• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pendekatan Joyful Learning Berb

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengaruh Pendekatan Joyful Learning Berb"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENDEKATAN

JOYFUL LEARNING

BERBASIS

MULTIMEDIA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS PADA

SISWA KELAS V SD GUGUS 8 I GUSTI NGURAH RAI

DENPASAR SELATAN

Dwi Hermawan

1

, Made Putra

2

, Ni Wayan Suniasih

3

1,2,3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: dwi.hermawan666@gmail.com

1

, putra_made56@yahoo.com

2

,

wyn_suniasih@yahoo.com

3

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS siswa yang mengikuti pembelajaran pendekatan joyful learning berbasis multimedia dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada kelas V SD Gugus 8 I Gusti Ngurah Rai Denpasar Selatan tahun ajaran 2013/2014. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasy experiment) yang menggunakan non equivalent control group design. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas V di SD Gugus 8 I Gusti Ngurah Rai Denpasar Selatan tahun ajaran 2013/2014 berjumlah 330 siswa yang tersebar dalam 8 kelas. Dalam pengambilan sampel menggunakan teknik random sampling. Data yang dikumpulkan adalah hasil belajar IPS siswa, menggunakan tes hasil belajar IPS dalam bentuk pilihan ganda biasa. Data dianalisis dengan uji t. Rata-rata hasil belajar IPS yang diperoleh siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan joyful learning

berbasis multimedia lebih dari siswa yang dibelajarkan secara konvensional yaitu

X

=

80,18 >

X

= 74,38. Analisis menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS siswa yang mengikuti pembelajaran melalui pendekatan joyful learning

berbasis multimedia dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional dengan thitung = 3,648 > ttabel (α=0,05;78) = 2,00. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa

pendekatan joyful learning berbasis multimedia berpengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD Gugus 8 I Gusti Ngurah Rai Denpasar Selatan tahun ajaran 2013/2014.

Kata-kata kunci : Pendekatan joyful learning berbasis multimedia, hasil belajar, IPS.

Abstract

(2)

collected is social science students learning result, using social studies test results in the form of multiple-choices answer. Data were analyzed by t test.The average results of students social science who learned with multimedia based joyful learning approach is

higher than students who learned by conventional learning with

X

= 80.18 >

X

= 74.38. The results showed that there were significant differences in learning results of students social science who took multimedia based joyful learning approach than conventional learning with t count = 3.648 > t table ( α = 0.05, 78 ) = 2.00. From these results it can be

concluded that multimedia based joyful learning approach effect on learning outcomes social science of fifth grade students of SD Gugus 8 I Gusti Ngurah Rai Denpasar Selatan academic year of 2013/2014.

Key words : multimedia based joyful learning approach, learning outcomes , IPS

PENDAHULUAN

Pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu cara untuk merubah perilaku yang terjadi akibat hasil dari pengalaman yang tidak disengaja ataupun sengaja dirancang. Dapat dikatakan pembelajaran telah terjadi ketika seorang individu berperilaku, bereaksi, dan merespon sebagai hasil dari pengalaman dengan satu cara yang berbeda dari caranya berperilaku sebelumnya. Pada suatu pembelajaran dapat melibatkan interaksi dari dua belah pihak yang merupakan siswa sebagai pembelajar dan guru sebagai fasilitator. Tetapi saat ini interaksi siswa tidak dibatasi oleh kehadiran guru secara fisik, melainkan siswa dapat belajar melalui media cetak, media elektronik, atau media lainnya. Tentunya guru memegang peranan penting dalam merancang setiap kegiatan pembelajaran.

