• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSALINAN BAYI BARU LAHIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERSALINAN BAYI BARU LAHIR"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN)

DISUSUN OLEH

TIM

PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES GORONTALO

TAHUN 2013

ASUHAN KEBIDANAN

(2)

DAFTAR ISI

Daftar Isi ... 2

Pendahuluan ... 3

(3)

PENDAHULUAN

Kematian ibu yang menjadi indikator penting dalam peningkatan

kesehatan wanita pada masa sekarangmenjadi factor yang harus

diperhatikan. Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2007

menyatakan masih tingginya Angka Kematian Ibu yaitu mencapai 228 per

100.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu yang masih tinggi

memerlukan pengkajian ulang yang menjadi sebabnya. Penyebab

kematian ibu masih merupakan Trias yaitu perdarahan ( 67 % ), infeksis ( 8

% ), gestosis ( 7 % ) dan lain – lain. Sedangkan sebab kematian perinatal

terutama oleh asfiksia, BBLR

Dari uraian diatas maka penting bagi petugas kesehatan memantau

persalinan untuk mendeteksi dini adanya komplikasi yang memerlukan

penanganan khusus, apabila tanpa komplikasi baiknya tidak mengabaikan

asuhan sayang ibu. Dengan memberikan asuhan persalinan normal

diharapkan dapat menghindari keadaan fisiologi menjadi patologi yang

dapat menyebabkan kematian.

KOMPETENSI DASAR

Setelah melaksanakan pembelajaran praktikum diharapkan mahasiswa

dapat memahami danmemberikan asuhan pada persalinan normal

KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN

1) Mempersiapkan alat-alat untuk tindakan persalinan

2) Mengelola ibu dalam proses persalinan

3) Membantu ibu dalam proses kelahiran

4) Memberikan pertolongan pada bayi baru lahir

(4)

KEGIATAN BELAJAR

Kegiatan Belajar : Memberikan Asuhan persalinan Normal

1. URAIAN MATERI

1) Komplikasi obstetri yang menyebabkan tingginya kasus kesakitan

dan kematian ibu di banyak negara berkembang, yaitu :

a) Perdarahan pasca persalinan

b) Eklampsia

c) Sepsis

d) Keguguran

e) Hipotermia

2) Komplikasi obstetri yang menyebabkan tingginya kasus kesakitan

dan kematian neonatus, yaitu :

a) Hipotermia

b) Asfiksia

3) Fokus asuhan kesehatan ibu selama 2 dasawarsa terakhir, yaitu :

a) Keluarga berencana

b) Asuhan antenatal terfokus

c) Asuhan pasca keguguran

d) Persalinan yang bersih dan aman serta pencegahan komplikasi

e) Penatalaksanaan komplikasi

4) Fokus utama asuhan persalinan normal telah mengalami pergeseran

paradigma. Dulu fokus utamanya adalah menunggu dan menangani

komplikasi namun sekarang fokus utamanya adalah mencegah

terjadinya komplikasi selama persalinan dan setelah bayi lahir

sehingga akan mengurangi kesakitan dan kematian ibu serta bayi

baru lahir.

5) Contoh pergeseran paradigma asuhan persalinan normal, yaitu :

a) Mencegah perdarahan pasca persalinan yang disebabkan oleh

atoni uteri.

(5)

c) Mencegah terjadinya retensio plasenta.

d) Mencegah partus lama.

e) Mencegah asfiksia bayi baru lahir.

6) Upaya preventif terhadap perdarahan pasca persalinan berupa :

a) Manipulasi seminimal mungkin.

b) Penatalaksanaan aktif kala III.

c) Mengamati dan melihat kontraksi uterus pasca persalinan.

7) Pencegahan retensio plasenta dengan cara mempercepat proses

separasi dan melahirkan plasenta dengan memberikan uterotonika

segera setelah bayi lahir dan melakukan penegangan tali pusat

terkendali. Upaya ini disebut juga penatalaksanaan aktif kala III.

8) Upaya mencegah partus lama berupa :

a) Menggunakan partograf untuk memantau kondisi ibu dan

janinnya serta kemajuan proses persalinan.

b) Mengharapkan dukungan suami dan kerabat ibu.

9) Upaya mencegah asfiksia bayi baru lahir secara berurutan, yaitu

a) Membersihkan mulut dan jalan napas sesaat setelah ekspulsi

kepala

b) Menghisap lendir secara benar.

c) Segera mengeringkan dan menghangatkan tubuh bayi.

