ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN)
DISUSUN OLEH
TIM
PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES GORONTALO
TAHUN 2013
ASUHAN KEBIDANAN
DAFTAR ISI
Daftar Isi ... 2
Pendahuluan ... 3
PENDAHULUAN
Kematian ibu yang menjadi indikator penting dalam peningkatan
kesehatan wanita pada masa sekarangmenjadi factor yang harus
diperhatikan. Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2007
menyatakan masih tingginya Angka Kematian Ibu yaitu mencapai 228 per
100.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu yang masih tinggi
memerlukan pengkajian ulang yang menjadi sebabnya. Penyebab
kematian ibu masih merupakan Trias yaitu perdarahan ( 67 % ), infeksis ( 8
% ), gestosis ( 7 % ) dan lain – lain. Sedangkan sebab kematian perinatal
terutama oleh asfiksia, BBLR
Dari uraian diatas maka penting bagi petugas kesehatan memantau
persalinan untuk mendeteksi dini adanya komplikasi yang memerlukan
penanganan khusus, apabila tanpa komplikasi baiknya tidak mengabaikan
asuhan sayang ibu. Dengan memberikan asuhan persalinan normal
diharapkan dapat menghindari keadaan fisiologi menjadi patologi yang
dapat menyebabkan kematian.
KOMPETENSI DASAR
Setelah melaksanakan pembelajaran praktikum diharapkan mahasiswa
dapat memahami danmemberikan asuhan pada persalinan normal
KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN
1) Mempersiapkan alat-alat untuk tindakan persalinan
2) Mengelola ibu dalam proses persalinan
3) Membantu ibu dalam proses kelahiran
4) Memberikan pertolongan pada bayi baru lahir
KEGIATAN BELAJAR
Kegiatan Belajar : Memberikan Asuhan persalinan Normal
1. URAIAN MATERI
1) Komplikasi obstetri yang menyebabkan tingginya kasus kesakitan
dan kematian ibu di banyak negara berkembang, yaitu :
a) Perdarahan pasca persalinan
b) Eklampsia
c) Sepsis
d) Keguguran
e) Hipotermia
2) Komplikasi obstetri yang menyebabkan tingginya kasus kesakitan
dan kematian neonatus, yaitu :
a) Hipotermia
b) Asfiksia
3) Fokus asuhan kesehatan ibu selama 2 dasawarsa terakhir, yaitu :
a) Keluarga berencana
b) Asuhan antenatal terfokus
c) Asuhan pasca keguguran
d) Persalinan yang bersih dan aman serta pencegahan komplikasi
e) Penatalaksanaan komplikasi
4) Fokus utama asuhan persalinan normal telah mengalami pergeseran
paradigma. Dulu fokus utamanya adalah menunggu dan menangani
komplikasi namun sekarang fokus utamanya adalah mencegah
terjadinya komplikasi selama persalinan dan setelah bayi lahir
sehingga akan mengurangi kesakitan dan kematian ibu serta bayi
baru lahir.
5) Contoh pergeseran paradigma asuhan persalinan normal, yaitu :
a) Mencegah perdarahan pasca persalinan yang disebabkan oleh
atoni uteri.
c) Mencegah terjadinya retensio plasenta.
d) Mencegah partus lama.
e) Mencegah asfiksia bayi baru lahir.
6) Upaya preventif terhadap perdarahan pasca persalinan berupa :
a) Manipulasi seminimal mungkin.
b) Penatalaksanaan aktif kala III.
c) Mengamati dan melihat kontraksi uterus pasca persalinan.
7) Pencegahan retensio plasenta dengan cara mempercepat proses
separasi dan melahirkan plasenta dengan memberikan uterotonika
segera setelah bayi lahir dan melakukan penegangan tali pusat
terkendali. Upaya ini disebut juga penatalaksanaan aktif kala III.
8) Upaya mencegah partus lama berupa :
a) Menggunakan partograf untuk memantau kondisi ibu dan
janinnya serta kemajuan proses persalinan.
b) Mengharapkan dukungan suami dan kerabat ibu.
