Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 12 TINGKAT PENGETAHUAN MEMPENGARUHI KEPATUHAN
MINUM OBAT PADA PENDERITA TUBERKULOSIS DI KECAMATAN BANJARSARI SURAKARTA
Knowledge Level Of Influence On Patients Compliance With Tuberculosis Drug Supply In City District Banjarsari Surakarta
Deki Suranto, Mulyaningsih
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta
ABSTRACT
Tuberculosis is an infectious disease directly caused by the Mycobacterium tuberculosis germ. Indonesia was ranked number of tuberculosis sufferers to III in the world, after India and China. Discovery of the tuberculosis sufferers number in Surakarta in 2014 as many as 319 cases. One of the Sub with the number of tuberculosis cases discovery most Kecamatan Banjarsari i.e. 75 cases. Knowledge tuberkuosis sufferers of pulmonary tuberculosis sufferers greatly affect pulmonary compliance in carrying out the program of treatment. Objectives is to find out the level of knowledge of the relationship towards compliance with medication in people with tuberculosis in Banjarsari Surakarta.
The study of analytical methods of experimentation with the non use of cross sectional design. Sampling sampling techniques using saturated, with total sample research as many as 36 people respondents, while the instrument research using questionnaires. Analysis using chi square test bivariat.
Results of Bivariat test results proved that the level of knowledge relating to compliance with medication (ρ _value = 0,012).
There is a relationship between the level of knowledge towards compliance with medication in people with tuberculosis in Banjarsari town of Surakarta.
Keywords: Degree of knowledge, Adherence, Patient
ABSTRAK
Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 13 kepatuhan penderita tuberkulosis paru dalam melaksanakan program pengobatan. Tujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan terhadap kepatuhan minum obat pada penderita tuberkulosis di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta.
Penelitian non eksperimen dengan metode analitik menggunakan rancangan cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan teknik sampling jenuh, dengan jumlah sampel penelitian sebanyak 36 orang responden, sedangkan instrument penelitian menggunakan kuesioner. Analisa bivariat menggunakan uji chi square.
Hasil uji bivariat membuktikan bahwa tingkat pengetahuan berhubungan dengan kepatuhan minum obat ( ).
Kesimpulan ada hubungan antara tingkat pengetahuan terhadap kepatuhan minum obat pada penderita tuberkulosis di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta.
Kata Kunci : Tingkat pengetahuan, Kepatuhan, Penderita
PENDAHULUAN
Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis.
Tuberkulosis merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama (Nurhayati, 2011).
Salah satu Negara berkembang yang terinfeksi kasus tuberkulosis adalah Indonesia. Indonesia menempati peringkat ke III jumlah penderita tuberkulosis didunia, setelah India (1.762.000) dan China (1.459.000).
Dengan masih adanya sekitar 430.000 pasien baru per tahun dan angka insiden 189/100.000 penduduk serta angka kematian akibat tuberkulosis sebesar 61.000 per tahun atau 27/100.000 penduduk (Kemenkes RI, 2011).
Dibandingkan dengan Provinsi lainnya di Indonesia, Provinsi Jawa Tengah menduduki rangking keempat
jumlah terbesar penderita tuberkulosis. Pada tahun 2014, penderita tuberkulosis di Propinsi Jawa Tengah sebesar 17.672
kasus. Pencapaian CDR di Jawa Tengah tahun 2008 s/d 2012 masih dibawah target yang ditetapkan sebesar 100%. Meskipun masih dibawah target yang ditentukan, pencapaian CDR tahun 2012 sebesar 58,45% lebih rendah dibanding tahun 2011 sebesar 59,52% (Dinkes Jawa Tengah, 2014).
Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 14 sedikit peningkatan namun belum
mencapai target Renstra Kota Surakarta yang ditetapkan yaitu sebesar 80%. Jika dilihat setiap Puskesmas yang CDR mencapai 80%. Jika dibandingkan angka Jawa Tengah yang sebesar 59%, maka pencapaian kota Surakarta lebih tinggi. Angka kesembuhan penyakit TB tahun 2013 sebesar 89,05%. Pada tahun 2014, mengalami peningkatan menjadi 87,36%. Ini masih dibawah target Renstra Kota Surakarta sebesar 98%, tetapi sudah diatas target nasional 85%. Terdapat lima Kecamatan dengan jumlah penemuan kasus tuberkulosis
BTA (+) terbanyak yaitu Kecamatan Banjarsari 75 kasus, Kecamatan Jebres 46 kasus, Kecamatan Laweyan 14 kasus,
Kecamatan Pasar Kliwon 35 kasus, dan Kecamatan Serengan 13 kasus (Dinas Kesehatan Kota Surakarta, 2014).
