commit to user
i
ANALISIS PROYEKSI TENAGA KERJA DAERAH
DI KABUPATEN MAGETAN TAHUN 2011-2014
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh :
RATNA TANJUNG KUMALASARI F0108166
UNI VE RSITAS SEB ELAS MARET SURAKARTA
commit to user
ii ABSTRAKSI
ANALISIS PROYEKSI TENAGA KERJA DAERAH DI KABUPATEN MAGETAN TAHUN 2011-2014
Ratna Tanjung Kumalasari F0108166
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tipologi daerah, perkiraan penawaran tenaga kerja berdasarkan Metode Ekstrapolasi, perkiraan permintaan tenaga kerja berdasarkan Metode Simple E dan Metode Geometri, serta perkiraan pengangguran yang ada di Kabupaten Magetan.
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis tipologi daerah, metode ekstrapolasi, metode Simple E, metode geometri, serta perkiraan pengangguran.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan proporsi PDRB dan penyerapan tenaga kerja Kabupaten Magetan bertipologi pertanian. Perkiraan penawaran tenaga kerja dengan menggunakan metode ektrapolasi menunjukkan bahwa perkiraan penawaran tenga kerja Kabupaten Magetan pada tahun 2011-2014 mengalami kenaikan dan penurunan yang berfluktuatif. Perkiraan permintaan tenaga kerja dengan menggunakan metode Simple E dan metode geometri diperoleh hasil yang sama yaitu perkiraan permintaan tenaga kerja Kabupaten Magetan tahun 2011-2014 mengalami kenaikan dan penurunan yang berfluktuatif. Perkiraan pengangguran dihitung secara sederhana sebagai selisih antara penawaran tenaga kerja dan perkiraan permintaan tenaga kerja untuk tahun yang sama, perkiraan pengangguran Kabupaten Magetan tahun 2011-2014 mengalami kenaikan dan penurunan.
Mengacu pada hasil penelitian, saran yang dapat diberikan adalah pemerintah Kabupaten Magetan diharapkan meningkatkan produktifitas dan kualitas hasil pertanian yang berfungsi membuka kesempatan lapangan pekerjaan. Untuk angkatan kerja diperlukan menciptakan dan memeratakan kesempatan kerja dengan pelatihan tenaga kerja agar terwujud angkatan kerja yang terampil dan tangguh. Untuk penyerapan tenaga kerja dengan membuka kesempatan berusaha melalui penumbuhan wirausaha baru dan pengembangan UMKM. Untuk mengurangi tingkat pengangguran Pemerintah Daerah Kabupaten Magetan memperluas kesempatan kerja kepada masyarakat dengan meningkatkan kualitas dan perluasan program Antar Kerja Antar Negara, meningkatkan kualitas dan jangkauan informasi pasar kerja, serta meningkatkan peranan bursa kerja
commit to user
commit to user
commit to user
v
Motto
“
Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalatmu
Sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang
sabar”
(Al-Baqarah: 153)
Jadilah seperti karang di lautan yang kuat dihantam ombak
dan kerjakanlah hal yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain karena hidup hanyalah sekali. Ingat hanya
pada Allah apapun dan di manapun kita berada kepada Dia-lah tempat meminta dan memohon.
Segala yang indah belum tentu baik namun
segala yang baik sudah tentu indah
Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang
tidak menyadari betapa
dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah.
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan judul “Analisis Proyeksi Tenaga Kerja Daerah Di Kabupaten
Magetan Tahun 2011-2014”.
Skripsi ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu syarat
dalam menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Selama menyusun skripsi ini penulis tidak lepas dari beberapa pihak,
maka dari itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Dr. Wisnu Untoro M.S selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
2. Drs. Supriyono selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Drs. Sutomo MS selaku dosen pembimbing yang dengan sabar telah
membimbing penulis. Terimakasih atas saran, kritik, dan perhatiannya selama
penulis menyelesaikan skripsi.
4. Tri Mulyaningsih SE, M.Si dan Malik Cahyadin SE, M.Si selaku dosen
commit to user
vii
pengarahan selama studi kepada penulis serta memberi kesempatan untuk
diskusi kepada penulis
5. Bapak dan Ibu dosen pengampu yang telah memberikan ilmunya selama
penulis menuntut ilmu di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
6. Seluruh Staf Karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret, yang
telah memberikan bantuan selama penulis menuntut ilmu di Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
7. Bapak dan Ibu pegawai BPS yang telah membantu penulis mencari data
selama penelitian.
8. Bapak dan Ibu pegawai disnakertans yang telah membantu penulis mencari
data selama penelitian.
9. Bapak, Ibu, Kakak dan Keponakan yang telah memberikan segala kasih
sayang dan doa yang tiada terputus kepada penulis sehingga penulis mampu
menyelesaikan kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
10.Fandy Akbar Sanusi yang tak kenal lelah memberi dukungan dan semangat
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
11.Teman-teman jurusan Ekonomi Pembangunan angkatan 2008 khususnya
(Desy Rifqya Arifiani, Devinta Primasari, Ira Amanda, Istiana, Rizky Adi,
Juniuz Nanda, Aria Sejahtera, Dimas Aryo, Eby Febriansyah, Ari Hidayanto,
Aris Prasojo, Putra dan Argo) yang telah menjadi rekan yang menyenangkan
selama penulis menuntut ilmu di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
commit to user
viii
12.Kakak tingkat jurusan Ekonomi Pembangunan angkatan 2007 khususnya
Anton Prabowo dan Imam Nalendra terima kasih atas semua dukungan dan
semangat kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
13.Pihak-pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu per satu yang telah
membantu terselesaikannya skripsi ini baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Akhirnya, segala kekurangan, kesalahan dan ketidaksempurnaan skripsi
ini adalah tanggung jawab penulis. Namun apabila kebenaran dalam skripsi
semata hanya keridhoan Allah SWT sang Maha Sempurna. Semoga penelitian ini
bermanfaat bagi kita semua. Amin
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surakarta, 10 April 2012
commit to user
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
ABSTRAK ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
MOTTO ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
A. Kajian Teori ... 7
1. Permintaan Tenaga Kerja ... 7
2. Penawaran Tenaga Kerja ... 17
3. Perencanaan Tenaga Kerja ... 19
4. Pengangguran ... 26
B. Penelitian Terdahulu ... 30
commit to user
x
D. Hipotesis ... 36
BAB III METODE PENELITIAN ... 37
A. Ruang Lingkup Penelitian ... 37
B. Jenis dan Sumber Data ... 37
C. Metode Pengumpulan Data ... 38
D. Definisi Operasional Variabel ... 38
E. Metode Analisis Data ... 40
1. Analisis Tipologi Daerah ... 40
2. Metode Ekstrapolasi ... 44
3. Metode Simple E ... 43
4. Metode Geometri ... 47
5. Perkiraan Pengangguran ... 48
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 49
A. Gambaran Umum ... 49
1. Kondisi Geografis dan Luas Wilayah ... 49
2. Kependudukan ... 52
B. Hasil Analisis dan Interprestasi Hasil ... 53
1. Tipologi Kabupaten Magetan ... 53
2. Metode Ekstrapolasi ... 57
3. Metode Simple E ... 58
4. Metode Geometri ... 67
5. Perkiraan Pengangguran ... 71
BAB IV PENUTUP ... 73
commit to user
xi
B. Saran ... 74
DAFTAR PUSTAKA
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin
Kabupaten Magetan Tahun 2008-2010 ... 3
Tabel 4.1 Keadaan Penduduk Kabupaten Magetan Tahun 2005-2010
Menurut Kelompok Umur ... 52
Tabel 4.2 Rata-rata proporsi PDRB/PDB dan Tenaga Kerja Nasional/ Kabupaten
Menurut Lapangan Usaha , Tahun 2006-2009 ... 53
Tabel 4.3 Perkiraan Penduduk, Tenaga Kerja, dan Angkatan Kerja Kabupaten
Magetan Tahun 2011-2014 ... 58
Tabel 4.4 Perkiraan PDRB dan NTB Kabupaten Magetan
Tahun 2011-2014 (Milyar Rupiah) ... 64
Tabel 4.5 Perkiraan Kebutuhan Tenaga Kerja di Kabupaten Magetan
Menurut Lapangan Usaha Besar, Tahun 2011-2014 ... 67
Tabel 4.6 Elastisitas Kesempatan kerja Kabupaten Magetan ... 68
Tabel 4.7 Perkiraan Kebutuhan Tenaga Kerja
di Kabupaten Magetan Tahun 2011-2014 ... .. 70
commit to user
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kurva Elastisitas Harga Permintaan………... .. 12
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran ... 34
Gambar 3.1 Kuadran dalam tipologi tenaga kerja ... 41
Gambar 4.1 Kabupaten Magetan Pada Tipologi Pertanian ... 54
Gambar 4.2 Kabupaten Magetan Pada Tipologi Industri ... 55
commit to user
ABSTRAKSI
ANALISIS PROYEKSI TENAGA KERJA DAERAH DI KABUPATEN MAGETAN TAHUN 2011-2014
Ratna Tanjung Kumalasari F0108166
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tipologi daerah, perkiraan penawaran tenaga kerja berdasarkan Metode Ekstrapolasi, perkiraan permintaan tenaga kerja berdasarkan Metode Simple E dan Metode Geometri, serta perkiraan pengangguran yang ada di Kabupaten Magetan.