10) Tujuan asuhan persalinan normal yaitu mengupayakan

kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi

bagi ibu dan bayinya melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan

lengkap serta intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan

kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat optimal.

11) Praktek-praktek pencegahan yang akan dijelaskan pada asuhan

persalinan normal meliputi :

a) Mencegah infeksi secara konsisten dan sistematis.

b) Memberikan asuhan rutin dan pemantauan selama persalinan

(6)

c) Memberikan asuhan sayang ibu secara rutin selama persalinan,

pasca persalinan dan nifas.

d) Menyiapkan rujukan ibu bersalin atau bayinya.

e) Menghindari tindakan-tindakan berlebihan atau berbahaya.

f) Penatalaksanaan aktif kala III secara rutin.

g) Mengasuh bayi baru lahir.

h) Memberikan asuhan dan pemantauan ibu dan bayinya.

i) Mengajarkan ibu dan keluarganya untuk mengenali secara dini

bahaya yang mungkin terjadi selama masa nifas pada ibu dan

bayinya.

j) Mendokumentasikan semua asuhan yang telah diberikan.

12) Membuat Keputusan Klinik Ada 5 dasar asuhan persalinan yang

13) Ada 4 langkah proses pengambilan keputusan klinik, yaitu :

1. Pengumpulan data

a. Data subjektif

b. Data objektif

2. Diagnosis

3. Penatalaksanaan asuhan atau perawatan

a. Membuat rencana

b. Melaksanakan rencana

4. Evaluasi

a. Pengumpulan Data

Penolong persalinan mengumpulkan data subjektif dan

data objektif dari klien. Data subjektif adalah informasi yang

(7)

dialami dan apa yang telah dialami, termasuk informasi

tambahan dari anggota keluarga tentang status ibu. Data

objektif adalah informasi yang dikumpulkan berdasarkan

pemeriksaan / pengantar terhadap ibu atau bayi baru lahir.

Cara mengumpulkan data, yaitu :

a) Berbicara dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan

tentang kondisi ibu dan riwayat perjalanan penyakit.

b) Mengamati tingkah laku ibu apakah terlihat sehat atau

sakit, nyaman atau terganggu (kesakitan).

c) Melakukan pemeriksaan fisik.

d) Melakukan pemeriksaan tambahan lainnya bila perlu,

misalnya pemeriksaan laboratorium.

b. Diagnosis

Membuat diagnosa secara tepat dan cepat setelah

data dikumpulkan dan dianalisa. Pencarian dan pengumpulan

data untuk diagnosis merupakan proses sirkuler (melingkar)

yang berlangsung secara terus-menerus bukan proses linier

(berada pada satu garis lurus). Diagnosis terdiri atas

diagnosis kerja dan diagnosis defenitif. Diagnosis kerja diuji

dan dipertegas atau dikaji ulang berdasarkan pengamatan

dan temuan yang diperoleh secara terus-menerus. Setelah

dihasilkan diagnosis defenitif barulah bidan dapat

merencanakan penataksanaan kasus secara tepat.

Untuk membuat diagnosa :

1) Pastikan bahwa data-data yang ada dapat mendukung

diagnosa.

2) Mengantisipasi masalah atau penyulit yang mungkin

terjadi setelah diagnosis defenitif dibuat.

3) Memperhatikan kemungkinan sejumlah diagnosa

(8)

c. Penatalaksanan Asuhan Atau Perawatan

Rencana penatalaksanaan asuhan dan perawatan

disusun setelah data terkumpul dan diagnosis defenitif

ditegakkan. Setelah membuat rencana asuhan, laksanakan

rencana tersebut tepat waktu dan mengacu pada

keselamatan klien.

Pilihan intervensi efektif dipengaruhi oleh :

1. Bukti-bukti klinik

2. Keinginan dan kepercayaan ibu

3. Tempat dan waktu asuhan

4. Perlengkapan, bahan dan obat-obatan yang tersedia

5. Biaya yang diperlukan

6. Tingkat keterampilan dan pengalaman penolong persalinan

7. Akses , transportasi, dan jarak ke tempat rujukan

8. Sistem dan sumber daya yang mendukung ibu (suami,

anggota keluarga, sahabat).

d. Evaluasi

Penatalaksanaan yang telah dikerjakan harus

dievaluasi untuk menilai tingkat efektivitasnya. Tentukan

apakah perlu dikaji ulang atau diteruskan sesuai dengan

kebutuhan saat itu atau kemajuan pengobatan.

