• Tidak ada hasil yang ditemukan

FENOMENA KOMUNIKASI SETELAH MUNCULNYA MEDIA CETAK.doc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "FENOMENA KOMUNIKASI SETELAH MUNCULNYA MEDIA CETAK.doc"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

FENOMENA KOMUNIKASI SETELAH MUNCULNYA MEDIA CETAK Manusia pasti mengalami determinasi alam atau kesulitan dalam hidup. Untuk mengatasinya, manusia akhirnya melakukan komunikasi. Komunikasi yang banyak terjadi adalah komunikasi antar personal. Karakteristik komunikasi antar personal sebagai suatu proses adalah komunikator dan komunikannya saling bertatap muka dan diantara mereka terjadi saling berbagi ide, informasi dan berbagi sikap.

Semua aspek dalam diri manusia adalah komunikasi, bahasa dan kata-kata rupanya hanya sebagian kecil dari komunikasi. Lambat laun, bahasa tidak cukup mampu mewadahi keinginan atau kebutuhan komunikasi manusia. Komunikasi sebagai proses pertukaran lambang akhirnya dibagi menjadi dua, yakni secara langsung (komunikasi antar personal) dan secara tidak langsung (memakai media atau komunikasi massa).

Indikator komunikasi yang memerlukan media adalah kebutuhan manusia akan informasi. Manusia dari waktu ke waktu selalu ketakutan karena keadaan yang selalu unpredictable, sehingga untuk mengatasinya manusia membutuhkan jurnal agar keadaan dapat menjadi predictable. Jurnal (=rutin) merujuk pada kegiatan hari kemarin untuk meramal hari depan. Melalui jurnal, manusia tak hanya sekedar memperoleh ”cerita” tapi ”berita”. Cerita belum dapat dikatakan sebagai komunikasi melalui media karena

dilakukan dengan bertatap muka (mulut ke mulut). Sedangkan berita sudah disebarkan melalui media.

Karena itu, kemunculan media cetak dan siar dikatakan tidak bisa lepas dari kegiatan jurnalistik. Jurnalistik sendiri berarti kegiatan mengoleksi (mengumpulkan), menyiapkan (edit) dan menyajikan berita untuk media massa (Dja’far Assegaf). Awalnya jurnalistik hanya berfokus pada media cetak (print media), tetapi kemudian berkembang ke media siar (broadcast media) dan media baru (on line). Media cetak sendiri meliputi surat kabar, majalah, tabloid serta publisitas (bulletin, newsletter, dll). Sedangkan media siar meliputi radio dan televisi.

Sejarah Media Cetak

Dimulai dari zaman Romawi kuno ketika Julius Caesar berkuasa. Waktu itu ia mengeluarkan peraturan agar kegiatan-kegiatan Senat setiap hari diumumkan kepada khalayak dengan ditempel pada semacam papan pengumuman yang disebut Acta Diurna. Inilah prototip pertama dari surat kabar modern, dan kemudian di Venesia disebut

Gazzetta. Di Cina surat kabar pertama dinamakan Tching-Pao (berita kerajaan), muncul di Peking pada pertengahan abad ke-8.

Berbeda dengan media berita saat ini yang mendatangi para pembacanya, pada masa ini orang-oranglah yang datang kepada media berita atau papan pengumuman tersebut. Kegiatan jurnalistik di zaman Romawi kuno juga hanya mengelola hal-hal yang sifatnya informasi saja. Padahal dalam perkembangannya jurnalistik tidak hanya

(2)

seperti koran harian). Pada tahun 1702, di London juga muncul Daily Courant (asal mula kata koran).

Pada era awal jurnalisme media cetak lebih banyak berasal dari pemerintah untuk rakyat, sehingga sangat sulit bagi rakyat untuk menyampaikan pendapat apalagi kritik bagi pemerintah. Kebebasan baru mulai ada setelah perubahan-perubahan politik di dunia seperti Revolusi Perancis. Fase tersebut diikuti oleh perkembangan percetakan yang memungkinkan harga murah dan ekspansi surat kabar. Pada tahun 1776, di London terbit 53 surat kabar, di AS sebanyak 37 dan jumlah yang hampir sama di negara-negara kontinen.