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis tipologi daerah, metode ekstrapolasi, metode Simple E, metode geometri, serta perkiraan pengangguran.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan proporsi PDRB dan penyerapan tenaga kerja Kabupaten Magetan bertipologi pertanian. Perkiraan penawaran tenaga kerja dengan menggunakan metode ektrapolasi menunjukkan bahwa perkiraan penawaran tenga kerja Kabupaten Magetan pada tahun 2011-2014 mengalami kenaikan dan penurunan yang berfluktuatif. Perkiraan permintaan tenaga kerja dengan menggunakan metode Simple E dan metode geometri diperoleh hasil yang sama yaitu perkiraan permintaan tenaga kerja Kabupaten Magetan tahun 2011-2014 mengalami kenaikan dan penurunan yang berfluktuatif. Perkiraan pengangguran dihitung secara sederhana sebagai selisih antara penawaran tenaga kerja dan perkiraan permintaan tenaga kerja untuk tahun yang sama, perkiraan pengangguran Kabupaten Magetan tahun 2011-2014 mengalami kenaikan dan penurunan.
Mengacu pada hasil penelitian, saran yang dapat diberikan adalah pemerintah Kabupaten Magetan diharapkan meningkatkan produktifitas dan kualitas hasil pertanian yang berfungsi membuka kesempatan lapangan pekerjaan. Untuk angkatan kerja diperlukan menciptakan dan memeratakan kesempatan kerja dengan pelatihan tenaga kerja agar terwujud angkatan kerja yang terampil dan tangguh. Untuk penyerapan tenaga kerja dengan membuka kesempatan berusaha melalui penumbuhan wirausaha baru dan pengembangan UMKM. Untuk mengurangi tingkat pengangguran Pemerintah Daerah Kabupaten Magetan memperluas kesempatan kerja kepada masyarakat dengan meningkatkan kualitas dan perluasan program Antar Kerja Antar Negara, meningkatkan kualitas dan jangkauan informasi pasar kerja, serta meningkatkan peranan bursa kerja
commit to user
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masalah ketenagakerjaan adalah masalah yang sangat kompleks dan
besar. Kompleks karena masalahnya mempengaruhi sekaligus dipengaruhi
oleh banyak faktor yang saling berinteraksi dengan pola yang tidak selalu
mudah dipahami, besar karena menyangkut jutaan jiwa. Untuk
menggambarkan masalah tenaga kerja dimasa yang akan datang tidaklah
mudah karena disamping mendasarkan pada angka tenaga kerja dimasa
lampau harus juga diketahui prospek produksi dimasa mendatang.
Kebijakan perluasan kesempatan kerja merupakan suatu kebijakan
penting dalam pelaksanaan pembangunan, karena salah satu tolak ukur untuk
menilai keberhasilan ekonomi suatu negara atau bangsa menurut Suharno
Sagir dalam makalahnya yang berjudul Rangka Kebijakan Perluasan
kesempatan kerja Dalam dasawarsa 1983–1993 adalah kesempatan kerja yang
diciptakan oleh adanya pembangunan ekonomi.
Pembangunan ketenagakerjaan sangat erat kaitannya dengan
pembangunan ekonomi sehingga bila membicarakan bidang ketenagakerjaan
dalam hal ini tidak dapat dipisahkan dengan bidang ekonomi. Untuk
memperoleh hasil yang optimal dalam hal tenaga kerja yang berkualitas yang
sesuai dengan kebutuhan maka diperlukan suatu perencanaan dalam hal
ketenagakerjaan. Menurut Undang-Undang No.13 tahun 2003, perencanaan
commit to user
2 program pembangunan ketenagakerjaan yang berkesinambungan (Saleh,
2005:3).
Salah satu langkah mendasar dan strategis yang dapat ditempuh
pemerintah kabupaten/kota dalam mengatasi masalah ketenagakerjaan dan
pengangguran ini adalah dengan menyusun dan mengimplementasikan
Perencanaan Tenaga Kerja Kabupaten/ kota (PTKK). Perencanaan Tenaga
Kerja Kabupaten/ kota (PTKK) itu sendiri adalah proses penyusunan rencana
ketenagakerjaan secara sistematis yang dijadikan dasar dan acuan dalam
kebijakan, strategi, dan pelaksanaan program pembangunan ketenagakerjaan
yang berkesinambungan di kabupaten/kota. Pertumbuhan jumlah penduduk di
Kabupaten Magetan dari tahun ketahun mengalami suatu kenaikan dan
penurunan secara signifikan. Kenaikan dan penurunan jumlah penduduk di
Kabupaten Magetan dapat dilihat pada tabel 1.1
Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat jumlah penduduk menurut
golongan umur dan jenis kelamin Kabupaten Magetan dimana Kabupaten
Magetan adalah sebuah Kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Timur.
Dengan luas wilayah sebesar 688.85km2. Pada tahun 2008 jumlah penduduk
Kabupaten Magetan sebanyak 693.860 jiwa dengan proporsi jumlah
penduduk laki-laki sebanyak 335.513 jiwa dan jumlah penduduk wanita
sebanyak 358.347 jiwa jumlah angkatan kerja 15 tahun keatas sebanyak
558.028 jiwa dengan proporsi tenaga kerja usia muda 15-24 sebanyak
115.061 jiwa tenaga kerja dewasa 25-59 sebanyak 442.967 jiwa dan tenaga
kerja lanjut 60 keatas sebanyak 106.412 jiwa. Pada tahun 2010 jumlah
penduduk Kabupaten Magetan sebanyak 693.346 jiwa dengan proporsi
commit to user
3 wanita sebanyak 357.943 jiwa jumlah angkatan kerja 15 tahun keatas
sebanyak 559.229 jiwa dengan proporsi tenaga kerja usia muda 15-24
sebanyak 107.025 jiwa tenaga kerja dewasa 25-59 sebanyak 452.204 jiwa dan
tenaga kerja lanjut 60 keatas sebanyak 108.117 jiwa.
Tabel 1.1
Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin
Kabupaten Magetan Tahun 2008-2010
JUMLAH 335.513 358.347 334.935 357.814 335.403 357.943
commit to user
4 Berdasarkan hal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pada tahun
2008-2010 jumlah tenaga kerja usia dewasa di Kabupaten Magetan besarnya
sangat tinggi dibandingkan dengan tenaga usia muda dan tenaga kerja usia
lanjut. Pada tahun 2008-2010 jumlah penduduk angkatan kerja 15 tahun
keatas mengalami kenaikan.
Sasaran pokok pembangunan di bidang ketenagakerjaan pada
akhirnya ditentukan oleh kemampuan pemerintah dalam mempengaruhi sisi
permintaan dan penawaran. Kesesuaian antara sisi permintaan dan penawaran
tenaga kerja yang berarti tercapainya kesesuaian antara sejumlah orang yang
diminta dan yang tersedia dan dapat digunakan untuk melaksanakan
pekerjaan pada tingkat upah tertentu. Dalam hal ini peneliti menggunakan
istilah kebutuhan dan penyediaan tenaga kerja. Dengan demikian kesesuaian
antara sisi kebutuhan dan penyediaan tenaga kerja merupakan masalah yang
mendasar dalam perencanaan ketenagakerjaan.