Jadi proses pengumpulan data, membuat diagnosa,

penatalaksanaan intervensi atau tindakan dan evaluasi

merupakan proses sirkuler (melingkar) yang saling berhubungan.

2. PETUNJUK PRAKTIKUM

a. Perhatikan petunjuk pelaksanaan Prosedur

(9)

3. PROSEDUR PELAKSANAAN

0 Jika tidak dilakukan

1 Jika dilakukan tetapi kurang sempurna

2 Jika dilakukan dengan benar

a. Alat dan bahan

1. 1 set phantom persalinan (panggul persalinan, bayi, dan

plasenta)

2. Tensimeter dan stetoskop

3. Termometer

4. Stetoskop monokuler

5. 1 set alat pelindung diri (celemek, topi, kacamata, masker,

dan alas kaki tertutup)

6. 1 set alat persalinan DTT dalam tempatnya:

a) 2 buah arteri klem

b) 1 buah ½ kokher

c) 1 buah gunting episiotomy

d) 1 buah gunting tali pusat

e) 1 buah pinset anatomis

f) Kain kasa

g) Benang tali pusat

7. Oksitosin injeksi & spuit 1 cc

8. Jam yang bersecond

9. 1 buah bengkok

10. 1 lembar kain atas perut ibu

11. 2 lembar handuk/selimut bayi

12. 1 set pakaian ibu

13. 1 topi bayi

14. 1 lembar selimut

15. Larutan klorin 0,5% dalam tempatnya

(10)

17. Larutan clorin dalam spray untuk membersihkan celemek

dengan menyemprotkan

18. 1 waslap

19. 1 set alat cuci tangan air mengalir dengan sabun dan handuk

20. 1 buah ember untuk sampah basah

21. 1 buah ember untah sampah kering

22. 1 buah ember untuk alat tenun kotor

b. Prosedur Pelaksanaan Asuhan Persalinan Normal

ASUHAN PERSALINAN NORMAL

Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :

1. Perlu perbaikan : langkah tidak dikerjakan atau tidak sesuai dengan yang seharusnya atau urutannya tidak sesuai

2. Mampu : langkah dikerjakan sesuai dengan yang seharusnya dan urutannya (Jika harus berurutan)

3. Mahir : Langkah dikerjakan dengan benar, sesuai urutannya dan waktu kerja sangat efisien

4. langkah tidak diamati (penilai menganggap langkah tertentu tidak perlu diperagakan )

I. MENGENALI GEJALA DAN TANDA KALA II

LANGKAH NILAI

1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan

kala II

 ibu merasa ada dorongan untuk meneran  ibu merasakan tekanan yang semakin

meningkat pada rektum dan vagina  perineum tampak menonjol

 vulva dan spinter ani menonjol

(11)

II. MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN

LANGKAH NILAI

2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan

obat-obatan esensial untuk menolong

persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu

dan bayi baru lahir. Untuk asfiksia : tempat

datar dan keras, 2 kain dan 1 handuk bersih

dan kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60

cm dari tubuh bayi

 Menggelar kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal bahu bayi

 Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set

3. Pakai celemek plastik

4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan

yang dipakai, cuci tangan dengan sabun dan air

bersih mengalir, kemudiain keringkan dengan

tissu atau handuk pribadi yang bersih dan

kering

5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang

akan digunakan untuk periksa dalam

6. Masukkan oksitocin ke tabung suntik (gunakan

tangan yang memakai sarung tangan DTT dan

steril (pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat

suntik )

(12)

III. MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN KEADAAN JANIN

(dekontaminasi, lepaskan dan rendam dalam

larutan klorin 0,5 % )

9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara

mencelupkan tangan yang masih memakai

dalam batas normal (120-160 x/menit)

(13)

LANGKAH NILAI  Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ

tidak normal

 Mendokumantasikan hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf

1 2 3 4

diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman )

13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu

merasa ada dorongan kuat untuk meneran :  Bimbing ibu agar dapat meneran secara

benar dan efektif

 Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran apabila

caranya tidak sesuai

 Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (kecuali posisi berbaring

terlentang dalam waktu yang lama )  Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara

kontraksi

(14)

