• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sosialisasi, Audit dan Yustisi untuk Mengoptimalkan Penerimaan Pajak Hotel oleh DPPKA Kota Surakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Sosialisasi, Audit dan Yustisi untuk Mengoptimalkan Penerimaan Pajak Hotel oleh DPPKA Kota Surakarta"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

1

SOSIALISASI, AUDIT DAN YUSTISI UNTUK MENGOPTIMALKAN

PENERIMAAN PAJAK HOTEL OLEH DPPKA KOTA SURAKARTA

Disusun oleh:

NURIYATI

D0108139

S K R I P S I

Disusun Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan Ilmu Administrasi

ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

(3)

commit to user

(4)

commit to user

4 MOTTO

“Jika anda sedang benar, jangan terlalu berani. Dan bila anda sedang takut, jangan terlalu takut, karena keseimbangan sikap adalah penentu ketepatan perjalanan kesuksesan anda.”

(Mario Teguh)

“ Dalam hal mencapai impian, lebih baik berjalan perlahan-lahan daripada berdiam diri saja “ (Merry Riana)

“Life is not only but also, hidup tidak hanya apa yang di miliki sekarang tapi masih banyak impian yang juga harus ada. Dream it, Plan it and Do it ”

(5)

commit to user

5

PERSEMBAHAN

Dengan penuh ucapan syukur, karya sederhana ini penulis

persembahkan kepada:

 Allah SWT yang selalu memberi nikmat dan anugerah

Kedua orang tuaku yang tercinta untuk kasih sayang, doa, nasihat dan

dukungan yang tidak pernah habis diberikan

 Kakak-kakak ku tersayang untuk keceriaan yang selalu menemani hari-hariku

Terima kasih untuk semua sahabat-sahabatku tersayang Tika Suyamdi,

Anggun, Erika, Niken, Nuri dan Teman-temanku semua untuk keceriaan,

kebersamaan dan dukungan disaat suka dan duka

 Almamaterku Administrasi Negara 2008 UNS

(6)

commit to user

6

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Sosialisasi, Audit dan Yustisi Untuk Mengoptimalkan Penerimaan Pajak Hotel Oleh DPPKA Kota Surakarta ini merupakan tugas akhir penulis

dalam menyelesaikan studi dan memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana sosial di Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Sebelas Maret (UNS), Surakarta.

Dalam kesempatan ini dengan segenap ketulusan dan kerendahan hati, penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu, mengarahkan dan memberi dorongan hingga tersusunnya skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Drs. Suryatmojo, M.Si selaku Pembimbing, yang senantiasa memberi bimbingan, arahan, dan motivasi dengan sabar dan ikhlas sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

2. Herwan Parwiyanto, S.Sos, M.Si selaku Pembimbing Akademik, terima kasih atas bimbingan akademis yang telah diberikan selama ini.

3. Prof. Drs. Pawito, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret.

4. Drs. Is Hadri Utomo, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret.

5. Segenap dosen jurusan Ilmu Administrasi yang telah memberikan pengetahuan dan pemikirannya selama penulis menempuh studi.

(7)

commit to user

7

7. Drs. Agung Hendratno, M.Si selaku Kepala Bidang Dafda dan Dokumentasi dan segenap staf yang banyak memberikan informasi demi kelancaran penyusunan skripsi ini.

8. Staf Accounting Kusuma Kartika Sari Hotel dan staf Laweyan Hotel, yang memberikan informasi demi kelancaran penyusunan skripsi ini.

9. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam proses penyusunan skripsi ini.

10.Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu, yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya akan keterbatasan dan kemampuan dalam skripsi ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak. Amin.

Surakarta, Juli 2012

(8)

commit to user

8 DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI... ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

ABSTRAK ... xii

ABSTRACT ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sosialisasi ... 12

B. Pengertian Audit... 16

C. Pengertian Yustisi ... 22

D. Pajak Hotel ... 23

E. Kerangka Berpikir ... 34

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 37

B. Lokasi Penelitian ... 38

C. Sumber Data ... 38

D. Teknik Pengumpulan Data ... 40

(9)

commit to user

9

F. Validitas Data ... 43

G. Teknis Analisis Data ... 45

BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Kota Surakarta ... 49

B. Gambaran DPPKA Surakarta ... 52

C. Tatacara Pemungutan Pajak Hotel ... 72

D. Langkah-Langkah Mengoptimalkan Pajak Hotel ... 78

E. Faktor Penghambat dan Pendukung Peningkatan Pajak Hotel ... 97

F. Hasil dan Kontribusi Pajak Hotel Terhadap Pajak Daerah ... 108

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 112

B. Saran ... 114 DAFTAR PUSTAKA

(10)

commit to user

10

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1 Jenis Pajak Menurut UU No 28 Th 2009... 2 Tabel 1.2 Target dan Realisasi Pajak Hotel

Tahun Anggaran 2007-2011 ... 8 Tabel 2.1 Jenis dan Tarif Pajak Daerah

Kota Surakarta ... 27 Tabel 4.1 Pegawai Menurut Jenis Kelamin

DPPKA Kota Surakarta ... 63 Tabel 4.2 Pegawai Menurut Kepangkatan

DPPKA Kota Surakarta ... 64 Tabel 4.3 Klasifikasi PNS DPPKA Kota Surakarta

Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Formal Tahun 2012 ... 65 Tabel 4.4 Klasifikasi PNS DPPKA Kota Surakarta

Berdasarkan Bidang Tugasnya Tahun 2012 ... 66 Tabel 4.5 Wajib Pajak Hotel

Kota Surakarta Tahun 2011 ... 67 Tabel 4.6 Jumlah Hotel

Kota Surakarta Tahun 2011 ... 70 Tabel 4.7 Susunan Jabatan Dalam Tim Audit ... 88 Tabel 4.8 Penerimaan Pajak Hotel Kota Surakarta

Tahun Anggaran 2007-2011 ... 109 Tabel 4.9 Penerimaan Pajak Daerah Kota Surakarta

Tahun Anggaran 2007-2011 ... 110 Tabel 4.10 Kontribusi Pajak Hotel Terhadap Pajak Daerah

(11)

commit to user

11

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran ... 36

Gambar 3.1 Model Analisis Interaktif ... 48

Gambar 4.1 Struktur Organisasi DPPKA Kota Surakarta ... 62

Gambar 4.2 Alur Pembayaran Pajak Hotel ... 73

Gambar 4.3 Blangko SPTPD Pajak Hotel ... 74

Gambar 4.4 Spanduk Sosialisasi ... 84

(12)

commit to user

12 ABSTRAK

Nuriyati. D0108139. Sosialisasi, Audit dan Yustisi untuk Mengoptimalkan Penerimaan Pajak Hotel Oleh DPPKA Kota Surakarta. Skripsi. Administrasi Negara.Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 2012. 115 Halaman.

Prinsip dari sistem self assessment dalam pemungutan pajak adalah memberikan kesempatan kepada Wajib Pajak untuk secara sukarela menghitung, membayar dan melaporkan pajak terutang berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Maka tingkat kepatuhan wajib pajak yang menjadi kunci suksesnya pemungutan pajak hotel di Surakarta. Sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah, pajak hotel diharapkan mampu mempunyai potensi serta prospek yang cerah, karena melihat perkembangan jumlah hotel di Kota Surakarta yang semakin meningkat sampai dengan tahun 2011 hotel di Surakarta tercatat berjumlah 129 hotel yang terdiri dari 20 hotel bintang dan 109 hotel melati. Penerimaan dari sektor pajak hotel setiap tahun mengalami peningkatan.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana sosialisasi, audit dan yustisi yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kota Surakarta dalam dalam mengoptimalkan penerimaan pajak hotel.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang dilaksanakan di DPPKA Kota Surakarta. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari wawancara dengan narasumber dan arsip atau dokumen yang berkaitan dengan penelitian.Teknik pengumpulan data yaitu dengan cara wawancara, dan dokumentasi.Teknik pemilihan informan yang digunakan adalah purposive sampling yaitu peneliti menetapkan narasumber yaitu pegawai DPPKA Kota Surakarta dan pengelola hotel. Sedangkan untuk validitas data dilakukan dengan trianggulasi data.Teknik analisis data menggunakan model analisis interaktif.