Perencanaan ketenagakerjaan akan lebih diorientasikan pada
permintaan tenaga kerja yang hakekatnya berupa perencanaan kesempatan
kerja. Sedangkan tujuan akhir dari perencanaan tenaga kerja adalah
mendukung adanya pertumbuhan ekonomi yang memadai yang diukur
dengan PDB. Secara makro permintaan akan tenaga kerja dapat diperkirakan
dengan mengetahui laju pertumbuhan dan daya serap masing-masing sektor
ekonomi. Konsep elastisitas kesempatan kerja dapat dipergunakan untuk
menyusun perkiraan kebutuhan tenaga kerja dan menyusun simulasi
perumusan kebijakan pembangunan untuk ketenagakerjaan ( Simanjuntak
commit to user
5 Berdasarkan uraian permasalah diatas maka peneliti mencoba untuk
melakukan penelitian mengenai “ANALISIS PROYEKSI TENAGA KERJA
DAERAH DI KABUPATEN MAGETAN TAHUN 2011-2014”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, dapat dirinci
beberapa pokok permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan, meliputi:
1. Apakah tipologi Kabupaten Magetan?
2. Berapakah jumlah penawaran tenaga kerja di Kabupaten Magetan selama
kurun waktu 2011-2014?
3. Berapakah jumlah permintaan tenaga kerja di Kabupaten Magetan
berdasarkan Metode Simple E selama kurun waktu 2011-2014?
4. Berapakah jumlah permintaan tenaga kerja di Kabupaten Magetan
berdasarkan Metode Geometri selama kurun waktu 2011-2014?
5. Berapakah jumlah pengangguran yang ada di Kabupaten Magetan selama
kurun waktu 2011-2014?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan perumusan diatas maka
tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui tipologi Kabupaten Magetan.
2. Untuk memperkirakan jumlah penawaran tenaga kerja di Kabupaten
Magetan selama kurun waktu 2011-2014.
3. Untuk memperkirakan jumlah permintaan tenaga kerja di Kabupaten
commit to user
6 4. Untuk memperkirakan jumlah permintaan tenaga kerja di Kabupaten
Magetan berdasarkan Metode Geometri selama kurun waktu 2011-2014.
5. Untuk memperkirakan jumlah pengangguran yang tercipta di Kabupaten
Magetan selama kurun waktu 2011-2014.
D. Manfaan Penelitian
Dari hasil penelitian yang dilakukan, diharapkan dapat memberi
manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun manfaat yang
diberikan yaitu :
1. Pribadi Penulis
Dapat memperoleh pengetahuan tentang model penghitungan kebutuhan
tenaga kerja berbasis kabupaten/kota dengan pendekatan tipologi sektor
ekonomi. Disamping itu penulis juga memperoleh pengetahuan tentang
perencanaan ketenagakerjaan suatu kabupaten/kota.
2. Pembaca
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pemikiran
atau bahan pembanding bagi penelitian-penelitian lain yang berkaitan
dengan permasalahan yang diungkap dalam penelitian ini.
3. Pemerintah
Hasil penenlitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan
sumbangan informasi yang berguna bagi pihak yang berwenang dalam
commit to user
7 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Permintaan Tenaga Kerja
Permintaan tenaga kerja (demand for labor ) adalah sejumlah
orang (jam orang atau jam kerja) yang diterima untuk melaksanakan
suatu pekerjaan pada tingkat tertentu. Permintaan tenaga kerja dibedakan
dengan kebutuhan tenaga kerja (man power needs) yang tanpa
memperhatikan tingkat upah (Swasono, 1987:20). Jadi kebutuhan tenaga
kerja merupakan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan
untuk menghasilkan sejumlah produk masyarakat dalam satuan waktu
tertentu dengan tidak memperhatikan faktor upah (Suroto,1992:23).
Permintaan pengusaha atas tenaga kerja berlainan dengan
permintaan konsumen terhadap barang dan jasa. Orang membeli barang
karena barang itu memberikan nikmat (utility) kepada si pembeli. Akan
tetapi pengusaha memperkerjakan seseorang itu membantu memproduksi
barang atau jasa untuk dijual kepada masyarakat konsumen. Dengan kata
lain, pertambahan permintaan pengusaha terhadap tenaga kerja
tergantung dari pertambahan permintaan masyarakat terhadap barang
yang diproduksinya. Permintaan akan tenaga kerja yang seperti itu
commit to user
8 Untuk dapat memperkirakan permintaan tenaga kerja, tidak
lepas dari metode perhitungan proyeksi yang juga digunakan untuk
memperkirakan atau memproyeksikan suatu keadaan, baik keadaan
tenaga kerja maupun perekonomian, proyeksi jumlah pekerja meliputi:
a. Metode Regresi Simultan (Simultaneous Regresion)
Penggunaan regresi simultan dengan Simple E, Simple E
adalah salah satu perangkat lunak yang dapat digunakan untuk
menghitung pertumbuhan ekonomi. Dengan adanya program Simple
E para pembuat model dapat melakukan persiapan data dan
spesifikasi model dalam software Excel dan proses simulasi
proyeksinya dibuat secara otomatis. Simple E mencakup proses input
data, pembuatan model, pengujian dan simulasi proyeksi.
Simple E sebagai metode dalam perencanaan kebutuhan
tenaga kerja bisa dikatakan actual pada saat ini. Penyusunan model
ini dengan model ekonometrika dimaksudkan untuk dapat
menjelaskan pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap penyerapan
tenaga kerja dimana formula model ini terdiri dari 2 blok utama,
yaitu : blok ekonomi dan blok tenaga kerja. Dari 2 blok utama
tersebut, model dibangun melalui 5 persamaan perilaku (stokastik)
dan 2 persamaan identitas (deterministik). Persamaan ini
berdistribusi masing-masing pada blok ekonomi: 2 persamaan
stokastik (NTBm dan NTBs) dan 1 persamaan identitas (NTBa),
commit to user
9 (La, Lm, Ls) serta 1 persamaan deterministik (Lt). Secara detail,
formula model dinyatakan dalam beberapa persamaan berikut :
1) Metode Ekonomi
a) NTB Lapangan Usaha Pertanian (Agriculture)
NTBa,t = PDRB – NTBm,t– NTBs,t
b) NTB Lapangan Usaha Industri (Industry/Manufacture)
NTBm,t = f(NTBm,t-1)
c) NTB Lapangan Usaha Jasa (Service)
NTBs,t = f(NTBs,t-1)
2) Blok Tenaga Kerja
a) Tenaga Kerja Lapangan Usaha Pertanian (Agriculture)
La,t = f(La,t-1,NTBa,t)
b) Tenaga Kerja Lapangan Usaha Industri (Industry/
Manufacture)
Lm,t = f(Lm,t-1, NTBm,t)
c) Tenaga Kerja Lapangan Usaha Jasa (Service)
Ls,t = f(Ls,t-1, NTBs,t)
Sementara itu pemodelan dilakukan dalam tiga tahap.
Pertama, meramalkan PDRB secara keseluruhan berdasarkan asumsi
ekonomi makro. Kedua, berdasarkan PDRB hasil perkiraan itu
diperkirakan NTB untuk masing-masing kelompok lapangan usaha.
commit to user
10 NTB dan jumlah tenaga kerja sektor bersangkutan tahun
sebelumnya.
Ketiga tahap tersebut dapat dilakukan dengan
menggunakan Simple E, dimana secara keseluruhannya dapat
dilakukan secara otomatis. Simple E memuat proses input data,
pembuatan model, pengujian dan simulasi proyek.
b. Elastisitas Jumlah Pekerja (Employment Elasticity)
Elastisitas jumlah pekerja (Employment Elasticity) atau
elastisitas kesempatan kerja adalah rasio antara perubahan (dalam
persen) jumlah pekerja dengan perubahan (dalam persen) output.
Metode elastisitas ini mengasumsikan bahwa perubahan jumlah
pekerja disebabkan oleh perubahan output. Tanpa ada perubahan
output tidak akan ada perubahan jumlah pekerja. Dengan kata lain
metode ini mengasumsikan permintaan sebagai derive demand
permintaan barang dan jasa.
Misalkan akan memperkirakan jumlah pekerja menurut
lapangan pekerjaan di tahun 1990 berdasarkan data tahun 1985.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
1) Hitung sasaran pertumbuhan (dalam persen) output menurut
lapangan pekerjaan pada periode 1985-1990.
2) Buat asumsi elastisitas pekerjaan menurut lapangan pekerjaan
commit to user
11 3) Kalikan elastisitas tersebut dengan sasaran pertumbuhan, untuk
memperoleh angka pertumbuhan (dalam persen) jumlah pekerja
menurut lapangan pada periode 1985-1990.