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Kecamatan Banjarsari pada tanggal 11 Januari 2016 diperoleh data melalui survey dari petugas Tuberkulosis di 6 Puskesmas yang berada di Wilayah Kecamatan Banjarsari terdapat sebanyak 36 kasus
Tuberkulosis dengan BTA (+) yaitu di Puskesmas Banyuanyar sebanyak 7 kasus, Puskesmas Manahan 8 kasus, Puskesmas Setabelan 1 kasus, Puskesmas Nusukan 7 kasus, Puskesmas Gilingan 8 kasus, Puskesmas Gambirsari 5 kasus (Rekam medik Puskesmas Kecamatan Banjarsari, 2016).
Atas dasar alasan yang diatas peneliti berasumsi bahwa pengetahuan penderita tuberkuosis paru sangat mempengaruhi kepatuhan penderita tuberkulosis paru dalam melaksanakan program pengobatan. Disamping pengetahuan yang mempengaruhi
kepatuhan, bahwa meningkatkan interaksi profesional kesehatan dengan pasien adalah salah satu hal yang
Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 15 program pengobatan tuberkulosis paru
yang ada.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas penulis dapat merumuskan masalah penelitian sebagai berikut “ Apakah ada hubungan tingkat pengetahuan terhadap kepatuhan minum obat pada penderita tuberkulosis di
Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan terhadap kepatuhan minum obat pada penderita tuberkulosis di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta.
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan
metode penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran atau observasi data variabel independen (bebas) dan variabel dependen (terikat) hanya satu kali pada
suatu saat.
Lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua pasien
tuberkulosis yang masih dalam pengobatan di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta sebanyak 36 pasien. Sampel yang digunakan adalah sampling jenuh, adapun jumlah sampelnya 36 responden. Instumen yang digunakan berupa kuesioner untuk variabel tingkat
pengetahuan dan kepatuhan minum obat. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Teknik analisa penelitian menggunakan teknik analisa univariat dan analisa bivariat dengan Chi Square untuk variabel berpasangan dan menggunakan skala ordinal.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dan Pembahasan
Tingkat pengetahuan tentang tuberkulosis paru
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Tentang Tuberkulosis
No Tingkat
pengetahuan frekuensi persentase 1 Kurang baik 12 33,3%
2 Baik 24 66,7%
Total 36 100,0%
Berdasarkan tabel 1 diatas menunjukan bahwa dari 36 penderita
Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 16 tingkat pengetahuan baik, yaitu sebanyak
24 responden (66,7%). Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran atau telinga dan indera penglihatan atau mata (Notoatmodjo, 2010).
Budiman dan Riyanto (2013) menyebutkan bahwa ada 6 faktor yang mempengaruhi pengetahuan diantaranya: Pendidikan, dilokasi penelitian ditemukan bahwa responden yang
memiliki pengetahuan baik rata-rata tingkat pendidikan SMA. Pendidikan adalah suatu usaha untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar sekolah (baik formal maupun non formal), berlangsung seumur hidup. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana seseorang dengan pendidikan tinggi, orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya.
Menurut Notoatmodjo (2010), pendidikan dapat membawa wawasan
atau pengetahuan seseorang. Secara umum seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Karuniawati et. Al (2015) yang menyatakan bahwa sebagian besar responden mempunyai pengetahuan baik sebanyak 29 responden (80 %). Begitu juga mendukung hasil penelitian dari Fitria dan Mutia (2016) dimana hasil penelitianya menunjukan bahwa tingkat
pengetahuan responden tentang tuberkulosis di Puskesmas Banyuanyar Surakarta sebagian besar dalam kategori
baik 9 responden (45%) dengan latar belakang pendidikan SLTA. Pendidikan secara langsung mendukung baiknya pemahaman mereka tentang pengetahuan salah satunya mengenai penyakit tuberkulosis. Tingkat pendidikan seseorang sangat mempengaruhi kerangka pikirnya.
Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 17 pengetahuan yang baik dan makin besar
kemampuannya dalam menyerap, menerima atau mengadopsi informasi. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin tinggi pula tingkat pemahamannya atau kepatuhannya terhadap pola hidup sehat, begitu pula sebaliknya. Tanpa adanya pengetahuan
yang baik maka tingkat kepatuhan minum obat penderita tuberkulosis tinggi, kurangnya pengetahuan dapat menumbuhkan perilaku yang tidak baik dalam menjalani proses pengobatan yaitu dapat memperpanjang proses pengobatan pada penderita tuberkulosis.
Kepatuhan minum obat tuberkulosis paru
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kepatuhan Minum Obat Tuberkulosis
No Kepatuhan minum obat
frekuensi persentase
1 Tidak patuh 15 41,7%
2 Patuh 21 58,3%
Total 36 100,0
%
Berdasarkan tabel 2 diatas menunjukan bahwa sebagian besar penderita tuberkulosis patuh dalam minum obat sebanyak 21 responden (58,3%). Kepatuhan adalah tingkat
perilaku individu (misalnya: minum obat, mematuhi diet atau melakukan perubahan gaya hidup) sesuai anjuran terapi atau kesehatan (Kozier et al. 2010).
Dilokasi penelitian ditemukan bahwa sebagian besar responden sudah patuh dalam minum obat tuberkulosis.
Menurut Niven (2002) menyebutkan bahwa kepatuhan sangat di pengaharuhi oleh pendidikan. Pendidikan adalah bimbingan yang diberikan seseorang pada orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi. Sebaliknya jika seseorang tingkat pendidikanya rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan, informasi, dan nilai-nilai baru yang diperkenalkan (Mubarak, 2007).
Hal ini sejalan dengan dengan penelitian Dhewi, Armiyati, & Supriono (2011), menunjukan bahwa kepatuhan
Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 18 ini diperkuat oleh penelitian
Erawatyningsih, Purwanta, & Heru (2009), bahwa ada pengaruh yang signifikan pendidikan terhadap ketidakpatuhan dalam berobat pada penderita tuberculosis di Wilayah Kerja Puskesmas Dompu, Provinsi NTB. Dimana dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin patuh dalam pengobatan, dan sebaliknya semakin rendah tingkat pendidikan maka semakin tidak patuh dalam pengobatan. Tingkat pendidikan seseorang sangat mempengaruhi kerangka pikirnya.
Seseorang yang berpendidikan cukup tinggi pada umumnya mempunyai pengetahuan yang baik dan makin besar
kemampuannya dalam menyerap, menerima atau mengadopsi informasi. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin tinggi pula tingkat pemahamannya atau kepatuhannya terhadap pola hidup sehat, begitu pula sebaliknya. Hal ini berarti, rendahnya pendidikan seseorang sangat mempengaruhi daya serap dalam menerima informasi sehingga dapat
mempengaruhi tingkat pemahaman seseorang dalam hal ini mengenai tuberkulosis, cara pengobatan serta dampak dari ketidakteraturan dalam minum obat tuberkulosis.
Hal ini berbeda dengan penelitian dari Fitria dan Mutia (2016), menunujukan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti bahwa kepatuhan dalam minum obat kurang ada 6 responden (30%). Hal ini didukung oleh penelitian Ritongga (2015), yang menyatakan bahwa 26 responden (65%) tidak mematuhi program pengobatan. Ini menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan
penderita tuberkulosis dalam melaksanakan program pengobatan tuberkulosis masih rendah. Berdasarkan
hasil penelitian mayoritas pekerjaan responden adalah lain-lain sebanyak 25 orang (62,5 %) yang terdiri dari buruh bangunan, dan supir angkot, dimana mereka sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing sehingga mereka tidak patuh dalam pengobatan.
Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 19 Kota Surakarta dalam kategori patuh.
Semakin tinggi pendidikan responden akan lebih patuh dibandingkan tingkat pendidikanyan rendah,karena rendahnya pendidikan seseorang sangat mempengaruhi daya serap seseorang dalam menerima informasi sehingga dapat mempengaruhi tingkat
pemahaman tentang penyakit tuberkulosis, cara pengobatan, dan bahaya akibat minum obat tidak teratur.
Analisa Bivariat Hubungan Tingkat Pengetahuan terhadap Kepatuhan Minum Obat pada Penderita Tuberkulosis
Tabel 3. Hubungan tingkat pengetahuan terhadap kepatuhan minum obat pada penderita tuberkulosis
Hasil penelitian pada tabel 3 menunjukan bahwa penderita tuberkulosis yang pengetahuan baik sebagian besar patuh dengan minum obat sebanyak 18 orang (75%) dan responden dengan pengetahuan kurang baik sebagian besar dengan tidak patuh dengan minum obat sebanyak 9 orang
(75%).