(13)

commit to user

13 ABSTRACT

Nuriyati. The Socialization, Audit and Yustisi to Optimize the Hotel Tax Revenue by Surakarta City’s DPPKA. Thesis. State Administration. Social and Political Sciences Faculty. Sebelas Maret University. Surakarta. 2012. 115 pages.

The principle of self-assessment system in tax collection is to give the taxpayer the opportunity of calculating, paying and reporting the outstanding tax voluntarily based on the taxing legislation consistent with the actual condition.

Therefore, the taxpayer’s compliance becomes the key to the hotel tax collection

success in Surakarta. As one of Local Original Income sources, the hotel tax is expected to have bright potential and prospect, considering the constantly increase of hotel numbers in Surakarta City. In 2011, there are enlisted 129 hotels in Surakarta: 20 star hotels and 109 jasmine hotels. The revenue from hotel tax sector increases continuously over year. The objective of research is to find out the socialization, audit, and yustisi the Surakarta City’s Income, Financial and Asset Management Service (DPPKA) takes in optimizing the hotel tax revenue.

This study was a descriptive qualitative research taken place in Surakarta

City’s DPPKA. The data source of research was obtained from interview and

archive or document relevant to the study. Techniques of collecting data used were interview and documentation. Technique of selecting informant used was purposive sampling, in which the author determined the employees of Surakarta

City’s DPPKA and hotel management as the informant. Meanwhile the data

validation was done using data triangulation. Technique of analyzing data used was an interactive model of analysis.

From the result of research, it could be found that Surakarta City’s

DPPKA optimized the hotel tax revenue through socialization including to give information relating to hotel tax, to improve the taxpayer’s awareness of the importance of paying tax; this socialization was done through meeting, mass media and circular. Audit was the investigation of taxpayer; the investigation of hotel taxpayer was undertaken by the special team, Audit team, from monthly tax deposit, direct review, investigation program development as well as investigation instrument preparation. Yustisi was the measure the DPPKA took when the problematic taxpayers had payment delay, the service had issued STPD (Local Tax Billing) the taxpayer ignored it, for that reason, the yustisi attempt was done by sealing and even depriving the business license. Based on the research, it could be found that the inhibiting factor was the lack of taxpayer participation in the term of investigation, while the supporting factors included human resource,

taxpayer’s compliance, and rule firmness factor, and local social economic

(14)

commit to user

14 BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi terdiri atas daerah-daerah kabupaten dan kota. Tiap-tiap daerah tersebut mempunyai hak dan kewajiban mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat. Untuk menyelenggarakan pemerintahan tersebut, Daerah berhak mengenakan pungutan kepada masyarakat. Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menempatkan perpajakan sebagai salah satu perwujudan kenegaraan, ditegaskan bahwa penempatan beban kepada rakyat, seperti pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa diatur dengan Undang-Undang. Dengan demikian, pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah harus didasarkan pada Undang-Undang.

(15)

commit to user

15

Tabel 1.1

Jenis Pajak Menurut UU No 28 Tahun 2009 No Wilayah Pemungut Jenis Pajak

1 Pajak Provinsi a. Pajak Kendaraan Bermotor

b. Bea Balik Nama Kendaraan

2 Pajak Kabupaten/Kota a. Pajak Hotel b. Pajak Restoran

i. Pajak Sarang Burung Walet

j. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan

k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

Sumber : UU No 28 Tahun 2009

(16)

commit to user

16

(17)

commit to user

17

(18)

commit to user

18

dan kegiatan ekspor-impor. Berdasarkan pertimbangan tersebut perluasan basis pajak Daerah dilakukan dengan memperluas basis pajak yang sudah ada, mendaerahkan pajak pusat dan menambah jenis Pajak baru. Ada 4 (empat) jenis Pajak baru bagi Daerah, yaitu Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan yang sebelumnya merupakan pajak pusat dan Pajak Sarang Burung Walet sebagai Pajak kabupaten/kota serta Pajak Rokok yang merupakan Pajak baru bagi provinsi.

Berkaitan dengan pemberian kewenangan dalam penetapan tarif untuk menghindari penetapan tarif pajak yang tinggi yang dapat menambah beban bagi masyarakat secara berlebihan, Daerah hanya diberi kewenangan untuk menetapkan tarif pajak dalam batas maksimum yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini. Selain itu, untuk menghindari perang tarif pajak antar daerah untuk objek pajak yang mudah bergerak, seperti kendaraan bermotor, dalam Undang-Undang ini ditetapkan juga tarif minimum untuk Pajak Kendaraan Bermotor. Pengaturan tarif demikian diperkirakan juga masih memberikan peluang bagi masyarakat untuk memindahkan kendaraannya ke daerah lain yang beban pajaknya lebih rendah.

Eric Smith, Tracy J. Webb dalam International Journal Tax and Public Finance, Kluwer Academic Publishers. Printed in The Netherlands

(19)

commit to user

19

“Strategic tax setting between fiscal authorities in the

presence of mobile workers who locate across these jurisdictions in response to differing tax structures and congestable local public amenities.We find that the nature of the tax setting outcomes depend crucially on the

proximity between cities. For “distant” cities with the same

size populations, the pressure on tax rates of a more mobile workforce depends on the whether mobile workers are net beneficiaries or net contributors. If mobile workers are either high or low income earners, cities lower tax rates. If mobile workers are middle income earners, cities raise tax

rates. For “close” or neighbouring cities, workers locate in

one of the cities and tax rates and local public amenities are

dispersed.” (strategi pengaturan pajak untuk pajak yang

mudah bergerak adalah dengan menetapkan tarif minimal pajak tersebut, untuk menghindari pergerakan obyek pajak tersebut, misalnya untuk obyek pajak kendaraan bermotor, apabila antara daerah satu dengan derah lain lebih rendah, maka cenderung orang akan memindahkan pajaknya ke daerah yang lebih rendah tarif pajaknya antara otoritas fiskal di hadapan pekerja mobile yang mencari di yurisdiksi tersebut dalam menanggapi struktur pajak dan kebutuhan yang berbeda)

(20)

commit to user

20

Untuk meningkatkan akuntabilitas pengenaan pungutan, dalam Undang-Undang ini sebagian hasil penerimaan Pajak dialokasikan untuk membiayai kegiatan yang berkaitan dengan Pajak tersebut. Pajak Penerangan Jalan sebagian dialokasikan untuk membiayai penerangan jalan, Pajak Kendaraan Bermotor sebagian dialokasikan untuk pembangunan dan/atau pemeliharaan jalan dan Pajak Rokok sebagian dialokasikan untuk membiayai pelayanan kesehatan masyarakat dan penegakan hukum. Selanjutnya, untuk meningkatkan efektivitas pengawasan pungutan Daerah, mekanisme pengawasan diubah dari represif menjadi preventif. Dengan diberlakukannya Undang-Undang No 28 Tahun 2009 ini, kemampuan Daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya semakin besar karena Daerah dapat dengan mudah menyesuaikan pendapatannya sejalan dengan adanya peningkatan basis pajak daerah dan diskresi dalam penetapan tarif. Di pihak lain, dengan tidak memberikan kewenangan kepada Daerah untuk menetapkan jenis pajak dan retribusi baru akan memberikan kepastian bagi masyarakat dan dunia usaha yang pada gilirannya diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

(21)

commit to user

21

meningkat. Selain unggul dalam ekonomi kota surakarta adalah kota yang sibuk dengan agenda pemerintah di sini terdapat banyak festival budayanya. Sehingga tidak mengherankan pendapatan pajak dari sektor perhotelan dinilai sangat potensial sebagai penyumbang pajak daerah. Berikut tabel target dan realisasi penerimaan pajak hotel :

Tabel 1.2

Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Hotel Kota Surakarta Tahun 2007 -2011 1 2007 4.384.000.000 4.403.515.967 100,44 2 2008 5.200.000.000 5.213.358.162 100,25 3 2009 6.700.000.000 7.251.331.746 108,22 4 2010 7.638.646.000 10.799.468.707 141,38 5 2011 14.184.677.000 15.266.131.499 107,62

Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Surakarta

Dalam mengamankan penerimaan pajak daerah khususnya pada sektor pajak hotel, DPPKA Kota Surakarta selaku pengelola pajak daerah tak henti-hentinya melakukan suatu kegiatan yang diharapkan mampu mengurangi berbagai hambatan terkait pemungutan pajak hotel tersebut.