4) Dengan angka pertumbuhan tersebut dapat dihitung jumlah
pekerja menurut lapangan pekerjaan pada tahun 1990.
Permintaan pekerja secara keseluruhan diperoleh dengan
menjumlahkan permintaan di tiap lapangan pekerjaan.
5) Penawaran pekerja secara menyeluruh diperoleh dari proyeksi
angkatan kerja.
6) Jumlah angkatan kerja (hasil proyeksi) dikurangi jumlah
permintaan pekerja (dari angka 4) sama dengan jumlah
pengangguran di tahun 1990.
Metode elastisitas jumlah pekerja ini juga mengasumsikan
bahwa jumlah pekerja disebabkan oleh perubahan output tanpa ada
perubahan jumlah pekerja. Dengan kata lain metode ini
mengasumsikan permintaan tenaga kerja sebagai derived demand
permintaan barang dan jasa. Metode ini juga mengasumsikan bahwa
tidak ada lowongan pekerjaan yang tidak terisi. ( Ananta, 1990 :
209-210).
c. Elastisitas Permintaan
Permintaan tenaga kerja pada dasarnya adalah tergantung
pada output perusahaan/industri dalam konstek mikro, artinya
commit to user
12 menciptakan permintaan input diantaranya adalah tenaga kerja.
Sedangkan dalam tataran makro, produksi nasional (PDB) sangat
menentukan laju tambah kesempatan kerja pada suatu
perekonomian, artinya kalau ekonomi suatu negara tumbuh
(tercermin pada pertumbuhan PDB) maka akan dapat menciptakan
kesempatan kerja baru. Elastisitas permintaan atau price elasticity of
demand (PED) adalah ukuran kepekaan perubahan jumlah
permintaan barang terhadap perubahan harga.
Gambar 2.1
Kurva Elastisitas Harga Permintaan
Pada Gambar 2.1, P menunjukkan harga barang saat ini dan
Q jumlah permintaan pada harga tersebut. P menujukkan
perubahan kecil dalan harga saat ini dan perubahan hasil dalam
jumlah permintaan ditunjukkan oleh Q. P/P kemudian akan
ditetapkan untuk perbandingan dengan perubahan harga dan Q/Q
akan ditetapkan untuk kesesuaian perbandingan dengan perubahan
commit to user
13 jumlah. Dua pernyataan ini, sesuai dengan definisi mengenai
elastisitas harga permintaan. Rumus untuk elastisitas harga :
Elastisitas harga = = ΔP/P
ΔQ/Q………. 1
Salah fitur menarik dari formula ini adalah bahwa ini
memiliki interpretasi grafis yang mudah. Jadi, jika kita ingin
menghitung elastisitas harga permintaan pada titik A pada kurva
permintaan yang ditunjukkan dalam Gambar 2.1, kita dapat mulai
dengan menulis ulang sisi kanan dari Persamaan 2.1 menjadi (P/Q) x
(P/Q). Dan karena kemiringan kurva permintaan adalah sama
dengan P/Q, Q/P adalah kebalikan dari kemiringan: Q/P =
1/kemiringan. Elastisitas harga permintaan pada titik A,
dilambangkan A, oleh karena itu memiliki formula sederhana (
Frank/Bernanke, 2009 : 113-114) sebagai berikut :
………. 2
atau
……….. 3
d. Elastisitas Kesempatan Kerja
Untuk menganalisis seberapa besar kepekaan perubahan
commit to user
14 dipakai rumus Elastisitas Kesempatan Kerja (Ekk) yang merupakan
rasio pertumbuhan output dengan pertumbuhan kesempatan kerja.
EKK bisa dihitung secara sektoral berdasarkan lapangan usaha
dalam perekonomian. Di Indonesia misalnya ada 9 sektor/lapangan
usaha dari pertanian hingga jasa, atau juga bisa dikelompokan
menjadi 3 sektor besar seperti pertanian, industri dan jasa,
penjumlahan semuanya akan menjadi Ekk total. Ekk dapat pula
dipergunakan sebagai data awal untuk proyeksi ketenagakerjaan
melalui beberapa skenario dalam membuat perencanaan untuk
kebijakan baik makro maupun mikro.
Langkah-langkah yang digunakan untuk menghitung
elastisitas kesempatan kerja adalah :
a) Menghitung laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) persektor dan total sektor kegiatan ekonomi.
b) Menghitung laju kesempatan kerja per sektor kegiatan ekonomi.
c) Menghitung koefisien Elastisitas Kesempatan Kerja (Ekk) per
sektor kegiatan ekonomi yang dihitung dengan formula
e. Rasio Jumlah Pekerja –Output
Rasio jumlah pekerja mengansumsikan adanya hubungan
proporsional yang tidak berubah antara output dan jumlah pekerja.
Dengan demikian, bila kita mengetahui rasio tersebut dan
mengetahui tingkat output, maka kita dapat mengetahui jumlah
commit to user
15 Karena rasio tersebut diasumsikan tidak berubah, maka
rasio untuk lapangan pekerjaan dapat pula dihitung dengan membagi
perubahan jumlah pekerja dengan perubahan nilai tambah dalam tiap
lapangan pekerjaan. Dengan kata lain, diasumsikan bahwa marginal
employment-output ratio sama dengan average employment-output
ratio. Metode ini mengansumsikan tidak ada kemungkinan kemajuan
teknologi ataupun substitusi antara pekerja dan modal fisik (Ananta,
1990 : 209-210).
f. Metode Pendekatan Kebutuhan Tenaga Kerja
Metode ini adalah salah satu pendekatan untuk menduga
permintaan dan penawaran pekerja, dan keseimbangan antara
keduanya dimasa depan. Pendugaan ini dilakukan secara rinci
menurut lapangan pekerjaan, pendidikan dan keterampilan. Dimana
langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai berikut :
1) Uraikan Produk Domestik Bruto (PDB) di tahun dasar
diberbagai sektor perekonomian.
2) Jumlah pekerja yang diminta di setiap sektor pada tahun dasar
diperoleh dengan menjumlahkan jumlah pekerja di setiap sektor
dengan lowongan pekerjaan di setiap sektor.
3) Tentukan target atau suatu asumsi pertumbuhan PDB di setiap
sektor untuk periode perencanaan.
4) Buat asumsi mengenai rasio jumlah pekerja-output atau
elastisitas jumlah pekerja di setiap sektor selama periode
commit to user
16 5) Kalikan rasio atau elastisitas di atas dengan angka pertumbuhan
produksi di setiap sektor, sehingga diperoleh permintaan pekerja
atau angka pertumbuhan permintaan pekerja di setiap sektor
selama periode perencanaan.
6) Permintaan pekerja menurut sektor ini kemudian diterjemahkan
ke permintaan akan pendidikan dengan menggunakan suatu
pendidikan macam apa dan berapa banyak yang diperlukan
untuk suatu sektor pekerjaan.
7) Hasil ini kemudian dibandingkan dengan proyeksi jumlah
pekerja menurut sektor dan tingkat pendidikan selama periode
perencanaan.
8) Perbandingan tersebut akan memperlihatkan ada tidaknya
surplus atau defisit pekerja menurut tingkat pendidikan di suatu
sektor.
9) Hasil dari Point 8 digunakan untuk membuat suatu kebijakan
dibidang pendidikan dan perekonomian untuk mencegah
terjadinya surplus atau defisit pekerja menurut pendidikan dan
sektor.
Namun, metode ini mengandung beberapa kelemahan antara lain :
1) Masalah perubahan harga (balas jasa) untuk pekerja belum
diperhitungkan.
2) Tidak ada subtitusi antara satu keterampilan dengan
commit to user
17 3) Asumsi jumlah pekerja merupakan fungsi perekonomian perlu
dipertanyakan relevansinya untuk negara berkembang seperti
Indonesia.
4) Data yang dibutuhkan sangat rinci (Ananta, 1900 : 211-219).
2. Penawaran Tenaga Kerja
Penawaran tenaga kerja (supplyof labor ) adalah sejumlah orang
(jam orang atau jam kerja) yang tersedia dan dapat dipergunakan
untuk melaksanakan pekerjaan pada tingkat upah tertentu. Pengertian
penawaran tenaga kerja, dimana artinya sama, tetapi persediaan tenaga
kerja tidak mempertimbangkan tingkat upah (Swasono, 1987:21). Jadi
penyediaan tenaga kerja merupakan sejumlah orang yang tersedia,
mampu dan bersedia untuk melakukan pekerjaan dengan
tidak memperhatikan faktor upah (Suroto,1992:22).