Dalam pembelajaran terdapat lima konsep yang terkandung di dalamnya, yakni interaksi, peserta didik, pendidik, sumber belajar, dan lingkungan belajar (Winatapura, 2007:1.20). Dalam interaksi antara siswa dan guru pada suatu pembelajaran, seorang guru akan berusaha secara maksimal dengan menggunakan berbagai keterampilan dan kemampuannya, hal tersebut juga didukung dengan sumber belajar yang variatif serta lingkungan belajar yang rileks dan menyenangkan agar siswa dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Jika dibandingkan dengan pembelajaran tradisional tentu hal tersebut sangat berlawanan. Pembelajaran tradisional yang dari dulu sudah diterapkan oleh banyak guru merupakan suatu

pembelajaran yang pasif. Pembelajaran tersebut hanya bertumpu pada seberapa jauh pengetahuan yang dimiliki oleh guru. Siswa hanya memperhatikan guru dan mendengar informasi yang diberikan oleh guru. Pembelajaran ini lebih berpusat pada guru (teacher center) artinya gurulah yang aktif pada proses pembelajaran. Pembelajaran saat ini sudah mulai melangkah maju dimana sebelumnya pembelajaran tradisional yang pembelajaran berpusat pada guru masih serentak dilakukan, namun saat ini pembelajaran tradisional sudah mulai ditinggalkan dan melangkah ke pembelajaran yang menganut paham konstruktivistik dimana pembelajaran berpusat pada siswa (student center). Banyak para ahli mengemukakan teori pembelajaran yang membuat siswa aktif dalam pembelajaran. Dengan keaktifan siswa dalam pembelajaran tentunya akan menambah pengalaman yang dimilikinya sehingga siswa akan cepat dalam memahami materi dan tentunya tidak mudah dilupakan.

(3)

(DePorter, 1999). Jika guru hanya bertumpu dengan media visual maka siswa dengan modalitas belajar auditorial dan kinestik tentu akan merasa tidak tertarik dan tidak fokus pada pembelajaran. Tetapi dengan menggunakan media yang variatif siswa tentu akan fokus dalam pembelajaran sehingga akan tercipta suasana yang nyaman dan tentunya menyenangkan bagi siswa. Lingkungan atau suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan akan memotivasi siswa untuk aktif dalam pembelajaran, berbeda dengan pembelajaran tradisional yang lebih cenderung menggunakan metode ceramah sehingga siswa cepat merasa jenuh dan bosan. Motivasi yang ada dalam diri siswa ditunjang dengan guru yang memfasilitasi motivasi tersebut akan membawa keberhasilan dalam pencapaian target. Target tersebut tentunya merupakan hasil belajar yang tinggi.

Selama melakukan observasi di SD Gugus 8 I Gusti Ngurah Rai Denpasar Selatan , terlihat masih banyak para guru yang menggunakan pembelajaran tradisional. Selain itu guru juga tidak memfasilitasi siswa dengan media pembelajaran yang variatif, tentunya akan menimbulkan suasana yang tidak nyaman dan membosankan. Demikian pula akan memberatkan siswa dalam memahami materi pelajaran yang cakupannya cukup luas, salah satu contohnya adalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Pada dasarnya dalam mata pelajaran IPS diperlukan ketekunan dalam membaca sebab IPS mencakup informasi yang sangat luas dan siswa cenderung diharuskan menghapal materi. Pembelajaran IPS menuntut penguasaan atas konsep-konsep dasar berbagai cabang ilmu-ilmu sosial dan fakta-fakta dari masyarakat serta lingkungan alam sekitar. Cabang ilmu-ilmu sosial tersebut mencakup geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi, antropologi, dan tata negara. Pembelajaran IPS di SD yang cukup luas menuntut siswa untuk mengahapal materi pelajaran. Untuk melekatkan pemahaman ke dalam diri siswa diperlukan keragaman pendekatan dan metode pada proses pembelajaran IPS, hal tersebut juga

dapat mempertahankan suasana yang tetap hangat dan menarik, sehingga para siswa tidak dihinggapi kejenuhan dan kebosanan. Pembelajaran IPS yang menyenangkan dapat meningkatkan motivasi dalam diri siswa sehingga akan terjadi interaksi dan pembelajaranpun akan menjadi aktif. Sejalan dengan pembelajaran yang berlandaskan teori kosnruktivisme, guru berperan penuh sebagai fasilitator dan pembelajaran berpusat pada siswa (student center). Terlihat bahwa penerapan pendekatan joyful learning dalam pembelajaran IPS akan berdampak postif dalam proses pembelajarannya.