Kepala Bagian Hukum Setda Kota Surakarta, Untara, mengatakan saat ini Pemkot Surakarta masih terus melakukan sosialisasi Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, serta Perda Nomor 4 tahun 2011 tentang Pajak Daerah. Rabu, (12/10/2011) (www.solopos.com)

(22)

commit to user

22

nantinya adanya persamaan persepsi antara wajib pajak dan petugas pajak, antara lain yang menyangkut hak dan kewajiban serta konsekwensi yuridis maupun administrasi jika terjadi pelanggaran terhadap ketentuan perpajakan yang berlaku, selain itu juga petugas pajak harus melayani masyarakat wajib pajak harus jujur, profesional dan akuntabel sehingga dapat mengamankan keuangan daerah, dalam meningkatkan pajak daerah perlu mengadakan peningkatan pelayanan dalam bentuk pendekatan kepada wajib pajak.

Semua hotel yang ada di Solo mulai dari kelas melati hingga kelas berbintang dibidik untuk diaudit terkait pajak hotel yang akan diberikan kepada daerah. Sejauh ini, audit kepada hotel belum diberikan secara penuh dan masih terbatas pada hotel-hotel

prioritas. “Tapi target kami, tahun ini semua hotel bisa kami audit.

Karena itulah yang ideal untuk mengamankan penerimaan pajak

hotel,” kata Kabid Pendaftaran dan Pendataan Dinas Pendapataan

Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Solo, Agung HD, saat ditemui Espos, di ruang kerjanya, Senin (19/9/2011). (www.solopos.com)

Pengadaan audit atau pemeriksaan terkait untuk meningkatkan penerimaan sekaligus sebagai upaya untuk mengamankan penerimaan daerah dilakukan pada hotel-hotel kelas melati maupun kelas bintang di rencanakan dapat di audit terkait pajak hotel yang akan diberikan kepada daerah.

(23)

commit to user

23

Selain melakukan sosialisasi dan audit terdapat yustisi, yaitu sebuah kegiatan untuk menegakan peraturan daerah. Dengan adanya yustisi ini diharapkan mampu membangun kesadaran wajib pajak untuk dapat bekerjasama untuk mencapai penerimaan pajak yang optimal.

Berdasarkan pernyataan di atas maka peneliti menetapkan judul penelitian ini adalah Sosialisasi, Audit dan Yustisi untuk Mengoptimalkan Penerimaan Pajak Hotel Oleh DPPKA Kota Surakarta.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka disusun perumusan masalh sebagai berikut :

“Bagaimana DPPKA Kota Surakarta Dalam melaksanakan Sosialisasi,

Audit dan Yustisi dalam mengoptimalkan penerimaan pajak hotel?” C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Operasional

Dengan mendasarkan pada rumusan masalah yang ada maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui bagaimana DPPKA dalam melaksanakan sosialisasi, audit maupun yustisi pajak hotel.

2. Tujuan Fungsional

Memberikan masukan yang bermanfaat bagi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kota Surakarta dalam melaksanakan sosialisasi, audit dan yustisi pajak hotel.

(24)

commit to user

24

Sebagai persyaratan guna meraih gelar kesarjanaan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat bagi DPPKA Kota Surakarta

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi institusi pengelolaan pajak daerah dalam upaya meningkatkan kesadaran wajib pajak.

2. Manfaat bagi mahasiswa

Sebagai bahan yang mampu memperkaya penelitian-penelitian yang ada sebelumnya dan juga sebagai acuan yang dapat membantu para peneliti untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pajak hotel.

3. Manfaat bagi masyarakat umum

(25)

commit to user

25 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Sosialisasi

Kegiatan penyuluhan pajak memiliki andil besar dalam mensukseskan sosialisasi pajak keseluruhan wajib pajak. Berbagai media diharapkan mampu menggugah kesadaran masyarakat untuk patuh terhadap pajak dan membawa pesan moral terhadap pentingnya pajak bagi negara. Menurut Soekanto (2005: 65) :

“sosialisasi adalah suatu proses dimana anggota masyarakat yang

baru yang mempelajari norma dan nilai masyarakat dimana dia

menjadi anggota”

(26)

commit to user

26

Pada dasarnya sosialisasi akan memberikan kontribusi fundamental bagi kehidupan kita, yaitu akan memberikan dasar atau fondasi kepada individu bagi terciptanya partisipasi efektif dalam masyarakat dan memungkinkan lestarinya suatu masyarakat karena tanpa sosialisasi akan hanya ada satu generasi saja sehingga kelestarian masyarakat akan sangat tergantung.

Setelah mengetahui arti sosialisasi diatas, maka dapat diuraikan pengertian sosialisasi perpajakan sebagai suatu upaya untuk memberi pengertian, informasi dan pembinaan kepada masyarakat pada umumnya dan wajib pajak pada khususnya mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan peraturan dan perundang-undangan perpajakan. Dengan adanya sosialisasi perpajakan yang dilakukan oleh DPPKA diharapkan akan dapat terciptanya pemohonan dan partisipasi yang efektif dari masyarakat dan wajib pajak dalam memenuhi hak dan kewajiban sehingga memungkinkan lestarinya suatu kesadaran perpajakan.

1. Bentuk-bentuk sosialisasi

(27)

commit to user

27

Menurut Soekanto (2005), bentuk proses sosialisasi yang dialami individu terbagi menjadi dua, yaitu sosialisasi primer dan sosialisasi sekunder.

a. Sosialisasi primer dialami individu pada masa kanak-kanak, terjadi dalam lingkungan keluarga, individu tidak mempunyai hak untuk memilih agen sosialisasinya, individu tidak dapat menghindar untuk menerima dan menginternalisasi cara pandang keluarga.

b. Sosialisasi sekunder berkaitan dengan ketika individu maupun untuk berinteraksi dengan orang lain selain keluarganya. Dalam sosialisasi sekunder terdapat proses resosialisasi dan desosialisasi, dimana keduanya merupakan proses yang berkaitan satu sama lain. Resosialisasi berkaitan dengan pengajaran dan penanaman nilai-nilai yang berbeda dengan nilai-nilai yang pernah dialami sebelumnya, untuk penguatan dalam penanaman nilai-nilai baru tersebut maka desosialisasi

terjadi dimana diri individu yang lama dicabut dan “diberi” diri

yang baru dalam proses resosialisasi. Kedua proses tersebut terlihat dengan jelas dalam suatu total institusi yang merupakan suatu tempat dimana terdapat sejumlah besar individu yang terpisah dari lingkungan sosialnya.

(28)

commit to user

28

mereka dewasa. Termasuk pula sosialisasi perpajakan, cepat atau lambat perpajakan harus diketahui dan dipahami oleh semua lapisan masyarakat terutama pada cara-cara yang dipakai oleh masyarakat dalam mempelajari perpajakan.