Karena tenaga kerja merupakan bagian penduduk, maka
perencanaan ketenagakerjaan tidak terlepas dari perencanaan
kependudukan. Jumlah penduduk menurut susunan umur dan jenis
kelamin dapat dikatakan sebagai proksi determinan penawaran pekerja.
Untuk mengetahui persediaan/penawaran tenaga kerja dapat diketahui
dengan metode proyeksi penduduk dan angkatan kerja meliputi, Metode
Aritmatis, Geometris dan Exponensial.
Ketiga metode ini merupakan metode yang sangat sederhana
untuk suatu perencanaan kependudukan pada umumnya dan
commit to user
18 Metode Aritmatis mengasumsikan bahwa pertumbuhan
penduduk (atau angkatan kerja atau jumlah pekerja) selalu terjadi dalam
jumlah (absolut) yang tetap. Dimana rumusnya adalah sebagai berikut :
Pt = Po + t.b
Dimana :
Pt = jumlah penduduk /angkatan kerja di tahun t (suatu masa depan)
Po = jumlah penduduk/angkatan kerja ditahun dasar
t = jarak waktu (jumlah tahun) dari Po ke Pt
b = kenaikan absolut tiap tahun yang mengasumsikan konstan
Metode Geometris dan Exponensial merupakan perbaikan dari
metode Aritmatis. Kedua metode ini tidak mengasumsikan bahwa
kenaikan absolut selalu sama dari tahun ke tahun. Kedua metode ini
mengasumsikan bahwa angka pertumbuhan tidak berubah dari tahun ke
tahun. Asumsi kedua metode ini seringkali lebih sesuai dengan kenyataan
dibandingkan dengan asumsi metode Aritmatis. Namun bila metode
aritmatis tidak mempersoalkan dari mana menghitung pertumbuhan
absolute yang konstan, kedua metode ini tidak mempersoalkan dari mana
menghitung angka pertumbuhan yang konstan. Dimana rumusnya adalah
sebagai berikut :
Pt = Po . (1 + r)t
Dimana :
Pt = jumlah penduduk /angkatan kerja di tahun t (suatu masa depan)
commit to user
19 r = angka pertumbuhan (dalam desimal) per tahun yang diasumsikan
konstan
t = jarak waktu (tahun) dari Po ke Pt.
3. Perencanaan Tenaga Kerja
a. Pengertian Perencanaan Tenaga Kerja
Perencanaan tenaga kerja dapat mempunyai definisi
berbagai macam, dimana kesemuanya pada dasarnya memiliki
pengertian yang sama. Menurut undang-undang No.13 Tahun 2003,
perencanaan tenaga kerja didefinisikan sebagai proses penyusutan
rencana ketenagakerjaan secara sistematis yang dijadikan dasar dan
acuan dalam penyusunan kebijakan, strategi, dan pelaksanaan
program ketenagakerjaan yang berkesinambungan (Saleh, 2005:3).
Menurut LE Richter (dalam Swasono dan Sulistyaningsih,
1987:7) yang dimaksud dengan perencanaan tenaga kerja adalah
suatu proses pengumpulan informasi secara regular, dan analisis
situasi dan trend untuk masa kini dan masa depan dari permintaan
dan penawaran tenaga kerja, termasuk faktor-faktor yang
menyebabkan ketidakseimbangan, dan penyajian pilihan
pengambilan keputusan kebijakan dan program aksi, sebagai bagian
dari proses perencanaan (pembangunan) untuk mencapai suatu
tujuan tertentu. Definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
perencanaan tenaga kerja mengandung beberapa unsur sebagai
commit to user
20 1) Pengumpulan informasi secara reguler untuk pembuatan suatu
assessment (penilaian keadaan);
2) Pembuatan perkiraan tenaga kerja yang dibutuhkan dan tenaga
kerja yang tersedia di masa depan;
3) Membuat analisis identifikasi adanya ketidakseimbangan antara
tenaga kerja yang dibutuhkan dan yang tersedia;
4) Identifikasi beberapa alternatif pemecahan masalah
ketidakseimbangan tersebut;
5) Adanya integrasi dari rencana tersebut dengan rencana
pembangunan ekonomi untuk merencanakan tenaga kerja makro
dan perencanaan tenaga kerja mikro.
Dengan demikian, proses perencanaan tenaga kerja
menyangkut berbagai kegiatan mulai dari pengumpulan data
pembuatan analisa dan perumusan saran kebijakan/program untuk
memecahkan masalah-masalah yang timbul. Kegiatan pengumpulan
data dan analisa itu sendiri adalah merupakan kegiatan yang
dilaksanakan secara terus menerus dibidang ketenagakerjaan,
sedangkan analisa dilaksanakan dengan menggunakan teori-teori dan
model-model berikut dengan menggunakan data yang dikumpulkan.
Kegiatan analisa ketenagakerjaan (manpower analysis) yang
berusaha untuk mengamati, menganalisa dan memuat
kesimpulan-kesimpulan adalah termasuk dalam kegiatan perencanaan tenaga
commit to user
21 b. Jenis Perencanaan Tenaga Kerja
1) Perencanaan Tenaga Kerja Mikro
Perencanaan tenaga kerja mikro adalah perencanaan
tenaga kerja yang dilaksanakan dalam kesatuan unit organisasi
seperti perusahaan, lembaga pemerintahan atau swasta dan
lain-lain dimana unit organisasi tersebut mempunyai tujuan yang
akan dicapai seperti suatu tingkat penjualan tertentu, pengisian
suatu struktur organisasi dan lain-lain dan untuk mencapainya
diperlukan tenaga kerja. Masalah yang timbul biasanya adalah
kekurangan pegawai, kekurangan keterampilan, kebutuhan
penggantian dan lain-lain (Swasono dsn Sulistyaningsih,
1987:8-9).
2) Perencanaan Tenaga Kerja Makro
Perencanaan tenaga kerja mikro adalah perencanaan
tenaga kerja yang dilakukan dengan jalan membuat agregasi
menurut sector atau menurut jenis jabatan dan lain-lain,
biasanya untuk wilayah tertentu seperti Negara, provinsi atau
kabupaten/kota. Perencanaan ini biasanya merupakan bagian
yang integral dari pada perencanaan social ekonomi daripada
wilayah tersebut dan karenanya merupakan bagian dari
perencanaan pembangunan. Masalah yang hendak dipecahkan
commit to user
22 jabatan dan wilayah tertentu (Swasono dsn Sulistyaningsih,
1987:8-9).
c. Tujuan Perencanaan Tenaga Kerja
Tujuan perencanaan tenaga kerja terdiri dari tujuan
konvensional dan tujuan pemerataan. Tujuan konvensional
perencanaan tenaga kerja yang terdapat pada litelatur PTK, terutama
adalah untuk mendukung pembangunan. Hal ini timbul karena
adanya anggapan yang muncul pada tahun 50-an, bahwa pendidikan
adalah salah satu investasi dalam proses ekonomi. Kemudian pada
tahun 60-an berkembang suatu perencanaan yang berdasarkan
alokasi optimal sumber daya dan hampir pada waktu yang sama
timbul pendekatan social demand. Kemudian tahun 70-an bersamaan
dengan perkembangan pendekatan kebutuhan dasar timbul
pendekatan baru dalam PTK, yaitu tujuan pemerataan dan perluasan
kesempatan kerja. Selain tujuan-tujuan tersebut masih ada tujuan
yang sifatnya merupakan tanggapan pada masalah yang timbul pada
waktu tertentu disuatu negara, seperti untuk menggantikan tenaga
kerja asing, meningkatkan partisipasi pendidikan dan lain-lain
(Swasono dan Sulistyaningsih, 1987:17-18).
Pendekatan perencanaan tenaga kerja, pemenuhan
kebutuhan pembangunan ekonomi dan pendekatan aplikasi sumber
daya manusia sering tidak cocok satu sama lain. Bagi kebutuhan
commit to user
23 mekanik, tetapi dari pendekatan alokasi optimal mungkin akan lebih
baik menggunakan dana pendidikan yang terbatas itu untuk melatih
anak-anak putus sekolah atau bahkan yang tidak pernah mengenyam
bangku pendidikan. Tujuan pembangunan tenaga kerja ini
dimaksudkan sebagai upaya untuk mempekerjakan atau
menggunakan angkatan kerja secara penuh dan secara produktif
sehingga meningkatkan kemakmuran bangsa dan mengurangi angka
kemiskinan.