Sejarah Media Siar

Kelahiran era broadcasting (media siar) pada abad 20 dimulai dengan penemuan radio transmitor oleh Guglielmo Marconi dan partner-partnernya (1901), yang mampu mengirim sinyal radio dari AS ke Eropa. Kemudian pada 1907 teknologi ini dikembangkan secara lebih luas untuk komunikasi transatlantik.

Sementara itu, penemuan televisi diawali dengan penemuan hukum gelombang

elektromagnetik oleh Joseph Henry dan Michael Faraday (1831) yang merupakan awal dari era komunikasi elektronik. Pada tahun 1900, istilah televisi pertama kali

dikemukakan Constatin Perskyl dari Rusia pada acara International Congress of Electricity yang pertama dalam Pameran Teknologi Dunia di Paris. Penemuan televisi disejajarkan dengan penemuan roda, karena penemuan ini mampu mengubah peradaban dunia.

Fenomena Komunikasi

Munculnya media cetak dan siar menggiatkan kegiatan jurnalistik. Orang-orang tidak perlu lagi mendatangi suatu sumber untuk memperoleh informasi, tapi informasi akan datang sendiri lewat jurnalis yang bekerja di media massa. Hal ini pun akhirnya

berpengaruh dalam fenomena komunikasi. Awalnya, manusia lebih banyak melakukan komunikasi antar personal (tatap muka). Namun seiring perkembangan komunikasi tatap muka, misalnya pada saat seorang komunikator harus menyampaikan pesan kepada orang banyak maka kegiatan tatap muka saja tidak cukup. Dalam hal ini, manusia akhirnya membutuhkan media.

Awalnya arus komunikasi hanya bersifat top down, atau satu arah dari pemerintah ke masyarakat sehingga tidak memungkinkan masyarakat untuk mengkomunikasikan pendapatnya. Model komunikasi top down ini akhirnya menciptakan masyarakat yang memiliki budaya diam atau budaya komunikasi tertutup.

Kebebasan beropini baru muncul setelah jurnalisme memasuki era modern. Jurnalisme era modern dalam media massa tidak lagi membentuk komunikasi top down. Media massa kini tidak lagi menjadi kendaraan politik pemerintah. Intinya, jurnalisme menjadi bebas dari pengaruh politik, karena masyarakat menghargai berita yang segar

komprehensif. Muncul editorial-editorial yang berdasar pada opini publik yang pada akhirnya menghilangkan kepemilikan individual pada industri surat kabar.

Perusahaan memungkinkan ekspansi dan sirkulasi surat kabar yang semakin besar, yang akhirnya memunculkan “worldwide news agency” atau kantor berita internasional yang diwujudkan oleh Paul Julius von Reuters, yakni “Reuters” pada tahun 1849. Lalu disusul oleh The Associated Press pada tahun 1848 yang pada tahun 1860-an saja sudah

(3)

Fenomena Yang Terjadi Ketika Dunia Media Menjadi Sebuah Industri

Media saat ini menjadi bagian terpenting dalam jaringan produksi yang berujung pada konsumsi komoditi (dimana komoditi periklanan merupakan penopang industri media), selain peran awalnya untuk menjaga kepentingan kelompok-kelompok kekuasaan elit. Bisnis media sebenarnya telah terjadi pada masa Acta Diurna di jaman Romawi, dimana para diurnarii (jurnalis) pada masa itu tidak lagi para budak yang mencatatkan informasi pada majikannya. Tapi juga orang-orang bukan budak yang sengaja mencatat informasi pada acta diurna untuk dijual kepada siapa saja yang membutuhkan.