Pembelajaran IPS di SD sebaiknya memperhatikan kebutuhan siswa yang sesuai dengan usianya. Piaget (dalam Winatapura, 2007:3.40) berpendapat bahwa perkembangan kognitif anak dibagi menjadi empat tahap yaitu tahap sensori motor, pra-operasional, konkret pra-operasional, dan formal operasi. Anak yang berada pada kisaran umur 7-11 tahun berada pada perkembangan kognitif dalam tingkatan konkret operasional. Berdasarkan tingkatan tersebut siswa masih berpikir secara konkret dan belum cukup mampu untuk berpikir secara abstrak, sedangkan dari segi mata pelajaran bahan materi IPS penuh dengan pesan-pesan atau materi yang abstrak. Konsep-konsep seperti waktu, arah mata angin, ritual, lingkungan, demokrasi, nilai dan yang lainnya merupakan konsep-konsep abstrak yang terdapat dalam mata pelajaran IPS dimana harus dibelajarkan kepada siswa di SD.

(4)

dan menarik, sehingga para siswa tidak dihinggapi kejenuhan dan kebosanan (Sumaatmadja, 2008:1.33).

Untuk dapat mengatasinya guru harus bisa merancang pembelajaran yang sesuai sehingga siswa bisa memahami materi dengan mudah. Siswa dapat belajar dengan baik dalam lingkungan yang ditandai dengan adanya minat dan kebahagiaan serta kesenangan bukan dalam lingkungan yang ditandai dengan rasa stres, intimidasi, kebosanan. Bagi siswa yang tidak merasa senang dalam pembelajaran akan membuat perhatiannya tidak fokus pada materi yang sedang dibelajarkan, jika seluruh siswa merasa bosan, maka penyampaian materi akan mengalami kesulitan. Apabila berlangsung secara terus menerus tentu akan mempengaruhi motivasi pada diri siswa sehingga akan mempengaruhi hasil belajar yang dicapai. Guru harus mampu memberikan pembelajaran yang diinginkan oleh siswa, seperti yang dijelaskan sebelumnya guru merupakan fasilitator dalam pembelajaran. Guru harus mampu merancang pembelajaran yang dapat membuat siswa nyaman, senang, dan fokus sehingga siswa menjadi aktif dalam kegiatan pembelajaran. Jika siswa sudah merasa senang dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, maka akan mempermudah tercapainya tujuan pembelajaran. Keragaman pendekatan dan metode yang diterapkan pada proses pembelajaran IPS, dapat mempertahankan suasana yang tetap hangat dan menarik, sehingga para siswa tidak dihinggapi kejenuhan dan kebosanan (Sumaatmadja, 2008:1.33). Pernyataan tersebut sejalan dengan joyful learning

dengan berbantuan multimedia yang tentunya mengedepankan rileksasi dan rasa senang pada diri siswa sehingga memotivasi siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Sejalan dengan pendapat dari Suyono dan Hariyanto (2012:238-239) pembelajaran disebut menyenangkan jika suasana pembelajaran dapat menciptakan gairah belajar, menggembirakan hati siswa, membuat siswa nyaman di kelas atau di tempat belajar yang lain, sehingga siswa

fokus secara penuh dalam pembelajaran. Didukung pendapat dari DePorter (1999) yang menyatakan kegembiraan membuat siswa siap belajar dengan lebih mudah, dan bahkan dapat mengubah sikap negatif pada diri siswa. Pada hakikatnya joyful learning

tidak mengharuskan siswa untuk tertawa terbahak-bahak, melainkan joyful learning

menciptakan interaksi antar guru dan siswa dalam suasana yang rileks dan tanpa tekanan. Rusman (2011:326) menyatakan

joyful learning adalah adanya pola hubungan yang baik antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran. Kosasih (2010) mengemukakan pembelajaran yang menyenangkan dalam pelaksanaannya perlu memperhatikan hal-hal berikut : memahami sifat yang dimiliki siswa, mengenal siswa secara perorangan, menguasai substansi ilmu, metodologi dan teknologi, memiliki sikap nilai dan kebiasaan berpikir produktif, memutahirkan ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap.

(5)

pembelajaran. Pentingnya peran media dalam pembelajaran mengharuskan guru untuk lebih kreatif dan inovatif dalam memanfaatkan berbagai sumber belajar dan media.