Tujuan lainnya dari perencanaan tenaga kerja ini adalah
mendukung adanya pertumbuhan ekonomi yang memadai yang
diukur dengan Produk Regional Bruto (Sutomo dalam Sukma,
2001). Dimana kita ketahui bahwa PDB merupakan salah satu
ukuran suatu negara.
d. Peranan Perencanaan Tenaga Kerja
Menurut Yaman (2004:35-37) perencanaan tenaga kerja
tidak dapat dipisahkan dengan peranan pemerintah dalam
melaksanakan kebijakan ketenagakerjaan. Dimana kita ketahui
tujuan Negara secara nasional tercapainya masyarakat adil dan
makmur, adapun tujuan dalam bidang ketenagakerjaan termuat
dalam pasal 27 ayat 2 Undang-undang Dasar 1945 yaitu “tiap-tiap
warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
commit to user
24 Perencanaan ketenagakerjaan dapat memberikan informasi
mengenai prospek mendatang pada pasar kerja (labor market) untuk
masa sektor swasta adalah keadaan pasar kerja secara umum atau
beberapa jenis jabatan dan keahlian di wilayah tertentu. Lebih jauh
dapat memberikan informasi pengangguran. Pengangguran
merupakan salah satu masalah paling mendasar didalam pelaksanaan
pembangunan, sehingga kebijaksanaan dan program pembangunan
perlu diarahkan untuk perluasan kesempatan kerja. Kebijaksanaan
perluasan kesempatan kerja merupakan bagian integral dari
kebijaksanaan pembangunan secara keseluruhan. Dari beberapa
tujuan, maka perencanaan tenaga kerja harus menjangkau hal-hal
sebagai berikut :
1) Kebutuhan Tenaga Kerja
a) Menentukan kebutuhan tenaga kerja untuk mencapai target
pembangunan dalam sektor tertentu.
b) Menentukan kebutuhan tenaga kerja yang terampil untuk
proyek-proyek prioritas.
c) Mencari kemungkinan ketidakseimbangan antara
permintaan dan penawaran tenaga kerja sebagai bahan
pemecahan masalah.
2) Pelatihan perencanaan kejuruan dan pendidikan
a) Memperkirakan kebutuhan tenaga kerja yang terampil masa
commit to user
25 b) Menentukan kapasitas lembaga latihan.
c) Menetukan kebutuhan latihan untuk pedesaan.
3) Pelaksanaan antar kerja ( Employment service)
a) Membuat evaluasi situasi kerja dipasar lokal.
b) Memberi informasi pada pencari kerja mengenai prospek
pekerjaaan diwilayah tersebut.
c) Membuat identifikasi persoalan yang timbul di pasar kerja
lokal.
4) Kebijakan Perluasan Kesempatan Kerja
a) Identifikasi proyek/kegiatan yang dapat menyerap tenaga
kerja.
b) Indentifikasi sektor regional yang dapat menyerap tenaga
kerja.
Dalam melaksanakan hal tersebut terdapat beberapa dimensi
yang perlu diperhatikan, yaitu:
1) Dimensi waktu, perencanaan tenaga kerja harus dapat
memberikan indikasi untuk masa kini dan masa datang.
2) Dimensi nasional, dalam arti bahwa perencanaan tenaga kerja
harus dapat memberikan indikasi ketenagakerjaan secara
nasioanal.
3) Dimensi regional, perencanaan tenaga kerja harus dapat
commit to user
26 e. Tahap-Tahap Pelaksanaan Perencanaan Tenaga Kerja Makro
Penelitian ini dapat dikatagorikan sebegai perencanaan
tenaga kerja makro. Adapun tahapan pokok dalam perencanaan
tenaga kerja ini menurut Yudo dan Endang (1983:13-14) yaitu :
1) Penentuan tujuan
2) Penentuan klasifikasi
3) Pembuatan perkiraan kebutuhan tenaga kerja
4) Pembuatan perkiraan persediaan tenaga kerja
5) Pembuatan revisi
6) Perhitungan ketidakseimbangan
7) Penentuan strategi
8) Pembuatan program aksi
4. Pengangguran
a. Pengertian Pengangguran
Pengangguran adalah masalah yang seringkali menghantui
baik negara maju maupun negara berkembang. Tingkat
pengangguran yang terlalu tinggi tidak hanya dapat mengganggu
stabilitas keamanan, namun juga stabilitas politik dan juga ekonomi.
Oleh karena itu, setiap pemerintah disemua negara selalu berusaha
agar pengangguran terjadi berada pada tingkat yang wajar.
Mengacu pada Sensus Penduduk 1971 dalam Simanjuntak
(1998:5), pengangguran didefinisikan sebagai orang yang tidak
commit to user
27 seminggu sebelum pencacahan dan berusaha memperoleh pekerjaan.
Sedangkan tingkat pengangguran adalah perbandingan jumlah
penganggur dengan jumlah angkatan kerja, yang dinyatakan dalam
persen. Dimana rumusnya adalah :
Angkatan Kerja = Pekerja + Pengangguran
Sedangkan tingkat pengangguran dirumuskan :
Tingkat Pengangguran =
b. Penganggur dan Setengah Penganggur
Pendekatan angkatan kerja yang membedakan orang yang
bekerja dan menganggur pada dasarnya menimbulkan tiga pokok
masalah pokok yaitu :
1) Menyangkut penentuan batas jam kerja yang berbeda. Dalam hal
ini belum dapat dirumuskan dasar konseptual untuk memilih
batas jam kerja yang tepat.
2) Pembedaan tenaga kerja atas dua golongan yang bekerja dan
yang menganggur tidak menggambarkan masalah tenaga kerja
yang sebenarnya.
3) Pembedaan atas orang yang bekerja dan menganggur tidak
menunjukkan apa-apa mengenai tingkat pendapatan dan
produktivitas seseorang.
Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut dikembangkan
commit to user
28 Dengan pendekatan ini dibedakan angkatan kerja dalam tiga
golongan yaitu orang yang :
1) Menganggur, yaitu orang yang sama sekali tidak bekerja dan
berusaha mencari pekerjaan.
2) Setengah menganggur, yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan
dalam bekerja dilihat dari segi jam kerja, produktivitas kerja dan
pendapatan.
3) Bekerja penuh atau cukup dimanfaatkan, yaitu bekerja yang
bekerja sesuai dengan jam kerja yang semestinya (biasanya 8
jam kerja).
Sedangkan setengah pengangur sendiri dapat
dikelompokkan berdasarkan jumlah jam kerja, produktivitas kerja
dan pendapatan menjadi dua kelompok :
1) Setengah penganggur kentara yakni mereka yang bekerja kurang
dari 35 jam seminggu.
2) Setengah penganggur tidak kentara atau penganggur
terselubung, yakni mereka yang produktivitas kerja dan
pendapatannya rendah (Simanjuntak, 1998:15-16).
c. Jenis-Jenis Pengangguran
Menurut sebab terjadinya, ada beberapa masalah yang
dianggap sebagi penyebab timbulnya pengangguran. Dari penyebab
pengangguran tersebut timbul beberapa istilah tentang
pengangguran. Menurut Simanjuntak (1998:10-5) dan Susanti,
commit to user
29 1) Pengangguran Friksional
Pengangguran Friksional adalah pengangguran yang
terjadi karena kesulitan temporer dalam mempertemukan
pencari kerja dan lowongan kerja yang ada. Kesulitan temporer
ini dapat berbentuk waktu yang diperlukan selama preosedur
pelamaran dan seleksi atau terjadi karena faktor jarak atau
kurang informasi. Dapat pula terjadi karena kurangnya mobilitas
pencari kerja dimana lowongan pekerjaan justru terdapat bukan
disekitar tempat tinggal si pencari kerja. Dapat pula para pencari
kerja tidak mengetahui dimana adanya lowongan pekerjaan dan
begitu pula dengan pengusaha tidak mengetahui dimana
tersedianya tenaga-tenaga yang sesuai. Jenis pengangguran ini
bersifat sementara, dan waktu pengangguran ini dapat
dipersingkat denga penyediaan informasi pasar kerja yang
lengkap.
2) Pengangguran Struktural
Pengangguran struktural timbul karena adanya
perubahan struktural dalam perekonomian. Perubahan dalam
stuktur perekonomian ini menimbulkan kebutuhan akan tenaga
kerja dengan jenis atau tingkat keterampilan yang berbeda.