Pengaruh sosialisasi perpajakan terhadap tingkat kesadaran wajib pajak, untuk meningkatkan kesadaran wajib pajak dapat dilakukan dengan cara sosialisasi perpajakan terhadap para wajib pajak pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Cara sosialisasi perpajakan yang dilaksanakan dapat dilakukan dengan cara penyuluhan, seminar, iklan, pembagian brosur ataupun terlibat dalam suatu kegiatan. Namun untuk meningkatkan tingkat kesadaran wajib pajak tidak hanya dipengaruhi oleh faktor sosialisasi perpajakan saja, tetapi juga dipengaruhi faktor-faktor lain, sehingga DPPKA selaku pengelola pajak daerah khususnya pajak hotel dapat memberikan pelayanan terhadap wajib pajak dengan lebih baik dan pengurus pajak menjadi lebih efektif dan efisien serta wajib pajak lebih mudah dalam mengurus kewajiban pajaknya.

(29)

commit to user

29

Mengadakan sosialisasi pajak merupakan salah satu strategi yang terpenting dalam memasyarakatkan pengetahuan dan peran penting pajak. Jadi Sosialisasi dalam hubungannya dengan pajak atau sosialisasi perpajakan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk memasyarakatkan peraturan-peraturan tentang pajak daerah yang berlaku di suatu daerah tertentu. Jadi di setiap daerah kabupaten/kota mempunyai aturan-aturan sendiri yang mengatur sosialisasi. Pemerintah mencanangkan sosialisai pajak dengan tujuan meningkatkan kesadaran dan ketaatan masyarakat tentang akan pentingnya pajak bagi pembangunan daerah.

Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta melakukan sosialisasi kepada wajib pajak. Dalam sosialisasi tersebut disampaikan hal-hal yang berkaitan tentang pajak hotel. Sosialisasi tidak dilakukan secara rutin akan tetapi dilakukan jika sewaktu-waktu ada perubahan ketetapan

B. Pengertian Audit

(30)

commit to user

30

memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasil kepada pemakai yang berkepentingan. Berikut definisi audit menurut ASOBAC (A Statement of Basic Auditing Concepts) (Abdul Halim, 2005: 1) yang mendefinisikan audit sebagai :

“Suatu proses sistematis untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti secara obyektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan dan menyampaiakan hasilnya kepada para pemakai

yang berkepentingan.”

Dari definisi tersebut dapat diuraikan menjadi 7 elemen yang harus diperhatikan dalam melaksanakan audit, yaitu :

a. Proses yang sistematis

Auditing merupakan rangkaian proses dan prosedur yang bersifat logis, terstruktur dan terorganisir

b. Menghimpun dan mengevaluasi bukti secara obyektif

(31)

commit to user

31

c. Asersi –asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi Asersi merupakan suatu pernyataan, atau suatu rangkaian pernyataan secara keseluruhan, oleh pihak yang bertanggungjawab atas pernyataan tersebut. Untuk audit laporan keuangan historis, asersi merupakan pernyataan manajemen melalui laporan keuangan

d. Menentukan tingkat kesesuaian (degree of correspondence) Hal ini berarti penghimpunan dan pengevaluasian bukti-bukti dimaksudkan untuk menentukan dekat tidaknya atau sesuai tidaknya asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan. Tingkat kesesuaian tersebut dapat diekspresikan dalam bentuk kuantitatif maupun kualitatif

e. Kriteria yang ditentukan

Kriteria yang ditentukan merupakan standar-standar pengukur untuk mempertimbangkan (judgement) representasi-representasi. Kriteria tersebut dapat berupa prinsip akuntansi yang berlaku umum.

f. Menyampaikan hasil-hasilnya

(32)

commit to user

32

g. Para pemakai yang berkepentingan

Para pemakai yang berkepentingan adalah para pengambil keputusan yang menggunakan dan mengandalkan temuan-temuan yang diinformasikan melalui laporan audit dan laporan lainnya. Para pemakai tersebut meliputi badan pemerintah, investor, pemegang saham, manajemen publik pada umumnya.

Selain definisi diatas, Auditing Practices Committee (APC) dalam (Abdul Halim, 2003 : 3) mengemukakan definisi auditing sebagai berikut :

An audit is independent examination of, and expression of opinion on, the financial statements of an enterprise by an appointed auditor in pursuance of that appointment and in compliance with any relevant statutory obligation.

Sedangkan menurut (Mulyadi, 1990: 4)

Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secaraobyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi,dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataantersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian haisl-hasilnyakepada pemakai yang berkepentingan.

(33)

commit to user

33

ekonomi dan periode waktu yang diaudit harus jelas untuk menentukan lingkup tanggungjawab auditor, 3). Bahan bukti harus diperoleh dalam jumlah dan kualitas yang cukup untuk memenuhi tujuan audit, 4). Kemampuan auditor memahami kriteria yang digunakan serta sikap independen dalam mengumpulkan bahan bukti yang diperlukan untuk mendukung kesimpulan yang akan diambilnya.

Cheng Chen dalam jurnal Goverment Audit and National Economic Security, Communications in Computer and Information

Science 2011 Volume 232 Halaman 157-163 yang mengemukakan :

“The fundamental function of government audit is supervision which can be described as monitoring, early warning, defense against harms and repairing in safeguarding nation’s economic security. Government audit should employ scientific concept of development as guidance, strengthen the understanding on the

importance of nation’s economic security, and take national

economic security as a permanent theme in government audit. Related institutions shouldmake good use of special audit investigation and audit notice to optimise policy audit, and explore to enhance the capacity of government audit to safeguard national economic security. (Fungsi dasar audit dalam pemerintah adalah pengawasan, pengawasan ini dapat berarti sebagai pemantauan, peringatan dini, pertahanan terhadap bahaya dan perbaikan dalam menjaga perekonomian suatu negara. Pemerintah harus melakukan audit sebagai suatu konsep ilmiah pembangunan sebagai pedoman, memperkuat pemahaman tentang pentingnya menjaga keamanan ekonomi bangsa, dan menjadikan keamanan ekonomi nasional sebagai tema tetap dalam audit pemerintah. Berhubungan dengan institusi bahwa penggunaan audit investigasi khusus dan pemberitahuan audit untuk mengoptimalkan audit kebijakan, dan mengeksplorasi untuk meningkatkan kapasitas audit pemerintah untuk menjaga keamanan ekonomi nasional)

(34)

commit to user

34

fungsi audit adalah sebagai pengawasan, pemantauan, merupakan pemeriksaan dini yang dapat digunakan untuk menjaga keamanan perekonomian.

Audit/pemeriksaan pajak hotel merupakan audit kepatuhan wajib pajak, wajib pajak diperiksa untuk menguji kepatuhannya dalam membayar pajak, kerena pajak hotel menggunakan sistem self assessement maka kepatuhan wajib pajak adalah hal yang penting dalam mengamankan penerimaan pajak hotel dengan melakukan pemeriksaan terhadap pembukuan-pembukuan hotel, agar dapat meminimalisir terjadinya penyimpangan. Menurut UU No 28 Tahun 2009 yang dimaksud dengan Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajak tersebut. Wajib pajak yang tidak diwajibkan membuat pembukuan yaitu wajib pajak yang peredaran usahanya kurang dari jumlah yang ditentukan, tetap diwajibkan menyelengarakan pencatatan nilai peredaran usaha secara teratur, yang menjadi dasar pengenaan pajak.

(35)

commit to user

35

untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undang perpajakan. Sedangkan pengertian dari Pemeriksaan Pajak Daerah adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan mengolah data dan atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan daerah.

C. Pengertian Yustisi

Menurut Keputusan Menteri Dalam Negeri No 7 Tahun 2003 tentang Pedoman Operasional Penyidik Pegawai Negeri Sipil Daerah Dalam Penegakan Peraturan Daerah disebutkan bahwa operasi penindakan yang selanjutnya disebut yustisi adalah operasi penegakan peraturan daerah dan peraturan perundang-undangan yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) secara terpadu dengan sistem peradilan ditempat. Dalam peraturan tersebut juga disebutkan bahwa hasil dari operasi yustisi atas pelanggaran daerah merupakan penerimaan daerah. Dalam peraturan daerah kota Surakarta No 4 tahun 2011 juga disebutkan apabila wajib pajak melakukan kesalahan pengisian blangko SPTPD pajak baik sengaja ataupun tidak akan dikenai sanksi.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “Yustisi” adalah kehakiman

(36)

commit to user

36

dapat diatasi, guna untuk menegakan peraturan daerah yang berlaku diwilayah tersebut.