9) Upaya mencegah asfiksia bayi baru lahir secara berurutan, yaitu
a) Membersihkan mulut dan jalan napas sesaat setelah ekspulsi
kepala
b) Menghisap lendir secara benar.
c) Segera mengeringkan dan menghangatkan tubuh bayi.
10) Tujuan asuhan persalinan normal yaitu mengupayakan
kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi
bagi ibu dan bayinya melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan
lengkap serta intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan
kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat optimal.
11) Praktek-praktek pencegahan yang akan dijelaskan pada asuhan
persalinan normal meliputi :
a) Mencegah infeksi secara konsisten dan sistematis.
b) Memberikan asuhan rutin dan pemantauan selama persalinan
c) Memberikan asuhan sayang ibu secara rutin selama persalinan,
pasca persalinan dan nifas.
d) Menyiapkan rujukan ibu bersalin atau bayinya.
e) Menghindari tindakan-tindakan berlebihan atau berbahaya.
f) Penatalaksanaan aktif kala III secara rutin.
g) Mengasuh bayi baru lahir.
h) Memberikan asuhan dan pemantauan ibu dan bayinya.
i) Mengajarkan ibu dan keluarganya untuk mengenali secara dini
bahaya yang mungkin terjadi selama masa nifas pada ibu dan
bayinya.
j) Mendokumentasikan semua asuhan yang telah diberikan.
12) Membuat Keputusan Klinik Ada 5 dasar asuhan persalinan yang
13) Ada 4 langkah proses pengambilan keputusan klinik, yaitu :
1. Pengumpulan data
a. Data subjektif
b. Data objektif
2. Diagnosis
3. Penatalaksanaan asuhan atau perawatan
a. Membuat rencana
b. Melaksanakan rencana
4. Evaluasi
a. Pengumpulan Data
Penolong persalinan mengumpulkan data subjektif dan
data objektif dari klien. Data subjektif adalah informasi yang
dialami dan apa yang telah dialami, termasuk informasi
tambahan dari anggota keluarga tentang status ibu. Data
objektif adalah informasi yang dikumpulkan berdasarkan
pemeriksaan / pengantar terhadap ibu atau bayi baru lahir.
Cara mengumpulkan data, yaitu :
a) Berbicara dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
tentang kondisi ibu dan riwayat perjalanan penyakit.
b) Mengamati tingkah laku ibu apakah terlihat sehat atau
sakit, nyaman atau terganggu (kesakitan).
c) Melakukan pemeriksaan fisik.
d) Melakukan pemeriksaan tambahan lainnya bila perlu,
misalnya pemeriksaan laboratorium.
b. Diagnosis
Membuat diagnosa secara tepat dan cepat setelah
data dikumpulkan dan dianalisa. Pencarian dan pengumpulan
data untuk diagnosis merupakan proses sirkuler (melingkar)
yang berlangsung secara terus-menerus bukan proses linier
(berada pada satu garis lurus). Diagnosis terdiri atas
diagnosis kerja dan diagnosis defenitif. Diagnosis kerja diuji
dan dipertegas atau dikaji ulang berdasarkan pengamatan
dan temuan yang diperoleh secara terus-menerus. Setelah
dihasilkan diagnosis defenitif barulah bidan dapat
merencanakan penataksanaan kasus secara tepat.
Untuk membuat diagnosa :
1) Pastikan bahwa data-data yang ada dapat mendukung
diagnosa.
2) Mengantisipasi masalah atau penyulit yang mungkin
terjadi setelah diagnosis defenitif dibuat.
3) Memperhatikan kemungkinan sejumlah diagnosa
c. Penatalaksanan Asuhan Atau Perawatan
Rencana penatalaksanaan asuhan dan perawatan
disusun setelah data terkumpul dan diagnosis defenitif
ditegakkan. Setelah membuat rencana asuhan, laksanakan
rencana tersebut tepat waktu dan mengacu pada
keselamatan klien.