Melihat perkembangan dunia pendidikan yang sudah maju dengan berbagai banyaknya teori-teori pembelajaran yang telah dikemukakan para ahli, ternyata kenyataannya masih banyak guru yang menggunakan pembelajaran konvensional. Sebagaimana dikatakan oleh Wallace (dalam Sunarto,2009) tentang Pendekatan konservatif, pendekatan konvensional memandang bahwa proses pembelajaran yang dilakukan sebagai mana umumnya guru mengajarkan materi kepada siswanya. Guru mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa, sedangkan siswa lebih banyak sebagai penerima. Selain itu Nasution (dalam Widyanto, 2011) berpendapat bahwa dalam pembelajaran konvensional, komunikasi yang terjadi satu arah, siswa pasif, siswa hanya menggunakan satu alat indra yaitu pendengaran, siswa tidak diharuskan berpikir dan mengutamakan hapalan. Dilihat dari pendapat-pendapat tersebut jelas pembelajaran konvensional menganut paham behaviorisme. Behavioristik berasal dari kata behavior yang berarti perilaku, oleh sebab itu aliran pembelajaran ini sangat menekankan kepada perlunya perilaku yang dapat diamati. Dalam teori belajar behavioristik, belajar merupakan perubahan tingkah laku hasil interaksi antara stimulus dan respons, yaitu proses manusia untuk memberikan respon tertentu berdasarkan stimulus yang datang dari luar (Winataputra, 2007). Maka dari hal tersebut siswa hanya mendapat pengetahuan dari guru artinya apa yang diketahui oleh guru itulah yang akan dipelajari oleh siswa yang tidak lain merupakan karakterisitk pembelajaran konvensional.

Dengan mulai berubahnya paradigma pembelajaran yang berlandaskan teori behavioristik menuju pembelajaran yang berlandaskan teori konstruktivistik, perlu adanya pemahaman yang harus diketahui oleh guru. Dalam setiap diri siswa memiliki karakter yang berbeda-beda, seperti gaya

belajar yang digunakannya. Suyono dan Hariyanto (2012:147) mengemukakan bahwa dengan mengetahui gaya belajar setiap siswa, guru akan mampu mengorganisasikan kelas sedemikian rupa sebagai respon terhadap kebutuhan individu siswanya. Gaya atau modalitas belajar siswa ada tiga macam yaitu visual, audio, dan kinetik (VAK). Tetapi sering terjadi siswa memiliki gabungan dari gaya belajar tersebut, maka guru sebaiknya menggunakan metode dan media pembelajaran yang bervariasi sehingga seluruh gaya belajar akan difasilitasi. Dalam penggunaan multimedia akan dapat membangkitkan motivasi dalam diri siswa. Multimedia akan menciptakan interaksi baik itu siswa dengan siswa lainya maupun siswa dengan guru. Tentunya jika interaksi dalam pembelajaran dapat berjalan dengan baik akan menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Tidak terlepas dari pengaruh yang ditimbulkan pada hasil belajar, pembelajaran menyenangkan akan memberikan suatu pengalaman kepada siswa sehingga siswa akan terus bersemangat untuk mengikuti pembelajaran selanjutnya.

(6)

Dari penjelasan di atas terlihat bahwa suasana yang menyenangkan dalam pembelajaran memiliki dampak yang tinggi pada motivasi dalam diri siswa. Juga penggunaan sumber belajar yang bervariasi akan menciptakan pembelajaran yang menyenangkan sehingga siswa tidak akan merasa jenuh dan bosan. Hal tersebut sangat mendukung dalam membantu proses pembelajaran IPS yang memiliki cakupan materi yang luas. Maka diharapkan dengan pendekatan joyful learning berbasis multimedia akan dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menarik dan bermakna bagi siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS.