Keadaan ini menyebabkan keterampilan yang dimiliki oleh para
pencari kerja tidak sesuai dengan tuntutan yang ada. Untuk
mengatasinya diperlukan adanya suatu program tambahan
commit to user
30 tersebut. Umumnya jagka waktu yang diperlukan untuk
mengatasi masalah ini lebih lama dibanding dengan
pengangguran friksional.
3) Pengangguran Musiman
Pengangguran musiman terjadi karena pergantian
musim. Sebagai contoh adalah petani. Di luar waktu menanam
dan panen mereka menganggur untuk menunggu waktu panen
berikutnya. Biasanya penganggur jenis ini tidak banyak disoroti.
B. PenelitianTerdahulu
Sukma (2001) dalam penelitiannya yang berjudul “Proyeksi
Penyediaan Tenaga Kerja Kota Surakarta pada Tahun 2001-2003” dengan
menggunakan data : Surakarta Dalam Angka tahun 1999-2000, Susenas tahun
1999-2000, dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 1999-2000
dengan metode proyeksi menunjukkan bahwa sektor jasa memiliki elastisitas
kesempatan kerja yang lebih tinggi dibanding dengan sektor industri dan
sektor pertanian. Proyeksi kebutuhan dan penyediaan tenaga kerja Kota
Surakarta pada tahun 2001-2003 menunjukkan adanya ketidak keseimbangan
antara sisi kebutuhan dan penyediaan tenaga kerja. Kebutuhan kerja sektor
formal proporsinya lebih besar dibandingkan dengan sektor informal.
Yaman (2004) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis
Perencanaan Tenaga Kerja di Jawa Tengah Tahun 2003-2006” dengan
menggunakan analisis trend, menyebutkan bahwa jumlah penduduk Jawa
commit to user
31 ekonominya sektor pertanian proporsi kesempatan kerjanya 40,3%.
Manufaktur 22,3% dan servis 37,4%. Berdasarkan status pekerjaan utamanya
proporsi kesempatan kerja untuk sektor informal 61,5% dan sektor formal
38,5%. Angka ketergantungan 2003-2006 mengalami penurunan.
Indrawan (2007) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis
Ekonomi Ketenagakerjaan Kabupaten Klaten Menurut Tipologi Sektor
Ekonomi Tahun 2005-2009” menyebutkan bahwa dengan metode rasio
proporsi PDB PDRB dan proporsi tenaga kerja nasional/kabupaten atau kota
untuk menjawab tipologi Kabupaten Klaten. Untuk masalah persediaan
tenaga kerja digunakan metode Ekstrapolasi, sedangkan kebutuhan tenaga
kerja dengan menggunkan regresi simultan (Simple E) didapatkan hasil :
Kabupaten Klaten bertipologi jasa persedian tenaga kerja selalu meningkat
dari tahun 2005-2009, kebutuhan tenaga kerja selalu berfluktuasi dari tahun
2005-2009, sedangkan jumlah penganggurannya senantiasa meningkat pada
akhr proyeksi tahun 2009.
Kartikasari (2007) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis
Deskriptif dan Perencanaan Tenaga Kerja Di Kota Surakarta” dengan
menggunakan analisis deskriptif menggambarkan kondisi ketenagakerjaan
Kota Surakarta, pada tahun 2000-2005 jumlah penduduk menurut kelompok
usia share paling besar yaitu kelompok usia produktif dengan share rata-rata
sebesar 65%. Kenaikan jumlah penduduk tahun 2000-2005 diikuti oleh
kenaikan jumlah angkatan kerja. Dimana tiap tahunnya mengalami fluktuasi
commit to user
32 bahwa baik pada tahun 2009 maupun 2005 Kota Surakarta bertipologi jasa.
Dimana pada sektor jasa Kota Surakarta terdapat dikuadran I yang bearti
bahwa baik PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) maupun penyerapan
tenaga kerjanya lebih besar dari PDB (Produk Domestik Bruto) dan
penyerapan tenaga kerja nasional.
Dinas Tenaga Kerja Kota Surakarta dalam penelitiannya yang
berjudul “Perencanaan Tenaga Kerja Daerah (PTKD) Kota Surakarta 2007
-2010” menyebutkan bahwa Kota Surakarta termasuk tipologi jasa, elastisitas
kesempatan kerja Kota Surakarta sektor pertanian 0,56%; sektor industri
0,20%;sektor jasa 0,45% dan elastisitas total 0,32%, dari model simple E
sampai tahun 2010 masih terdapat pengangguran di Kota Surakarta, perkiraan
angkatan kerja Kota Surakarta pada tahun 2007 sebanyak 258.147 dan
mengalami kenaikan pada tahun akhir proyeksi 2010 sebnyak 272.982,
perkiraan penyerapan tenaga kerja Kota Surakarta pada model 1 tahun 2007
sebanyak 242.258 dan mengalami kenaikan pada tahun akhir proyeksi 2010
sebanyak 256.796 pada model 2 perkiraan penyerapan teanaga kerja Kota
Surakarta tahun 2007 sebanyak 238.565 dan pada tahun akhir proyeksi
mengalami kenaikan sebanyak 262.444, sektor industri dan jasa masih
merupakan sektor potensial untuk menyerap tenaga kerja guna mengurangi
pengangguran.
Pemerintah Kabupaten Sukoharjo, Badan Pusat Statistik Kabupaten
Sukoharjo dan LPPM UNS Surakarta (2011) dalam penelitiannya yang
commit to user
33 Tahun 2011-2015” menyebutkan bahwa dengan metode rasio proporsi PDB
PDRB dan proporsi tenaga kerja nasional/kabupaten atau kota untuk
menjawab tipologi Kabupaten Sukoharjo. Untuk masalah persediaan tenaga
kerja digunakan metode Ekstrapolasi, sedangkan kebutuhan tenaga kerja
dengan menggunkan regresi simultan (Simple E) didapatkan hasil :
Kabupaten Sukoharjo bertipologi industri dan jasa, namun berdasarkan tahun
2009 adalah jasa sedangkan industri mempunyai nilai PDRB lebih rendah
dibandingkan nasional dan penyerapan tenaga kerja lebih tinggi dibandingkan
dengan rata-rata nasional. Persedian tenaga kerja selalu meningkat dari tahun
2011-2015, Kebutuhan tenaga kerja selalu berfluktuasi dari tahun 2011-2015.
C. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran adalah landasan peneliti dalam
mengembangkan penelitiannya dengan menggunakan berbagai konseptual
yang telah diuraikan sebelumnya. Berdasarkan tinjauan pustaka yang
dikemukakan sebelumnya, maka kerangka pemikiran yang peneliti gunakan
commit to user
34 Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran
Proyeksi Penduduk 2011-2014
Permodelan TK Permodelan NTB Proporsi TK
MGT & NAS
Proporsi PDB & PDRB MGT & NAS
Proyeksi TPAK 2011-2014
Proyeksi Kebutuhan Tenaga Kerja MGT 2011-2014
Pengangguran Proyeksi
Angkatan Kerja 2011-2014
commit to user
35 Analisis ekonomi ketenagakerjaan secara umum terdiri dari dua
aspek yaitu penawaran tenaga kerja (proyeksi angkatan kerja) dan permintaan
tenaga kerja yang dapat diserap oleh pertumbuhan ekonomi (proyeksi tenaga
kerja). Dari tinjauan persediaan tenaga kerja perhitungan diawali dengan
proyeksi penduduk mengingat tenaga kerja merupakan bagian dari penduduk.
Setelah itu tahap berikutnya adalah melakukan proyeksi angkatan kerja.
Selama periode proyeksi, pola pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja
diasumsikan linear.