Pilihan intervensi efektif dipengaruhi oleh :
1. Bukti-bukti klinik
2. Keinginan dan kepercayaan ibu
3. Tempat dan waktu asuhan
4. Perlengkapan, bahan dan obat-obatan yang tersedia
5. Biaya yang diperlukan
6. Tingkat keterampilan dan pengalaman penolong persalinan
7. Akses , transportasi, dan jarak ke tempat rujukan
8. Sistem dan sumber daya yang mendukung ibu (suami,
anggota keluarga, sahabat).
d. Evaluasi
Penatalaksanaan yang telah dikerjakan harus
dievaluasi untuk menilai tingkat efektivitasnya. Tentukan
apakah perlu dikaji ulang atau diteruskan sesuai dengan
kebutuhan saat itu atau kemajuan pengobatan.
Jadi proses pengumpulan data, membuat diagnosa,
penatalaksanaan intervensi atau tindakan dan evaluasi
merupakan proses sirkuler (melingkar) yang saling berhubungan.
2. PETUNJUK PRAKTIKUM
a. Perhatikan petunjuk pelaksanaan Prosedur
3. PROSEDUR PELAKSANAAN
0 Jika tidak dilakukan
1 Jika dilakukan tetapi kurang sempurna
2 Jika dilakukan dengan benar
a. Alat dan bahan
1. 1 set phantom persalinan (panggul persalinan, bayi, dan
plasenta)
2. Tensimeter dan stetoskop
3. Termometer
4. Stetoskop monokuler
5. 1 set alat pelindung diri (celemek, topi, kacamata, masker,
dan alas kaki tertutup)
6. 1 set alat persalinan DTT dalam tempatnya:
a) 2 buah arteri klem
b) 1 buah ½ kokher
c) 1 buah gunting episiotomy
d) 1 buah gunting tali pusat
e) 1 buah pinset anatomis
f) Kain kasa
g) Benang tali pusat
7. Oksitosin injeksi & spuit 1 cc
8. Jam yang bersecond
9. 1 buah bengkok
10. 1 lembar kain atas perut ibu
11. 2 lembar handuk/selimut bayi
12. 1 set pakaian ibu
13. 1 topi bayi
14. 1 lembar selimut
15. Larutan klorin 0,5% dalam tempatnya
17. Larutan clorin dalam spray untuk membersihkan celemek
dengan menyemprotkan
18. 1 waslap
19. 1 set alat cuci tangan air mengalir dengan sabun dan handuk
20. 1 buah ember untuk sampah basah
21. 1 buah ember untah sampah kering
22. 1 buah ember untuk alat tenun kotor
b. Prosedur Pelaksanaan Asuhan Persalinan Normal
ASUHAN PERSALINAN NORMAL
Nilailah setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :
1. Perlu perbaikan : langkah tidak dikerjakan atau tidak sesuai dengan yang seharusnya atau urutannya tidak sesuai
2. Mampu : langkah dikerjakan sesuai dengan yang seharusnya dan urutannya (Jika harus berurutan)
3. Mahir : Langkah dikerjakan dengan benar, sesuai urutannya dan waktu kerja sangat efisien
4. langkah tidak diamati (penilai menganggap langkah tertentu tidak perlu diperagakan )
I. MENGENALI GEJALA DAN TANDA KALA II
LANGKAH NILAI
1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan
kala II
ibu merasa ada dorongan untuk meneran ibu merasakan tekanan yang semakin
meningkat pada rektum dan vagina perineum tampak menonjol
vulva dan spinter ani menonjol
II. MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN
LANGKAH NILAI
2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan
obat-obatan esensial untuk menolong
persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu
dan bayi baru lahir. Untuk asfiksia : tempat
datar dan keras, 2 kain dan 1 handuk bersih
dan kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60
cm dari tubuh bayi
Menggelar kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal bahu bayi
Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set
3. Pakai celemek plastik
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan
yang dipakai, cuci tangan dengan sabun dan air
bersih mengalir, kemudiain keringkan dengan
tissu atau handuk pribadi yang bersih dan
kering
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang
akan digunakan untuk periksa dalam
6. Masukkan oksitocin ke tabung suntik (gunakan
tangan yang memakai sarung tangan DTT dan
steril (pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat
suntik )
III. MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN KEADAAN JANIN
(dekontaminasi, lepaskan dan rendam dalam
larutan klorin 0,5 % )
9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara
mencelupkan tangan yang masih memakai
dalam batas normal (120-160 x/menit)
LANGKAH NILAI Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ
tidak normal
Mendokumantasikan hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf
1 2 3 4
diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman )
13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu
merasa ada dorongan kuat untuk meneran : Bimbing ibu agar dapat meneran secara
benar dan efektif
Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran apabila
caranya tidak sesuai
Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (kecuali posisi berbaring
terlentang dalam waktu yang lama ) Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara
kontraksi
LANGKAH NILAI Anjurkan keluarga memberi dukungan dan
semangat untuk ibu
Berikan cukup asupan cairan peroral (minum) Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan
segera lahir setelah 120 menit (2 jam) meneran
(primigravida) atau 60 menit meneran
(multigravida)
Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman, jika ibu
belum merasa ada dorongan untuk meneran
dalam 60 menit
1 2 3 4
V. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI
LANGKAH NILAI
14. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan
bayi ) di perut ibu, jika kepala bayi telah
membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm
15. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di
bawah bokong ibu
16. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali
kelengkapan alat dan bahan
17. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
VI. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI
terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran
bayi :
pegang secara biparietal . Anjurkan ibu untuk
meneran saat kontraksi . Dengan lembut
gerakkan kepala ke arah bawah dan distal
hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis
dan kemudian gerakkan ke arah atas dan distal
untuk melahirkan bahu belakang
LAHIRNYA BADAN DAN TUNGKAI
23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah
ke arah perineum ibu untuk menyanggah
kepala, lengan dan siku sebelah bawah .
Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan
memegang lengan dan siku sebelah atas
24. Setelah tubuh dan lengan lahir,penelusuran
tangan atas berlanjut ke punggung,
bokong,tungkai, dan kaki. Pegang kedua mata
kaki dan pegang masing-masing mata kaki
dengan ibu jari dan jari-jari lainnya.
1 2 3 4
VII. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR
LANGKAH NILAI
25. Lakukan penilaian (selintas)
Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas tanpa kesulitan ?
Apakah bayi bergerak dengan aktif ?
Jika bayi tidak menangis, tidak bernafas atau megap-megap lakukan langkah resusitasi pada
asfiksia bayi baru lahir
26. Keringkan tubuh bayi
Keringkan tubuh mulai dari muka, kepala dan
bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan
tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk
basah dengan handuk /kain yang kering. Biarkan
bayi di atas perut ibu
27. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak
ada lagi bayi dalam (hamil tunggal)
LANGKAH NILAI 28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin
agar uterus berkontraksi baik
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan
oksitosin 10 unit IM (intramuskuler) di 1/3 paha
atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi
sebelum menyuntiikan oksitosin)
30. setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat
dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.
Mendorong tali pusat ke arah distal (ibu ) dan
jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem
pertama
31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi) dan lakukan
pengguntingan tali pusat diantara 2 klem
tersebut.
Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali
benang tersebut dan mengikatya dengan
simpul kunci pada sisi lainnya
Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan .
32. Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit
bayi .Letakkan bayi tengkurap di dada ibu.
VIII. PENATALAKSANAAN AKTIF PERSALINAN KALA III
LANGKAH NILAI
33. Pindahkan klem berjarak 5 – 10 cm dari vulva
34. Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu,
di tepi atas simpisis, untuk mendeteksi . Tangan
lain menegangkan tali pusat
35. Setelah uterus berkontraksi , tegangkan tali pusat
ke arah bawah sambil tangan yang lain mendorong
uterus ke arah belakang – atas (dorso kranial )
secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri ).
Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik,
hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga
timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur di
atas.
Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu,
suami atau anggota keluarga untuk melakukan
kranial hingga plasenta terlepas, minta ibu
meneran sambil penolong menarik tali pusat
dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah
atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan
tekanan dorso kranial) Usahakan kepala bayi
berada di antara payudara ibu dengan posisi lebih
rendah dari puting payudara ibu. Selimuti ibu dan
bayi dengan kain hangat dan pasang topi di
kepala bayi.
LANGKAH NILAI
2. lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung
kemih penuh
3. minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
4. ulangi penegangan tali pusat 15 menit
berikutnya
5. jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah
bayi lahir atau bila terjadi perdarahan segera
lakukan plasenta manual
37. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan
plasenta dengan kedua tangan. Pegang dan
putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin
kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada
wadah yang telah disediakan
Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa
selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau
klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian
selaput yang tertinggal
RANGSANGAN TAKTIL (MASASE) UTERUS
38. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir,
lakukan massase uterus, letakkan telapak tangan
di fundus dan lakukan masase dengan gerakan
melingkar dengan lembut hingga uterus
berkontraksi (fundus teraba keras)
IX. MENILAI PERDARAHAN
LANGKAH NILAI
39. Periksa kedua sisi plasaenta baik bagian ibu
maupun bayi dan pastikan selaput ketuban
lengkap dan utuh. Masukkan plasenta ke dalam
kantung plastik atau tempat khusus
40. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan
perineum . Lakukan penjahitan bila laserasi
menyebabkan perdarahan . Bila ada robekan
yang menimbulkan perdarahan aktif segera
lakukan penjahitan
1 2 3 4
X. MELAKUKAN PROSEDUR PASCA TINDAKAN
LANGKAH NILAI
41. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan
tidak terjadi perdarahan pervaginam
42. biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit
di dada ibu paling sedikit 1 jam
sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisisasi menyusui dini dalam waktu 30 – 60
menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung
sekitar 10 – 15 menit. Bayi cukup menyusu dari
satu payudara
biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu
43. Setelah satu jam, lakukan penimbangan /
pengukuran bayi. Beri tetes mata antibiotik
profilaksis dan vitamin K, 1 mg intra muskuler di
paha kiri antero lateral
LANGKAH NILAI
44. Setelah satu jam pemberian vitamin K, berikan
suntikan imunisasi Hepatitis B di paha kanan
anterolateral
45. letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar
sewaktu-waktu bisa disusukan
46. Letakkan kembali pada dada ibu, bila bayi belum
berhasil menyusu di dalam satu jam pertama dan
biarkan sampai bayi berhasil menyusu
EVALUASI
47. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah
perdarahan pervaginam
2 – 3 Kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan
48. Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca
persalinan
49. Setiap 20 – 30 menit pada jam kedua pasca
persalinan
Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan sesuai untuk
menatalaksan atonia uteri
50. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase
uterus dan menilai kontraksi
51. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
52. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih
setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca
persalinan dan setiap 30 menit selama jam
kedua pasca persalinan
LANGKAH NILAI
53. Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam
selama 2 jam pertama pasca persalinan
54. Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan
yang tidak normal
55. Periksa kembali bayi untuk pastikan bahwa bayi
bernafas dengan baik (40-60 kali/menit) serta suhu
tubuh normal (36,5 – 37,5)
KEBERSIHAN DAN KEAMANAN
56. Tempatkan semua peralatan bekas papkai dalam
larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10
menit) . cuci dan bilas peralatan setelah di
dekontaminasi
Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat yang sesuai
57. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT.
Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah.
Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan
kering
Pastikan ibu merasa nyaman . Bantu ibu
memberikan ASI. Anjurkan keluarga untuk
memberi minuman dan makanan yang
diinginkannya Dekontaminasi tempat bersalin
dengan larutan klorin 0,5 %
58. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan
klorin 0,5 % balikkan bagian dalam ke luar dan
rendam dalam larutan klorin 0,5 % selama 10
menit
LANGKAH NILAI
59. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air
mengalir
DOKUMENTASI
60. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang.
Periksa tanda vital dan asuhan Kala IV
1 2 3 4