LANGKAH NILAI  Anjurkan keluarga memberi dukungan dan

semangat untuk ibu

 Berikan cukup asupan cairan peroral (minum)  Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai  Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan

segera lahir setelah 120 menit (2 jam) meneran

(primigravida) atau 60 menit meneran

(multigravida)

 Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman, jika ibu

belum merasa ada dorongan untuk meneran

dalam 60 menit

1 2 3 4

V. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI

LANGKAH NILAI

14. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan

bayi ) di perut ibu, jika kepala bayi telah

membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm

15. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di

bawah bokong ibu

16. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali

kelengkapan alat dan bahan

17. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan

(15)

VI. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI

terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran

bayi :

pegang secara biparietal . Anjurkan ibu untuk

meneran saat kontraksi . Dengan lembut

gerakkan kepala ke arah bawah dan distal

hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis

dan kemudian gerakkan ke arah atas dan distal

untuk melahirkan bahu belakang

(16)

LAHIRNYA BADAN DAN TUNGKAI

23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah

ke arah perineum ibu untuk menyanggah

kepala, lengan dan siku sebelah bawah .

Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan

memegang lengan dan siku sebelah atas

24. Setelah tubuh dan lengan lahir,penelusuran

tangan atas berlanjut ke punggung,

bokong,tungkai, dan kaki. Pegang kedua mata

kaki dan pegang masing-masing mata kaki

dengan ibu jari dan jari-jari lainnya.

1 2 3 4

VII. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR

LANGKAH NILAI

25. Lakukan penilaian (selintas)

 Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas tanpa kesulitan ?

 Apakah bayi bergerak dengan aktif ?

 Jika bayi tidak menangis, tidak bernafas atau megap-megap lakukan langkah resusitasi pada

asfiksia bayi baru lahir

26. Keringkan tubuh bayi

Keringkan tubuh mulai dari muka, kepala dan

bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan

tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk

basah dengan handuk /kain yang kering. Biarkan

bayi di atas perut ibu

27. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak

ada lagi bayi dalam (hamil tunggal)

(17)

LANGKAH NILAI 28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin

agar uterus berkontraksi baik

29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan

oksitosin 10 unit IM (intramuskuler) di 1/3 paha

atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi

sebelum menyuntiikan oksitosin)

30. setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat

dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.

Mendorong tali pusat ke arah distal (ibu ) dan

jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem

pertama

31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat

 Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi) dan lakukan

pengguntingan tali pusat diantara 2 klem

tersebut.

 Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali

benang tersebut dan mengikatya dengan

simpul kunci pada sisi lainnya

 Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan .

32. Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit

bayi .Letakkan bayi tengkurap di dada ibu.

(18)

VIII. PENATALAKSANAAN AKTIF PERSALINAN KALA III

LANGKAH NILAI

33. Pindahkan klem berjarak 5 – 10 cm dari vulva

34. Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu,

di tepi atas simpisis, untuk mendeteksi . Tangan

lain menegangkan tali pusat

35. Setelah uterus berkontraksi , tegangkan tali pusat

ke arah bawah sambil tangan yang lain mendorong

uterus ke arah belakang – atas (dorso kranial )

secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri ).

Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik,

hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga

timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur di

atas.

 Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu,

suami atau anggota keluarga untuk melakukan

kranial hingga plasenta terlepas, minta ibu

meneran sambil penolong menarik tali pusat

dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah

atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan

tekanan dorso kranial) Usahakan kepala bayi

berada di antara payudara ibu dengan posisi lebih

rendah dari puting payudara ibu. Selimuti ibu dan

bayi dengan kain hangat dan pasang topi di

kepala bayi.

(19)

LANGKAH NILAI

2. lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung

kemih penuh

3. minta keluarga untuk menyiapkan rujukan

4. ulangi penegangan tali pusat 15 menit

berikutnya

5. jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah

bayi lahir atau bila terjadi perdarahan segera

lakukan plasenta manual

37. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan

plasenta dengan kedua tangan. Pegang dan

putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin

kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada

wadah yang telah disediakan

 Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa

selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau

klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian

selaput yang tertinggal

RANGSANGAN TAKTIL (MASASE) UTERUS

38. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir,

lakukan massase uterus, letakkan telapak tangan

di fundus dan lakukan masase dengan gerakan

melingkar dengan lembut hingga uterus

berkontraksi (fundus teraba keras)

(20)