Minat baca masyarakat yang semakin meluas juga menggeliatkan industri surat kabar. Terlebih ketika memasuki masa Revolusi Industri, di mana industri surat kabar

diuntungkan dengan adanya mesin cetak tenaga uap, yang bisa menggenjot oplah untuk memenuhi permintaan publik akan berita. Majunya bisnis berita juga mendorong adanya kantor berita pada tahun 1800-an.

Media yang banyak beredar tentunya menimbulkan persaingan yang memunculkan yellow jurnalisme (jurnalisme kuning). Sebuah istilah untuk pertempuran headline antara dua koran besar di Kota New York. Satu dimiliki oleh Joseph Pulitzer dan satu lagi dimiliki oleh William Randolph Hearst. Ciri khas jurnalisme kuning adalah

pemberitaannya yang bombastis, sensasional, dan pemuatan judul utama yang menarik perhatian publik. Tujuannya hanya satu, meningkatkan penjualan. Dapat disimpulkan bahwa media massa dapat menghasilkan keuntungan, sehingga dibentuklah ia menjadi sebuah industri.

Di wilayah-wilayah dimana terjadi perluasan ekonomi komoditi, memang berkembang industrialisasi sektor media dan terjadinya peralihan dari dominasi media oleh kekuasaan politik (pemerintah) pada dominasi oleh kekuasaan ekonomi (korporasi media). Di Indonesia sendiri, media massa sudah menjadi industri sejak masuknya modal atau kapital pada industri media di era 80-an. Logika kapital berdampak pada rendahnya profesionalisme dan ketaatan pada kode etik. Dengan adanya kapital, media massa memang bisa maju namun cenderung dapat diperalat oleh kapitalis akibat masuknya pemodal ke industri media.

Karena dampak inilah, media massa akhirnya membutuhkan suatu regulasi tersendiri. Dalam kaitannya dengan komunikasi, model intervensi kebijakan negara juga membuat pengaturan-pengaturan (regulasi) terhadap media dan industrinya. Selama ini, peran negara dalam mengatur kehidupan media teramat besar. Negara menjadi pengatur (regulator) siapa yang berhak dan boleh memasuki wilayah industri media, juga menentukan dan mengatur sekaligus keberadaan dan fungsinya dalam masyarakat. Namun, regulasi ini baru ada pada media siar.

Daftar Pustaka

Tebba, Sudirman. 2005. Jurnalistik Baru. Ciputat: Kalam Indonesia. www.wikipedia.com

www.google.co.id

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian di atas, maka dibuatlah sistem pendukung keputusan yang diharapkan berfungsi untuk membantu pihak JSC (Jakarta Smart City) untuk melakukan

Hasil penelitian aplikasi pemberian kompos organik berasal dari kotoran ayam yang diperkaya dengan pupuk hayati 20 ml menunjukkan hasil terbaik dibandingkan dengan

Hal ini didukung oleh penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Djatmika (2005), yang mengatakan bahwa Leader-member Exchange berpengaruh terhadap kepuasan

Untuk variabel tanggung jawab profesi dan variabel integritas baik akuntan publik maupun akuntan pendidik, keduanya menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan

Sebuah asrama (pondok) merupakan pendidikan Islam Tradisional dan santri tinggal bersama serta belajar dibimbing langsung oleh “Kyai”. Asrama atau pondok berada

Penurunan signifikan terjadi di tahun 2012.Pada hasil analisis BO/PO, kinerja keuangan BPD Jatim dapat dikatakan baik.Rata-rata BO/PO sebesar 63,403% tersebut telah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1 Asal mula atau historis Festival Malang Kembali berawal dari prakarsa dan kecintaan Dwi Cahyono dalam mengumpulkan benda-benda sejarah dan

4). Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 2 Tahun 1999 tentang Ijin Lokasi. Tanah Yang Dapat Ditunjuk Dengan Ijin Lokasi. Tanah yang dapat