Yustisi ini dilakukan jika wajib pajak menunggak pembayaran pajaknya, tetapi sebelum DPPKA melakukan tindakan yustisi dilakukan pemanggilan wajib pajak yang bermasalah tersebut. Dalam hubungannya dalam mengamankan penerimaan daerah ini operasi yustisi dinilai sangat membantu apabila terdapat pelanggaran-pelanggaran.

D. Pajak Hotel

Agar suatu daerah dapat membiayai, memajukan dan mengurus rumah tangganya sendiri maka haruslah ditempuh suatu kebijaksanaan yang mewajibkan setiap orang untuk membayar pajak sesuai dengan kewajibannya. Dasar hukum pengenaan pajak daerah adalah UU No 28 Tahun 2009 tentang pajak dan retribusi daerah. Menurut Mardiasmo (2006: 12) yang dimaksud dengan pajak daerah adalah :

“Pajak daerah yang selanjutnya disebut pajak adalah iuran wajib

yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada Daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai peyelenggaraan pemerintah Daerah

dan pembangunan Daerah”.

Menurut Mohammad Riduansyah dalam Jurnal “Kontribusi pajak daerah dan retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah (PAD) dan anggaran pendapatan belanja daerah (APBD) guna mendukung

pelaksanaan otonomi daerah (studi kasus Pemerintah Daerah Kota Bogor)”

(37)

commit to user

37

“Pajak Daerah, sebagai salah satu komponen PAD, merupakan

pajak yang dikenakan oleh pemerintah daerah kepada penduduk yang mendiami wilayah yurisdiksinya, tanpa langsung memperoleh kontraprestasi yang diberikan oleh pemerintah daerah yang memungut pajak daerah yang dibayarkannya.”

Sedangkan menurut Peraturan Daerah kota Surakarta Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah maupun Undang-Undang No 28 Tahun 2009 Tentang Pajak dan Retribusi Daerah adalah :

“Pajak daerah, yang selanjutnya disebut pajak, adalah kontribusi

wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Kriteria Pajak Daerah tidak jauh berbeda dengan kriteria Pajak Pusat, yang membedakan keduanya adalah pihak pemungutnya. Kriteria pajak daerah selain yang ditetapkan UU bagi kabupaten/kota di kemukakan oleh Ahmad Yani (2002: 46) adalah sebagai berikut :

a. Bersifat pajak dan bukan retribusi

b. Objek pajak terletak atau terdapat di wilayah daerah kabupaten/kota yang bersangkutan dan mempunyai mobilitas yang cukup rendah serta hanya melayani masyarakat di wilayah kabupaten/kota yang bersangkutan

c. Objek dan dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan kepentingan umum

d. Objek pajak bukan merupakan objek pajak provinsi dan atau objek pajak pusat

(38)

commit to user

38

f. Tidak memberikan dampak ekonomi yang negatif

g. Memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat h. Menjaga kelestarian lingkungan

Dari kriteria di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang dapat digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah. Atau dengan kata lain pajak daerah merupakan pajak yang ditetapkan dan dipungut di wilayah daerah. Pajak daerah merupakan jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah yang dalam pelaksanaannya sehari-hari dilakukan oleh Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA), hasil dari pungutan pajak daerah dikumpulkan dan dimasukan sebagai bagian dari Pendapatan Asli Daerah, yang selanjutnya menjadi bagian dari penerimaan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) yang digunakan untuk menyelenggarakan pemerintahan daerah.

Sistem pemungutan pajak terbagi menjadi 3 (tiga) menurut Mardiasmo (2006 : 7) yaitu :

a. Official Assessment System

(39)

commit to user

39

a) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus

b) Wajib Pajak bersifat pasif

c) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.

b. Self Assessment System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri Wajib Pajak yang terutang. Ciri-cirinya antara lain :

a) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada Wajib Pajak sendiri

b) Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang.

c) Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi c. With Holding System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. Ciri-cirinya : wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak ketiga, pihak selain fiskus dan Wajib Pajak.

(40)

commit to user

40

melaporkan sendiri pajak terutangnya. Jadi sangat tergantung dengan tingkat kepatuhan wajib pajak hotelnya. Dalam Peraturan Daerah No 4 Tahun 2011 kota Surakarta menjelaskan bahwa Surakarta memungut 8 jenis pajak daerah. Berikut dibawah ini tabel jenis dan penetapan tarif pajak daerah.

Tabel 2.1

Jenis dan Tarif Pajak Daerah Kota Surakarta

No Jenis Pajak Tarif

Pajak 1 Pajak hotel

a. Tarif pajak hotel ditetapkan sebesar

b. Tarif pajak hotel lainnya ditetapkan sebesar (home stay, penginapan, rumah kos)

10% 5%

2 Pajak restoran

Tarif pajak restoran ditetapkan dalam 3 kategori, yaitu : a. Kategori A, nilai penjualan lebih dari Rp

Tarif pajak hiburan ditetapkan sebagai berikut : a. Tontonan film

g. Diskotik, klab malam, dan sejenisnya h. Karaoke

i. Sirkus, akrobat, sulap

j. Permainan bilyar dan bowling

(41)

commit to user

41 k. Golf

l. Pacuan kuda, kendaraan bermotor, dan permainan ketangkasan

m. Panti pijat

n. Refleksi dan pusat kebugaran o. Mandi uap/spa

Tarif pajak reklame ditetapkan 25%

5 Pajak Penerangan Jalan

a. Penggunaan tenaga listrik dari sumber lain selain industri

b. Penggunaan tenaga listrik dari sumber lain oleh industri

c. Penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan sendiri

9%

3%

1,5% 6 Pajak parkir

Tarif pajak reklame ditetapkan 25%

7 Pajak Air Tanah

Tarif pajak air tanah ditetapkan 20%

8 Pajak sarang burung walet

Tarif pajak sarang burung walet ditetapkan 10% Sumber : Peraturan Daerah Kota Surakarta No 4 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah

Dasar pengenaan pajak hotel adalah jumlah pembayaran yang dilakukan kepada hotel. Pembayaran adalah jumlah uang yang harus dibayar oleh subyek pajak kepada wajib pajak untuk harga jual baik jumlah uang yang dibayarkan maupun penggantian yang seharusnya diminta wajib pajak sebagai penukaran atas pemakaian jasa tempat penginapan dan fasilitas penunjang termasuk pula semua tambahan yang berkaitan dengan usaha hotel. Contoh pembayaran, misalnya seseorang

menginap di hotel “Bulan” dan melakukan pembayaran atas jasa sewa

(42)

commit to user

42

Jasa sewa kamar : Rp. 2.000.000 Jasa binatu/loundry : Rp. 200.000 Jasa telepon : Rp. 100.000 +

Jumlah Rp. 2.300.000

Tax 10% : Rp. 230.000+ Total bayar Rp. 2.530.000

Pemerintah daerah dalam melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan memerlukan biaya yang tidak sedikit jumlahnya. Tanpa adanya biaya atau dana yang cukup maka tidak mungkin daerah-daerah itu akan dapat mengatur dan mengurus rumah tangganya selain dari dana perimbangan, pembiayaan penyelenggaraan tugas pemerintah daerah juga berasal dari pendapatan asli daerah, oleh karena itu diharapkan pemerintah daerah untuk mampu mengoptimalkan dan mengelola dengan baik sumber penerimaan daerah salah satunya yang bersumber dari pajak hotel.