IX. MENILAI PERDARAHAN

LANGKAH NILAI

39. Periksa kedua sisi plasaenta baik bagian ibu

maupun bayi dan pastikan selaput ketuban

lengkap dan utuh. Masukkan plasenta ke dalam

kantung plastik atau tempat khusus

40. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan

perineum . Lakukan penjahitan bila laserasi

menyebabkan perdarahan . Bila ada robekan

yang menimbulkan perdarahan aktif segera

lakukan penjahitan

1 2 3 4

X. MELAKUKAN PROSEDUR PASCA TINDAKAN

LANGKAH NILAI

41. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan

tidak terjadi perdarahan pervaginam

42. biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit

di dada ibu paling sedikit 1 jam

 sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisisasi menyusui dini dalam waktu 30 – 60

menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung

sekitar 10 – 15 menit. Bayi cukup menyusu dari

satu payudara

 biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu

43. Setelah satu jam, lakukan penimbangan /

pengukuran bayi. Beri tetes mata antibiotik

profilaksis dan vitamin K, 1 mg intra muskuler di

paha kiri antero lateral

(21)

LANGKAH NILAI

44. Setelah satu jam pemberian vitamin K, berikan

suntikan imunisasi Hepatitis B di paha kanan

anterolateral

45. letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar

sewaktu-waktu bisa disusukan

46. Letakkan kembali pada dada ibu, bila bayi belum

berhasil menyusu di dalam satu jam pertama dan

biarkan sampai bayi berhasil menyusu

EVALUASI

47. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah

perdarahan pervaginam

 2 – 3 Kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan

48. Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca

persalinan

49. Setiap 20 – 30 menit pada jam kedua pasca

persalinan

 Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan sesuai untuk

menatalaksan atonia uteri

50. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase

uterus dan menilai kontraksi

51. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah

52. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih

setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca

persalinan dan setiap 30 menit selama jam

kedua pasca persalinan

(22)

LANGKAH NILAI

53. Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam

selama 2 jam pertama pasca persalinan

54. Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan

yang tidak normal

55. Periksa kembali bayi untuk pastikan bahwa bayi

bernafas dengan baik (40-60 kali/menit) serta suhu

tubuh normal (36,5 – 37,5)

KEBERSIHAN DAN KEAMANAN

56. Tempatkan semua peralatan bekas papkai dalam

larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10

menit) . cuci dan bilas peralatan setelah di

dekontaminasi

 Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat yang sesuai

57. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT.

Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah.

Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan

kering

 Pastikan ibu merasa nyaman . Bantu ibu

memberikan ASI. Anjurkan keluarga untuk

memberi minuman dan makanan yang

diinginkannya Dekontaminasi tempat bersalin

dengan larutan klorin 0,5 %

58. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan

klorin 0,5 % balikkan bagian dalam ke luar dan

rendam dalam larutan klorin 0,5 % selama 10

menit

(23)

LANGKAH NILAI

59. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air

mengalir

DOKUMENTASI

60. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang.

Periksa tanda vital dan asuhan Kala IV

1 2 3 4

Referensi

Dokumen terkait

Segenap Bapak dan Ibu Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan selama kuliah.i. Kedua orang tua,

Pada kegiatan bisnis ekspor di PT Batik Danar Hadi, komunikasi yang.. paling sering digunakan adalah surat

Jadwal Pembimbingan Akademik Program Studi Teknik Industri UAJY untuk Kegiatan Pembimbingan Pengisian KRS Semester

Adapun Kegiatan penyuluhan tentang gizi seimbang selanjutnya diberikan kepada murid SD secara via daring lewat aplikasi Zoom clouds meeting. Hal ini disebabkan mengingat

Kakiay (2003, p1) mengemukakan definisi simulasi sebagai suatu sistem yang digunakan untuk memecahkan atau menguraikan persoalan-persoalan dalam kehidupan nyata yang penuh

Bahasa Bali merupakan salah satu bahasa daerah besar di Indonesia, yang memiliki tradisi lisan dan tulis. Sebagai tradisi lisan bahasa Bali eksis digunakan sebagai alat komunikasi intrapenutur pada masyarakat Bali,

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan keamanan pangan, dan praktek keamanan pangan pada siswa dari kelas 3, 4 dan 5 SD

Konstruksi sistem suspensi diatas bekerja menjadi satu kesatuan juga, seperti pada sistem suspensi depan. Konstruksi sistem suspensi belakang tersebut bertujuan untuk