Setelah dilakukan uji statistic dengan uji chi square, dari hasil tersebut dapat disimpulkan ada hubungan signifikan antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan minum obat pada penderita tuberkulosis di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta yang dibuktikan dari hasil uji statistik chi square yang menunjukan nilai
sebesar 0,012, dan signifikan pada nilai 0,05.
Hubungan antara tingkat pengetahuan terhadap kepatuhan minum
obat di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta menunjukan bahwa penderita tuberkulosis yang memiliki tingkat pengetahuan baik patuh dalam minum obat dibandingan dengan penderita
Variabel Kepatuhan minum
obat Tidak patuh
Patuh
Tingkat Pengetahuan
Kurang baik
9 3 12
25,0% 8,3% 33,3%
Baik 6 18 24
16,7% 50,0% 66,7%
Total 15 21 36
41,7% 58,3% 100%
OR
CI (95%)
lower uper
Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 20 tuberkulosis yang memiliki tingkat
pengetahuan kurang baik.
Dari hasil analisa cross tabulation peneliti menunjukan bahwa mayoritas penderita tuberkulosis mempunyai tingkat pengetahuan yang baik tentang tuberkulosis dengan patuh dalam minum obat tuberkulosis. Selain itu juga didukung dari hasil analisa statistik chi square diperoleh nilai signifikasi
( sebesar 0,012 < 0,05. Apabila
dihubungkan antara tingkat pengetahuan terhadap kepatuhan dalam minum obat berdasarkan hipotesa penelitian yang telah disusun penelitian yakni ada hubungan tingkat pengetahuan terhadap kepatuhan minum obat pada penderita tuberkulosis di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta.
Pengetahuan merupakan seluruh hasil tahu yang ada pada seorang dari penginderaan terhadap sesuatu objek yang dipengharuhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek tersebut. Sumber pengetahuan sebagian besar di dapat dari pengindraan mengunakan telingga dan mata. Pengetahuan yang baik merupakan dasar
seseorang untuk melakukan perilaku yang baik (Notoadmodjo 2007).
Dalam teori WHO, dijelaskan bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh pengalaman seseorang, faktor-faktor luar orang tersebut (lingkungan), baik fisik maupun non fisik dan sosial budaya yang kemudian pengalaman tersebut diketahui, dipersepsikan, diyakini sehingga menimbulkan motivasi, niat untuk bertindak dan pada akhirnya terjadi perwujudan niat berupa perilaku. Dalam hal ini pengetahuan yang cukup akan juga mempengaharui seorang untuk melakukan sesuatu karena seorang
akan mencari tahu informasi yang yang ada disekitarnya. Semakin baik pengetahuan seorang maka seorang
Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 21 maka kemungkin besar seorang tersebut
tidak akan patuh dalam minum obat anti tuberkulosis.
Berdasarkan hasil penelitian Junita (2012) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara pengetahuan dengan kepatuhan meminum obat anti tuberkulosis pada
pasien tuberculosis paru. Responden
dengan pengetahuan cukup lebih banyak patuh dalam minum obat dari pada pengetahuan kurang.
Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kepatuhan. Semakin baik pengetahuan seorang maka seorang tersebut akan patuh dalam meminum obat anti sedangkan apabila pengetahuan kurang seorang maka kemungkin besar seorang tersebut tidak akan patuh dalam minum obat . Hal ini sesuai dengan penelian Fitria dan Muthia (2016) menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang tuberkulosis dengan kepatuhan minum obat di Puskesmas Banyuanyar
Surakarta. Pengobatan tuberkulosis diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis, dalam jumlah cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan, supaya
semua kuman dapat dibunuh. Apabila paduan obat yang digunakan tidak adekuat (jenis, dosis, dan jangka waktu pengobatan), kuman tuberculosis akan berkembang menjadi kuman kebal obat. Walaupun telah ada cara pengobatan tuberkulosis dengan efektivitas yang tinggi, angka kesembuhan masih lebih
rendah dari yang diharapkan. Penyebab utama terjadinya hal tersebut adalah pasien tidak mematuhi ketentuan dan lamanya pengobatan secara teratur untuk mencapai kesembuhan sebagai akibat tingkat pengetahuan masyarakat yang rendah.