METODE

Dalam melakukan penelitian, desain yang digunakan adalah nonequivalent control group design, dan pada rancangan penelitiannya diberikan pretest, lalu diberi perlakuan kemudian terakhir diberikan post test. Dantes (2012:97) menyatakan bahwa pada penelitian bentuk ini, pemberian pretest

biasanya digunakan untuk mengukur ekuivalensi atau penyetaraan kelompok. Berdasarkan hal tersebut data yang diperoleh pada pretest tidak akan dilakukan analisis, hanya data yang diperoleh pada post test

yang dilakukan analisis. Populasi pada penelitian ini adalah Siswa Kelas V di SD Gugus 8 I Gusti Ngurah Rai Denpasar Selatan Tahun Ajaran 2013/2014 yang terdiri dari empat sekolah yaitu SDN 3 Sanur, SDN 4 Sanur, SDN 10 Sanur dan SDN 11 Sanur. Variabel bebas pada penelitian ini adalah pendekatan joyful learning berbasis multimedia dan untuk variabel terikat yaitu hasil belajar IPS.

Dalam pengambilan sampel menggunakan sampel random (random sampling) yang merupakan pemilihan sampel sedemikian rupa sehingga semua orang dalam populasi mempunyai kesempatan dan kebebasan yang sama untuk terpilih sebagai sampel (Sugiyono, 2012:118). Dari pengundian yang dilakukan didapatkan SDN 10 Sanur yang berjumlah 40 siswa dan SDN 3 Sanur yang berjumlah 40 siswa, jumlah

sampel seluruhnya adalah 80 orang siswa. Setelah dilakukan pengundian untuk mendapatkan 2 kelompok, selanjutnya dilakukan lagi pengundian untuk menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Sebelum melakukan pengundian perlu dilakukan uji kesetaraan antar kelompok tersebut, setelah didapatkan kedua kelompok setara maka dilakukan pengundian. Dari pengundian yang telah dilakukan didapatkan SDN 10 Sanur menjadi kelompok eksperimen dan SDN 3 Sanur menjadi kelompok kontrol.

Pada penelitian ini variabel bebas yang digunakan adalah pendekatan joyful learning berbantuan multimedia yang diterapkan pada kelas eksperimen dan pendekatan pembelajaran konvensional yang diterapkan pada kelas kontrol. Sedangkan Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPS. Untuk menghindari terjadi perbedaan dalam menginterpretasikan variabel yang diteliti maka dikemukakan definisi operasional variabel sebagai berikut. Pendekatan joyful learning berbantuan multimedia yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan pembelajaran yang menggunakan media variatif untuk menciptakan rasa nyaman dan senang sehingga memotivasi siswa serta menciptakan interaksi saat proses pembelajaran. Hasil Belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan, kecakapan yang di peroleh siswa setelah melakukan serangkaian proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen berupa tes hasil belajar. IPS yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan mata pelajaran yang mencakup ilmu-ilmu sosial dimana diantaranya yaitu geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi, antropologi, dan tata negara yang di dalamnya mengandung konsep, fakta, generalisasi.

(7)

yang diberikan. Soal yang dijawab benar mendapatkan nilai 1 dan soal yang dijawab salah mendapatkan nilai 0, sehingga rentang nilai tes hasil belajar tersebut berada pada skor 0-100. Butir soal yang berjumlah 50 yang diberikan pada siswa kelas V terlebih dahulu harus dilakukan validasi agar dapat dipergunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar IPS. Data tentang hasil belajar merupakan hasil dari post test yang telah diberikan kepada siswa. Untuk menganalisis data dalam penelitian ini, digunakan uji t. Namun sebelumnya dilakukan uji prasyarat yang meliputi uji normalitas dan homogenitas. Dalam uji prasyarat analisis menggunakan uji normalitas sebaran data dengan uji Chi-Kuadrat, uji homogenitas varians menggunakan uji F, dan uji hipotesis menggunakan uji-t separated varians.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan diperoleh rata-rata nilai hasil belajar IPS pada kelompok eksperimen yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan

joyful learning berbasis multimedia

X

= 80,18 dengan varians S2 = 51,79 dan standar deviasi S = 7,19. Sedangkan rata-rata nilai hasil belajar IPS pada kelompok kontrol yang mengikuti pembelajaran konvensional

X

= 74,38 dengan varians S2 = 50,29 dan standar deviasi S = 7,09. Berdasarkan data tersebut maka kelompok eksperimen yang dibelajarkan menggunakan pendekatan joyful learning berbasis multimedia memiliki nilai rata-rata hasil belajar yang lebih dari kelompok kontrol yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional. Sebelum melakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas varians.