Sedangkan dari prespektif kebutuhan tenaga kerja, perhitungan
dilakukan melalui tiga tahapan pokok. Pertama, melakukan terlebih dahulu
perkiraan total PDRB berdasarkan asumsi parameter total PDB Indonesia dan
menggunakan model ekonometrik. Kedua, melakukan prakiraan NTB
kelompok lapangan usaha sesuai dengan tipologi kabupaten/kota yang
bersangkutan. Untuk kabupaten/kota yang bertipologi pertanian terlebih
dahulu melakukan prakiraan NTB sektor pertanian dan jasa sedangkan untuk
industri manufaktur merupakan residual dari PDRB. Sementara yang
bertipologi lain NTB pertanian ditempatkan sebagai residual. Tahap terakhir
adalah meramalkan kebutuhan tenaga kerja yang didasarkan pada NTB
kelompok lapangan usaha yang diperoleh dari tahap kedua. Penentuan
tipologi suatu kabupaten/kota dilakukan dengan membandingkan variabel
PDRB dan penyerapan tenaga kerja kabupaten/kota terhadap PDB dan
penyerapan tenaga kerja nasional dimasing-masing lapangan usaha. Perkiraan
angka pengangguran dihitung secara sederhana sebagai selisih antara
proyeksi angkatan kerja dengan kebutuhan tenaga kerja untuk tahun yang
commit to user
36 D. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian dan
manfaat penelitian, maka hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
1. Diduga Kabupaten Magetan bertipologi pertanian.
2. Diduga jumlah penawaran tenaga kerja di Kabupaten Magetan selama
kurun waktu 2011-2014 meningkat.
3. Diduga jumlah permintaan tenaga kerja di Kabupaten Magetan
berdasarkan Metode Simple E selama kurun waktu 2011-2014 meningkat.
4. Diduga jumlah permintaan tenaga kerja di Kabupaten Magetan
berdasarkan Metode Geometri selama kurun waktu 2011-2014 meningkat.
5. Diduga jumlah pengangguran yang tercipta di Kabupaten Magetan selama
commit to user
37 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang berbentuk analisis
kuantitatif mengenai proyeksi perencanaan tenaga kerja dengan menggunakan
data deret waktu (time series) antara tahun 1999-2010. Sedangkan lokasi yang
diambil untuk penelitian ini adalah Kabupaten Magetan.
B. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
yang bersifat runtun waktu atau juga disebut time series. Data sekunder
adalah data yang diperoleh dari hasil pengamatan dan pencatatan pada
departemen atau instansi terkait yaitu Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten
Magetan dan Dinas Sosial Tenagakerja dan Transmigrasi (Disnakertrans)
Kabupaten Magetan, jurnal dan data penelitian lainnya. Data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data tahunan dari tahun 1999-2010.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari
beberapa sumber dengan mengambil data statistik yang telah ada yang
diterbitkan oleh beberapa instansi terkait, yaitu Badan Pusat Statistik (BPS)
Kabupaten Magetan dan Dinas Sosial Tenagakerja dan Transmigrasi
commit to user
38 C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah menggunakan
teknik kepustakaan, dimana data yang digunakan adalah data sekunder.
Pencarian data terutama pada berbagai sumber atau instansi yang terkait pada
penelitian ini.
D. Definisi Operasional Variabel
Sebelum masuk kedalam pokok permasalahan, terlebih dahulu akan
diketengahkan beberapa pengertian pokok yang digunakan dalam penelitian
ini.
1. Tenaga Kerja
Tenaga kerja (manpower) adalah seluruh penduduk dalam usia
kerja (berusia 15 tahun atau lebih) yang potensial dapat memproduksi
barang dan jasa.
2. Angkatan Kerja
Angkatan kerja adalah penduduk usia kerja yang selama
seminggu yang lalu mempunyai pekerjaan, baik yang bekerja maupun
yang sementara tidak bekerja karena suatu sebab. Di samping itu mereka
(penduduk usia kerja) yang tidak mempunyai pekerjaan tetapi sedang
mencari/mengharap pekerjaan juga termasuk dalam angkatan kerja.
3. Tingkat Pastisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja ( TPAK ) adalah ukuran
commit to user
39 penduduk usia kerja dan dihitung dari jumlah angkatan kerja dibagi
jumlah penduduk 15 tahun ke atas dikali 100.
4. Pengangguran
Pengangguran adalah orang yang tidak bekerja sama sekali atau
bekerja kurang dari dua hari selama seminggu sebelum pencacahan dan
berusaha memperoleh pekerjaan.
5. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Produk Domestik Regional Bruto menurut pendekatan produksi
adalah jumlah nilai tambah bruto dari barang dan jasa yang dihasilkan
oleh beberapa unit produksi didalam satu region/wilayah dalam jangka
waktu tertentu (biasanya satu tahun) yang dinyatakan dalam rupiah per
tahun.
6. Produk Domestik Bruto
Produk Domestik Bruto adalah nilai barang dan jasa dalam suatu
negara yang diproduksi oleh faktor-faktor produksi milik warga negara
tersebut dan negara asing yang dinyatakan dalam rupiah per tahun
(Sukirno, 1999:33).
7. Nilai Tambah Bruto (NTB)
Nilai tambah bruto adalah nilai produksi (output) dikurangi
dengan biaya antara (intermediate cost). NTB mencakup
komponen-komponen faktor pendapatan (upah dan gaji, bunga, sewa tanah dan
commit to user
40 8. Elastisitas kesempatan kerja
Merupakan rasio antara kesempatan kerja dengan pertumbuhan ekonomi.
9. Labor Agriculture (LA)
Jumlah tenaga kerja di sektor pertanian.
10. Labor Manufacture (LM)
Jumlah tenaga kerja di sektor industri.
11. Labor Service (LS)
Jumlah tenaga kerja di sektor jasa.
E. Metode Analisa Data
1. Analisis Tipologi Daerah
Mengacu kepada modul PTKD, untuk menentukan tipologi satu
kabupaten/kota dilakukan dengan membandingkan proporsi PDRB dan
tenaga kerja kabupaten/kota dengan proporsi PDB dan tenaga kerja
nasional di masing-masing sektor besar, yaitu pertanian, industri serta
jasa. Sektor ekonomi yang berada disebaran kuadran I yang
menunjukkan bahwa proporsi PDRB maupun daya serap tenaga kerjanya
lebih besar dibandingkan proporsi nasional, dan sekaligus menunjukkan
tipologi kabupaten/kota tersebut. Mengingat kemungkinan tidak adanya
salah satu sektor besar yang dominan atau mutlak, maka diperlukan
tambahan tipologi yaitu campuran. Dengan demikian tipologi
kabupaten/kota menjadi empat buah.
Secara detail, langkah-langkah untuk menentukan tipologi suatu
commit to user
41 a. Menyiapkan proporsi PDRB atas dasar harga berlaku dan proporsi
jumlah tenaga kerja kabupaten/kota terpilih menurut lapangan usaha.
b. Menyiapkan proporsi PDB atas dasar harga berlaku dan proporsi
jumlah tenaga kerja nasional menurut lapangan usaha sebagai dasar
dalam penentuan titik koordinat.
c. Sebagai contoh, untuk menentukan tipologi pertanian, maka yang
perlu diperhatikan adalah proporsi PDB/PDRB dan penyerapan
tenaga kerja nasional maupun kabupaten/kota di sektor pertanian.
Adapun caranya, yaitu :
1) Tentukan proporsi PDB dan proporsi tenaga kerja nasional,
kemudian tarik garis lurus antara proporsi tenaga kerja dengan
proporsi PDB nasional maka akan ditemukan titik
koordinat/potong sebagai batas pengelompokan kuadran I, II,III
dan IV.
Gambar 3.1
Kuadran dalam tipologi tenaga kerja
commit to user
42 2) Sebaran dikuadran I menunjukkan sumbangan PDRB maupun
penyerapan tenaga kerja lebih besar proporsinya dibandingkan
proporsi nasional.
3) Sebaran dikuadran II menunjukkan proporsi PDRB lebih kecil
dari nasional, sementara proporsi penyerapan tenaga keja lebih
besar dari proporsi nasional.
4) Sebaran dikuadran III menunjukkan baik proporsi PDRB
maupun proporsi penyerapan tenaga kerja lebih kecil
dibandingkan proporsi nasional.
5) Sebaran di kuadran IV menunjukkan proporsi PDRB lebih besar
dari pada nasional, sementara proporsi penyerapan tenaga kerja
lebih kecil dari proporsi nasional.
d. Setelah patokan (titik koordinat/potong) untuk menentukan tipologi
kabupaten/kota diketahui, kemudian tentukan proporsi PDRB
maupun tenaga kerja di sektor pertanian untuk kabupaten/kota
terpilih dan buatlah satu titik dengan menarik garis lurus antara
proporsi PDRB dengan proporsi tenaga kerja di sektor pertanian.
e. Dari langkah d, maka akan diketahui tipologi dari kabupaten/kota
tersebut.
f. Untuk menentukan tipologi industri ataupun jasa, prosedurnya sama
dengan menentukan tipologi pertanian (mulai dari langkah a hingga