Menurut Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah, yang dimaksud dengan :

1. Pajak hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel. 2. Hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahatan

(43)

commit to user

43

3. Obyek pajak hotel adalah pelayanan yang disediakan oleh hotel dengan pembayaran, termasuk jasa penunjang sebagai kelengkapan hotel yang sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan, termasuk fasilitas ruang pertemuan, olahraga dan hiburan.

Jasa penunjang tersebut adalah fasilitas telepon, facsimile, teleks, internet, fotocopi, pelayanan cuci, seterika, transportasi dan fasilitas sejenis lainnya yang disediakan atau dikelola hotel.

4. Tidak termasuk obyek pajak hotel adalah:

a. Jasa tempat tinggal asrama yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau Pemerinta Daerah.

b. Jasa sewa apartemen, kondominium dan sejenisnya.

c. Jasa tempat tinggal dipusat pendidikan atau kegiatan keagamaan.

d. Jasa tempat tinggal di rumah sakit, asrama perawat, panti jompo, panti asuhan, panti sosial lainnya yang sejenis.

e. Jasa biro perjalanan atau perjalanan wisata yang diselenggarakan oleh hotel yang dapat dimanfaatkan oleh umum.

5. Subjek pajak hotel adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran kepada orang pribadi atau badan yang mengusahakan hotel.

(44)

commit to user

44

7. Dasar pengenaan pajak hotel adalah jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar kepada hotel.

8. Tarif pajak hotel ditetapkan dalam 2 (dua) kategori, yaitu :

a. Tarif pajak hotel ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen) dari jumlah pembayaran

b. Tarif pajak hotel lainnya (home stay, penginapan, rumah kos yang jumlah kamarnya lebih dari 10 kamar) ditetapkan sebesar 5% (lima persen) dari jumlah pembayaran.

9. Masa pajak dan saat pajak terutang

Menurut Peraturan Daerah Kota Surakarta No 4 Tahun 2011 Bab 12 mengenai masa pajak dan saat pajak terutang, menjelaskan masa pajak merupakan jangka waktu yang diatur dengan Peraturan Walikota paling lama 3 (tiga) bulan kalender yang menjadi dasar bagi wajib pajak untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang. Sedangkan saat pajak terutang adalah pada saat terjadinya pelayanan penginapan di hotel.

10.Tata cara pemungutan dan penetapan pajak

Tatacara pelaksanaan pembayaran dan pemungutan pajak berdasarkan Peraturan Daerah No 4 Tahun 2011 adalah sebagai berikut :

(45)

commit to user

45

kegiatan penghitungan besarnya pajak yang terutang, kegiatan pengawasan, penyetoran pajak dan penagihan.

b. Setiap wajib pajak wajib membayar pajak yang terutang berdasarkan penetapan Walikota atau dibayar sendiri oleh wajib pajak berdasarkan peraturan perundang-undangan. Ketentuan ini mengatur tata cara pengenaan pajak yaitu ditetapkan oleh walikota atau dibayar sendiri oleh wajib pajak. Cara pertama, pajak dibayar sendiri oleh wajib pajak setelah terlebih dahulu ditetapkan oleh walikota melalui SKPD (Surat Ketetapan Pajak Daerah) atau dokumen lain yang dipersamakan. Cara kedua, pajak dibayar sendiri adalah pengenaan yang memberikan kepercayaan kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri pajak yang terutang dengan menggunakan SPTPD (Surat Pemberitahuan Pajak Daerah).

c. Wajib pajak yang memenuhi kewajiban perpajakan berdasarkan penetapan Walikota dibayar dengan menggunakan SKPD (Surat Ketetapan Pajak Daerah) atau dokumen lain yang dipersamakan.

d. Dokumen lain yang dipersamakan berupa karcis dan nota perhitungan

(46)

commit to user

46

Pemberitahuan Pajak Daerah /Surat ketetapan Pajak Daerah), SKPDKB dan/atau SKPDKBT (Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar/ (Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan). Wajib pajak yang memenuhi kewajibannya dengan cara membayar sendiri diwajibkan melaporkan pajak yang terutang dengan menggunakan SPTPD. Jika wajib pajak yang diberi kepercayaan menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang tidak memenuhi kewajibannya sebagaimana mestinya, dapat diterbitkan SKPDKB, dan/atau SKPDKBT yang menjadi sarana penagihan.

E. Kerangka Berpikir

(47)

commit to user

47

rata-rata setiap kilometer perseginya terdapat tiga hotel. Kepadatan hotel di Surakarta merupakan dampak semakin pesatnya pertumbuhan ekonomi di Kota Surakarta.

Pajak hotel menggunakan sistem self assessment dalam pemungutan pajak adalah memberikan kesempatan kepada Wajib Pajak untuk secara sukarela menghitung, membayar dan melaporkan pajak terutang berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Dalam mengoptimalkan penerimaan pajak daerah khususnya pajak hotel, disini oleh Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset melakukan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Sosialisasi

Sosialisasi merupakan suatu langkah melalui media massa, spanduk-spanduk dan juga para petugas pajak melakukan pertemuan dengan wajib pajak hotel disini para pengusaha hotel tergabung dalam PHRI (Persatuan Hotel dan Restoran) Surakarta, jadi memudahkan dalam sosialisasi.

b. Audit/pemeriksaan

(48)

commit to user

48 c. Yustisi

Yustisi merupakan langkah terakhir apabila wajib pajak menunggak hutang pajaknya tanpa ada kejelasan untuk tanggal pembayaran. Yustisi ini mencakup tindakan penyegelan atas hotel yang meyimpang dari aturan tersebut.

(49)

commit to user

49 Gambar 2.1

Skema Kerangka Pemikiran

Langkah yang ditempuh DPPKA Kota Surakarta dalam mengoptimalkan penerimaan pajak hotel :

1. Sosialisasi 2. Audit 3. Yustisi

Mengoptimalkan Penerimaan pajak hotel Self assassement sistem yang menuntut peran aktif wajib pajak untuk mendukung keberhasilan penerimaan pajak hotel

Faktor Pendukung dan penghambat dalam

(50)

commit to user

50 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang merupakan penelitian yang digunakan untuk memperoleh gambaran yang tepat dan utuh tentang suatu gejala. Penelitian deskriptif ini biasanya ditempuh dengan cara memusatkan diri pada pemecahan masalah yang ada. mula-mula data disusun dan dikumpulkan, dijelaskan kemudian dianalisis. Dimana di dalamnya juga terdapat data-data, kata-kata dam gambar (data kualitatif) maupun data angka (data kuantitatif). Sedangkan apabila ditinjau dari metodenya, penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif bertujuan mengkaji kasus-kasus tertentu secara mendalam dan menyeluruh. Seperti yang disampaikan oleh H.B. Sutopo (2002: 35) yaitu dengan penelitian deskriptif kualitatif, data yang dikumpulkan terutama berupa kata-kata, kalimat atau gambar memiliki arti lebih dari sekedar angka-angka atau frekuensi.

(51)

commit to user

51 B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta adapun alasan - alasan pemilihan lokasi ini adalah berdasarkan pertimbangan sebagai berikut :

a. Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta memungkinkan penulis untuk memperoleh data yang diperlukan sehingga memudahkan dalam pelaksanaan penelitian.

b. Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta merupakan instansi yang berwenang untuk mengelola dan menggali potensi-potensi yang ada di Kota Surakarta dalam hal pajak hotel. C. Sumber Data

(52)

commit to user

52 1. Informan

Dalam penelitian ini yamg menjadi informan adalah sebagai berikut: a. Ibu Maya Pramita. SH. M.Hum selaku Kepala Sub Bagian

Perencanaan Evaluasi dan Pelaporan

b. Bapak Drs. AG Agung Hendratno M.Si selaku Kepala Bidang Dafda dan Dokumentasi

c. Ibu Sinto Retno Wandyastuti. SE. MM selaku Kasi Dokumentasi dan pengolahan data

d. Bapak Sunarwan Selaku Staf Dafda dan Dokumentasi e. Bapak Cipto Budiono Selaku Staf Satpol PP

f. Bapak Suroso selaku Staf Accounting Kusuma Kartika Sari Hotel g. Bapak Budi Waluyo selaku Staf Laweyan Hotel

Sejumlah informan di atas diseleksi melalui teknik purposive sampling berdasarkan penguasaan mereka terhadap persoalan dan

informasi yang sedang diteliti. 2. Dokumen

Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai dokumen antara lain : a. Arsip, surat, dokumen yang berkaitan dengan pemungutan pajak

hotel, yaitu :

1) Laporan target dan realisasi penerimaan pajak hotel Kota Surakarta

(53)

commit to user

53

b. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

c. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah

d. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 Atas perubahan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah

e. Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 4 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah Kota Surakarta

f. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta

g. Peraturan Walikota Nomor 24 tahun 2008 tentang Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta.