Uji normalitas sebaran data dilakukan pada kedua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dalam uji normalitas ini digunakan rumus chi square

(X2) pada taraf signifikan 5% dan derajat kebebasan db = k-1. Berdasarkan uji chi square pada kelas eksperimen diperoleh X2hit

= 2,37 sedangkan pada kelas kontrol diperoleh X2hit = 1,97 dan untuk X2tabel = 11,07. Kriteria data sampel berdistribusi normal apabila X2hit < X2tabel .Olehkarena X2hit < X2tabel maka dapat disimpulkan bahwa sebaran data pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol telah berdistribusi normal.

Setelah melakukan uji normalitas, kemudian dilanjutkan dengan melakukan uji homogenitas. Uji homogenitas data dianalisis dengan menggunakan rumus uji F.

Berdasarkan hasil perhitungan Fhitung = 1,03. Sedangkan untuk Ftabel dengan derajat kebebasan (dk) pembilang dan penyebut adalah 39 diperoleh Ftabel = 1,76, oleh karena Fhitung<Ftabel (1,03<1,76), Ini berarti bahwa varians antar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah homogen.

Berikut adalah hipotesis pada penelitian ini Ha: terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS siswa yang mengikuti pembelajaran melalui pendekatan

joyful learning berbasis multimedia dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional siswa kelas V SD Gugus 8 I Gusti Ngurah Rai Denpasar Selatan tahun ajaran 2013/2014. Ho: tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS siswa yang mengikuti pembelajaran melalui pendekatan joyful learning berbasis multimedia dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional siswa kelas V SD Gugus 8 I Gusti Ngurah Rai Denpasar Selatan tahun ajaran 2013/2014. Uji Hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji-t Separated Varians, dengan kriteria pengujian adalah H0 ditolak jika thitt(1),

di mana t(1) di dapat dari tabel distribusi t

pada taraf signifikan (

) 5% dengan derajat kebebasan dk = (n1 + n2 - 2) dan Ha ditolak jika thitt(1). Hipotesis penelitian yang

(8)

yang mengikuti pembelajaran konvensional siswa kelas V SD Gugus 8 I Gusti Ngurah Rai

Denpasar Selatan tahun ajaran 2013/2014.

Tabel 1. Tabel Uji Hipotesis

Kelas Varians N Dk thitung ttabel Kesimpulan

Kelas Eksperimen

51,79 40

78 3,648 2,000 Ha diterima Kelas

Kontrol

50,29 40

Berdasarkan tabel 1, terlihat thitung lebih dari ttabel yaitu 3,648 > 2,000 pada derajat kebebasan 78. Sehingga dari hasil tersebut Ho diterima dan Ha ditolak. Hipotesis yang diterima adalah terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS siswa yang mengikuti pembelajaran melalui pendekatan

joyful learning berbasis multimedia dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional siswa kelas V SD Gugus 8 I Gusti Ngurah Rai Denpasar Selatan tahun ajaran 2013/2014.

Pada hasil penelitian yang telah dilakukan pada siswa kelas V semester 1 SD Gugus 8 I Gusti Ngurah Rai Denpasar Selatan mengenai mata pelajaran IPS terdapat perbedaan hasil belajar yang diraih siswa antara siswa yang mengikuti pendekatan joyful learning berbasis multimedia dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Dari penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa terdapat pengaruh pendekatan joyful learning

berbasis multimedia terhadap hasil belajar IPS. Adanya pengaruh tersebut dapat dilihat pada hasil post test siswa. Siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan joyful learning berbasis multimedia mendapatkan hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang dibeajarkan dengan pembelajaran konvensional.

Dari perhitungan yang telah dilakukan didapatkan hasil rata-rata kelas eksperimen lebih dari kelas kontrol yaitu

X

= 80,18 >

X

= 74,38, sedangkan dalam uji t didapatkan hasil nilai thitung >ttab yaitu 3,648 > 2,000. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa yang dibelajarkan dengan

pendekatan joyful learning berbasis multimedia dan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional terdapat perbedaan signifikan dalam hasil belajar IPS siswa.