Semakin rendah pengetahuan maka semakin tidak patuh penderita tuberkulosis untuk datang berobat, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Erawatyningsih (2009) yang menyatakan ada pengaruh yang signifikan antara pengetahuan terhadap kepatuhan berobat. Pengetahuan penderita yang sangat rendah dapat menentukan ketidakpatuhan penderita minum obat, hal ini disebabkan karena
Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 22 akibat tidak teratur minum obat dan
pencegahanya.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Prisca (2014) semakin tinggi pengetahuan semakin tinggi pengetahuan pasien tentang penyakitnya, maka akan semakin patuh berobat, dikarenakan pengetahuan penderita rendah akan beresiko lebih dari dua kali terjadi kegagalan pengobatan dibandingkan dengan penderita yang memiliki pengetahuan tinggi.
Rendahnya pengetahuan penderita menyebabkan ketidakpatuhan penderita
dalam pengobatan karena penderita kurang mendapatkan penyuluhan dan informasi yang adekuat baik dari
petugas kesehatan maupun media komunikasi lainnya. Beberapa faktor yang menjadi hambatan terhadap kepatuhan penderita tuberkulosis dalam menjalani pengobatan salah satu diantaranya adalah faktor pengetahuan. Pengetahuan tentang penyakit tuberkulosis dan kepercayaan tentang kemanjuran pengobatan akan mempengaruhi penderita mau atau tidak
memilih untuk menyelesaikan pengobatannya. Selain itu, kepercayaan kultural biasanya mendukung penggunaan penyembuhan tradisional.
Peneliti berasumsi bahwa terdapat kesesuaian antara teori dan fakta penelitian, dimana pengetahuan berpengaruh positif terhadap kepatuahan dalam minum obat pada penderita tuberkulosis. Semakin baik pengetahuan seorang maka seorang tersebut akan patuh dalam meminum obat anti tuberkulosis sedangkan apabila pengetahuan kurang seorang maka kemungkin besar seorang tersebut tidak
akan patuh dalam minum obat anti tuberkulosis.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya , maka dapat diambil kesimpulan bahwa sebagian besar penderita tuberkulosis di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta
Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 23 Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta
patuh dalam minum obat.
Berdasarkan analisis yang dilakukan diperoleh hasil adanya hubungan antara tingkat pengetahuan terhadap kepatuhan minum obat pada penderita tuberkulosis di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta.
Saran
Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit tuberkulosis sehingga pasien patuh dalam menjalani proses pengobatan dan minum obat tuberkulosis.
DAFTAR PUSTAKA
Budiman, Riyanto. 2013. Kapita Selekta Kuesioner: Pengetahuan dan Sikap dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.
Dhewi, Armiyati, Supriono. 2011. Hubungan antara Pengetahuan, Sikap Pasien, dan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum obat pada Pasien TB Paru di BKPM Pati. Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang.
Dinas Kesehatan Kota Surakarta. 2015. Profil Kesehatan Kota Surakarta tahun 2014.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2015. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengan Tahun 2014. http://mpu.bidangkesehatan.net. Diakses 15 November 2014.
Erawatyningsih, Purwanta, Heru. 2009. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan Berobat pada Penderita Tuberkulosis Paru. Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 25, No. 3, September 2009.
Fitria, Mutia. 2016. Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Tuberkulosis dengan Kepatuhan Minum Obat di Puskesmas. JIKK Vol. 7 No.1 Januari 2016 : 41-45.
Junita, F. 2012. Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberculosis pada Pasien Tuberculosis Paru di Puskesmas Kecamatan Jatinegara. Program Studi D III Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Medistra Indonesia Bekasi.
Kementrian Kesehatan RI. 2011. Pedoman Pelaksanaan Hari TB Sedunia 2011. Jakarta: Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
Maternity : Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan 24 Karuniawati, H., Wahyuni, A, S.,
Mirawati, H., Suryani, Sulistyarini. 2015. Pengetahuan dan Perilaku Pasien Tuberkulosis terhadap Penyakit dan Pengobatannya. Jurnal Fakultas Farmasi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Mubarak, W, I., Chayatin, N., Rozikin, K., Supradi. 2007. Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses BelajarMengajar Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Niven, N. 2002. Psikologi Kesehatan Pengantar Untuk Perawat Dan Professional Kesehatan Lain. Jakarta: EGC.
Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Ilmu Masyarakat dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.
. 2010. Promosi Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nurhayati. 2011. Referat Tuberkulosis. http://www.scribd.com. Diakses 10 Juni 2011.