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam sebuah penelitian diperlukan data yang obyektif karena data diterapkan sebagai suatu hal yang sangat mendasar yang akan menentukan berhasil atau tidaknya suatu penelitian, yang diperlukan adalah teknik pengumpulan data yang tepat, sehingga benar-benar didapat data yang valid da reliabel (Sugiyono, 2010: 327). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini antara lain :

(54)

commit to user

54

Interview atau wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui komunikasi langsung atau tanya jawab antara peneliti dan narasumber. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang terwawancara (interviewe) yang akan memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Lexy J. Moelong, 2006 : 186). Teknik wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit atau kecil (Sugiyono, 2010 : 157).

(55)

commit to user

55

diteliti posisinya lebih berperan sebagai informan daripada sebagai responden. Dalam penelitian ini kegiatan wawancara untuk mendapatkan data yang diperlukan dapat diperoleh langsung dari bagian-bagian dalam Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Aset Kota Surakarta.

b. Dokumentasi

Teknik ini digunakan untuk memperoleh data yang bersumber dari arsip dan dokumen yang sudah ada, mencakup semua informasi yang berupa tulisan atau gambar tentang fenomena yang ada di lokasi penelitian. Dalam teknik ini peneliti mengumpulkan data dengan menganalisis dokumen dan arsip, serta benda-benda lainnya yang terdapat pada obyek penelitian, yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 234) yang dimaksud dengan metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, legger, agenda dan sebagainya.

(56)

commit to user

56 E. Teknik Penentuan Informan

Penelitian ini akan menggunakan teknik Purposive Sampling sebagai alat yang digunakan dalam menentukan informan. Purposive sampling adalah tehnik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu

(Sugiyono, 2010 : 96). Menurut H.B Sutopo (2002: 36) pilihan sampel diarahkan pada sumber data yang penting yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang diteliti.

Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan

cara menentukan informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap. (HB. Sutopo. 2002:56).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sampel penelitian adalah Pejabat Kantor Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta, dan pengelola hotel. Akan tetapi, tidak ditutup kemungkinan pilihan terhadap informan dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam memperoleh data.

F. Validitas Data

Agar data dan informasi yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, maka validitas data sangat diperlukan. HB Sutopo (2002: 78) mengemukakan :

“Validitas merupakan jaminan bagi kemantapan simpulan dan

tafsir makna sebagai hasil penelitian”

(57)

commit to user

57

diperolehnya. Cara pengumpulan data dengan bermacam-macam tekniknya harus tepat dan sesuai untuk dapat digunakan untuk menggali data yang benar-benar diperlukan bagi penelitian. Ketepatan data tidak hanya bergantung dari ketepatan memilih data dan teknik pengumpulannya tetapi diperlukan teknik pengembangan validitas datanya. Dalam penelitian ini uji validitasnya menggunakan metode triangulasi. Menurut Moleong (2002: 178) :

”Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu”. Patton seperti yang dikutip oleh HB Sutopo (2006: 92) membedakan empat macam teknik triangulasi sebagai cara untuk meningkatkan validitas data dalam penelitian kualitatif yaitu:

a. Triangulasi data atau sumber, yaitu teknik triangulasi yang mengarah peneliti agar di dalam mengumpulkan data wajib menggunakan beragam sumber data yang tersedia.

b. Triangulsi metode, yaitu jenis triangulasi yang dilakukan oleh seorang peneliti dengan cara mengumpulkan data yang sejenis tetapi dengan menggunakan teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda.

(58)

commit to user

58

d. Triangulasi teori, yaitu triangulasi yang dilakukan dengan cara menggunakan perspektif lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji.

Dalam penelitian ini jenis triangulasi yang digunakan adalah triangulasi data (sumber). Triangulasi sumber dengan cara mengumpulkan data sejenis dengan menggunakan berbagai sumber data yang tersedia, hal ini dimaksudkan agar data yang sama atau sejenis akan lebih mantap kebenarannya bila digali dari beberapa sumber data yang berbeda, yaitu untuk mengetahui bagaimana sosialisasi, audit dan yustisi yang dilakukan dan faktor pendukung maupun penghambat yang dihadapi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta dalam mengoptimalkan penerimaan yang bersumber dari pajak hotel, peneliti memanfaatkan pegawai pada bidang-bidang yang berkaitan dengan langkah-langkah tersebut. Dari banyak data yang diperoleh peneliti, peneliti dapat menguji validitasnya dengan cara melakukan cross check antara pegawai DPPKA Kota Surakarta dengan Wajib pajak hotel di Surakarta. Apabila antara pegawai DPPKA Kota Surakarta dan Wajib pajak hotel menyatakan hal yang sama maka data tersebut valid.

G. Teknik Analisis Data

(59)

commit to user

59

”Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan

data kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga

dapat ditemukan hipotesis kerja seperti yang disarankan data”

(Moleong, 2002: 103).

Jadi analisis data diperoleh dengan cara mengorganisasikan dan mengurutkan data tersebut kedalam kelompok tertentu. Teknik analisa data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah model analisis interaktif yang dimulai dari tahap pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Oleh karena proses analisis melibatkan kerja dengan data yang lengkap untuk mengatur, membaginya dalam unit-unit yang dibuat, membuat sintesa, mencari pola, menemukan pokok-pokok penting yang akan disajikan pada orang lain. Dengan melihat hal tersebut diatas, maka penulis menggunakan model analisis interaktif. Dalam model ini terdapat tiga komponen kelompok pokok. Menurut Miles dan Huberman dalam H.B. Sutopo (2002: 91-96), ketiga komponen tersebut adalah :

a. Reduksi Data

Reduksi data merupakan komponen pertama dalam analisis data yang mempertegas, memperpendrk dan membuat fokus, membuang hal yang tidak penting dan mengatur data sedemikian rupa sehingga simpulan penelitian dapat dilakukan.

b. Sajian Data

(60)

commit to user

60

mengacu pada rumusan masalah yang telah dirumuskan sebagai pertanyaan dalam penelitian, sehingga narasi yang tersaji merupakan deskripsi mengenai kondisi yang rinci untuk menceritakan atau menjawab permasalahan yang ada. secara singkat dapat berarti cerita sistematis atau logis supaya makna ceritanya menjadi lebih mudah dipahami.

c. Penarikan Kesimpulan

Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan sejak awal dimulainya penelitian harus sudah bisa ditarik kesimpulan, walaupun kesimpulan tersebut masih bersifat sementara, kemudian kesimpulan yang bersifat sementara tersebut harus ditingkatkan menjadi kesimpulan yang mantap yang memuat pernyataan yang telah memiliki landasan yang kuat dari proses analisis data yang dilaksanakan di dalam penelitian. Simpulan harus bisa dipertanggungjawabkan, oleh karena itu perlu dilakukan aktivitas pengulangan untuk tujuan pemantapan, penelusuran data kembali dengan cepat.