(9)

Menurut pendapatnya, Darmansyah (2011:12) menyatakan bahwa pembelajaran yang menyenangkan atau joyful learning

akan dapat meningkatkan pemahaman, mempertinggi daya ingat dan memberi peluang kepada siswa untuk memfungsikan otak memori dan otak berpikirnya secara optimal. Pendekatan joyful learning yang dipadukan dengan penggunaan multimedia membuat siswa tertarik perhatiannya untuk ikut serta berinteraksi pada proses pembelajaran seperti pendapat yang dikemukakan Riyana (dalam Asyhar, 2012:29), melalui media suatu proses pembelajaran bisa lebih menarik dan menyenangkan. Secara umum manfaat yang dapat diperoleh dari pembelajaran multimedia adalah proses pembelajaran lebih menarik, lebih interaktif, jumlah waktu mengajar dapat dikurangi, kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan (Daryanto, 2010:52). Melihat pernyataan tersebut terlihat kaitan antara pendekatan joyful learning dengan multimedia yang saling terintegrasi untuk mengembangkan pembelajaran sehingga bisa mencapai tujuan yang diinginkan. Suatu pembelajaran yang menyenangkan akan terwujud jika guru bisa menggunakan media yang variatif dan inovatif.

Dari uraian tersebut dapat terlihat keunggulan yang dimiliki pendekatan joyful learning berbasis multimedia antara lain pengkondisian suasana kelas yang membuat siswa rileks sehingga siswa berani aktif untuk berinteraksi dalam proses pembelajaran ditambah pula penggunaan multimedia yang membuat proses pembelajaran menjadi menarik dan dapat menimbulakan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Dibandingkan pembelajaran konvensional yang hanya berpedoman pada guru sebagai sumber belajar selain itu metode yang digunakan lebih banyak pada ceramah sehingga timbul rasa bosan pada siswa dan berdampak pasifnya siswa dalam proses pembelajaran. Hal tersebut memperlihatkan bagaimana perbedaan yang terjadi antara siswa yang mengikuti pembelajaran melalui pendekatan joyful

learning berbasis multimedia dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada hasil belajar IPS.

Dari uraian tersebut dapat terlihat keunggulan yang dimiliki pendekatan joyful learning berbasis multimedia antara lain pengkondisian suasana kelas yang membuat siswa rileks sehingga siswa berani aktif untuk berinteraksi dalam proses pembelajaran ditambah pula penggunaan multimedia yang membuat proses pembelajaran menjadi menarik dan dapat menimbulakan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Dibandingkan pembelajaran konvensional yang hanya berpedoman pada guru sebagai sumber belajar selain itu metode yang digunakan lebih banyak pada ceramah sehingga timbul rasa bosan pada siswa dan berdampak pasifnya siswa dalam proses pembelajaran. Hal tersebut memperlihatkan bagaimana perbedaan yang terjadi antara siswa yang mengikuti pembelajaran melalui pendekatan joyful learning berbasis multimedia dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada hasil belajar IPS.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan dan diperoleh hasilnya maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS siswa yang mengikuti pembelajaran melalui pendekatan joyful learning berbasis multimedia dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional siswa kelas V SD Gugus 8 I Gusti Ngurah Rai Denpasar Selatan tahun ajaran 2013/2014. Hal ini dapat terlihat dari skor rata-rata yang diperoleh pada siswa yang mengikuti pendekatan joyful learning berbasis multimedia yaitu

X

= 80,18 dan siswa yang menguikuti pembelajaran konvensional yaitu

X

= 74,38. Demikian pula hasil

(10)

pendekatan joyful learning berbasis multimedia berpengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD Gugus 8 I Gusti Ngurah Rai Denpasar Selatan tahun ajaran 2013/2014.

