktor pendapatan (upah dan gaji, bunga, sewa tanah dan

(54)

commit to user

40 8. Elastisitas kesempatan kerja

Merupakan rasio antara kesempatan kerja dengan pertumbuhan ekonomi.

9. Labor Agriculture (LA)

Jumlah tenaga kerja di sektor pertanian.

10. Labor Manufacture (LM)

Jumlah tenaga kerja di sektor industri.

11. Labor Service (LS)

Jumlah tenaga kerja di sektor jasa.

E. Metode Analisa Data

1. Analisis Tipologi Daerah

Mengacu kepada modul PTKD, untuk menentukan tipologi satu

kabupaten/kota dilakukan dengan membandingkan proporsi PDRB dan

tenaga kerja kabupaten/kota dengan proporsi PDB dan tenaga kerja

nasional di masing-masing sektor besar, yaitu pertanian, industri serta

jasa. Sektor ekonomi yang berada disebaran kuadran I yang

menunjukkan bahwa proporsi PDRB maupun daya serap tenaga kerjanya

lebih besar dibandingkan proporsi nasional, dan sekaligus menunjukkan

tipologi kabupaten/kota tersebut. Mengingat kemungkinan tidak adanya

salah satu sektor besar yang dominan atau mutlak, maka diperlukan

tambahan tipologi yaitu campuran. Dengan demikian tipologi

kabupaten/kota menjadi empat buah.

Secara detail, langkah-langkah untuk menentukan tipologi suatu

(55)

commit to user

41 a. Menyiapkan proporsi PDRB atas dasar harga berlaku dan proporsi

jumlah tenaga kerja kabupaten/kota terpilih menurut lapangan usaha.

b. Menyiapkan proporsi PDB atas dasar harga berlaku dan proporsi

jumlah tenaga kerja nasional menurut lapangan usaha sebagai dasar

dalam penentuan titik koordinat.

c. Sebagai contoh, untuk menentukan tipologi pertanian, maka yang

perlu diperhatikan adalah proporsi PDB/PDRB dan penyerapan

tenaga kerja nasional maupun kabupaten/kota di sektor pertanian.

Adapun caranya, yaitu :

1) Tentukan proporsi PDB dan proporsi tenaga kerja nasional,

kemudian tarik garis lurus antara proporsi tenaga kerja dengan

proporsi PDB nasional maka akan ditemukan titik

koordinat/potong sebagai batas pengelompokan kuadran I, II,III

dan IV.

Gambar 3.1

Kuadran dalam tipologi tenaga kerja

(56)

commit to user

42 2) Sebaran dikuadran I menunjukkan sumbangan PDRB maupun

penyerapan tenaga kerja lebih besar proporsinya dibandingkan

proporsi nasional.

3) Sebaran dikuadran II menunjukkan proporsi PDRB lebih kecil

dari nasional, sementara proporsi penyerapan tenaga keja lebih

besar dari proporsi nasional.

4) Sebaran dikuadran III menunjukkan baik proporsi PDRB

maupun proporsi penyerapan tenaga kerja lebih kecil

dibandingkan proporsi nasional.

5) Sebaran di kuadran IV menunjukkan proporsi PDRB lebih besar

dari pada nasional, sementara proporsi penyerapan tenaga kerja

lebih kecil dari proporsi nasional.

d. Setelah patokan (titik koordinat/potong) untuk menentukan tipologi

kabupaten/kota diketahui, kemudian tentukan proporsi PDRB

maupun tenaga kerja di sektor pertanian untuk kabupaten/kota

terpilih dan buatlah satu titik dengan menarik garis lurus antara

proporsi PDRB dengan proporsi tenaga kerja di sektor pertanian.

e. Dari langkah d, maka akan diketahui tipologi dari kabupaten/kota

tersebut.

f. Untuk menentukan tipologi industri ataupun jasa, prosedurnya sama

dengan menentukan tipologi pertanian (mulai dari langkah a hingga

Gambar

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin
Gambar 2.1 Kurva Elastisitas Harga Permintaan………………………... ..  12
  Tabel 1.1
Gambar 2.1 Kurva Elastisitas Harga Permintaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari penelitian ini adalah: Proses pengklasifikasikan biji jagung ke dalam 4 macam kualitas (biji busuk, biji berjamur, biji normal, dan biji

Sipelem I pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Tegal akan melaksanakan Pemilihan Langsung dengan pascakualifikasi untuk paket pekerjaan konstruksi secara elektronik sebagai

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi yang berjudul “Pengaruh Metode Thawing Terhadap Kandungan Protein, Lemak, Kadar Air dan pH Daging Halus Ikan Patin

Disini penulis mencoba membuat alat pengukur tinggi dan berat badan menggunakan sensor ultrasonik HCSR-04 dan Sensor load cell yang hasil pengukurannya tidak

Nilai-nilai yang terdapat pada Gambar 5 merupakan nilai prioritas yang diperoleh dengan menggabungkan hasil perbandingan elemen dan perbandingan clutser. Gambar 5

dakwah dapat dilakukan dengan cara yang lebih efektif serta bermanfaat serta kecerdasan umat Islam dapat ditingkatkan. Orang-orang yang berjuang di bidang pengetahuan, oleh

Pejabat Pengadaan Satker Dit PolairPolda NTB akan melaksanakan [ Pengadaan Langsung] paket pekerjaan sebagai berikut:..

success.” Pemberdayaan adalah suatu konsep psikologis dengannya karyawan memiliki pengalaman yang lebih dalam hal (1) self-determination – karyawan memiliki (a)