(61)

commit to user

61 Gambar 3.1

Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman

(Sumber: H.B. Sutopo, 2002: 96)

Pengumpulan Data

Reduksi Data

Penarikan Simpulan/ Verifikasi

(62)

commit to user

62 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Kota Surakarta

1. Letak Geografi

Kota Surakarta sering disebut Kota Solo, secara astronomis terletak

antara 110°45’15”-110°45’35” Bujur Timur dan 7°36’00”-7°56’00”

Lintang Selatan, dengan luas daerah ± 4.404,0593 Ha. Kota Surakarta merupakan salah satu kota besar di Jawa Tengah yang menunjang kota-kota lainnya seperti Semarang maupun Yogyakarta. Secara geografis wilayah Kota Solo terletak diantara Gunung Lawu disebelah timur dan Merapi sebelah barat dengan ketinggian ± 92 m di atas permukaan laut dan berada pada pertemuan Sungai Pepe, Jenes dan Bengawan Solo. Posisi Kota Solo sangat strategis di jalur lalu lintas ekonomi perdagangan maupun kepariwisataan diantara Yogyakarta – Solo – Semarang, Surabaya

– Bali.

(63)

commit to user

63

pertanian 210,83 ha dan lain-lain 461,16 ha. Kota Surakarta terbagi dalam lima kecamatan, yaitu Kecamatan Laweyan, Serengan, Pasar kliwon, Jebres dan Banjarsari. Kelima kecamatan tersebut terdiri dari 51 kelurahan yang masing-masing kecamatan terdiri dari; Kecamatan laweyan 11 kelurahan, Kecamatan Serengan 7 kelurahan, Kecamatan Pasar Kliwon 9 kelurahan, Kecamatan Banjarsari 13 kelurahan, Kecamatan Jebres 11 kelurahan, dan ke-51 kelurahan tersebut terdiri dari 592 RW, 2.645 RT dan 129.380 KK.

2. Kependudukan

Berdasarkan sensus penduduk Tahun 2010 jumlah penduduk Kota Surakarta 500.642 jiwa, dimana jumlah perempuan lebih banyak dari pada laki-laki, yaitu 257.279 perempuan dan 243.363 laki-laki. Kecamatan Banjarsari merupakan kecamatan yang paling banyak jumlah penduduknya, yaitu sebanyak 157.438 jiwa (31,45%). Kemudian disusul Kecamatan Jebres sebanyak 27,9 persen dari total penduduk atau 138.624 jiwa. Jumlah penduduk Kecamatan laweyan dan Pasar Kliwon berturut-turut yaitu 86.315 dan 74.145 jiwa. Sedangkan Kecamatan dengan jumlah penduduk paling sedikit yaitu Serengan sejumlah 44.120 jiwa dengan persentase 8,81 persen dari jumlah keseluruhan penduduk.

(64)

commit to user

64

lagi adanya kaum commuters yang jumlahnya tidak kalah banyak. Laju pertumbuhan Kota Surakarta selama periode tahun 2000-2010 mengalami penurunan yang signifikan yaitu 0,25 persen jauh dibawah angka laju petumbuhan Jawa Tengah yaitu 0,46 persen.

3. Potensi Wilayah

Kota Surakarta merupakan kota budaya di Jawa Tengah dengan mengusung slogan “Solo The Spirit Of Java“ yang menjadi trend setter kota / kabupaten lain terutama di bidang ekonomi dan budaya. Meskipun luas wilayahnya tidak begitu besar dan Sumber Daya Alamnya (SDM) tidak melimpah namun Kota Solo mempunyai potensi yang luar biasa. Dengan memanfaatkan semua kelebihan yang ada di dalamnya, Surakarta mampu menyerap perhatian daerah lain bahkan mancanegara.

Keraton, batik dan Pasar Klewer adalah tiga hal yang menjadi simbol identitas Kota Surakarta. Eksistensi Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan Pura Mangkunegaran menjadikan Solo sebagai poros, sejarah, seni dan budaya yang memiliki nilai jual. Seni dan pembatikan Solo menjadi pusat batik di Indonesia. Apalagi setelah resmi dibuka Kampung Batik Laweyan menjadi ikon area penuh dengan wisata batik dari proses pembuatanya sampai penjualannya. Pariwisata dan perdagangan tidak bisa dipisahkan, keduanya saling mendukung meningkatkan sektor ekonomi.

(65)

commit to user

65

dasar protein harus bergantung daerah lain karena keterbatasan lahan. Secara kumulatif, sektor tersier yang terdiri dari usaha perdagangan, hotel, dan restoran, angkutan, dan komunikasi serta jasa. Terdapat beberapa industri pengolahan yang didominasi oleh industri rumah tangga, kebanyakan industri bergerak dalam bidang pembuatan batik dan pakaian jadi yang hasilnya mencapai pasar internasional.

B. Gambaran umum Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Dan Aset Kota

Surakarta

Dinas pendapatan, Pengelolaan, Keuangan dan Aset Kota Surakarta sesuai dengan Perda Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta dan ditindaklanjuti dengan Peraturan Walikota Nomor 24 tahun 2008 tentang Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta.

Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta mempunyai tugas pokok menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang pendapatan, pengelolaan keuangan, dan aset. Melaksanakan tugas pokok tersebut, Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset mempunyai fungsi sebagai berikut :

a. Penyelenggaraan kesekretariatan dinas

(66)

commit to user

66

c. Penyelenggaraan pendaftaran dan pendataan wajib pajak dan wajib retribusi

d. Pelaksanaan perhitungan, penetapan dan angsuran pajak dan retribusi

e. Pengelolaan dan pembukuan penerimaan pajak dan retribusi serta pendapatan lain

f. Pelaksanaan penagihan atas keterlambatan pajak, retribusi dan pendapatan lain

g. Penyelenggaraan pengelolaan anggaran, perbendaharaan dan akuntansi

h. Pengelolaan asset barang daerah

i. Penyiapan penyusunan, perubahan dan perhitungan anggaran pendapatan dan belanja daerah

j. Penyelenggaraan administrasi keuangan daerah k. Penyelenggaraan sosialisasi

l. Pembinaan jabatan fungsional

m. Pengelolaan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) 1. Susunan Organisasi DPPKA Surakarta

Sesuai dengan Perda Kota Surakarta Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta Bagian Keempat belas Pasal 35, Susunan Organisasi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset adalah sebagai berikut :

Gambar

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran ....................................................
Tabel 1.1
Tabel 1.2 Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Hotel Kota Surakarta
Tabel 2.1  Jenis dan Tarif Pajak Daerah Kota Surakarta
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan kondisi sosial dan politik eksil di Prancis dalam novel Pulang karya Leila S.. Chudori dan implikasi pada pembelajaran sastra di

--- Demikian Berita Acara ini dibuat, dengan sebenar-benarnya, ditutup di Sukabumi pada hari Selasa tanggal dua bulan Februari tahun dua ribu enam belas pukul dua belas

Logistik higienis adalah disiplin yang berkaitan dengan pengelolaan aliran barang higienis ( flow of hygienic goods ), aliran informasi ( flow of information ), dan aliran

TK 13 selanjutnya ke arah Timur menyusuri as (median line) Sungai Konaweha sampai pada PABU-18 dengan koordinat 4°00'59.999" LS dan 122°19'49.100" BT yang terletak di

Pasal-pasal dari Konstitusi RIS yang memungkinkan dilaksanakannya penggabungan daerah dan negara bagian ke dalam daerah dan negara bagian yang lain adalah pasal ….. Syarat

Tujuan Pelaksanaan Program Pelatihan Kewirausahaan dan Ekonomi Kreatif PT PII (Persero) Entrepreneurship meliputi: menyediakan peluang pembukaan lapangan usaha baru

Saw.SM, Tong L, Chua WH, Koh D, Tan DTH.Katz J.Incidence and Progression of Myopia in Singapore School Children.Investigative Ophthalmology and Visual Science, January

Sistem bonus untuk driver yang diterapkan pada perusahaan Go-Jek cabang Purwokerto sudah sesuai dengan konsep ji‘a>lah dalam hukum Islam, baik dilihat dari