Adapun saran pada penelitian ini yaitu bagi guru Sebelum memulai proses pembelajaran guru hendaknya memperhatikan kondisi kelas, buatlah suasana kelas menjadi nyaman sehingga siswa merasa rileks dan siap untuk memulai proses pembelajaran. Suasana yang menegangkan atau membosankan dapat menggangu siswa dalam kegiatan pembelajaran, tentunya akan mempengaruhi hasil belajarnya. Guru bisa menerapkan pendekatan joyful learning berbasis multimedia untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, juga tentunya akan menarik perhatian siswa untuk ikut serta aktif dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Dengan demikian siswa akan bisa membangun pengetahuannya sendiri sehingga pembelajaran akan berpusat pada siswa.

Bagi siswa yaitu siswa harus aktif dalam kegiatan pembelajaran, jangan takut untuk bertanya atau memberikan tanggapan. Semakin aktif siswa dalam kegiatan pembelajaran, tentunya akan semakin interaktif proses pembelajaran.

Kepada peneliti lain bahwa penelitian ini terbatas hanya mata pelajaran IPS kelas V dengan materi peninggalan-peninggalan sejarah dari masa Hindu, Budha, dan Islam di Indonesia serta menghargai keragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia tahun ajaran 2013/2014. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan agar dilakukan pada mata pelajaran dan materi yang berbeda sehingga dapat menguatkan teori pada penelitian ini.

Daftar Rujukan

Asyhar, Rayandra. 2012. Kreatif

Mengembangkan Media

Pembelajaran. Jakarta: Referensi. Dantes, Nyoman. 2012. Metode Penelitian.

Yogyakarta: Andi

Darmansyah. 2011. Strategi Pembelajaran Menyenangkan dengan Humor. Jakarta: Bumi Aksara.

Daryanto. 2010. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media

Deporter, Bobbi, dkk. 2000. Quantum Teaching. Terjemahan Ary Nilandari. Bandung: Kaifa

Kosasih, Andreas. 2011. Joyful Learning.

Tersedia pada

http://www.ikawinamadiun.com/news 2.php?op=7 (diakses tanggal 7 januari 2013)

Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Sumaatmadja, Nursid, dkk. Konsep Dasar

IPS. Jakarta: Universitas Terbuka. Sunarto. 2009. Pembelajaran Konvensional

Banyak Dikritik Namun Paling Disukai. Tersedia pada http://sunartombs .wordpress.com

/2009/03/02/pembelajaran- konvensional-banyak-dikritik-namun-paling-disukai/ (diakses tanggal 7 januari 2013)

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta

Suyono dan Hariyanto. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Widyanto, Putu. 2011. Pembelajaran Konvensional. Tersedia pada http://putuwidyanto.wordpress.com/2

011/01/14/pembelajaran-konvensional/ (diakses pada tanggal 7 januari 2013)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan dari hasil penelitian pada Formulir Ringkasan Asuhan Keperawatan dilihat dari aspek fisik yaitu bahan yang digunakan adalah kertas HVS A4 70 gram, bentuk persegi

44 Sedangkan rukyat hilal dalam konteks penentuan awal bulan Kamariah adalah melihat hilal dengan mata telanjang atau dengan alat yang dilakukan setiap akhir bulan atau

Fraksi etil asetat dari ekstrak etanol biji kelengkeng (Euphoria longan Lour. Steud.) konsentrasi 100000 ppm memiliki aktivitas antibiofilm tertinggi pada bakteri

Untuk siapa barang diproduksi? Siapa yang akan menikmati dan memperoleh manfaat dari adanya barang dan jasa diseluruh negeri atau bagaimana produksi nasional didistribusikan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING DANPROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI TERMOKIMIA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN

Outline model bisnis Olride digambarkan menggunakan Lean Model Canvas dimana kondisi kekinian terdapat sebuah permasalahan pada aspek Revenue Streams dimana pendapatan

Nampaknya waktu tanam terong Tolaki hamper sama dengan waktu tanam terong pada umunya sebagaimana ditulis oleh Widyaningsih (1996).Dalam penelitian ini disajikan keragaan

Banyak faktor yang dapat menyebabkan semakin meningkatnya jumlah timbulan sampah di kota Malang, antara lain meningkatnya jumlah dan aktivitas penduduk serta tidak